STUDI DESKRIPTIF MENGENAI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KOHESIVITAS KELOMPOK DALAM KELOMPOK MUSIK KIAI KANJENG
STUDI DESKRIPTIF MENGENAI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KOHESIVITAS KELOMPOK DALAM KELOMPOK MUSIK KIAI KANJENG
Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi) Program Studi Psikologi
Oleh: Ricky Setiawan
NIM : 009114090
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2008
SKRIPSI
STUDI DESKRIPTIF MENGENAI FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI KOHESIVITAS KELOMPOK
DALAM KELOMPOK MUSIK KIAI KANJENG
Disusun oleh:
Nama : Ricky Setiawan Nim : 009114090
Telah disetujui oleh:
Dosen PembimbingA. Tanti Arini, S.Psi., M.Si.
SKRIPSI
STUDI DESKRIPTIF MENGENAI FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI KOHESIVITAS KELOMPOK
DALAM KELOMPOK MUSIK KIAI KANJENG
Dipersiapkan dan ditulis oleh:
Nama : Ricky Setiawan
Nim : 009114090
Telah dipertahankan di depan panitia penguji
pada hari Rabu, 24 September 2008
dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Susunan Panitia Penguji
Nama Lengkap Tanda Tangan Ketua : A. Tanti Arini, S.Psi., M.Si ............................... Sekretaris : Christina Siwi Handayani, M.Si ............................... Anggota : MM. Nimas Eki S, S.Psi., Psi., M.Si. ............................... Yogyakarta, 24 September 2008 Fakultas Psikologi
Rahasia kecil untuk tidak segera menyerah kalah
“....seluruh jagat raya akan bersatu padu un tuk m em ban tuku
m eraihn ya....”
Pak Kan jen g
Aku persembahkan....
Untuk Siapapun.....
Untuk .....Apapun
Untuk Entah.....
Yang dengan caranya masing-masing Telah mengambil bagian dalam keberadaanku
Bahkan ketika aku merasa tiada
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Dengan ini, saya menyatakan bahwa skrispi saya yang berjudul “Studi Deskriptif Mengenai Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kohesivitas Kelompok Dalam Kelompok Musik Kiai Kanjeng” ini tidak memuat karya atau sebagian karya orang lain kecuali yang telah saya sebut dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah Yogyakarta, 4 September 2008 Penulis, Ricky Setiawan
ABSTRAK
Ricky Setiawan (2008). Studi Deskriptif Mengenai Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Kohesivitas Kelompok dalam Kelompok Musik Kiai
Kanjeng. Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Sanata DharmaPenelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kohesivitas kelompok dalam kelompok musik KiaiKanjeng. Subyek penelitian ini berjumlah 5 orang, yang merupakan personil dari kelompok musik KiaiKanjeng.
Penelitian ini menggunakan metode wawancara untuk mengumpulkan data yang lengkap dan komprehensif tentang hal-hal yang ingin diteliti. Data yang telah terkumpul kemudian dianalisis dengan melakukan organisasi data dan koding yang dianggap paling efektif oleh peneliti.
Berdasarkan hasil analisis, diketahui bahwa kesamaan tujuan pribadi yang dimiliki oleh anggota KiaiKanjeng adalah untuk melakukan proses kreatif dalam hal bermusik dan berkesenian. Tujuan tersebut juga sesuai dengan tujuan kelompok, sehingga terjadi hubungan yang saling menguatkan dan melengkapi.
Standar perilaku yang ditetapkan KiaiKanjeng sehingga memotivasi anggotanya melakukan sejumlah usaha untuk memenuhinya yaitu; memiliki pemahaman dan pengetahuan sederhana tentang musik, memiliki komitmen untuk melakukan kegiatan berkesenian yang bermanfaat bagi masyarakat, serta memiliki etika moral dan keberadaban.
Tantangan yang dihadapi KiaiKanjeng sehingga memotivasi anggota melakukan sejumlah usaha untuk mempertahankan keutuhan dan kelangsungan kelompok adalah; tantangan kreativitas berupa munculnya jenis-jenis musik baru, trend dunia industri yang selalu dikonsumsi dan tanpa disadari telah mendikte masyarakat, serta tekanan dan kecurigaan dari pemerintah, militer dan partai politik.
Kepuasan yang didapat oleh anggota kelompok sehingga mereka bertahan lebih lama dalam kelompok, dan pada saat yang sama juga memperkuat kohesivitas kelompok adalah kepuasan materi dalam bentuk penghasilan dan penghidupan yang lancar, juga kepuasan non-materi berupa kepuasan-kepuasan batin.
Kata kunci: kohesivitas kelompok, kelompok musik Kiai Kanjeng
ABSTRACT
Ricky Setiawan ( 2008 ). The Descriptive Study on Factors that Influenced
Kiai Kanjeng Group Cohesiveness. Yogyakarta, Psychology Faculty of Sanata
Dharma University.This study is led to accomplish the factors that influenced the group cohesiveness of KiaiKanjeng music group. The subjects of this study are five peoples which are a member of KiaiKanjeng music group.
This study is using an interview method to collect a complete and comprehensive data. The collected data are then analyzed by organizing and coding them with the most effective way.
It is known by the result of the analysis that a common individual goal shared between the group members is to run a creative process in art and music. This is match with the group’s goal, and it led to a strengthening and completing mutual relation.
