KOMPONEN CINTA PADA INDIVIDU YANG TELAH MENIKAH MENURUT TRIANGULAR THEORY OF LOVE Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi

  KOMPONEN CINTA PADA INDIVIDU YANG TELAH MENIKAH MENURUT TRIANGULAR THEORY OF LOVE Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi Oleh : Frut Dwi Retnaningtyas NIM : 029114031 PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

  

PERSEMBAHAN

  Jika kau merasa lelah dan tak berdaya dari usaha yang sepertinya sia-sia… Tuhan tahu betapa keras engkau sudah berusaha

  Ketika kau sudah menangis sekian lama dan hatimu masih terasa pedih… Tuhan sudah menghitung air matamu

  Jika kau pikir bahwa hidupmu sedang menunggu sesuatu dan waktu terasa berlalu dengan begitu saja… Tuhan sedang menunggu denganmu

  Ketika kau pikir bahwa kau sudah mencoba segalanya dan tidak tahu berbuat apa lagi Tuhan punya jawabannya

  Ketika segala sesuatu menjadi tidak masuk akal dan kau merasa pusing atau tertekan Tuhan dapat menenangkanmu

  Jika tiba-tiba kau mendapat jejak-jejak harapan Tuhan sedang berbisik padamu

  Ketika segala sesuatu berjalan lancar dan kau dipenuhi ketakjuban Tuhan telah tersenyum padamu

  Ketika kau memiliki tujuan untuk dipenuhi dan mimpi untuk digenapi Tuhan sedang membuka matamu dan memanggilmu dengan namamu

  Ingat bahwa dimanampun kau atau kemanapun kau menghadap

Tuhan tahu…

  Karya ini kupersembahkan kepada; Penciptaku dan sandaran hidupku Bapak dan Ibukku tercinta Mba’ku dan Ade’ku yang kukasihi

  Dia yang kusayangi dan menyayangiku Segala puji dan syukur kepada Bapa, Putra dan Roh Kudus serta Maria sang Bunda atas segenap kurnia yang begitu besar sehingga penulis dapat menyelesaikan skirpsi dengan judul “Komponen Cinta Pada Individu Yang Telah Menikah Menurut Triangular Theory of Love”.

  Terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari peran berbagai pihak, yang memberikan dukungan, baik secara langsung maupun tidak langsung kepada penulis. Maka pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih yang begitu besar, antara lain kepada:

  1. Ibu M.L Anantasari S.Psi, M.Si, selaku dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, saran dan kritik, yang berguna bagi penulis selama penyusunan skripsi ini.

  2. Bapak Eddy Suhartanto S.Psi, M.Si selaku Dekan Fakultas Psikologi dan seluruh dosen Fakultas Psikologi Sanata Dharma yang telah menyumbangkan banyak ilmu kepada penulis selama penulis menempuh kuliah.

  3. Segenap staf Fakultas Psikologi, mas Gandung, Bu Nanik, mas Doni dan mas Muji yang memberikan kemudahan dalam segala urusan perkuliahan, serta Pak Gie yang selalu membagikan keceriaan dan semangatnya.

  4. Bapak Ed dan Ibu Ev, Bapak Hn dan Ibu En serta Bapak Dg dan Ibu Ss yang bersedia meluangkan waktu dan memberikan keterangan kepada penulis sebagai data dalam penulisan skripsi ini.

  5. Ibu Juliana Saragih yang bersedia mengirimkan fotocopy buku Triangle of Love yang sangat berguna dalam penulisan skripsi ini.

  6. Kedua orang tuaku tercinta, A.Y Sukirno dan Endang B.D.A yang telah memberikan segala hal berguna dalam hidupku dan tidak pernah lelah menjadi pengingat bagiku. Kasih sayang yang begitu dalam dan besar kepadaku, tidak akan sebanding hanya dengan ucapan terima kasih.

  7. Mbakku tersayang, Wiwied, yang selalu mengalah kepadaku dan membuatku merasa terlindungi di saat aku merasa takut. Adikku tercinta, Dodot yang selalu siap dimintai bantuan dan selalu mendorongku untuk menyelesaikan skripsi dengan pertanyaan “Dah sampai mana mbak skripsinya? Kapan lulus?”

  8. Pria terhebatku, Arie N. Yogiasmoro, yang dengan rela menjadi “tempat sampah” bagiku dan memberikan kekuatan kepadaku. Trima kasih atas

  unconditional love -nya….

  9. Kakek dan nenek serta saudara-saudara yang menjadi motivator baik secara langsung maupun tidak, agar aku segera menyelesaikan kuliahku.

  10. Saudaraku yang manis Nta Cumi, yang selalu berbagi dalam suka, duka, bahkan dalam hal-hal yang konyol. Semua yang pernah kita lalui memiliki arti yang begitu dalam bagiku, tapi nggak cukup sampai disini kan?

  11. Sahabatku-sahabatku, Bertus, Medusa, mas Adi dan Handoko yang hampir semua sudah lulus duluan. Kalian membuatku semakin mengerti akan keunikan setiap individu dan arti persahabatan.

  12. Teman-teman KKN, Diniy, Fajz, Nune’, Lilis, Lia, Tia dan Edo yang

  13. Teman-teman UK Katolik, PSF dan Kebaya yang memperkaya pengalamanku selama aku kuliah.

  14. Segenap kru di Sanggar Cakrawala yang memberikan berbagai latihan dan pengetahuan baru.

  15. Teman-teman di P2TKP yang membantuku tetap bertahan dan tidak mudah menyerah dalam menghadapai situasi yang kurang menyenangkan. Makasih sudah memberiku tempat berbagi ketika aku sudah merasa tidak memiliki tempat untuk berbagi.

