ANALISIS PERENCANAAN PAJAK ATAS PEROLEHAN ALAT BERAT SERTA PENGARUHNYA TERHADAP LABA KENA PAJAK DAN PPh TERUTANG (STUDI KASUS PADA PT APMS)

(1)

ABSTRAK

ANALISIS PERENCANAAN PAJAK ATAS PEROLEHAN ALAT BERAT SERTA PENGARUHNYA TERHADAP LABA KENA PAJAK

DAN PPh TERUTANG (STUDI KASUS PADA PT APMS) Oleh

DIAN AULIA ULHUSNA

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui alternatif pembiayaan yang tepat dalam perolehan aktiva tetap dan dapat meminimalisasi beban pajak yang dibayarkan oleh perusahaan dengan menggunakan alternatif kredit bank dan alternatif sewa guna usaha (leasing). Teknik analisis yang digunakan adalah : (1) menentukan nilai angsuran (annuitas); (2) menentukan beban-beban yang dapat dikurangkan ke penghasilan bruto; (3) menghitung penghematan pajaknya. Dari hasil penelitian, dapat disimpulkan pada alternatif leasing dengan hak opsi, biaya yang dikeluarkan untuk perolehan aktiva lebih besar karena biaya yang dibebankan adalah total keseluruhan biaya leasing dan biaya bunga sehingga mempengaruhi besarnya laba kena pajak menjadi lebih kecil dan juga berpengaruh terhadap PPh terutang yang ditanggung perusahaan pun menjadi lebih kecil sedangkan alternatif kredit bank biaya yang dapat dibebankan hanya biaya bunga dan biaya penyusutan sehingga laba kena pajak perusahaan menjadi lebih besar dan juga PPh terutang yang ditanggung perusahaan pun menjadi lebih besar.


(2)

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Di Indonesia, industri konstruksi merupakan industri yang paling diwarnai persaingan ketat dengan rata-rata tingkat keberhasilan mencapai keuntungan (profit) yang diharapkan relatif rendah. Kontraktor adalah perusahaan yang melakukan kontrak kerja dengan orang atau perusahaan lain untuk memasok barang atau menyelesaikan jasa tertentu. Ukuran proyek konstruksi terus tumbuh dan berkembang sehingga kontraktor dipaksa untuk selalu memperhatikan pengendalian pembiayaannya. Dalam memenuhi kebutuhan akan pengadaan dari aktiva tetap perusahaan dapat dilakukan dengan berbagai cara misalnya melalui leasing, kredit bank, dan yang sudah lazim dilakukan dengan pembelian tunai. Apabila kas perusahaan tidak mencukupi dan terkait dengan besarnya pajak yang ditanggung nantinya lebih baik menggunakan leasing atau kredit bank dalam perolehan aktiva tetap.

Peranan bank dalam melakukan kegiatan pembiayaan sudah banyak dilakukan baik oleh bank pemerintah maupun bank swasta. Sejalan dengan berkembangnya dunia pembiayaan dan meningkatnya permintaan untuk pembiayaan jangka panjang oleh masyarakat maka pada tahun 1974 industri leasing tumbuh di


(3)

Indonesia. Jika bank memberikan pembiayaan dalam bentuk investasi uang maka perusahaan leasing melakukan pinjaman dalam bentuk barang modal.

Pajak merupakan pungutan berdasarkan undang-undang oleh pemerintah, yang sebagian dipakai untuk penyediaan barang dan jasa public. Besar pajak

dipengaruhi oleh berbagai faktor baik internal maupun eksternal. Secara

administratif pungutan pajak dapat dikelompokkan menjadi pajak langsung (direct tax) dan pajak tak langsung (indirect tax). Pajak langsung dikenakan atas

masuknya aliran sumber daya yaitu penghasilan, sedangkan pajak tidak langsung dikenakan atas keluarnya aliran sumber daya seperti pengeluaran untuk konsumsi atas barang dan jasa.

