Laporan Praktek Kerja Lapangan PERBANDINGAN ANTARA PENGAMPUNAN PAJAK DAN PEMBETULAN SPT ATAS HARTA BELUM TERLAPOR SERTA PENGARUHNYA TERHADAP KOMPENSASI KERUGIAN DAN LEBIH BAYAR PPN

  Laporan Praktek Kerja Lapangan

  

PERBANDINGAN ANTARA PENGAMPUNAN PAJAK DAN

PEMBETULAN SPT ATAS HARTA BELUM TERLAPOR SERTA

PENGARUHNYA TERHADAP KOMPENSASI KERUGIAN DAN LEBIH

BAYAR PPN

  Disusun Oleh:

  

Vivian Ingka Prastiwi

  15.H1.0049 PROGRAM STUDI PERPAJAKAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA

  2018 Laporan Praktek Kerja Lapangan

  

PERBANDINGAN ANTARA PENGAMPUNAN PAJAK DAN

PEMBETULAN SPT ATAS HARTA BELUM TERLAPOR SERTA

PENGARUHNYA TERHADAP KOMPENSASI KERUGIAN DAN LEBIH

BAYAR PPN

  Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Pada Program Studi Perpajakan Fakultas Ekonomi dan Bisnis

  Universitas Katolik Soegijapranata Semarang Disusun Oleh:

  

Vivian Ingka Prastiwi

  15.H1.0049 PROGRAM STUDI PERPAJAKAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA

  2018

HALAMAN MOTTO

  Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu.

  Matius 7:7 Hormatilah ayahmu dan ibumu dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri

  Matius 19:19 Filosofi Padi, “Semakin berisi maka padi akan semakin merunduk”, maknanya

  “Semakin kita merasa bisa maka kita harus bisa semakin merasa” Tere Liye

HALAMAN PERSEMBAHAN

  Tugas Akhir ini saya Persembahkan untuk:

  1. Tuhan yang sangat baik

  2. Kedua Orang tua tercinta yang tidak akan pernah bisa saya balaskan cinta kasih mereka pada saya, Ngadimin dan Erika Nurmiaty Sinaga

  3. Kedua adik yang saya sayangi Rahel Ingka Septianisa dan Septia Ingka Anastasya Putri.

  4. Para dosen tercinta Ibu Agnes, Ibu Rini, Ibu Shandy, Mba Wiwis dan dosen yang tidak bisa saya sebutkan.

  5. Orang yang saya sayangi yang selalu menemani saya Geggy Puput

  6. Teman-teman yang selalu gila demi saya Elisabeth, Bunga, Stella, Hestia, Caesar, David, Edward, Fabian, Maretta, Petrus

  7. Teman-teman Organisasi Senat Bella, Ingrid, Kejora, Melina, Tika, Adit, Dikcy, Christian, Pandu; Teman HMPSP Brigitta, Lia, Dota, Kanya, Diana, Rami, Ivan, Evan

  8. Orang-orang sekitar saya yang mendukung saya yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu

HALAMAN PERSETUJUAN LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN

  Nama : Vivian Ingka Prastiwi NIM :15.H1.0049 Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Program Studi : Perpajakan

  Judul : Perbandingan Antara Pengampunan Pajak dan

  Pembetulan SPT Atas Harta Belum Terlapor Serta Pengaruhnya Terhadap Kompensasi Kerugian dan Lebih Bayar PPN

  Semarang, 14 Maret 2018 Dosen Pembimbing Drs. Theodorus Sudimin, MS

  

HALAMAN PENGESAHAN

  Laporan Praktek Kerja Lapangan dengan judul: Perbandingan Antara

  

Pengampunan Pajak dan Pembetulan SPT Atas Harta Belum Terlapor Serta

Pengaruhnya Terhadap Kompensasi Kerugian dan Lebih Bayar PPN

  Yang disusun oleh : Nama : Vivian Ingka Prastiwi NIM : 15.H1.0049

  Telah dipertahankan di depan penguji pada tanggal 27 Februari 2018 dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diterima sebagai salah satu persyaratan untuk mencapai gelar Ahli Madya Perpajakan.

  Pembimbing Koordinator Penguji

  

Drs. Theodorus Sudimin, MS Paulina Rini H, SE, MSi, Akt, CA

  Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis

  

Drs. Sentot Suciarto A.,MP.,Ph.D

PERNYATAAN KEASLIAN LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN

  Saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : Vivian Ingka Prastiwi NIM : 15.H1.0049 Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Program Studi : Perpajakan Menyatakan bahwa laporan Tugas Akhir ini benar hasil karya saya sendiri.

  Apabila dikemudian hari ditemukan adanya plagiasi, manipulasi, dan bentuk kecurangan lainnya, saya bersedia untuk menerima sanksi dalam bentuk apapun dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Katolik Soegijapranata Semarang

  Semarang, 14 Maret 2018

  Vivian Ingka Prastiwi

KATA PENGANTAR

  Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa berkat Kasih KaruniaNya penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktek Kerja Lapangan sebagai Tugas Akhir dengan judul “Perbandingan Pengampunan Pajak dan Pembetulan SPT Atas Harta Belum Terlapor Serta Pengaruhnya Terhadap Kompensasi Kerugian dan Lebih Bayar PPN”.

  Tugas Akhir ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya Perpajakan pada Program Studi Perpajakan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Katolik Soegijapranata Semarang.

  Selama mendalami perkuliahan di Perpajakan ini sampai dengan menjalani proses penyelesaian Tugas Akhir, banyak pihak yang membimbing, membantu dan memberikan fasilitas bagi penulis untuk itu kepada:

  1. Orang tua dari penulis Bapak Ngadimin AMK dan Ibu Erika Nurmiaty Sinaga AMK yang telah memberikan bimbingan, dana dan segalanya untuk kelancaran perkuliahan dan proses penyelesaian Tugas Akhir ini.

