PERKEMBANGAN BATIK KAYU DI KREBET, BANTUL, YOGYAKARTA TAHUN 1994-2004

PERKEMBANGAN BATIK KAYU DI KREBET, BANTUL, YOGYAKARTA

  

SKRIPSI

Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sastra Program Studi Ilmu Sejarah

   Oleh AGUSTINUS BERTHA NIM: 014314018

PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH

JURUSAN SEJARAH

FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

   2007

  

SKRIPSI

PERKEMBANGAN BATIK KAYU

DI KREBET, BANTUL, YOGYAKARTA TAHUN 1994-2004

  

Oleh

Agustinus Bertha

NIM: 014314018

Telah disetujui oleh

  

Drs. H. Purwanta, M.A Tanggal 10 Desember 2007

Pembimbing I

  

SKRIPSI

PERKEMBANGAN BATIK KAYU

DI KREBET, BANTUL, YOGYAKARTA

  

TAHUN 1994-2004

oleh

Agustinus Bertha

NIM: 014314018

  

Telah dipertahankan di depan panitia penguji

Pada tanggal 19 Desember 2007

Dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Panitia Penguji

   Nama Lengkap Tanda Tangan Ketua : Prof. Dr. Pj. Suwarno, S.H …………………

Sekretaris : Drs. H. Purwanta, M.a ………………...

Anggota : Drs. Silverio R.L. Aji. S, M.Hum …………………

Anggota : Drs. Hb. Hery Santosa, M.Hum …..…………....

Yogyakarta, Desember 2007 Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Dekan,

Dr. Fr. B. Alip, M.Pd, M. A.

  MOTTO “Kecemasan takkan pernah merampas esok beserta kesulitannya Ia hanya akan melemahkan hari ini dengan kekuatannya”

  (A.j. Cronin) “Lakukan apa yang bisa, dengan apa yang kau punya, dan dimana kau berada”

  (Theodore Roosevelt)

  PERSEMBAHAN

  ◙ Ucap dan syukur yang tak terhingga atas karyaku ini kupersembahkan kepada Bapa disurga dan Bunda

  Maria yang telah memberikan segala kasih-Nya hingga aku mampu menyelesaikan tulisan ini.

  ◙ Alm. Kakung dan Almh. eyang putri disurga, trimakasih banyak atas doa dan perlindungan yang kalian berikan kepadaku. ◙ Kedua orang tuaku : Heribertus Suyanto dan Christina

  Wiwik terimakasih banyak atas segala doa dan kasih

  sayang yang berlimpah, bimbingan, dukungan, dorongan dan kesabaran hingga aku dapat mempersembahkan karyaku ini. ◙ Cintaku Maria Margaretha Widayanthi yang tak henti- hentinya mengobarkan semangatku, mengikis habis rasa malasku dan meredam segala amarahku. Makasih banyak karena kamu slalu ada disetiap hari-hariku dalam tangis dan tawa. Sekali lagi terimakasih karna kau mencintaiku. ◙ Mbah putri dan eyang kakung, trimakasih atas doa dan perhatiannya. ◙ Buat kakakku : mba Yenny – mas Ricky, mas wawan yang telah memberikan cinta dan kasih sayang buatku. ◙ Buat keponakanku tersayang Luis Figo Nanda ( akhirnya om lulus nda…..hehehehe) ◙ Buat keluarga besar di Lubuk Linggau: Ibu Sulastri dan mas Bayu yang telah memberikan dukungan dan perhatiannya.

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

  Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

  Yogyakarta, …..Desember 2007 Penulis

  Agustinus Bertha

  

ABSTRAK

Agustinus Bertha, Perkembangan Batik kayu di Krebet Tahun 1994-2004.

  Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Ilmu Sejarah, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma, 2007

  Penelitian ini bertujuan untuk menjawab empat permasalahan. Pertama, bagaimana latarbelakang kemunculan batik kayu di Krebet tahun 1994. Kedua, bagaimana perkembangan batik kayu di Krebet tahun 1994-2000. Ketiga, bagaimana perkembangan batik kayu di Krebet tahun 2000-2004. Keempat, apa pengaruh yang di timbulkan dari batik kayu tersebut bagi masyarakat Krebet.

  Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Metode yang digunakan adalah dengan studi dokumen dan wawancara mendalam. Analisis dilakukan dengan mengelompokkan, mengkaitkan, membandingkan dan interpretasi data yang berhasil dikumpulkan.

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa perkembangan batik kayu di Krebet tahun 1994-2004 diawali dari kedatangan Windarti sebagai warga baru di Krebet yang berusaha membantu pendapatan suaminya dengan cara membuat batik kayu.

