BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Hasil Pengujian Hammer 4.1.1.1 Hasil Pengujian Hammer Di Sayung - 13.12.0081 Erik Kurniawan.BAB IV

  BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

  4.1 Hasil

  4.1.1 Hasil Pengujian Hammer

  4.1.1.1 Hasil Pengujian Hammer Di Sayung

  Pada Tabel 4.1, 4.2 dan 4.3 merupakan hasil dari nilai hammer test pada bulan ke-12, 13, dan 14 bulan yang berlokasi di desa Sriwulan Kecamatan Sayung, dan benda uji terkena langsung oleh air rob yang terjadi hamper setiap hari, benda uji yang di gunakan menggunakan bahan tambah berupa MU-200, diharapkan dengan adanya bahan tambah maka nilai kuat tekan yang dihasilkan akan lebih tinggi.

Tabel 4.1 Hasil Kuat Tekan Hammer Test Sayung ( 12 Bulan ) No Titik

  1 A Sudut

Baca A1 S A2 S A3 S A4 S A5 S A6 S A7 S A8 S A9 S A10 S maks mins Bacaan ( R ) Rerata (kg/cm2) (MPa)

45 38 40 36 44 Nilai Lenting 47 48 46 47 38 48 R R Koreksi R Kuat Tekan Kuat tekan 36 42.9 468 47.71 3 C 5 E 4 D

  2 B 44 40 39 42 38 41 39 41 40 40 42 45 36 41 36 42 41 44 39 40 36 44 42 38 40 41 40 38 46 38 38 40 44 37 38 36 39 37 40 36 41 42 46 44 36 36 36 37 42.1 452 39.3 38.4 40 400.4 380 413 38.74 40.82 42.10 46.08 Keterangan I: a.

  Titik A,B,C,D,E : Letak titik tembakan hammer test lihat Gambar 3.2

  b. : Sudut penembakan hammer test lihat Gambar 3.5 Sudut baca c.

   Nilai Lenting : Nilai yang dihasilkan dari tembakan hammer test

  d. : Nilai lenting tertinggi R maks

  e. : Nilai lenting terendah R min

  f. : Nilai lenting palu beton yang sudah dirata - rata R rerata a.

  Koreksi Bacaan : Nilai yang diambil dari R rerata dikalikan sudut b.

  Kuat Tekan : Nilai yang diambil dari rerata bacaan yang sudah di konversi . konversi.

  Ludfie Hardian P / 13.12.0031

  Ludfie Hardian P / 13.12.0031

  Contoh perhitungan : Titik A Sayung (Bulan ke 12) R Rerata = = = 42,9 42,9 = 468 kg/cm

  2

  (Lihat lampiran L-04) =

  = 47,71 MPa Keterangan : A1S….A10S = Nilai lenting hammer test

  Pada Tabel 4.1 dapat disimpulkan bahwa sudut baca pada tiap titik sebesar 0 (horizontal) dengan jumlah nilai lenting (pukulan sebanyak 10 kali) . nilai R maksimal terbesar berada pada titik A dengan nilai 48 , nilai R minimal terbesar terletak di titik E dengan nilai 38,4 . Koreksi bacaan pun mempunyai nilai 0 untuk semua titik dikarenakan sudut baca nya 0 . Nilai rerata terbesar adalah 42,9 pada titik A . Dari tabel diatas juga dihasilkan nilai kuat tekan terbesar berada pada titik A dengan nilai sebesar 47,71 MPa.

Tabel 4.2 Hasil Kuat Tekan Hammer Test Sayung ( 13 Bulan )

  Pada Tabel 4.2 dapat disimpulkan bahwa sudut baca pada tiap titik sebesar 0 (horizontal) dengan jumlah nilai lenting (pukulan sebanyak 10 kali) . nilai R maksimal terbesar berada pada titik C dan D dengan nilai 48 , nilai R minimal terkecil terletak di titik B dengan nilai 32. Koreksi bacaan pun mempunyai nilai B1 S B2 S B3 S B4 S B5 S B6 S B7 S B8 S B9 S B10 S 1 A 44 46 43 44 40 45 44 44 46 45 46 40 44.1 489.9 49.94 2 B 32 42 41 32 40 38 46 38 47 35 47 32 39.1 396.8 40.45 3 C 48 46 37 46 42 40 44 44 43 35 48 35 42.5 460 46.89 4 D 42 40 40 48 42 44 46 41 41 45 48 40 42.9 468 47.71 5 E 44 43 36 44 46 35 45 44 46 40 46 35 42.3 456 46.48 No Titik Sudut Baca Nilai Lenting R maks R mins Koreksi Bacaan ( R ) R Rerata Kuat Tekan (kg/cm2) Kuat tekan MPa

  0 untuk semua titik dikarenakan sudut baca nya 0 . Nilai rerata terbesar adalah 44,1 pada titik A . Dari tabel diatas juga dihasilkan nilai kuat tekan terbesar berada pada titik A dengan nilai sebesar 49,94 MPa. Keterangan dan contoh perhitungan lihat keterangan I

Tabel 4.3 Hasil Kuat Tekan Hammer Test Sayung ( 14 Bulan ) No Titik

  1 A Sudut Baca C1 S C2 S C3 S C4 S C5 S C6 S C7 S C8 S C9 S C10 S 44 46 38 48 45 Nilai Lenting 42 50 43

44

43 maks mins Bacaan ( R ) Rerata (kg/cm2) MPa 50 R R Koreksi R Kuat Tekan Kuat tekan 38 44.3 493.7 50.33

  2 B 5 E 4 D 3 C 45 38 47 49 36 42 45 42 40 40 42 37 43 42 47 41 44 38 43 43 41 41 42 44 43 44 36 43 41 40 45 37

46

40

41

44

40 43 40 43 49 47 45 47 37 36 40 36 41.3 437.4 40.8 428.2 42.3 456 43.4 477.2 44.59 43.65 48.64 46.48 Pada Tabel 4.3 dapat disimpulkan bahwa sudut baca pada tiap titik sebesar

