Studi deskriptif kematangan sosial anak usia prasekolah di Playgroup Yogya Kids - USD Repository

STUDI DESKRIPTIF KEMATANGAN SOSIAL ANAK USIA PRASEKOLAH DI PLAYGROUP YOGYA KIDS

  Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

  Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi

  Oleh : Ignatia Ria Natalia 009114043 PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2006

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

  Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

  Yogyakarta, November 2006 Penulis

  Ignatia Ria Natalia Matahari tak pernah padam… Hanya dunialah yang berputar…

Kadang terang, kadang temaram…

Tetapi aku akan terus berpijar…

  

ABSTRAK

Kematangan Sosial Anak Usia Prasekolah di Playgroup Yogya Kids.

  

Ignatia Ria Natalia

Fakultas Psikologi

Universitas Sanata Dharma

  Penelitian ini bertujuan untuk melihat kematangan sosial anak usia prasekolah di Playgroup Yogya Kids di Yogyakarta. Kematangan sosial merupakan keadaan anak yang telah memiliki kesiapan untuk menyesuaikan diri pada peraturan serta norma yang ada dalam lingkungannya dan dipengaruhi oleh faktor belajar atau adaptasi sehingga dapat bergaul serta melibatkan diri di dalamnya.

  Subyek yang digunakan dalam penelitian ini adalah murid-murid

  

Playgroup Yogya Kids sejumlah 20 orang dengan rentang usia 3 sampai lebih

  kurang 4,5 tahun. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan teknik pengumpulan data berupa observasi yang menggunakan alat check list. Observasi dilakukan oleh 2 orang rater untuk mendapatkan hasil yang lebih obyektif. Untuk melihat konsistensi antara rater 1 dan rater 2 dilakukan uji korelasi dengan menggunakan metode Product Moment dari Pearson dan diperoleh hasil rxy=0,802 dengan p=0,00. Hal ini menunjukkan bahwa ada konsistensi antara kedua rater dalam mengamati perilaku anak-anak.

  Uji kelayakan butir pada skala kematangan sosial menyatakan 37 item yang gugur dan 23 item yang digunakan dalam penelitian dengan koefisien reliabilitas

  α=0,881. Berdasarkan hasil pengolahan data penelitian ini, maka diperoleh hasil kematangan sosial pada subyek di Playgroup Yogya Kids menurut aspek kemampuan mengungkapkan diri, kemampuan menolong diri sendiri dan keterampilan sosial adalah tinggi, sedangkan kematangan sosial menurut aspek kemampuan mengerjakan tugas-tugas sekolah, keterampilan dalam berbagai jenis permainan dan kemampuan mengontrol emosi adalah rendah.

  

ABSTRACT

Social Maturity of Preschool Ages at Yogya Kids Playgroup

Ignatia Ria Natalia

Faculty of Psychology

  

University of Sanata Dharma

  The aim of this research was to show the social maturity at Preschool ages at Yogya Kids Playgroup. Social maturity is a condition of children when they are ready to adapt rules exist in the community and able to get involve in the community activities.

  The subject of this research were students of Yogya Kids Playgroup with ages range from 3 to approximately 4.5 years old. The method used for this research was descriptive with check list observation data gathering technique. The observation was done by 2 raters to get more objective result. The correlation technique was used to see the consistency of rater 1 and rater 2 was Pearson Product moment Correlation. It would get rxy=0.802 whits p=0.00. This would show us consistency of 2 raters in observasing children behavior.

  The result of validity test on social maturity observational items indicated 37 items failed and 23 was used in the research with reliability coefficient α=0.881. The result of this research shows that social maturity in subject of Yogya Kids Playgroup is high in self expressing ability, self help ability and social skill whereas the social maturity according to school skill, play skill and emotional control ability is low.

KATA PENGANTAR

  Puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa atas berkat yang begitu melimpah, pertolongan serta bimbingan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

  Penulis skripsi berjudul “ Studi Deskriptif Kematangan Sosial Anak

  

Usia Prasekolah di Playgroup Yogya Kids, disusun guna melengkapi syarat

  dalam memperoleh gelar Sarjana Psikologi di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak skripsi ini tidak mungkin dapat terselesaikan. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada:

  1. Bapak P. Eddy Suhartanto, S. Psi., M.Si. selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.

  2. Ibu Lusia Pratidarmanastiti, M.S. selaku Dosen Pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu dan sabar membimbing serta memberi masukan kepada penulis sampai diselesaikannya skripsi ini.

  3. Bapak Y. Agung Santoso S. Psi dan Ibu Agnes Indar Etikawati, S.

  Psi., M. Si., Psi., selaku dosen penguji yang telah memberikan dukungan dan masukan terhadap kemajuan penelitian saya.

  4. Bapak FX. Mudji Trisnowibowo, dan Ibu Lucia Suratmiyati karena telah menjadi donatur terbesar dalam sejarah pendidikanku, yang tak henti-hentinya memberikan bantuan apa pun untuk menyelesaikan pendidikanku dan tetap bangga pada diriku walaupun sering bertanya “Kamu mau sekolah sampai kapan?” Pak, Bu ini hadiah terbesarku untuk kalian.

  5. Suamiku tercinta, Yoakim Adi Purnianto, yang sudah bersama penulis selama 6,5 tahun. Terima kasih buat hari-hari indah yang kita lalui bersama, terima kasih buat pengertian dan cintamu yang luar biasa sehingga menjadikan penulis selalu bersemangat menggapai hari depan.

