Kampanye sosial pentingnya menunda kehamilan di usia muda

(1)

(2)

(3)

(4)

71 Daftar Riwayat hidup

Biodata

Nama : Dwi Winda Wibawanti Panggilan : Nda – Winda

Jenis kelamin : Wanita

TTL : Bandung, 21 oktober 1991

Alamat : JL Permata II Block N.20 RT/RW 001/006 Desa Tanimulya Kecamatan: Ngamprah Kab: bandung Barat

Agama : Islam

Kewarganegaraan : Indonesia

Pendidikan (formal)

(1996 - 2002) SDN Pakusarakan (2002 - 2005) SMPN 2 Ngamprah (2005 - 2008) SMKN 3 Cimahi

(2009 - 2013) Universitas Komputer Indonesia Bandung

Seminar

(21 April 2011) Sertifikat peserta acara Kuliah Umum Ilustrasi “DON’T JUDGE BOOK BY IT’S COVER”

(03 Juli 2011) Sertifikat peserta acara pencatatan rekor MURI menggambar dan melukis tas “1001 SENYUM INDONESIA”

(24 Mei 2013) Sertifikat peserta acara pencatatan rekor MURI membuat web jualan online “TOKO ONLINE”

(01 Juni 2013) Sertifikat Peserta Seminar Nasional “Wajah Baru Dunia Periklanan ARS (Advertising Real Show)”


(5)

Laporan Pengantar Tugas Akhir

KAMPANYE SOSIAL PENTINGNYA MENUNDA KEHAMILAN DI USIA MUDA

DK 38315/Tugas Akhir Semester II 2012-2013

Oleh ;

Dwi Winda Wibawanti 51909300

Program Studi Desain Komunikasi visual

FAKULTAS DESAIN

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG


(6)

iv KATA PENGANTAR

Bersyukur itulah yang seharusnya diucapkan setiap saat dengan memanjatkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan Rahmat dan Karunia-Nya, juga dengan memberikan kesehatan hingga hari ini, dan masih senantiasa membiarkan menikmati keindahan yang dititipkan-Nya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan tugas akhir ini yang mengambil judul “Pentingnya Menunda Kehamilan di Usia Muda”. Meskipun dalam proses penyusunannya masih banyak hambatan dan kekurangan, namun penulis berharap laporan ini dapat bermanfaat khususnya bagi yang membacanya. Adapun penyusunan laporan penelitian ini untuk mencapai kelulusan Mata Kuliah Tugas Akhir di Fakultas Desain program Studi Desain Komunikasi Visual Universitas Komputer Indonesia.

Dengan selesainya laporan tugas akhir ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak yang telah memberi masukan – masukan baik berupa moril maupun materil kepada penulis. Juga semua pihak yang telah memberikan motivasinya kepada penulis, terima kasih telah menjadi motivator yang baik dan selalu bersabar dalam menyemangati penulis, hingga akhirnya dapat menyelesaikan penyusunan laporan ini.

Dengan sistem penyusunan yang masih jauh dari kata sempurna, penulis menyadari banyak hal yang harus diperbaiki. Dan semoga hasil penelitian yang dibuat ini dapat bermanfaat untuk sekarang dan di masa depan. Akhir kata penulis juga berharap ada beberapa pihak yang dapat memberikan saran atau kritik yang membangun agar tentunya dapat memperbaiki kesalahan yang ada, dan dapat memperbaikinya agar mendapat hasil yang optimal.

Bandung, Agustus 2013


(7)

vii Daftar Isi

LEMBAR PENGESAHAN ... i

HAK EKSKLUSIF ... ii

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... v

ABSTRACT ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 4

1.3 Rumusan Masalah ... 5

1.4 Batasan Masalah... 5

1.5 Tujuan Perancangan ... 5

BAB II Tinjauan Pustaka ... 6

2.1 Remaja... 6

2.1.1 Definisi Remaja ... 6

2.1.1.1 Remaja menurut WHO ... 6

2.1.1.2 Remaja dalam Bahasa Latin ... 7

2.1.1.3 Remaja menurut Monks ... 7

2.1.2 Batasan Usia Remaja ... 7

2.1.2.1 Menurut Mappiare ... 7

2.1.2.2 Menurut WHO ... 8

2.1.2.3 Menurut Deswita ... 8

2.2 Definisi Pernikahan Dini ... 9


(8)

viii

2.2.1.1 Pernikahan Usia Nikah Pertama ... 10

2.2.1.2 Pernikahan Usia Mudah ... 11

2.2.1.3Kesehatan reproduksi, organ dan fungsi... 12

2.2.1.4Pengaruh Kehamilan dan resiko ... 14

2.3 Fenomena pernikahan muda ... 21

2.4 Kampanye ... 23

2.4.1 Jenis – jenis Kampanye ... 27

2.4.2 Manfaat kampanye ... 28

2.5 Kampanye Sosial ... 25

2.5.1 Media Kampanye ... 28

2.5.2 Tujuan Kampanye ... 29

2.6 Analisa Permasalahan dengan 5W + 1H ... 29

BAB III Strategi Perancangan dan konsep Visual ... 33

3.1Strategi perancangan ... 33

3.1.1 Target Audience ... 34

3.1.2 Tujuan komunikasi ... 35

3.1.3 Pendekatan komunikasi ... 35

3.1.4 Strategi kreatif ... 36

3.1.5 Strategi media... 38

3.1.6 Strategi distribusi ... 42

3.2 Konsep Visual ... 43

3.2.1 Format desain ... 43

3.2.2 Sinopsis ... 43

3.2.3 Storyline ... 44

3.2.4 Scene plot / Struktur cerita ... 46

3.2.5 Skenario ... 47

3.2.6 Storyboard ... 48

3.2.7 Logo Kampanye ... 49

BAB IV TEKHNIK PRODUKSI ... 53


(9)

ix

4.2 tekhnis dan Perancangan Media ... 53

4.2.1 Pra produksi ... 53

4.2.2 Produksi ... 54

4.2.3 Pasca produksi ... 54

4.3 Media ... 56

4.3.1 Media Utama ... 56

4.3.2 Media Pendukung ... 59

DAFTAR PUSTAKA ... 64

LAMPIRAN ... 65


(10)

64

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2001. Paradigma Sehat 2010. Jakarta : Depkes RI

Brunner and Suddarth. (2002). Buku Ajar Keperawatan-Medikal Bedah. Edisi 8 Volume 3. EGC : Jakarta.

Badudu Zain, 2004. Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta : Pustaka Harapan

Budi T.P & A.I Novaria (2012), Tips cerdas kehamilan, Yogyakarta : Tugu Publisher.

Bagus, Sihnu. 2010 (19 Maret). All About Theory-Pengertian Kampanye. Tersedia di: Http://all-about-theory.blogspot.com/2010/03/pengertian-kampanye.html [24 Mei 2013]

Dosen AKBID STIKES Budi Luhur Cimahi, Jawa Barat

Herdiman, Ima. 2006. 400 Istilah Public Relations Media dan Periklanan.

Jakarta: Gagas Ulung.

Iskandar, Dkk. 2007. Masalah Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia. Jakarta : Universitas Trisakti

Pujirianto. 2005. Desain Grafis Komputer. Yogyakarta: Andi.

Ruslan, Rosady. (2008). Kiat dan Strategi Kampanye Public Relations. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Santrock, John W. Adolescence, Perkembangan Remaja. Ed.ke-6. Terj. oleh Shinto B. Adelar & Sherly Saragih. Jakarta: Penerbit Erlangga. 2003.

Sudoyono. (2006) Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jilid II. Edisi IV. Jakarta : FKUI

YLKI. 2002. Informasi Kesehatan Reproduksi Perempuan (seri perempuan mengenali dirinya).

http://www.google.com/mediacastore

http://www.google.com/Problematikaremajaakibatkurangnyainformaskesehatanrepro duksi


(11)

1 BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah

Pernikahan bukanlah sekedar masalah pribadi dari mereka yang melangsungkan pernikahan itu saja, tetapi merupakan salah satu masalah keagamaan yang sangat sensitif dan erat sekali hubungannya dengan kerohanian seseorang. Pernikahan merupakan suatu hal yang penting dalam realita kehidupan ummat manusia. Dengan adanya pernikahan rumah tangga dapat ditegakkan dan dibina sesuai dengan norma agama dan tata kehidupan masyarakat. Pernikahan secara etimologi adalah bentukan kata benda dari kata dasar nikah; kata itu berasal dari bahasa Arab yaitu kata nikkah yang berarti perjanjian. Sedangkan perkawinan; berikutnya kata itu berasal dari kata lain dalam bahasa Arab yaitu kata nikah (bahasa Arab) yang berarti persetubuhan. Pernikahan atau perkawinan adalah upacara pengikatan janji nikah yang dirayakan atau dilaksanakan oleh dua orang dengan maksud meresmikan ikatan pernikahan secara norma agama, norma hukum, dan norma sosial. Upacara pernikahan memiliki banyak ragam dan variasi menurut tradisi suku bangsa, agama, budaya, maupun kelas sosial. Penggunaan adat atau aturan tertentu kadang-kadang berkaitan dengan aturan atau hukum agama tertentu pula.

Pernikahan memiliki tujuan yang sangat mulia yaitu membentuk suatu keluarga yang bahagia, kekal abadi berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Hal ini sesuai dengan rumusan yang terkandung dalam Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 pasal 1 bahwa: "Perkawinan merupakan ikatan lahir dan batin antara seorang wanita dengan seorang pria sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa."

Kondisi psikologis remaja pratama atau remaja usia 10 - 14 tahun pada umumnya yaitu setiap individu dari mereka sedang mengalami masa transisi dari kanak– kanak menuju dewasa dari segi daya pikir, kematangan mental, emosional, sosial,


(12)

2 dan fisik. Begitu pun dengan kondisi psikologis remaja akhir atau remaja usia 15 – 20 tahun pada umumnya masing-masing individu mulai berhubungan dengan masyarakat, dan telah mengalami perkembangan tanda-tanda seksual, pola psikologis, dan menjadi lebih mandiri.

Kehamilan diusia muda (dibawah 20 tahun) menurunkan kesejahteraan anak untuk hidup hal ini merupakan resiko dari kehamilan diusia muda tidak hanya berlaku bagi ibu tetapi juga pada janin yang dikandungnya. Bagi ibu dapat terjadi keguguran, persalinan prematur, mudah terjadi infeksi, anemia dalam kehamilan, keracunan kehamilan, dan resiko osteoporosis yang tinggi.

Secara garis besar, ada dua faktor penyebab remaja kurang mengerti dan mengetahui tentang dampak melahirkan diusia dini. Faktor tersebut adalah faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor penyebab yang berasal dari dalam diri sendiri. Contohnya adalah; tidak adanya minat atau motivasi belajar dan mencaritahu. Faktor eksternal adalah faktor penyebab yang berasal dari luar individu atau dari lingkungan sekitar. Contohnya adalah; asupan informasi mengenai reproduksi, bagi remaja hanya dari buku pelajaran sekolah saja atau kurangnya asupan informasi dari media alternatif diluar buku pelajaran yang didapat di sekolah. Kurangnya peran orang tua atau para ibu khususnya dalam membimbing anak untuk menyerap dan memberitahukan setiap informasi, dalam hal ini informasi seputar kesehatan alat reproduksi. Ataupun kadang-kadang beberapa pendidik sering menciptakan suasana kelas yang menegangkan atau suasana tabuh bila sedang membicarakan tentang organ intim dan organ bagian dalam lainnya sehingga siswa pun sering kali merasa malu untuk menanyakan lebih jauh tentang hal itu.

