PENGARUH FANATISME FANS SEPAK BOLA TERHADAP PERILAKU MEMBELI ASESORIS SEPAK BOLA Studi Kasus pada Suporter Klub PSS ”Slemania” Wilayah Depok Sleman Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Program Studi Manajemen

  

PENGARUH FANATISME FANS SEPAK BOLA TERHADAP

PERILAKU MEMBELI ASESORIS SEPAK BOLA

Studi Kasus pada Suporter Klub PSS ”Slemania” Wilayah Depok Sleman

Skripsi

  

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Manajemen

  

Oleh :

Yulius Yuwono Sudharsono

NIM : 002214094

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

  

JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2008

  MOTTO “ Buat hidup lebih hidup sehingga aku dapat hidup Dan Mampu menghidupi sesamaku”

  Datanglah pada orang yang dapat membuatmu tersenyum Karena dengan senyuman… Dapat membuat hari yang gelap menjadi cerah Berharaplah kamu bisa menemukan Seseorang yang dapat membuatmu tersenyum… Karena ia akan membuat hidupmu terasa lebih indah

  Skripsi ini kupersembahkan untuk yang Tercinta Yesus Kristus dan Bunda Maria Bapak dan Mama yang selalu mencintaiku Peciku yang selalu setia menemaniku

  Mas Ikun dan adekku Wiwib Sahabat-sahabatku Semua orang yang mendukungku

  

ABSTRAK

PENGARUH FANATISME FANS SEPAK BOLA TERHADAP

PERILAKU MEMBELI ASESORIS SEPAK BOLA

Studi Kasus Pada Suporter Klub PSS “Slemania” Wilayah Depok Sleman

Yulius Yuwono Sudharsono

  

Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta

2008

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh fanatisme para fans atau suporter sepak bola terhadap perilaku membeli asesoris sepak bola. Untuk memperoleh data yang digunakan dalam penelitian penulis menggunakan kuesioner. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode Statistik Regresi Linier Sederhana.

  Dari hasil analisis data diperoleh persamaan regresinya Y = 15,054 + 0,455X. Dilihat dari nilai b = 0,455 dan nilai r = 0,458, ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif yang kuat antara fanatisme fans sepak bola terhadap perilaku membeli asesoris sepak bola.

  Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tingkat fanatisme fans sepakbola memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap perilaku pembelian aksesori sepakbola.

  

ABSTRACT

THE EFFECT OF FOOTBALL FANS’ FANATISM TOWARD

THE BEHAVIOR OF PURCHASING FOOTBALL ACCESSORIES

Case Study on Fans of PSS Club in Depok Sleman Area

  

Yulius Yuwono Sudharsono

Sanata Dharma University

Yogyakarta

2008

  The research aimed to identify the effect of the fanatism of the football

fans or supporters toward the behavior of purchasing football accessories. The

writer distributed questionnaires in order to obtain the data for the research. The

research employed Simple Linear Regression Statistics Method in its data analysis

techniques.

  The regression Equation that was resulted from the data analysis was

Y=15.054+0.455X. It was shown from b value=0.455 and r value=0.458 that there

was a significant positive effect of the fanatism of football fans toward the

behavior of purchasing football accessories.

  In conclusion, the fanatism level of football fans has a significant positive effect on the behavior of purchasing football accessories.

KATA PENGANTAR

  Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala

berkat dan penyertaanNya dari awal hingga terselesainya penyusunan skripsi yang

berjudul “Pengaruh Fanatisme Fans Sepak Bola terhadap Perilaku Membeli

Asesoris Sepak Bola” . Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Studi Manajemen,

Fakultas Ekonomi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  Penyusunan skripsi ini tidak mungkin dapat terlaksana dengan baik tanpa

bantuan dan kerjasama dari berbagai pihak yang terkait, oleh karena itu penulis

dengan kerendahan hati dan dalam kesempatan ini menyampaikan terimakasih

kepada:

  1. Dr. Ir. P. Wiryono P., S.J. selaku Rektor Universitas Sanata Dharma.

  2. Drs. Alex Kahu Lantum, M.S., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma.

  3. Drs. G. Hendra Poerwanto, M.Si. selaku Ketua Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma.

  4. A. Yudi Yuniarto, SE., MBA., sebagai Dosen Pembimbing I yang telah berkenan untuk memberi bimbingan, masukan, semangat dan saran kepada penulis dalam menyusun skripsi ini.

  5. V. Mardi Widyadmono, SE., MBA., sebagai Dosen Pembimbing II yang telah berkenan untuk memberi bimbingan, masukan, semangat dan saran kepada penulis dalam menyusun skripsi ini.

  6. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ekonomi yang telah memberikan bimbingan dan bantuan selama belajar di Universitas Sanata Dharma.

  7. Bapak dan Mama yang selalu memberikan kasih sayang, dukungan dan perhatian serta doa selama menyelesaikan kuliah ini.

  

8. Kakakku: Mas Ikun, Mas Andri, Mbak Iwuk, Mbak Yovi, Mas Kelik, Mas

Didit sekeluarga dan adikku Wiwib, keponakanku Dimas-Dinda, Dea-Deo serta Pakde dan Bude Tarmono dan juga saudara-saudara yang ada di Palembang yang telah memberikan dukungan, perhatian serta doa selama menyelesaikan kuliah ini.

9. ”My Sweety” terimakasih untuk segala curahan kasih sayang, perhatian,

dukungan dan doanya selama menyelesaikan kuliah ini. Terima kasih karena bersamamu aku mampu melangkah lagi.