  0 (horizontal) dengan jumlah nilai lenting (pukulan sebanyak 10 kali) . Nilai R maksimal terbesar berada pada titik A dengan nilai 50 , nilai R minimal terkecil terletak di titik E dan D dengan nilai 36 . Koreksi bacaan pun mempunyai nilai 0 untuk semua titik dikarenakan sudut baca nya 0 . Nilai rerata terbesar adalah 44,3 pada titik A . Dari tabel diatas juga dihasilkan nilai kuat tekan terbesar berada pada titik A dengan nilai sebesar 50,33 MPa. Keterangan dan contoh perhitungan lihat keterangan I

4.1.1.2 Hasil Pengujian Hammer Di Pucang Gading

  Pada Tabel 4.4, 4.5 dan 4.6 merupakan hasil dari nilai hammer dari benda uji yang berlokasi di Pucang Gading, pada daerah ini benda uji tidak terkena air rob seperti yang terjadi di desa Sriwulan. Benda uji yang berada di Pucang Gading juga menggunakan bahan tambah yang sama yaitu MU 200, benda uji yang berlokasi di Pucang gading berfungsi untuk membandingkan hasil yang di peroleh pada lokasi desa Sriwulan .

  Ludfie Hardian P / 13.12.0031

  Ludfie Hardian P / 13.12.0031

Tabel 4.4 Hasil Kuat Tekan Hammer Test Pucang Gading ( 12 Bulan )

  Pada uji Tabel 4.4 dapat disimpulkan sudut bacaan untuk menentukan nilai lenting dari tiap titik adalah 0 (horizontal) dengan nilai R maksimal sebesar 48 pada titik C . Nilai R minimal terkecil ada pada titik D dengan nilai sebesar 42. Koreksi bacaan sebesar 0 karena mengukiti sudut baca dengan nilai 0 (horizontal) Nilai rerata sebesar 43 pada titik C, kuat tekan terbesar ada pada titik D dengan nilai 50,2 MPa

  

.

  . Keterangan dan contoh perhitungan lihat

  keterangan I

Tabel 4.5 Hasil Kuat Tekan Hammer Test Pucang Gading ( 13 Bulan )

  Pada Tabel 4.5 dapat disimpulkan bahwa sudut baca pada tiap titik sebesar 0 (horizontal) dengan jumlah nilai lenting (pukulan sebanyak 10 kali) . nilai R maksimal terbesar berada pada titik B dengan nilai 52 , nilai R minimal terkecil terletak di titik A dan C dengan nilai 34. Koreksi bacaan pun mempunyai nilai 0 untuk semua titik dikarenakan sudut baca nya 0. Nilai rerata terbesar adalah 44,9 pada titik B. Dari tabel diatas juga dihasilkan nilai kuat tekan terbesar berada pada titik B dengan nilai sebesar 51,49 MPa. . Keterangan dan contoh perhitungan lihat keterangan I

Tabel 4.6 Hasil Kuat Tekan Hammer Test Pucang Gading ( 14 Bulan ) A1 PG A2 PG A3 PG A4 PG A5 PG A6 PG A7 PG A8 PG A9 PG A10 PG

  1 A 32 30 32 36 38 37 44

38

40 37 44 30 36.4 349.2 35.60 2 B 44 38 37 44 42 39 42

43

42 46 46 37 41.7 444.6 45.32 3 C 42 42 36 48 47 40 44

47

42 42 48 36 43 470 47.91 4 D 40 36 36 42 37 42 37

42

39 38 42 36 38.9 492.5 50.20 5 E 42 38 42 42 42 40 44

40

41 44 44 38 41.5 441 44.95 No Titik Sudut Baca Nilai Lenting R maks R mins Koreksi Bacaan ( R ) R Rerata Kuat Tekan (kg/cm2) Kuat tekan MPa B1 PG B2 PG B3 PG B4 PG B5 PG B6 PG B7 PG B8 PG B9 PG B10 PG 1 A 37 40 48 44 45 38 37

38

36 34 48 34 39.7 407.6 41.55 2 B 42 44 48 44 40 50 49

52

36 44 52 36 44.9 505.1 51.49 3 C 37 38 42 34 42 36 42

36

36 40 42 34 38.3 377.5 38.48 4 D 44 41 40 44 40 42 42

42

38 42 44 38 41.5 441 44.95 5 E 44 47 42 43 42 39 42

44

37 38 47 37 41.8 446.4 45.50 No Titik Sudut Baca Kuat tekan MPa Nilai Lenting R maks R mins Koreksi Bacaan ( R ) R Rerata Kuat Tekan (kg/cm2) C1 PG C2 PG C3 PG C4 PG C5 PG C6 PG C7 PG C8 PG C9 PG C10 PG 1 A 38 39 48 43 42 33 40

37

38 36 48 33 39.4 402.2 41.00 2 B 41 43 46 45 42 46 48

49

37 43 49 37 44 488 49.75

  3 C 38 35 44 38 40 41 40

38

43 39 44 35 39.6 405.8 41.37 4 D 42 45 39 42 44 43 42

40

36 43 45 36 41.6 442.8 45.14 5 E 41 46 39 40 45 43 40

42

39 40 46 39 41.5 441 44.95 No Titik Sudut Baca Nilai Lenting R maks R mins Koreksi Bacaan ( R ) R Rerata Kuat tekan (kg/cm2) Kuat tekan MPa

4.1.2 Hasil Pengujian Core Drill

4.1.2.1 Hasil Pengujian Core Drill Di Sayung

  1.5 0.96 1.036 1.06 14.68478948 Dinding A (ada bata) 2 11-09-17 790 105 70 214028 3850

  L (mm) Diameter D (mm)

  Tanggal Pengujian Berat (gr) Panjang

  Faktor Koreksi Diameter No

  L/D Faktor Koreksi L/D

  (N) Luas Penampang (mm2)