Dari segi fisik, alat reproduksi remaja belum matang dan belum siap untuk dibuahi, sehingga dapat merugikan ibu maupun perkembangan dan pertumbuhan janin. Keadaan tersebut akan makin menyulitkan bila ditambah dengan tekanan (stress) psikologis, sosial dan ekonomi. Oleh karena itu masa hamil sebaiknya dilakukan pada usia 20 - 30 tahun (Manuaba, 1998).


(13)

3 Kesehatan reproduksi merupakan salah satu topik penting dibidang kesehatan yang mendapat perhatian dari berbagai pihak, baik di dalam maupun luar negeri. Meluasnya liputan media massa sampai ke pelosok negeri yang menyajikan fakta seputar kesehatan reproduksi, baik positif maupun negatif mendorong berbagai pihak tidak hanya dari praktisi kesehatan pemerintah, perorangan, swasta dan lembaga swadaya masyarakat untuk mengambil peran aktif dalam mensosialisasikan sekaligus memberikan jalan keluar atas permasalahan kesehatan reproduksi.

Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah dalam mengatasi dampak dari pernikahan usia muda adalah dengan melaksanakan program Keluarga Berencana (KB). Keluarga Berencana (KB) adalah daya upaya manusia untuk mengatur secara sengaja kehamilan dalam keluarga, dengan tidak melawan hukum dan moral Pancasila, demi untuk kesejahteraan keluarga. Keluarga Berencana (KB) juga merupakan suatu cara untuk mencegah kehamilan agar ibu melahirkan anak yang diinginkan sesuai dengan perencanaan keluarga sehat.

Oleh dari itu dibutuhkannya upaya-upaya memberikan sosialisasi berupa kampanye sosial yang menginformasikan tentang dampaknya menikah muda dan untuk lebih baiknya menunda kehamilan setelah menikah muda dengan cara–cara yang didukung oleh program pemerintah.

I.2 Identifikasi Masalah

Dari uraian yang telah dipaparkan sebelumnya, maka dapat diidentifikasikan pokok-pokok permasalahan tentang dampak melahirkan di usia dini sebagai berikut:

Masih banyaknya pernikahan yang terjadi dengan usia dibawah dari 20 tahun.

Tidak adanya informasi mengenai secara meluas tentang kehamilan di usia muda.


(14)

4 Belum adanya kesepakatan yang diatur tentang pernikahan antara Dinas Kesehatan dan pihak KUA.

Kurangnya kepekaan masyarakat dari adanya bahaya kehamilan dan melahirkan di usia muda.

Ketakutan orang tua dari pergaulan anaknya, sehingga ingin cepat menikahkan anaknya.

Masih kentalnya tradisi yang turun temurun.

Anggapan masyarakat perihal tidak baik pacaran terlalu lama.

I.2 Rumusan Masalah

Bagaimana cara meningkatkan pengetahuan remaja untuk mempelajari hal-hal seputar alat reproduksinya dan membangun kesadaran bagi anak remaja untuk menunda kehamilan di usia muda bila menikah muda dibawah usia 20 tahun.

I.3 Batasan Masalah

Agar pembahasan materi dapat terfokus, maka untuk itu dibuat batasan masalahnya, informasi mengenai bahaya dan dampak negatif yang akan dibahas hanya mengenai kesehatan alat reproduksi dan cara menunda kehamilan.

I.4 Tujuan Perancangan

Adapun tujuan dari perancangan dan penyusunan Tugas Akhir ini adalah untuk membangun kesadaran bagi remaja untuk dapat menunda kehamilan bila menikah di usia muda, agar dapat mengurangi resiko kematian saat melahirkan dan resiko lain yang ditimbulkan nantinya.


(15)

5 BAB II

DAMPAK MELAHIRKAN DI USIA MUDA BAGI KESEHATAN

II.1 Remaja

II.1.1 Definisi remaja

Remaja sebagai salah satu proses pendewasaan yang merupakan awal dalam mengenal dan mengerti serta menyelami proses kedewasaan. Yang pada akhirnya tidak sedikit saat ini khususnya remaja wanita yang menjalani pernikahan hanya karena tuntutan orang tua atau bahkan akibat pergaulan yang terlampau bebas yang mengakibatkan remaja wanita harus hamil pada masa sebelum saatnya dan mengharuskan ia mengerti tentang arti dari pernikahan.

Dari segi mental, emosi remaja belum stabil. Kestabilan emosi umumnya terjadi antara usia 24 tahun karena pada saat itulah orang mulai memasuki usia dewasa. Usia 20 - 40 tahun dikatakan sebagai usia dewasa muda. Pada masa ini biasanya mulai timbul transisi dari gejolak remaja ke masa dewasa yang lebih stabil. Maka jika pernikahan dilakukan dibawah usia 20 (dua puluh) tahun secara emosi remaja masih ingin berpetualang menemukan jati dirinya (Gemari, 2002).

II.1.1.1 Remaja menurut WHO

Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. WHO memberikan definisi tentang remaja yang lebih bersifat konseptual. Dalam definisi tersebut dikemukakan tiga kriteria yaitu biologis, psikologis, dan sosial ekonomi. Remaja adalah suatu masa ketika:

a) Individu berkembang di saat pertama kali ia menunjukan tanda–tanda seksual sekunder sampai saat ia mencapai kematangan seksual.

b) Individu mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa.

c) Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi yang penuh kepada keadaan relatif lebih mandiri.


(16)

6 Istilah Adolescen (Remaja) berasal dari bahas latin adalascare yang berarti “bertumbuh” sepanjang fase perkembangan ini, sejumlah masalah fisik, sosial dan psikologis bergabung untuk menciptakan karasteristik, perilaku dan kebutuhan yang unik.

Pandangan ini didukung oleh Piaget (Hurlock, 1991) yang mengatakan bahwa secara psikologis remaja adalah suatu usia dimana individu menjadi terintegrasi ke dalam masyarakat dewasa, suatu usia dimana anak tidak merasa bahwa dirinya berada di bawah tingkat orang yang lebih tua melainkan merasa sama, atau paling tidak sejajar.

II.1.1.3 Menurut Monks

Remaja sebenarnya tidak memiliki tempat yang jelas. Mereka sudah tidak termasuk golongan anak-anak, tetapi belum juga dapat diterima secara penuh untuk masuk ke golongan orang dewasa. Remaja berada di antara anak dan orang dewasa. Oleh karena itu remaja seringkali dikenal dengan fase “mencari jati diri” atau fase “topan dan badai”. Remaja masih belum mampu menguasai dan memfungsikan secara maksimal fungsi fisik maupun psikisnya. Namun fase remaja merupakan fase perkembangan yang berada pada masa amat potensial, baik dilihat dari aspek kognitif, emosi maupun fisik (Monks dkk; 1989).

Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan masa remaja merupakan masa dimana individu mengalami transisi perkembangan dari masa kanak-kanak menuju dewasa, kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik, usia dimana individu mulai berhubungan dengan masyarakat, dan telah mengalami perkembangan tanda-tanda seksual, pola psikologis, dan menjadi lebih mandiri.

II.1.2 Batasan Usia Remaja II.1.2.1 Menurut Mappiare

Masa remaja, menurut Mappiare (1982), berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria. Rentang usia remaja ini dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu usia 12 atau


(17)

7 13 tahun sampai dengan 17 atau 18 tahun adalah masa remaja awal dan usia 17 atau 18 sampai dengan 21 atau 22 tahun adalah masa remaja akhir.

II.1.2.2 Menurut WHO

Batasan remaja menurut WHO (Dalam Sarwono, 2003) lebih konseptual. Dalam definisi ini dikemukakan 3 kriteria yaitu biologi, psikologi, dan sosial ekonomi, sehingga secara lengkap definisi tersebut berbunyi sebagai berikut: Remaja adalah suatu masa dimana:

1. Individu berkembang dari saat pertama kali menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual.

2. Individu mengalami perkembangan psikologi dan pola identitas dari kanak– kanak menjadi dewasa.

3. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri.

WHO menetapkan atas usia 10 - 20 tahun sebagai batasan usia remaja dan membagi kurun usia tersebut dalam dua bagian yaitu: Remaja awal 10 - 14 tahun dan remaja akhir 15 - 20 tahun. Pedoman umur remaja di Indonesia menggunakan batasan usia 11 - 24 tahun dan belum menikah.

II.1.2.3 Menurut Deswita

Batasan usia remaja yang umum digunakan oleh para ahli adalah antara 12 hingga 21 tahun. Rentang waktu usia remaja ini biasanya dibedakan atas tiga, yaitu 12 - 15 tahun = masa remaja awal, 15 - 18 tahun = masa remaja pertengahan, dan 18 - 21 tahun = masa remaja akhir. Tetapi Monks, Knoers, dan Haditono membedakan masa remaja menjadi empat bagian, yaitu masa pra-remaja 10 - 12 tahun, masa remaja awal 12 - 15 tahun, masa remaja pertengahan 15 - 18 tahun, dan masa remaja akhir 18 - 21 tahun (Deswita, 2006, 192).

II.2 Pernikahan Dini


(18)

8 Pada umumnya menurut hukum agama pernikahan adalah perbuatan yang suci (sakral) yaitu suatu perikatan antara dua pihak dalam memenuhi perintah dari ajaran Tuhan Yang Maha Esa, agar kehidupan berkeluarga dan berumahtangga serta berkerabat bertetangga berjalan dengan baik sesuai dengan ajaran agama masing– masing.

Pengertian pernikahan dini menurut agama Islam adalah pernikahan yang dilakukan oleh orang yang belum baligh atau belum mendapatkan menstruasi pertama bagi seorang wanita. Sedangkan menurut pendapat Indaswari, batasan nikah muda adalah pernikahan yang dilakukan sebelum usia 16 tahun bagi perempuan dan 19 tahun bagi laki-laki. Batasan usia ini mengacu pada ketentuan formal batas minimum usia menikah yang berlaku di Indonesia.

Dapat disimpulkan pernikahan adalah ikatan lahir batin manusia untuk hidup bersama antara seorang pria dan seorang wanita untuk membentuk keluarga (rumah tangga) yang kekal, bahagia dan sejahtera. Pernikahan itu sendiri dilakukan biasanya setelah dirasa masing–masing pihak sudah merasa cukup umur dan disesuaikan dengan kondisi psikologis setiap masing-masing orang tentunya berdasarkan pada tingkatan masing–masing usia.

Pernikahan dini lebih dikenal dengan istilah “kawin muda” dimana pernikahan dini tersebut umumnya terjadi pada usia antara 15 - 20 tahun. Satu kasus di India istilah kawin muda atau pernikahan dini hampir tidak pernah dipermasalahkan, meskipun sebagian besar dijodohkan, ini terjadi karena kedua pasangan meskipun tidak saling mengenal, namun justru mereka saling mengerti dan memahami tugas masing-masing. Berbeda dengan daerah lain atau di dunia lainnya dimana sebagian besar keputusan diambil oleh pasangan yang akan menikah.

II.2.1.1 Perkawinan usia kawin pertama

Provinsi Jawa Barat memiliki karakterstik kependudukan yang unik dimana salah satunya adalah usia kawin pertama yang relatif masih rendah jika dibandingkan dengan daerah lain di Pulau Jawa. Pada tahun 1996, wanita yang


(19)

9 melangsungkan pernikahan pertamanya pada usia 10 - 16 tahun sebanyak 39% dan sedikit menurun menjadi 34,8% pada tahun 2000 dan sampai tahun 2008 pun, usia pernikahan pertama wanita di Jawa Barat tetap rendah dimana usia pernikahan pertama wanita dibawah 16 tahun dengan presentase 22.60% dari seluruh provinsi (SUSENAS 2008)

Daerah penelitian meliputi Kabupaten Bandung Barat Kecamatan Ngamprah dengan posisinya yang berbatasan dengan Kota Cimahi. Dengan posisinya tersebut, wilayah di sekitar Kabupaten Bandung Barat secara tidak langsung dapat membawa pengaruh terhadap pembentukan karakteristik penduduk di Kabupaten Bandung Barat. Berdasarkan data yang dimiliki BPPKB pada tahun 2011, rata-rata usia kawin pertama wanita Kabupaten Bandung Barat, adalah 17 tahun. Data dari BPS Kabupaten Bandung Barat pada tahun 2012 usia pernikahan muda dibawah 18 tahun pada wanita mencapai 58,08%. Hal ini menunjukkan bahwa lebih dari setengah jumlah penduduk wanita di Kabupaten Bandung Barat memilki usia pernikahan pertama yang masih rendah.