  6. Adikku terkasih, Marcellinus Previarinto Nugroho. Terima kasih buat semua kelucuanmu, keceriaanmu bahkan kenakalanmu yang membuatku lebih mau mengerti orang lain. Ingat Ri, hidup tak selamanya indah.

  7. Keluarga Yohanes Sutarto; Pakde, Bude, Mbak Yulin, Mas Antok, Mbah Kakung & Mbah Putri terima kasih telah menjadi keluarga penulis selama tinggal di Yogyakarta. Terima kasih juga atas segala fasilitas, dorongan dan cinta kepada penulis.

  8. Keluarga besar Yohanes Sunarto di Lembang, terima kasih atas dukungan, keramahan dan pengertian yang diberikan kepada penulis.

  Terima kasih juga telah menerima penulis sebagai anggota keluarga baru.

  9. Para penyemangat jiwa, SEMEDI… :

Putri (terima kasih buat SPSSnya!), Rini (terima kasih buat doa-

  doanya), Tiwuk “Sapi”, Shinta (bangun… bangun…), Dini (jangan lupa tujuan awal kita datang ke Yogya), Icha “Mamih”, Ulin, Vivi (ayo, ditunggu undangannya). Terima kasih atas hari-hari yang menakjubkan selama 6 tahun ini; ada tangis, tawa, haru, kekonyolan dan semua hal aneh yang pernah kita lakukan bersama. Kalian bukan hanya sahabatku, tapi juga penyemangat jiwaku…

10. Untuk Pangeran para SEMEDI; Ari “Ucup”, Mas Totok, Didi, Mas

  Yudi, Jurgen (is that correct, Lin?), Dion, Puspo “Popo”. Terima kasih sudah menemani Semedi selama berjuang di Yogya dan terima kasih telah membuat para SEMEDI bahagia.

  11. Sahabat para SEMEDI: Ette yang sweet dan Ellen yang ceria (terima kasih sudah mau direpotkan ya Len), Meta (sudah kepala 2, harus lebih dewasa lho..), Tessa yang ajaib dan Tante di Warung Rica-Rica, Ridez juga Kenny, terima kasih untuk kasurnya.

  12. Teman- teman kelas A angkatan 2000: Cyria, Ika (terima kasih atas bantuannya selama ini, sukses terus, Ka!), Niken, Doni “Solo”, Doni Maradona, Olla, Lintang, Ita, Monic, Anggit, Melanie, Hari, Andre, Bintoro, Adri, Merdeka, Reni, Pipit, Linggar, Suster dan masih banyak lagi. Terima kasih buat segala kenangan indah yang pernah kita jalani bersama, kalian membuat hari-hariku penuh warna. Keep going on,

  friends!

  13. Teman-teman angkatan ’99: Mbak Onny, Mbak Rani, Mbak Anna, terima kasih telah banyak membantuku dan membuatku merasa memiliki kakak.

  14. Teman-teman angkatan ’98: Lumowah “Moa” Sebastianus (terima kasih sudah pernah hadir dan memberi warna pada hidupku), Mas Radix (maaf kalau salah menulis nama), Mas Dea, Mas Irfan “Ciu”, Bang Martin, Mas Dili, Mas Lidi, Mbak Kian, Mas Kebo, Mas Anton “Lampung” dan yang lainnya yang telah banyak membantu penulis selama menempuh perkuliahan.

  15. Teman-teman di TK & Playgroup Yogya Kids. Buat para rekan guru: Mbak Ella (akhirnya.. S. Psi), Mbak Onny (tetap semangat, Mbak!), Bu Mamik, Om Lono, Bu Ita (terima kasih buat pengalaman baru), Bu Lita, dan Om Totok. Terima kasih telah mengajariku untuk menjadi dewasa. Tidak lupa pula untuk Ibu Selly Sagita, terima kasih untuk segala kemudahannya.

  16. Mas Gandung, Mas Muji, Mas Doni dan Mbak Nanik yang telah membantu kemudahan administrasi selama penulis menempuh perkuliahan. Juga untuk special person in Psychology; Pak Gi’ yang dengan ketulusannya telah membantu penulis dalam banyak hal.

  17. Padi, sebagai sumber inspirasi hidup penulis. Terima kasih sudah menjadi sobat yang paling setia dalam menemani penulis mengerjakan skripsi, menghibur hati ketika kasih tak sampai, mengingatkan penulis bahwa selalu ada mahadewi yang menerangi jiwa sehingga membuat penulis sadar bahwa hidup memang begitu indah.

  18. Yogyaku, terima kasih atas segala keramahanmu, yang mampu membantuku menjadi orang yang lebih memaknai hidup. Untukmu Yogya, sungguh sebuah cinta tanpa akhir…

  19. Semua pihak yang telah mendukung dan membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terima kasih banyak atas semuanya. Semoga Tuhan Yang Maha Kasih akan membalas budi baik anda sekalian dengan berkat yang berlimpah. Penulis berharap agar skripsi ini bermanfaat bagi pembaca yang berminat dan dapat juga sebagai bahan bacaan untuk penelitian selanjutnya.

  Akhir kata penulis terbuka atas semua kritik dan saran yang nantinya akan semakin mengembangkan dan menyempurnakan skripsi ini.

