Strategi coping menghadapi perubahan akibat gempa tanggal 27 Mei 2006 pada ibu rumah tangga di Desa Sumber Mulyo Kecamatan Bambanglipuro Kabupaten Bantul Yogyakarta - USD Repository

  

STRATEGI COPING MENGHADAPI PERUBAHAN

AKIBAT GEMPA 27 MEI 2006 PADA IBU RUMAH TANGGA

DI DESA SUMBERMULYO, KECAMATAN

BAMBANGLIPURO, KABUPATEN BANTUL YOGYAKARTA

  

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi.)

  

Program Studi Psikologi

Oleh:

Maria Melati Giriputri

  

NIM: 039114048

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

  SKRIPSI

  

STRATEGI COPING MENGHADAPI PERUBAHAN

AKIBAT GEMPA 27 MEI 2006 PADA IBU RUMAH TANGGA

DI DESA SUMBERMULYO, KECAMATAN BAMBANGLIPURO, KABUPATEN BANTUL YOGYAKARTA

  Oleh: Maria Melati Giriputri

  NIM : 039114048 Telah disetujui oleh

  Pembimbing I

  A. Tanti Arini, S.Psi, M.Si tanggal .... September 2008

  SKRIPSI

  

STRATEGI COPING MENGHADAPI PERUBAHAN

AKIBAT GEMPA 27 MEI 2006 PADA IBU RUMAH TANGGA

DI DESA SUMBERMULYO, KECAMATAN BAMBANGLIPURO, KABUPATEN BANTUL YOGYAKARTA

  Dipersiapkan dan ditulis oleh : Maria Melati Giriputri

  NIM : 039114048 Telah dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi

  Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma pada tanggal : 9 September 2008 dan dinyatakan memenuhi syarat

  Susunan Panitia Penguji Nama Lengkap Tanda tangan Ketua : A. Tanti Arini, S.Psi.,M.Si. .............................

  Sekretaris : Sylvia Carolina MYM., S.Psi.,M.Si. ............................. Anggota : Dra. L. Pratidarmanastiti, MS. .............................

  Yogyakarta, ................................

  Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma

  Dekan, (P.Eddy Suhartanto, S.Psi., M.Si.)

  Sakitmu membawa kekuatan. Tawamu adalah kebahagiaan.

  Dengan penuh kasih,

karya ini kupersembahkan untuk saudara kembarku.

  Ia membuat segala sesuatu indah pada waktu-Nya (Pkh. 3:11)

  Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang telah saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

  Yogyakarta, 22 September 2008 Penulis,

  Maria Melati Giriputri

  

ABSTRAK

Strategi Coping Menghadapi Perubahan Akibat Gempa

Pada Ibu Rumah Tangga Di Desa Sumber Mulyo

Kecamatan Bambang Lipuro Kabupaten Bantul Yogyakarta

  Penelitian kualitatif ini bertujuan untuk memahami strategi coping yang dilakukan oleh ibu rumah tangga menghadapi perubahan-perubahan akibat gempa

  27 Mei 2006.

  Subjek penelitian ialah tiga orang ibu rumah tangga korban gempa di Desa Sumber Mulyo, Bambang Lipuro, Bantul. Pengambilan data dilakukan dengan teknik wawancara semi terstruktur dan observasi sebagai data pelengkap.

  Hasil penelitian menunjukkan perubahan yang dialami ibu rumah tangga mencakup perubahan kondisi fisik, kondisi tempat tinggal, tugas pengasuhan anak, dan kehilangan sosok orang yang dicintai pada subjek ketiga. Perubahan tersebut membawa pengaruh terhadap kondisi keuangan dan aktivitas keseharian ibu rumah tangga. Strategi coping yang dilakukan oleh ibu rumah tangga tidak hanya coping yang berpusat pada masalah tetapi juga coping yang berpusat pada emosi.

  Strategi coping berpusat pada masalah yang muncul pada penelitian ini di antaranya : coping aktif dengan merawat kondisi fisik, menyeleksi bantuan, dan menenangkan anak yang ketakutan (pada subjek I); perencanaan dengan tujuan kenyamanan tempat tinggal dan peningkatan kondisi keuangan; coping menahan diri dengan menunggu kesempatan melakukan pekerjaan sambilan; serta mencari dukungan instrumental dengan meminta bantuan kepada anak. Ibu rumah tangga juga melakukan coping yang berpusat pada emosi, yaitu mencari dukungan emosional dari relawan, suami, dan anak; fokus pada pelepasan emosi dengan menangis dan berteriak; penghentian tindakan dengan berhenti mengkonsumsi obat (pada subjek II & III); penerimaan bahwa rumah roboh dan pasrah; pemaknaan kembali secara positif dengan tetap bersyukur masih diberi keselamatan meski mengalami sakit fisik; mengarahkan ke agama dengan berdoa dan pasrah kepada Tuhan; serta berhenti memikirkan dengan jalan-jalan di sekitar rumah dan tidur.

  Sumber daya yang sangat membantu ketiga subjek dalam melakukan coping selain kesehatan dan keyakinan positif ialah dukungan sosial sehingga penting untuk menjaga upaya ketersediaan dukungan sosial, baik dari lingkup komunitas masyarakat maupun orang terdekat bagi para korban bencana.

  

ABSTRACT

Coping Strategy In Facing the Changing as the Result of Earthquake On

th

  

May 27 2006 towards the Housewives in Sumber Mulyo,

Bambang Lipuro, Bantul, Yogyakarta

  This qualitative research aimed to know coping strategy done by housewives in facing the changing as the result of the 2006’s earthquake. The subject of the research was three housewives as the victims of earthquake in Sumber Mulyo, Bambanglipuro, Bantul. The data was collected by semi-structured interview and observation as the additional data.