Usia nikah adalah usia ketika seseorang memulai atau melangsungkan pernikahan (pernikahan pertama). Masalah pernikahan adalah merupakan salah satu bagian dari masalah kependidikan yang perlu ditangani secara serius, hal ini disebabkan karena pernikahan akan menimbulkan masalah baru dibidang kependudukan yang pada gilirannya akan menghambat pembangunan.

Usia pernikahan pertama merupakan salah satu yang dapat mempengaruhi tingkat produktifitas pada pasangan usia subur. Meningkatnya usia nikah akan dapat memberikan sumbangan pada penurunan angka kelahiran. Bagi masyarakat Indonesia, pernikahan dipandang sebagai perilaku yang bersifat universal dalam arti bahwa kebanyakan penduduk akan melangsungkan pernikahan. Salah satu ciri pernikahan Indonesia adalah pelaksanaan terjadi pada usia yang masih cukup muda terutama bagi wanita di pedesaan atau pinggiran kota.


(20)

10 Usia pernikahan yang rendah bagi seorang wanita berarti akan memperpanjang masa untuk melahirkan. Seorang wanita mempunyai masa subur pada usia 15 - 49 tahun. Wanita yang menikah pada usia tua yaitu pada pertengahan atau mendekati umur 30-an, cenderung mempunyai anak lebih sedikit dari wanita yang menikah pada usia muda (Anomin, 1995, 25).

II.2.1.2 Pernikahan usia Muda

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi seorang wanita atau pria yang belum menikah untuk mempercepat atau menunda usia nikahnya sampai batas tertentu antara lain:

a. Keadaan sosial budaya dan adat istiadat

Keadaan sosial budaya dan adat istiadat akan mempengaruhi besar kecilnya keluarga. Norma-norma yang berlaku di masyarakat seringkali juga mendorong motivasi seseorang untuk mempunyai anak banyak atau sedikit. Hal ini dapat ditunjukkan konsep-konsep yang berlaku di masyarakat, misalnya “banyak anak banyak rejeki”, garis keturunan dan warisan yang melekat pada jenis kelamin tertentu.

Menurut Hanafi Harto (1992, 30), menyatakan bahwa nikah merupakan suatu perbuatan yang terpuji bagi orang yang berkebutuhan dan mempunyai kesanggupan fisik maupun materi yang dapat menjamin kebutuhan keluarganya. Selanjutnya Mulia Kusuma (1991, 37), mengklasifikasikan usia pernikahan kedalam 4 golongan sebagai berikut:

a) Umur rata-rata pernikahan pertama dibawah 17 tahun disebut pernikahan anak - anak (Child Marriage)

b) Umur 18 - 19 tahun disebut pernikahan berusia muda (Early Marriage) c) Umur 20 - 21 tahun disebut pernikahan pada usia dewasa (Immaturity

Marriage)

d) Umur diatas 22 tahun disebut pernikahan pada usia lanjut (Late Marriage).


(21)

11 Pendidikan dapat mempengaruhi seorang wanita untuk menunda usia pernikahannya. Makin lama seorang wanita mengikuti pendidikan sekolah, maka secara teoritis makin tinggi pula usia menikah pertamanya. Seorang wanita yang tamat sekolah lanjutan tingkat pertamanya, berarti sekurang-kurangnya ia menikah pada usia di atas 16 tahun ke atas, bila menikah diusia lanjutan tingkat atas berarti sekurang-kurangnya berusia 19 tahun dan selanjutnya bila menikah setelah mengikuti pendidikan di perguruan tinggi berarti sekurang-kurangnya berusia diatas 22 tahun (Hanafi Hartono, 1996, 20).

Dari uraian tersebut, telah menunjukkan bahwa pendidikan mempengaruhi prilaku manusia dalam suatu masyarakat sehingga dapat merubah kebiasaan-kebiasaan tradisional secara bertahap termasuk kebiasaan-kebiasaan menikah pada usia muda. Keadaan semacam ini sesuai dengan kondisi bangsa Indonesia, misalnya dalam kehidupan sehari-hari sering mendengar wanita atau gadis yang akan dinikahkan dengan alasan ingin melanjutkan atau menyelesaikan pendidikan terlebih dahulu. Pada keadaan lain, seorang wanita yang sudah dipinang dapat menunda pernikahannya dengan alasan masih sekolah.

c. Lingkungan Sosial

Manusia sebagai mahluk sosial dalam menentukan sikap dan melangsungkan hidupnya tidak akan dapat melepaskan diri dari lingkungan masyarakat. Manusia tidak akan dapat mengatasi segala macam kesulitan dan bahaya yang mengancam semasa hidupnya maupun dalam memenuhi kebutuhannya sendiri tanpa bantuan dan kerja sama dengan orang lain.

II.2.1.3 Kesehatan reproduksi, organ dan fungsi

Pengertian kesehatan, secara sosial, ditafsirkan sebagai kemampuan orang dalam melakukan interaksi sosial serta kemampuan melakukan peranannya dalam kehidupan bermasyarakat sehingga ia mampu hidup produktif di masyarakat. Seseorang karena keadaan dirinya menjadikan ia tidak mampu melakukan fungsi sosial secara normal dapat dianggap telah mengalami ganguan kesehatan sosial.


(22)

12 Kesehatan reproduksi bukan hanya keadaan waktu hamil dan melahirkan, tetapi menyangkut perkembangan berbagai organ reproduksi serta fungsinya sejak dalam kandungan sampai mati. Hal itu berlaku juga bagi resiko reproduksi yang mengiringinya.

Organ reproduksi manusia mulai berkembang ke arah laki-laki atau perempuan ketika janin berusia tujuh minggu. Jika perkembangan yang berawal saat itu berlangsung normal, maka dapat diharapkan bahwa anak tersebut akan memiliki organ reproduksi yang berbentuk dan berfungsi normal. Kelainan perkembangan yang terjadi saat perkembangan embrional itu, misalnya anomali bentuk rahim, kandung telur tidak berkembang sempurna atau tumbuh ganda (perempuan memiliki dua lubang vagina).

Pada laki-laki, dapat berupa testis tidak berkembang atau testis tidak turun sempurna atau penis tidak tumbuh wajar. Semua itu, akan mempengaruhi kemampuan seseorang dalam melaksanakan fungsi reproduksinya kelak.

Perkembangan fisik dan pematangan organ reproduksi sangat dipengaruhi berbagai hormon yang diproduksi oleh berbagai kelenjar endokrin. Kelenjar endokrin merupakan induk atau pengendali kelenjar-kelenjar endokrin lainnya. Kelenjar lainnya tersebut adalah kelenjar hipofisis yang terletak di bawah otak serta berhubungan langsung dengan pusat emosi yang bernama hypothalamus. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa perubahan emosi dapat mempengaruhi produksi berbagai hormon.

Hormon yang berperan besar dalam proses pematangan seksual seorang remaja adalah estrogen dan progesterone. Kedua jenis hormon itu diproduksi oleh indung telur. Produksi kedua jenis hormon tersebut tidak selalu sama, melainkan mengalami fluktuasi bulanan. Hal itulah yang mengatur proses terjadinya menstruasi. Selain itu, estrogen berperan dalam perkembangan bentuk fisik seorang remaja perempuan, seperti pertumbuhan payudara, penimbunan lemak di bawah kulit, perubahan atau pemanjangan saluran vagina dan sebagainya.


(23)

13 Gambar II.1 Embryo

Sumber : www.worlding.org

Sementara itu, organ reproduksi laki-laki meliputi testis (alat reproduksi laki-laki yang menggantung pada pangkal batang penis, yang menghasilkan sperma terus-menerus sejak masa remaja dan seterusnya selama masa hidupnya, setiap kali ejakulasi akan menghasilkan 100-300 juta sperma) dan penis (berbentuk silindris yang berfungsi menyemprotkan cairan semen dan sperma ke dalam vagina).

Ketidaktahuan informasi dan didukung dengan kurangnya sarana konseling ataupun bentuk sosialisasi lainnya ini menyebabkan banyak dari remaja yang mengacuhkan dampak–dampak yang terjadi saat melahirkan di usia dini untuk jangka pendek terlebih dalam jangka panjang. Oleh karena paradigma pola pembelajaran dan pemikiran kita selama ini, maka peran dari pendidikpun menjadi kurang terdorong motivasinya untuk lebih kreatif dalam menghadirkan pola pola pembelajaran mengenai hal–hal yang bersifat pribadi seperti ini secara dini, setidaknya melakukan pembelajaran yang sederhana tentang persoalan ini ke dalam materi mata pelajaran IPA / Biologi di sekolah.

II.2.1.4 Pengaruh kehamilan dan resiko bagi remaja 1. Pengaruh kehamilan terhadap remaja

Kehamilan yang di sebabkan karena pemikiran maupun akibat pergaulan bebas, yang jika itu dialami oleh remaja maka akan memberikan dampak dan pengaruh yang besar terhadap fisik, mental, sosial dan ekonomi.


(24)

14 Dari segi sosial, transisi menjadi orang tua mungkin sulit bagi orang tua yang masih remaja. Dengan tugas-tugas perkembangan orang tua yang belum dipenuhi. Remaja dapat mengalami kesulitan dan menerima perubahan ciri-ciri dan menyesuaikan peran-peran baru yang berhubungan dengan tanggung jawab merawat bayi. Mereka mungkin merasa berbeda dari teman sebayanya, diasingkan dari kegiatan-kegiatan yang menyenangkan dan terpaksa masuk ke peran sosial orang dewasa lebih dini.

Masalah ekonomi, kehamilan pada usia remaja sejak lama merupakan penyebab utama remaja putri berhenti sekolah lebih awal. Berhenti sekolah berhubungan dengan pengangguran dan kemiskinan. Akibatnya, orang tua remaja ini sering gagal menyelesaikan pendidikan Dasar mereka, memiliki sedikit kesempatan untuk bekerja dan meningkatkan karier, dan berpotensi memiliki penghasilan yang terbatas (Bobak, 2004)

Maka dari itu hipotesa yang dapat diambil setiap individu memiliki respon yang berbeda terhadap kehamilan. Bagi sebagian orang tua mungkin timbul perasaan gembira terhadap kehamilan yang sudah direncanakan, namun bagi remaja yang belum siap kehamilan dapat menjadi peristiwa yang mengejutkan dan bahkan menimbulkan persepsi karena mendengar berita tersebut, dan membayangkan masalah sosial serta financial yang harus ditanggungnya.

2. Resiko Kehamilaan Bagi Remaja

Kehamilan dan persalinan pada remaja dianggap sebagai suatu situasi yang beresiko tinggi, baik terhadap ibu belia yang mengandung maupun bagi anak-anak yang dilahirkannya, karena remaja dilihat dari umurnya dianggap belum matang secara optimal baik fisik maupun psikologis.

Secara medis, kehamilan diusia remaja membawa dampak yang buruk. Dampak buruk itu antara lain, kemungkinan terjadinya “ kemacetan persalinan” akibat tidak seimbangnya antara panggul ibu dan janinnya.