  Yogyakarta, November 2006 Penulis

  Ignatia Ria Natalia

DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL…………………………………………………………… i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING…………………. ii HALAMAN PENGESAHAN……………………………………. iii HALAMAN PERSEMBAHAN………………………………….. iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA………………………….. v ABSTRAK………………………………………………………... vi ABSTRACK………………………………………………………. vii KATA PENGANTAR…………………………………………….. viii DAFTAR ISI………………………………………………………. xiii DAFTAR TABEL…………………………………………………. xvi DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………. xvii

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………

  1 A. Latar belakang ……………………………………………..

  1 B.

  5 Rumusan Masalah………………………………………….

  C. Tujuan Penelitian…………………………………………...

  5 D.

  6 Manfaat Penelitian………………………………………….

  BAB II LANDASAN TEORI……………………………………...

  7 A. Anak prasekolah…………………………………………….

  7 B.

  12 Kematangan Sosial Anak Prasekolah………………………...

  1.

  12 Pengertian Kematangan Sosial……………………… 2. Tugas Perkembangan Anak Prasekolah……..............

  12 3.

  14 Kematangan Sosial Anak Prasekolah…………….....

  4. Proses Perkembangan Kematangan Sosial Anak Prasekolah…………………………………………… 15 5.

  16 Faktor yang Mempengaruhi Kematangan Sosial Anak 6. Aspek-aspek Kematangan Sosial Anak Prasekolah…..

  17 C. Playgroup Yogya Kids………………………………………... 26

  D. Kematangan Sosial Anak Usia Prasekolah di Playgroup Yogya

  Kids ………………………………………………………….. 30 E.

  Skema……………………………………………………….. 33 BAB III METODE PENELITIAN………………………………...

  34 A.

  34 Jenis Penelitian……………………………………………….

  B. Definisi Operasional………………………………………….

  34 C.

  35 Subyek Penelitian…………………………………………….

  D. Metode dan Alat Pengumpul Data……………………………

  35 E. Pertanggung Jawaban Mutu…………………………………..

  39 1.

  39 Validitas Isi…………………………………………...

  2. Seleksi Item…………………………………………...

  40 3.

  42 Reliabilitas Item Observasi…………………………… 4. Korelasional Antar Rater……………………………...

  42 a. Uji Normalitas…………………………….

  42 b.

  42 Uji Korelasi Antar Rater…………………..

  BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN…………………………….

  44 A. Orientasi Kancah Penelitian dan Pelaksanaan Penelitian……..

  44 1.

  44 Orientasi Kancah Penelitian…………………………..

  2. Pelaksanaan Penelitian………………………………..

  45 B. Hasil Penelitian………………………………………………..

  46 Deskripsi Data Penelitian……………………………………..

  46 C. Pembahasan…………………………………………………... 48

  BAB V PENUTUP……………………………………………………

  52 A. Kesimpulan…………………………………………………… 52

  B. Saran………………………………………………………….. 52 DAFTAR PUSAKA………………………………………………….

  54

  

DAFTAR TABEL

Halaman

  Tabel 1. Ringkasan Dasar Komptensi Anak…………………………….

  27 Tabel 2. Contoh Dasar Pengajaran Harian Playgroup Yogya Kids…….. 29 Tabel 3. Daftar perilaku aspek-aspek kematangan sosial……………….

  36 Tabel 4. Blue Print Check List Kematangan Sosial…………………….

  39 Tabel 5. Butir yang digunakan dan gugur dalam Check List Kematangan Sosial……………………………………………

  41 Tabel 6. Penyebaran butir-butir pengamatan setelah uji coba………….

  41 Tabel 7. Daftar Keterangan Subyek Penelitian…………………………

  45 Tabel 8. Kategorisasi Hasil Penelitian………………………………….

  46 Tabel 9. Deskripsi Data Penelitian……………………………………...

  47 Tabel 10. Perbandingan Hasil Deskripsi Data Penelitian……………….

  47 Tabel 11. Deskripsi Kematangan Sosial berdasarkan setiap aspek……...

  48

DAFTAR LAMPIRAN

  Halaman A. Check List Pengamatan Try Out…………………………..

  56 B. Data Try Out………………………………………………...

  60 C. Alat Ukur Penelitian………………………………………...

  80 D. Hasil Penelitian………………………………………………

  83 E. Surat Keterangan Penelitian……………………………….

  95

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap awal tahun ajaran baru, banyak orang tua sibuk mendorong

  sang balita agar segera masuk sekolah. Ternyata masalah tidak berakhir setelah niatnya kesampaian, karena sang balita kok malah rewel dan nangis terus.. pengasuhnya harus kelihatan olehnya.. kalau tidak, bisa panik… Adapula yang ngadat nggak mau sekolah… Ada pula yang susah menyesuaikan diri dengan lingkungannya, mojok terus dan membisu, kalau didekati guru malah ketakutan… (Rini, 2002)

  Banyak orang tua yang bingung menghadapi perubahan sikap anaknya yang tiba-tiba mogok tidak mau berangkat ke sekolah dengan berbagai alasan, mulai dari sakit perut, sakit kepala, sakit kaki dan seribu alasan lainnya. Bagi orang tua yang anaknya masih ada di usia prasekolah, keadaan ini tentu membuat mereka pusing karena menimbulkan kebingungan apakah alasan tersebut benar atau hanya dibuat-buat. Orang tua dihadapkan pada dua pilihan; memaksa anak untuk tetap berangkat sekolah tapi mereka juga cemas bila nanti anaknya stress, atau tidak memaksa berangkat sekolah tetapi bagaimana dengan penanaman disiplin sehingga mereka bingung untuk menentukan sikap (Rini, 2002).