  Masyarakat Krebet kemudian mengikuti langkah Windarti membuat batik kayu. Hal ini dilatarbelakangi keberhasilan Windarti dalam membuat kerajinan batik kayu. Pada tahun 2004, kerajinan batik kayu masyarakat Krebet telah dapat dijual baik didalam maupun luar negeri.

  ABSTRACT Agustinus Bertha, The Development of Wooden Batik in Krebet in 1994-2004.

  Undergraduate Thesis. Yogyakarta: Department of History, Faculty of Letters, Sanata Dharma University, 2007.

  This research aimed to answer four problem. First, how is the background of the emergence of wooden batik in Krebet in 1994. Second, how is the development of wooden batik in Krebet in 1994-2000. Third, how is the development of wooden batik in Krebet in 2000 - 2004. Fourth, what is the effect caused by this wooden batik toward Krebet society.

  This research is qualitative study. Method used in this research was studying document and deep interview. Analysis was conducted by classification, relating, comparing and interpreting the data which has been gained.

  The result of this research revealed that the development of wooden batik in Krebet in 1994-2004 was initiated by the coming of Windarti as the new inhabitant in Krebet who strive to help in increasing her husband’s income by producing wooden batik.

  The society in Krebet then followed Windarti’s steps to create wooden batik. It ha background by Windarti’s successfulness in creating wooden batik crafts. In 2004, wooden batik crafts have been sold either domestically or abroad.

KATA PENGANTAR

  Dengan segala puji dan syukur kepada Bapa disurga serta segala limpahan kasih-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul “Perkembangan Batik kayu di Krebet Tahun 1994-2004.” Penulisan skripsi ini dapat diselesaikan berkat dukungan, bantuan dan bimbingan dari banyak pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada:

  1. Bapak Dr. Fr. B. Alip, M.Pd, M.A. selaku Dekan beserta staf yang telah memberikan ijin serta kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi.

  2. Bapak Drs. Hb. Hery Santosa, M.Hum selaku Ketua Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Sastra Universitas Sanata Dharma yang telah banyak membantu dalam penulisan skripsi.

  3. Bapak Drs. Purwanta, M.A. selaku dosen Pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk membimbing dengan sabar dan mengkoreksi dengan teliti skripsi ini hingga selesai.

  4. Bapak Prof. Dr. P.J Suwarno, SH, bapak Drs. Silverio R.L. Aji. Sampurna, M.Hum, bapak Drs. Sandiwan Suharso, Romo Dr. F.X Baskara T.

  Wardaya, dan semua dosen Ilmu Sejarah yang telah membagikan bekal ilmunya kepada penulis.

  5. Pimpinan UPT. Perpustakaan dan seluruh staf Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan kemudahan dalam pencarian data dan sumber pustaka yang penulis butuhkan.

  6. Sahabat baikku Opet 02’(rendang-rendang…), Hafda 03’, Yoga 03’, Anggie 03’, Lazarus 01’, Henry 01’ yang telah bersedia menemani serta berbagi data selama penulisan skripsi.

  7. Teman-teman seperjuangan angkatan 2001 jurusan Ilmu Sejarah : pak Eko, Tatto, Krisna gedhe, Krisna chilik, Eka, Edi, Eno, Maryanto, gagak, Adit, Lina, Erna, Ajeng. Terimakasih atas kebersamaannya selama ini.

  8. Mas Tri Sekretariat Sastra yang telah banyak membantu dengan segala fasilitas dan kemudahan yang diberikan kepada penulis.

  9. Masyarakat Krebet: mba Windarti dan mas Puryono, mas Yuan, bapak Kemiskidi. Trimakasih atas bantuan data dan informasi yang penulis butuhkan dalam penulisan skripsi ini.

  10. Semua pihak yang terlibat dalam penulisan ini, penulis mengucapkan terimakasih.

  Penulis menyadari atas kekurangan dan kelemahan terhadap penulisan skripsi ini. Maka segala kritik dan saran yang sifatnya membangun akan penulis terima dengan senang hati dalam rangka penyempurnaan skripsi ini. Akhirnya terlepas dari ketidaksempurnaan tersebut, dengan segala rendah hati penulis berharap semoga hasil penulisan ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

  Yogyakarta, Penulis

  

DAFTAR ISI

HALAMANJUDUL……………………………………………………………...…...i

HALAMAN PERSTUJUAN PEMBIMBING………………………..…………….ii

HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………………..…. .iii

HALAMAN MOTTO………………………….…………………………...……….iv

HALAMAN PERSEMBAHAN…………………………………….……………….v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA……………………..……………….……..vi

ABSTRAK………………………………………………….……………………….vii

ABSTRACT …………….……………………..……………….….viii

KATA PENGANTAR ......………………………………..…………………...ix

DAFTAR ISI …………………………………….…………………..xi

DAFTAR TABEL ……………………………………………………….xvi

DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………..xvi

DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………….....xvi

  BAB PERTAMA: PENDAHULUAN…………………..…………………...