  The result of this research showed the changing had been around by the housewives that covered and changing of physical condition, habitation condition, children caring duty, and losing someone they loved (third subject). Those changing brought influence to their financial condition and daily activity as a housewife. In order to face those changing, the housewives did not only do problem focused coping, but also emotion focused coping.

  Problem focused coping that had been done were actively doing some treatment for physical condition, selecting the aid, and calming her frightened child down (first subject); making plans to improve the comfortable of habitation, and financial condition; restraint coping with waiting the chance to do the side job; and seeking the instrumental support with asking help to the child. The housewives also done the emotion focused coping, such as seeking the emotional support from the volunteers, husbands, and children; focusing on venting the emotion with crying and shouting; behavioral disengagement by disobedient in consuming the medicine (second and third subject); accepting the fact that their houses were collapse; positive reinterpretation with keeping thanked to God because of salvation although they get injuried; turning to religion with praying and entrust to God; and mental disengagement by walking around the house and sleeping.

  The self resource which really helped the three housewives in doing the coping strategy except health and positive belief was social support. Hence, it was important to maintain the availability of social support both in the scope of mass community and the closest people for the victims.

  

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

  Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma : Nama : Maria Melati Giriputri No. Mahasiswa : 039114048

  Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul “Strategi Coping

  

Menghadapi Perubahan Akibat Gempa 27 Mei 2006 Pada Ibu Rumah

Tangga Di Desa Sumber Mulyo Kecamatan Bambang Lipuro Kabupaten

Bantul Yogyakarta” beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan

  demikian saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meiminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

  Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal : 22 September 2008

  Yang Menyatakan

  Puji syukur atas rahmat dan karunia Tuhan Yang Maha Esa sehingga skripsi yang berjudul “Strategi Coping Menghadapi Perubahan Akibat Gempa

  Selama studi dan pelaksanaan penelitian, peneliti memperoleh dukungan baik secara moril maupun materi dari berbagai pihak. Atas terselesaikannya skripsi ini, peneliti mengucapkan terima kasih secara tulus kepada :

  1. Bapak P. Eddy Suhartanto, S.Psi, M.Si. selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  2. Ibu A. Tanti Arini, S.Psi., M.Si. selaku dosen pembimbing yang telah membantu, memberikan saran, dan pengarahan yang bermanfaat bagi penulis selama melakukan penelitian.

  3. Ibu Sylvia Carolina M.Y.M., S.Psi., M.Si. dan Ibu Dra. Lusia Pratidarmanastiti, M.S. selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan masukan untuk kebaikan skripsi.

  4. Para dosen Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang membimbing penulis selama menjalankan studi.

  5. Segenap karyawan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma : Mas Gandung, Mbak Nanik, Mas Muji, Mas Doni, dan Pak Gi, yang telah membantu penulis selama menjalankan studi.

  6. Bapak Marsono selaku Ketua RT.01 Caben dan Bapak Totok selaku tokoh masyarakat Pedukuhan Siten.

  7. Ibu Tuginem dan keluarga, Ibu Sukiyem dan Keluarga, Ibu Sumaryati dan keluarga, serta warga Bantul, yang bersedia memberikan waktu dan bantuan bagi penulis.

  8. Bapak dan ibuku tersayang Drh. Evaristus Sunaryo Kasman dan Chatarina Putranti Sadher Sutristini yang hebat. Terima kasih telah membimbing anak- anakmu dengan kedisiplinan dan kemandirian sejak kecil. Doa dan dukungan bapak & ibu sangat ampuh.

  9. My lovely sisters Emilia Trisna Ardiputri, terima kasih senantiasa menyemangati penulis saat mulai goyah. Ayo terus berjuang bersama!

  10. My twin Maria Mawar Giriputri, separuh energi yang membuat penulis menjadi tangguh.

  11. Mbak pengasuhku Mbak Wati, terima kasih atas kasih sayangnya kepada keluarga Cengkeh.

  12. Si gupi dan si mungil, terima kasih telah mengantar penulis berpetualang.

  13. Snowy -ku, tetaplah menjadi penjaga yang setia.

  14. Mbah kakung di surga dan mbah ibu pelindung masa kecil hingga saat ini.

  Mbak QQ & Hari.. sepi juga tanpa kalian. Adekku Vita (semoga sukses studi), Hendi (terima kasih atas bantuannya), Ninin, beserta seluruh keluarga besar Kasman.

  15. Keluarga Mardisuwignya.. Eyang kakung & putri Sleman yang tidak nyata panjangnya. Pakde Nardi, tante Iyon, & Gregory yang jauh di negeri seberang.. saling mendoakan ya..

  16. Sahabatku Mba Neni & Melon.. akhirnya perjuangan kita tidak sia-sia.

  You’re my real mirror, also the most funny, understanding, and caring person I’ve ever met .

  17. Para sahabat lama.. Lius, Reni, Mon, Kodok, Yustinus, Theo, Dyna, Apiz, Heri, Martha, Agil, Vidy, Cici, dkk. Pak Narto, Bu Rina, dan para guru di SMU Fransiskus Bandar Lampung.

  18. Teman-teman P3W inti.. sahabatku Tami, Dias, & Eko. Kebersamaan kita sebagai satu tim dalam waktu singkat begitu menyenangkan.

  19. Psikologi 2003 sekaligus teman-teman relawan.. Linda & Ana (terima kasih atas sarannya), Dee (kita pasti bisa), Dhani, Aiu, Oki, There, Rakhel, Devita, Herdian, Ayu, Otik, Melisa, Dias, dkk.. Kita kejar cita-cita yak!