Dalam praktik bisnis, umumnya pengusaha mengidentikan pembayaran pajak sebagai beban sehingga akan meminimalkan beban tersebut guna mengoptimalkan laba. Dalam rangka meningkatkan efisiensi dan daya saing maka manajer wajib menekan biaya seoptimal mungkin. Demikian pula dengan kewajiban membayar pajak, karena biaya pajak akan menurunkan laba setelah pajak (after tax profit), tingkat pengembalian (rate of return), dan arus kas (cash flows).

Meminimalisasi beban pajak dapat dilakukan dengan berbagai cara mulai dari yang masih berada dalam bingkai peraturan perpajakan sampai dengan melanggar peraturan perpajakan. Upaya meminimalkan pajak secara eufimisme sering disebut perencanaan pajak (tax planning).

Perencanaan pajak adalah proses mengorganisasi usaha wajib pajak atau


(4)

baik itu pajak penghasilan maupun pajak lainnya berada dalam posisi yang minimal sepanjang hal ini dimungkinkan oleh ketentuan peraturan perudang-undangan perpajakan maupun secara komersial.

Berdasarkan uraian diatas maka penelitian ini mengambil judul “Analisis

Perencanaan Pajak Atas Perolehan Alat Berat Serta Pengaruhnya Terhadap Laba Kena Pajak Dan PPh Terutang”.

2. Rumusan Masalah

Manajemen pajak adalah sarana untuk memenuhi kewajiban perpajakan dengan benar tetapi jumlah pajak yang dibayarkan dapat ditekan serendah mungkin untuk memperoleh laba dan likuiditas yang diharapkan.

Perencanaan pajak adalah langkah awal dalam manajemen pajak. Perencanaan pajak yang dilakukan oleh manajemen dapat dikategorikan sebagai

penyelundupan pajak atau penggelapan pajak jika menyalahi aturan-aturan hukum pajak yang berlaku, dan jika itu terjadi maka menjadi permasalah bagi perusahaan. Untuk menyusun sebuah perencanaan pajak (tax planning) langkah-langkah yang diambil oleh manajemen perusahaan tidak boleh sembarangan, sehingga langkah yang digunakan tidak dikategorikan sebagai penyelundupan pajak serta menyalahi aturan hukum yang berlaku.

Berkaitan dengan perencanaan pajak (tax planning), pengelolaan tentang

perolehan aktiva tetap sebagai barang modal operasi usaha juga dapat dilakukan untuk meminimalisasi pajak yang harus dibayar. Terdapat beberapa alternatif cara memperoleh aktiva tetap sebagai barang modal operasi usaha yakni dengan


(5)

menggunakan dana pinjaman (kredit) bank, atau menggunakan leasing dengan hak opsi dan melakukan pembelian tunai, tetapi dilihat dari besarnya biaya yang akan dikeluarkan perusahaan jika menggunakan pembelian tunai maka peneliti lebih mengkhususkan menggunakan leasing atau dana pinjaman (kredit) bank. Pihak manajemen perusahaan dapat memilih dan melakukan evaluasi untuk memakai cara manakah yang seharusnya dipilih dan dipakai oleh perusahaan guna meminimalkan beban pajak yang harus ditanggung atau mendapatkan

penghematan pajak yang maksimal berdasarkan berbagai alternatif tersebut. Hal ini dikarenakan masing-masing cara perolehan aktiva tetap yang ada akan menghasilkan penghematan pajak yang berbeda-beda akibat pengakuan biaya yang diperbolehkan terkait dengan masalah perpajakan.

Berdasarkan uraian diatas penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut “Manakah perencanaan pajak yang lebih menguntungkan dalam pengambilan keputusan terhadap pilihan alternatif perolehan alat berat secara kredit bank atau leasing dengan hak opsi serta pengaruhnya terhadap laba kena pajak dan PPh terutang pada PT APMS?”