(25)

15 Gambar II.2 Tanda bahaya kehamilan

Sumber : www.myhabibysuperb.com

Ini bisa dimengerti, karena pada wanita yang masih muda usianya, panggulnya belum berkembang sempurna. Selain itu kehamilan di usia remaja juga dapat mengakibatkan:

1. Pada ibu kekurangan cairan dan nutrisi, keracunan kehamilan, pendarahan pada kehamilan maupun pasca persalinan, Hipertensi selama kehamilan, solution plasenta, dan resiko tinggi meninggal akibat pendarahan.

2. Pada Bayi kehamilan belum waktunya (Prematur), Pertumbuhan Janin terhambat, Lahir Cacat dan Berpenyakitan, kemungkinan lahir dengan berat badan dibawah Normal, dan meninggal 28 hari pertama kehidupannya.

3. Akan terjadi perebutan antara tubuhnya dengan kebutuhan janin yang dikandungnya. Akibatnya, salah seorang kalah atau kedua-duanya kalah. Jika janinnya yang kalah, maka ia lahir premature: lahir dengan berat badan kurang, atau lahir dengan pertumbuhan otak yang kurang memadai. Jika ibunya kalah, ia akan mengalami kekurangan gizi dan mudah mengalami pendarahan sewaktu melahirkan.

3. Pengaruh Melahirkan Di Usia muda terhadap penyakit Osteoporosis

Pengaruh melahirkan diusia remaja terhadap penyakit osteoporosis semakin terasa setelah tahu resiko dua kali lipat setelah menopause (seperti diketahui wanita melahirkan saat remaja mempunyai resiko menopause lebih cepat), dibandingkan pada wanita yang terkena menopause yang tak melahirkan


(26)

16 saat usia remaja. Dengan menggunakan alat rontgen khusus, terlihat kepadatan tulangnya secara keseluruhan lebih rendah pada tulang pinggul, leher, dan tulang belakang dari pada wanita melahirkan pada usia ideal saat menopause. Selain kerapuhan tulang ancaman lain seperti berat badan bayi yang kurang, kematian bayi, sampai kematian sang ibu karena pendarahan hebat, juga turut mengintai.

Gambar II.3 Pengaruh melahirkan di usia remaja Sumber :

www.artikelkesehatananak.com

Hal yang mengejutkan peneliti bahwa ditemukan sebagian ibu hamil dengan usia kurang dari 20 tahun mengalami masalah kehamilan dan persalinan seperti hipertensi, kelahiran prematur dan persalinan dengan vakum yang berdampak pada pengeroposan tulang (osteoporosis) sejak dini. Sehingga perubahan fisik yang terjadi setelah kehamilan dan melahirkan jauh lebih cepat dari yang semestinya sehingga akan rentan terkena menopause lebih cepat.


(27)

17 Gambar II.4 Persalinan vakum

Sumber : www.worlding.org

Osteoporosis juga bisa berhubungan erat dengan kehamilan wanita pada usia dini. Seorang remaja pada umumnya memiliki kebutuhan akan kalsium yang tinggi. Saat seorang remaja perempuan yang masih membutuhkan kalsium dalam pertumbuhannya ini hamil, kalsium yang dia butuhkan lebih banyak lagi dari wanita hamil pada umumnya. Bila ia tidak diberi kalsium yang cukup, osteoporosis akan terjadi dalam masa kehamilannya, atau di kemudian hari risiko osteoporosis akan lebih besar terjadi padanya. Untuk remaja perempuan yang hamil disarankan mengonsumsi minimal 1.300 mg kalsium per hari.

Kesimpulan ini tetap tak berubah meskipun data-data penelitian menambahkan faktor usia, usia saat menstruasi pertama, usia saat menopause, indeks massa tubuh, tingkat pendidikan, kebiasaan olahraga, pendapatan rumah tangga, sampai penggunaan terapi hormon dan kadar vitamin D. Semua yang disebutkan bermuara yang sama yaitu bahwa pengaruh melahirkan di usia remaja terhadap penyakit osteoporosis ternyata tetap tinggi, dimana melahirkan di usia remaja mempunyai resiko terkena osteoporosis lebih tinggi akibat menopause yang lebih cepat dialami dibanding dengan wanita yang melahirkan pada usia yang ideal.


(28)

18 Gambar II.5 Pengaruh osteoporosis

Sumber : www.tabloidnova.com

Jenis resiko kesehatan reproduksi yang dihadapi remaja mempunyai ciri yang berbeda dengan anak-anak maupun orang dewasa. Jenis resiko kesehatan reproduksi yang harus dihadapi remaja antara lain kehamilan dini maupun kehamilan yang tidak diinginkan, aborsi, penyakit menular seksual (PMS), kekerasan seksual, serta masalah keterbatasan akses terhadap informasi dan pelayanan kesehatan. Resiko ini dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling berhubungan, yaitu tuntutan untuk menikah muda dan hubungan seksual, akses yang rendah terhadap pendidikan dan pekerjaan, ketidaksetaraan gender, kekerasan seksual dan pengaruh media massa maupun gaya hidup remaja.

Remaja juga kekurangan informasi dasar mengenai keterampilan menegosiasikan hubungan seksual dengan pasangannya. Mereka juga memiliki kesempatan yang lebih kecil untuk mendapatkan pendidikan formal dan pekerjaan yang pada akhirnya akan mempengaruhi pengambilan keputusan dan pemberdayaan mereka untuk menunda pernikahan dan kehamilan serta mencegah kehamilan yang tidak dikehendaki. Bahkan pada remaja di pedesaan, menstruasi pertama biasanya akan segera diikuti dengan pernikahan yang menempatkan mereka pada resiko kehamilan dan persalinan dini.

Ketidak harmonisan hubungan orang tua juga dapat menjadi pencetus perilaku atau kebiasaan tidak sehat pada remaja. Hal ini berawal dari sikap orang tua yang menabuhkan pertanyaan remaja tentang fungsi dan proses reproduksi, serta penyebab rangsangan seksualitas. Orang tua cenderung risih dan tidak mampu memberikan informasi yang memadai mengenai alat reproduksi dan proses


(29)

19 reproduksi itu. Tiadanya informasi dari orang tua membuat remaja mengalami kebingungan akan fungsi dan proses reproduksinya. Ketakutan kalangan orang tua dan guru, bahwa pendidikan yang menyentuh isu perkembangan organ reproduksi dan fungsinya akan mendorong remaja untuk melakukan hubungan seks pra-nikah, justru mengakibatkan remaja diliputi oleh ketidaktahuan atau mencari informasi yang belum tentu benar, yang pada akhirnya justru dapat menjerumuskan remaja kepada ketidaksehatan reproduksi.

Kesehatan reproduksi harus dipahami dan dijabarkan sebagai siklus kehidupan (life cycle) mulai dari konsepsi sampai mengalami menopause dan menjadi tua. Hal ini berarti menyangkut kesehatan balita, anak, remaja, ibu usia subur, ibu hamil dan menyusui dan ibu yang menopause. Setiap tahap dalam siklus kehidupan itu memiliki keunikan permasalahan masing-masing, namun juga saling terkait dengan tahap lainnya. Ada banyak faktor yang mempengaruhi kesehatan reproduksi dalam siklus itu, diantaranya kemiskinan, status sosial yang rendah, diskriminasi, kurangnya pelayanan dan pemeliharaan kesehatan, pendidikan yang rendah, dan kehamilan usia muda. Setiap faktor akan membawa dampak bagi kesehatan reproduksi, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Kesehatan reproduksi juga sangat penting karena sangat kompleks. Alat reproduksinya sendiri berada di dalam, berbeda halnya dengan laki-laki yang lebih nampak di luar. Oleh karenanya, tanda-tanda yang keluar berkaitan dengan kesehatan reproduksi sering disikapi tidak serius oleh medis, misalnya keputihan yang dianggap sebagai hal yang biasa, padahal bisa saja merupakan tanda-tanda ketidaksehatan yang serius. Di masyarakat juga banyak pantangan atau mitos, serta kebijakan-kebijakan pengaturan kependudukan yang dibebankan pada rahim, sehingga tidak berkuasa atas tubuhnya sendiri. Kompleksnya kesehatan reproduksi menuntut pemahaman dan menuntut dirumuskannya dari kesehatan reproduksi.

Kondisi kehamilan yang mungkin tidak dikehendaki, sangat berkaitan dengan rendahnya kualitas pendidikan dan rendahnya akses terhadap pelayanan kesehatan


(30)

20 reproduksi bagi mudanya usia dalam kehamilan tidak menutup kemungkinan akan menjadi petaka bagi remaja itu. Selain tidak dapat melanjutkan pendidikan, yang berdampak pada rendahnya akses ekonomi yang akan menuju pada kemiskinan, juga harus menghadapi kehamilan yang membawa problem tersendiri. Problem kehamilan di luar nikah dapat sangat luas, membutuhkan kondisi fisik, mental dan sosial yang kuat untuk menghadapinya. Mulai dari penerimaan cemoohan dari lingkungan karena norma pernikahan yang dianut, kemarahan orang-orang yang tidak memahami kondisi remaja, sampai dengan pertaruhan kondisi fisik ketika harus melahirkan dan kemungkinan resiko besar terkena kanker serviks akibat melakukan hubungan seksual pada usia muda.

II.3 Fenomena pernikahan muda dan resikonya saat ini

Pengurus Badan Nahdlatul Ulama (PBNU) dan Badan Kependudukan dan keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mendesak pemerintah merevisi UU No 1/1974 tentang pernikahan. UU tersebut dinilai berkontribusi pada fenomena pernikahan usia dini dan kematian ibu melahirkan. Batasan minimal usia perempuan menikah 16 tahun sudah tidak relevan. Pernikahan terlalu muda beresiko tinggi bagi perempuan. Jadi UU itu memang perlu direvisi. Gagasan revisi ini tengah dibahas secara internal dikalangan PBNU. Hasil pembahasan nantinya bakal dijadikan masukan bagi pemerintah untuk melakukan proses revisi UU tersebut. Ketua PBNU juga mengeluhkan batasan usia pernikahan bagi perempuan didalam hukum Negara Indonesia yang masih simpang siur. UU pernikahan menyebutkan batasan minimal 16 tahun, sedangkan UU perlindungan anak menetapkan 18 tahun dan BKKBN menyarankan usia menikah pertama bagi perempuan 21 tahun.

Fenomena menikah di bawah umur atau nikah dini itu masih sering ditemukan dalam kehidupan masyarakat. Tidak jarang siswi SMP kawin lari dengan pria sebaya. Ironisnya setelah dikarunai satu anak, pasangan belia itu cerai. Perceraian itu menyisakan setumpuk masalah. Anak yang lahir biasanya mengikuti ibu, sehingga menjadi beban orang tua si ibu yang tidak sedikit kehidupannya pas-pasan. Ini baru satu persoalan kecil yang muncul akibat pernikahan dini.


(31)

21 Salah satu Lembaga Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Provinsi Bandung Barat merasa terpanggil untuk mencegah pernikahan dini itu dengan berupaya mendorong pernikahan sesuai usia yang dianjurkan yakni diatas usia 20 tahun. Perlu adanya pengaturan usia pernikahan tersebut semata-mata untuk mencegah terjadinya masalah sosial kesehatan di dalam rumah tangga yang bersangkutan.

Pernikahan di usia dini atau kerap disebut nikah muda, terus memperlihatkan peningkatan usia rata–rata di Jawa Barat. Berdasarkan data yang dilansir Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (BPPKB) provinsi Jawa Barat, usia rata–rata perempuan menikah di Jabar sekitar 18,05 tahun, pada tahun 2011, meningkat sebesar 0,04 persen dari tahun 2010.