  20. Devi 2004, teman seperjuangan saat bimbingan. Tetap semangat! 21. Nila, terima kasih atas bantuannya.

  22. Anak mintin & anak KKN. Penulis selalu ingat kebersamaan kita.

  23. Anak-anak kos dan Bu Ida sekeluarga yang telah menjadi teman bercerita.

  24. Segala celaan, hambatan, kenyataan, mimpi indah, & inspirasi sepanjang studi.

  25. Semua pihak yang belum disebutkan satu persatu. Terima kasih.

  Penulis menyadari bahwa penelitian yang dilakukan oleh penulis masih banyak kekurangan. Peneliti mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca untuk kebaikan dari skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat.

  Yogyakarta, Penulis

  DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN.................................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN..................................................................... iii HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................. iv HALAMAN MOTTO ................................................................................. v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ..................................................... vi ABSTRAK .................................................................................................. vii ABSTRACT................................................................................................ viii LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI...................... ix KATA PENGANTAR ................................................................................ x DAFTAR ISI............................................................................................... xiv DAFTAR TABEL....................................................................................... xviii DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xix DAFTAR LAMPIRAN............................................................................... xx

  BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah .............................................................................. 6 C. Tujuan Penelitian ............................................................................... 6 D. Manfaat Penelitian ............................................................................. 7 BAB II LANDASAN TEORI

  1.Pengertian Gempa Bumi ................................................................. 8

  2.Jenis Gempa Bumi .......................................................................... 9

  3.Penyebab Gempa Bumi di Indonesia .............................................. 10

  4.Gempa Bumi 27 Mei 2006.............................................................. 11

  B. Stres dan Perubahan Hidup

  1.Pengertian Stres............................................................................... 12

  2.Perubahan Sebagai Sumber Stres.................................................... 13

  3.Faktor Yang Mempengaruhi Intensitas Stres .................................. 15

  4.Trauma ............................................................................................ 16

  C. Strategi Coping

  1. Pengertian Coping.............................................................................17

  2. Strategi Coping................................................................................. 19

  3. Faktor Yang Mempengaruhi Coping................................................ 22

  4. Sumber Daya Untuk Efektivitas Coping...........................................23

  5. Dukungan Sosial............................................................................... 26

  D. Ibu Rumah Tangga............................................................................... 28

  E. Strategi Coping Menghadapi Perubahan Akibat Gempa 27 Mei 2006 Pada Ibu Rumah Tangga Di Desa Sumber Mulyo Kecamatan Bambanglipuro Bantul Yogyakarta...................................................... 29

  BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian................................................................................... 34 B. Fokus Penelitian ................................................................................. 35

  D. Metode Pengumpulan Data ................................................................ 36

  E. Metode Analisis Data........................................................................... 39

  F. Pemeriksaan Keabsahan Data.............................................................. 43

  BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Tahap Pengambilan Data

  1. Observasi Pra Penelitian ................................................................... 46

  2. Persiapan Pengumpulan Data............................................................ 48

  3. Pengumpulan Data ............................................................................ 50

  B. Hasil Penelitian

  1. Identitas Subjek Penelitian................................................................ 51

  2. Deskripsi Subjek Penelitian .............................................................. 51 a.Subjek I 1). Latar Belakang................................................................................. 51 2). Kejadian Saat Gempa Hingga 2 Bulan Pasca Gempa...................... 53 3). Perubahan Akibat Gempa ................................................................ 55 4). Pengaruh Perubahan Terhadap Aktivitas Subjek............................. 58 5). Coping Yang Dilakukan .................................................................. 60 6). Dukungan Sosial .............................................................................. 66 7). Dinamika Psikologis ........................................................................ 67

  b. Subjek II 1). Latar Belakang....................................................................................75 2). Kejadian Saat Gempa Hingga 2 Bulan Pasca Gempa........................ 77

  4). Pengaruh Perubahan Terhadap Aktivitas Subjek............................... 81 5). Coping Yang Dilakukan..................................................................... 83 6). Dukungan Sosial.................................................................................87 7). Dinamika Psikologis...........................................................................88

  c. Subjek III 1). Latar Belakang................................................................................. 97 2). Kejadian Saat Gempa Hingga 2 Bulan Pasca Gempa...................... 98 3). Perubahan Akibat Gempa ................................................................ 100 4). Pengaruh Perubahan Terhadap Aktivitas Subjek ............................ 102 5). Coping Yang Dilakukan .................................................................. 105 6). Dukungan Sosial .............................................................................. 109 7). Dinamika Psikologis ........................................................................ 110

  3. Tema Umum...................................................................................... 117

  C. Pembahasan Hasil Penelitian ............................................................. 121

  BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ........................................................................................ 139 B. Keterbatasan Penelitian...................................................................... 140 C. Saran................................................................................................... 140 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 143 LAMPIRAN................................................................................................ 147

  

DAFTAR TABEL

  Halaman Tabel I Panduan Wawancara ................................................................. 37 Tabel II Pembagian Waktu ..................................................................... 38 Tabel III Panduan Observasi .................................................................... 38 Tabel IV Format Catatan Lapangan ......................................................... 39 Tabel V Daftar Kode Dalam Analisis Data............................................. 41 Tabel VI Daftar Kode Coping Dalam Analisis Data................................ 41 Tabel VII Jadwal Pengambilan Data ......................................................... 50 Tabel VIII Identitas Subjek Penelitian........................................................ 51 Tabel IX Strategi Coping Ketiga Subjek.................................................. 118

  