  10. Sekjend Slemania Mas Ndaru yang telah memberikan izin dalam penelitian skripsi ini.

  11. Sahabat–sahabatku tercinta Wisnu ”Becax”, Osak ”Bagor”, Rusman ”Tolo”, Bayex, Eni, Mama Oki, Didik, Tesa, Iko, Wendy, Petrus, Oyonk, Tiox, Cecep ”Keple”, Yudi ”Gamblis”, Step, Eko ”Bundu”, Dodon, Dek Beni dan masih banyak lagi yang tidak bisa saya sebutkan. Bersama kalian aku merasakan persaudaraan yang tulus.

  12. Buat VIP makasih ya karena mengenalmu membuat aku belajar mencintai orang lain dengan tulus. Makasih ya..... Kau akan selalu kuingat.

  

13. Buat Mbah Putri, Alm. Mbah Kakung dan Pakde di Paten, Pakde di Celungan,

dan semua saudara yang ada di Yogya makasih atas cinta dan perhatiannya.

  

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................. i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................. ii

HALAMAN PENGESAHAN............................................................................. iii

HALAMAN MOTTO ......................................................................................... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN .......................................................................... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................................. vi

ABSTRAK ......................................................................................................... vii

ABSTRACT...................................................................................................... viii

KATA PENGANTAR ........................................................................................ ix

DAFTAR ISI...................................................................................................... xii

DAFTAR TABEL............................................................................................. xiii

DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................... xiv

  

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1

A. Latar Belakang ................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah .............................................................................. 5 C. Batasan Masalah ................................................................................ 5 D. Tujuan Penelitian ............................................................................... 5 E. Manfaat Penelitian ............................................................................. 6

BAB II LANDASAN TEORI .............................................................................. 7

A. Perilaku Konsumen ............................................................................ 7 1. Pengertian Perilaku Konsumen .................................................... 7

  2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen............. 8

  3. Pentingnya Perilaku Konsumen ................................................. 13 4.

  Tipe-Tipe Perilaku Pembelian Konsumen Menurut Henry Assael ......................................................................................... 14

  5. Tahap-Tahap Proses Pembelian ................................................. 15 6.

  Perilaku Membeli ....................................................................... 22

  B. Fanatisme ......................................................................................... 23 1.

  Pengertian Fanatik...................................................................... 23

  2. Pengertian Fanatisme ................................................................. 23

  C. Paparan Pengaruh Fanatisme Fans Sepak Bola Terhadap Perilaku Membeli Aksesoris Sepak Bola ........................................ 24 D. Hipotesis........................................................................................... 26

  

BAB III METODOLOGI PENELITIAN........................................................... 27

A. Jenis Penelitian.............................................................................. 27 B. Waktu dan Lokasi Penelitian ........................................................ 27 C. Subyek dan Obyek Penelitian ....................................................... 27 D. Identifikasi Variabel...................................................................... 28 E. Pengukuran Variabel..................................................................... 28 F. Data ............................................................................................... 30 G. Pengumpulan Data ........................................................................ 30 H. Validasi ......................................................................................... 31 I. Analisis Data ................................................................................. 33

  

BAB IV GAMBARAN UMUM PSS SLEMAN ............................................... 34

A. Sejarah Singkat Perjalanan Tim Hijau PSS .................................. 34 B. Stadion .......................................................................................... 39 C. Struktur Organisasi PSS Sleman................................................... 40

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................... 44

A. Pelaksanaan Penelitian .................................................................. 44 B. Profil Subjek ................................................................................. 44 C. Uji Validitas dan Reliabilitas ........................................................ 48 D. Analisis Data Penelitian ................................................................ 52 E. Pembahasan................................................................................... 54 BAB VI KESIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN PENELITIAN .................................................................................... 58 A. Kesimpulan .................................................................................. 58 B. Saran.............................................................................................. 58 C. Keterbatasan Penelitian................................................................. 59 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

  DAFTAR TABEL

Tabel 5.1 : Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ............................ 45Tabel 5.2 : Data Responden Berdasarkan Pendidikan ................................. 46Tabel 5.3 : Data Responden Berdasarkan Pekerjaan ................................... 46Tabel 5.4 : Data Responden Berdasarkan Pendapatan atau Uang Saku Perbulan................................................................... 47Tabel 5.5 : Hasil Pengujian Validitas Fanatisme Fans Sepak Bola ............. 49Tabel 5.6 : Hasil Pengujian Validitas Perilaku Membeli Asesoris Sepak Bola................................................................... 50Tabel 5.7 : Ringkasan Analisis Uji Reliabilitas ........................................... 50Tabel 5.8 : Kategori Fanatisme Fans Sepak Bola ........................................ 51Tabel 5.9 : Kategori Perilaku Membeli Asesoris Sepak Bola...................... 52

  DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 : Kuesioner Lampiran 2 : Tabulasi Data Lampiran 3 : Validitas dan Reliabilitas Lampiran 4 : Uji Regresi Linier Sederhana Lampiran 5 : Kategorisasi Variabel Lampiran 6 : Tabel r Lampiran 7 : Tabel t Lampiran 8 : Surat Keterangan Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Sepak bola merupakan salah satu olah raga yang telah mendunia

  

karena diminati oleh orang banyak dan berkembang di setiap negara. Sejarah

tentang sepak bola pertama kali dimulai pada akhir abad ke-19 yang diawali

dengan peresmian Football Association beserta segala aturan mainnya di Freemansons Tavern, Great Queen Street, London, Inggris. Pada

kenyataannya, sepak bola merupakan hasil proses panjang peradaban yang

bisa ditelusuri di banyak tempat di bumi sejak sebelum Masehi. Misalnya, di

era Mesir purba telah mengenal bola dengan kain linen yang peninggalannya

masih tersimpan di museum Inggris. Selain itu, relief dinding di museum Inggris menunjukkan bahwa permainan bola sudah dikenal di peradaban Yunani purba. Seiring dengan perkembangan zaman, sepak bola pun kian berkembang di negara-negara lainnya seperti, di Eropa, Cina, Indonesia, Jepang dan negara lainnya (http://www.xs4all.nl).

