Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Alat Optimasi Suhu dan Kelembaban Untuk Inkubasi Fermentasi dan Pengeringan Pasca Fermentasi T1 612007025 BAB IV

BAB IV
PENGUJIAN DAN ANALISIS
Pada bab ini akan dijelaskan tentang pengujian, hasil pengujian dan analisis
tentang hasil pengujian yang telah dilakukan. Hal ini dilakukan supaya dapat diketahui
apakah sistem dapat berfungsi sebagaimana yang diharapkan atau tidak. Pengujian
dilakukan pada bagian-bagian sistem serta pengujian sistem secara keseluruhan.
4.1. Pengujian Modul Mikrokontroler
Pengujian modul mikrokontroler dilakukan dengan cara memasukkan program
sederhana untuk menyalakan dan mematikan LED yang dihubungkan dengan port
keluaran mikrokontroler dalam jeda waktu 1 detik dan terus berulang. Modul
mikrokontroler dapat dikatakan bekerja dengan baik jika saat program dijalankan LED
menyala seperti yang diharapkan. Gambar 4.1 menunjukkan diagram alir program
pengujian tiap modul mikrokontroler.

Gambar 4.1. Diagram Alir Program

21

4.2. Pengujian Pembacaan Suhu dan Kelembaban Oleh Sensor
Pengujian dilakukan dengan menghubungkan pin DATA dan pin SCK pada
sensor SHT 11 yang dihubungkan ke PORT PWM 8 untuk pin DATA dan PORT PWM

9 untuk pin SCK pada mikrokontroler. Hasil dari pengukuran oleh sensor yang telah
diproses oleh mikrokontroler kemudian ditampilkan pada LCD. Kemudian untuk
mengetahui apakah hasil pengukuran suhu dan kelembaban oleh SHT 11 menghasilkan
nilai yang valid, maka hasil pengukuran dibandingkan dengan termo-hygrometer.
Termo-hygrometer merupakan alat yang dapat mengukur suhu dan kelembaban secara

bersamaan(dalam waktu yang sama).

Termo-hygrometer yang digunakan bermerk

Anymetre. Gambar 4.2 menunjukkan nilai suhu dan kelembaban suhu ruangan yang

terukur oleh SHT 11 dan hygrometer.

Gambar 4.2. Perbandingan Hasil Pengukuran SHT 11 dengan Termo-hygrometer
Anymetre

Dari pengujian pada Gambar 4.2 dapat dilihat bahwa hasil pengukuran oleh sensor
SHT 11 dan termo-hygrometer mengalami ralat yang kecil, bisa dilihat pada gambar


22

bahwa ketika sensor membaca suhu sebesar 28oC, hygrometer membaca suhu sebesar
28,5oC, dan ketika sensor membaca kelembaban sebesar 57%, hygrometer membaca
kelembaban sebesar 54%. Pengujian tersebut menunjukkan bahwa sensor suhu dan
kelembaban yang telah berfungsi sesuai dengan yang diharapkan.
Pengujian dilakukan sebanyak 10 kali dan hasil pengujian menunjukkan bahwa
perbedaan rata-rata untuk pengukuran suhu sebesar 0,7oC, sedangkan perbedaan ratarata pengukuran kelembaban adalah 1,8% (Tabel 4.1). Kemudian grafik kenaikan
pengukuran suhu dan kelembaban pada sensor dan hygrometer dapat dilihat pada
Gambar 4.3 dan Gambar 4.4.
Tabel 4.1. Hasil pengujian suhu dan kelembaban pada SHT 11 dan Hygrometer
Anymetre

SHT 11
Pengujian
ke1
2
3
4
5

6
7
8
9
10

Suhu
(oC)
28
30
32
34
36
38
40
41
42
43

RH

(%)
57
57
57
55
52
49
45
40
38
37

Hygrometer

Suhu
(oC)
28,5
29,5
31,0
32,5

36.5
38,0
38,5
40,0
42,5
43,0

RH
(%)
54
56
54
54
53
50
43
41
36
34


Selisih pengukuran
SHT 11 dengan
Hygrometer
Anymetre
Suhu (oC)
0,5
0,5
1
1,5
0,5
0
1,5
1
0,5
0