DAFTAR GAMBAR

  Halaman Gambar 1: Skema Dinamika Psikologis Subjek I ....................................... 74 Gambar 2: Skema Dinamika Psikologis Subjek II...................................... 96 Gambar 3: Skema Dinamika Psikologis SubjekIII ..................................... 116 Gambar 4: Skema Hasil Penelitian ............................................................. 137

  

DAFTAR LAMPIRAN

  Halaman Lampiran 1: Sampel Analisis Hasil Wawancara......................................... 147 Lampiran 2: Sampel Analisis Hasil Observasi............................................ 173 Lampiran 3: Sampel Analisis Hasil Catatan Lapangan............................... 193 Lampiran 4: Sampel Analisis Hasil Triangulasi ......................................... 197 Lampiran 5: Triangulasi Data ..................................................................... 203 Lampiran 6: Dokumentasi Foto .................................................................. 217 Lampiran 7: Surat Pernyataan Penelitian .................................................... 220

  manusia kapan akan terjadi, bagaimana prosesnya, serta akibat yang ditimbulkannya. Bencana alam dapat disebabkan oleh proses yang terjadi pada alam atau pun karena ulah manusia sendiri. Salah satu bencana alam yang terjadi secara alamiah ialah pergerakan lempeng bumi yang biasa disebut sebagai gempa bumi (“Gempa bumi Yogyakarta 27 Mei 2006”, 2006).

  Gempa bumi pada 26 Desember 2004 merupakan peristiwa besar bagi rakyat Aceh dan Nias, Sumatera Utara. Gempa bumi yang disertai tsunami ini meluluhlantakkan pemukiman penduduk sepanjang pantai utara Sumatera. Ratusan ribu korban tewas dan luka-luka. Rumah-rumah, pertokoan, dan bangunan lain hancur tersapu tsunami.

  Demikian pula gempa yang melanda Yogyakarta dan Jawa Tengah 27 Mei 2006 silam. Ketika sebagian warga masih beristirahat dan belum beraktivitas, Yogyakarta dan Jawa Tengah diguncang gempa berkekuatan 5,9 Skala Richter. Munculnya isu tsunami beberapa jam setelah gempa menimbulkan kepanikan yang cukup besar bagi warga. Setelah mengetahui bahwa gempa menyebabkan banyak kerusakan dan korban jiwa, tidak dapat dipungkiri bahwa gempa tersebut merupakan sebuah bencana besar bagi seluruh masyarakat yang merasakannya, setiap individu memiliki potensi untuk mengalami trauma berkepanjangan akibat gempa tersebut. Apalagi masih ada gempa - gempa susulan setelah gempa 27 Mei 2006 tersebut.

  Berdasarkan data dari Jawa Pos (“Gempa 27 Mei 2006”, 2006), Bantul ialah daerah yang paling parah terkena gempa, khususnya Kecamatan Bambang Lipuro yang termasuk 5 kecamatan terparah, dengan jumlah warga meninggal dunia sebanyak 548 jiwa (“Database Lokasi dan Penanganan Bencana Gempa”, 2006). Banyak warga yang kehilangan anggota keluarga dan mengalami luka-luka fisik seperti patah tulang dan luka memar luar-dalam. Di samping itu, warga melihat sendiri dan harus menerima kenyataan bahwa rumah yang selama ini ditempati roboh. Diperoleh data bahwa pada 17 kecamatan di Bantul sekitar 3824 bangunan rusak (“Database Lokasi dan Penanganan Bencana Gempa”, 2006). Dengan kondisi fisik yang tidak kondusif, mereka masih tidur di tenda, berusaha membereskan puing-puing reruntuhan sembari menunggu bantuan dari orang lain.

  Berbagai hal yang dialami di atas dapat membawa perubahan pada kehidupan individu dari kondisi sebelum gempa. Perubahan-perubahan tersebut muncul karena adanya stresor, yaitu suatu stimulus yang menuntut organisme memberikan beberapa bentuk respon adaptif. Stresor tersebut di antaranya kehilangan tempat tinggal, kehilangan orang-orang yang dicintai, kehilangan atau terhambatnya mata pencaharian, kerusakan barang atau harta milik, luka fisik maupun psikis. Watson (1995), psikiater yang aktif menangani bencana alam di Australia dan New Zealand, menyebutkan bahwa stresor yang membawa trauma, yang reaksinya dimulai saat individu mengalami tekanan-tekanan psikologis secara hebat dari sumber yang berada di luar jangkauan atau dengan kata lain adanya stresor ekstrim yang mengancam hidup. Pengalaman hidup yang berhubungan dengan kehilangan ekstrim (seperti kematian, kehilangan properti secara besar, kerusakan pada seluruh masyarakat setempat) dapat menghasilkan periode tuntutan dan kesedihan berat yang berlangsung lama pada beberapa individu (Green, Lindy, dkk, 1990). Dengan demikian, gempa bumi membawa perubahan besar bagi kehidupan individu baik secara fisik maupun mental.

  Perubahan-perubahan yang terjadi dengan cepat membuat individu terdesak untuk menyesuaikan, mengikuti dan bersaing demi kelangsungan hidupnya. Stres lebih sering terjadi bila individu terperangkap dalam suatu pola hidup yang tidak dikehendakinya, atau individu tidak dapat mengubah pola hidupnya tersebut agar lebih sesuai dengan kebutuhan dirinya (“Penyesuaian

  

Hidup” , 2003). Dengan kata lain, perubahan apa pun dalam kehidupan seseorang

  memerlukan suatu penyesuaian kembali dan individu melakukan berbagai cara untuk menghadapi perubahan-perubahan agar dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan dan bertahan hidup. Cara-cara yang dilakukan individu pada penelitian ini disebut strategi menghadapi perubahan akibat gempa yang dalam berbagai literatur diistilahkan sebagai strategi coping.