  1 A. Latarbelakang Masalah………….…………………………………….…...1

  B. Batasan Masalah…………………………………………………………...8

  C. Rumusan Masalah…………………………………………………………8

  D. Tujuan Penulisan…………….………………………………………….....8

  E. Manfaat Penulisan………………………….…………...…………………9

  F. Kajian Pustaka………………………………………….……………….....9

  G. Metode Penelitian……………….……………………………………..…11

  H. Landasan Teori……………………..…………………………………….12

  I. Sistematika Penulisan…………………………………………..………...15

  

BAB KEDUA: YOGYAKARTA SEBAGAI KOTA WISATA DAN

BUDAYA

  …………………………………………………………………….18

  A. Yogyakarta Sebagai Kota Budaya………………………………………..18

  1. Sopan Santun…………………………………………………………...19

  2. Simbol dan Motif Pada Masyarakat Yogyakarta…………………...…..20

  3. Kerajinan Rakyat……………………………...………………………..21

  B. Yogyakarta Sebagai Kota Wisata…………….....……………...….……...22

  1. Pertunjukan Kesenian………………………………………...………...25

  2. Sarana dan Prasarana Transportasi…..…………………………….…...26

  C. Pengembangan Industri Kerajinan di Yogyakarta………...............….…...28

  1. Kerajinan Perak…………………….……...…………………...………30

  2. Kerajinan Gerabah…………..…….……………………………………31

  3. Kerajinan Batik…………………….……...……………………………32

  a. Batik Bagi Lingkungan Keraton Yogyakarta….…………………….32

  b. Batik Bagi Masyarakat Yogyakarta…….……………………………33

  c. Batik Sebagai Saouvenir…………….……………………………….35

  BAB KETIGA: INDUSTRI KERAJINAN BATIK TULIS TAHUN 1980- 1990 ……………………………………………...…………………………...37

  A. Industri…………….……………………………………………………...37

  1.Muncul Industri Batik Modern………………………………………....38

  a. Batik Cap…………………………………….……………...………38

  b. Batik Printing…………………………………………………….….41

  2. Dampak Kemunculan Batik Cap dan Printing…………………………42

  a. Dampak Positif………………………………………………….…...42

  b. Dampak Negatif………………………………………………….….43

  3. Beredar Batik Tulis Asli Tapi Palsu…………………………………...44

  B. Faktor Kemunduran Industri Kerajinan…………….………………...…..45

  1. Penurunan Daya Beli Terhadap Hasil Kerajinan……………………....47

  a. Inovasi………………..……………………..……………………….47

  b. Permintaan Yang Tidak Beraturan…………..……………..……….47

  c. Kurang Sosialisasi…………………………………………..…....….48

  d. Kurang Perhatian Pemerintah Daerah Terhadap Pengrajin………....48

  C. Kemunduran Batik Tradisional…………………………………….……..49

  1. Penurunan Pemakaian Batik Tradisional…...…................…................49

  2. Upaya Pemerintah Dalam Melestarikan Batik…………....…………...53

  