  Dalam wujud yang sekarang, sepak bola telah menjadi salah satu cabang olah raga yang memiliki banyak penggemar atau fans. Sepak bola

dapat dikatakan sebagai salah satu bentuk globalisasi yang paling sukses di sepanjang masa karena sepak bola mampu membuat orang atau para suporternya memiliki ikatan emosional yang dikenal dengan demam bola.

Demam akan sepak bola pada setiap negara ditunjukkan dengan ekspresi yang berbeda-beda. Ekspresi tersebut diantaranya ditunjukkan melalui nyanyian, tarian, irama drumband dan peluit, terompet-terompet khas, topi, T-

shirt, bendera-bendera, dan aneka macam asesoris atau souvenir

(http://www.xs4all.nl). Secara tegas ekspresi para suporter atau fans sepak

bola merupakan sebuah perilaku yang menunjukkan kecintaan mereka pada

sebuah klub sepak bola.

  Kecintaan yang tumbuh terhadap sebuah klub sepak bola pada

akhirnya dapat berkembang menjadi fanatisme karena adanya rasa cinta yang

berlebihan. Fanatisme juga dapat diartikan sebagai kecintaan yang berlebihan

terhadap kelompoknya atau terhadap apa yang diyakini. Fanatisme dapat

bermula dari kekaguman diri yang membanggakan kelebihan yang ada pada

diri atau kelompoknya, kemudian pada tingkat tertentu dapat berkembang

menjadi rasa tidak suka. Rasa tidak suka tersebut dapat berkembang menjadi

rasa kebencian terhadap orang lain atau orang yang berbeda dengan

kelompoknya (Degey, dalam http:/lautan.indosiar.com). Menurut Robert

Adolf, fanatisme sendiri adalah keyakinan yang kuat terhadap kebenaran,

idealisme, kepercayaan dan keyakinan yang dianut (http:/lautan.indosiar.com).

Sedangkan fanatisme dalam konteks sepak bola merupakan suatu keyakinan

yang menganggap bahwa sepak bola atau sebuah klub itu adalah klub yang

terbaik. Fanatisme biasanya tidak rasional sehingga argumen rasional pun

susah digunakan untuk meluruskan pandangan seseorang. Fanatisme dapat

disebut sebagai orientasi dan sentimentil yang mempengaruhi seseorang dalam

berbuat, berpikir dan merasa (Agussyafii, 2006).

  Dalam sepak bola, fanatisme suporter atau fans terhadap klub kesayangannya semakin mengalami peningkatan mulai dari perilaku membeli, mengenakan atribut klub sepak bola sampai aksi brutal yang dapat merugikan

klubnya. Bentuk-bentuk fanatisme ini sudah mengarah kepada perilaku yang

membahayakan. Salah satu kasus akibat fanatisme suporter klub sepak bola

baru saja terjadi di Stadion Tambaksari Surabaya. Ribuan suporter mengamuk

karena Persebaya mengalami kegagalan menghadang Arema malang pada

Laga Piala Copa Indonesia. Akibat dari aksi brutal para suporter menyebabkan

stadion menjadi rusak dan banyak mobil yang dibakar. Peristiwa ini terjadi

karena rasa fanatisme daerah yang berlebihan dan tidak terkontrol. Faktor

kedaerahan merupakan salah satu pemicu yang mampu menggerakkan

suporter dalam mendukung timnya (http://pikiran-rakyat.com). Namun di sisi

lain, suatu pertandingan sepak bola tanpa kehadiran suporter ibarat sayur tanpa

garam. Bagi pemain sepak bola, suporter atau fans adalah pemberi semangat

dan saksi hidup atas pencapaian mereka di lapangan. Suporter bukanlah orang

yang hanya duduk dan melihat pertandingan saja, mereka secara aktif

bernyanyi, bergerak, menyalakan kembang api, atau bom asap

(www.slemania.or.id).

  Selain melakukan aksi brutal, fanatisme suporter atau fans sepak bola terhadap klub kesayanganya juga ditunjukkan dengan perilaku mengkonsumsi

dan mengenakan asesoris atau souvenir yang mencirikan klub yang

didukungnya. Fanatisme ini ditunjukkan dengan ekspresi kecintaan suporter

atau fans terhadap klub kesayangannya. Kecintaan pada sebuah klub sepak

  

bola misalnya ditunjukkan oleh suporter PSS (Persatuan Sepak Bola Sleman)

yang mengenakan kostum berwarna hijau dan membawa bendera berwarna

hijau yang identik dengan warna kostum para pemain klub PSS. Selain itu

ekspresi fanatisme mereka kerap ditunjukkan dengan konvoi sepeda motor

sambil mengenakan atribut Slemania setelah pertandingan berakhir

(www.slemania.or.id).

  Fanatisme terhadap sepak bola juga terlihat ketika menyambut Piala

Dunia 2006, di mana para fans bola banyak yang membeli asesoris atau

souvenir bola seperti kaos, gelas mug, topi, bola dan juga bacaan tentang bola.

Beberapa pencinta bola, salah satunya warga Wonogiri rela menghabiskan

uang sakunya untuk memborong asesoris seperti, kaos dan tabloid serta

majalah sepak bola. Selain itu, beberapa pengelola toko buku di Semarang

juga mengalami peningkatan omzet penjualan untuk bacaan tabloid, buku, dan

majalah yang bertema Piala Dunia (Suara Merdeka, 7 Juni 2006). Berdasarkan

fenomena di atas menunjukkan bahwa kecintaan yang berlebihan pada sebuah

klub sepak bola akan mempengaruhi perilaku suporter atau fans bola untuk

membeli dan mengenakan asesoris yang mencirikan klub kesayanganya.