  16. Teman-teman seatapku sejak awal (Nta, Medusa, Spa, (Pinto??), Ira, Mb Piet, Mb Agnes, Ina & Echa yang banyak memberiku pelajaran tentang relasi sosial), pertengahan (Mb Wied, Dhan, Cita, Lia, Fitri & Ayu yang memperlihatkan sisi kehidupan yang berbeda) dan sekarang (Mb Wied, Dhan, Cita, Risa & Anis, jangan permalukan korps kita ya….).

  17. Teman-teman seperjuangan yang terlalu banyak untuk kusebutkan satu persatu Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan kelemahan, oleh karena itu dengan rendah hati penulis bersedia menerima kritik, saran yang membangun dan sumbangan ide demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya, semoga skripsi ini berguna bagi pembaca.

  Penulis Frut Dwi Retnaningtyas

  

Abstrak

Komponen Cinta Pada Individu yang Telah Menikah

Menurut Triangular Theory Of Love

Frut Dwi Retnaningtyas

  

2007

  Seiring dengan berjalannya waktu, segala hal yang ada dalam pernikahan dapat berubah, termasuk juga cinta. Cinta bagi Sternberg mengandung tiga komponen, yaitu; keintiman, gairah dan komitmen. Teori cinta Sternberg tersebut dikenal dengan sebutan Triangular theory of love. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran komponen cinta yang terdapat pada individu yang telah menikah dengan usia pernikahan 7-9 tahun, menurut Triangular theory of

  love.

  Subjek dalam penelitian ini adalah individu yang memiliki usia pernikahan 7-9 tahun dan sudah memiliki anak. Jumlah responden yang dipilih sebanyak 6 individu. Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi, sedangkan metode yang digunakan adalah metode wawancara sebagai metode utama dan observasi untuk mendapatkan tambahan data. Peneliti menggunakan konsep validitas argumentatif untuk mencapai kredibilitas dalam penelitian ini, sedangkan untuk mencapai dependability, peneliti menempuh 2 langkah yaitu mencatat informasi dengan alat perekam dan melakukan pengorganisasian data.

  Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini menunjukkan bahwa keenam responden masih memiliki ketiga komponen cinta Sternberg, namun komponen cinta pada masing-masing responden mempunyai kekuatan yang berbeda-beda. Jadi pada masing-masing responden ada komponen cinta yang paling menonjol. Kata kunci: Triangular theory of love, individu yang telah menikah, komponen cinta.

  

Abstract

Love Components of Marriage Person According to

Triangular Theory of Love

Frut Dwi Retnaningtyas

  

2007

  During the times elapsed, all thing exist in marriage may changed, including love. According to Stenberg, love has three components, which are: intimacy, passion, and commitment. This theory called Triangular of Love Theory. The aim of this research is to gain a description of love components, according to Triangular of Love Theory, in marriage person that had 7 to 9 years of marriage.

  Subject in this research are persons that had 7 to 9 years of marriage and had child/children. There are six persons involved in this research. This research is a descriptive-qualitative research with phenomenological approach. Researcher uses interview method as a main method and observation method to gain additional data. Researcher uses argumentative validity concept to reach research credibility. To gain dependability, researcher undergoes two steps. Researcher record information with recorder tools and does the data organizing.

  The result of this research shows that all of these six persons still have all off these three Sternberg’s love components. We also can conclude that these three components have different intensity among these six persons. There are most dominant components in every respondent respectively.

  Keywords: Triangular theory of Love, marriage person, love component.

  HALAMAN JUDUL ……………………………………………………. i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING …………………………. ii HALAMAN PENGESAHAN …………………………………………… iii PERNYATAAN KEASLIAN DATA …………………………………… iv PERSEMBAHAN ……………………………………………………….. v KATA PENGANTAR …………………………………………………… vi ABSTRAK ………………………………………………………………. ix ABSTRACT ……………………………………………………………… x DAFTAR ISI …………………………………………………………….. xi DAFTAR BAGAN DAN TABEL ……………………………………….. xiv DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………….. xv

  BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ……………………………………...

  1 B. Rumusan Masalah ……………………………………………

  5 C. Tujuan Penelitian ……………………………………………..

  5 D. Manfaat Penelitian ……………………………………………

  5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

  A. Perkawinan 1. Pengertian Perkawinan …………………………………...

  7

  2. Tahap Penyesuaian Pasangan ……………………………

  8

  3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kelangsungan B. Triangular theory of Love

  1. Pengertian Cinta Menurut Triangular theory of Love …… 12

  23 E. Panduan Wawancara …………………………………………

  4. Dinamika Responden ……………………………………. 181

  40

  35 3. Deskripsi Hasil Penelitian ………………………………..

  34 2. Latar Belakang Responden ……………………………….

  30 B. Hasil Penelitian 1. Data Demografi Responden ……………………………...

  27 BAB IV PELAKSANAAN, HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Penelitian ……………………………………….

  26 G. Keabsahan Data Penelitian……………………………………

  25 F. Analisis Data …………………………………………………

  22 D. Metode Pengumpulan Data …………………………………..

  2. Komponen-komponen Cinta………………………………

  22 C. Subjek Penelitian …………………………………………….

  21 B. Fokus Penelitian ………………………………………………

  17 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ……………………………………………….