  Silinder (Mpa) Gaya Tekan P

  Faktor Koreksi Drilling Kuat Tekan

  1.5 0.96 1.036 1.06 58.60443508 Keterangan Dinding B Dinding C

  1.5 0.96 1.036 1.06 58.6066257 3 11-09-17 810 105 70 214020 3850

  Ludfie Hardian P / 13.12.0031

  Pada Tabel 4.6 dapat disimpulkan bahwa sudut baca pada tiap titik sebesar 0 (horizontal) dengan jumlah nilai lenting (pukulan sebanyak 10 kali). nilai R maksimal terbesar berada pada titik B dengan nilai 49 , nilai R minimal terbesar terletak di titik C dengan nilai 44. Koreksi bacaan pun mempunyai nilai 0 untuk semua titik dikarenakan sudut baca nya 0. Nilai rerata terbesar adalah 44 pada titik B . Dari tabel diatas juga dihasilkan nilai kuat tekan terbesar berada pada titik B dengan nilai sebesar 49,75 MPa. Keterangan dan contoh perhitungan lihat keterangan I

  d. Gaya ( P ) : Gaya tekan yang dihasilkan secara tegak lurus

  .... (mm) lihat Gambar 3.9

  c. Diameter ( D ) : k Diameter sampel dalam satuan milimeter

  mm. bawah sampel dengan satuan milimeter (mm) mm. lihat Gambar 3.9

  b. Panjang ( L ) : Jarak vertikal dari ujung atas sampel hingga

  a. Berat : . Berat sampel dalam satuan gram (gr)

  Keterangan :

Tabel 4.7 Hasil kuat tekan Core Drill Sayung (14 bulan)

  Desa Sriwulan kecamatan Sayung dengan benda uji berupa dinding dengan bahan tambah MU-200, pengambilan inti beton dilakukan paada tanggal 22 Agustus 2017. Terdapat 3 titik inti beton yang diambil secara diagonal ( titik A,B,C).

   Pada Tabel 4.7 merupakan hasil kuat tekan core drill yang dilakukan dilokasi

  k. menggunakan alat UTM dinyatakan dengan k. satuan Newton (N) 1 11-09-17 770 105 70 53628 3850 e. Luas Penampang ( a ) : Luas dari permukaan sampel dinyatakan

  2

  h.. dalam satuan mm

  f. L/D ( b ) : Panjang sampel (P) dibandingkan dengan

  hh diameter sampel (D)

  g. Faktor Koreksi L/D ( c ) : Berdasarkan ASTM C42/C 42M-03 i. Faktor Koreksi diameter ( e ) . : Berdasarkan ACI 214.4R-03 j. faktor koreksi drilling ( f ) : .. Faktor koreksi mata bor selama proses

  hhh. pengeboran (drilling) sebesar 1,06 iiiiii berdasarkan ACI 214.4R-03.

  Contoh perhitungan : Kuat tekan core drill Sayung titik A Kuat tekan silinder (MPa) = (P / a) × (c × e × f )

  = (53628 / 3850 ) × (0,96 × 1,036 × 1,06) = 14,68 MPa

  Menurut Tabel 4.7 kuat tekan yang paling terbesar terdapat pada titik B dengan nilai sebesar 58,6066 MPa, dan nilai kuat tekan rendah terdapat pada titik A dengan nilai sebesar 14,6487 MPa. Dan pada titik C mempunyai nilai yang nyaris sama dengan titik B yaitu sebesar 58,6044 MPa.

4.1.2.2 Hasil Pengujian Core Drill Di Pucang Gading

  Pada Tabel 4.8 adalah hasil uji kuat tekan yang berlokasi di Pucang Gading, dilokasi ini tidak terkean Rob sehingga diharapkan memiliki nilai kuat tekan yang lebih tinggi dibandingkan dengan uji kuat tekan yang berada di Sayung. Untuk tanggal pengambilan inti beton dilakukan pada tanggal 28 Agustus 2017. Sama seperti yang di Sayung titik sampel diambil secara diagonal.

  Ludfie Hardian P / 13.12.0031

Tabel 4.8 Hasil Kuat Tekan Core Drill Pucang Gading

  Luas Faktor Faktor Faktor Kuat Tekan Tanggal Berat Panjang Diameter Gaya Tekan No Penampang L/D Koreksi Koreksi Koreksi Silinder Keterangan Pengujian (gr) L (mm) D (mm) P (N)

  (mm2) L/D Diameter Drilling (Mpa) 1 11-09-17 710 80 70 320620 3850 1.14 0.9036 1.036 1.06 82.6364636 Dinding A 2 11-09-17 700 80 70 125788 3850 1.14 0.9036 1.036 1.06 32.4205461 Dinding B 3 11-09-17 870 105

  70 237472 3850

  1.50 0.96 1.036 1.06 65.0262238 Dinding C

  a. Berat : Berat sampel dalam satuan gram (gr)

  b. Panjang ( L ) : Jarak vertikal dari ujung atas hinggabbawah kkk. sampel dengan satuan milimeter (mm).

  c. Diameter ( D ) : Diameter sampel dalam satuan milimeter

kkk.. mm).

  d. Gaya ( P ) : .. Gaya tekan yang dihasilkan secara tegak

  kkkk lurus menggunakan alat UTM dinyatakan kkkk dengan satuan Newton (N)

  e. Luas Penampang ( a ) : ... Luas dari permukaan sample dinyatakan

  2 kkk. dalam satuan mm

  f. L/D ( b ) : Panjang sampel (P) dibandingkan dengan

  kkk. diameter sample (D)

  g. Faktor Koreksi L/D ( c ) : Berdasarkan ASTM C42/C 42M-03 i. Faktor Koreksi diameter ( e ) h : Berdasarkan ACI 214.4R-03 j. faktor koreksi drilling ( f ) : Faktor koreksi mata bor selama proses

  kkkk pengeboran (drilling) sebesar 1,06 kkkk berdasarkan ACI 214.4R-03.