  

Fanatisme terhadap sepak bola mampu mendorong seorang fans atau suporter

sepak bola untuk berusaha tampil seidentik mungkin dengan klub kesayangan

mereka ketika di lapangan. Mereka pun rela menghabiskan uang saku mereka

untuk membeli asesoris sepak bola agar tampil mencolok dan tak beda dengan

tim kesayangannya (http/www.kompas.com).

  Berdasarkan fenomena di atas, peneliti bermaksud mengetahui bagaimana pengaruh fanatisme para fans atau suporter sepak bola terhadap perilaku membeli asesoris sepak bola guna memberi gambaran bagi para penjual atau pengusaha asesoris bola untuk lebih kreatif dalam menciptakan produk asesoris bola. Peneliti juga ingin menunjukkan bahwa sepak bola bukan hanya olah raga semata tetapi sepak bola juga mampu memberikan peluang bisnis bagi masyarakat untuk lebih mengembangkan bisnis ini, yang juga dapat meningkatkan perekonomian.

  B. RUMUSAN MASALAH Bagaimana pengaruh fanatisme para fans atau suporter sepak bola terhadap perilaku membeli asesoris sepak bola?

  C. BATASAN MASALAH Dalam penelitian ini penulis membatasi masalah sebagai berikut: penelitian akan dilakukan pada fans sepak bola yang tergabung dalam suporter

  PSS Slemania khususnya wilayah Depok Sleman.

  D. TUJUAN PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh fanatisme para fans atau suporter sepak bola terhadap perilaku membeli asesoris sepak bola.

E. MANFAAT PENELITIAN

  1. Manfaat Teoritis Bagi peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu bahan acuan atau sebagai sumber informasi dalam mengembangkan penelitian selanjutnya.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi pelaku bisnis aksesoris bola, penelitian ini memberi sumbangan praktis untuk lebih kreatif dalam menciptakan produk asesoris bola.

  b. Bagi masyarakat, untuk memberikan informasi bahwa sepak bola bukan hanya olah raga semata tetapi sepak bola juga mampu memberikan peluang bisnis bagi masyarakat untuk lebih dikembangkan dan juga dapat meningkatkan perekonomian.

  c.

  Bagi Universitas Sanata Dharma khususnya fakultas Ekonomi, penelitian ini dapat menambah khasanah penelitian sehingga berguna bagi penelitian selanjutnya.

BAB II LANDASAN TEORI A. PERILAKU KONSUMEN

1. Pengertian Perilaku Konsumen Perilaku konsumen adalah sebagian dari kegiatan manusia.

  Perilaku ini akan mengungkapkan sebab-sebab seseorang membeli barang atau jasa tertentu (Amirullah: 2002). Beberapa pengertian perilaku konsumen :

  a. David L. Loudon dan Albert J. Della Bitta (Amirullah:2) Perilaku konsumen dapat didefinisikan sebagai proses pengambilan keputusan dan aktivitas individu secara fisik yang dilibatkan dalam mengevaluasi, memperoleh, menggunakan atau dapat mempergunakan barang-barang dan jasa.

  b.

  James F. Engel et al (1992:3) Perilaku konsumen didefinisikan sebagai tindakan-tindakan individu yang secara langsung terlibat dalam usaha memperoleh dan menggunakan barang-barang dan jasa ekonomis termasuk proses pengambilan keputusan yang mendahului dan menentukan tindakan- tindakan tertentu tersebut. c.

  American Marketing Association (Amirullah:2) Perilaku konsumen didefinisikan sebagai interaksi dinamis antara pengaruh dan kognisi, perilaku, dan kejadian di sekitar kita dimana manusia melakukan aspek pertukaran dalam hidup mereka.

  d. Amirullah, SE.,MM. (2002:3) Perilaku konsumen adalah sejumlah tindakan-tindakan nyata individu (konsumen) dan faktor luar lainnya (eksternal) yang mengarahkan mereka untuk memilih dan mempergunakan barang-barang yang diinginkannya.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen

  Perilaku konsumen terjadi karena adanya faktor situasional ataupun adanya pengaruh dari orang lain. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen menurut Philip Kotler dan Gary Armstrong (2001:200) adalah sebagai berikut : a.

  Faktor Budaya Faktor budaya memiliki pengaruh yang terluas dan terdalam dalam perilaku konsumen. Pemasar perlu memahami peranan yang dimainkan oleh budaya, subbudaya dan kelas sosial pembeli.

1) Budaya Budaya adalah penyebab dasar keinginan dan perilaku konsumen.

  Perilaku manusia sebagian besar merupakan hasil proses belajar. Sewaktu tumbuh dalam suatu masyarakat, seorang anak belajar mengenai nilai persepsi, keinginan, dan perilaku dasar dari keluarga dan lembaga penting lainnya.

  2) Subbudaya Setiap budaya terdiri dari sub-sub budaya, atau kelompok- kelompok orang yang memiliki sistem nilai yang sama berdasarkan pengalaman dan situasi kehidupan. Subbudaya meliputi kewarganegaraan, agama, kelompok ras, dan daerah geografis yang serupa. Banyak subbudaya yang membentuk segmen pasar yang penting dan pemasar sering mendesain produk dan program pemasaran yang disesuaikan dengan kebutuhan mereka. 3) Kelas Sosial

  Hampir setiap masyarakat mempunyai sejumlah struktur kelas sosial. Kelas sosial adalah pembagian kelompok masyarakat yang relatif permanen dan relatif teratur dimana anggota-anggotanya memiliki nilai, minat, dan perilaku yang serupa. Kelas sosial tidak ditentukan oleh satu faktor saja, seperti pendapatan, namun diukur berdasarkan kombinasi pekerjaan, pendidikan, kesehatan, dan lainnya.

  b. Faktor Sosial Perilaku konsumen juga dipengaruhi oleh faktor sosial, seperti kelompok, keluarga, peran sosial, dan status.