Sedangkan data yang dilansir oleh Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja (PIK-KRR) daerah Bandung Barat, Padalarang usia muda rata–rata perempuan menikah menunjukan peningkatan 13,00 persen dari sebelumnya tahun 2011 dan 2012. Rata–rata usia tersebut masih menunjukan jika pernikahan yang terjadi pada perempuan dengan umur di bawah 18 tahun, masih kerap terjadi. Padahal, usia yang ideal untuk melaksanakan pernikahan minimal berusia 20 tahun. Kasus menikah muda sebagian besar terjadi di daerah pantai utara dan selatan serta daerah pegunungan di Jawa Barat. Sedangkan di perkotaan disebabkan perilaku seks bebas yang terjadi pada usia remaja.

Bahkan menurut program keluarga Berencana (KB) usia yang ideal untuk menikah yaitu 25 tahun. Dalam program KB dimaksudkan agar si ibu cukup memiliki dua orang anak. Si ibu melahirkan di usia yang ke-25 tahun dan kemudian membuat jarak selama lima tahun untuk kelahiran anak kedua.

Usia pernikahan bagi perempuan sejatinya pada usia 21 tahun. Namun, saat ini rata–rata usia menikah pertama perempuan Indonesia masih berada dikisaran usia 19 tahun. Yang berbahaya, kini muncul fenomena tingkat kelahiran dikalangan remaja usia 15 – 19 tahun malah semakin meningkat. Jika pada 2011 rata–rata


(32)

22 remaja usia 15 – 19 tahun adalah 35 kelahiran per 1000 perempuan, maka pada 2012 meningkat jadi 48 kelahiran per 1000 perempuan.

Permasalahan kesehatan

Salah satu potret kesehatan, ketua BPPKB menunjukkan data salah satu ibu muda berusia 19 tahun, yang sudah memiliki 3 orang anak. Meski semuanya selamat, namun kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) tidak seperti yang diharapkan, karena dikhawatirkan tidak terurus secara baik.

Masalah ini pihak BPPKB akan melakukan koordinasi dengan kantor Wilayah Kementerian Agama Jabar untuk memaksimalkan peran Majelis Taklim dalam pembinaan terhadap remaja dan orang tua. Pasalnya dengan kasus menikah pada usia muda meningkatkan kasus perceraian di Jabar. Tidak heran jika daerah– daerah di Jabar, angka perceraian cukup tinggi.

Usia pernikahan pertama penduduk perempuan pada data BPPKB KBB yang berumur 10 tahun ke atas dikelompokkan menjadi empat bagian yaitu kelompok umur 15 tahun ke bawah, umur 16 - 19 tahun, umur 20 - 24 tahun dan umur 25 tahun lebih. Terdapat sedikitnya 13 faktor penyebab terjadinya perceraian di wilayah KBB yakni poligami, krisis akhlak, cemburu, nikah paksa, ekonomi, tidak ada tanggung jawab, menikah di bawah umur, kekerasan jasmani, kekejaman mental, politis, gangguan pihak ketiga, tidak ada keharmonisan dan penyebab lainnya

Remaja yang melakukan pernikahan sebelum usia biologis maupun psikologis yang tepat rentan menghadapi dampak buruknya. Karena dalam menempuh sebuah pernikahan, secara psikologis harus siap. Hal ini berhubungan dengan kesehatan reproduksi. Saat usia muda, organ kewanitaan belum tumbuh dengan sempurna. Banyak efek negatif dari pernikahan dini. Pada saat itu pengantinnya belum siap untuk menghadapi tanggung jawab yang harus diemban seperti orang dewasa. Padahal jika menikah itu kedua belah pihak harus sudah cukup dewasa dan siap untuk menghadapi permasalahan-permasalahan baik itu ekonomi,


(33)

23 pasangan, maupun anak. Sementara itu mereka yang menikah dini umumnya belum cukup mampu menyelesaikan permasalahan secara matang. Selain itu, remaja yang menikah dini baik secara fisik maupun biologis belum cukup matang untuk memiliki anak. Sehingga kemungkinan anak dan ibu meninggal saat melahirkan lebih tinggi. Idealnya menikah itu pada saat dewasa awal yaitu sekitar 20 sebelum 30 tahun untuk wanita, sementara untuk pria itu 25 tahun. Karena secara biologis dan psikis sudah matang, sehingga fisiknya untuk memiliki keturunan sudah cukup matang. Artinya risiko melahirkan anak cacat atau meninggal itu tidak besar.

Korelasi yang tinggi antara fenomena menikah dini dengan tingginya angka kematian pada ibu akibat persalinan di Tanah Air. Saat ini rata–rata angka kematian ibu di Indonesia cukup tinggi, yaitu 228 kematian per 100 ribu kelahiran hidup. Jika rata–rata itu dikalkulasikan, rata–rata setiap satu jam terdapat dua kasus kematian pada ibu. Jika diakumulasikan dalam setahun, mencapai 17.520 kasus.

Setiap wanita beresiko tinggi terkena kanker leher rahim atau serviks tanpa memandang usia maupun gaya hidup. Yayasan Kanker Indonesia (YKI) pun mencatat kasus baru. Sebanyak 40 - 45 orang per hari terkena kanker. Dengan resiko kematian mencapai separuh lebih. Atau setiap satu jam, seorang wanita meninggal karena mengidap serviks. Kanker leher rahim merupakan masalah kesehatan yang tidak hanya mengganggu fisik dan kehidupan seksual saja. Tetapi juga mengganggu psikologis.

Program Keluarga Berencana (KB) dan pencegahan kanker leher rahim berjalan seirama. Program KB memiliki tujuan untuk membatasi jumlah anak sekaligus memberikan pengetahuan bagaimana menjaga kesehatan reproduksi. Berdasarkan data Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Penyebab kanker leher rahim 90 persen karena virus yang disebabkan oleh berbagai macam penyebab diantaranya, menikah muda, melakukan hubungan seksual dengan pasangan yang berganti-ganti, dan perempuan perokok.


(34)

24 BKKBN saat ini tengah menggalakkan program KB pada pasangan usia subur, utamanya yang baru menikah agar mengetahui apa fungsi keluarga. Sehingga, program KB tidak hanya bersifat konsultasi mengenai alat kontrasepsi dan kegiatan reproduksi tetapi lebih bersifat penanaman budaya untuk generasi muda tentang betapa pentingnya keluarga dan manfaat KB.

Selama tahun 2009, BKKBN telah menjalankan sejumlah program kesehatan reproduksi remaja diantaranya, pembentukan Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja (PIK-KRR). Program PIK-KRR merupakan upaya untuk meningkatkan pemahaman, pengetahuan, sikap, dan perilaku positif remaja tentang kesehatan dan hak-hak reproduksi, serta meningkatkan derajat reproduksinya.

Dampak Kehamilan Resiko Tinggi pada Usia Muda A. Keguguran

Keguguran pada usia muda dapat terjadi secara tidak sengaja misalnya: karena terkejut, cemas, stress. Tetapi ada juga keguguran yang sengaja dilakukan oleh tenaga non-profesional sehingga dapat mengakibatkan efek samping yang serius seperti tingginya angka kematian dan infeksi alat reproduksi yang pada akhirnya dapat menimbulkan kemandulan.

B. Persalinan premature, Berat badan lahir rendah (BBLR) dan kelainan bawaan. Prematuritas terjadi karena kurang matangnya alat reproduksi terutama rahim yang belum siap dalam suatu proses kehamilan, berat badan lahir rendah (BBLR) juga dipengaruhi gizi saat hamil kurang, dan juga umur ibu yang belum menginjak 20 tahun. Cacat bawaan dipengaruhi kurangnya pengetahuan ibu tentang kehamilan, pengetahuan akan asupan gizi rendah, pemeriksaan kehamilan kurang, keadaan psikologi ibu kurang stabil. Selain itu cacat bawaan juga disebabkan karena keturunan (genetik), proses pengguguran sendiri yang gagal, seperti dengan minum obat–obatan atau dengan loncat–loncat dan memijat perutnya sendiri. Ibu yang hamil pada usia muda biasanya pengetahuannya akan


(35)

25 gizi masih kurang, sehingga akan berakibat kekurangan berbagai zat yang diperlukan saat pertumbuhan dengan demikian akan mengakibatkan makin tingginya kelahiran premature, berat badan lahir rendah dan cacat bawaan.

C. Mudah terjadi infeksi

Keadaan gizi buruk, tingkat sosial ekonomi rendah, dan stress memudahkan terjadi infeksi saat hamil terlebih pada kala nifas.

D. Anemia Kehamilan / Kekurangan zat besi

Penyebab anemia pada saat hamil di usia muda disebabkan kurang pengetahuan akan pentingnya gizi pada saat hamil di usia muda karena pada saat hamil mayoritas seorang ibu mengalami anemia. Tambahan zat besi dalam tubuh fungsinya untuk meningkatkan jumlah sel darah merah janin dan plasenta. Lama-kelamaan seorang akan kehilangan sel darah merah akan menjadi anemis.

E. Keracunan kehamilan

Kombinasi keadaan alat reproduksi yang belum siap hamil dan anemia makin meningkatkan terjadinya keracunan hamil dalam bentuk pre-eklampsia atau eklampsia. Pre-eklampsia dan eklampsia memerlukan perhatian serius karena berakibat kematian.

F. Kematian ibu yang tinggi

Kematian ibu pada saat melahirkan banyak disebabkan karena pendarahan dan infeksi. Selain itu angka kematian ibu karena gugur kandung juga cukup tinggi yang kebanyakan dilakukan oleh tenaga non-profesional.

II.4 Kampanye

Menurut Rogers dan Storey (1987) dalam Venus (2004, 7), mendefinisikan kampanye sebagai “serangkaian tindakan komunikasi yang terencana dengan tujuan menciptakan efek tertentu pada sejumlah besar khalayak yang dilakukan


(36)

26 upaya perubahan yang dilakukan kampanye selalu terkait dengan aspek pengetahuan, sikap dan perilaku.

Ostergaard dalam Venus (2004, 10), menyebut ketiga aspek tersebut dengan istilah ”3A” yaitu awarness, attitude dan action. Ketiga aspek ini bersifat saling terkait dan merupakan sasaran pengaruh yang harus dicapai secara bertahap agar satu kondisi perubahan dapat tercipta.

Awarness dalam aspek pertama oleh Ostergaad berarti menggugah kesadaran, menarik perhatian dan memberi informasi tentang produk dan gagasan yang disampaikan. Dalam hal ini, konsep dalam kampanye pentingnya menunda kehamilan usia muda bagi kesehatan harus dapat menarik perhatian para masyarakat terutama penggunanya.

Aspek berikut diarahkan pada perubahan dalam ranah sikap atau attitude. Dalam hal ini, kampanye tentang pentingnya menunda kehamilan di usia muda harus memunculkan kepedulian kepada masyarakat atau penggunanya pada isu bahaya dan dampak yang akan terjadi bila melahirkan dini di kalangan penggunanya.

Sementara pada aspek terakhir kegiatan kampanye pentingnya menunda kehamilan di usia dini bagi kesehatan agar ditunjukan untuk mengubah perilaku para pengguna secara konkrit dan terukur, yaitu dengan tidak menikah di usia yang tergolong dini, sehingga dengan begitu resiko yang di hasilkan dari melahirkan di usia dini dapat berkurang dengan seiringnya perubahan pola pikir di kalangan remaja. Ataupun bila seseorang menginginkan menikah dibawah 20 tahun alangkah lebih baiknya dan lebih efektif untuk dapat menunda kehamilan sampai usia standar atau usia produktif diatas 20 tahun. Karena jika pola pikir pada pelaku tidak dirubah efek yang akan ditimbulkan dari hal ini akan berakibat kerusakan pada alat reproduksi hingga adanya gangguan kesehatan seperti pengeroposan tulang dan yang fatal adalah resiko terkena kanker serviks untuk waktu jangka panjang.