  Contoh perhitungan : Kuat tekan core drill Pucang Gading titik A Kuat tekan silinder (MPa) = (P / a) × (c × e × f) = (320620 / 3850) × (0,9306 × 1,036 × 1,06) = 82,63 MPa

  Ludfie Hardian P / 13.12.0031

  Menurut Tabel 4.8 uji kuat tekan di Pucang Gading, nilai kuat tekan terbesar berada pada titik A dengan nilai 75,5636 MPa. Untuk nilai kuat tekan terendah berada pada titik B dengan nilai kuat tekan 32,2150 MPa. Dan pada titik C mempunyai nilai kuat tekan sebesar 65,0262 Mpa

4.1.3 Hasil Pengamatan

4.1.3.1 Hasil Pengamatan Benda Uji di Sayung

  Benda uji berupa dinding yang berada di Desa Sriwulan Kecamatan Sayung memasuki bulan ke-12 dan akan dilakukan uji Hammer Test dilanjutkan juga pada bulan ke-13,bulan ke-14 . Hasil dari hammer test berupa nilai lenting dapat dilihat pada Tabel 4.1, Tabel 4.2, Tabel 4.3 dipembahasan sebelumnya. Kondisi dinding disayung sendiri pun sering terendam air rob karena lokasi berada persis disebelah muara.

Gambar 4.1 Uji Hammer Test

  Dinding yang berada di kecamatan Sayung pada umur 14 bulan tidak mengalami retakan terlihat sigifikan (retak rambut) sebelum maupun sesudah dilakukan uji hammer test hal ini bisa diperhatikan pada Gambar 4.2. Pada bulan ke 14 juga dilakukan uji Core Drill dengan cara merusak atau melubangi dinding pada titik yang sudah disiapkan, setelah dilakukan uji Core Drill beton inti diambil dan terlihat sedikit retakan kecil pada sekitaran lubang hasil pengeboran bisa diperhatikan pada Gambar 4.3.

  Ludfie Hardian P / 13.12.0031

Gambar 4.2 Kondisi dinding sebelum di core drill berlokasi di SayungGambar 4.3 Kondisi dinding sesudah di core drill berlokasi di Sayung

  Uji core drill sendiri juga dilakukan dengan mengambil beton ini pada 3 titik yang sudah ditentukan. Bentuk inti sampel yang diambil berupa silinder dapat dilihat pada gambar dibawah ini Gambar 4.4, Gambar 4.5, Gambar 4.6 bentuk inti sampel sebelum dilakukan uji kuat tekan. Pada sample A dan Sampel C terdapat sedikit bata merah dari hasil pengeboran. Sedangkan pada Sample B tidak terdapat bata merah.

  Ludfie Hardian P / 13.12.0031

Gambar 4.4 Sampel Core Drill titik A di SayungGambar 4.5 Sampel Core Drill titik B di Sayung

  Ludfie Hardian P / 13.12.0031

Gambar 4.6 Sampel Core Drill titik C di Sayung

  Setelah dilakukan pengeboran dan mendapat beton inti uji yang selanjutnya dilakukan adalah uji kuat tekan dengan cara menekan beton tersebut dengan bebab yang telah ditentukan hingga sampel tersebut mengalami retak pertama/hancur. Hasil pengujian kuat tekan ini sendiri pun dapat diperhatikan pada pembahasannya sebelumnya pada Tabel 4.7. Pada Gambar 4.7, Gambar

  4.8, Gambar 4.9 dibawah ini dapat diperhatikan betuk fisik sampel yange telah dilakukan uji kuat tekan.

Gambar 4.7 Sampel titik A sesudah uji kuat tekan

  Pada Gambar 4.7 merupakan sampel titik A sesudah dilakukan uji kuat tekan, terlihat digambar bahwa sampel mengalami retak hingga memungkinkan sampel terbelah menjadi 2 bagian besar. Dan disusul dengan retak/pecah kecil pada bagian bawah sample.

  Ludfie Hardian P / 13.12.0031

Gambar 4.8 Sample titik B sesudah uji kuat tekan

  Pada Gambar 4.8 merupakan sampel titik B yang telah dilakukan uji kuat tekan,dapat dilihat kondisi fisiknya mengalami retak yang cukup besar dengan arah vertikal beserta beberapa retak rambut.

Gambar 4.9 Sampel titik C sesudah uji kuat tekan

  Pada Gambar 4.9 adalah sampel titik C yang telah dilakukan kuat tekan dapat dilihat kondisi fisik sampel mengalami beberapa pecah kecil pada bagian tertentu.

4.1.3.2 Hasil Pengamatan Benda Uji di Pucang Gading

  Benda uji berupa dinding yang berada di kelurahan Pucang Gading memasuki bulan ke-12 dan akan dilakukan uji Hammer Test dilanjutkan juga pada bulan ke- 13,bulan ke-14. Hasil dari hammer test berupa nilai lenting dapat dilihat pada

  Tabel 4.4, Tabel 4.5, Tabel 4.6 dipembahasan sebelumnya. Kondisi dinding di

  Pucang Gading sendiri berbeda dengan apa yang terjadi di Sayung karena tidak terkan air rob.

  Ludfie Hardian P / 13.12.0031

Gambar 4.10 Uji Hammer Test

  Dinding pada daerah Pucang Gading pada bulan ke

  • – 14 tidak terlalu terlihat retak yang signifikan (retak rambut) seperti dinding yang berada di desa Sriwulan baik sebelum maupun sesudah diuji hammer test bisa diperhatikan pada Gambar

4.11. Pada bulan ke-14 juga dilakukan uji Core Drill dengan titik yang sudah

  ditentukan dengan bentuk diagonal, setelah uji Core Drill dan beton inti diambil tidak terlihat retakan disekitar lubang habis pengeboran maupan di daerah dinding yang lain bisa diperhatikan pada Gambar 4.12.