Behaviors standard established by KiaiKanjeng which lead the group members to pay some efforts in order to fulfill the group’s demand are to have a knowledge and fluent in music basically, a commitment to do an art activity which is worth for the sake of public, a moral etiquettes and civilized behavior.
Challenges faced by KiaiKanjeng that lead the group members to pay some responds in order to keep the group’s unity and continuity are; the appearance of nowadays kinds of music, industrial trends that consumed and dictated public unconsciously, also pressure and suspicion from the government, military and politicians.
Satisfaction that fulfilled by the group members which lead them to remains with the group longer, and in the same time strengthening the group cohesiveness, are a material satisfaction in welfare and prosperity of living, and also the non-material satisfaction related with soul satisfaction. key words: group cohesiveness, Kiai Kanjeng mucic group
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma : Nama : Ricky Setiawan
Nomor Mahasiswa : 009114090 Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul : Studi Deskriptif
Mengenai Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kohesivitas Dalam Kelompok
Musik Kiai KanjengDengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin saya maupun memberikan royalty kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal : 26 Februari 2009 Yang menyatakan ( Ricky Setiawan )
KATA PENGANTAR
Terlalu banyak kata yang mendesak dan meminta untuk dituliskan, sehingga pada titik ini penulis memilih untuk hanya menuliskan kata-kata yang cukup sabar menunggu setelah begitu lama terabaikan dan hampir kehilangan kesempatan untuk dituliskan.
Terima kasih kepada siapa saja yang masih ataupun sekedar pernah mengenal, menyapa, menjadi teman, mengiringi perjalanan, berbagi cerita, menulis kisah, menyeka keringat, membasuh peluh, memikul beban, memberi nasehat, menanamkan kebijaksanaan dan lain sebagainya, yang dengan caranya masing-masing telah mengambil bagian dalam sejarah keberadaan penulis.
Terima kasih pula kepada kenaikan harga BBM, biaya pendidikan yang mahal, kelangkaan minyak tanah, flu burung, pembalakan liar, mafia peradilan, terorisme, tindak korupsi, tingkat kriminalitas, dominansi industri kapitalis, politik praktis dan tidak ketinggalan global warming, yang telah menghadirkan dramatisasi yang begitu memikat dalam lakon besar berjudul “KEHIDUPAN” ini.
Yogyakarta,
4 September 2008 Hormat saya, Ricky Setiawan
DAFTAR ISI
JUDUL .................................................................................................................... i LEMBAR PERSETUJUAN ...................................................................................ii LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................................iii MOTTO .................................................................................................................iv PERSEMBAHAN ...................................................................................................v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................................vi ABSTRAK …...................................................................................................... vii ABSTRACT ....................................................................................................... viii LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI............................... ix KATA PENGANTAR ........................................................................................... x DAFTAR ISI ......................................................................................................... xi DAFTAR TABEL ............................................................................................... xvi DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xvii DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xviii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1 A. Latar Belakang Masalah ............................................................................ 1 B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 7 C. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 7 D. Manfaat Penelitian ..................................................................................... 8
BAB II LANDASAN TEORI ................................................................................ 9 A. Kelompok Kecil ......................................................................................... 9
1. Pengertian Kelompok Kecil ................................................................ 9
2. Jenis-Jenis Kelompok Kecil .............................................................. 10
3. Tujuan Kelompok ............................................................................. 13
4. Norma dan Peran Fungsional dalam Kelompok ............................... 16
B. Kohesivitas ............................................................................................. 19
1. Pengertian Kohesivitas ................................................................... 19
2. Pengaruh Kohesivitas dalam Kelompok .......................................... 20
3. Karakteristik Interaksi Kelompok dengan Kohesivitas Tinggi ....... 22
4. Faktor-Faktor yang Menumbuhkan Kohesivitas ............................. 23
C. Kelompok Musik Tradisional ............................................................... 24
D. Kelompok Musik KiaiKanjeng .............................................................. 27
E. Kohesivitas Kelompok Musik Kiai Kanjeng ...........................................30
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ........................................................... 32 A. Jenis Penelitian: Penelitian Deskriptif ................................................... 32 B. Definisi Operasional ............................................................................... 32 C. Subjek Penelitian ................................................................................... 33 D. Prosedur Pengambilan Sampel .............................................................. 34 E. Metode Pengumpulan Data ................................................................... 35
1. Wawancara ....................................................................................... 35
2. Dokumentasi .................................................................................... 36
F. Metode Analisis Data ............................................................................. 37
G. Pemeriksaan Keabsahan Data ................................................................ 38
1. Hasil Wawancara ............................................................................. 47
B. Subjek 2 ............................................................................ 52
4. Kepuasan ..................................................................... 51
3. Tantangan .................................................................... 50
2. Standar Perilaku ........................................................... 49
1. Tujuan .......................................................................... 48
A. Subjek 1 ............................................................................ 48
1.2. Hasil Wawancara ..................................................................... 48