BAB KEEMPAT: PERKEMBANGAN BATIK KAYU DI KREBET

TAHUN 1994-2000 …………………………………………………………..56

  A. Deskripsi Daerah Penelitian…………………..………………………….56

  1. Kondisi Fisiogarfis Daerah Penelitian……………..…….…………….56

  a. Letak, Batas dan Luas Wilayah…………..………….……………...56

  B. Batik Kayu Sebagai Alternatif Dalam Membatik…………...…………….57

  C. Masa Merintis Tahun 1994………………………..………………….…...60

  1. Pelatihan Batik Kayu…………………….……………….………….…63

  2. Pemasaran Batik Kayu………………………….…………………...….65

  D. Kreasi Batu Model Batik Kayu……………………..…………………..…67

  1. Jenis Produksi Dari Industri Kerajinan Batik Kayu………………….....69

  E. Krisis Moneter Tahun 1998………………………………………………..70

  1. Upaya Pemerintah Dalam Membangkitkan Dunia Pariwisata Di Yogyakarta……………………………...…………………...........…71

  2. Upaya Pengusaha Industri Kerajinan……………………...…………....73

   BAB KELIMA: PERKEMBANGAN BATIK KAYU

  …………………………………………………….…….73

   TAHUN 2000-2004

  A. Pertumbuhan Pesat Pengrajin Batik Tahun 2000..…………………....….73

  1. Tingkat Pendidikan Pengrajin Batik Kayu………………………….…76

  2. Peningkatan Produksi Batik Kayu………………………………….….76

  B. Koperasi Batik Kayu Tahun 2003…………………….…………………..77

  C. Peran Dinas Perindustrian Perdagangan Dan Koperasi (Disperindagkop)……..…………………………….………………...…..79

  1. Disperindagkop Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta…………….....79

  2. Disperindagkop kabupaten Bantul………………..…………………....79

  D. Peran Dinas Pariwisata………………..………………………………....81

  1. Dinas Pariwisata Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.......................81

  2. Dinas Pariwisata kabupaten Bantul……………...…………………….81

  E. Batik Kayu Menembus Pasar Export Tahun 2004…………………..…...83

  1. Asosiasi Eksportir dan Produsen Handycraft Indonesia (AEPHI) Yogyakarta……………………………………….83

  F. Pengaruh Bagi Masyarakat Di Krebet……………………...…………….86

  1. Penyerapan Tenaga Kerja……………………………………………...87

  2. Peningkatan Perekonomian……………………………………………90 ………………………………………………..92

  BAB KEENAM: PENUTUP DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………….94 DAFTAR INFORMAN ……………………………………………...……...97 LAMPIRAN ………………………………………………………………..100

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seni rupa memiliki berbagai ragam, di antaranya adalah ukir, pahat dan lukis. Melukis di atas sebuah kain dengan lilin malam disebut membatik. Kata “batik”

  

1

  sendiri berasal dari kata “Tik” artinya titik. “ Batik” berarti bertitik, karena membatik merupakan proses memberikan titik-titik serta garis pada sebuah kain. Membatik juga dapat dikategorikan melukis, karena metodenya sama. Perbedaannya adalah melukis dilakukan diatas kanvas dan menggunakan kuas sedangkan membatik menggunakan canting.

  Asal mula batik sampai saat ini masih belum jelas kebenarannya. Para seniman dan sejarawan berpendapat bahwa seni batik berasal dari India dan masuk Indonesia khususnya di tanah Jawa pada sekitar abad ke-VI-VII yang dibawa oleh

  2

  para pedagang dan para penyebar agama Hindu-Budha. Dalam perkembangannya kesenian batik dari India dapat diterima, khususnya oleh masyarakat Jawa. Semenjak zaman Majapahit kemudian terus berkembang pada kerajaan-kerajaan berikutnya

  3

  hingga abad ke-XIX. Akulturasi tersebut menghasilkan ragam motif batik yang berbeda-beda dalam setiap daerah. Selanjutnya membatik atau membuat batik 1 2 Chandra Irawan Soekamto, 1984. Batik dan Membatik, Jakarta, Akodama, hal. 9.

  Ueoka, Takamasa. 2001. Batik: Sejarah dan Daya Tarik. Skripsi: Jurusan: Bahasa Indonesia dan Kebudayaan Asia Tenggara. Osaka Jepang, Universitas Setsunan.hal. 9 3 berkembang menjadi sebuah tradisi yang masih dilakukan oleh sebagian masyarakat di Jawa sampai saat ini, bahkan pakaian batik dijadikan sebagai pakaian adat oleh masyarakat Jawa dan pakaian nasional oleh pemerintah.

  Semenjak dikenal oleh masyarakat Indonesia, Batik disamping memiliki keindahan juga mengandung filosofi yang cukup dalam. Setiap daerah yang menjadi pusat penghasil batik memiliki keunikan dan ciri khas masing-masing, baik dari motif maupun penggunaan warna. Meskipun demikian, sering juga terdapat perbedaan serta persamaan antara daerah penghasil batik yang satu dengan lainnya. Perbedaan tersebut disebabkan karena latarbelakang budaya, lingkungan serta letak geografisnya, sedangkan persamaannya disebabkan adanya hubungan dagang, pemerintahan, adat, budaya maupun agama.

  

4

Batik merupakan suatu kerajinan daerah yang sudah tidak asing lagi bagi

  masyarakat Jawa Tengah. Khusus bagi daerah-daerah penghasil batik tulis kain tradisional seperti Pekalongan, Solo dan Yogyakarta.

  “Berkembangnya batik terjadi semenjak berdirinya kerajaan Mataram. Tiap-tiap daerah penghasil batik memiliki perbedaan yang mendasar sebagai ciri khas, misal dalam hal warna. Batik sidomukti buatan Solo memiliki warna yang berbeda dengan buatan Yogyakarta. Sidomukti buatan Yogyakarta berwarna putih dominan sedangkan sidomukti buatan Solo berwarna coklat dominan. Hal ini karena batik Solo dan Yogyakarta lebih menonjolkan simbol, filosofi serta makna magis didalam batik.