3. Tujuan

Penelitian ini memiliki tujuan untuk memberikan solusi tentang alternatif pembiayaan yang tepat dalam perolehan aktiva tetap dan dapat


(6)

4. Manfaat Penelitian

1. Sebagai salah satu dasar dan bahan pertimbangan bagi perusahaan dalam memilih sumber pembiayaan yang tepat guna meminimalisasi beban pajak. 2. Hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi untuk mengembangkan

penelitian lain khususnya penelitian yang berhubungan dengan pembiayaan.

5. Batasan Masalah

Mengetahui perlunya batasan masalah dalam penelitian ini maka penelitian ini dibatasi antara lain:

1. Data yang diambil dalam penelitian ini adalah pada salah satu perusahaan kontraktror yang ada di Bandar Lampung.

2. Periode pengamatan yang digunakan dalam penelitian adalah tahun 2009 -2012.

6. Kerangka Pemikiran

Penelitian ini mengacu pada beberapa penelitian yang terdahulu diantaranya penelitian Hastami, Radita (2009) tentang Perbandingan Pembelian Kredit Dan Penggunaan Leasing Berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000 Dan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Dalam Pengadaan Mesin Pada Pt.Kalbe Farma,Tbk. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan membandingkan tax saving yang diperoleh berdasarkan pembelian kredit dan penggunaan leasing. Berdasarkan analisis simpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah bahwa PT. Kalbe Farma Tbk. dalam pembelian mesin lebih baik


(7)

menggunakan leasing dengan hak opsi agar dapat melakukan tax saving (penghematan pajak).

Menurut Rahayu (2004) dalam Perbandingan Antara Pembelian Langsung, Kredit Bank Dan Leasing Ditinjau Dari Aspek Perpajakan. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan membandingkan pembiayaan aktiva baru melalui pembelian langsung, kredit bank dan leasing yang akan ditinjau dari aspek perpajakannya yaitu biaya-biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto untuk menemukan pembiayaan mana yang memberikan penghematan pajak yang terbesar bagi perusahaan karena biaya pajak yang minimal akan mempengaruhi arus kas perusahaan. Dari hasil penelitian, leasing merupakan alternatif

pembiayaan yang menguntungkan ditinjau dari segi perpajakan secara present value karena adanya peraturan perpajakan yang memperbolehkan semua lease fee dibebankan sebagai biaya di laporan keuangan fiskal. Suku bunga leasing yang lebih besar dari kredit bank tidak mempengaruhi besarnya biaya sehingga jumlah pajak minimal.

Chrisdianto, R. B dan Andrianto (2009) yang dahulu meneliti tentang penerapan tax planning dalam pengambilan keputusan terhadap pilihan alternatif pembelian truk secara tunai, kredit bank, dan leasing dengan hak opsi. Penelitian ini

menggunakan metode Kuantitatif dengan membandingkan ketiga alternatif pembelian truk dan menentukan mana yang memberikan penghematan pajak, berdasarkan analisis yang dilakukan perusahaan disarankan untuk menggunakan leasing dengan hak opsi sebagai alternatif pembelian truk agak dapat melakukan penghematan pajak (Tax Saving).


(8)

Persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis adalah melakukan perhitungan secara present value biaya dari leasing dan meminjam dari pihak bank untuk menemukan alternatif pembiayaan yang paling menguntungkan ditinjau dari segi pajak. Sedangkan perbedaannya adalah

penelitian yang akan dilakukan oleh penulis tidak mencantumkan pembelian tunai dan menambahkan pengaruhnya terhadap laba kena pajak dan PPh terutang.


(9)

BAB II

LANDASAN TEORI

1. Perencanaan Pajak

Upaya dalam melakukan penghematan pajak secara legal dapat dilakukan melalui manajemen pajak. Manajemen pajak sendiri merupakan sarana untuk memenuhi kewajiban perpajakan dengan benar tetapi jumlah pajak yang dibayar dapat

ditekan serendah mungkin untuk memperoleh laba dan likuiditas yang diharapkan. Perencanaan pajak adalah langkah awal dalam manajemen pajak, dan dalam tahap ini dilakukan pengumpulan dan penelitian terhadap peraturan perpajakan agar dapat diseleksi jenis tindakan penghematan pajak yang akan dilakukan.