1.1. Data Demografi Subjek Penelitian .......................................... 47
B. Hasil Penelitian ...................................................................................... 47
1. Validitas ........................................................................................... 38
a. Wawancara .................................................................................. 46
3. Pelaksanaan Penelitian ..................................................................... 46
2. Pengambilan Data ............................................................................ 45
1. Alur Penelitian ................................................................................. 44
BAB IV PENELITIAN, HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .......... 44 A. Penelitian ................................................................................................ 44
3. Objektivitas ...................................................................................... 42
2. Reliabilitas ........................................................................................ 41
1.2. Validitas Eksternal ................................................................... 40
1.1. Validitas Internal ...................................................................... 39
1. Tujuan ......................................................................... 52
2. Standar Perilaku .......................................................... 52
3. Tantangan .................................................................... 53
4. Kepuasan ..................................................................... 55
C. Subjek 3 .............................................................................. 56
1. Tujuan ........................................................................... 56
2. Standar Perilaku ............................................................ 56
3. Tantangan ...................................................................... 58
4. Kepuasan ....................................................................... 59
D. Subjek 4 .............................................................................. 60
1. Tujuan ........................................................................... 60
2. Standar Perilaku ............................................................ 61
3. Tantangan ..................................................................... 62
4. Kepuasan ...................................................................... 63
E. Subjek 5 ............................................................................. 64
1. Tujuan .......................................................................... 64
2. Standar Perilaku ........................................................... 65
3. Tantangan ..................................................................... 66
4. Kepuasan ...................................................................... 67
C. Pembahasan ............................................................................................ 71
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 82 A. Kesimpulan ............................................................................................. 82 B. Saran ....................................................................................................... 84
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 85 LAMPIRAN ....................................................................................................... 87
DAFTAR TABEL
1. Tabel 1: Panduan Wawancara ........................................................................ 36
2. Tabel 2: Pelaksanaan Wawancara .................................................................. 47
3. Tabel 3: Data Demografi Subjek Penelitian ................................................... 47
4. Tabel 4: Ringkasan Hasil Penelitian .............................................................. 69
5. Tabel 5: Perbandingan Hasil Wawancara dan Dokumen .............................. 79
DAFTAR LAMPIRAN
1. Koding hasil wawancara subjek 1 ................................................................. 87
2. Koding hasil wawancara subjek 2 ................................................................. 90
3. Koding hasil wawancara subjek 3 ................................................................. 94
4. Koding hasil wawancara subjek 4 ................................................................. 98
5. Koding hasil wawancara subjek 5 ................................................................ 102
DAFTAR GAMBAR
1. Gambar 1: Skema Hasil Penelitian ................................................................ 81
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Indonesia sejak dahulu dikenal sebagai sebuah bangsa majemuk yang
memiliki aneka ragam kekayaan budaya. Kekayaan budaya bangsa Indonesia salah satunya dapat dilihat dari banyaknya ragam dan jenis musik tradisional yang berbeda-beda. Setiap daerah di Indonesia memiliki musik tradisionalnya masing-masing seperti misalnya gamelan (Sunda, Jawa, Bali), angklung (Sunda), talempong (Minangkabau), gondang (Mandailing) dan kulintang (Minahasa). Perbedaan ragam dan jenis musik tradisional tersebut pada akhirnya menjadi ciri khas dari setiap daerah yang ada di Indonesia.
Pada kenyatannya, di jaman sekarang musik tradisional kurang mendapatkan perhatian baik dari publik penikmat musik maupun industri musik. Publik penikmat musik dan industri musik masa kini tampaknya lebih menyukai musik modern dari barat dan menjadi kurang apresiatif terhadap musik tradisional. Fenomena tersebut dapat dilihat dengan cukup nyata salah satunya melalui tayangan-tayangan musikal yang disiarkan oleh stasiun televisi. Perbandingan dalam hal jumlah dan frekuensi antara tayangan musik modern dan musik tradisional menunjukkan kesenjangan yang terlalu jauh.
Pertunjukkan atau konser musik modern juga selalu lebih banyak dipadati oleh penonton daripada pementasan atau konser musik tradisional.
2 Kenyataan tersebut juga dapat dilihat dari sejumlah kelompok musik tradisional yang tidak mampu mempertahankan eksistensinya, seperti yang dialami kelompok gamelan Marsudi Iromo yang dibentuk oleh Sawitri dan Yulianto pada tahun 1975. kelompok ini sempat bekerja sebagai pemain gamelan di Taman Mini Indonesia Indah. Pada tahun 1997, kelompok itu bubar karena tidak lagi ada yang mau memperkerjakan mereka, sehingga para anggotanya akhirnya mengais rejeki dan membentuk kelompok sendiri-sendiri (www.vhrmedia.net, 2007).
Peristiwa serupa juga dialami oleh kelompok musik angklung Arumba pimpinan Yoes Roesadi yang terbentuk pada tahun 1970. Kelompok yang dahulu sering pentas di mancanegara ini terpaksa bubar karena tidak sanggup bersaing dengan musik-musik asing yang masuk Indonesia. Contoh lainnya terjadi pada kelompok angklung Sendai, yang vakum dari kegiatan sejak tahun 2006 karena mengalami krisis personil ([email protected], 2007).
Berdasarkan contoh dari ketiga kelompok musik tradisional yang tidak dapat mempertahankan eksistensinya tersebut, nampak bahwa kelompok- kelompok musik tradisional tersebut tidak dapat mempertahankan eksistensinya karena terbentur pada masalah-masalah yang berhubungan dengan daya jual dan daya saing yang berkaitan dengan positioning kelompok tersebut di masyarakat, dan juga soliditas internal para personil kelompok itu sendiri.