  Berbeda dengan batik Solo dan Yogyakarta yang memiliki warna sederhana yakni dominan putih dan coklat, batik pekalongan cenderung kaya akan warna, misal kuning, merah, hijau dan lainnya. Hal ini disebabkan Pekalongan terletak dipesisir pantai, dimana para pedagang ketika itu melakukan transaksi. Para pedagang yang datang dari berbagai daerah tersebut membawa pengaruh dalam motif batik yang digunakan. 4 Maka batik Pekalongan kaya akan warna, bermotif bebas, naturalis serta

  5

  realistis. ” Batik di daerah Yogyakarta mulai berkembang semenjak pemerintahan

  6

  kerajaan Mataram ke-I dengan rajanya Panembahan Senopati. Pada awalnya batik dikerjakan hanya terbatas dalam kraton saja dan hasilnya untuk pakaian raja dan keluarga serta para pengikutnya. Proses pembuatan batik ketika itu dikerjakan oleh para puteri raja serta para istri abdi dalem. Para abdi dalem yang berasal dari luar lingkungan kraton kemudian membawa kesenian batik ke daerah mereka masing- masing. Mulai saat itulah kesenian batik tersebar diluar lingkungan kraton.

  Bahan-bahan dalam membuat batik pada masa itu masih terbatas dengan menggunakan tumbuh-tumbuhan. Bahan untuk pembuatan pola menggunakan kunyit maupun kunir, sedangkan bahan pewarna menggunakan akar serta dedaunan dari

  7 pohon mengkudu, tinggi, soga, dan nila.

  Daerah pembatikan pertama di luar kraton Yogyakarta terdapat di desa Plered, Imogiri, Bantul. Para keluarga abdi dalem yang bertugas sebagai penjaga makam raja-

  8 raja Mataram di Imogiri mengisi waktu luang mereka dengan membuat batik.

  Hingga saat ini di Yogyakarta misalnya terdapat ratusan industri kerajinan batik kain tradisional yang terpusat di beberapa tempat seperti di Taman Sari, Prawirotaman, dan masih banyak tempat lain. Dalam membuat sebuah batik tulis kain tradisional

  5 6 Posted in Batik Indonesia, loc. cit., hal. 3. 7 Ibid hal. 24 Departemen Perindustrian dan Perdagangan. Pelestarian Motif Batik Tradisionil

  Melalui Pengembangan Industri Batik. Departemen Perindustrian dan Perdagangan, Yogyakarta hal. 39 8 dibutuhkan waktu yang cukup lama, mulai dari proses membuat pola gambar sampai

  9 dengan pewarnaan dibutuhkan waktu sekitar dua minggu sampai satu bulan.

  Batik tulis kain tradisional yang dikenal oleh masyarakat Yogyakarta disebut

  

batik pedalaman , karena letaknya yang jauh dari pesisir. Beberapa macam motif

  digunakan sesuai dengan status sosial di dalam masyarakat, misalnya batik kalangan

10 Kraton atau ningrat. Ciri khasnya terletak pada motif yang digunakan, misal dengan

  pola gambar parang rusak, kawung, sidomukti dan lainnya sebagai lambang kekuatan dan kewibawaan yang tidak sembarang orang bisa memakainya. Hal ini karena motif batik tersebut biasa dikenakan oleh para raja di kraton Yogyakarta.

  Motif-motif khusus yang digunakan oleh lingkungan kraton Yogyakarta seperti parang rusak, kawung, sidomukti dan lainnya mulai dapat digunakan secara luas oleh masyarakat pada masa penjajahan Jepang tahun 1942. Ketika itu kraton menghadapi kesukaran dana secara abnormal, akibatnya terpaksa melepaskan dan menjual batik corak larangan dan batik berharga. Akhirnya batik larangan dihapuskan

  11

  dan orang awam boleh memakainya. Mulai saat itu penggunaan batik berkembang luas di dalam masyarakat.

  Pada awalnya seni batik hanya tertuju untuk memperindah pakaian. Mereka berusaha memperindah penampilan seseorang dalam berbusana. Akan tetapi manusia memiliki sifat yang selalu merasa tidak puas, sehingga mereka selalu berusaha untuk 9 Wawancara dengan Windarti, di Krebet, tanggal 19 November 2006, pukul11.00 Wib. 10 Pelestarian Motif Batik Tradisionil Melalui Pengembangan Industri Batik, op. cit.

  .hal. 40 11 Ueoka, Takamasa, op. cit. hal. 20 menciptakan atau mengembangkan sesuatu yang baru, berkreasi dalam membatik misalnya.

  Perkembangan dunia pariwisata telah membawa pengaruh bagi perkembangan kerajinan batik. Kerajinan batik sangat diminati oleh wisatawan dan masyarakat.

  Permintaan dari wisatawan terus meningkat, karena batik merupakan ciri khas Yogyakarta. Namun permintaan dari para wisatawan dan masyarakat selaku konsumen tidak diimbangi dengan jumlah produksi. Hal ini disebabkan proses pembuatan batik tradisional memakan waktu cukup lama. Para pengusaha batik berusaha mengatasi hal ini dengan menambah jam kerja, namun tetap tidak dapat memenuhi permintaan.