Gambar 4.11 Dinding sebelum uji Core Drill berlokasi di PucangGambar 4.12 Dinding sesudah uji Core Drill berlokasi di Pucang Gading

  Uji Core Drill sendiri juga dilakukan dengan mengambil beton ini pada 3 titik yang sudah ditentukan. Bentuk inti sampel yang diambil berupa silinder dapat dilihat pada gambar dibawah ini Gambar 4.13, Gambar 4.14, Gambar 4.15

  Ludfie Hardian P / 13.12.0031

  Ludfie Hardian P / 13.12.0031

  bentuk inti sampel sebelum dilakukan uji kuat tekan. Berbeda dengan hasil pengambilan sampel yang berada di Sayung, karena yang di Pucang Gading tidak terdapat bata merah.

Gambar 4.13 Sampel Core Drill titik A di Pucang GadingGambar 4.14 Sampel Core Drill titik B di Pucang GadingGambar 4.15 Sampel Core Drill titik C di Pucang Gading

  Setelah dilakukan pengeboran dan mendapat beton inti uji yang selanjutnya dilakukan adalah uji kuat tekan dengan cara menekan beton tersebut dengan bebab yang telah ditentukan hingga sanpel tersebut mengalami retak pertama hancur. Hasil pengujian kuat tekan ini sendiri pun dapat diperhatikan pada pembahasannya sebelumnya pada Tabel 4.8. Pada Gambar 4.16, Gambar 4.17, Gambar 4.18 dibawah ini dapat diperhatikan betuk fisik sampel yange telah dilakukan uji kuat tekan.

Gambar 4.16 Sampel Core Drill titik A sesudah uji kuat tekan

  Ludfie Hardian P / 13.12.0031

  Pada Gambar 4.16 merupakan sampel dari titik A yang telah dilakukan uji kuat tekan, kondisi fisiiknya mengalami retak besar bahkan hingga pecah menjadi 4 bagian besar.

Gambar 4.17 Sampel Core Drill pada titik B sesudah uji kuat tekan

  Pada Gambar 4.17 merupakan sampel dari titik B yang telah dilakukan uji kuat tekan, kondisi fisik setelah hasil pengujian sampel pengalami retak dan pecah pada semua bagian.

Gambar 4.18 Sampel Core Drill pada titik C sesudah uji kuat tekan

  Ludfie Hardian P / 13.12.0031

  Pada Gambar 4.18 merupakan hasil dari sample C yang telah diuji kuat teka, terlihat kondisik fisik sample pecah menjadi 6 bagian besar. Disusul dengan beberapa retak rambut pada bagian-bagian tertentu.

4.2 Pembahasan

4.2.1 Hasil Pengujian Hammer

4.2.1.1 Hasil Pengujian Hammer Lokasi Sayung

Gambar 4.19 merupakan hasil kuat tekan hammer test yang berlokasi di

  Sayung, benda uji yang berada disini terkena langsung oleh air rob dan tekena dampak langsung dari lingkugan yang agresif .

Gambar 4.19 Perbandingan Rerata Kuat Tekan (MPa) Pengujian Hammer test dengan campuran

  additive kimiawi Pada Umur 12, 13, dan 14 Bulan di Sayung

  Pada bulan ke-12 kuat tekan tertinggi mencapai 46,8 MPa yang terdapat pada titik A, titik A berlokasi di sebelah kiri atas, kemudian titik B mempunyai nilai kuat tekan 45,2 MPa, di titik C mengalami penurunan ke titik 41,3 MPa, pada tittik D masih mengalami penurunan dari titik sebelumnya dan mempunyai nilai kuat tekan 40,04 Mpa, di titik E yang berada di sebelah kiri bawah mempunyai kuat tekan sebesar 38 MPa dan merupakan nilai terkecil kuat tekan pada bulan ke 12 di lokasi Sayung.

  Pada bulan ke-13 nilai kuat tekan titik A mencapai 48,99 MPa, pada titik B yang berada di tengah mengalami penurunan yang cukup signifikan dari

  Ludfie Hardian P / 13.12.0031 titik A yaitu ke 39,68 MPa, di titik C mengalami kenaikan dari titik sebelumnya dan mempunyai kuat tekan sebesar 46 MPa, dan pada titik D mengalami penurunan nilai kuat tekan sebesar 0,8 MPa ke nilai 46,8 MPa, dan titik E yang berada pada di sebelah kiri bawah mempunyai nilai sebesar 45,6 MPa. Pada blank ke-14 nilai kuat tekan tertinggi berada pada titik A dengan nilai kuat tekan 49,37 MPa sedangkan nilai terendah terjadi pada titik D dengan nilai kuat tekan 43,74 MPa. Dari hasil kuat tekan di atas dapat disimpulkan bahwa kuat tekan pada bulan ke-13 rata-rata memiliki nilai yang tinggi jika di bandingkan dengan nilai kuat tekan pada bulan ke-12 dan bulan ke-14.

4.2.1.2 Hasil Pengujian Hammer Pucang Gading

  Pada Gambar 4.20 di bawah ini merupakan kuat tekan hammer test yang berlokasi di Pucang Gading.

Gambar 4.20 Perbandingan Rerata Kuat Tekan (MPa) Pengujian Hammer test dengan campuran

  additive kimiawi Pada Umur 12, 13, dan 14 Bulan di Pucang Gading

  Berdasarkan Gambar 4.20 Perbandingan rerata kuat tekan (MPa) Pengujian Hammer test dengan campuran additive kimiawi Pada Umur bulan ke- 12, 13, dan 14 bulan di Pucang Gading. Pada umur dinding 12 bulan nilai kuat tekan tertinggi didapatkan pada titik D dengan nilai kuat

  Ludfie Hardian P / 13.12.0031 tekan 49,25 MPa yang berada di sebelah kanan atas, sedangkan nilai terendah di dapatkan di titik A dengan nilai kuat tekan 34,92 MPa. Sedangkan pada umur bulan ke 13 nilai kuat tekan tertinggi di peroleh oleh titik B dengan nilai kuat tekan sebesar 50,51 MPa dan yang terkecil adalah 37,75 MPa yang berada di titik C. Pada bulan ke 14 nilai tertinggi juga di dapatkan oleh titik B dengan nilai kuat tekan sebesar 48,8 MPa dan yang terkecil di peroleh di titik A dengan nilai kuat tekan 40,22 MPa. Dari hasil kuat tekan diatas dapat di simpulkan bahwa nilai kuat tekan pada titik A setiap bulanya mengalami penurunan hal itu berbanding terbalik dengan titik D yang setiap bulanya mengalami kenaikan nilai kuat tekan.