  ……………………………………

  Triangular Theory of Love

  C. Cinta Pada Individu Yang Telah Menikah Menurut

  3. Variasi Bentuk-bentuk Cinta Triangular theory of Love.… 15

  12

  C. Pembahasan ………………………………………………….. 238 BABV KESIMPULAN DAN SARAN

  A. Kesimpulan…………………………………………………… 249

  B. Saran ………………………………………………………… 251

  C. Keterbatasan Penelitian …………………………………….... 252 DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………… 253

  

DAFTAR BAGAN DAN TABEL

A. SKEMA KOMPONEN CINTA PADA INDIVIDU YANG TELAH MENIKAH MENURUT TRIANGULAR THEORY OF LOVE B.

   TABEL 1. PANDUAN WAWANCARA ELEMEN-ELEMEN CINTA C.

TABEL 2.1. RINGKASAN HASIL PENELITIAN RESPONDEN 1 & 2 D.TABEL 2.2. RINGKASAN HASIL PENELITIAN RESPONDEN 3 & 4 E.TABEL 2.3. RINGKASAN HASIL PENELITIAN RESPONDEN 5 & 6

  

DAFTAR LAMPIRAN

  A. Lampiran 1. Tabel Hasil Wawancara & Koding

  1. Responden 1 ……………………………………………………... 256

  2. Responden 2 ……………………………………………………... 286

  3. Responden 3 ……………………………………………………... 318

  4. Responden 4 ……………………………………………………... 363

  5. Responden 5 ……………………………………………………... 391

  6. Responden 6 ……………………………………………………... 407

  B. Lampiran 2. Tabel Hasil Observasi & Koding

  1. Responden 1 & 2 ………………………………………………… 438

  2. Responden 3 & 4 ………………………………………………… 439

  3. Responden 5 & 6 ………………………………………………… 440

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam hidup, manusia mempunyai berbagai kebutuhan, salah satunya

  adalah kebutuhan akan cinta. Maslow mengemukakan bahwa kebutuhan akan cinta adalah kebutuhan untuk dicintai dan mencintai orang lain, memberi dan menerima kasih serta terdapat pula perhatian dan penerimaan dari orang lain (Huffman, Vernoy & Vernoy, 1997). Kebutuhan tersebut dapat dipenuhi dengan menjalin relasi antar sesamanya.

  Perasaan cinta yang muncul dalam diri seseorang diawali dengan adanya perasaan suka. Seseorang akan mulai melakukan penyeleksian, setelah berjumpa dengan orang lain, apakah cocok dengan orang tersebut atau tidak, mulai dari fisik, sikap dan kepribadiannya. Individu tersebut akan mulai memelihara dan mengarahkan hubungan yang berawal dari daya tarik fisik menjadi hubungan yang lebih akrab, setelah merasakan adanya minat yang lebih pada seseorang. Beberapa ahli psikologi menemukan bahwa asal mula orang jatuh cinta adalah karena menyukai orang yang mirip dengan dirinya sendiri, mempunyai kedekatan secara sosial dan emosional (keakraban) dan kemiripan, dan akhirnya seseorang akan jatuh cinta (Atkinson, 1992).

  Hubungan cinta dengan lawan jenis akan mendorong pasangan untuk menikah. Bentuk cintanya adalah cinta yang romantis atau disebut juga cinta dan seringkali mendominasi bagian awal suatu hubungan cinta. Cinta yang romantis inilah, yang merupakan alasan utama untuk menikah (Santrock, 1995). Cinta membuat mereka ingin terus bersama dalam suatu ikatan, yang disebut dengan pernikahan, meskipun tidak jarang kita temui pernikahan yang tidak dilandasi oleh cinta.

  Sternberg (1988) mengemukakan bahwa cinta mengandung tiga komponen penting, yaitu keintiman, gairah dan komitmen. Teorinya disebut dengan Triangular theory of love. Ketiga komponen tersebut harus ada dan berjalan seimbang agar menghasilkan bentuk cinta yang sempurna (consumate

  

love) dalam sebuah hubungan. Bentuk cinta tersebut merupakan bentuk cinta

  yang paling kuat untuk menjaga stabilitas pernikahan, dan masing-masing komponen memiliki peran yang berbeda-beda dalam sebuah hubungan.

  Pada awal pernikahan, segala sesuatunya akan terasa menyenangkan dan terlihat indah karena dilandasi oleh perasaan cinta yang mendalam. Segala kekurangan yang ada dalam diri pasangan sepertinya tidak telihat, tertutup oleh adanya cinta. Perhatian yang besar dicurahkan kepada pasangan dan mereka merasa pasangan mereka unik sehingga mereka ingin terus menggali keunikan dari pasangan mereka (Santrock, 1995).

  Seiring dengan berjalannya waktu, daya tarik seksual semakin berkurang, kecemasan terhadap pasangan dan perasaan kasih sayang juga semakin berkurang (Santrock, 1995). Pineo (1961) mengemukakan bahwa lima tahun pertama usia perkawinan merupakan puncak kepuasan perkawinan

  (dalam Rybash, Roodin & Santrock, 1991). Selain itu, suatu penelitian di India oleh Gupta & Singh (1982) tentang keromantisan cinta menunjukkan bahwa pernikahan berdasarkan cinta akan mengalami penurunan perasaan cinta setelah usia perkawinan mereka melewati lima tahun dan pada pernikahan yang telah memiliki anak maka perhatian akan lebih terfokus kepada anak daripada pasangan (Myers,1994).

  Pada umumnya setelah pernikahan melewati lima tahun, kedekatan emosional antara pasangan mulai berkurang dan masing-masing memiliki dunianya sendiri (Rybash, Roodin & Santrock,1991). Hal tersebut dapat menyebabkan perhatian kepada pasangan semakin berkurang. Tidak tertutup kemungkinan akan terjadi perceraian jika keadaan tersebut berlangsung terus- menerus (Myers, 1994). Keadaan tersebut juga dapat memunculkan keinginan untuk menjalin hubungan dekat dengan orang lain.