3 Ditengah kenyataan seperti itu, ada satu kelompok musik tradisional asal Yogyakarta yang sampai saat ini masih bisa mempertahankan eksistensinya yaitu kelompok musik KiaiKanjeng. Personil KiaiKanjeng terdiri dari 11 orang musisi yang dipimpin oleh Novi Budianto dan sampai saat ini telah berhasil mempertahankan eksistensi mereka selama 13 tahun. Sebagai sebuah kelompok musik, selain bertujuan untuk menumbuhkan kembali tradisi dan budaya yang sudah lama dilupakan orang, KiaiKanjeng juga bertujuan untuk menumbuhkan spiritualitas, mencerdasan pikiran, membangun pendidikan politik dan menawarkan alternatif kebudayaan yang tidak membahayakan masyarakat (www.padhangmbulan.com, 2007).
Berdasarkan tujuan yang dimilikinya, KiaiKanjeng memilih untuk hanya berada di tingkat bawah, menemani rakyat kecil di berbagai wilayah yang memintanya untuk mengembangkan sejumlah silaturahmi sosial, pendidikan politik dan pengembangan budaya, yang intinya untuk memacu multi-kreativitas dan kemandirian masyarakat. Pilihan KiaiKanjeng berimplikasi pada kecintaan masyarakat terhadap KiaiKanjeng, sehingga meskipun tanpa adanya sponsor, pengajuan proposal ataupun publikasi yang gegap gempita, KiaiKanjeng selalu mendapat permintaan dari masyarakat untuk berkunjung dan tampil di daerah mereka. Permintan masyarakat pecinta KiaiKanjeng yang diwadahi dalam semacam forum silaturahmi yang disebut sebagai Jamaah Maiyah tersebut selalu dapat dilayani dengan baik (www.padhangmbulan.com, 2007) .
4 Dalam proses kreatifnya, yang menjadi fokus KiaiKanjeng bukanlah memproduksi musik atau kesenian saja, melainkan juga proses dan komunikasi sosial yang komprehensif. Terbinanya hubungan interpersonal yang baik di antara anggotanya kemudian menjadi prioritas utama. Perilaku tradisi yang mengutamakan hubungan interpersonal tersebut kemudian diarahkan untuk mencapai tujuan KiaiKanjeng, yaitu menciptakan musik yang dapat menumbuhkan spiritualitas manusia, pencerdasan pikiran masyarakat, membangun pendidikan politik, serta menawarkan alternatif kebudayaan yang tidak membahayakan masyarakat (www.padhangmbulan.com, 2007).
Proses kreatif yang berlangsung dalam kelompok KiaiKanjeng mengindikasikan dua dimensi atau tipe kohesivitas kelompok, yaitu kohesivitas sosio-emosional dan kohesivitas instrumental. Kohesivitas sosio- emosional adalah kohesivitas yang berdasarkan pada ketertarikan interpersonal, sedangkan kohesivitas instrumental adalah kohesivitas yang menekankan keberhasilan penyelesaian tugas atau pencapaian hasil (Tziner dalam Barker dkk, 1995: 62-63).
Menurut Zaccaro & McCoy (dalam Barker dkk, 1995: 63), sebuah kelompok dikatakan memiliki kohesivitas yang tinggi jika dapat mencapai keseimbangan baik dalam kohesivitas interpersonal dan instrumental. Keseimbangan tersebut akan berpengaruh penting bagi kesuksesan kelompok, seperti yang diungkapkan Littlepage (dalam Barker dkk, 1995: 63), bahwa kohesivitas seringkali berhubungan dengan performansi kelompok.
5 Menurut Shaw (dalam Barker dkk, 1995: 63-64), indikasi dari sebuah kelompok dengan kohesivitas yang tinggi dapat dilihat pada interaksi antar anggota kelompok, pengaruh sosial, produktivitas kelompok dan kepuasan anggota kelompok. Kelompok dengan kohesivitas tinggi biasanya memiliki frekuensi interaksi yang lebih tinggi dan para anggotanya memiliki kemampuan yang baik dalam mendengarkan dan menerima pendapat orang lain serta menghargai perbedaan. Kelompok dengan kohesivitas yang tinggi juga akan menunjukkan produktivitas yang tinggi pula. Anggota dari kelompok tersebut biasanya juga mendapatkan kepuasan yang tinggi dan hal itu berimplikasi terhadap motivasi anggota kelompok untuk bertahan lebih lama di dalam kelompok.
Keempat indikasi dan ciri dari kelompok dengan kohesivitas yang tinggi seperti yang telah diuraikan pada paragraf sebelumnya dapat ditemukan di dalam kelompok KiaiKanjeng. Para personil KiaiKanjeng memiliki frekuensi interaksi yang cukup tinggi baik di dalam maupun di luar sanggar.
KiaiKanjeng juga berpandangan bahwa semua anggotanya memiliki posisi dan kedudukan yang sama-sama penting sesuai dengan potensinya masing- masing. Sebagai kelompok musik KiaiKanjeng telah merilis 11 album rekaman yang diproduksi secara indie album dan juga telah mengunjungi beberapa negara di 4 benua serta lebih dari 25 propinsi, 360 kabupaten, 830 kecamatan dan 1230 desa di seluruh wilayah Nusantara (www.padhangmbulan.com, 2007).