4.2.1.3 Perbandingan Rerata Kuat Tekan Dinding di Sayung Pada Umur 28 hari dan 14 Bulan

  Perbandingan dilakukan pada umur 28 hari dan 14 bulan di maksutkan untuk mengetahui pengaruh dari lingkungan agresif di lokasi Sayung. Data kuat tekan hammer test pada umur 28 hari didapat dari (Kartikowati dan Hendri, 2016).

Gambar 4.21 Perbandingan Rerata Kuat Tekan (MPa) Pengujian Hammer Test Dinding dengan

  Bahan Tambah Zat Additive di Sayung Pada Umur 28 Hari dan 14 Bulan Ludfie Hardian P / 13.12.0031

  Berdasarkan gambar di atas perbandingan kuat tekan hammer test dinding pada umur 28 hari dan 14 bulan nilai tertinggi kuat tekan di peroleh pada kuat tekan pada umur 28 hari, pada umur 28 hari dengan nilai kuat tekan 69,5 pada titik C MPa, sedangkan nilai terendah diperolah pada titik E pada umur 14 bulan dengan nilai 42,82 MPa. Berdasarkan kuat tekan di atas nilai hammer test pada umur 28 hari memiliki nilai yang lebih tinggi jika di bandingkan dengan kuat tekan pada umur 14 bulan hal ini disebabkan di sebabkan karena terjadi kristalisai dalam rongga beton pada penelitian ini berupa dinding sehingga menyebabkan kehancuran akibat proses kristalisasi yang di sebabkan oleh garam, proses kristalisasi sendiri terjadi pada saat air menguap, beton yang di serang oleh proses kristalisasi adalah beton bagian dalam dan yang berada di atas permukaan air. Proses kapilarisasi membuat garam naik ke dalam beton sehingga menurunkan kuat tekan beton, oleh karena itu kuat tekan beton pada umur 28 hari akan tinggi , dan setelah 1 tahun berada di daerah rob kekuatan beton akan menurun akibat proses kristalisasi yang terjadi di dalam beton.

4.2.1.4 Perbandingan Rerata Kuat Tekan Dinding di Pucang Gading Pada Umur 28 hari dan 14 Bulan

  Pada Gambar 4.22 dibawah ini merupakan hasil perbandingan nilai kuat tekan hammer test pada umur 28 hari dan 14 bulan di lokasi Pucang Gading, dimana data pada kuat tekan dinding pada umur 28 hari didapat dari (Kartikowati dan Hendri, 2016).

  Ludfie Hardian P / 13.12.0031

Gambar 4.22 Perbandingan Rerata Kuat Tekan (MPa) Pengujian Hammer Test Dinding

  dengan Bahan Tambah Zat Additive di Pucang Gading Pada Umur 28 Hari dan 14 Bulan

  Pada Gambar 4.22 terlihat nilai kuat tekan tertinggi dengan nilai 70,3 MPa di dapatkan oleh titik B, C, D dan E pada umur 28 hari sedangkan nilai terendah adalah 40,22 MPa pada titik A pada umur 14 bulan. Berdasarkan data hasil kuat tekan diatas dapat disimpulkan bahwa nilai kuat tekan mengalami penurunan. Pada umur 28 hari beton mengalami kenaikan secara linear dan mencapai kuat tekan yang di rencanakan, tetapi setelah melewati waktu 28 hari kuat tekan beton akan mengalami kenaikan yang kecil. Setelah berumur 14 bulan dan di pengaruhi oleh faktor cuaca kuat tekan menjadi lebih rendah.

4.2.2 Hasil Pengujian Core Drill

4.2.2.1 Hasil Pengujian Core Drill Lokasi Sayung

  Pada Gambar 4.23 Merupakan hasil pengujian nilai kuat tekan core

  drill

  yang berlokasi di sayung dengan umur benda uji mencapai umur 14 bulan, titik yang diambil adalah sebanyak 3 titik yaitu A, B dan C ketiga titik ini di ambil secara diagonal agar mewakili benda uji. Pada lokasi Sayung benda uji disini terkena langsung oleh lingkungan yang agresif

  Ludfie Hardian P / 13.12.0031

  Karena merupakan daerah yang berbatasan langsung dengan laut dan juga setiap harinya terkena langsung oleh air rob. Benda uji di tambah dengan bahan tambah berupa MU-200, dengan penambahan MU-200 diharapkan hasil kuat tekan yang dihasilkan akan tinggi.

Gambar 4.23 Nilai Kuat Tekan Core Drill Lokasi Sayung ( Bulan 14)

  Pada Gambar 4.23 menunjukan titik A mempunyai nilai kuat tekan yang paling kecil yaitu 14,68 MPa karena sampel pada titik A bercampur dengan bata merah sehigga mengurai kuat tekan yang dihasilkan, sedangan untuk sampel pada titik B yang tidak tercampur dengan bata merah mempunyai nilai kuat tekan yang jauh lebih tinggi mencaai 58,61 MPa titik B terletak di bagaian tengah dari benda uji, sedangkan titik C yang terletak di bagian kanan bawah mempunyai nilai kuat tekan 58,6 MPa dan hanya turun 0,01 MPa dari titik sebelumnya.. Dari hasil kuat tekan diatas dapat disimpulkan bahwa zat additive yang menjaadi bahan campuran dinding bekerja dengan baik, itu dapat dilihat dari hasil pada titik B dan C yang mempunyai nilai kuat tekan yang cukup tinggi.