(37)

27 II.4.1 Jenis Jenis Kampanye

Kampanye Sosial

Adalah suatu kegiatan kampanye yang mengkomunikasikan pesan pesan yang berisi tentang masalah sosial kemasyarakatan, dana bersifat non- komersil. Tujuan dari kampanye sosial adalah untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat akan gejala gejala sosial yang sedang terjadi.

Kampanye Promosi

Adalah kegiatan kampanye yang dilaksanakan dalam rangka promosi untuk meningkatkan atau mempertahankan penjualan dan sebagainya.

Kampanye Politik

Yaitu kampanye yang menyampaikan pesan-pesan kepada masyarakat agar memperoleh informasi tentang apa dan bagaimana suatu partai, program atau visinya. Dengan demikian masyarakat dapat memahami maksud dan tujuan dari partai tersebut untuk menentukan yang dipilih atau tidak.

Kampanye Bisik

Yaitu kampanye yang dilakukan melalui gerakan untuk melawan atau mengadakan aksi secara serentak dengan menyiarkan kabar angin. (Venus Antar, 2004, 20 )

II.4.2Manfaat Kampanye

Kampanye mampu memberikan manfaat yang sangat besar dalam penanggulangan suatu masalah, sebab kampanye merupakan salah satu jenis komunikasi masa yang mampu menyempaikan pesan secara sistematis untuk mencapai khalayak yang luas dan tersebar. Dalam menyampaikan strategi pesan yang tepat dan dilaksanakan dengan sungguh-sunguh maka pesan yang akan disampaikan bisa diterima dan dicerna dengan baik oleh target audience sehingga tujuan dari kampanye pun akan tercapai.


(38)

28 II.5Kampanye Sosial

Kampanye menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti suatu gerakan (tindakan) serentak (untuk melawan, mengadakan aksi). Sedangkan sosial adalah semua hal yang berkenaan dengan masyarakat. Jadi Kampanye sosial, merupakan suatu gerakan yang dilakukan untuk mengubah perilaku sesuatu yang berkenaan dengan kelompok masyarakat agar menuju ke arah tertentu sesuai dengan gerakan yang dilaksanakan oleh pembuat kampanye.

Rogers dan Storey (1987) mendefinisikan “kampanye sosial sebagai serangkaian tindakan komunikasi yang terencana dengan tujuan untuk menciptakan efek tertentu pada sejumlah besar khalayak (masyarakat) yang dilakukan secara berkelanjutan pada kurun waktu tertentu”.(h.7)

II.5.1 Media kampanye

1. Above The Line Media, diantaranya:

a. Press/print (Koran, majalah, jurnal, direktori, dan lain - lain) b. TV

c. Video (video, games) d. Radio

e. Outdoor (billboard, banner, Poster, dan lain - lain) f. Teater

2. Below The Line Media, diantaranya:

a. Literatur (flyers, brosur, katalog,buku dan lain - lain) b. Point Of Sales (sampel produk, dan lain - lain) c. Sky Ads. (flying banner, balloon)

d. Body Ads. (Topi, Kaos, dan lain - lain)

e. Gifts (payung, korek api, pulpen, asbak, dan lain - lain)

II.5.2 Tujuan Kampanye


(39)

29 1. Pada tahap pertama kegiatan kampanye biasanya diarahkan untuk menciptakan

perubahan pada tataran pengetahuan atau kognitif. Pada tahap ini pengaruh yang diharapkan adalah munculnya kesadaran, berubahnya keyakinan atau meningkatnya pengetahuan target tentang isu tertentu.

2. Tahapan berikutnya diarahkan pada perubahan dalam ranah sikap dan tingkah laku. Sasarannya adalah untuk memunculkan simpati, rasa suka, kepedulian atau keberpihakan target pada isu-isu yang menjadi tema kampanye.

3. Sementara pada tahap terakhir kegiatan kampanye ditujukan untuk mengubah perilaku target secara nyata dan terukur. Tahap ini menghendaki adanya tindakan tertentu yang dilakukan oleh target kampanye.

II.6 Analisa dengan 5W + 1H

II.6.1 What - Apa yang menjadi inti permasalahan?

Apa yang menjadi pokok atau inti permasalahan? Yang menjadi inti masalah dalam penelitian ini adalah kurangnya pengetahuan terhadap dampak melahirkan di usia dini yang sering banyak dianggap tidak penting oleh remaja. Asalkan tahu informasi mengenai hal ini, sesungguhnya kesehatan itu penting apalagi yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi. Sehingga kurangnya kepekaan akan perencanaan masa depan.

II.6.2 Who - Siapa saja yang telibat dalam masalah?

Dari penelitian yang telah dilakukan, pihak-pihak yang menyebabkan permasalahan ini dapat muncul ada banyak. Diantaranya, orang tua yang bersikap acuh tak acuh pada pembelajaran ilmu kesehatan reproduksi anaknya. Sikap tersebut juga ada banyak alasannya, mulai dari kesibukan orang tua bahkan hingga ketidaktahuan orang tua akan pengetahuan kesehatan reproduksi remaja, dan banyak penyebab utama dari adanya pernikahan di usia muda karena ketakutan pergaulan dari orang tua kepada anaknya, sehingga memutuskan untuk menikahkan anakanya lebih cepat. Selain orang tua, pendidik disekolah atau guru juga merupakan salah satu pihak yang menyebabkan masalah ini dapat muncul. Namun pihak yang banyak mengalami masalah ini adalah anak remaja, dalam hal ini yaitu yang berusia 15 - 19 tahun.


(40)

30 II.6.3 Why - Mengapa masalah tersebut dapat muncul?

Ada 2 faktor yang menyebabkan masalah ini dapat muncul. Yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu faktor-faktor penyebab yang datang dari diri tiap remaja itu sendiri. Misalkan masalah ini dapat muncul bisa saja mungkin dari sikap diri anak itu sendiri yang tidak mau mencari tau tentang kesehatan alat reproduksinya hingga hal-hal yang akan merugikan dirinya kelak. Sedangkan faktor dari luar atau eksternal diantaranya yaitu kurangnya media sosialisasi atau pembelajaran dan informasi yang efektif dan komunikatif, kurangnya kecakapan orang tua dalam membimbing anaknya tentang hal yang bisa dianggap pribadi dan sensitif ini, serta masih banyak lagi.

II.6.4 When - Sejak kapan masalah tersebut muncul?

Biasanya masalah ini mulai terasa muncul pada akhir jenjang SMA. Namun faktor-faktor penyebab munculnya masalah ini justru banyak terjadi pada saat masih duduk di bangku Sekolah Menengah Atas SMA dan bahkan sejak tingkat SMP akhir.

II.6.5 Where - Dimana biasanya masalah tersebut muncul?

Karena pihak yang sering atau paling banyak mengalami masalah ini adalah anak remaja yang sedang mengenyam bangku sekolah ataupun pada masa sekolah berakhir. Maka tempat dimana masalah ini sering muncul adalah sekolahan dan lingkungan bergaul.

II.6.6 How - Bagaimana cara untuk mengatasi masalah tersebut?

Untuk mengatasi masalah ini, hal pertama yang harus dilakukan yaitu merubah pola pikir yang sudah melekat pada anak remaja. Dan memberikan sosialisasi mengenai informasi secara menyeluruh tentang kesehatan alat reproduksi remaja beserta dampak maupun resiko yang akan muncul.

Meningkatkan partisipasi remaja, dengan mengembangkan peer educator (pendidik sebaya) yang diharapkan membantu remaja membahas dan menangani permasalahannya, termasuk kesehatan reproduksi. Langkah ini penting mengingat


(41)

31 kehidupan remaja sangat dipengaruhi teman sebaya. Langkah ini juga akan membuat remaja merasa dihargai, didengar, dan dilibatkan sehingga turut bertanggung jawab atas kesehatan reproduksi remaja. Meminimalkan informasi tentang kebebasan seks. Dalam hal ini, media massa dan media hiburan berperan penting.

Memperbanyak akses pelayanan kesehatan, yang iringi dengan sarana konseling. Hal ini penting mengingat masalah kesehatan reproduksi remaja tidak hanya terjadi di kota besar, tapi juga di desa-desa. Dalam langkah ini bisa bekerja sama dengan masyarakat melalui tokoh masyarakat, tokoh agama, rumah sakit dan sekolah, terutama pihak dari Dinas Kesehatan dan BKKBN.

Menyediakan informasi secara continou tentang kesehatan reproduksi. Hal ini bisa dilakukan melalui media cetak (koran, majalah dan media cetak lainnya) dan elektronik (radio, televisi, atau internet). Dengan membuat metode penyuluhan secara persuasif yang bisa disaksikan oleh target audience, kemudian mengadakan konseling mengenai permasalah cara menunda kehamilan di usia dini, yang kemudian kembali diingatkan melalui beberapa gimmick yang dapat diberikan secara cuma – cuma kepada pada target audience. Dengan kurang tersedianya informasi yang akurat dan benar tentang kesehatan reproduksi memaksa remaja melakukan eksplorasi sendiri, baik melalui media cetak, elektronik, maupun pertemanan yang besar kemungkinan justru salah. Hal ini diperparah dengan masih banyak mitos menyesatkan seperti mitos hubungan seks yang hanya dilakukan sekali tidak akan menyebabkan kehamilan. Mitos lain adalah asumsi kehamilan tidak akan terjadi pada perempuan yang belum mengalami menstruasi, kehamilan tidak akan terjadi bila dilakukan hanya sekali, serta menempel di luar vagina atau celana dalam tidak akan menyebabkan kehamilan. Dengan begitu perlahan-lahan masalah ini akan hilang dan bahkan sebaliknya para remaja akan lebih sadar mengenai kesehatan alat reproduksi dan organ tubuhnya.


(42)

33 BAB III

STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL

III.1 Strategi Perancangan

Mengangkat suatu masalah yang ada dalam bentuk iklan layanan masyarakat dapat menambah minat masyarakat dalam mengetahui semua hal tentang subjek yang akan dibahas. Karena masyarakat dapat lebih memahami dan selain itu masyarakat juga akan lebih mudah menangkap inti dari iklan tersebut. Namun hal ini tidak akan tercapai apabila dalam perancangannya iklan ini tidak disajikan secara menarik. Konsep adalah gagasan atau ide mentah yang menjadi dasar atau acuan dalam proses perancangan. Untuk dapat menciptakan desain media yang sesuai dengan kriteria desain, maka perlu adanya konsep dasar perancangan yang dijadikan sebagai landasan untuk membuat suatu desain agar dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Adapun konsep dasar perancangan iklan adalah Realistis. Realis diartikan Real = nyata disini adalah bentuk nyata atau kenyataan dengan menampilkan teknik videografi karena ingin menampilkan ilustrasi pasangan muda dengan nyata agar masyarakat lebih dapat mengerti dengan mudah. Dengan konsep ini diharapkan nantinya mampu menarik perhatian masyarakat.

Dari segi teknis menggunakan videografi yang akan disempurnakan dimedia komputer. Strategi perancangan yang akan dibuat dalam kampanye sosial pentingnya menunda kehamilan di usia muda bagi masyarakat ini, yang tertuju untuk pasangan yang sudah menikah muda. Kampanye ini mengajak remaja putri dan bahkan orang tua yang bertanggung jawab di rumah untuk lebih dapat mencegah terjadinya kehamilan di usia muda sebelum usia 20 tahun setelah menikah, tentunya dengan berbagi pengetahuan dan menambah wawasan tentang dampak atau bahaya melahirkan di usia dini bagi kesehatan tubuh maupun alat reproduksinya, sehingga pasangan muda maupun remaja putri lebih dapat menjaga kesehatannya dan lebih bisa terlebih dahulu memikirkan sekolah dan meraih impian di masa depannya.