  Sesuai dengan kemampuan berdasarkan tahap perkembangan anak, usia 3-5 tahun sebenarnya merupakan usia yang tepat memasukkan anak ke

  playgroup atau TK namun sering kali banyak anak belum mampu

  melakukan penyesuaian sosial dengan lingkungan barunya. Setiap anak memiliki tahap perkembangan yang berbeda, ada yang sudah bisa lepas dari orang tua ketika sekolah namun ada anak yang belum siap. Masalah ini merupakan masalah yang biasa dialami oleh para orang tua yang akan memasukkan anaknya ke TK, walaupun hanya sekitar kurang lebih 5-10 persen dari anak-anak usia tersebut yang benar-benar memiliki masalah penyesuaian diri dengan sekolahnya yang baru setiap tahunnya (Lubis, 2002).

  Penyesuaian sosial yang dilakukan anak prasekolah, tidak lagi terbatas di lingkungan rumah, melainkan juga saat anak di sekolah. Sesuai tahap perkembangannya, fungsi sekolah taman kanak-kanak adalah untuk mengembangkan kemampuan sosial dan kemandirian serta memperkenalkan konsep dasar seperti warna dan bentuk pada anak. Hal mendasar yang harus dipersiapkan agar anak dapat melakukan penyesuaian sosial dengan baik di sekolah ialah kematangan fisik, sosial, mental dan emosi. Khusus mengenai kematangan sosial dapat dilihat dari sikap anak bersosialisasi dengan lingkungan baru serta kemandirian melakukan tugas yang diberikan oleh guru (Hurlock, 1991).

  Mulai usia prasekolah, seseorang sudah mulai keluar dari lingkungan keluarga, karena pada saat ini anak sudah mulai mengadakan kontak sosial yang sebenarnya dan mengadakan penyesuaian sosial. Penyesuaian sosial menentukan bagaimana seorang anak akan diterima di lingkungannya dan mempengaruhi pembentukan konsep diri karena pola perilaku dan sikap yang dibentuk pada masa awal kehidupan cenderung menetap.

  Perkembangan sosial dan kepribadian mulai dari usia prasekolah sampai akhir masa sekolah ditandai oleh meluasnya lingkungan sosial (Hurlock, 1991).

  Anak-anak melepaskan diri dari keluarga, ia makin mendekatkan diri pada orang-orang lain di samping anggota keluarga. Meluasnya lingkungan sosial bagi anak menyebabkan anak menjumpai pengaruh-pengaruh yang ada di luar pengawasan orang tua. Ia bergaul dengan teman-teman, dan ia mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam proses emansipasi (Monks & Knoers, 2001). Kebutuhan akan perluasan dunia pergaulan membawa anak pada peningkatan hubungan dengan teman sebaya. Pemusatan perhatian terhadap keluarga berkembang ke arah perluasan pergaulan di luar rumah (Sadarjoen, 2002).

  Pada usia antara 3 dan 5 tahun, anak-anak berkembang dari pemikiran egosentrik ke kepasitas untuk bergaul dengan teman sebayanya.

  Kelas playgroup, kelompok bermain atau bahkan taman kanak-kanak akan memberikan kesempatan anak untuk meluaskan hubungan sosial (Sylva & Lunt, 1988).

  Anak yang berhasil melakukan penyesuaian sosial dengan baik di kelas prasekolah mempunyai kemungkinan yang jauh lebih baik untuk dapat melakukan penyesuaian di tingkat berikutnya (Hurlock, 1991). Pada masa ini sejumlah hubungan yang dilakukan anak dengan anak-anak lain meningkat dan ini akan menentukan gerak perkembangan sosial mereka. Anak yang mengikuti pendidikan prasekolah melakukan penyesuaian sosial yang lebih baik dibandingkan dengan anak-anak yang tidak mengikuti pendidikan prasekolah. Alasannya, mereka dipersiapkan secara lebih baik untuk melakukan partisipasi dalam kelompok dibandingkan dengan anak lain yang aktivitas sosialnya terbatas dengan anggota keluarga dan anak- anak dari lingkungan tetangga terdekat saja (Hurlock, 1991).

  Hal yang terpenting dalam perkembangan anak antara umur 2 sampai 3 tahun ialah perkembangan sikap sosialnya. Sikap sosial secara umum adalah hubungan antara manusia dengan manusia yang lain. Sekitar usia 2 atau 3 tahun anak sudah mulai membentuk masyarakat kecil terdiri dari 2 atau 3 orang. Mereka bermain bersama-sama walaupun kelompok itu hanya dapat bertahan dalam waktu yang relatif singkat. Dalam kegiatan semacam itu anak sudah mulai menghubungkan dirinya dengan suatu masyarakat yang baru, di dalamnya mulai terjadi perkembangan baru yaitu perkembangan sosial.

  Teman-teman sebaya dalam perkembangan sosial seseorang sangatlah penting. Hartup (dalam Santrock, 2002) mengatakan bahwa teman sebaya (peers) ialah anak-anak yang tingkat usia dan kematangannya kurang lebih sama. Selain itu, pada perkembangan sosial, bermain bersama teman sebaya membuat kelompok permainan dan berkompetisi antar kelompok dapat meningkatkan sosialiasi anak

  Kematangan sosial pada diri setiap individu sangat penting dalam perkembangan sosial manusia karena hal ini terkait dengan keberhasilan penyesuaian-penyesuaian sosial yang harus dilakukannya kelak agar dapat bertahan hidup. Sosialisasi dipupuk justru melalui kesempatan bermain bersama teman sebaya dalam masa kanak-kanak.