  1) Kelompok Perilaku konsumen banyak dipengaruhi oleh kelompok-kelompok kecil. Kelompok yang memiliki pengaruh langsung dan tempat seseorang berada disebut kelompok keanggotaan. Sebaliknya, kelompok acuan berfungsi sebagai titik pembanding atau acuan secara langsung maupun tidak langsung dalam pembentukan sikap atau perilaku seseorang.

  2) Keluarga Anggota keluarga memiliki pengaruh yang kuat terhadap perilaku pembeli. Keluarga merupakan organisasi pembelian di masyarakat tempat konsumen berada yang paling penting. Pemasar tertarik pada peran dan pengaruh suami, istri, dan anak-anak dalam pembelian barang dan jasa yang berbeda-beda. 3) Peran dan status Seseorang merupakan bagian dari beberapa kelompok seperti; keluarga, klub, organisasi. Posisi orang tersebut dalam tiap kelompok dapat didefinisikan berdasarkan peran dan statusnya.

  c.

  Faktor Pribadi Keputusan seorang pembeli juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi seperti umur dan tahap tahap siklus hidup, pekerjaan, situasi ekonomi, gaya hidup, kepribadian , dan konsep diri.

  1) Umur dan Tahap Siklus Hidup Selera pembeli terhadap barang-barang dan jasa yang dibeli sering terkait dengan umur. Pembelian juga dibentuk oleh tahap siklus hidup keluarga. Para pemasar sering mendefinisikan pasar sasaran mereka berdasarkan tahap siklus hidup dan mengembangkan

rencana produk pemasaran yang tepat untuk tiap tahap.

2) Pekerjaan Pekerjaan akan mempengaruhi barang dan jasa yang dibeli. Para pemasar berusaha mengidentifikasi kelompok pekerjaan yang memiliki minat di atas rata-rata terhadap produk dan jasa mereka.

  3) Situasi Ekonomi Situasi ekonomi seseorang akan mempengaruhi pilihan produk. Jika indikator ekonomi menunjukkan titik resesi, pemasar akan mengambil langkah untuk mendesain ulang, mereposisi, dan mengganti harga produk mereka dengan cepat. 4) Gaya Hidup Orang yang berasal dari subbudaya, kelas sosial, dan pekerjaan yang sama mungkin akan memiliki gaya hidup yang berbeda. Gaya hidup adalah pola hidup yang tergambarkan pada psikografisnya.

  Gaya hidup menunjukkan seluruh pola kegiatan dan interaksi seseorang di dunia.

  5) Kepribadian dan Konsep Diri Setiap kepribadian yang berbeda-beda pada setiap orang mempengaruhi perilaku pembelian orang tersebut. Kepribadian adalah karakteristik psikologis yang menghasilkan tanggapan yang secara konsisten dan terus menerus terhadap lingkungannya.

  Kepribadian biasanya dideskripsikan berdasarkan sifat-sifat seperti kepercayaan diri, dominasi, sosialitas, otonomi, sifat pertahanan, kemampuan beradaptasi, dan agresivitas. Kepribadian berguna dalam menganalisa perilaku konsumen untuk produk dan pilihan merek tertentu.

  d.

  Faktor Psikologis Pilihan pembelian dipengaruhi empat faktor psikologi utama :

motivasi, persepsi, pembelajaran, serta kepercayaan dan sikap.

1) Motivasi Setiap waktu seseorang mempunyai banyak kebutuhan. Sebagian kebutuhan biologis, yang timbul karena dorongan tertentu seperti lapar, haus, atau ketidaknyamanan. Kalau secara psikologis, tumbuh dari rasa ingin dikenal, penghargaan, atau kepemilikan. Sebagian kebutuhan itu tidak akan cukup memotivasi seseorang untuk bertindak dalam waktu tertentu. Kebutuhan akan menjadi motif bila dirangsang hingga ke tingkatan intensitas tertentu.

  2) Persepsi Seseorang melakukan tindakan karena terpengaruh oleh persepsinya mengenai situasi tersebut. Kita mempelajari arus informasi melalui panca indera. Namun, kita menerima, mengatur, dan mengiterpretasi informasi itu dengan cara masing-masing.

  3) Pembelajaran Saat seseorang bertindak, mereka belajar. Pembelajaran menunjukkan perubahan perilaku seseorang karena pengalaman.

  Pembelajaran terjadi karena dipengaruhi oleh dorongan, stimulan, cues, tanggapan, dan penguatan.

  4) Keyakinan dan Sikap Melalui tindakan dan pembelajaran, orang mendapat keyakinan dan sikapyang kemudian akan mempengaruhi perilaku pembelian.

3. Pentingnya Perilaku Konsumen

  Studi tentang perilaku konsumen dipelajari karena mempunyai dua alasan utama (Amirullah:2002), yaitu :

1) Perilaku konsumen penting dalam kehidupan setiap hari.

  Kalau saja setiap konsumen memiliki perilaku yang konstan mungkin kajian tentang perilaku konsumen tidak begitu penting.