  Strategi coping merupakan bentuk tingkah laku individu untuk melindungi

  diri dari tekanan-tekanan psikologis yang ditimbulkan oleh problematika pengalaman sosial. Strategi coping juga merupakan proses individu mencoba stres. Strategi coping bisa bervariasi dan tidak langsung mengarah pada pemecahan masalah, tetapi juga dapat secara sederhana membantu individu untuk mengubah persepsi ketidaksesuaian, menerima atau toleransi terhadap ancaman, atau melarikan diri atau menghindar dari situasi (Lazarus & Folkman, 1984b dalam Sarafino, 1990).

  Strategi coping dibagi menjadi dua bentuk, yaitu coping yang berpusat

  pada masalah (selanjutnya disebut sebagai PM) dan coping yang berpusat pada emosi (selanjuntnya disebut sebagai PE). PM ialah strategi penyelesaian masalah yang secara langsung berhadapan dengan situasi atau stresor dan bertujuan untuk mengurangi atau menghilangkan stressor tersebut. Sedangkan PE lebih berfokus pada emosi dan kognitif, bagaimana mengubah persepsi seseorang mengenai situasi menekan yang dihadapi (Huffman, 2000).

  Setelah hampir satu tahun warga Yogyakarta melewati masa ketika mengalami berbagai kerusakan dan kehilangan akibat gempa, warga melakukan beberapa strategi menghadapi perubahan agar dapat melanjutkan hidup. Berdasarkan pengamatan penulis ketika terjun sebagai relawan di lapangan, sekitar dua bulan pasca gempa, aktivitas sehari-hari sudah dilakukan secara normal. Sembari membersihkan puing-puing dan memperbaiki rumah, warga menjalankan aktivitasnya seperti biasa. Warga kembali melakukan pekerjaan dan tugasnya masing-masing, misalnya bertani, mengajar, atau pergi ke kantor. Anak- anak belajar di sekolah dan bermain pada sore hari. Sekitar empat bulan pasca gempa, aktivitas perdagangan di pasar pun dapat berlangsung sebagaimana berada di rumah untuk memasak, menjaga rumah, memenuhi kebutuhan suami dan anak, serta tidak memiliki aktivitas tetap di luar rumah seperti halnya ibu-ibu lain yang bekerja di sebuah instansi atau perusahaan. Pada umumnya, ibu yang hanya melakukan tugas ibu rumah tangga atau mengurus keluarga inilah yang disebut ibu tidak bekerja (Ihromi, 1990). Ibu rumah tangga memiliki peranan penting dalam menjaga kelangsungan kehidupan keluarga, terlebih lagi untuk memulihkan kondisi keluarga paska gempa. Ibu rumah tanggalah yang banyak berkecimpung dalam kehidupan rumah tangga. Penelitian skala kecil di berbagai daerah di Indonesia menunjukkan bahwa walaupun wanita menyumbangkan jumlah waktu yang sedikit lebih rendah daripada pria dalam mencari nafkah dan kegiatan di luar rumah lainnya, namun wanita jauh lebih banyak menghabiskan waktunya untuk mengurus rumah tangga (Lestari, dalam Ihromi, 1990).

  Demikian pula ibu rumah tangga di Bantul, di samping menjalankan peran pengasuhan anak, mereka memiliki kemungkinan mengalami trauma, terlebih bagi mereka yang mengalami kerusakan rumah, kehilangan sanak saudara, atau pun sakit fisik akibat gempa. Di satu sisi mereka harus menangani kondisi psikologisnya sendiri namun di lain sisi mereka tetap bertanggungjawab terhadap pekerjaan rumah serta merawat suami dan anak-anak.

  Dalam rangka memenuhi tuntutan tersebut, sebagian besar kegiatan ibu rumah tangga setiap harinya dilakukan di rumah dan berfokus pada pekerjaan rumah sehingga minim kegiatan untuk mengalihkan perhatian dari perubahan akibat gempa. Padahal, kegiatan pengalihan perhatian (distraksi) yang banyak mengurangi nyeri atau rasa sakit (Sarafino, 1990). Pengalihan perhatian merupakan teknik yang berfokus pada stimulus yang tidak menyebabkan nyeri dalam situasi pada saat itu dengan tujuan mengalihkan perhatian dari ketidaknyamanan (Fernandez dalam Sarafino,1990). Trauma itu sendiri dapat dikatakan sebagai nyeri psikologis yang mungkin dialami oleh ibu rumah tangga korban gempa. Dengan sering berada di rumah, ibu rumah tangga rentan mengalami kejenuhan dan kerap menjumpai situasi yang mengingatkan pada kejadian gempa sehingga pengalaman traumatik dapat semakin terasa besar. Hal ini dapat menambah beban pikiran dan perasaan mereka sehingga untuk membantu agar aktivitas rumah tangga berjalan lebih lancar, mereka harus mengatasi trauma dan menyesuaikan diri terhadap perubahan akibat gempa 27 Mei 2006.

  Peneliti merasa perlu untuk memahami bagaimana ibu rumah tangga menghadapi berbagai perubahan akibat gempa, mengingat bahwa usaha untuk melanjutkan hidup merupakan hal penting, terlebih karena ibu rumah tangga ialah sosok yang dianggap sangat berpengaruh bagi perkembangan anak dan keberlangsungan hidup keluarga. Dengan mengetahui strategi coping yang digunakan oleh ibu rumah tangga, diharapkan dapat bermanfaat dalam memberi masukan untuk program penanganan untuk memulihkan kondisi psikologis ibu- ibu rumah tangga atau pun masyarakat di Bantul dan daerah lain yang terkena bencana.