  Yogya Kids adalah suatu lembaga pendidikan prasekolah yang

  memiliki metode pengajaran yang unik yaitu Natural Growth Curriculum yang membuat siswa lebih aktif untuk belajar mandiri dengan menekankan keterampilan sosial anak prasekolah di awal-awal pemebelajarannya. Berdasarkan hal tersebut maka peneliti tertarik untuk melihat bagaimana kematangan sosial pada anak usia prasekolah khususnya di Playgrup Yogya

  Kids di Yogyakarta.

  B. Rumusan Masalah

  Bagaimana kematangan sosial pada anak usia prasekolah saat belajar di playgroup, yaitu Playgroup Yogya Kids di Yogyakarta.

  C. Tujuan Penelitian

  Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai kematangan sosial pada anak usia prasekolah saat belajar di Playgroup

  Yogya Kids di Yogyakarta.

D. Manfaat Penelitian

  1. Manfaat Teoritis Di bidang Psikologi Perkembangan, penelitian ini bermanfaat untuk menambah kajian secara empirik tentang kematangan sosial anak usia prasekolah dalam lingkungan sosialnya.

2. Manfaat Praktis

  a. Bagi orang tua Memberi gambaran atau pengetahuan kepada orang tua bahwa untuk mencapai kesiapan sekolah, para anak usia prasekolah ini tidak hanya dibekali dengan kemampuan baca-tulis, tetapi ada hal yang juga penting yaitu kematangan sosial sehingga anak berhasil melakukan penyesuaian-penyesuaian sosial yang kelak diperlukan dalam perkembangan kehidupannya.

  b. Bagi para guru taman kanak-kanak & playgroup Memberi pengetahuan yang nyata bagaimana kematangan sosial yang terjadi pada diri anak-anak didik mereka karena pada masa prasekolah ini, anak-anak lebih banyak bersosialisasi dengan lingkungan sekolah mereka. Kemudian dengan adanya pengetahuan ini diharapkan para guru (bekerja sama dengan orang tua) bisa mendampingi anak-anak yang mungkin memiliki masalah dengan kematangan sosial.

BAB II LANDASAN TEORI A. Anak Prasekolah Hurlock (1991) menyebutkan bahwa para pendidik menyebut tahun-

  tahun awal pendidikan di masa kanak-kanak sebagai usia prasekolah. Anak yang mengikuti taman kanak-kanak juga dinamakan anak-anak prasekolah.

  Awal masa kanak-kanak, baik di rumah maupun di lingkungan prasekolah merupakan masa persiapan.

  Berdasarkan tahap perkembangan psikososial menurut Erikson (dalam Hall & Lindzey, 1993) anak usia prasekolah ini berada pada tahap Inisiatif versus Rasa Bersalah. Inisiatif bersama-sama dengan otonomi memberikan suatu kualitas sifat mengejar, merencanakan sesuatu dan meraih tujuan-tujuan. Bahaya dari tahap ini adalah perasaan bersalah karena terlampau bergairah memikirkan tujuan, termasuk fantasi genital. Tujuan adalah nilai yang menonjol pada tahap perkembangan ini. Kegiatan utama anak dalam tahap ini adalah bermain dan tujuan tumbuh dari kegiatan bermainnya, eksplorasi-eksplorasinya, usaha-usaha dan kegagalan- kegagalannya serta eksperimentasinya dengan alat-alat permainannya. Masa bermain ini bercirikan ritualisasi dramatik. Anak secara aktif berpartisipasi dalam kegiatan bermain, memakai pakaian, meniru kepribadian-kepribadian orang dewasa dan berpuara-pura menjadi apa saja dari seekor anjing sampai menjadi astronot. Setiap anak mengikuti suatu pola perkembangan yang unik, dan anak-anak kecil paling baik belajar melalui pengalaman tangan pertama (langsung) dengan manusia dan benda-benda. Kegiatan bermain sangat penting dalam perkembangan total anak (Santrock, 2002).

  Secara umum, menurut Piaget (dalam Santrock, 2002), anak prasekolah berada pada tahap praoperasional, yaitu; anak-anak berada pada tahap kemampuan awal untuk merekonstruksi pada tingkat pemikiran apa yang telah dilakukan di dalam perilaku. Anak-anak juga masih berada pada tahap subtahap fungsi simbolis yaitu; pemikiran praoperasional yang terjadi kira-kira pada usia 2-4 tahun. Pada subtahap ini, anak membayangkan secara mental suatu obyek yang tidak ada. Kemampuan berpikir simbolis semacam itu disebut fungsi simbolisdan kemampuan itu mengembangkan secara cepat dunia mental anak.

  Tahap praoperasional ini ditegaskan kembali oleh Monks (2001) yang menurutnya, berdasarkan perkembangan kognitif, anak usia prasekolah juga berada pada tahap praoperasional. Pada tahap ini, anak mulai melakukan penggunaan bahasa yang sistematis, permainan simbol, imitasi (tidak langsung) serta bayangan dalam mental. Semua proses ini menunjukkan bahwa anak sudah mampu untuk melakukan tingkah laku simbolis. Anak tidak lagi mereaksi begitu saja terhadap stimulus-stimulus melainkan nampak ada suatu aktivitas internal, cara berpikir praoperasionalnya pun masih sangat egosentris. Anak belum mampu (secara persepsual, emosional-motivasional dan konsepsual) untuk mengambil perspektif orang lain, contoh: anak diajak ke suatu tempat bermain dan di sana ada 3 bendera; berwarna merah, putih dan biru berjajaran. Bila anak diminta untuk menyebutkan urutan mobil tadi dari sudut pandangan orang lain yang berdiri di seberang sebaliknya, maka ia akan menjawab dari sudut persepektifnya sendiri.