  Kreasi batik mulai berkembang pada tahun 1970-an. Banyaknya permintaan memunculkan metode baru dalam membatik untuk mempersingkat proses produksi, yakni dengan menggunakan metode cap serta printing sebagai alternatifnya. Proses pembuatan batik dengan cap sangat sederhana, karena tinggal men cap stempel yang telah di beri motif ke sebuah kain sedang printing menggunakan teknik sablon. Dengan metode cap serta printing para pembatik dapat membuat sebuah batik dengan waktu kurang dari satu hari.

  Selain menggunakan metode cap dan printing, perkembangan proses pembuatan batik juga terjadi dalam hal pewarnaan. Hal ini terjadi dengan adanya penggunaan zat warna sintetis seperti naptol. Penggunan zat warna sintetis jauh lebih cepat dibanding proses tradisional dengan menggunakan tumbuh-tumbuhan.

  Kelebihan lain dari zat warna sintetis adalah lebih tahan lama terhadap sinar matahari maupun gosokan jika dibandingkan dengan zat warna alam.

  Munculnya batik cap dan printing membuat kreasi berkembang. Batik tidak hanya digunakan untuk membuat busana saja, tetapi juga berupa kain seprei, gorden, taplak serta penutup kepala bagi wanita dan lainnya. Para pelukis Indonesia saat itu

  12

  juga mulai menaruh perhatiannya terhadap perkembangan batik. Dari para pelukis itulah timbul motif-motif batik baru yang mendobrak kehalusan dan keanggunan batik dalam sebuah kanvas. Sejak saat itu batik mulai berkembang dengan motif dan kreasi baru.

  Dampak dari munculnya batik cap dan printing membuat pengusaha batik tradisional mengalami kemunduran karena kalah bersaing. Meskipun hasil batik cap dan printing sangat berbeda dengan batik tulis tangan, baik dari segi kualitas maupun harga. Dari batik kain yang dihasilkan batik tradisional memiliki tingkat kehalusan yang lebih tinggi. Dari aspek harga, memiliki selisih yang cukup banyak. Batik cap dan printing dijual dengan selisih harga lebih dari 50% di bawah harga kain batik tulis tradisional. Hal itu membuat masyarakat dan wisatawan beralih, dari batik tulis tradisional ke batik cap dan printing.

  Keadaan itu membuat para pengusaha batik tradisional mengalami keterpurukan, bahkan mengalami kebangkrutan. Hal ini di sebabkan semakin menurunnya daya jual batik tradisional, karena kalah bersaing dengan batik cap serta

  13

  batik printing yang mulai menjadi trend di awal tahun 1980 an. Selain itu, dicabutnya ijin importir tunggal GKBI (Gabungan Koperasi Batik Indonesia) oleh pemerintah pada tahun 1966 menjadi faktor naiknya harga bahan baku untuk 12 13 Chandra Irawan Soekanto, op. cit, hal. 16.

  14 membuat batik.

  Windarti adalah salah seorang pembatik yang mendapat Pemutusan Hubungan Kerja ketika para pengusaha batik mengalami kebangkrutan. Windarti adalah istri dari seorang yang berasal dari Krebet yang mencoba membantu pendapatan suaminya dengan membuat batik kayu. Sejak tahun 1994 ia mulai merintis usaha batik kayu dengan modal awal yang sangat kecil. Usaha keras serta ketekunan membuatnya dapat mengembangkan keahliannya. Bahkan ia menularkan ilmunya kepada masyarakat Krebet untuk mengikuti jejaknya merintis usaha batik kayu.

  Dalam penulisan skripsi ini penulis tertarik untuk membahas perkembangan batik, khususnya perkembangan batik kayu di Krebet yang merupakan desa penghasil kerajinan batik kayu pertama di Yogyakarta. Batik kayu merupakan sebuah inovasi baru dalam dunia membatik, dimana sebelumnya masyarakat hanya mengenal batik tulis dengan kain sebagai medianya.

B. Batasan Masalah

  Pada tahun 1994 Windarti menetap di Krebet setelah menikah dengan seorang pria. Saat itu Windarti mulai membatik dengan alasan ingin menmbah pendapatan keluarga, namun karena peluang batik tulis sangat kecil maka ia mencoba merintis usaha batik kayu. Selama tahun 1994, akan dilihat perkembangan batik kayu di 14 Siska Narulia, 2004. Skripsi; Koperasi Batik PPBI Yogyakarta Tahun 1950-1980.

  Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, hal. 20

  Krebet sampai tahun 2004.