  B. Rumusan Masalah

  Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana strategi menghadapi berbagai perubahan paska gempa 27 Mei 2006 pada Ibu Rumah Tangga?”

  C. Tujuan Penelitian

  Mendeskripsikan dan menelaah strategi menghadapi perubahan akibat gempa yang digunakan oleh Ibu Rumah Tangga korban gempa di Bantul Yogyakarta.

  D. Manfaat Penelitian

  1. Manfaat teoritis :

  a) Memperkaya pengetahuan dan khasanah dalam wacana penelitian psikologi dan bencana.

  b) Memperoleh gambaran mengenai perubahan-perubahan paska gempa dan bagaimana strategi Ibu Rumah Tangga di Kecamatan Bambang Lipuro Kabupaten Bantul dalam menghadapi perubahan-perubahan akibat gempa 27 Mei 2006.

  2. Manfaat praktis :

  a) Memberikan gambaran mengenai strategi menghadapi bencana alam, khususnya gempa bumi, sehingga dapat dijadikan acuan bagi ibu rumah tangga yang mengalami kejadian serupa.

  1. Pengertian Gempa Bumi Gempa bumi adalah getaran yang terjadi di permukaan bumi yang biasa disebabkan oleh pergerakan kerak bumi (lempeng bumi). Istilah gempa juga digunakan untuk menunjukkan daerah asal terjadinya kejadian gempa (Ensiklopedia Bebas Berbahasa Indonesia, 2006). Gempa bumi dapat dikatakan sebagai getaran atau goncangan yang terjadi karena pergerakan (bergesernya) lapisan batu bumi yang berasal dari dasar atau bawah permukaan bumi dan juga bisa disebabkan oleh adanya letusan gunung berapi (“Gempa Bumi”, www.e-smartschool.com). Gempa bumi merupakan bencana alam berupa getaran permukaan yang dihasilkan oleh pelepasan energi secara cepat dari dalam bumi. Energi ini menyebar dari sumbernya ke segala arah, dalam bentuk gelombang searah, yang akan menggetarkan tanah di sekitarnya. Gempa bumi juga bisa disebabkan oleh pelepasan energi yang besar akibat ledakan atomik atau letusan gunung berapi (Tarbuck, 1988).

  Batuan beku, batuan metamorfik, dan batuan sedimen yang menyusun tanah dan gunung tampak sangat kuat dan solid, meskipun pada dasarnya berbagai batuan tersebut bergerak secara konstan. Kerak bumi Pergerakan kerak bumi ini dapat terjadi secara perlahan ataupun tiba-tiba. Pergerakan secara tiba-tiba dapat dirasakan dan pengaruhnya di permukaan dapat terlihat dengan segera. Pergerakan tiba-tiba yang menghasilkan goyangan dan goncangan pada tanah itu disebut sebagai gempa bumi (Wolfe, 1996). Sedangkan menurut U.S. Geological Survey (USGS dalam Greca, 2002), gempa bumi ialah gelombang seismik pada permukaan bumi yang disebabkan oleh pelepasan atau goncangan dari kerak bumi.

  Secara lebih ringkas dapat disimpulkan bahwa gempa bumi merupakan goncangan yang dapat dirasakan di permukaan bumi dan disebabkan oleh pergerakan lempeng atau kerak bumi yang tersusun atas berbagai jenis material di dalamnya.

  2. Jenis Gempa Bumi Berdasarkan faktor-faktor penyebab terjadinya, maka gempa bumi dapat digolongkan menjadi dua, yaitu : a. Gempa Tektonik

  Gempa Tektonik terjadi karena lapisan kerak bumi yang keras menjadi genting (lunak) dan akhirnya bergerak. Teori dari Tektonik

  Plate menjelaskan bahwa bumi terdiri dari beberapa lapisan batuan,

  sebagian besar area dari lapisan kerak itu akan hanyut dan mengapung di lapisan seperti salju. Lapisan tersebut bergerak perlahan sehingga berpecah-pecah dan bertabrakan satu sama lainnya. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya Gempa Tektonik.

  b. Gempa Vulkanik Gempa jenis ini jarang terjadi bila dibandingkan dengan gempa tektonik. Gempa vulkanik terjadi karena adanya letusan gunung berapi yang sangat dahsyat. Ketika gunung berapi meletus maka getaran dan goncangan letusannya bisa terasa sampai dengan sejauh 20 mil.

  3. Penyebab Gempa Bumi di Indonesia Penyebab gempa bumi di Indonesia pada umumnya ialah pertemuan antarlempeng yang pada waktu tertentu dapat menyebabkan terjadi penumpukan energi akibat tekanan antarlempeng dan mengakibatkan instabilitas. Batuan pada daerah lempeng tidak mampu menahan tekanan sehingga batuan tersebut patah sambil melepaskan energi. Energi akibat tekanan lempeng menjalar di permukaan bumi dalam bentuk gelombang vertikal dan gelombang horizontal yang menggerakkan semua yang ada di permukaan bumi. Maka, bangunan-bangunan pun roboh dan korban-korban pun berjatuhan.

  Pertemuan antarlempeng bisa berupa subduksi (penunjaman), seperti antara Lempeng Indo-Australia yang menunjam ke Lempeng Eurasia, atau saling tarik-menarik (divergensi), atau saling geser. Daerah Kemudian, daerah batas antarlempeng ditandai dengan adanya palung (trench), punggungan samudra (deretan gunung di laut), dan pegunungan yang sejajar pantai, seperti Pegunungan Bukit Barisan di Pulau Sumatera.