23

RH (%)
3

1
3
1
1
1
2
1
2
3

Ralat
Suhu
(%)
1,75
1,69
3,22
4,61
1,36
0
3,89

2,5
1,17
0

RH (%)
5,56
1,78
5,56
1,85
1,88
2
4,65
2,43
5,56
8,83

50
45
40
35

30
SHT11
hygrometer

25
20
15
10
5

8
rc
ob
pe
9
rc
ob
10

7


pe

pe

rc
ob

6
pe

rc
ob

5

rc
ob
pe


4
pe

rc
ob

3
pe

rc
ob

2

rc
ob

pe

rc
ob

pe

pe

rc
ob

1

0

Gambar 4.3. Grafik suhu terhadap pengujian pada SHT 11 dan Hygrometer

100
95
90
85
80
75
70
65
60
55
50
45
40
35
30
25
20
15
10
5
0

pe
rc
ob
pe 1
rc
ob
pe 2
rc
ob
pe 3
rc
ob
pe 4
rc
ob
pe 5
rc
ob
pe 6
rc
ob
pe 7
rc
ob
pe 8
rc
o
pe b 9
rc
ob
10

SHT11
hygrometer

Gambar 4.4. Grafik kelembaban terhadap pengujian pada SHT 11 dan
Hygrometer

24

Gambar 4.3 menunjukkan grafik pengujian suhu pada SHT 11 dan hygrometer,
tidak ada perbedaan yang signifikan pada pengukuran suhu. Sedangkan pengukuran
kelembaban (Gambar 4.4) menunjukkan perbedaan, hal ini disebabkan oleh penempatan
sensor dan hygrometer yang berjauhan. Selain itu, akibat buka tutup pintu box untuk
melihat hasil pengukuran hygrometer menyebabkan data kelembaban yang terukur tidak
sama dengan data yang terukur oleh SHT 11.
Waktu respon antara sensor dengan hygrometer juga berbeda. SHT 11 memiliki
respon yang lebih cepat jika dibandingkan dengan dengan hygrometer baik respon
waktu pada pengukuran suhu maupun kelembaban. Pengukuran akan lebih akurat jika
suhu pada box stabil, perubahan suhu yang begitu cepat dapat mempengaruhi
keakuratan sensor saat mengukur kelembaban drum pengering baik pengukuran dengan
SHT 11 maupun hygrometer.
4.3. Pengujian Driver Beban AC
Pengujian driver beban AC dilakukan dengan cara menghubungkan komponen
pada sistem yang bekerja

pada tegangan AC 220V. Ketika masukan dari

mikrokontroler bernilai low, maka keluaran dari driver akan bernilai low. Sedangkan
jika masukan dari mikrokontroler bernilai high, maka keluaran dari driver akan bernilai
high. Setelah semua komponen yang bekerja pada tegangan AC dihubungkan dengan

untai driver beban AC, maka melalui mikrokontroler diberi masukan high kemudian
diberi masukan low. Driver bekerja dengan baik jika beban AC yang telah dihubungkan
menjadi aktif saat diberi masukan high dari mikrokontroler dan beban AC tidak aktif
saat diberi masukan low dari mikrokontroler.
Dari hasil pengujian menunjukkan bahwa rangkaian dapat bekerja sesuai dengan
perancangan dan berfungsi dengan baik sebagai driver beban AC.

4.4. Pengujian Timer
Pengujian timer dilakukan dengan cara menghubungkan sebuah lampu led pada
salah satu pin mikrokontroler. Kemudian set berapa lama waktu untuk mematikan
lampu led. Timer bekerja dengan baik jika saat waktu habis dan led ikut mati. Dari
pengujian menunjukkan bahwa timer dapat bekerja dengan baik.

25

4.5. Pengujian Sistem Secara Keseluruhan
Pengujian sistem secara keseluruhan adalah menguji alat dengan cara melakukan
proses fermentasi dan pengeringan kemudian dilihat apakah alat sudah bekerja secara
maksimal atau belum. Pada pengujian ini dilakukan dengan 5 kali percobaan fermentasi
kemudian dibandingkan dengan 5 kali percobaan fermentasi secara konvensional dan 5
kali percobaan pengeringan dengan alat.
Tabel 4.2. Hasil Pengujian Proses Fermentasi Kulit Singkong Secara Konvensional

Kelembaban

Waktu

(%)

Fermentasi (jam)

26 oC

59

30

Berhasil

27 oC

56

28

Berhasil

26 oC

58

30

Berhasil

28 oC

49

26

Berhasil

26 oC

55

27

Berhasil

Suhu (0C)

Kondisi

Tabel 4.3. Hasil Pengujian Proses Fermentasi Kulit Singkong Menggunakan Alat
SHT 11
Kelembaban

Waktu

(%)

Fermentasi (jam)

36 oC

59

20

Berhasil

37 oC

54

19

Berhasil

38 oC

55

19

Berhasil

39 oC

56

20

Berhasil

40 oC

53

18

Berhasil

Suhu (0C)