  Dari anak umur 2 sampai 6 tahun, anak belajar melakukan hubungan sosial dan bergaul dengan orang di luar lingkungan rumah, terutama dengan anak-anak yang umurnya sebaya. Mereka belajar menyesuaikan diri dan bekerja sama dalam kegiatan bermain. Studi lanjutan tentang kelompok anak melaporkan bahwa sikap dan perilaku sosial yang terbentuk pada usia dini biasanya menetap dan hanya mengalami sedikit perubahan (Hurlock, 1991).

  Menurut Hurlock (1991) masa kanak-kanak awal sering disebut “usia prageng” (pregang age). Pada masa ini sejumlah hubungan yang dilakukan anak dengan anak-anak lain meningkat dan ini sebagian menentukan bagaimana gerak maju dan perkembangan sosial mereka. Anak-anak yang mengikuti pendidikan prasekolah; misalnya pendidikan untuk anak sebelum taman kanak-kanak (nursery school), pusat pengasuhan anak pada siang hari (day care centre), atau taman kanak-kanak (kindergarten), biasanya mempunyai sejumlah besar hubungan sosial yang telah ditentukan dengan anak-anak yang umurnya sebaya. Anak yang mengikuti pendidikan prasekolah melakukan penyesuaian sosial yang lebih baik dibandingkan anak-anak lain yang tidak mengikuti pendidikan prasekolah. Alasannya adalah mereka dipersiapkan secara lebih baik untuk melakukan partisipasi yang aktif dalam kelompok dibandingkan dengan anak-anak yang aktivitas sosialnya terbatas dengan anggota keluarga dan anak-anak dari lingkungan tetangga terdekat.

  Berikut ini beberapa karakteristik perilaku dari anak prasekolah (Santrock, 2002):

  a. Memiliki pemikiran yang lebih simbolis daripada pemikiran sensorimotorik. Anak prasekolah masih memiliki pemikiran dengan membayangkan secara mental suatu obyek yang tidak ada.

  b.

  Egosentrisme; ketidakmampuan membedakan perspektifnya sendiri dengan pemikiran atau perspektif orang lain meski anak menyadari bahwa orang lain pun memiliki perasaannya sendiri, namun egosentrisme anak usia 3 tahun amat kuat. Anak berpikir bahwa ialah “pusat dunia”, bahwa semua hal di dunia ini tersedia untuknya, semua ada untuk memenuhi kebutuhannya. Kuatnya egosentrisme ini juga mempengaruhi perilaku anak saat bermain. Saat bermain, anak enggan bila mainannya dipinjam, juga menolak mengembalikan pinjaman. Hal ini sangat wajar bila kemudian kegiatan bermain bersama kerap diwarnai konflik (perselisihan).

  c.

  Anak usia 3 sampai 5 tahun sering menanyakan pertanyaan. Pertanyaan

  • –pertanyaan mereka memberi petunjuk akan perkembangan mental mereka dan mencerminkan rasa ingin tahu intelektual. Meluapnya rasa ingin tahu; secara alamiah, anak prasekolah memiliki rasa ingin tahu yang amat besar. Rasa ingin tahunya meliputi beragam bidang, termasuk bidang seksual. Pada usia prasekolah, anak-anak mulai menanyakan dari
manakah asal bayi atau sering kali anak sedang “menyelidiki alat genitalnya”, seringkali juga anak banyak bertanya “Kenapa?” atau “Ada apa?”

  d. Anak prasekolah lebih bersifat intuitif daripada logis. Hal ini berkaitan dengan dunia imajinasi mereka yang kaya. Dunia imajinasi yang kaya; pada anak prasekolah, imajinasi banyak mewarnai perilaku mereka. Anak pun masih sulit membedakan antara imajinasi dan realitas. Lihat saja, tak jarang ia ia sibuk menceritakan “pengalaman” yang sebetulnya hanya khayalannya. Itu semua membuat anak tampak sebagai sosok yang suka melebih-lebihkan cerita. Padahal jika ditelusuri, penyebabnya hanyalah ketidak mampuannya membedakan antara realitas dan kahyalan. Khayalan atau imajinasi memamng memiliki fungsi penting dalam kehidupan anak. Imajinsi merupakan alat untuk mengeksplorasi dunia, alat untuk bereksperimen dengan pengalaman dan perasaan mereka. Pada saat usia prasekolah, beberapa kasus bisa terjadi pada anak-anak, yaitu anak-anak yang memiliki teman imajiner. Hal ini wajar terjadi karena pada teman imajiner anak bisa mencurahkan berbegai perasaannya, sekadar berbagi ketakutan, kecemasan, kebahagiaan atau kekesalan sehingga memberi kesempatan berkembangnya kematangan emosi anak.

  e.

  

Ketidakmampuan untuk mengaitkan dalam operasi; tidak dapat

  mengubah tindakan secara mental; kurangnya keterampilan dalam konservasi.