  Dengan memperhitungkan daerah-daerah pertemuan antarlempeng tersebut dapat dibuat zonasi daerah rawan bencana gempa bumi. Di Indonesia sudah diplot daerah-daerah rawan bencana gempa bumi yang merusak dari Katalog Gempa Bumi Merusak di Indonesia yang disusun Badan Geologi Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral berdasarkan data gempa bumi sejak 3 November 1756. Daerah rawan gempa ini sesuai dengan jalur zona subduksi, yaitu di sebelah barat Pulau Sumatera, selatan Jawa, Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua. Adapun Pulau Kalimantan bisa dikatakan relatif aman karena jaraknya agak jauh dari daerah pertemuan antarlempeng (Isworo, 2006).

  4. Gempa bumi 27 Mei 2006 Gempa bumi yang terjadi di Yogyakarta pada 27 Mei 2006 adalah salah satu gempa tektonik yang berkekuatan 5,9 skala Richter. Gempa terjadi sekitar pukul 05.55 WIB selama 57 detik. Sekitar satu jam setelah gempa, muncul isu adanya gelombang tsunami. Masyarakat berbondong- bondong menuju ke Yogyakarta bagian utara sedangkan yang tinggal di bagian utara justru menuju selatan Yogyakarta karena muncul dugaan bahwa gempa bumi disebabkan oleh letusan gunung merapi.

  Pusat gempa menurut Badan geologi Departemen Energi dan

  ◦ ◦

  Sumber Daya Mineral Republik Indonesia ialah 8,007 LS dan 110,286 BT pada kedalaman 17,1 km. Sedangkan menurut BMG, titik gempa

  ◦ ◦

  terletak pada 8,26 LS dan 110,31 BT. Secara umum, posisi gempa berada di laut, sekitar 25 km selatan-barat daya Yogyakarta. Selain Yogyakarta dan Jawa Tengah, gempa juga dirasakan di provinsi Jawa Timur (Ngawi, Madiun, Kediri, Trenggalek, Magetan, Pacitan, Blitar, dan Surabaya).

  Menurut laporan Departemen Sosial Republik Indonesia pada 1 Juni 2006, korban tewas berjumlah 6.234 orang. Sedangkan korban luka berat sebanyak 33.231 orang dan 12.917 orang mengalami luka ringan. Ribuan rumah roboh, terutama di daerah Bantul, yang merupakan daerah paling parah terkena bencana (Ensiklopedia Bebas Berbahasa Indonesia, 2006).

  B. Stres dan Perubahan

  1. Pengertian Stres Stres adalah pola adaptasi umum dan pola reaksi menghadapi stresor, yang dapat berasal dari dalam diri individu maupun dari lingkungannya. Stres timbul apabila proses adaptasi berhasil dan stresor yang dihadapi gagal diatasi dan terjadi ketidakmampuan. Menurut Hans Selye, stres tidak selalu merupakan hal yang negatif. Hanya bila individu menjadi terganggu dan kewalahan serta menimbulkan distres, barulah stres itu merupakan hal yang merugikan (“Penyesuaian Hidup”, 2003).

  Stres yang berlebihan adalah bentuk penyesuaian diri terhadap suatu tuntutan yang menghendaki tingkah laku penanggulangan atau

  

coping pada sebagian individu atau kelompok (Sarafino, 1990). Stres

  menekankan pada hubungan antara individu dan lingkungan. Stres ialah konsekuensi dari proses penilaian individu, asesmen sumber daya personal yang dibutuhkan untuk menghadapi tuntutan dari lingkungan. Stres ditentukan oleh kesesuaian antara individu dan lingkungan (Folkman & Lazarus, dalam Taylor, 1999). Ketika sumber daya yang dimiliki individu cukup untuk menghadapi situasi sulit, individu memiliki kemungkinan kecil mengalami stres. Sebaliknya, ketika muncul penilaian bahwa sumber daya dirasa tidak cukup memenuhi tuntutan lingkungan, individu berhadapan dengan stres yang lebih berat (Taylor, 1999).

  Dari berbagai definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa stres merupakan ketegangan mental yang dapat mengganggu kondisi emosional, proses berpikir, dan kondisi fisik seseorang.

  2. Perubahan hidup sebagai sumber stres Sumber stres atau yang biasa disebut sebagai stresor ialah kondisi atau keadaaan yang dianggap sebagai ancaman atau bahaya dan kemudian menghasilkan ketegangan. Selye (dalam Sdorow, 2002), menyebutkan bahwa sumber stres meliputi perubahan hidup dan daily hassles.

  Perubahan hidup merupakan stresor yang mendatangkan tantangan kesehatan seseorang akan makin baik pula kemampuan mengatasi perubahan tersebut. T.H. Holmes & R.H. Rahe (1967, dalam Morris, 2002) menciptakan suatu skala penyesuaian sosial dengan membuat nilai bobot skor yang diperlukan oleh seseorang untuk berubah atau menyesuaikan diri dalam berbagai situasi perubahan hidup. Perubahan hidup ini terkait dengan life events, yaitu kejadian-kejadian utama yang terjadi pada kehidupan individu yang membutuhkan beberapa tingkat penyesuaian psikologis (Sarafino, 1990). Para pakar lain berpendapat bahwa kejadian eksternal saja tidak cukup untuk menimbulkan gangguan, tetapi kombinasi dan faktor pengalaman dari genetik harus ada untuk jatuh sakit. Kepribadian seseorang dan kemampuannya mengatasi perubahan hidup tersebut menentukan seberapa baik reaksinya dalam suatu perubahan hidup tersebut (“Penyesuaian Hidup”, 2003).