  2. Bapak Drs. Theodorus Sudimin, MS selaku Pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan memberi fasilitas yang dibutuhkan.

  3. Ibu Agnes Arie MC., SE., M.Si.,Akt., BKP selaku dosen pembimbing kedua penulis yang banyak memberikan pengarahan.

  4. Ibu P. Rini Hastuti, SE, M.Si., Akt selaku dosen wali yang telah membimbing selama masa perkuliahan dan penyusunan Tugas Akhir.

  5. Ibu P. Rini Hastuti, SE, M.Si, Akt dan Ibu MG. Westri Kekalih, SE, ME selaku penguji yang memberikan penilaian atas Tugas Akhir penulis.

  6. Ibu Shandy Jannifer Matitaputty selaku dosen perpajakan yang juga memberikan saran dalam menyelesaikan Tugas Akhir

  7. Ibu Vincensia Retno selaku staf administrasi perpajakan yang banyak membantu penulis dalam menyelesaikan proses Tugas Akhir.

  8. Seluruh dosen staf administrasi di Universitas Katolik Soegijapranata yang banyak membantu dan membimbing penulis selama masa perkuliahan dan membantu penulis dengan memberikan berbagai fasilitas yang diperlukan dalam penyelesaian Tugas Akhir.

  Penulis menyadari, banyak kekurangan dalam Tugas Akhir ini. untuk itu penulis menerima saran yang membangun guna memperbaiki pembuatan penulisan yang akan datang. Penulis berharap Tugas Akhir ini dapat menambah wawasan kita dalam hal perpajakan.

  Semarang, 14 Maret 2018 Penulis

  

ABSTRAKSI

  Salah satu kewajiban pokok wajib pajak yang terdaftar adalah menyampaikan Surat Pemberitahuan. Namun tidak sedikit wajib pajak yang ingin memperlihatkan pendapatan atau harta yang kecil agar jumlah pajak yang dibayarkan juga kecil. Untuk itulah pada tahun 2016 pemerintah mengeluarkan program yaitu Pengampunan Pajak. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui perbandingan hasil dari pengungkapan harta yang dilakukan oleh PT VV apabila mengikuti program pemerintah tersebut dan dengan melakukan pembetulan SPT, serta pengaruh dari Pengampunan Pajak dan Pembetulan SPT terhadap Kompensasi Kerugian dan Kompensasi Lebih Bayar PPN yang dimiliki PT VV. Penulis menggunakan data primer dan sekunder serta menggunakan metode deskripsi kualitatif dan kuantitatif. PT VV memiliki harta sejumlah Rp 276.112.397,00 yang belum dilaporkan. Apabila PT VV mengikuti Pengampunan Pajak, Uang Tebusan yang harus dibayarkan pada periode ke II adalah Rp 8.283.372,00. Apabila PT VV melakukan Pembetulan SPT, PT VV hanya melaporkan jumlah harta diatas dalam SPT Tahunan Badan PPH Badan Pembetulan tahun 2015 dengann tambahan mengisi Lampiran-IV bagian B. Kompensasi kerugian dan Kompensasi Lebih Bayar PPN tidak dapat diakui untuk tahun berikutnya setelah WP mengikuti Pengampunan Pajak. Apabia WP melakukan Pembetulan SPT, kedua kompensasi tersebut bisa terus diakumulasi. Kata Kunci: Pengampunan Pajak, Pembetulan SPT, Kompensasi Kerugian, Kompensasi PPN Lebih Bayar

  DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................. i

HALAMAN MOTTO ............................................................................................... ii

HALAMAN PERSEMBAHAN .............................................................................. iii

HALAMAN PERSETUJUAN LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN ..... iv

HALAMAN PENGESAHAN................................................................................... v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN LAPORAN ........................................ vi

KATA PENGANTAR ............................................................................................ vii

ABSTRAKSI ......................................................................................................... viii

DAFTAR ISI ............................................................................................................ ix

  BAB I PENDAHULUAN

  1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1

  1.2 Perumusan Masalah .............................................................................. 7

  1.3 Tujuan Penulisan .................................................................................. 7

  1.4 Manfaat Penulisan ................................................................................ 8

  1.5 Sistematika Penulisan ........................................................................... 9

  BAB II LANDASAN TEORI

  2.1 Definisi, Fungsi, Sistem Pemungutan Pajak ........................................ 10

  2.1.1 Definisi Pajak ............................................................................. 10

  2.1.2 Fungsi Pajak ............................................................................... 11

  2.1.3 Sistem Pemungutan Pajak .......................................................... 12

  2.2 Pajak Penghasilan (PPH) ...................................................................... 13

  2.2.1 Definisi Pajak Penghasilan dan Subjek Pajak Penghasilan........ 13

  2.2.2 Objek Pajak Penghasilan ............................................................ 13

  2.2.3 Wajib Pajak Badan ..................................................................... 14 Non Objek PPH .......................................................................... 14 Kewajiban Pembukuan dan Kompensasi Kerugian ................... 15

  2.3 Pajak Pertambahan Nilai (PPN) ............................................................ 16

  

3.1.2. Tugas dan Wewenang ............................................................... 27

  4.1.2. Pelaporan dengan Pembetulan SPT .......................................... 37

  4.1.1. Pelaporan dengan Pengampunan Pajak ..................................... 32

  SPT atas Harta yang Belum Terlapor ................................................... 32

  4.1 Perbandingan Cara Pelaporan antara Pengampunan Pajak dengan Pembetulan

  BAB IV PEMBAHASAN Pembahasan .................................................................................................. 31

  3.2.4. Metode Analisis Data ................................................................ 30

  3.2.3. Metode Pengumpulan Data ....................................................... 29

  3.2.2. Jenis Data .................................................................................. 29

  3.2.1. Definisi Data, dan Sampel ......................................................... 29

  3.2 Metode Penelitian ................................................................................. 29

  