Menurut Zain (2008:43) secara garis besar perencanaan pajak (tax planning) adalah proses mengorganisasi usaha wajib pajak atau sekelompok wajib pajak sedemikian rupa sehingga hutang pajaknya, baik pajak penghasilan maupun pajak-pajak lainnya, berada dalam posisi yang minimal, sepanjang hal ini dimungkinkan baik oleh ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan maupun secara komersial.

Terdapat beberapa ukuran yang biasanya digunakan dalam mengukur kepatuhan perpajakan wajib pajak, yakni:

1. Tax Saving adalah upaya wajib pajak mengelakkan utang pajaknya dengan jalan menahan diri untuk tidak membeli produk-produk yang ada pajak


(10)

pertambahan nilainya atau dengan sengaja mengurangi jam kerja atau pekerjaan yang dapat dilakukannya sehingga penghasilannya menjadi kecil dan dengan demikian terhindar dari pengenaan pajak penghasilan yang besar. 2. Tax Avoidance adalah upaya wajib pajak untuk tidak melakukan perbuatan

yang dikenakan pajak atau upaya manipulasi penghasilan wajib pajak secara legal yang masih sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan untuk memperkecil jumlah pajak yang terutang.

3. Tax Evasion adalah upaya wajib pajak dengan penghindaran pajak secara ilegal dengan cara menyembunyikan keadaan yang sebenarnya.

Menurut Suandy (2008:9) terdapat tiga hal yang harus diperhatikan dalam suatu perencanaan pajak (tax planning):

1. Tidak melanggar ketentuan perpajakan. Bila suatu perencanaan pajak dipaksakan dengan melanggar ketentuan perpajakan, bagi wajib pajak merupaka resiko pajak (tax risk) yang sangat berbahaya dan menimbulkan ancaman keberhasilan perencanaan pajak tersebut.

2. Secara bisnis masuk akal, karena perencanaan pajak merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari perencanaan menyeluruh perusahaan baik jangka panjang maupun jangka pendek.

3. Bukti-bukti pendukung yang memadai, misalnya surat perjanjian, faktur dan juga perlakuan akuntansinya.

Perencanaan pajak merupakan suatu bagian dari manajemen pajak suatu perusahaan, dan dalam melakukan manajemen pajak ada beberapa tahapan-tahapan yang penting yang harus diperhatikan. Berikut tahapan-tahapan-tahapan-tahapan


(11)

manajemen pajak dalam strategi dasar mengenai pengelolaan perpajakan menurut Wahyudi dalam Chrisdianto:

1. Menetapkan sasaran manajemen pajak, meliputi usaha mengefisienkan beban pajak dan tidak melanggar undang-undang perpajakan, mematuhi segala ketentuan administrasi sehingga terhindar dari segala sanksi pidana, dan melaksanakan secara efektif segala ketentuan perundang-undangan

perpajakan yang terkait dengan masalah pemasaran, pembelian, dan fungsi keuangan.

2. Identifikasi pendukung dan penghambat sasaran, meliputi identifikasi faktor lingkungan perencanaan pajak jangka panjang, etika kebijakan perusahaan tentang manajemen perpajakan dan strategi perpajakan yang terintegrasi dengan perencanaan perusahaan.

3. Mengembangkan rencana atau perangkat tindakan untuk mencapai sasaran manajemen perpajakan, meliputi sistem informasi perpajakan dan mekanisme pengendalian.

2. Alternatif Pengadaan Barang Modal Melalui Kredit Bank

Kredit berasal dari bahasa yunani credere yang berarti kepercayaan atau dalam bahasa latin credo, maksudnya adalah apabila seseorang memperoleh kredit maka berarti mereka memperoleh kepercayaan.