(43)

34 Peran orang tua pun besar dalam hal ini, untuk dapat lebih termotivasi dan lebih peka dalam mendampingi anaknya dan mengarahkan perilaku anaknya kearah yang lebih positif dan mengerti akan berharganya kesehatan dalam jangka waktu yang panjang itu.

III.1.1 Target Audience Kampanye

Dalam merancang suatu kampanye perlu adanya suatu analisis yang dilakukan agar pesan dari kampanye bisa sampai dan bisa dipahami oleh target sasaran, Berikut adalah penjelasan mengenai karakter dari target audience yang ditinjau dari segi demografis, psikografis dan geografis.

1. Demografis (Target Primer)

Jenis kelamin : Pasangan menikah muda

Usia : 15 tahun - 19 tahun

Pendidikan : Tingkat SMP keatas

Status : Menikah

Sosial Ekonomi : Menengah kebawah

Demografis (Target Sekunder)

Jenis kelamin : Remaja putri

Usia :15 - 19 tahun

Status : Pelajar

Sosial Ekonomi : Semua Kalangan 2. Geografis

Dalam segi geografis target sasaran perancangan meliputi kawasan Kecamatan Ngamprah Kabupaten Bandung Barat dan tidak menutup kemungkinan target audience dari luar wilayah Kecamatan Ngamprah.

3. Psikografis

Cara berbicara yang sopan dan tidak menyinggung sekitar dan tidak mengesankan untuk menggurui dengan menggunakan bahasa non formal. Kendaraan yang sering digunakan, kendaraan umum.


(44)

35 Jalan yang dilewati Jalan raya, jalanan komplek, pasar dan lain lain.

Hal yang bisa dilakukan oleh target market diwaktu senggangnya, nonton tv, berbincang-bincang dan berbelanja.

III.1.2 Tujuan Komunikasi

Tujuan komunikasi ini bersifat persuasive, agar khalayak sasaran dapat memahami bahwa hamil dan melahirkan di usia dini merupakan sesuatu yang kurang tepat untuk dilakukan, maka dari itu pentingnya menciptakan kesadaran dan pencegahan untuk dapat menunda kehamilan bila telah menikah muda. Dalam pembuatan perancangan kampanye sosial sebagai media pengetahuan dan sosialisasi tentang pentingnya menunda kehamilan di usia muda, tujuan komunikasi sangatlah penting agar media kampanye yang disampaikan dapat tepat sasaran, adapun informasi yang akan disampaikan dalam kampanye ini dengan melalui tahapan: 1. Tahap Persuasive (mengajak)

Tahap persuasive ini merupakan tahapan lanjutan dari informing atau memberikan informasi, dalam kampanye sosial ini tidak memakai tahapan informing karena dalam area ini target audience sudah mengetahui tentang dampak dari hamil dan melahirkan di usia muda sehingga penting untuk menunda kehamilan.

Tahap persuasive (mengajak) dengan menggunakan media digital yang berupa tayangan iklan, kemudian dengan cara membagikan dalaman baju, membagikan kalender dan membagikan brosur langsung kepada target audience.

III.1.3 Pendekatan Komunikasi

Berdasarkan observasi yang telah dilakukan disimpulkan strategi komunikasi yang dilakukan menggunakan pendekatan secara persuasive / membujuk dan mengajak sehingga dapat memotivasi dan mengubah perilaku audience untuk lebih peka dalam menjaga kesehatan tubuh dan alat reproduksinya. Strategi Komunikasi dalam pembuatan konsep perancangan kampanye mengenai pentingnya menunda


(45)

36 kehamilan di usia muda ini sangat berpengaruh agar pesan yang ingin disampaikan kepada audience dapat dimengerti dan diterima dengan baik. Untuk itu diperlukan pendekatan verbal dan visual yang sesuai.

a. Pendekatan Visual

Konsep Visual yang akan ditampilkan dalam kampanye sosial ini dengan menggunakan teknik videografi dengan memunculkan kesan kehangatan, dan kebahagian tentang memahami pentingnya menunda kehamilan di usia dini sebelum usia 20 tahun demi menggapai masa depan yang lebih baik, sehingga pesan yang disampaikan dapat mudah dimengerti dan dipahami oleh target audience serta diperkuat dengan kalimat-kalimat yang digunakan yaitu dengan memberikan kalimat yang bersifat menginformasikan (informative) dampak melahirkan di usia muda dan tentunya berupa ajakan (persuasif) tentang pentingnya menunda kehamilan di usia muda dengan memberikan beberapa cara untuk diikuti oleh target audience.

Strategi komunikasi secara visual untuk media pendukung brosur didalamnya berisikan beberapa informasi resiko-resiko hamil dan melahirkan di usia yang kurang dari 20 tahun, dan juga berisikan mengenai ajakan untuk menggunakan alat kontrasepsi dengan banyak macam dan pilihan penggunaan alat kontrasepsi.

b. Pendekatan Verbal

Memberikan informasi tentang pentingnya menunda kehamilan di usia muda yang akan dikemas dengan bahasa yang ringan, Bahasa Indonesia yang lugas, sesuai dengan pembicaraan sehari-hari, dan tidak memakai perumpamaan agar lebih mudah menyampaikan pesan dalam iklan ini.

Konsep ini digunakan agar dapat memberikan perhatian dan penegasan perihal menunda kehamilan bila menikah di usia dibawah 20 tahun itu jauh lebih baik. Sehingga pesan yang disampaikan secara verbal ataupun visual dapat menerapkan atau memberikan informasi dan ajakan bagaimana dampak atau bahaya yang akan


(46)

37 di timbukan bila seseorang melahirkan di usia dini bagi kesehatan dalam jangka panjang.

III.1.4 Strategi Kreatif

Dilihat dari berbagai jenis media yang ada serta target audience yang dituju maka strategi kreatif yang dipakai adalah dengan membuat sebuah iklan sebagai sarana penyuluhan. Pertimbangan dengan penyampaian informasi melalui iklan ini karena disesuaikan dengan target yang dituju, setelah itu didukung dengan beberapa media yang mengarahkan kepada media utama (iklan).

Agar kampanye sosial ini dapat mencapai tujuan yang diharapkan, maka kampanye yang dilakukan selain berupa ajakan memiliki beberapa informasi yang efektif mengenai bagaimana cara menunda. Yang mana informasi yang diberikan dengan cara yang kreatif yakni informasi tersebut harus memberikan wawasan, edukasi dan pengetahuan yang bermanfaat kepada target audience dan pesan yang akan disampaikan harus tepat sasaran dan dapat diterima dengan baik oleh audience. Hal ini perlu dilakukan karena jika informasi yang dilakukan kurang efektif dan kreatif maka kampanye yang telah disampaikan akan dikhawatirkan tidak dapat atau kurang dipahami oleh target audience. Strategi kreatif akan dibagi menjadi dua bagian, yaitu strategi verbal dan strategi visual.

Strategi verbal digunakan untuk memperkuat pesan visual yang didalamnya terdapat kalimat-kalimat peringatan, informasi dan tentunya berupa ajakan yang bisa memperkuat pesan dan kesan dari visualnya itu sendiri, serta dapat menggugah target audience dalam struktur pola pikirnya. Strategi kreatif yang dibuat adalah dengan membuat media kampanye dengan melakukan pendekatan secara persuasive.

Secara visual berdasar kepada target audience yang telah ditentukan, maka gaya visual yang muncul menggunakan gaya pendekatan visual yang tidak terlalu kaku, dengan memunculkan visual dari objek itu sendiri yaitu cerminan sepasang suami


(47)

38 istri baru atau dengan kata lain pengantin baru yang bahagia dengan memperlihatkan kebersamaan dan kekompakan untuk sama-sama berpartisipasi dalam menjaga kesehatan dirinya dengan merencanakan dan mempersiapkan kehamilan. Yang dianalisa dapat memberi pengaruh yang cukup besar pada target audience. Teknik visual akan menggunakan teknik videografi agar lebih mudah dimengerti isi pesan kepada target audience, dengan pesan yang berisikan ajakan, penyampaian pesan secara verbal maupun visual adalah sifatnya untuk menumbuhkan kesadaran dari dalam hati pasangan muda dan remaja putri dalam menjaga betapa pentingnya kesehatan tubuh dan besarnya resiko melahirkan di usia muda sehingga diharapkan akan turut berpartisipasi dalam program pentingnya menunda kehamilan di usia muda.

III.1.5 Strategi Media

Untuk menyampaikan isi pesan yang persuasif dan tepat sasaran kepada target audience yang dituju, serta mempertimbangkan sistem strategi komunikasi yang dibuat, karena target audiencenya adalah pasangan menikah muda, maka kampanye yang dibuat menggunakan beberapa media diantaranya:

a). Media utama - Iklan televisi

Iklan layanan masyarakat yang berdurasi 1 menit 10 detik ini merupakan media yang dapat mudah untuk mengajak dan memberikan pesan kepada target audience karena di kesehariannya televisi menjadi media yang sering dilihat. Selain itu, media ini pun merupakan media yang informative dan efektif untuk digunakan karena mampu menyampaikan ajakan dan bahkan informasi kepada target audience. Selain media televisi, ada media penyuluhan, video streaming dan lain - lain.

b). Media Pendukung

Media ini digunakan karena untuk mencapai pusat keberadaan target audience maupun tempat-tempat umum yang dikunjungi oleh pasangan muda dan remaja putri maupun orang tua seperti klinik kesehatan, pasar, swalayan, sekolah dan ditempatkan


(48)

39 difasilitas publik yang dekat pemukiman target audience. Media pendukung yang digunakan diantaranya:

- Brosur

Brosur merupakan media yang dapat mudah menginformasikan pesan kepada orang yang dituju, selain sifat brosur yang mudah disimpan dan praktis untuk dibawa kemana saja, brosur juga memiliki kelebihan, yaitu merupakan salah satu media yang sangat informatif. Karena bisa memuat berbagai informasi, orang bisa lebih lama untuk melihat dan membacanya. Dilihat dari segi keberadaan pasangan yang menikah muda dan remaja putri, yang mayoritas umumnya sering berada di luar rumah, brosur merupakan media yang tepat untuk diberikan kepada target audience, karena brosur ini memuat tentang informasi seputar dampak dan bahaya yang ditimbulkan bila melahirkan di usia muda, dan juga beberapa macam alat kontrasepsi yang ada di dalamnya sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan seputar kehamilan dan melahirkan juga mengenai pemakaian alat kontrasepsi apa yang cocok digunakan.

Gambar III.1 Media pendukung brosur - Kalender

Merupakan daftar hari dan bulan penanggalan hari, kalender yang dibuat merupakan kalender meja, disebut kalender meja karena memiliki rangka dan ditempatkan di atas meja yang biasanya digunakan di perkantoran. Kalender akan dibagikan secara gratis sebagai souvenir kepada masyarakat yang didapat dari dinas kesehatan atau di pelayanan-pelayanan kesehatan lainnya. Kalender juga merupakan media yang bisa diletakkan di dalam ruangan manapun. Kalender juga merupakan


(49)

40 satu media yang menjadi media terpenting yang ada disetiap ruangan. Selain itu kalender pun memiliki kelebihan, yaitu salah satu media yang sangat informatif karena bisa digunakan untuk menghitung masa subur oleh sebagian orang yang sering menghitung kesuburan melalui kb alami ini.