3.1.1. Sejarah Singkat IPM Consultant ............................................... 25

  2.3.1 Pengertian PPN dan Pengenaan PPN ......................................... 16

  3.1 Gambaran Umum IPM Consultant ....................................................... 25

  BAB III GAMBARAN UMUM DAN METODE PENELITIAN

  2.5.2 Batas Waktu Penyampaian Surat Pemberitahuan ...................... 24

  2.5.1 Pengertian dan Fungsi SPT ........................................................ 23

  2.5 Surat Pemberitahuan

  2.4.4 Perlakuan atas Kompensasi Kerugian, Kompensasi Kelebihan Pembayaran Pajak, Pengemballian Kelebihan Pembayaran Pajak (Atas PPH dan PPN), dan Pembetulan Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Sehubungan dengan Pengampunan Pajak ............ 22

  2.4.3 Tarif dan Cara Menghitung Uang Tebusan ............................... 20

  2.4.2 Subjek dan Objek Pengampunan Pajak .................................... 19

  2.4.1 Definisi, Asas dan Tujuan Pengampunan Pajak ....................... 18

  2.4 Pengampunan Pajak .............................................................................. 18

  2.3.2 Kredit Pajak ................................................................................ 17

  4.2 Pengaruh Pengampunan Pajak dan Pembetulan SPT atas Kompensasi

  4.2.1 Pengaruh Pengampunan Pajak atas Kompensasi Kerugian ....... 46

  4.2.2 Pengaruh Pembetulan SPT atas Kompensasi Kerugian ............. 46

  4.3 Pengaruh Pengampunan Pajak dan Pembetulan SPT atas Kompensasi Lebih

  Bayar PPN ............................................................................................. 47

  4.3.1 Pengaruh Pengampunan Pajak atas Kompensasi LB PPN .......... 50

  4.3.2 Pengaruh Pembetulan SPT atas Kompensasi LB PPN ............... 50

  4.4 Pelaporan Surat Pemberitahuan Tahunan Sebelum dan Sesudah Pengampunan

  Pajak ...................................................................................................... 51

  

DAFTAR TABEL DAN DAFTAR GAMBAR

Tabel 1.1.1 Realisasi APBN (Triliun Rupiah) 2012-2016 ............................. 1Tabel 1.1.2 Pengampunan Pajak di Beberapa Negara ................................... 4Tabel 1.1.3 Data Wajib Pajak yang mengikuti Pengampunan Pajak Periode I dan

  II ..................................................................................................................... 6

Tabel 4.2.1 Data Laporan Keuangan PT VV Tahun 2015 ........................... 44Tabel 4.2.2 Data Laporan Keuangan PT VV Tahun 2016 ........................... 45Tabel 4.2.3 Laporan Laba Rugi PT VV Tahun 2015 ................................... 47Gambar 3.1.1 Struktur Organisasi IPM Consultant Semarang .................... 26

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

  Indonesia adalah salah satu negara yang sedang berkembang. Untuk dapat berkembang, tentu saja negara membutuhkan pendanaan. Sumber pendanaan di Indonesia diperoleh dari berbagai sektor. Salah satu sumber pendanaan terbesar adalah pendanaan dari pemungutan pajak. Dalam tabel yang disajikan yaitu Tabel Realisasi APBN tahun 2012-2016, terlihat bahwa penerimaan pajak dalam negeri merupakan sumber penerimaan dana terbesar untuk digunakan sebagai anggaran belanja Negara.

Tabel 1.1.1 Realisasi APBN (Triliun Rupiah) 2012-2016

  Uraian Tahun 2012 2013 2014 2015 2016 1.338,1 1.502,0 1.667,1 1.793,6 1.882,5 1.

   Penerimaan 980,5 1.148,4 1.280,4 1.380 1.546,7

  a. Pajak (73%) (76%) (76,8%) (77%) (82%) 351,8 349,2 385,4 380,3 273,8

  b. Bukan (26%) (23%) (23,1%) (21%) (15%) Pajak 5,8 4,5 1,4 33,3 2,0

  c. Hibah (1%) (1%) (0,1%) (2%) (3%) 1.491,4 1726,2 1.842,5 2.093,5 2.095,7 2.

   Pengeluaran (153,3) (224,2) (175,4) (299,9) (273,2)

3. Surplus (Defisit)

  ( Sumbe

  Menurut Prof dr. Rochmat Seomitro, SH (Mardiasmo, 2016) pajak adalah kontribusi yang wajib dibayarkan kepada negara yang digunakan untuk sarana pembangunan negara yang dalam pelaksanaanya dapat dipaksakan karena adanya Undang-Undang yang mengatur, tetapi wajib pajak yang memberikan kontribusi tidak akan mendapat kontraprestasti secara langsung. Dewasa ini, tingkat kesadaran warga Negara Indonesia untuk membayar pajak tergolong rendah. Karena warga negara menganggap pembayaran pajak sebagai suatu beban tambahan. Sehingga banyak wajib pajak yang melakukan tindakan legal mauapun illegal untuk dapat menghemat pajak atau pun menghindar dari pajak.