4.2.2.2 Hasil Pengujian Core Drill Lokasi Pucang Gading

  Pada Gambar 4.24 merupakan hasil lokasi pengujian core drill yang berlokasi di Pucang Gading, pada lokasi di Pucang Gading juga di ambil 3 titik sampel yaitu A, B dan C, titik A berada di sebelah kiri atas sedangkan titik B berada di bagian tengah dari benda uji dan titik C berada pada bagian

  Ludfie Hardian P / 13.12.0031 bawah sebelah kanan bawah. Di lokasi ini benda uji tidak terkena oleh lingkungan agresif dan di harapkan hasil kuat tekan yang dihasilkan lebih tinggi dibandingkan lokasi di Sayung

Gambar 4.24 Nilai Kuat Tekan Core Drill Lokasi Pucang Gading ( Bulan 14)

  Pada Gambar 4.24 menunjukan titik A mempunyai nilai kuat tekan yang paling besar yaitu 82,64 MPa, kemudian titik B mengalami penurunan yang cukup drastis yaitu sebesar 50,22 MPa ke nilai 32,42 MPa dan pada titik terakhir yang berada di titik C mengalami kenaikan kuat tekan ke titik 65,03 MPa, titik C mengalami kenaikan kuat tekan sebesar 32,61 MPa dari titik B. Dari hasil kuat tekan diatas dapat di simpulkan bahwa campuran yang digunakan berupa MU-200 bekerja dengan baik Karena hasil kuat tekan yang dihasilka tinggi, terlepas dari hasil titik B yang kecil karena titik B berdampingan dengan lubang bekas angkur.

  Ludfie Hardian P / 13.12.0031

4.2.2.3Perbandingan Rerata Kuat Tekan (MPa) Pengujian Core Drill Dinding Pada Umur 14 bulan di Sayung dan Pucang Gading

  Pada gambar di bawah ini merupakan hasil perbandingan kuat tekan pengujian core drill dinding dengan campuran bahan zat additive kimiawi pada umur 14 bulan.

Gambar 4.25 Perbandingan Rerata Kuat Tekan (MPa) Pengujian Core Drill dinding Hasil

  

Perbaikan Pada Umur 14 bulan di Sayung dan Pucang Gading

  Berdasarkan Gambar 4.25 nilai tertinggi hasil kuat tekan core drill di peroleh pada titik A di lokasi Pucang Gading dengan nilai 82,64 MPa, sedangkan nilai terendah di perolah olah titik A dengan lokasi pengujian di Sayung. Dari hasil kuat tekan di atas rata-rta hasil kuat tekan benda uji di lokasi Pucang Gading lebih tinggi dari pada hasil kuat tekan bend uji yang berlokasi di Sayung ini di sebabkan Karena pada lokasi Sayung benda uji setiap hari terkena air rob dan juga berada di lingkungan yang agresif. Pada titik A perbedaan kuat tekan sangat jauh karena sampel titik A di Sayung tercampur dengan bata merah sehingga kuat tekan rendah, sedangkan pada titik B nilai kuat tekan di Pucang Gading lebih rendah karena pada sampel titik B di Pucang Gading terjadi retak yang di akibatkan oleh lubang angkur yang di gunakan untuk melakukan core drill, sedangkan pada titik C nilai

  Ludfie Hardian P / 13.12.0031 kuat tekan Pucang Gading lebih tinggi karena pada daerah Sayung kuat tekan beton juga di pengaruhi oleh lingkungan yang agresif.

4.2.3 Perbandingan Hasil Hammer Test Dan Core Drill

4.2.3.1 Perbandingan Hasil Hammer Test Dan Core Drill Lokasi Sayung

Gambar 4.26 Merupakan hasil perbandingan antara hasil hammer test

  dan juga core drill, untuk pengujian hammer test sendiri di lakukan tiga tahap yaitu pada bulan ke 12, bulan ke 13 dan juga bulan 14 sedangkan untuk core drill dilakukan ketika benda uji mencapai umur 14 bulan. Titik

  core drill

  yang di ambil sampelnya adalah 3 titik yaitu A, B dan C, letak titik A berada di sebelah kiri atas sedangkan untuk titik B berada di tengah benda uji, sedangkan titik C di sebelah kanan bawah. Cara pegujian core

  drill

  yaitu dengan mengambil inti beton dari benda uji dangan cara mengebor, setelah inti beton didapatkan kemudian di lakukan kuat tekan. Perbandingan dilakukan antara core drill dan juga hammer test pada bulan ke-12, 13 dan juga 14.

Gambar 4.26 Perbandingan Antara Hasil Core Drill dan Hammer Test (Sayung)

  Berdasarkan hasil perbandingan pada Gambar 4.26 terlihat bahwa pada titik A nilai core drill mempunyai nilai yang sangat kecil yaitu hanya 14,68

  Ludfie Hardian P / 13.12.0031

  MPa, dan yang tertinggi di dapat oleh nilai kuat tekan hammer test pada bulan ke-13. Pada titik B nilai tertinggi di peroleh oleh nilai kuat tekan core

  drill

  dengan nilai kuat tekan 58,61 MPa dan yang terkecil pada hammer test pada bulan ke-13 yaitu sebesar 39,6 MPa. Dan pada titik C nilai core drill menjadi nilai kuat tekan yang paling tinggi dengan nilai 58,6 MPa dan yang paling rendah pada bulan ke-12 yaitu 41,3 MPa. Berdasarkan hasil kuat tekan diatas nilai core drill sebagian besar mempunyai nilai yang lebih tinggi dari pada nilai kuat tekan hammer test, terlepas dari titik core drill pada titik A yang mempunyai nilai yang sangat rendah Karena sampel yang di ambil tercampur dengan bata merah, sehingga kuat tekan yang dihasilkan menjadi rendah.