6 Berdasarkan profil, proses kreatif serta pencapaian yang selama ini telah diraih oleh KiaiKanjeng, dapat diambil kesimpulan bahwa KiaiKanjeng merupakan kelompok musik yang memiliki kejelasan positioning dan kohesivitas yang tinggi. Kejelasan positioning dan kohesivitas tinggi yang dimiliki oleh KiaiKanjeng sebagai sebuah kelompok merupakan faktor penting yang memungkinkan KiaiKanjeng dapat mempertahankan konsistensi dan eksistensinya selama 13 tahun. Kohesivitas tinggi yang dimiliki Kiaikanjeng sendiri merupakan faktor penting yang mempengaruhi performansi dan produktivitas KiaiKanjeng dalam pencapaian tujuannya sebagai sebuah kelompok.
Fenomena menarik yang ditunjukkan oleh kelompok KiaiKanjeng mendorong peneliti untuk melakukan sebuah studi deskriptif. Dalam studi deskriptif ini peneliti berusaha untuk menemukan faktor-faktor yang membentuk dan menumbuhkan kohesivitas di dalam kelompok KiaiKanjeng, yang memungkinkan KiaiKanjeng mampu mempertahankan eksistensinya di tengah-tengah gejala dunia musik tanah air yang kurang memberikan perhatian dan apresiasi terhadap musik tradisional. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa pengembangan studi psikologis khususnya dalam bidang psikologi sosial tentang kohesivitas kelompok dengan pengayaan jenis dan khasanah kelompok. Penelitian ini juga diharapkan dapat mengilhami dan menjadi semacam referensi bagi mereka yang memiliki semangat dan tujuan yang sama dengan KiaiKanjeng.
7 Penelitian ini juga mengandung harapan agar musik tradisional senantiasa tetap dihargai di negerinya sendiri dan tidak kehilangan keluhuran nilainya, terutama di tengah-tengah derasnya pengaruh budaya modern. Penelitian ini juga dilakukan dengan harapan agar musik tradisional Indonesia tetap lestari, tidak punah dan dapat mempertahankan eksistensinya sebagai salah satu kekayaan budaya sekaligus identitas dan ciri yang unik dari bangsa Indonesia.
A. Rumusan masalah
Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi kohesivitas di dalam KiaiKanjeng sebagai kelompok musik berlatar belakang tradisi? B.
Tujuan penelitian
Menemukan faktor-faktor yang mempengaruhi kohesivitas di dalam KiaiKanjeng sebagai kelompok musik berlatar belakang tradisi.
C. Manfaat penelitian
1. Manfaat praktis Memberi ilham sekaligus sebagai referensi bagi mereka yang memiliki semangat dan tujuan yang sama dengan KiaiKanjeng untuk menumbuhkan kembali tradisi dan budaya yang sudah lama dilupakan orang sambil juga menumbuhkan spiritualitas, mencerdaskan pikiran, membangun pendidikan politik dan menawarkan alternatif kebudayaan yang tidak membahayakan masyarakat.
8
2. Manfaat teoritis Mengembangkan studi psikologis khususnya dalam bidang psikologi sosial tentang kohesivitas kelompok dengan pengayaan jenis dan khasanah kelompok.
BAB II LANDASAN TEORI A. Kelompok Kecil
1. Pengertian kelompok kecil
Kelompok didefinisikan sebagai interaksi dari dua orang atau lebih yang memiliki kesamaan tujuan, hubungan yang relatif tetap, adanya saling ketergantungan dan masing-masing individu memiliki perasaan sebagai bagian dari kelompok tersebut (Paulus dalam Baron & Byrne, 1993: 484).
Menurut Baron dan Byrne (1993: 484) ada beberapa karakteristik yang menjadi ciri dari sebuah kelompok, yaitu: a. Adanya interaksi di antara individu dalam kelompok tersebut, baik secara terpimpin maupun tidak.
b. Terdapat saling ketergantungan antar individu, sehingga sesuatu yang terjadi pada seorang individu berpengaruh pada individu yang lain.
c. Memiliki hubungan yang relatif tetap dan berkesinambungan selama periode waktu tertentu.
d. Individu yang terlibat dalam kelompok tersebut harus memiliki paling tidak satu tujuan untuk dicapai secara bersama-sama.
e. Interaksi antar individu dalam kelompok tersebut harus tersusun dalam suatu aturan tertentu.
9
10 f. Individu yang terlibat dalam kelompok tersebut memiliki perasaan sebagai anggota atau bagian dari kelompok.
Selanjutnya, Barker dan Barker (1993: 180) menjelaskan kelompok kecil sebagai kelompok yang terdiri dari tiga orang atau lebih, dengan atau tanpa adanya pemimpin yang ditetapkan dan dalam cara tertentu saling mempengaruhi satu sama lain
Melengkapi definisi tentang kelompok kecil, Barker dkk (1995: 7) menjelaskan kelompok kecil sebagai kumpulan individu yang terdiri dari tiga sampai lima belas orang, bertemu dalam interaksi tatap muka secara periodik, memiliki satu atau beberapa orang yang ditetapkan atau dianggap sebagai pemimpin serta memiliki paling tidak satu karakteristik dan tujuan yang sama.