  Berkaitan dengan Triangular theory of love, ketiga komponen cinta yang ada dapat menghasilkan beberapa bentuk variasi cinta. Hal tersebut dapat terjadi karena kehadiran komponen-komponen cinta dalam sebuah hubungan tidak selalu bersamaan. Jadi ketiga komponen cinta tersebut belum tentu selalu ada dalam setiap pasangan. Besar kemungkinan dalam sebuah hubungan hanya terdapat satu atau dua dari ketiga komponen yang ada.

  Beberapa variasi bentuk cinta yang akan terjadi dari ketiga komponen cinta antara lain adalah liking, yaitu salah satu tipe hubungan yang akan terjadi jika hanya ada keintiman. Empty love dapat terjadi jika dalam sebuah hanya berkomitmen untuk menjalin hubungan namun tanpa ada keintiman dan gairah (Knapp & Vangelisty, 1996). Hubungan yang kekanak-kanakan dapat terjadi jika dalam sebuah hubungan hanya terdapat elemen gairah saja (Santrock, 1995).

  Tipe hubungan lain adalah romantic love, yang akan terjadi jika dalam sebuah hubungan hanya terdapat keintiman dan gairah, sedangkan cinta yang penuh kebersamaan akan terjadi jika hanya terdapat keintiman dan komitmen namun tidak ada atau hanya sedikit gairah. Hubungan tersebut sering ditemukan pada pasangan bahagia yang telah menikah selama bertahun-tahun. Cinta yang konyol (fatuous love) akan terjadi jika tidak ada atau sedikit keintiman namun hanya ada gairah dan komitmen. Hubungan tersebut dapat ditemukan pada pasangan yang memutuskan menikah dalam beberapa hari setelah mereka bertemu (Knapp & Vangelisty, 1996; Santrock, 1995).

  Berdasarkan fase yang terjadi dalam pernikahan, maka peneliti ingin mengetahui gambaran komponen cinta yang terdapat pada individu yang telah menikah selama lebih dari 5 tahun khususnya 7-9 tahun. Usia tersebut dipilih karena pada usia tersebut banyak tantangan dalam kehidupan pernikahan.

  Hal tersebut merupakan hal yang penting dan unik untuk diteliti karena fase usia perkembangan yang diambil dalam penelitian ini, jarang diungkap.

  Topiknya pun belum pernah diangkat sebelumnya sehingga dapat memberikan tambahan wawasan yang baru.

B. Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas maka didapat rumusan masalah: “Bagaimana gambaran komponen-komponen cinta yang terdapat pada individu yang telah menikah selama tujuh sampai dengan sembilan tahun, menurut Triangular theory of Love?” C.

Tujuan Penelitian

  Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggambarkan komponen- komponen cinta yang terdapat pada individu yang memiliki usia perkawinan tujuh sampai sembilan tahun, menurut Triangular theory of love.

D. Manfaat Penelitian

  1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan Psikologi khususnya dalam Psikologi Sosial dan Psikologi Perkembangan khususnya tentang dinamika cinta dalam kehidupan perkawinan.

  2. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini dapat berguna bagi individu dengan usia pernikahan 7- 9 tahun sebagai tambahan wacana tentang gambaran komponen cinta yang refleksi kehidupan cinta bagi para pasangan. Bagi pasangan yang hendak menikah, dapat digunakan sebagai salah satu wacana tentang gambaran komponen cinta yang diperlukan dalam mempertahankan hubungan suami istri menurut Triangular Theory of Love.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perkawinan

  1. Pengertian Perkawinan Landis dan Landis (1965) mengatakan bahwa perkawinan merupakan suatu komitmen antara sepasang manusia yaitu laki-laki dan perempuan untuk hidup bersama.

  Pada UU No. 1 tahun 1974 pasal 1, disebutkan bahwa perkawinan merupakan ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa (dalam Piet Go, 1990).

  Perkawinan merupakan ikatan mesra daripada kehidupan dan cinta kasih suami istri (Cipta Loka Caraka, 1971). Jadi dalam perkawinan diamalkan cinta kasih, yang mempersatukan kehidupan dua pribadi yang sama tinggi, sama derajat dan sama haknya.

  Saxton (dalam Risnawaty, 2003) mengemukakan, bahwa perkawinan memiliki dua makna, yakni: pertama, sebagai suatu institusi sosial dimana pernikahan merupakan solusi kolektif terhadap kebutuhan sosial. Kedua adalah makna secara individual, pernikahan memiliki makna yang sama dengan makna sosial, yakni sebagai legitimasi terhadap peran orang tua.

  Katini Kartono (1977) mengatakan bahwa perkawinan merupakan pembatasan-pembatasan dan pertanggung jawaban tertentu, baik pada sang suami maupun pada si istri. Dalam perkawinan terdapat dua unsur yang penting, yaitu simpati dan birahi. Simpati mengandung unsur kasih sayang, ikut merasa/menghayati, perlibatan dua pribadi menjadi satu kesatuan dan kesediaan berkorban, sedangkan dalam birahi terdapat unsur seks dan kekuatan/daya saling tarik menarik antara dua jenis kelamin yang berbeda, yang kemudian menimbulkan relasi seksuil.

  Dari beberapa pengertian diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa perkawinan adalah ikatan lahir batin yang mesra dan penuh kasih sayang, serta komitmen yang didalamnya terdapat pertanggungjawaban tertentu, antara seorang laki-laki dan seorang perempuan untuk hidup bersama dan membentuk sebuah keluarga.