4.2.3.2 Perbandingan Hasil Hammer Test Dan Core Drill Lokasi Pucang Gading

  Pada gambar 4.27 Dibawah ini merupakan perbandingan antara hasil core drill dan juga hammer test pada lokasi pucang gading, lokasi Pucang Gading tidak terkena air rob sehingga tidak termasuk dalam lingkungan agresif seperti yang terjadi pada lokasi Sayung, sama seperti lokasi Sayung , di Pucang Gading titik core drill juga di ambil secara diagonal sebanyak 3 titik yaitu titik A, B dan C.

Gambar 4.27 Perbandingan Antara Hasil Core Drill dan Hammer Test ( Pucang Gading)

  Ludfie Hardian P / 13.12.0031

  Berdasarkan hasil perbandingan pada Gambar 4.27 dapat dilihat bahwa pada titik A nilai core drill memperoleh nilai kuat tekan yang sangat tinggi yaitu 82,64 MPa sedangkan nilai kuat tekan terkecil di dapatkan oleh nilai kuat tekan hammer test pada bulan ke-12 dengan nilai kuat tekan 34,92 MPa. Pada titik B nilai kuat tekan hammer test pada bulan ke-13 memperolah nilai kuat tekan paling tinggi di bandingkan nilai kuat tekan yang lainya dengan nilai kuat tekan sebesar 48,8 MPa, dan nilai terendah di peroleh nilai kuat tekan core drill dengan nilai kuat tekan 32,42. Dan pada titik C nilai kuat tekan core drill mempunyai nilai tertinggi di banding nilai kuat tekan hammer test dengan nilai kuat tekan 65,03 MPa, sedangkan nilai terkecil di peroleh oleh nilai kuat tekan

  hammer test

  pada bulan ke-13. Dari hasil perbandingan diatas dapat di simpulkan bahwa nilai kuat tekan core drill secara garis besar memiliki nilai yang lebih besar di bandingkan dengan nilai hammer test hal ini di pengaruhi juga oleh bata beton yang digunakan, pada titik B nilai core

  drill

  kecil karena titik pengambilan sampel bersebelahan dengan lubang bekas angkur sehingga mengurangi nilai kuat tekan.Pada titik A dan C nilai hammer test lebih rendah karena pada pengujian hammer test bagian yang terkena kuat tekan adalah bagian di permukaan sedangkan core drill beton penyusun dinding juga ikut di uji kuat tekan sehingga nilai kuat tekan menjadi lebih tinggi.

4.2.3.3 Perbandingan Rerata Kuat Tekan (MPa) Dinding Pada Umur 28 Hari

  

dan Hasil Core Drill Pada Umur 14 Bulan di Sayung

  Pada Gambar 4.28 di bawah ini merupakan hasil perbandingan kuat tekan antara nilai hammer test pada umur 28 hari dengan nilai kuat tekan

  core drill

  pada umur 14 bulan dengan lokasi Sayung dimana pada lokasi Sayung terkena air rob yang terjadi setiap hari dan di pengaruhi oleh lingkungan yang agresif.

  Ludfie Hardian P / 13.12.0031

Gambar 4.28 Perbandingan Rerata Kuat Tekan (MPa) Dinding Pada Umur 28 Hari dan Hasil Core Drill Pada U mur 14 Bulan di Sayung

  Berdasarkan hasil data kuat tekan di atas dapat dilihat bahwa nilai kuat tekan tertinggi di dapat oleh mengalami penurunan 15,6% titik C pada kuat tekan hammer test pada umur 28 hari dengan nilai kuat tekan 69,5 MPa, sedangkan nilai kuat tekan terendah pada kuat tekan core drill pada titik A mengalami penurunan 73% dengan nilai kuat tekan 14,68 MPa. Nilai kuat tekan mengalami penuruan 14,6% dari 68,7Mpa ke 58 Mpa. Dari hasil kuat tekan diatas dapat disimpulkan bahwa nilai kuat tekan beton dengan core drill semua mengalami penurunan dibandingkan dengan nilai kuat tekan hammer test pada umur 28 hari hal ini hal ini karena setelah berada 14 bulan di kondisi yang terkena rob, rongga beton mengalami proses kristalisasi yang di di sebabkan oleh garam di dalam beton sehingga mengakibatkan kehancuran akibat tekanan proses kristalisasi sehingga kuat tekan beton pada umur 14 bulan lebih rendah.

4.2.3.4 Perbandingan Rerata Kuat Tekan (MPa) Dinding Pada Umur 28 Hari dan Hasil Core Drill Pada Umur 14 Bulan di Pucang Gading

  Pada Gambar 4.29 dibawah ini merupakan perbandingan antara nilai kuat tekan hammer test dengan umur dinding 28 hari dengan nilai kuat tekan core drill dengan umur dinding 14 bulan dengan lokasi benda uji di Pucang Gading.

  Ludfie Hardian P / 13.12.0031

Gambar 4.29 Perbandingan Rerata Kuat Tekan (MPa) Dinding Pada Umur 28 Hari dan

  Hasil Core Drill Pada Umur 14 Bulan di Pucang Gading

  Berdasarkan hasil kuat tekan di atas dapat di lihat bahwa nilai kuat tertinggi pada titik A dengan di nilai kuat tekan 82,64 MPa pada kuat tekan

  core drill

  umur 14 bulan mengalami kenaikan 15,9%, sedangkan yang terendah pada titik B dengan nilai 32,42 mengalami penurunan 53% pada hasil kuat telan core drill umur 14 bulan. Dapat disimpulkan bahwa nilai kuat tekan hammer test dari titik A ke titik B mengalami kenaikan dan pda titik C nilai kuat tekan tetap stabil dengan penurunan 7,5%, sedanglan untuk nilai kuat tekan core drill mengalami penurunan dari titik A ke B, tetapi mengalami kenaikan kembali pada titik C. Secara garis besar nilai kuat tekan hammer test pada umur 28 hari memiliki nilai kuat tekan yang lebih tinggi karena bata beton yang digunakan mempunyai mutu yang bagus, dan pada titik B titik core drill lebih rendah karena sampel pada titik ini mengalami retak rambut karena efek dari lubang angkur yang di gunakan core rill.

  Ludfie Hardian P / 13.12.0031