  Dalam dunia perpajakan diperlukan adanya manajemen pajak yang baik bagi wajib pajak. Manajemen pajak ini adalah sarana untuk memenuhi kewajiban perpajakan dengan benar tetapi jumlah pajak yang dibayar dapat ditekan serendah mungkin untuk tetap memperoleh laba yang diharapkan (Lumbantoruan, 1996). Upaya ini dilakukan sebagai bentuk penghematan pajak secara legal. Diluar dari konteks penghematan pajak secara legal, banyak juga ditemukan wajib pajak yang melakukan penghematan pajak dengan illegal. Berikut adalah beberapa faktor yang membuat wajib pajak melakukan penghematan pajak secara ilegal (Suandy, 2003):

  a. Tax required to pay Yaitu penghematan pajak karena besarnya jumlah pajak yang harus dibayar oleh Wajib Pajak.

  b. Cost of bribe Yaitu Wajib Pajak yang melakukan penghematan pajak dengan cara menyuap fiskus, jadi semakin kecil biaya untuk menyuap semakin besar pula kecenderungan wajib pajak melakukan pelanggaran.

  c. Probability of detection Yaitu penghematan pajak dengan illegal yang dikarenakan kecilnya deteksi terhadap suatu pelanggaran. Semakin kecil kemungkinan pelanggaran terdeteksi maka semakin besar kecenderungan Wajib d. Size of penalty Faktor dari sanksi yang diberikan untuk sebuah pelanggaran. Semakin ringan sanksi yang diberikan maka akan semakin besar juga Wajib Pajak untuk melakukan pelanggaran.

  Banyak usaha pemerintah untuk dapat mengurangi pelanggaran yang dilakukan oleh Wajib Pajak. Usaha pemerintah ini bertujuan agar jumlah penerimaan pajak dapat terus meningkat. Seperti beberapa program yang telah diterapkan oleh pemerintah, pada tahun 2015, saat dikeluarkannya PMK 91 tahun 2015 yaitu penghapusan sanksi administrasi perpajakan. Peraturan yang dikeluarkan belum begitu membawa dampak yang signifikan. Kemudian pada tahun 2016 pemerintah mengeluarkan program terbaru bagi Wajib Pajak yang sangat digencarkan yaitu Pengampunan Pajak atau yang juga dikenal sebagai Tax

  . Tujuan dari pengampunan pajak ini selain untuk meningkatkan

  Amnesty pendapatan Negara, juga bertujuan untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak.

  Praktik pengampunan pajak di Indonesia sebenarnya sudah pernah dilaksanakan. Pengampunan Pajak yang pertama yaitu dilaksanakan pada tahun 1964 dengan dasar Penetapan Presiden No. 5 Tahun 1964 Tentang Peraturan Pengampunan Pajak pada tanggal 9 September 1964. Kebutuhan dana yang besar untuk kepentingan Revolusi Nasional dan pembangunan Nasional Semesta Berencana menjadi dasar pelaksanaan kebijakan pengampunan pajak yang pertama. Praktik pengampunan pajak yang kedua dilaksanakan pada 18 April 1984 yang didasarkan pada Keputusan Presiden Nomor 26 Tahun 1984 yang diubah dengan Keputusan Presiden Nomor 72 Tahun 1984 dengan dilatarbelakangi atas adanya perubahan system pemungutan perpajakan dari official assessment menjadi self assessment .

  Beberapa negara di dunia juga melakukan hal serupa untuk dapat meningkatkan penerimaan pajak. Ada negara yang sangat berhasil dalam menerapkan program pengampunan pajak namun ada juga negara yang gagal

  • Menekankan manfaat dari pembayaran pajak
  • Law

  Argentin a (1987, 1995)

  Pengampuna n Pajak

  Pembebasa n sanksi bunga dan tututan pidana, perdata

  Irlandia (1998)

  Gagal Karena masyarkat tidak memanfaatkan dan menunggu kebijakan yang lebih menguntungka n

  lemah

  Law Enforcement

  Tidak ada penuntutan

  Membebas akan pajak dari penghasila n yang sebelumny a tidak dibayar

  Investor local & asing

  ditingkatkan Penerimaan pajak meningkat 3x

  enforcement

  Pengenaan tariff 30% dari nilai perolehan

  Penghapus an Sanksi Adm

  214 Hari

  OP Badan

  Implikasi India (1997)

  Negara Sasaran Durasi Bentuk/Intens if Tindak Lanjut (Program)

Tabel 1.1.2 Pengampunan Pajak di Beberapa Negara

  dalam menerapkan program ini. Berikut adalah beberapa negara yang menerapkan praktik pengampunan pajak dan juga implementasi program pengampunan pajak:

  • Implementasi
  • Dana pendamping yang memberatkan
    • 300 hari

  • Publikasi

  pertama dan terakhir

  • Tingginya Penerimaan pajak lebih besar 15x dari estimasi

  enforcement

  • Menambah auditor pajak

  Afrika OP - Dikaitkan Berhasil Aset yang

  Selatan dengan meningkatkan dibawa ke

  (1995, Afrika system penerimaan 1996, pengawasan pajak

  Selatan 2003) dikenakan tariff 50% lebih rendah dibanding jika asset tetap di LN

  Bebas tuntutan pidana

  Asset di DN diberi penghapus an 20% dari pokok pajak dan bunga yang harus dibayar

  ( Sumber: Muttaqin, 2013) Dewasa ini antusiasme masyarakat untuk mengikuti TA tergolong masih sedikit dibandingkan dengan jumlah wajib pajak seluruh Indonesia. Namun program pemerintah kali ini untuk pengampunan pajak bisa dikatakan berhasil karena dari beberapa negara yang membuat program serupa dengan Pengampunan Pajak, Indonesia memiliki pengikut dengan jumlah yang cukup tingi. Berikut adalah data Wajiib Pajak yang mengikuti prosedur Pengampunan Pajak.

Tabel 1.1.3 Data Wajib Pajak yang mengikuti Pengampunan Pajak Periode I dan II

  Wilayah Jumlah WAJIB PAJAK Jumlah Tebusan (Rp) Jawa (tanpa DKI) 144.517 29,03 trilliun DKI 134.511 51,58 trilliun Sumatera 65.185 7,86 trilliun Kalimantan 17.983 2,11 trilliun Bali,Nusteng, Papua, Maluku 17.236 1,35 trilliun ( Sumbe

  Dari tabel tersebut di atas dapat diketahui bahwa banyak masyarakat yang notabene adalah wajib pajak menggunakan kesempatan ini untuk melaporkan segala bentuk harta dan posisi keuangan yang sebelumnya belum dilaporkan agar terhindar dari pemeriksaan. Hal ini membawa dampak yang baik bagi pemasukan negara, atas laporan dari para wajib pajak. Sehingga program ini tentu saja menguntungkan dua belah pihak yaitu pihak wajib pajak dan juga negara.