2. Jenis-jenis kelompok kecil
Barker dan Barker (1993: 180-181) membagi kelompok kecil ke dalam dua kategori sebagai berikut: a. Kelompok primer, yaitu adalah kelompok yang berfungsi sebagai sistem pendukung bagi anggotanya, seperti misalnya tetangga atau teman bermain. Pada umumnya sebuah kelompok primer lebih menyukai pembicaraan ringan daripada diskusi serius. Pembicaraan yang dilakukan dalam kelompok primer tidak terlalu terstruktur dan membahas berbagai macam topik tanpa memiliki satu tujuan yang
11 jelas. Dalam sebuah kelompok primer, jika ada satu orang yang mendominasi pembicaraan maka hal tersebut tidak akan terlalu menjadi masalah.
b. Kelompok diskusi, yaitu kelompok yang masing-masing anggotanya memiliki kesamaan tujuan yang jelas, dengan demikian pembicaraan yang dilakukan biasanya menjadi lebih serius dan terbatas pada satu atau beberapa topik yang telah ditetapkan. Pembicaraan atau diskusi yang dilakukan di dalam sebuah kelompok diskusi membutuhkan adanya keseimbangan antara aktivitas berbicara dan mendengarkan.
Sebuah kelompok diskusi juga memiliki aturan-aturan tertentu yang membuatnya menjadi lebih formal dan terstruktur daripada kelompok primer.
Sebuah kelompok diskusi dapat dibedakan dengan kelompok primer berdasarkan beberapa karakteristik dan ciri-ciri yang dimilikinya sebagai berikut:
1. Interaksi tatap muka (Face-to-face interaction) Dalam kelompok diskusi, para anggotanya berinteraksi secara serius dan berkesinambungan untuk saling menyatakan gagasan, saling memberi respon dan bereaksi, serta beradaptasi. Pada kelompok primer, interaksi yang dilakukan bersifat ringan, santai dan hanya berfungsi sebagai sistem pendukung bagi anggotanya.
12
2. Kepemimpinan (Leadership) Sebuah kelompok diskusi memiliki peran kepemimpinan yang dilakukan oleh satu orang yang secara formal ditetapkan sebagai pemimpin yang resmi, atau oleh beberapa orang yang secara informal menjalankan peran dan fungsi kepemimpinan. Pada kelompok primer tidak terdapat peran kepemimpinan yang jelas baik secara formal maupun informal.
3. Kesamaan karakteristik (Shared characteristics) Dalam kelompok diskusi, anggotanya memiliki beberapa kesamaan karakteristik yang merupakan identifikasi diri individu atau sesuatu yang ditetapkan oleh kelompok tersebut. Pada kelompok primer, kesamaan karakteristik di antara anggotanya bukan merupakan sesuatu yang ditetapkan oleh kelompok dan seringkali bersifat kebetulan.
4. Kesamaan tujuan (Common purpose) Angota dari sebuah kelompok diskusi memiliki kesamaan tujuan yang jelas, sehingga proses diskusi yang dilakukan terbatas pada satu atau beberapa topik yang telah ditetapkan. Pada kelompok primer, para anggotanya tidak memiliki kesamaan tujuan yang jelas, sehingga pembicaraan yang terjadi dalam sebuah kelompok primer cenderung menjadi tidak terstuktur dan membahas berbagai macam topik.
13
3. Tujuan kelompok
Secara logis sebuah kelompok tidak akan terbentuk tanpa adanya sebuah tujuan. Tujuan kelompok adalah sasaran atau hasil akhir yang ingin dicapai oleh sebuah kelompok (Barker dkk, 1995: 41). Cartwright dan Zander (dalam Barker dkk, 1995: 41-44) membagi tujuan kelompok ke dalam dua tipe sebagai berikut: a. Tujuan pencapaian, yaitu tujuan yang berhubungan dengan hasil akhir yang ingin dicapai atau produk yang ingin dihasilkan oleh sebuah kelompok di dalam penyelesaian tugas. Tujuan pencapaian ini berpengaruh pada produktivitas dan berkaitan dengan peran fungsional masing-masing anggota kelompok dalam penyelesaian tugas.
b. Tujuan pemeliharaan, yaitu tujuan yang berhubungan dengan iklim dari sebuah kelompok yang menunjuk pada relasi yang terjalin di antara anggota kelompok. Tujuan pemeliharaan ini berpengaruh pada kebersamaan dan kesinambungan eksistensi kelompok serta mempererat ikatan di antara anggota kelompok.
Jika sebuah kelompok dapat mencapai kepuasan dalam tujuan pemeliharaannya maka kelompok tersebut akan dapat memenuhi tujuan pencapaiannya dengan efektif. Sebaliknya, jika sebuah kelompok mengalami rintangan dalam memenuhi tujuan pemeliharaannya maka akan sulit bagi kelompok tersebut untuk memenuhi tujuan pencapaiannya dan hal tersebut juga dapat berakibat pada kegagalan kelompok.
14 Selain tujuan kelompok, menurut Barker dkk (1995: 39) anggota dari sebuah kelompok juga memiliki apa yang disebut sebagai tujuan pribadi (personal goals), yaitu tujuan yang berhubungan dengan sasaran atau hasil akhir yang ingin dicapai oleh seorang anggota kelompok sebagai individu.
Berikut adalah beberapa alasan dan tujuan pribadi yang menyebabkan individu bergabung dan menjadi anggota dalam sebuah kelompok (Yuwono, Suhariadi, Handoyo, Fajrianthi, Muhamad, Septarini, 2005: 210): 1. Mengurangi perasaan tidak aman.