  Tetapi mengingat konsumen selalu berinteraksi dengan lingkungannya, maka secara otomatis perilaku itu akan berubah- ubah bahkan dalam hitungan hari. Perilaku konsumen disini penting untuk memahami mengapa dan apa saja yang mempengaruhi perubahan perilaku konsumen.

2) Perilaku konsumen penting untuk pengambilan keputusan.

  Setiap keputusan yang diambil oleh konsumen pasti didasarkan pada alasan-alasan tertentu, baik secara langsung maupun tidak langsung. Proses pengambilan keputusan konsumen sangat terkait dengan masalah kejiwaan dan faktor eksternal. Dengan memahami perilaku konsumen, pemasar akan mudah untuk menggambarkan bagaimana proses keputusan itu dibuat.

4. Tipe-Tipe Perilaku Pembelian Konsumen Menurut Henry Assael

  1) Perilaku pembelian kompleks Perilaku pembelian kompleks terdiri dari tiga langkah, yaitu: pertama pembeli mengembangan keyakinan tentang produk tertentu. Kedua, ia membangun sikap tentang produk tersebut. Ketiga, ia membuat pilihan pembelian yang cermat. 2) Perilaku pengurangan ketidaknyamanan Terkadang konsumen sangat terlibat dalam pembelian namun melihat sedikit perbedaan antar merek. Pembeli akan berbelanja dengan berkeliling untuk mempelajari merek yang tersedia. Jika konsumen menemukan perbedaan mutu antar merek tersebut, dia mungkin akan lebih memilih harga yang lebih tinggi. Jika konsumen menemukan perbedaan kecil, dia mungkin akan membeli semata-mata berdasarkan harga dan kenyamanan.

  3) Perilaku pembelian karena kebiasaan Perilaku pembelian kebiasaan terjadi dalam kondisi di mana konsumen mempunyai keterlibatan rendah dan terdapat perbedaan yang signifikan antar merek. konsumen tidak mencari secara luas informasi merek, mengevaluasi karakteristik merek, dan memutuskan secara serius merek apa yang akan dibeli. Mereka secara pasif menerima informasi pada saat melihat televisi atau membaca majalah. 4) Perilaku pembelian yang mencari variasi Konsumen berada pada perilaku pembelian pencarian variasi dalam situasi ketika konsumen mempunyai tingkat keterlibatan yang rendah tetapi mempersepsikan adanya perbedaan merek yang signifikan. Konsumen biasanya beralih merek.

5. Tahap-tahap Proses Pembelian

  Berdasarkan pengkajian terhadap laporan banyak konsumen tentang proses membeli, “model tahap-tahap” dari proses membeli telah dikonseptualisasi oleh para peneliti perilaku konsumen. Model tahap-tahap itu paling serasi dengan pembuatan keputusan yang kompleks. Kita akan mempergunakan model itu untuk menunjukkan bahwa ada lima proses yang dilalui konsumen (Philip Kotler:1988): pengenalan masalah, mencari informasi, beberapa penilaian alternatif,

membuat keputusan pembelian, dan perilaku setelah membeli.

  1) Pengenalan Masalah Proses membeli dimulai dengan pengenalan masalah atau kebutuhan. Pembeli menyadari suatu perbedaan antara keadaan sebenarnya dan keadaan yang diinginkannya. Kebutuhan itu dapat digerakkan oleh rangsangan dari dalam diri pembeli atau dari luar.

  Kebutuhan seseorang yang normal adalah: lapar, haus, seks, akan meningkat hingga mencapai suatu ambang rangsang dan berubah menjadi dorongan.untuk itu para pemasar perlu mengenal berbagai hal yang dapat menggerakkan kebutuhan atau minat tertentu dalam konsumen. 2) Pencarian Informasi

  Seorang konsumen yang mulai tergugah minatnya mungkin akan atau mungkin tidak mencari informasi yang lebih banyak lagi.

  Jika dorongan konsumen adalah kuat, dan obyek yang dapat memuaskan kebutuhan itu tersedia, konsumen akan membeli obyek itu. Jika tidak, kebutuhan konsumen itu mengendap dalam ingatannya. Konsumen mungkin tidak berusaha untuk memperoleh informasi lebih lanjut atau sangat aktif mencari informasi sehubungan dengan kebutuhan itu.

  Yang menjadi pusat perhatian para pemasar adalah sumber- sumber informasi pokok yang akan diperhatikan konsumen dan pengaruh relatif dari setiap informasi itu terhadap rangkaian keputusan pembelian.

  3) Penilaian Alternatif Pemasar perlu mengetahui bagaimana proses informasi konsumen tiba pada tahap pemilihan merek. Tidak ada satu proses penilaian yang sederhana dan tunggal yang dipergunakan oleh semua konsumen dalam situasi membeli. Terdapat beberapa proses evaluasi konsumen adalah orientasi kognitif, yakni memandang konsumen sebagai pembuat pertimbangan mengenai produk terutama berlandaskan pada pertimbangan yang sadar dan rasional.

  Beberapa konsep dasar akan membantu kita memahami proses evaluasi konsumen. Pertama, konsumen berusaha memenuhi suatu kebutuhan. Kedua, konsumen mencari manfaat tertentu adri solusi produk. Ketiga, konsumen memandang setiap produk sebagai sekumpulan atribut dengan kemampuan yang berbeda-beda dalam memberikan manfaat yang dicari untuk memuaskan kebutuhan ini.

  Konsumen memiliki sikap yang berbeda-beda dalam memandang atribut-atribut yang dianggap relevan dan penting.

  Mereka akan memberikan perhatian terbesar pada atribut yang memberikan manfaat yang dicarinya. Pasar sebuah produk sering dapat disegmentasi berdasarkan atribut yang menonjol dalam kelompok konsumen yang berbeda-beda.