  Pendekatan terhadap stres ada yang menekankan pada kejadian hidup mayor sebagai sumber stres, ada juga yang menekankan pada peranan kejadian minor yang penuh stres. Pendekatan yang cukup populer pada kejadian hidup mayor ialah kejadian traumatik yang ekstrim, baik buatan manusia (perang) maupun bencana alam (tsunami, tornado, gempa bumi). Bencana seperti ini sering diikuti oleh memburuknya kondisi perekonomian, banjir atau kemarau, kekerasan, kelaparan, dan sebagainya. Efek dari kejadian ini dapat berlangsung selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun, yang dinamakan dengan Post Traumatic Stress Disorder. yaitu mengalami stresor yang ekstrim. Salah satu reaksi terhadap kejadian stres adalah tidak responsif, seperti kurang berminat melakukan aktivitas, melepaskan diri dari teman-teman, atau penyempitan emosi.

  Sumber stres yang berupa kejadian minor yang penuh stres atau disebut sebagai daily hassles ialah masalah yang dialami individu yang berasal dari kejadian sehari-hari, misalnya terjebak kemacetan lalu lintas, kehilangan kunci, atau pertengkaran sehari-hari. Beberapa jenis stresor keadaan kronik lain ialah tinggal di keramaian atau daerah dengan tingkat kebisingan tinggi (Sarafino, 1990). Individu yang mengalami efek yang bertumpuk dari masalah keseharian akan lebih mudah mengalami masalah kesehatan seperti sakit kepala dan influenza (DeLongis, Folkman, & Lazarus, dalam Sdorow, 2002).

  3. Faktor yang Mempengaruhi Intensitas Stres

  a. Kemampuan menerka Kemampuan menerka timbulnya kejadian stres, walaupun yang bersangkutan tidak dapat mengontrolnya, biasanya mengurangi stres.

  b. Kontrol atas jangka waktu Kemampuan mengendalikan jangka waktu kejadian yang penuh stres juga mengurangi tingkat stres.

  c. Evaluasi kognitif

  Kejadian penuh stres yang sama mungkin dihayati secara berbeda oleh dua orang, tergantung pada situasi apa yang berarti bagi seseorang.

  d. Perasaan mampu Kepercayaan seseorang atas kemampuannya menanggulangi situasi penuh stres merupakan faktor utama dalam menentukan kerasnya stres.

  e. Dukungan masyarakat

Dukungan emosional dan perhatian orang lain dapat membuat orang lebih tahan terhadap stres (Atkinson, 1983)

  4. Trauma Trauma ialah reaksi fisiologis dan psikologis yang ekstrim terhadap kehilangan seperti kematian orang-orang terdekat (Harvey,

  2002). Reaksi trauma yang lebih berat biasanya mengarah pada gangguan Stres Paska Trauma/ Post-Traumatic Stress Disorder (PTSD), yang umumnya dialami oleh para korban perang dan korban bencana alam seperti gempa bumi. PTSD merupakan sindrom simptom fisiologis dan psikologis yang muncul sebagai respon tertunda setelah mengalami kejadian ekstrim yang membuat stres secara emosional (Sdorow, 2002).

  Adapun simptom-simptom PTSD sebagai berikut :

  a. Simptom Intrusif, yaitu pengulangan peristiwa dalam bentuk mimpi buruk, imajinasi yang mengganggu, dan mengingat kembali kejadian di masa lalu.

  b. Simptom Penghindaran/ Avoidance, yaitu mencegah untuk mengingat kejadian-kejadian dan bereaksi umum secara kaku sehingga individu tidak terbiasa membicarakan pengalaman hidupnya.

  c. Simptom Fisiologis, yaitu gangguan tidur, lekas marah, dan reaksi fisiologis apabila mengingat kejadian (Watson, 1995).

  C. Strategi Coping

  1. Pengertian Coping

  Coping merupakan usaha yang meliputi tindakan langsung dan

  intrapsikis, untuk mengatur lingkungan dan tuntutan pribadi, serta konflik antara lingkungan dan tuntutan pribadi tersebut yang melampaui kekuatan atau sumber yang dimiliki individu (Cohen & Lazarus, dalam Carver, 1989). Coping juga merupakan cara individu untuk menghadapi stres, atau usaha menangani kondisi bahaya, ancaman, atau tantangan saat respon yang seperti biasa tidak tersedia (Pestonjee,1992). Sedangkan menurut Lazarus dan Folkman (1984), coping ialah proses perubahan pemikiran dan tingkah laku untuk mengelola tuntutan internal dan eksternal yang membutuhkan banyak pengeluaran sumber daya individu.

  Coping terdiri atas proses kognitif dan konatif yang digunakan

  untuk menilai, menurunkan stres, serta untuk meredakan ketegangan yang mengikuti stres itu (Billings, Cronkite, & Moos, 1984). Lazarus (1974 dalam Sarafino, 1990) lebih menekankan peran proses kognitif dalam aktivitas coping dan pentingnya coping untuk menentukan kualitas dan intensitas reaksi emosi terhadap stres.

  Untuk dapat menyelesaikan masalah dan menghadapi situasi stres,

  

coping melalui berbagai proses dinamis. Aldwin dan Revenson (1987,

  dalam Ratna, 2000) mengemukakan bahwa dalam proses coping individu terdapat fungsi tindakan atau keyakinan untuk memodifikasi beberapa aspek dari proses penilaian dan evaluasi. Penilaian kognitif, yaitu interpretasi dan evaluasi secara kognitif terhadap stresor, membantu untuk mendefinisikan situasi, tuntutan-tuntutan, dan ancaman, serta sumber yang dimiliki individu untuk menghadapi situasi, tuntutan-tuntutan, dan ancaman tersebut (Lazarus & Lazarus, dalam Ratna, 2000). Penilaian kognitif memiliki dua tahap, yaitu penilaian pertama dan penilaian kedua.