2. Memperoleh kebanggaan diri karena menjadi bagian dari kelompok.
3. Mendapatkan harga diri yang lebih baik.
4. Memenuhi kebutuhan afiliasi.
5. Memuaskan kebutuhan untuk menguasai orang lain.
6. Mencapai prestasi atas tujuan yang telah ditetapkan oleh kelompok.
Greenberg dan Baron (dalam Baron dan Byrne, 1993: 484) memaparkan hal yang serupa tentang alasan dan tujuan pribadi yang mendorong individu bergabung dalam kelompok, yaitu:
1. Kelompok memungkinkan individu untuk mencapai tujuan yang tidak bisa dicapai secara individual. Dengan bergabung dalam kelompok individu dapat melakukan tugas yang tidak dapat dilakukannya sendirian.
15
2. Kelompok membantu individu untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan sosial dan psikologisnya seperti kebutuhan akan rasa memiliki dan afeksi.
3. Keanggotaan dalam sebuah kelompok membantu individu untuk memenuhi kebutuhan akan rasa aman.
4. Keanggotaan dalam sebuah kelompok memungkinkan individu untuk mendapatkan pengetahuan dan informasi yang tidak bisa didapatkan di luar kelompok tersebut.
5. Keanggotaan dalam sebuah kelompok memberikan identitas sosial yang positif kepada individu. Identitas sosial yang positif tersebut pada gilirannya menjadi bagian dari konsep diri individu.
Dalam sebuah kelompok ada kalanya tujuan pribadi anggota kelompok memberikan pencerahan (insight) terhadap tujuan kelompok, tetapi kadang juga terjadi kesenjangan atau perbedaan antara tujuan pribadi anggota dengan tujuan kelompok (Barker dkk, 1995: 40-41).
Menurut Gouran (dalam Barker dkk, 1995: 40), kesenjangan atau perbedaan yang terjadi antara tujuan pribadi anggota kelompok dengan tujuan kelompok disebut sebagai situasi bercampurnya motivasi (mixed
motive situation ). Dalam keadaan seperti ini maka yang perlu dilakukan
oleh seorang anggota kelompok adalah membuat pilihan antara kebutuhan pribadinya dengan apa yang menjadi tujuan kelompok.
16
4. Norma dan peran fungsional dalam kelompok
Setelah melewati periode waktu tertentu, pada umumnya sebuah kelompok kemudian mengembangkan beberapa norma, aturan dan harapan- harapan khusus berdasarkan interaksi yang terjadi di antara anggota kelompok tersebut. Norma-norma tersebut dikembangkan untuk empat alasan utama (Fieldman dalam Barker dan Barker, 1993: 187), yaitu :
a. Memfasilitasi kelangsungan hidup kelompok dan melindungi kelompok dari campur tangan pihak luar.
b. Memungkinkan anggota kelompok untuk dapat meramalkan dan mengetahui perilaku yang diharapkan oleh kelompok.
c. Membantu kelompok untuk menghindari permasalahan interpersonal yang tidak perlu.
d. Menjelaskan nilai-nilai pokok dan aspek-aspek yang mengkhususkan identitas kelompok.
Dalam proses diskusi kelompok, norma yang dikembangkan oleh sebuah kelompok biasanya termanifestasi dalam peran-peran fungsional yang dibagi dan dijalankan oleh anggota kelompok (Barker dan Barker, 1993: 188- 190). Peran-peran fungsional anggota kelompok terbagi ke dalam dua kategori utama sebagai berikut:
1. Peran berorientasi tugas, yaitu peran-peran fungsional yang berhubungan dengan tujuan kelompok dalam penyelesaian tugas. Peran-peran fungsional yang termasuk dalam peran berorientasi tugas yaitu:
17 a. Pemberi informasi atau pendapat (information or opinion giver), tugasnya adalah memberikan pendapat atau informasi yang dibutuhkan kelompok untuk membantu kelompok dalam menentukan keputusan yang terbaik.
b. Pencari informasi atau pendapat (information or opinion seeker), tugasnya adalah mencari atau mengumpulkan informasi yang dibutuhkan oleh kelompoknya.
c. Ekspeditur (expediter), tugasnya adalah membantu kelompok untuk tetap konsisten dengan agenda yang telah ditetapkan dan mengembalikan kelompok pada jalurnya jika seandainya terjadi penyimpangan.
d. Penyumbang ide (idea person), tugasnya adalah memberi kontribusi penting dalam proses kelompok untuk menentukan keputusan dengan berpikir imajinatif, orisinal dan memiliki banyak alternatif.
e. Penganalisa (analyzer), tugasnya adalah membantu kelompok dalam penyelesaian masalah dengan memahami inti permasalahan dan menganalisa alasan-alasan di balik semua kontribusi yang dibahas dalam diskusi.
2. Peran pemeliharaan adalah peran-peran fungsional yang berhubungan dengan interaksi di antara anggota kelompok. Peran ini memperhatikan perasaan anggota kelompok dan perilaku emosional kelompok. Peran- peran fungsional yang termasuk dalam peran pemeliharaan yaitu:
18 a. Pendengar aktif (active listener), adalah orang yang mengakui kontribusi dari orang lain dan memberikan respon berupa penguatan dalam bentuk verbal maupun non-verbal yang spesifik.
b. Pemimpin permainan (game leader), tugasnya adalah membangkitkan semangat ketika kelompok mengalami kehilangan semangat atau kebuntuan dalam pemecahan masalah.
c. Penyelaras (harmonizer), tugasnya adalah meredam dan mendamaikan konflik yang terjadi dalam kelompok secara perseptif dan empatik d. Penjaga gerbang (gatekeeper), tugasnya adalah memastikan terbukanya jalur komunikasi agar semua anggota memiliki kesempatan yang sama untuk berpartisipasi dan memberikan kontribusi.