  Dengan berakhirnya Pengampunan Pajak periode I,II dan III maka pemerintah mulai mencanangkan program penyuluhan untuk para wajib pajak agar dapat melaporkan SPT paska Tax Amnesty dengan baik. IPM Consultant merupakan instansi yang melayani klien untuk dapat mengikuti program Tax

  

Amnesty . Wajib pajak yang akan menjadi objek untuk pelaporan penulis adalah

  wajib pajak badan yang notabene adalah klien dari IPM Consultant. Untuk selanjutnya klien tersebut akan disebut PT VV.PT VV ini merupakan wajib pajak badan yang mengikuti program Pengampunan Pajak pada periode ke II yang berakhir pada bulan Desember 2016. PT ini mempunyai kompesasi kerugian dan juga kompensasi PPN Lebih Bayar sebelum mengikuti Pengampunan Pajak. Atas

  VV sebelum dan setelah mengikuti Pengampunan Pajak dan melihat bagaimana hasil atas simulasi dengan perbandingan apabila melakukan pembetulan SPT dalam Laporan Praktik Kerja Lapangan dengan judul

  “Perbandingan Atara

Pengampunan Pajak dan Pembetulan SPT Atas Harta Belum Terlapor serta

Pengaruhnya Terhadap Kompensasi Kerugian dan Lebih Bayar PPN”

  1.2 Perumusan Masalah

  Rumusan masalah yang diangkat oleh penulis yaitu:

  1. Seperti apa perbandingan pelaporan Pengampunan Pajak dengan Pembetulan SPT untuk mengungkap harta yang belum terlapor?

  2. Bagaimana perlakuan program Pengampunan Pajak dan Pembetulan SPT terhadap PT VV yang memiliki kompensasi kerugian?

  3. Bagaimana perlakuan program Pengampunan Pajak dan Pembetulan SPT terhadap PT VV yang memiliki kompensasi lebih bayar pada PPN?

  4. Bagaimana pelaporan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan PT VV sebelum dan sesudah mengikuti program Pengampunan Pajak?

  1.3 Tujuan Penulisan

  Tujuan yang ingin dicapai penulis atas penulisan ini adalah:

  1. Untuk mengetahui perbandingan hasil pengungkapan harta yang belum terlapor dengan mengikuti program Pengampunan Pajak dan melakukan Pembetulan SPT.

  2. Untuk menjelaskan bagaimana perlakuan pajak atas PT VV yang memiliki kompensasi kerugian sebelum dan sesudah mengikuti Program Pengampunan Pajak dan melakukan Pembetulan SPT.

  3. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh Pengampunan Pajak dan Pembetulan SPT atas adanya Lebih Bayar PPN pada PT VV.

  4. Untuk menjelaskan bagaimana pelaporan SPT Tahunan PT VV sebelum mengikuti program Pengampunan Pajak dan sesudah mengikuti program Pengampunan Pajak.

1.4 Manfaat Penulisan

  Manfaat yang diharapkan dapat terpenuhi dari penulisan tugas akhir ini yaitu:

  1. Bagi Penulis Sebagai bentuk evaluasi untuk mengukur kemampuan penulis dalam mendalami ilmu yang terlah diperoleh selama masa perkuliahan, serta membuka wawasan pengetahuan yang baru tentang permasalahan dalam dunia perpajakan terutama dalam bidang pengampunan pajak dan juga sebagai salah satu langkah untuk belajar lebih tanggap terhadap isu-isu pajak yang terus berkembang.

  2. Bagi Pembaca Dapat menjadi bahan untuk menambah pengetahuan tentang beberapa isu yang terjadi dalam program pengampunan pajak serta pembetulan SPT dan juga dapat menjadi jembatan bagi mahasiswa-mahasiswi untuk lebih mengerti tentang pelaksanaan pengampunan pajak dan hal lain seperti pelaksanaan Pembetulan SPT.

  3. Bagi Wajib Pajak Sebagai dasar bagi wajib pajak untuk mengambil keputusan yang berkaitan dengan Pembetulan SPT dan Pengampunan Pajak serta agar lebih paham terhadap hal-hal yang terjadi dalam pelaksanaan Pengampunan Pajak di Indonesia.

1.5 Sistematika Penulisan

  Sistematika penulisan yang diberikan oleh penulis sebagai gambaran mengenai laporan praktik kerja lapangan disusun sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN Bab ini berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaaat penulisan serta sistematika penulisan dalam tugas akhir ini. BAB II : LANDASAN TEORI Dalam bab ini menjelaskan tentang berbagai teori yang sesuai dengan

  rumusan masalah yang diajukan oleh penulis dan akan digunakan untuk dasar pembahasan dari penelitian untuk tugas akhir ini.

  BAB III : GAMBARAN UMUM TEMPAT PKL DAN METODE PENELITIAN Pada bab ini menjelaskan tentang gambaran umum dari sejarah

  berdirinya, struktur organisasinya, pelaksanaan dasar kerja dari IPM Consultant. Serta menjelaskan metode yang digunakan dalam menyusun laporan praktik kerja lapangan ini.

BAB IV : PEMBAHASAN Bab ini berisi tentang pembahasan atau analisis dari rumusan masalah yang telah dituliskan. BAB V : PENUTUP Berisikan tentang hasil analisis yang dirangkum dalam kesimpulan akhir dan juga saran.