C. Rumusan Masalah

  Untuk mengetahui secara detail dan jelas tentang perkembangan batik kayu di Krebet, Bantul, Yogyakarta tahun 1994-2004, maka akan dikaji empat permasalahan sebagai berikut:

  1. Bagaimana latar belakang kemunculan batik kayu di Krebet tahun 1994?

  2. Bagaimana perkembangan batik kayu di Krebet tahun 1994-2000?

  3. Bagaimana perkembangan batik kayu di Krebet tahun 2000-2004?

  4. Apa pengaruh yang di timbulkan dari batik kayu bagi masyarakat Krebet?

  D . Tujuan Penulisan

  Penulisan ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis tentang;

  1. Latar belakang kemunculan batik kayu di Krebet tahun 1994

  2. Perkembangan batik kayu di Krebet tahun 1994-2000

  3. Perkembangan batik kayu di Krebet tahun 2000-2004 4. Pengaruh yang ditimbulkan dari batik kayu bagi masyarakat Krebet.

E. Manfaat Penulisan

  Manfaat yang diperoleh dalam penulisan ini adalah ;

  1. Bagi masyarakat Krebet, Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Dinas Pariwisata dan Pemerintah daerah Bantul serta Yogyakarta agar dapat menambah khasanah tentang perkembangan batik kayu di Krebet pada tahun 2000-2004.

  2. Dapat mengkaji permasalahan yang penulis ajukan untuk memperoleh pengetahuan serta wawasan yang mendalam mengenai batik kayu di Krebet dan juga bagi perkembangan pariwisata di Indonesia serta bagi ilmu sejarah.

F. Kajian Pustaka

  Kajian tentang batik telah banyak dilakukan, tetapi penelitian tentang batik kayu masih sedikit. Salah satunya adalah skripsi karya Suryanta berjudul ; Industri

  

Kerajinan Batik Kayu ; Studi Kasus di Dusun Krebet dan Dusun Dadapong, Desa

Sendang Sari, Kecamatan Pajangan, Kabupaten Bantul. Yogyakarta, Program Studi

  Geografi, Universitas Negeri Yogyakarta. Penelitian ini membahas mengenai berubahnya mata pencaharian masyarakat Krebet dan Dadapong akibat lahan pertanian yang semakin menyempit sehingga sektor pertanian non industri menjadi rendah. Menyempitnya lahan pertanian tersebut membuat masyarakat di dusun Krebet dan Dadapong membuka industri kerajinan batik kayu sebagai mata pencaharian. Skripsi ini hanya melihat dari aspek geografi bahwa munculnya batik kayu di Krebet dan Dadapong dilatarbelakangi oleh faktor tanah, yakni menyempitnya lahan pertanian.

  Sumber kedua adalah skripsi karya Siska Narulia; Koperasi Batik PPBI Yogyakarta Tahun 1950-1980, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gajah Mada. Dalam penelitian ini membahas mengenai peran serta Koperasi Pengusaha Batik Indonesia pada tahun 1950 sampai dengan kesulitan bahan baku yang dihadapi para pembatik tahun 1980. Sripsi ini masih memiliki kelemahan, yakni hanya membahas kesulitan para pembatik dalam bahan baku tanpa memaparkan bagaimana cara pembatik untuk terus dapat melanjutkan usaha pembatikan.

  Sumber ketiga yakni buku Departemen Perindustrian, 1977. Batik Dengan

  

Proses dan Corak Baru , Jakarta, Departemen Perindustrian. Dalam buku ini

  memaparkan tentang proses pembuatan batik dengan metode baru yakni cap serta printing. Selain itu juga mengulas mengenai corak-corak baru dalam batik dengan tema dan corak bebas. Buku tersebut masih memiliki kelemahan, yakni tidak membahas perubahan yang mendasar dalam proses pembuatan batik, seperti misal dalam media yang digunakan.

  Seperti yang telah diuraikan pada bagian lain sebelum ini bahwa kajian yang mengangkat tentang perkembangan batik kayu di Krebet masih sangat langka.

  Kebanyakan hanya mengkaji tentang batik kain tradisional serta perubahan metode baru dalam membatik.

G. Metode Penelitian

  Dalam penulisan skripsi berjudul “Perkembangan Seni Batik Kayu di Krebet, Bantul, Yogyakarta Tahun 1994-2004” penulis menggunakan metode penelitian sejarah.

  Metode sejarah adalah proses menguji dan menganalisis secara kritis rekaman dan peninggalan masa lalu secara imaginatif dari fakta-fakta yang diperoleh melalui

  15

  proses historiografi. Adapun langkah-langkah dalam metode penelitian yakni heuristik, kritik sumber, interpretasi dan historiografi.

  Heuristik merupakan suatu proses pengumpulan data yang diperoleh dari literatur dan wawancara.