  2. Tahap Penyesuaian Pasangan Lemme (1995) mengatakan bahwa tahun-tahun awal pernikahan, yaitu antara 1-2 tahun pernikahan merupakan masa untuk membangun kepuasan pernikahan yang saling menguntungkan. Schiamberg dan Smith (1982) menambahkan bahwa selama tahun-tahun awal pernikahan, pasangan berusaha untuk membangun struktur keluarganya sendiri, dimana pada tahun-tahun tersebut masih dipenuhi dengan keromantisan. Selama tahun pertama pernikahan, yang disebut dengan fase blending, mereka belajar untuk hidup bersama dan berpikir bahwa diri mereka merupakan bagian yang saling tergantung satu sama lain (Perlmutter & Hall, 1992).

  Perlmutter & Hall (1992) mengemukakan bahwa tahun ketiga pernikahan disebut dengan fase nesting, yang merupakan saat sering terjadinya stres dan kekecewaan, pasangan menggali keterbatasan dari kecocokan-kecocokan yang ada dan menghabiskan banyak waktu untuk aktivitas saling berbagi.

  Tahap selanjutnya adalah ketika pernikahan memasuki usia 5 tahun. Pineo (1961) mengemukakan bahwa kepuasan pernikahan akan mencapai puncaknya pada lima tahun pertama pernikahan dan akan menurun melalui periode ketika anak berusia remaja (dalam Rybash, Roodin & Santrock, 1991). Myers (1994) menambahkan, ada sebuah penelitian yang menyebutkan bahwa keromantisan cinta akan terus meningkat dari awal pernikahan sampai lima tahun pernikahan dan kemudian akan mulai menurun melalui periode lima sampai sepuluh tahun pernikahan.

  Memasuki usia pernikahan 7-8 tahun merupakan tahap dimana anak-anak memasuki usia remaja dan dewasa (Lemme, 1995). Pada tahap tersebut perhatian pasangan masih terpusat pada keluarga, terutama anak- anak (Hurlock, 1980).

  Tahap selanjutnya adalah masa ketika anak-anak mulai meninggalkan rumah, yang disebut dengan masa kekosongan (empty nest)

  (Myers, 1994). Hurlock (1980) mengemukakan bahwa setelah anak-anak meninggalkan rumah, maka perhatian kembali berpusat pada pasangan.

  Dari berbagai tahapan diatas, dapat disimpulkan bahwa pada tahun-tahun awal pernikahan yaitu usia 1-2 tahun, merupakan masa untuk membangun kepuasan pernikahan dan penyesuaian untuk hidup bersama yang dipenuhi dengan keromantisan. Kepuasan pernikahan akan mulai menurun setelah melalui periode 5 tahun pertama. Perhatian pasangan akan lebih terpusat pada anak dan ketika anak-anak mulai meninggalkan rumah maka perhatian akan kembali berpusat pada pasangannya.

  3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kelangsungan Perkawinan Kepuasan dalam perkawinan merupakan hal yang berpengaruh terhadap kelangsungan sebuah perkawinan. Huyk (1982) mengemukakan bahwa ketidakbahagiaan dalam pernikahan dapat diakhiri dengan sebuah perceraian (dalam Perlmutter & Hall, 1992).

  Sebuah studi menyatakan bahwa pasangan yang bahagia lebih banyak terdapat pada bentuk hubungan egalitarian, dimana masing- masing pasangan merasa adanya kesamaan kekuasaan, partisipasi yang sama dalam pengambilan keputusan dan kebebasan untuk memulai hubungan seksual (Perlmutter & Hall, 1992).

  Lemme (1995) menambahkan bahwa ada beberapa variabel yang berpengaruh dalam hubungan intim jangka panjang, yaitu kesehatan, status

  Faktor lain yang memberi ciri pada hubungan jangka panjang, seperti pernikahan yang bahagia adalah kestabilan ekonomi, melihat pasangannya sebagai sahabat, menyukai pasangan sebagai seorang manusia, persetujuan pada tujuan-tujuan hidup dan penuh kelucuan, sikap suka bermain (Bengston, Rosenthal dan Burton, 1990 dalam Perlmutter & Hall, 1992). Laswell & Laswell (1987) juga menegaskan bahwa permainan dan penuh kelucuan merupakan unsur yang penting dalam kepuasan pernikahan serta keinginan untuk menghabiskan waktu bersama pasangannya.

  Santrock (1995) menambahkan, kelahiran seorang anak akan menyelamatkan pernikahan yang gagal. Hurlock (1980) mengemukakan bahwa lebih banyak perceraian terjadi karena pasangan tidak mempunyai atau hanya mempunyai beberapa anak.

  Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa faktor- faktor yang dapat mempengaruhi kelangsungan perkawinan adalah kesamaan kedudukan dalam perkawinan, kesamaan hak dalam mengambil keputusan, dan kebebasan dalam memulai hubungan seksual. Faktor lain adalah adanya kestabilan ekonomi, kehadiran anak, adanya kedekatan sebagai sahabat, serta adanya kelucuan dan permainan dalam keluarga.

B. Triangular Theory Of Love

  1. Pengertian Cinta Menurut Triangular Theory Of Love Cinta memiliki pengertian yang berbeda-beda bagi masing-masing individu. Hoyer dan Roodin (2003) mengemukakan bahwa cinta merupakan sebuah perasaan yang mendalam dan terkadang atau sering disertai dengan perasaan-perasaan yang eksklusif.