26

Kondisi

Dari Tabel 4.2 dan 4.3 di atas bisa dilihat bahwa perbandingan hasil percobaan
antara fermentasi cara konvensional dengan fermentasi cara otomatis menggunakan alat.
Cara konvensional dengan suhu ruangan yaitu rata-rata suhunya 26 oC dan rata-rata
waktu fermentasinya adalah 28 jam. Sedangkan cara otomatis dengan 5 kali percobaan
dan variasi suhu dari 36 oC - 40 oC, proses fermentasi menempuh waktu rata-rata 19
jam. Display proses fermentasi bisa dilihat pada Gambar 4.5. T menunjukkan suhu yang
diminta oleh user sedangkan T1 adalah suhu yang dibaca oleh sensor. Timer
menunjukkan 9:30 artinya proses fermentasi masih berjalan selama 9 jam 30 menit lagi
dengan kelembaban yang dibaca sensor adalah 54%.

Gambar 4.5. Display Proses Fermentasi Menggunakan Alat
Hal ini membuktikan bahwa proses fermentasi otomatis menggunakan alat ini
membutuhkan waktu yang lebih cepat dari cara fermentasi konvensional. Hasil
percobaan menunjukkan alat ini bekerja dengan baik karena obyek fermentasi yaitu
kulit singkong tidak menjadi busuk. Perbedaan kelembaban dan waktu fermentasi
dikarenakan kadar air dari kulit singkong sebelum difermentasi berbeda-beda karena
saat kulit singkung dikukus, kadar air yang masuk ke dalam kulit singkong berbedabeda, sekaligus membuktikan bahwa alat mendukung kondisi optimal agensia biologis
yang berperan dalam fermentasi berkaitan dengan range kelembaban maupun suhu
tersebut.

27

Tabel 4.4. Hasil Pengujian Pengeringan Kulit Singkong
SHT 11
Suhu (0C)

Kelembaban (%)

Waktu Fermentasi

Kondisi

80

6

2 jam 40 menit

Berhasil

80

4

2 jam 10 menit

Berhasil

80

7

2 jam 30 menit

Berhasil

80

5

3 jam

Berhasil

80

3

2 jam

Berhasil

Dari Tabel 4.4 diatas bisa dilihat hasil pengujian

menunjukkan bahwa alat

pengering ini dapat bekerja dengan baik. Perbedaan waktu pengeringan dikarenakan
perbedaan keadaan kulit singkong yang dikeringkan setelah fermentasi (terutama kadar
air yang terkandung dalam setiap kulit singkong). Display proses pengeringan bisa
dilihat pada Gambar 4.6. di bawah ini.

Gambar 4.6. Display Proses Pengeringan Menggunakan Alat
Pada Gambar 4.6. di atas bisa dilihat saat mode pengeringan. T menunjukkan
suhu yang diminta oleh user sedangkan T1 adalah suhu yang dibaca oleh sensor.
Display Timer berada di pojok kanan atas

yang menunjukkan 1:30 artinya waktu

pengeringan masih 1 jam 30 menit. Display kelembaban berada di pojok kanan bawah
yang menunjukkan kelembaban relatif 5%.
28

Dokumen yang terkait

Pengaruh Lama Pengeringan dan Penyimpanan Terhadap Perkecambahan Benih dan Pertumbuhan Bibit Sawo (Achras zapota L.J)

2 37 89

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kajian Penggunaan Kopi Toraja sebagai Media Fermentasi Kombu T1 412012005 BAB I

0 0 4

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kajian Penggunaan Kopi Toraja sebagai Media Fermentasi Kombu T1 412012005 BAB II

0 1 3

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kajian Penggunaan Kopi Toraja sebagai Media Fermentasi Kombu T1 412012005 BAB IV

0 0 9

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Alat Optimasi Suhu dan Kelembaban Untuk Inkubasi Fermentasi dan Pengeringan Pasca Fermentasi T1 612007025 BAB I

0 0 3

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Alat Optimasi Suhu dan Kelembaban Untuk Inkubasi Fermentasi dan Pengeringan Pasca Fermentasi T1 612007025 BAB II

0 0 6

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Alat Optimasi Suhu dan Kelembaban Untuk Inkubasi Fermentasi dan Pengeringan Pasca Fermentasi T1 612007025 BAB V

0 0 1

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Alat Optimasi Suhu dan Kelembaban Untuk Inkubasi Fermentasi dan Pengeringan Pasca Fermentasi

0 0 14

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Alat Optimasi Suhu dan Kelembaban Untuk Inkubasi Fermentasi dan Pengeringan Pasca Fermentasi

0 0 9

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Mesin Peraga Pemrosesan Fermentasi Kedelai

0 0 11