B. Kematangan Sosial Anak Prasekolah

1. Pengertian Kematangan Sosial

  Kematangan sosial (Social Maturity) adalah derajat di mana individu mencapai kemerdekaan dirinya dari pengaturan orang tuanya dan dari orang dewasa lainnya (Kartono & Gulo, 1987). Schnneiders (dalam Gunarsa, 2003) mengatakan kematangan merupakan dasar perkembangan seseorang dan sangat mempengaruhi tingkah laku. Ada pun yang dimaksud dengan kematangan ialah keadaan pada tahap-tahap perkembangan yang sesuai dengan keadaan atau norma umum pada tingkatan perkembangan seseorang. Kematangan dalam hal ini termasuk kematangan fisik, emosi dan intelektual.

  Bhatia (dalam Indrawan, 2000) menjelaskan bahwa kematangan sosial memiliki 2 pengertian yaitu: a. Kesadaran sosial yang dilandasi oleh sikap yang mengerti, memahami, menghormati kebiasaan atau nilai masyarakat serta menampilkan dirinya sebagai anggota masyarakat tersebut.

  b. Berkembangnya pola tingkah laku merupakan sikap kebiasaan yang membantu anak dalam kehidupan kelompok serta dalam menciptakan kesejahteraan kelompok.

  Tugas Perkembangan Anak Prasekolah 2.

  Pada saat usia prasekolah, anak senang melakukan berbagai aktivitas. Anak telah mencapai keseimbangan dalam mengkoordinasikan gerakan motorik disertai dengan perkembangan fisik dan kognitif. Pada usia ini anak lebih banyak melakukan gerakan motorik kasar dan motorik halusnya seperti berlari, melompat, menulis, menggunakan berbagai alat seperti gunting atau menyusun suatu barang menjadi suatu bentuk tertentu. Anak juga belajar menggunakan sendok pada saat makan, belajar mandi dan memakai baju sendiri. Pada usia ini anak telah dapat mengontrol diri sendiri saat harus ke kamar mandi untuk buang air. Anak mulai mandiri dan dapat merawat diri sendiri. Anak usia prasekolah senang diperhatikan oleh setiap orang dan menunjukkan kegembiraan bila telah berhasil melakukan sesuatu. Anak bangga menunjukkan apa yang telah dilakukan untuk menerima perhatian dan pengakuan orang lain. Hal ini merupakan salah satu cara menstimulasi anak mengembangkan kreatifitasnya (Pikunas dalam Anggraini, B. D.

  2003).

  Sejalan dengan perkembangan fisiknya, perkembangan bahasa anak mulai bertambah, anak mulai mampu menghafal nama-nama benda, nama-nama orang, lagu-lagu dan anak senang mengajukan berbagai pertanyaan terutama yang berhubungan dengan konsep. Menurut Piaget (dalam Monks dkk., 2001) anak prasekolah memasuki stadium praoperasional dimulai dengan penguasaan bahasa yang sistematis, permainan simbolis serta imitasi. Ia mampu untuk menirukan tingkah laku yang dilihatnya (imitasi) dan apa yang dilihat sehari sebelumnya (imitasi tertunda).

  Bandura dalam teori Belajar Sosial (dalam Hetherington & Parke, 1976; Jersild, 1968) menjelaskan bahwa salah satu yang mempengaruhi pembentukan pola perilaku anak yang cenderung menetap adalah imitasi terhadap model. Model dalam hal ini perilaku, sikap serta stimulus yang dilihat anak dari lingkungan terutama orang-orang yang berada di dekat si anak. Perilaku yang terbentuk cenderung menguat dengan adanya reinforcement baik yang disadari atau pun tidak dari lingkungan.

  Kematangan Sosial Anak Prasekolah 3.

  Kematangan sosial anak terkait dengan perkembangan anak secara umum dan perkembangan perilaku sosial secara khusus. Oleh karena itu kematangan atau kemasakan sosial merupakan keadaan anak yang telah memiliki kesiapan untuk menyesuaikan diri pada peraturan serta norma yang ada dalam lingkungannya dan dipengaruhi faktor belajar atau adaptasi sehingga dapat bergaul serta melibatkan diri di dalamnya. Perilaku sosial anak berkembang bersama dengan kematangan hereditas dan pengaruh belajar yang bertahap. Dengan demikian kematangan sosial anak tidak terlepas dari tahap-tahap perkembangannya.

  Doll (dalam Anastasi,1976) mendefinisikan kematangan sosial sebagai kinerja yang menunjukkan perkembangan kemampuan dalam memelihara diri sendiri dan kemampuan berpartisipasi dalam aktivitas- aktivitas yang mendukung tercapainya kemandirian sebagai orang dewasa. Kematangan sosial juga berkaitan dengan kesiapan anak untuk terjun dalam kehidupan sosial dengan orang lain yang bisa diamati dalam bentuk-bentuk ketrampilan yang dikuasai dan dikembangkan sehingga akan membantu kemandirian sosial kelak.

4. Proses Perkembangan Kematangan Sosial Anak Prasekolah

  Berkaitan dengan tugas perkembangan anak, secara sosial anak juga mulai mengalami perubahan yang cukup pesat. Mulai usia prasekolah, interaksi anak tidak hanya terbatas pada ibu atau pun keluarganya tetapi mulai terlibat dengan teman sebaya (peer) dan guru di sekolah. Hal ini berarti anak harus mampu menyelesaikan tugas perkembangan pada usianya dengan mulai mengembangkan sikap menghargai, membantu orang lain, bekerja sama, menunggu giliran untuk suatu aktivitas (Margolin, 1982). Anak juga mulai belajar mengungkapkan perasaan dalam perilaku yang bisa diterima secara sosial, memilih kegiatan dan tugas serta dapat menyelesaikan tugas tersebut dapat mengontrol emosi, tidak mengalami kesulitan untuk berpisah dalam waktu tertentu dengan orang tua, mampu menerima dan mengerti setiap tuntutan dari lingkungan terutama di sekolah (Hurlock, 1991), mampu mandiri dan merawat diri, mampu mengkoordinasikan gerakan kaki dan motorik tangan, mata dan kaki sehingga dapat melakukan aktivitas dan tugas sekolah (Margolin, 1982).