  Langkah selanjutnya ialah kritik sumber (verifikasi data), bertujuan untuk

  16

  mengetahui otentitas (keaslian) dan kredibilitas sumber. Hal tersebut dimaksudkan untuk mengetahui kebenaran yang diperoleh dari literatur-literatur tersebut.

  Langkah berikutnya adalah interpretasi data, yakni tahap penguraian informasi, fakta dan relasi satu dengan lainnya tanpa meninggalkan ketentuan dalam penelitian sejarah. Dalam penelitian ini dituntut untuk mencermati dan mengungkapkan data secara akurat, maka untuk mengurangi unsur subyektifitas,

  17 diperlukan pengolahan data dan analisis secara cermat.

  Historiografi merupakan langkah terakhir dalam metode penelitian sejarah. Langkah tersebut merupakan suatu proses rekonstruksi dari rentetan peristiwa- peristiwa masa lampau berdasarkan data-data yang sudah diperoleh dan diuji kebenarannya. Proses ini dikatakan berhasil apabila mampu menghasilkan sintesis dari tesis dan analisis yang telah diolah.

  15 16 Lois Gottschalk, 1969. Mengerti Sejarah, Universitas Indonesia, Jakarta, hal. 32.

  Sartono Kartodirjo, 1992. Pendekatan Ilmu Sosial Dalam Metodologi Sejarah, Garmedia, Jakarta, hal. 146. 17

H. Landasan Teori

  Individu, masyarakat dan institusi dalam perkembangan industri kecil memegang peranan yang sangat penting. Selain membantu menciptakan kesempatan kerja juga membantu meningkatkan pendapatan penduduk kelompok miskin di pedesaan.

  Dalam Penulisan Skripsi ini akan mencoba menjelaskan dengan menggunakan pandangan dari Talcott Parsons “ Teori Structural-Fungsional” karena dinilai dekat dengan topik yang dibahas. Teori Struktural-Fungsional adalah teori yang menjelaskan tentang fungsi dan struktur. Teori ini diklaim lebih ilmiah dan empiris, dimana hipotesisnya diuji melalui penelitian-penelitian yang sistematik seperti pengamatan (observation) dan partisipasi observasi (participation Observation).

  18 Teori struktur dan fungsi aliran Amerika menyebutkan bahwa :

  “Sesuatu yang berfungsi itu adalah (1) sesuatu yang berguna, karena memiliki fungsi tertentu untuk memenuhi kebutuhan manusia, seperti perladangan dan pemasaran; (2) harus mendatangkan manfaat bagi yang melakukannya, seperti kerja untuk memperoleh uang; (3) dapat memenuhi keperluan individu untuk meneruskan relasi sosial, atau berkaitan dengan hak dan tanggung jawab dalam melangsungkan tujuan individu dan masyarakatnya; seperti perkawinan untuk membentuk keluarga baru; (4) memenuhi keperluan masyarakat, seperti agama dan politik; (5) struktur bagi setiap individu guna menempati posisi dan melakukan peranan; seperti partai politik.”

19 Talcott Persons dalam bukunya yang berjudul The Evolusion of Societies

  (1977) dan The Structure of Social Action (1968) menyebutkan sebagai berikut: 18 Judistira K. Gana, Ilmu-ilmu Sosial : Dasar Konsep Posisi, Program Pasca Sarjana Universitas Padjajaran, Bandung, hal 53-54. 19

  “ Masyarakat adalah suatu sistem sosial, yang harus memenuhi empat syarat atau azas untuk setiap sistem itu berfungsi, yaitu (1) penyesuaian masyarakat dengan lingkungan; (2) anggota masyarakat harus sepakat akan ketentuan untuk memilih, mengetahui, dan memahami tujuan kolektif dengan menyusun struktur tertentu; (3) penentuan anggota masyarakat agar dapat memainkan peranan dan mematuhi nilai-nilai, serta menyelesaikan konflik dalam interaksi; dan (4) terjadi integrasi dari keadaan yang ada dalam masyarakat, individu dan institusi dari keadaan yang ada dalam masyarakat. Individu dan institusi dikontrol oleh unsur atau bagian tertentu

  20

  agar sistem sosial terpelihara.” Sumbangan pemikiran Parson untuk menjelaskan pembahasan ini adalah pada pola adaptasi dan pencapaian integrasi, yang merupakan bagian dari pemahaman

  21 Parson tentang masyarakat sebagai suatu sistem sosial.

  Pola adaptasi (adaptation) bergerak dengan tujuan untuk mencapai keadaan yang lebih baik atau usaha untuk mencapai keadaan yang disetujui. Kata kuncinya adalah asas keseimbangan (equilibrium). Parson mengambil kesimpulan kalau sistem sosial itu cenderung bergerak menuju tatanan keseimbangan atau juga disebutnya

  22