BAB II LANDASAN TEORI

2.6 Definisi, Fungsi, Sistem Pemungutan Pajak

  Dalam sub bab ini akan dibahas mengenai istilah pajak secara umum dari pengertian pajak, fungsi pajak hingga menyangkut sistem dan asas pemungutan pajak berdasarkan Undang-undang.

2.1.4 Definisi Pajak

  Berikut ini adalah beberapa kutipan definisi pajak dari para ahli (Abuyamin, 2014)

  a. Rochmat Soemitro Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal-balik (kontra prestasi), yang langsung dapat ditunjukan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Dalam bukunya “Pajak dan Pembangunan” (Eresco, 1974) Pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada kas Negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan surplus- nya digunakan untuk “Public Saving” yang merupakan sumber utama untuk membiayai “Public Invesment” b. P.J.A Adriani

  Pajak adalah iuran kepada Negara (yang dapat dipaksakan) yang terhutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan peraturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung dapaat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran pengeluaran umum berhubung dengan tugas Negara untuk menyelenggarakan pemerintahan (Brotodiharjo, 1993)

  c. Definisi dari Perancis yang termuat dalam buku Leroy Beaulieu dengan

  la contribution, soit dissimulee, que La Puissance Publique exige des habitants ou des biens pur subvenir aux depenses du Gouverment

  ” yang diterjemahkan “Pajak adalah bantuan, baik secara langsung maupun tidak, yang dipaksakan oleh kekuasaan public dari penduduk atau dari barang, untuk menutup belanja pemerintah” (Brotodiharjo, 1993) d.

  Definisi pajak menurut Dr Soeparman dalam buku yang berjudul “Pajak Berdasarkan Asas Gotong Royong” menyatakan bahwa Pajak adalah iuran wajib yang berupa uang atau barang yang dipungut oleh pengusaha berdasarkan norma-norma hukum, guna menutup biaya produksi atas barang-barang dan jasa-jasa kolektif dalam mencapai kesejahteraan umum.”

  Dengan beberapa definsi yang diungkapkan para ahli terntang pajak, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pajak adalah: a. Iuran rakyat kepada Negara

  b. Dipungut oleh Negara (pemerintah pusat dan pemerintah daerah)

  c. Peraturan pelaksanaannya berdasarkan Undang-Undang

  d. Pemungutuan pajak dapat dipaksakan

  e. Alih dana dari wajib pajak (sector swasta) kepada pemungut pajak (Negara/pemerintah)

  f. Hasil penerimaan digunakan untu membiayai tugas umum/pemerintah dalam rangka meningkatkan kesejaahteraan rakyat.

2.1.5 Fungsi Pajak

  Menurut UU No 28 Tahun 2007 yang dikutip dalam buku “Pilar-pilar Perpajakan” dijelaskan beberapa fungsi dari pajak (Abuyamin, 2014) :

  a. Fungsi Budgetair Yaitu fungsi untuk mengisi kas negara sebagai sumber utama bagi APBN/APBD. Sebagai contoh, pemungutan pajak akan digunakan untuk anggaran biaya pendidikan yang berarti pajak merupakan sumber kas b. Fungsi Regulerend Adalah fungsi untuk mengatur aspek sosial dan ekonomi pada umumnya dalam rangka mencapai tujuan tertentu yang diharapkan oleh Negara.

  Sebagai contoh, pajak yang tinggi dikenakan terhadap barang mewah sehingga fungsi pajak disini adalah untuk mengatur pola ekonomi agar masyarakat tidak terlalu konsumtif.

2.1.6 Sistem Pemungutan Pajak

  Beberapa sistem yang digunakan untuk memungut pajak (Mardiasmo, 2016) :

  a. Official Assesment System Sistem pemungutan dengan wewenang yang diberikan kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak terutang wajib pajak.

  Sistem ini memiliki ciri-ciri yaitu wewenang menentukan besarnya pajak terutang ada pada fiskus dan menimbulkan utang pajak setelah dikeluarkan surat ketetapan oleh fiskus sehingga dapat diketahui bahwa wajib pajak bersifat pasif.

  b. Self Assesment System Sistem pemungutan dengan wewenang yang diberikan kepada wajib pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak terutang.

  Ciri-ciri sistem ini yaitu wajib pajak diberi wewenang untuk menentukan besarnya pajak yang terutang tanpa ikut campur tangan dari fiskus sehingga wajib pajak merupakan wajib pajak aktif mulai dari menghitung, menyetor dan melaporkan sendiri pajak yang terutang.

  c. Withholding System Sistem pemungutan pajak dengan wewenang yang diberikan kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan wajib pajak) untuk menentukan besar pajak terutang dan memotong.

2.7 Pajak Penghasilan

  Pada sub bab berikut ini akan dibahas mengenai Pajak Penghasilan secara khusus mulai dari pengertian, subjek, objek Pajak Penghasilan, dan juga adanya kompensasi kerugian atas objek pajak penghasilan yang diatur berdasarkan Undang-Undang. Undang-undang yang mengatur Pajak Penghasilan yaitu UU Nomor 36 Tahun 2008.

  2.2.4 Definisi Pajak Penghasilan dan Subjek Pajak Penghasilan

  Pajak Penghasilan adalah pajak yang dikenakan terhadap subjek atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak (Pasal

  1 UU No. 10 Tahun 1994) UU Nomor 36 Tahun 2008 dalam Pasal 2 Ayat (1) subjek PPH yaitu:

  1. Orang Pribadi, dapat bertempat tinggal di Indonesia maupun diluar Indonesia

  2. Badan, sekumpulan orang dan/ atau modal yang melakukan usaha maupun tidak melakukan usaha.

  3. BUMN dan BUMD

  4. Perkumpulan, termasuk asosiasi, persatuan, perhimpunan, atau ikatan dari pihak-pihak yang mempunyai suatu kepentingan yang sama.