5. Faktor yang Mempengaruhi Kematangan Sosial Anak

  Faktor-faktor yang mempengaruhi kematangan sosial menurut Hurlock (1991) adalah:

  a. Fisik

  Fisik seorang anak mempengaruhi berperilaku, yang sehat tanpa cacat akan membuat anak lebih mampu merespon stimulus yang diberi lingkungan. Fisik yang sehat juga mempengaruhi pandangan anak terhadap dirinya, anak yang merasa berbeda dibanding teman-temannya cenderung menutup diri. Perkembangan fisik juga mempengaruhi perkembangan lain.

  Intelegensi b. Intelegensi di atas rata-rata memungkinkan anak melakukan imitasi atau stimulus pada lingkungan yang akan terinternalisasi dalam diri anak.

  Penelitian Oden (Monks, Knoers & Haditono, 1988) mengungkapakan bahwa anak-anak dengan intelegensi tinggi mempunyai prestasi yang baik, lebih ulet, lebih bermotivasi untuk dapat berprestasi sebagai yang paling baik kemudian anak-anak ini lebih baik dalam melakukan penyesuaian sosial dan rata-rata psikis mereka juga lebih sehat.

  c. Keluarga

  Keluarga merupakan perantara ang sangat penting dalam membantu perkembangan sosialisasi anak (Hetherington & Parke, 1999). Jika lingkungan rumah secara keseluruhan memupuk perkembangan sosial yang baik, kemungkinan besar anak akan menjadi pribadi yang sosial.

  Bhatia (dalam Indrawan, 2000) berpendapat bahwa tingkah laku sosial dan sikap anak terhadap orang lain dipengaruhi oleh pengalaman belajarnya yang didapatkan pada tahap-tahap awal pembentukan pribadi. Keluarga dalam hal ini juga termasuk sistem dan kebiasaan yang berkembang.

  Lingkungan sosial d. Lingkungan tempat anak bersosialisasi merupakan media anak melakukan imitasi berperilaku dan bersikap. Anak usia prasekolah memasuki stadium praopersional, anak masih belum mampu untuk memahami segala sesuatu menurut cara berpikirnya sendiri. Sehingga pada usia ini anak melakukan imitasi pada lingkungannya (Piaget dalam Monks, Knoers dan Haditono, 1988). Lingkungan sekitar rumah dalam hal ini adalah yang di luar keluarga yaitu sekolah, teman sebaya bahkan televisi. Guru e. Perlakukan dan sikap guru pada anak di sekolah termasuk peraturan yang berlaku di sekolah mempengaruhi sikap sosial anak untuk beradaptasi dengan lingkungan di luar rumah.

6. Aspek-aspek Kematangan Sosial Anak Prasekolah

  Doll (dalam Anastasi, 1976) mengatakan bahwa kematangan sosial merupakan konstelasi enam aspek, yaitu:

  a. Self-help Self-help adalah kemampuan membantu diri sendiri dalam hal

  umum seperti kemampuan menghindari bahaya sederhana, mengurus diri sendiri di toilet, mengambil makanan tanpa bantuan, mampu berpakaian sendiri, mandi dan tidur tanpa bantuan merupakan kemampuan yang harus dikuasai anak usia prasekolah sehingga anak dapat mandiri untuk melakukan sesuatu bagi diri sendiri terutama di sekolah (Ilg dan Gussel, 1977).

  b. Self-direction Self direction adalah kemampuan untuk mengerahkan dan

  memimpin diri sendiri seperti berbelanja yang ringan-ringan tanpa pengawasan pada siang hari.

c. Occupation

  adalah kemampuan untuk membantu berupa

  Occupation

  pekerjaan rumah tangga yang ringan, menggunakan pensil dan spidol untuk menggambar dan menggunakan alat-alat perlengkapan. Seorang anak, agar dapat menjadi anggota kelompok sosial yang diterima di dalam keluarga, sekolah dan teman sebaya, anak harus menjadi anggota yang kooperatif dengan memiliki keterampilan tersebut di atas (Hurlock, 1991).

  d. Locomotion

  Daya penggerak pada anak (locomotion) untuk bepergian seperti main atau pergi ke rumah tetangga tanpa pengawasan, ke sekolah tanpa diantar, keliling kompleks perumahan dengan bebas. Bepergian tanpa diawasi orang dewasa menunjukkan tanggung jawab dan kemandirian yang dimiliki anak.

  e. Communication Communication adalah kemampuan anak untuk mengungkapkan

  dan menerima apa yang dipikirkan, diinginkan dan dirasakan.

  f. Social relation

  Anak usia prasekolah (3-5 tahun) tidak lagi berorientasi pada diri sendiri melainkan harus dapat berinteraksi dengan orang lain.

  Berinteraksi menekankan pada hubungan timbal balik, anak tidak hanya menuntut orang lain memahami dirinya tetapi anak juga harus dapat memahami dan mematuhi standar norma yang berlaku dalam lingkungannya di rumah atau pun di sekolah.