  Sternberg (1988) mengemukakan teori tentang cinta yang diberi nama Triangular Theory of Love. Dalam teori tersebut, Sternberg menyatakan bahwa cinta memiliki tiga komponen utama yaitu gairah, keintiman dan komitmen.

  Sternberg (1988) beranggapan bahwa ketiga elemen cintanya, yaitu gairah keintiman dan komitmen, dapat mencakup berbagai elemen-elemen cinta yang lain misalnya komunikasi merupakan salah satu unsur juga yang membangun keintiman. Teori tersebut juga merupakan teori yang lintas waktu dan budaya, sehingga dapat berlaku kapan saja dan dimana saja.

  2. Komponen-komponen Cinta

  Triangular Theory of Love mempunyai tiga elemen (Sternberg, 1988),

  yaitu :

  a. Keintiman adalah perasaan emosional yang didalamnya terdapat kehangatan, kedekatan, komunikasi, kepercayaan, keinginan untuk membina hubungan. Menurut Sternberg, keintiman memiliki 10 elemen, yaitu: 1) Keinginan untuk meningkatkan kesejahteraan orang yang dicintai.

  Mengamati pasangan dengan baik dan bertujuan untuk mensejahterakan pasangan. Seseorang dapat meningkatkan kesejahteraan orang yang dicintainya melebihi dirinya sendiri namun terdapat pula harapan bahwa orang tersebut akan membalas pada waktunya. 2) Mengalami kebahagiaan dengan orang yang dicintai

  Menikmati kebersamaan dengan pasangan. Ketika mereka melakukan hal-hal bersama, mereka memiliki waktu yang menyenangkan dan menyimpan kenangan-kenangan yang dapat mereka ingat kembali saat-saat sulit.

  3) Menempatkan orang yang dicintai pada penghargaan yang tinggi Berpikiran positif dan menghormati pasangannya. Meskipun telah mengetahui kekurangan pasangannya, namun tetap memberikan penghargaan yang tinggi. 4) Mengandalkan orang yang dicintai pada saat-saat dibutuhkan.

  Merasa bahwa pasangannya selalu ada ketika dibutuhkan. 5) Saling pengertian dengan orang yang dicintai.

  Mengerti satu sama lain. Mereka mengetahui satu sama lain kekuatan dan kelemahan dan bagaimana merespon satu sama lain

  6) Membagikan diri dan miliknya dengan orang yang dicintai.

  Keinginan untuk memberikan diri dan waktunya sebaik mungkin kepada orang yang dicintai.

  7) Menerima dukungan emosional dari orang yang dicintai.

  Merasa didukung dan bahkan diperbarui oleh orang yang dicintai, khususnya pada saat membutuhkan.

  8) Memberikan dukungan emosional kepada orang yang dicintai.

  Mendukung orang yang dicintai melalui empati dan dukungan emosional, pada saat dibutuhkan.

  9) Komunikasi secara intim dengan orang yang dicintai.

  Dapat berkomunikasi secara mendalam dan jujur dengan orang yang dicintai. Dapat berbagi mengenai perasaan terdalamnya.

  10) Menganggap orang yang dicintai bernilai/berharga.

  Marasakan pentingnya kehadiran pasangan dalam hidupnya.

  b. Gairah adalah ekspresi dari keinginan-keinginan dan kebutuhan- kebutuhan, seperti kebutuhan atau keinginan untuk harga diri, membantu, berhubungan dengan orang lain, dominasi, kepatuhan dan pemenuhan kebutuhan seksual. Kekuatan dari kebutuhan yang bermacam-macam tersebut berbeda-beda diantara pribadi-pribadi, situasi-situasi dan jenis jenis hubungan percintaan. Gairah muncul dari ketertarikan fisik dan seksual. Dalam hubungannya dengan komponen cinta yang lain, gairah berinteraksi secara kuat dengan keintiman dan c. Komitmen adalah penilaian kognitif berupa keputusan atas hubungan, untuk secara sinambung tetap menjalankan suatu hubungan bersama dan niat untuk memperhatikan hubungan, bahkan ketika menghadapi masalah. Komponen komitmen/keputusan terdiri dari dua aspek, yaitu jangka pendek dan jangka panjang. Aspek jangka pendek adalah keputusan untuk mencintai orang lain, sedangkan aspek jangka panjang adalah komitmen untuk memelihara cinta tersebut.

  3. Variasi Bentuk-bentuk Cinta Triangular Theory of Love Ketiga komponen cinta dari Sternberg tidak selalu lengkap keberadaannya dalam sebuah hubungan. Kombinasi dari ketiga komponen cinta tersebut dapat membentuk berbagai jenis cinta (Sternberg, 1988).

  a. Non-love Bentuk ini adalah jenis hubungan yang tidak mendapat sumbangan sama sekali dari ketiga komponen cinta. Non-Love merupakan karakteristik yang terdapat pada hubungan personal yang interaksinya sedehana dan tidak mengambil bagian dari cinta atau bahkan suka.

  b. Liking Bentuk ini merupakan jenis hubungan yang didalamnya hanya terdapat komponen keintiman, tanpa adanya komponen gairah dan komitmen.

  Liking mendeskripsikan perasaan-perasaan dari pengalaman- pengalaman dalam hubungan persahabatan. c. Infatuated love Suatu bentuk hubungan yang hanya mengandung komponen gairah, tanpa kehadiran komponen keintiman dan komitmen. Bentuk ini biasa terdapat dalam cinta pada pandangan pertama yang muncul karena ketertarikan fisik sehingga cinta model ini biasanya mudah hilang.

  d. Empty love Dalam bentuk hubungan ini hanya terdapat komponen komitmen, tanpa adanya keintiman dan gairah. Jenis cinta ini terkadang ditemukan dalam hubungan yang membosankan yang telah berjalan beberapa tahun dan telah kehilangan keterlibatan emosi dan motivasi.

  e. Romantic love Suatu bentuk hubungan yang didalamnya terdapat komponen keintiman dan gairah namun tanpa kehadiran komponen komitmen.