  2.2.5 Objek Pajak Penghasilan

  Menurut UU Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 4 Ayat (1) yang dimaksud dengan Objek Pajak Penghasilan adalah: a. penggantian atau imbalan berkenaan denganpekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun, atau imbalan dalam bentuk lainnya, kecuali ditentukan lain dalam Undang- undang ini;

  b. hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan, dan penghargaan; d. keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta;

  e. penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya dan pembayaran tambahan pengembalian pajak; f. bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan pengembalian utang; g. dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapun termasuk dividen dari perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha koperasi;

  h. royalti atau imbalan atas penggunaan hak; i. sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta; j. penerimaan atau perolehan pembayaran berkala; k. keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah tertentu yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah; l. keuntungan selisih kurs mata uang asing; m. selisih lebih karena penilaian kembali aktiva; n. premi asuransi; o. iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang terdiri dari Wajib Pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas; p. tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum dikenakan pajak; q. penghasilan dari usaha berbasis syariah; r. imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai ketentuan umum dan tata cara perpajakan; dan s. surplus Bank Indonesia.

2.2.6 Wajib Pajak Badan Non Objek PPH Badan

  Dalam usahanya terdapat penghasilan yang diterima wajib pajak badan a. Bantuan atau sumbangan termasuk zakat yang diterima oleh badan amil zakat atau lembaga yang disahkan pemerintah b. Harta hibahan yang diterima badan keagamaan, badan pendidikan, badan sosial atau orang pribadi sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikian, atau penguasaan antara kedua pihak c. Bantuan atau sumbangan yang dibayarkan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial kepada Wajib Pajak Tertentu.

  Kewajiban Pembukuan

  Pembukuan adala suatu proses pencatatan yang dilakukan secara ertaur untuk mengumpulkan data dan informasi keuangan yang meliputi harta, kewajiban, modal, penghasilan dan biaya, serta jumlah harga perolehan dan penyerahan barang atau jasa, yang ditutu dengan menyusun laporan keuangan berupa neraca, dan laporan laba rugi untuk periode Tahun Pajak Tersebut. Seluruh Wajib Pajak Badan di Indonesia wajib menyelenggarakan pembukuan dengan memegang prinsip taat asas dan dengan stelsel akurasi atau stelsel kas.

  Kompensasi Kerugian

  Berdasarkan Pasal 6 Ayat (1,2) UU Nomor 36 Tahun 2008 tentang Penghasilan Kena Pajak dan Kompensasi Kerugian, apabila subjek pajak badan dalam melakukan usahanya menghasilkan kerugian setelah pengurangan dari penghasilan bruto dengan pengeluaran- pengeluaran, maka kerugian tersebut dikompensasikan dengan penghasilan mulai tahun pajak berikutnya berturut-turut sampai dengan lima tahun.

2.8 Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

  Dalam sub bab ini akan dibahas mendalam mengenai Pajak Pertambahan Nilai dari pengertian PPN, pengenaan PPN dan juga Pajak Masukan serta Pajak Keluaran yang menyebabkan adanya Kredit Pajak atau Pajak Lebih Bayar. Pajak Pertambahan Nilai diatur dalam UU Nomor 42 Tahun 2009.

  2.3.3 Pengertian PPN dan Pengenaan PPN

  Menurut Pasal 1 dalam UU Nomor 42 Tahun 2009, PPN adalah pajak yang dikenakan terhadap pertambahan nilai (value added) yang timbul karena digunakannya faktor-faktor produksi di setiap jalur perusahaan dalam menyiapkam, menghasilkan, menyalurkan dan memperdagangkan barang atau pemberian atas suatu pelayanan jasa kepada konsumen. Pengusaha Kena Pajak hanya memungut PPN dan kemudian PPN tersebut akan disetorkan ke Kantor Kas Negara. PPN dikenakan atas transaksi berikut (Pasal 4 Ayat 1):

  a. Penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha; b. Impor Barang Kena Pajak (BKP);

  c. Penyerahan Jasa Kena Pajak (JKP) di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha; d. Pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud dari Luar Daerah

  Pabean dan di Dalam Daerah Pabean;

  e. Pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari Luar Daerah Pabean dan di Dalam Daerah Pabean; f. Ekspor Barang Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak.

  2.3.4 Kredit Pajak

  Dalam pasal 9 diatur mengenai Pajak Masukan, Pajak Keluaran, dan Kredit Pajak sebagai berikut:

  a. Pajak Masukan Adalah Pajak Pertambahan Nilai yang seharusnya sudah dibayar dan atau penerimaan Jasa Kena Pajak dan atau pemanfaatan BKP tidak berwujud dari luar Daerah Pabean dan atau pemanfaatan JKP dari luar Derah Pabean dan atau impor BKP.

  b. Pajak Keluaran Adalah PPN terutang yang wajib dipungut oleh Pengusaha Kena Pajak (PKP) yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak, atau eskpor Barang Kena Pajak.

  c. Mekanisme Pengkreditan Pajak Masukan dalam suatu Masa Pajak dikreditkan dengan Pajak Keluaran untuk Masa Pajak yang sama.

  d. Pajak Pertambahan Nilai Kurang Dibayar Apabila dalam suatu masa pajak, Pajak Keluaran lebih besar daripada Pajak Masukan maka selisihnya merupakan Pajak Pertambahan Nilai yang harus dibayar oleh Pengusaha Kena Pajak dan disetor ke kas negara.

  e. Pajak Pertambahan Nilai Lebih Dibayar Apabila dalam suatu masa pajak, Pajak Masukan lebih besar daripada Pajak Keluaran maka selisihnya adalah kelebihan pajak yang dapat dimintakan kembali, atau dikompensasikan ke Masa Pajak berikutnya.