  Konsumen mengembangkan sekumpulan keyakinan merek tentang di mana posisi setiap merek dalam masing-masing atribut. Kumpulan keyakinan atas suatu merek membentuk citra merek. Citra merek konsumen akan berbeda-beda menurut pengalaman mereka yang disaring oleh dampak persepsi selektif, distorsi selektif, dan ingatan selektif. 4) Keputusan Pembelian Dalam tahap evaluasi, konsumen membentuk preferensi atas merek-merek dalam kumpulan pilihan. Konsumen juga mungkin membentuk niat untuk membeli produk yang paling disukai.

  Namun, ada dua faktor yang dapat berada di antara niat pembelian dan keputusan pembelian.

  Faktor pertama adalah pendirian orang lain. Sejauh mana pendirian orang lain mengurangi alternatif yang disukai seseorang akan bergantung pada dua hal :

  a) Intensitas pendirian negatif orang lain terhadap alternatif yang disukai konsumen.

  b) Motivasi konsumen untuk menuruti keinginan orang lain.

  Semakin gencar sikap negatif orang lain dan semakin dekat orang lain tersebut dengan konsumen, semakin besar konsumen akan menyesuaikan niat pembeliannya. Keadaan sebaliknya juga dapat terjadi di mana seorang pembeli untuk suatu merek akan meningkat jika seorang yang ia sukai juga sangat menyukai merek yang sama. Pengaruh orang lain menjadi rumit saat beberapa orang yang dekat dengan pembeli memiliki pendapat yang berlawanan dan pembeli ingin menyenangkan mereka semua.

  Faktor kedua adalah faktor situasi yang tidak diantisipasi. Faktor ini dapat muncul dan mengubah niat pembelian. Sebagai contoh, kehilangan pekerjaan.

  Keputusan konsumen untuk memodifikasi, menunda, atau menghindari suatu keputusan pembelian sangat dipengaruhi oleh risiko yang dirasakan (perceived risk). Besarnya risiko yang dirasakan berbeda-beda menurut besarnya uang yang dipertaruhkan, besarnya ketidakpastian atribut, dan besarnya kepercayaan diri konsumen. Konsumen mengembangkan rutinitas tertentu untuk mengurangi risiko, seperti penghindaran keputusan, pengumpulan informasi dari teman-teman, dan preferensi atas merek dalam negeri dan garansi. Pemasar harus memahami faktor- faktor yang menimbulkan rasa adanya risiko dalam diri konsumen dan memberikan informasi dan dukungan untuk mengurangi ririko yang dirasakan.

  5) Perilaku Pasca Pembelian Setelah membeli produk, konsumen akan mengalami tingkat kepuasan atau ketidakpuasan tertentu. Tugas pemasar tidak berakhir saat produk dibeli, melainkan berlanjut hingga periode pascapembelian. Pemasar harus memantau kepuasan pascapembelian, tindakan pascapembelian, dan pemakaian dan pembuangan pasca pembelian. (Philip Kotler:1997) a) Kepuasan Pasca Pembelian

  Setelah membeli suatu produk, seorang konsumen mungkin mendeteksi suatu kekurangan. Kepuasan pembeli adalah fungsi seberapa dekat harapan pembeli atas suatu produk dengan kinerja yang dirasakn pembeli atas produk tersebut. Jika kinerja produk lebih rendah daripada harapan pembeli,pembeli akan kecewa; jika ia sesuai harapan, pembeli akan puas; jika ia melebihi harapan, ia akan sangat puas. Perasaan-perasaan ini akan membedakan apakah pembeli akan membeli kembali produk tersebut dan membicarakan hal-hal yang menguntungkan atau tidak menguntungkan tentang produk tersebut kepada orang lain.

  Konsumen membentuk harapan mereka berdasarkan pesan yang diterima dari penjual, teman, dan sumber-sumber informasi lain. Jika penjual melebih-lebihkan manfaat suatu produk, konsumen akan mengalami harapan yang tak tercapai (disconfirmed expectation), yang akan menyebabkan ketidakpuasan. Semakin besar kesenjangan antara harapan dan

kinerja, semakin besar ketidakpuasan konsumen. b) Tindakan Pasca Pembelian Kepuasan dan ketidakpuasan konsumen terhadap suatu produk akan mempengaruhi perilaku selanjutnya. Jika konsumen puas, ia akan menunjukkan kemungkinan yang lebih

tinggi untuk membeli kembali produk tersebut.

  Pelanggan yang tidak puas bereaksi sebaliknya. Mereka mungkin membuang atau mengembalikan produk tersebut.

  Mereka juga mungkin akan mencari informasi yang mengkonfirmasikan nilai yang tinggi dari produk tersebut.

  Mereka mungkin mengambil tindakan publik seperti mengajukan keluhan-keluhan pada perusahaan, pergi ke pengacara atau mengadu pada kelompok-kelompok lain seperti badan usaha atau pemerintah. Tindakan pribadi dapat berupa memutuskan untuk membeli produk tersebut atau mengingatkan teman-teman.

  c) Pemakaian dan Pembuangan Pasca Pembelian Pemasar juga harus memantau pembeli bagaimana pembeli memakai atau membuang produk. Jika konsumen menyimpan produk, mungkin produk tersebut tidak begitu memuaskan dan kabar dari mulut ke mulut tidak akan gencar.

  Penjual perlu mempelajari pemakaian produk dan penjualannya kembali bila tidak dipakai lagi. Tindakan ini dilakukan sebagai petunjuk bagi kemungkinan akan adanya masalah-masalah dan kesempatan yang menguntungkan.