e. Pemersatu (compromiser), tugasnya adalah menyatukan perbedaan pendapat yang mungkin terjadi dalam proses penentuan keputusan.
f. Ujung tombak (front person), adalah orang yang memiliki keterampilan yang baik dalam hubungan interpersonal, komunikasi publik dan menjalin interaksi dengan pihak-pihak di luar kelompok. Secara umum, dapat disimpulkan bahwa kelompok diskusi adalah kumpulan individu yang terdiri dari tiga sampai lima belas orang, yang bertemu dalam interaksi tatap muka secara periodik, memiliki satu atau beberapa orang yang ditetapkan atau dianggap sebagai pemimpin, memiliki paling tidak satu kesamaan karakteristik, memiliki kesamaan tujuan yang jelas, serta memiliki aturan-aturan tertentu yang membuatnya menjadi formal dan terstruktur.
19
A. Kohesivitas 1. Pengertian kohesivitas
Barker dan Barker (1993: 208) menjelaskan kohesivitas sebagai sebuah tingkatan ketika anggota dari sebuah kelompok mengidentifikasikan diri mereka sebagai sekutu dan bukan sekedar kumpulan dari sejumlah individu.
Kohesivitas juga diartikan sebagai tumbuhnya perasan ke-kita-an (we-
ness) di dalam kelompok yang mengatasi perbedaan motif-motif individual (Owen dalam Barker dkk, 1995: 62).
Sementara itu Barker dkk ( 1995:62), mendefinisikan kohesivitas sebagai serangkaian kekuatan yang mengikat anggota kelompok satu sama lain dan kepada kelompok secara keseluruhan.
Zaccaro dan McCoy (dalam Baron dan Byrne, 1993 : 488), membedakan kohesivitas ke dalam dua jenis, yaitu kohesivitas interpersonal dan kohesivitas instrumental. Kohesivitas interpersonal meliputi tinggi- rendahnya perasaan saling menyukai di antara anggota kelompok, sedangkan kohesivitas instrumental melibatkan seberapa besar usaha yang dilakukan anggota kelompok dalam pencapaian tujuan.
Tziner (dalam Barker dkk, 1995: 62-63) juga menjelaskan bahwa kohesivitas interpersonal didasarkan pada ketertarikan interpersonal di antara anggota kelompok, sedangkan kohesivitas instrumental didasarkan pada kepuasan yang diperoleh dari pencapaian tujuan.
20
2. Pengaruh kohesivitas terhadap kelompok
Menurut Zaccaro dan McCoy (dalam Baron dan Bryne, 1993: 489), dalam tugas yang membutuhkan kerja sama anggota kelompok untuk memilih dan menghasilkan keputusan yang tepat, keseimbangan antara kohesivitas interpersonal dan kohesivitas instrumental sangat diperlukan agar kelompok tersebut mampu menghasilkan performansi yang baik.
Barker dan Barker (1993: 208) menjelaskan bahwa kohesivitas kelompok akan menumbuhkan kesetiaan karena masing-masing anggota merasa memiliki investasi emosional terhadap kehidupan kelompok, sehingga setiap anggota membagi tujuan yang sama dan bersedia melakukan pengorbanan pribadi demi kebaikan kelompok.
Barker dan Barker (1993: 208) melanjutkan bahwa kohesivitas merupakan faktor penting bagi kesuksesan kelompok. Kohesivitas yang tinggi akan membuat sebuah kelompok menjadi lebih produktif. Anggota kelompok tersebut secara personal akan merasa puas dengan proses yang dilakukan kelompok dan komunikasi interpersonal di antara anggota kelompok tersebut juga akan menjadi lebih efektif.
Menurut Barker dkk (1995: 63), peningkatan kohesivitas akan berpengaruh terhadap komunikasi kelompok dan pada gilirannya hal tersebut juga akan mempengaruhi aspek-aspek lain dalam kelompok.
Shaw (dalam Barker dkk, 1995: 63-64) mengemukakan empat konsekuensi dari kohesivitas kelompok, yang sekaligus dapat dijadikan sebagai indikator dari sebuah kelompok yang kohesif sebagai berikut:
21 a. Produktivitas kelompok (group productivity)
Sebuah kelompok akan menjadi produktif hanya jika pencapaian kepuasan emosional diarahkan pada penyelesaian tugas. Sebaliknya, jika pencapaian kepuasan emosional tidak diarahkan pada penyelesaian tugas, maka kelompok tersebut tidak akan mencapai produktivitas.
b. Kepuasan (satisfaction) Anggota dari kelompok yang kohesivitasnya tinggi akan mendapatkan kepuasan dari sukses yang dicapai kelompok. Kepuasan itu akan meningkatkan partisipasi dan ketertarikan personal anggota kelompok. Anggota kelompok akan lebih bertanggungjawab, bekerja lebih giat, lebih dapat dipercaya dan bertahan lebih lama sebagai anggota.
c. Pengaruh sosial (social influence) Komunikasi di dalam kelompok yang kohesivitasnya tinggi cenderung lebih suportif, di mana secara umum anggota kelompok lebih dapat mendengarkan dan menerima pendapat orang lain. Anggota kelompok juga memiliki kecenderungan tinggi untuk saling mempengaruhi satu sama lain.