2.4 Pengampunan Pajak (Tax Amnesty)

  Pada sub bab ini akan dibahas mengenai Pengampunan Pajak mulai dari pengertian, asas dan tujuan Pengampunan Pajak, Subjek dan Objek dari Pengampunan Pajak, serta Tarif yang disertai cara penghitungan uang tebusan untuk Pengampunan Pajak. Pengampunan pajak diatur dalam UU Nomor 11 tahun 2016.

2.4.1 Definisi, Asas dan Tujuan Pengampunan Pajak

  Pengampunan pajak berdasarkan dalam Pasal 1 adalah penghapusan pajak yang seharusnya terutang, tidak dikenai sanksi administrasi perpajakan dan sanksi pidana dibidang perpajakan, dengan cara menggungkap harta dan membayar uang tebusan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Pengampunan Pajak. Dalam pasal 2 dijelaskan Asas dan Tujuan dari Pengampunan Pajak adalah sebagai berikut:

  Empat asas pengampunan pajak (Ayat 1) :

  a. Asas Kepastian Hukum Pelaksanaan Pengampunan Pajak harus dapat mewujudkan ketertiban dalam masyarakat melalui jaminan kepastian hukum.

  b. Asas Keadilan Pelaksanaan Pengampunan Pajak menjunjung tinggi keseimbangan hak dan kewajiban dari setiap pihak yang terlibat.

  c. Asas Kemanfaatan Seluruh pengaturan kebijakan Pengampunan Pajak bermanfaat bagi kepentingan Negara, bangsa, dan masyarakat, khususnya dalam memajukan kesejahteraan umum.

  d. Asas Kepentingan Nasional Pelaksanaan Pengampunan Pajak mengutamakan kepentingan bangsa, Negara dan masyarakat diatas kepentingan lainnya.

  Tujuan dilaksanakannya pengampunan pajak adalah (Ayat 2):

  a. Mempercepat pertumbuhan dan restrukturisasi ekonomi melalui pengalihan harta yang antara lain akan berdampak terhadap peningkatan likuiditas domestic, perbaikan nilai tukar Rupiah, penurunan suku bunga, dan peningkatan investasi.

  b. Mendorong reformasi perpajakan menuju system perpajakan yang lebih berkeadilan serta perluasan basis data perpajakan yang lebih valid, komprehensif, dan terintegrasi.

  c. Meningkatkan penerimaan pajak yang antara lain akan digunakan untuk pembiayaan pembangunan.

2.4.2 Subjek dan Objek Pengampunan Pajak

  Subjek dan Objek Pengampunan Pajak selain diatur dalam UU Nomor 11 Tahun 2016 juga diatur dalam PMK 118/PMK.03/2016.

  Subjek pengampunan pajak, diatur dalam Pasal 3 dan lebih jelas

  diatur dalam PER-11/PJ/2016 yang meliputi :

  a. Wajib Pajak yang mempunyai kewajiiban menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan;

  b. Orang pribadi seperti petani, nelayan, pensiunan, tenaga kerja Indonesia, atau subjek pajak warisan yang belum terbagi, yang jumlah penghasilannya pada Tahun Pajak Terakhir di bawah Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) dapat tidak menggunakan haknya untuk mengikuti Pengampunan Pajak; c. Warga Negara Indonesia yang tidak bertempat tinggal di

  Indonesia lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan dan tidak mempunyai penghasilan dari Indonesia merupakan subjek pajak Luar Negeri dan dapat tidak menggunakan haknya untuk mengikuti pengampunan pajak.

  Objek pengampunan pajak, diatur dalam Pasal 6 yang meliputi :

  Nilai Harta yang diungkapkan dalam Surat Pernyataan untuk a. Nilai Harta yang telah dilaporkan dalam SPT PPh Terkahir;

  b. Nilai Harta Tambahan yang belum atau belum seluruhnya dilaporkan dalam SPT PPh Terakhir Nilai Harta Tambahan yang belum dilaporkan dalam SPT PPh Terakhir yang menjadi Objek Pengampunan Pajak yang wajib dibayarkaan uang tebusannya.

2.4.3 Tarif dan Cara Menghitung Uang Tebusan

a. Tarif uang tebusan

  Berdasarkan Pasal 4 tentang Pengampunan Pajak, tarif uang tebusan adalah sebagai berikut: a. Tarif Uang Tebusan atas Harta yang berada di dlam wilayah

  NKRI atau Harta yang berada di luar wilayah NKRI yang dialihkan ke dalam wilayah NKRI dan diinvestasikan di dalamnya, dalam jangka waktu paling singkat tiga tahun terhitung sejak dialihkan adalah sebesar: 1) 2% untuk periode penyampaian Surat Pernyataan pada bulan pertama dengan akhir bulan ketiga terhitung sejak

  Undang-Undang Pengampunan Pajak mulai berlaku; 2) 3% untuk periode penyampaian Surat Pernyataan pada bulan keempat terhitung sejak Undang-Undang

  Pengampunan Pajak mulai berlaku sampai dengan tanggal

  31 Desember 2016; 3) 5% untuk periode penyampaian Surat Pernyataan terhitung sejak tanggal 1 Januari 2017 sampai dengan tanggal 31

  Maret 2017.

  b. Tarif Uang Tebusan atas Harta yang berada diluar wilayah NKRI dan tidak dialihkan kedalam wilayah NKRI adalah sebesar:

  1) 4% untuk periode penyampaian Surat Pernyataan pada bulan pertama sampai dengan akhir bulan ketiga terhitung sejak Undang-Undang Pengampunan Pajak mulai berlaku;

  2) 6% untuk periode penyampaian Surat Pernyataan pada bulan keempat terhitung sejak Undang-Undang Pengampunan Pajak mulai berlaku sampai dengan tanggal

  31 Desember 2016; 3) 10% untuk periode penyampaian Surat Pernyataan terhitung sejak tanggal 1 Januari 2017 sampai dengan tanggal 31 Maret 2017.