  Landasan bagi keberhasilan pemasaran adalah memahami kebutuhan-kebutuhan konsumen dan proses pembelian. Para pemasar dapat memperoleh petunjuk penting tentang bagaimana memenuhi berbagai peserta dalam proses membeli dan hal-hal yang banyak mempengaruhi tingkah laku membeli dengan cara memahami bagaimana pembeli-pembeli menempuh proses mulai dari pengenalan masalah, pencarian informasi, menilai alternatif, memutuskan pembelian dan tingkah laku pasca pembelian.

6. Perilaku Membeli

  Para konsumen dalam melakukan pembelian memiliki dua tipe pembelian yaitu pembelian percobaan, pembelian ulangan. Ketika konsumen membeli suatu produk untuk pertama kalinya dengan jumlah yang lebih sedikit dari biasanya, pembelian ini akan dianggap suatu percobaan. Jadi percobaan merupakan tahap perilaku pembelian yang bersifat penjajakan di mana konsumen berusaha menilai suatu produk melalui pemakaian langsung.

  Jika suatu produk pada waktu percobaan dirasakan lebih memuaskan atau lebih baik dari produk-produk lain konsumen akan mengulangi pembelian. Konsumen melakukan pembelian ulang dikarenakan produk sesuai dengan persetujuan konsumen dan konsumen akan bersedia memakainya lagi.

B. FANATISME

  1. Pengertian Fanatik Fanatik adalah suatu istilah yang digunakan untuk menyebut suatu keyakinan atau suatu pandangan tentang sesuatu yang positif atau negatif, pandangan mana yang tidak memiliki landasan teori, tetapi dianut secara mendalam sehingga susah diluruskan atau diubah (Agussyafii:2006).

  Secara psikologis, seorang yang fanatik biasanya tidak mampu memahami segala sesuatu yang ada di luar dirinya, tidak faham terhadap masalah orang atau kelompok lain, dan tidak mengerti faham atau filsafat selain yang mereka yakini. Tanda-tanda yang jelas dari sikap fanatik adalah ketidakmampuan memahami karakteristik individual orang lain yang

berada di luar kelompoknya sebagai sesuatu yang benar atau salah.

  2. Pengertian Fanatisme Fanatisme adalah sebuah keadaan di mana penganut sebuah faham, baik politik, agama, kebudayaan, atau apapun jua, menjadi sangat kuat keyakinannya sehingga sampai tidak dapat diterima dengan akal sehat (ensiklopedia:2007). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2000) mengartikan fanatisme sebagai keyakinan (kepercayaan) yang terlalu kuat terhadap ajaran politik, agama, budaya, dan lain sebagainya. Sedangkan menurut Robert Adolf (Kompas,12/10), fanatisme adalah keyakinan yang kuat terhadap kebenaran, idealisme, kepercayaan dan keyakinan yang dianut. Fanatisme biasanya tidak rasional, oleh karena itu argumen rasional pun susah digunakan untuk meluruskannya. Fanatisme dapat disebut sebagai orientasi dan sentimen yang mempengaruhi seseorang dalam : 1)

  Berbuat sesuatu, menempuh sesuatu atau memberi sesuatu. 2) Berfikir dan memutuskan sesuatu. 3) Mempersepsi dan memahami sesuatu. 4) Merasakan sesuatu.

  Fanatisme dapat bermula dari perasaan cinta diri atau kekaguman diri yang berlebihan, kemudian membanggakan kelebihan yang ada pada dirinya atau kelompoknya, dan selanjutnya pada tingkatan tertentu dapat berkembang menjadi rasa tidak suka. Perasaan tidak suka ini kemudian dapat berkembang menjadi perasaan benci kepada orang lain atau kelompok lain yang berbeda dengan dirinya.

  

C. PAPARAN PENGARUH FANATISME FANS SEPAK BOLA TERHADAP PERILAKU MEMBELI ASESORIS SEPAK BOLA Sepak bola merupakan salah satu cabang olah raga yang telah

mendunia karena oleh diminati oleh orang banyak dan berkembang di setiap

negara. Dalam wujud yang sekarang, sepak bola telah menjadi salah satu

cabang olah raga yang memiliki banyak penggemar atau fans karena mampu

membuat orang atau suporternya memiliki ikatan emosional yang dikenal dengan demam bola. Demam sepak bola pada setiap negara ditunjukkan dengan ekspresi yang berbeda-beda misalnya, melalui nyanyian, tarian, irama drumband dan peluit, terompet-terompet, topi, t-shirt, bendera, dan aneka macam souvenir atau asesoris sepak bola (http://www.xs4all.nl).

  Secara tegas ekspresi para fans sepak bola merupakan sebuah perilaku yang menunjukkan kecintaan mereka pada sebuah klub sepak bola. Kecintaan yang tumbuh terhadap sebuah klub sepak bola dapat berkembang menjadi fanatisme. Fanatisme dalam konteks sepak bola merupakan suatu keyakinan yang menganggap bahwa sepak bola atau sebuah klub adalah klub yang terbaik. Fanatisme suporter atau fans terhadap klub sepak bola kesayangannya semakin mengalami peningkatan mulai dari perilaku membeli, mengenakan atribut klub sepak bola sampai aksi brutal yang dapat merugikan klubnya (http://pikiran-rakyat.com). Fanatisme terhadap sepak bola mampu mendorong seorang fans sepak bola mengeluarkan uangnya untuk membeli asesoris sepak bola agar tampil seidentik mungkin dengan klub kesayangan mereka ketika di lapangan. Mereka bahkan rela menghabiskan uang saku mereka untuk membeli atau memborong asesoris sepak bola seperti kaos, gelas mug, bola, bacaan tentang bola, topi dan lain sebagainya (http/www.kompas.com).