  Pada tipe cinta ini, laki-laki dan perempuan tidak hanya menarik secara fisik satu dengan yang lain tetapi juga terikat secara emosional.

  Salah satu contohnya dapat dilihat dalam suatu hubungan romantis klasik yaitu Romeo dan Juliet.

  f. Companionate love Suatu bentuk hubungan yang mengandung komponen keintiman dan komitmen namun tidak ada komponen gairah. Pada dasarnya untuk hubungan jangka panjang dan diperlukan dalam melakukan hubungan persahabatan. Biasanya terjadi pada pernikahan-pernikahan dengan g. Fatuous love Bentuk cinta yang mengandung komponen gairah dan komitmen tanpa adanya komponen keintiman. Bentuk cinta ini biasanya ditemukan pada pasangan yang pada suatu hari bertemu, bertunangan pada dua minggu kemudian dan kemudian menikah. Bentuk hubungan ini dibangun dengan melakukan komitmen antara satu dengan yang lain atas dasar gairah seksual tanpa adanya keterlibatan emosional.

  h. Consummate love Bentuk ini merupakan suatu bentuk cinta yang mengandung ketiga komponen cinta, yaitu keintiman, gairah dan komitmen.

  C.

  

Cinta Pada Individu Yang Telah Menikah Menurut Triangular Theory Of

Love

  Setiap pasangan yang memutuskan untuk menikah, memiliki alasan atau pertimbangan tertentu yang mendasarinya. Saxton (dalam Risnawaty, 2003) mengemukakan bahwa alasan menikah dapat dibedakan menjadi dua sumber, yaitu faktor yang berasal dari diri individu (internal), yaitu kebutuhan internal individu yang bersangkutan, antara lain kebutuhan material (biologis), kebutuhan seksual dan kebutuhan psikologis dan faktor yang berasal dari luar diri (eksternal), yaitu faktor yang mempengaruhi seseorang untuk memilih menikah, antara lain alasan ekonomi, legitimasi terhadap kekerasaan anak dan memenuhi perintah agama.

  Setiap orang memiliki alasan yang berbeda-beda untuk menikah, dimana alasan-alasan itulah yang menentukan keberlangsungan sebuah perkawinan. Cinta merupakan salah satu alasan penting suatu pernikahan. Pada tahun 1980-an, perempuan dan laki-laki setuju bahwa mereka tidak menikah kecuali mereka mencintai, dan lebih dari separo laki-laki dan perempuan masa kini mengatakan bahwa tidak mencintai adalah alasan yang cukup untuk memutuskan suatu pernikahan (Simpson, Campbell & Berscheid, 1986 dalam Santrock, 1995).

  Terkait dengan cinta, Sternberg (1988) mengemukakan salah satu teorinya yang sangat terkenal yaitu Triangular Theory of Love. Triangular merupakan teori tentang cinta yang menyatakan bahwa cinta

  Theory of Love mengandung tiga komponen, yaitu keintiman, gairah dan komitmen.

  Bentuk cinta yang mengandung ketiga komponen diatas, disebut dengan cinta sempurna (consummate love). Bentuk cinta yang sempurna dari Sternberg tersebut merupakan bentuk cinta yang sulit untuk dicapai, namun bukan tidak mungkin untuk mencapainya (Knapp & Vangelisti, 1996).

  Dalam kehidupan pernikahan, terdapat beberapa tahapan yang dialami oleh individu. Lemme (1995) mengatakan bahwa pada tahun-tahun awal pernikahan merupakan masa untuk membangun kepuasan pernikahan. Schiamberg dan Smith (1982) juga menambahkan bahwa masa tersebut merupakan masa yang penuh keromantisan. Seiring berjalannya waktu, kepuasan terhadap pernikahan pun mulai menurun. Pineo (1961) mengatakan pernikahan akan mulai menurun (dalam Rybash, Roodin & Santrock, 1991). Seiring berjalannya waktu, interaksi seksual pun juga mengalami penurunan, menjadi semakin jarang (Udry, 1980 dalam Baron & Byrne, 2005). Gupta & Singh (1982) menambahkan bahwa dari penelitian yang telah dilakukan, diketahui bahwa perasaan cinta akan meulai menurun setelah pernikahan melewati usia 5 tahun (Myers,1994).

  Tiap tahapan dalam pernikahan tidak terlepas dari berbagai faktor yang berpengaruh dalam pernikahan, yaitu kedudukan dalam pernikahan, keberadaan anak, suasana humoris dalam pernikahan, keadaan ekonomi dan penghargaan terhadap pasangan (Bengston, Rosenthal & Burton, 1990 dalam Perlmutter & Hall, 1992; Laswell & Laswell, 1987). Pada usia pernikahan yang telah melewati lima tahun, perhatian pasangan mulai berpusat pada anak sehingga perhatian kepada pasangan mulai berkurang (Hurlock, 1980).

  Berdasarkan uraian tahapan pernikahan diatas maka dapat diketahui bahwa usia pernikahan setelah melewati 5 tahun merupakan usia yang banyak tantangan khususnya yang menguji romantika cinta dalam pernikahan. Berkaitan dengan cinta, maka dapat pula dilihat bagaimana gambaran komponen cinta yang terdapat pada individu yang telah menikah diatas 5 tahun khususnya 7-9 tahun menurut Triangular theory of love.