Gambar III.2 Media Pendukung kalender - Baju dalam

Baju dalam atau yang sering disebut tanktop atau singlet merupakan suatu media kampanye yang tergolong cukup efektif dalam memberikan informasi kepada masyarakat tentang kampanye pentingnya menunda kehamilan di usia muda, karena dalaman baju ini ini dapat dipakai untuk kegiatan sehari-hari yang secara tidak langsung informasi yang terdapat di dalamnya dapat mengingatkan khalayak tentang kampanye pentingnya menunda kehamilan di usia muda. Dan juga merupakan salah satu media cetak yang dalam kampanye ini digunakan untuk menjadi pengingat ketika pasangan muda ini sedang berduaan. Karena pada dasarnya ketika seseorang sedang berada dalam ruang yang intim yang digunakan hanya dalaman baju.

- Poster

Salah satu alasan pemilihan media poster adalah karena mempunyai beberapa kelebihan. Media ini apabila dirancang dengan unik dan menarik akan mampu menggugah emosi target audience apalagi penempatan untuk media ini tergolong sangat fleksibel, di dalam ruangan maupun di luar ruangan seperti pada papan pengumuman, ruang tunggu dan lain sebagainya.


(50)

41 Gambar III.3 Media pendukung poster

- Sticker

Merupakan salah satu media cetak yang dalam kampanye ini digunakan untuk menjadi pengingat dan dapat ditempel di dalam rumah maupun pada benda-benda kesayangannya.

Gambar III.4 Media Pendukung Sticker - Pisin

Merupakan salah satu media yang dapat dengan mudah dilihat dan didapat oleh target audience.


(51)

42 Alternatif desain

Gambar III.6 Alternatif desain III.1.6 Strategi Distribusi

No Media Distribusi

1. iklan Media ini akan diputar di televisi, layar lcd yang berada di jalan, dimedia sosial, youtube, ruang tunggu dari tempat pelayanan kesehatan.

2 Daleman baju Media ini akan dibagikan panitia saat adanya sosialisasi kampanye mengenai dampak dan bahaya melahirkan di usia dini bagi kesehatan.

3 Sticker Dibagikan secara cuma-cuma

4 Poster Media ini akan disebarkan dan dipasang di tempat – tempat pelayanan kesehatan, di tempat umum seperti kantor Dinas Kesehatan, Klinik, Rumah Sakit, dan lingkungan sekolah juga tempat umum yang biasa di lewati dan dikunjungi oleh target audience.

5 Pisin Saat event berlangsung

6 Kalender Media ini akan dipergunakan saat pergatian tahunan, dimana bisa didapat di dalam bentuk event.

7 Jam Dinding Sebagai reward bagi yang berpartisipasi menggunakan KB.


(52)

43 mengenai dampak dan bahaya melahirkan di usia dini bagi kesehatan, buku informasi ini akan diberikan pada pasangan muda atau orang tua yang memiliki anak usia remaja. Pembagian dilakukan di pos-pos pelayanan kesehatan masyarakat.

Tabel III.1 Strategi Distribusi

Tabel III.2 Tabel Distribusi Media

III.2 Konsep Visual III.2.1 Format Desain

Format desain dari iklan elektronik ini akan menyesuaikan dengan format umum yang dipergunakan dalam televisi. Ukuran dari video 1280 x 720 pixel dengan ukuran perbandingan aspek rasio yaitu 4 : 3. Aspek rasio merupakan perbandingan lebar dengan tinggi dari sebuah pixel dalam sebuah gambar.

III.2.2. Sinopsis

Dalam satu rumah sedang berlangsung acara pernikahan seorang wanita muda dan seoarang lelaki, setelah pernikahan dinyatakan syah keduanya menandatangani surat-surat dari KUA.


(53)

44 Berselang beberapa bulan istri sedang nampak terlihat seperti menghitung sesuatu disebuah kalender, yang kemudian disapa oleh suami yang kemudian berlangsung percakapan dari keduanya. Dalam percakapan keduanya terdengar sedang membahas mengenai perencanaan untuk kehamilan dalam rumah-tangganya, perencanaan tersebut didukung oleh aksi melakukan tahapan-tahapan menunda kehamilan dengan berbagai alat kontrasepsi dari minum pil kb hingga penggunaan alat kontrasepsi untuk pria. Di akhir video muncul seorang wanita yang berprofesi sebagai prakisi kesehatan yang memberikan arahan untuk dapat berpartisipasi dalam menunda atau merencakan kehamilan di usia yang belum matang atau usia produktif.

III.2.3 Storyline

Satu hari, yang bertepat disalah satu sebuah rumah yang terletak disalah satu perkampungan, sedang mengadakan satu acara yang sakral yaitu sebuah upacara pernikahan. Di dalam rumah itu, akan berlangsung pernikahan dengan kedua mempelai seorang gadis belia yang berusia 18 tahun dengan seorang pemuda yang berusia 4 tahun lebih tua yaitu 22 tahun.

Akad nikah pun berlangsung khikmat. Setelah akad nikah dinyatakan syah, kedua mempelai pun kemudian diminta menandatangani surat-surat yang sudah disiapkan oleh penghulu dari KUA setempat. Seperti buku nikah dan sertifikat juga beberapa surat pelengkap lainnya. Keduanya sama-sama menebar senyum kebahagian saat menandatanganinya.

Beberapa bulan kemudian, didalam sebuah rumah dengan desain rumah yang minimalis itu dan terkesan sederhana, wanita yang baru-baru ini sudah resmi menjadi seorang istri itu sedang melihat lihat dan nampak menghitung sesuatu pada sebuah kalender yang berada salah satu sudut rumah. Ketika wanita itu sedang asik dan terlihat fokus saat memperhatikan kalender itu, terdengarlah suara seorang pria, “Lagi apa sayang ???” sahutnya.


(54)

45 Ohh rupanya suara itu berasal dari suami wanita tersebut. Kemudian dijawabnya dengan nada yang halus.

“Seperti biasa, menghitung masa suburku” wanita itu menjawab dengan senyum yang manis kepada suaminya itu.

“Haahh.. Laaggiii ???” sambung suaminya, terlihat kaget dengan memasang wajah sedikit tertunduk, yang mengisyaratkan ketidaknyamanannya dan nampak sedikit kecewa.

“Sebentar lagi kok sayang, kita tunggu sampai usiaku genap 20 tahun yaa?? aku kan gak mau terkena resiko-resiko kalau hamil terlalu muda, 2 tahun kan bentar, kita masih bisa persiapin masa depan yang lebih berkualitas dan bahagia” dijawab istri dengan suara yang lemah lembut, dan senyum yang mengembang dari bibirnya. “lagian selama kita nunggu 2 tahun itu aku bisa membantu mu kan, aku bisa buka warung kecil-kecilan dan membuka tempat jahit, lumayan kan”. Tambahnya begitu.

“Okee,, percaya deh sama kamu” jawab suami sembari menarik tangan istrinya untuk masuk kedalam kamar.

“aku lagi subur taauuu….!!!” Kata istri tegas. Sambil melepas tangan suaminya itu. “yyyaaaahhhh..” sambung suaminya nampak berlalu dari pandangan istri yang nampak sedikit kecewa.

Istrinya pun kemudian pergi berlalu, tak berlangsung lama suaminya pun datang menemui istrinya yang terlihat sedang ingin meminum sebuah pil dan segelas air putih di tangannya.

Suamipun melihat ke arah isrinya dan meghampiri istrinya sembari memperhatikan istrinya “Apaan tuuuuhhhh ??” dan kemudian ia bertanya.

Istri hanya menjawab dengan senyum dan terkesan santai “ooohhh.. ini ?? Pil KB, biar tetep aman dong” begitu sahutnya.

“oooooohhhh,,, ngerti deh” gesit suaminya menjawab.

Dan bergegas menarik kembali tangan istrinya untuk beranjak dari ruangan dapur dan masuk ke dalam kamar mereka.

“Tuuunggguuuu ……” kata si istri keras. “ihhh apaan lagii sii” sahut suami jutek.


(1)

58

Material : Proyektor

Teknis produksi : Adobe Premiere Pro CS4 Durasi :1 menit 10 detik

Tema : Pentingnya menunda kehamilan di usia muda. IV.3.3 Ruang tunggu

Ruang tunggu di dinas-dinas kesehatan akan terasa sangat menjenuhkan apabila tidak ada yang menemani. Oleh karena itu dipilih media ini yang cukup efektif untuk menjangkau langsung kepada masyarakat. Tentunya dengan jadwal pemutaran yang cukup.

Media : LCD

Material : Elektronik

Teknis produksi : Adobe Premiere Pro CS4 Durasi : 1 menit 10 detik

Tema : Pentingnya menunda kehamilan di usia muda.

IV.3.4 Video streaming

Media ini dipilih karena sangat cukup efektif dapat menjangkau masyarakat luas karena dapat mencakup wilayah lokal ataupun mancanegara melalui situs-situs internet seperti youtube, myspace, dan sebagainya.

Gambar IV.6 Media ruang tunggu Sumber: Dokumentasi pribadi


(2)

59 Gambar IV. 7 Video Streaming

Sumber : http//:www.youtube.com

Media : Internet

Material : Elektronik

Teknis produksi : Adobe Premiere Pro CS4 Durasi :1 menit 10 detik

Tema : Pentingnya menunda kehamilan di usia muda.

IV.3.5 Media Pendukung Poster

Konsep poster menggunakan kekuatan teks dan visual, penekanan pada poster ini adalah dari dua tangan yang terlihat sedang memegang kumpulan tulisan macam-macam kb yang berbentuk bulat. Bahwa dengan menggunakan kb itu merupakan suatu tindakan untuk menunda kehamilan.


(3)

60 Gambar IV.8 Poster dan penempatannya

Material : Art Paper 260 gram Ukuran : 42 cm x 29.7 cm (A3) Teknis : cetak offset separasi

Peletakan : Dinas kesehatan dan Tempat Pelayanan kesehatan

Brosur

Brosur terdiri dari dua muka dan minimalis sehingga mudah dibawa.

Gambar IV.9 Brosur Material : Art paper

Ukuran : 41 cm x 14 cm Teknis : Cetak offset separasi Peletakan : Dibagikan ketika konseling


(4)

61 Stiker merupakan media promosi yang biasanya di tempatkan dengan cara menempelkannya. Stiker yang dibuat merupakan jenis stiker kampanye yang dibuat agak tipis.

Gambar IV.10 Sticker dan penempatan Material : Stiker transparan

Ukuran : 7 cm x 5 cm

Teknis : cetak offset separasi

Peletakan : dibagikan ketika konseling.

Baju dalam

Material yang digunakan yaitu kain yang biasa digunakan untuk dalaman baju dengan ukuran S, M, dan L.

Gambar IV.11 Media Pendukung Material : Kain katun

Ukuran : S, M, L, dan XL Teknis : Print transfer paper

Diberikan gratis untuk masyarakat yang berpartisipasi memasang kb guna menunda kehamilan di usia muda.


(5)

62 Pisin merupakan benda yang sering digunakan di dalam rumah.

Gambar IV.12 Pisin Material : Beling

Ukuran : Diameter 15 cm Teknis : Sticker

Diberikan gratis untuk masyarakat yang berpartisipasi memasang kb guna menunda kehamilan di usia muda.

Kalender

Gambar IV.13 Kalender Material : Art paper 260 gram

Ukuran : 14.8 cm x 24 cm (A5) Teknis : Cetak offset separasi


(6)

63 Jam dinding

Gambar IV.14 Jam dinding Material : Bagian dalam menggunakan sticker Ukuran : Diameter 9.5 cm

Teknis : cetak offset separasi

Peletakan : Didapat sebagai reward untuk menunda kehamilan selama kampanye dan persediaan masih ada.