  

Skema 1. Komponen Cinta Pada Individu yang Telah Menikah Menurut

Teori Triangle of Love

Alasan menikah

  Faktor Internal:

  • Kebutuhan Biologis - Kebutuhan Seksual - Kebutuhan

  Usia 7-9 tahun: Psikologis

  • Kepuasan pernikahan mulai menurun

  Pernikahan Dinamika Pernikahan

  • Perasaan cinta mulai menurun
  • Interaksi seksual Faktor Eksternal:

  menurun

  • Ekonomi
  • Perhatian lebih besa
  • Legitimasi terhadap

  anak Faktor yang mempengaruhi: kekerasan anak

  • Kedudukan dalam
  • Perintah agama pernik
  • Keberadaan anak
  • Suasana humoris

  Gambaran komponen

  • Keadaan ekonomi cinta Triangular of Love - Penghargaan tarhadap pasngan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dan tergolong

  fenomenologi. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan dan mengolah data yang sifatnya deskriptif seperti transkrip wawancara, catatan lapangan, gambar, foto, rekaman video dan sebagainya (Poerwandari, 1998). Dalam penelitian ini, peneliti tidak melakukan pengukuran dengan angka- angka namun hanya melakukan analisis berdasarkan pemahanan tentang argumen maupun deskripsi yang diberikan oleh subyek penelitian. Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan fenomenologi yaitu suatu metode untuk memeriksa dan menganalisis kehidupan batiniah individu yang berupa pengalaman mengenai sebuah fenomena sebagaimana adanya (Schutz dalam Hasan, 2005).

  Peneliti menggunakan pendekatan fenomenologi dalam penelitian ini dengan pertimbangan bahwa penelitian ini dapat dilalukan dalam natural

  setting (Creswell, 1998), artinya individu tidak terpisahkan dari konteks

  lingkungannya. Pada penelitian ini, peneliti ingin melihat semuanya dalam konteks alamiah atau apa adanya dengan cara mengunjungi secara langsung dan melakukan hubungan personal langsung dengan orang-orang yang diteliti, dalam hal ini adalah individu yang mempunyai usia pernikahan 7-9 tahun.

  Dalam penelitian ini peneliti ingin mendapatkan deskripsi komponen cinta Sternberg yang diperoleh dari pengalaman individu.

B. Fokus Penelitian

  Fokus dalam penelitian ini adalah komponen-komponen cinta yang terdapat pada individu yang telah menikah.

  Triangular of Love

  Komponen-komponen cinta yang akan disoroti dalam penelitian ini adalah komponen-komponen yang menurut Sternberg terdapat dalam cinta, yaitu keintiman, gairah dan komitmen. Keintiman adalah perasaan emosional tentang kehangatan, kedekatan, komunikasi, berbagi dan dukungan dalam hubungan. Gairah adalah ekspresi dari kebutuhan-kebutuhan akan harga diri, membantu, berhubungan dengan orang lain, dominasi, kepatuhan dan kebutuhan seksual. Komitmen adalah sebuah keputusan yang merupakan penilaian kognitif atas hubungan dan niat untuk memperhatikan hubungan.

  Individu yang telah menikah yang dimaksud dalam penelitian ini adalah individu yang telah terikat secara lahir dan batin dengan seseorang yang berbeda jenis kelamin, dalam suatu hubungan pernikahan. Usia pernikahan yang dipilih dalam penelitian ini usia 7-9 tahun.

  C. Subjek Penelitian

  Subjek yang dipilih untuk penelitian ini sebanyak 6 individu yang telah menikah dengan pertimbangan agar mendapatkan pemahaman yang menikah yang dipilih adalah individu mempunyai usia pernikahan 7-9 tahun dan sudah memiliki anak. Usia pernikahan tersebut dipilih dengan pertimbangan bahwa banyak tantangan yang menguji romantika cinta pasangan, misalnya perhatian pasangan masih berpusat pada anak dan usia tersebut masih berada dalam rentang 5-10 tahun dimana umumnya keromantisan cinta akan mulai menurun melalui periode lima sampai sepuluh tahun.

D. Metode Pengumpulan Data Metode pengambilan data dilakukan dengan wawancara dan observasi

  Wawancara digunakan sebagai alat utama untuk mengumpulkan data, yang dilakukan kepada key informan dengan menggunakan tape recorder sebagai alat bantu. Metode observasi digunakan untuk mendukung data hasil wawancara agar peneliti dapat mengecek kesesuaian jawaban subjek penelitian yang diperoleh dari hasil wawancara.

  1. Wawancara Wawancara adalah percakapan dan tanya jawab yang diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu (Poerwandari, 1998). Wawancara dilakukan oleh dua pihak, yaitu antara pewawancara (interviewer) dan orang yang diwawancarai (interviewee). Wawancara dilakukan untuk memperoleh gambaran dan pemahaman mengenai berbagai hal yang terkait seperti misalnya pengalaman, perasaan maupun pikiran individu.

  Model wawancara yang digunakan adalah wawancara terbuka semi terstruktur dengan mengacu pada panduan yang telah dibuat sebelumnya.

  Panduan ini dimaksudkan agar wawancara lebih terfokus pada permasalahan dan menghindari kemungkinan terlupakannya hal-hal yang hendak diungkap. Panduan wawancara yang telah dibuat kemudian juga dikembangkan lagi sesuai dengan situasi dan kondisi saat pelaksanaan wawancara, sehingga informasi yang didapatkan jauh lebih lengkap.