Menurut Kasmir (2008) kredit adalah kepercayaan pemberi kredit kepada

penerima kredit, bahwa kredit yang disalurkannya pasti akan dikembalikan sesuai perjanjian. Sedangkan bagi si penerima kredit berarti menerima kepercayaan,


(12)

sehingga mempunyai kewajiban untuk membayar kembali pinjaman tersebut sesuai dengan jangka waktunya.

Pengertian kredit menurut Undang-Undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.

2.1.Unsur-Unsur Kredit

Adapun unsur-unsur yang terkandung dalam pemberian fasilitas kredit adalah sebagai berikut:

a. Kepercayaan

Yaitu suatu keyakinan pemberian kredit (bank) bahwa kredit yang diberikan bank berupa uang, barang atau jasa akan benar-benar di terima kembali dimasa tertentu dimasa datang.

b. Kesepakatan

Disamping unsur kepercayaan di dalam kredit juga mengandung unsur kesepakatan antara si pemberi kredit dengan penerima kredit. Kesepakatan ini dituangkan dalam suatu perjanjian dimana masing pihak menandatangani hak dan kewajibannya masing-masing. Kesepakatan penyaluran kredit dituangkan dalam akad kredit yang ditangani oleh kedua belah pihak yaitu pihak bank dan nasabah.


(13)

c. Jangka waktu

Setiap kredit yang diberikan pasti memiliki jangka waktu tertentu, jangka waktu ini mencakup masa pengembalian kredit yang telah disepakati.

d. Resiko

Faktor resiko kerugian dapat diakibatkan dua hal yaitu resiko kerugian yang diakibatkan nasabah sengaja tidak mau membayar kreditnya padahal mampu dan kerugian diakibatkan karena nasabah tidak sengaja yaitu akibat terjadinya musibah seperti bencana alam. Penyebab tidak tertagih sebenarnya dikarenakan adanya suatu tenggang waktu pengembalian (jangka waktu). Semakin panjang jangka waktu suatu kredit maka semakin besar resikonya tidak tertagih, demikian pula sebaliknya. Resiko ini menjadi tanggungan bank, baik resiko yang disengaja maupun resiko yang tidak

disengaja. e. Balas jasa

Akibat dari pemberian fasilitas kredit bank tentu mengharapkan suatu keuntungan dalam jumlah tertentu. Keuntungan atas pemberian suatu kredit atau jasa tersebut yang kita kenal dengan nama bunga bagi bank prinsip konvensional. Balas jasa dalam bentuk bunga biasa provisi dan komisi serta biaya administrasi kredit ini merupakan keutungan utama bank. Sedangkan bagi bank yang berprinsip syariah balas jasanya ditentukan dengan bagi hasil.


(14)

2.2.Syarat Kredit

Sesuai dengan asal kata kredit yang berarti kepercayaan maka kredit dapat berlangsung bila ada kepercayaan terhadap penerimaan kredit. Kepercayaan tersebut banyak tergantung kepada kelayakan seseorang atau badan usaha. Kelayakan seseorang atau badan usaha penerima kredit dipengaruhi oleh 5C yaitu:

a. Character atau tabiat serta kemampuan pemohon untuk memenuhi kewajiban perlu diteliti tentang kebiasaan kepribadian, cara hidup, serta keadaan keluarga secara moral.

b. Capacity yaitu kemampuan, kepandaian, dan keterampilan

menggunakan kredit yang diterima sehingga memperoleh kemajuan, keuntungan serta mampu melunasi kewajiban dan hutangnya. c. Capital yaitu modal seseorang atau badan usaha penerima kredit.

Tidak semua modal bersumber dari kredit.

d. collateral yaitu kepastian berupa jaminan yang dapat diberikan oleh penerima kredit. Anggunan atau jaminan sebagai alat pengaman sebagai ketidakpastian pada waktu yang akan datang pada saat kredit harus dilunasi.

e. Condition of economies yaitu dalam rencana pelepasan kredit harus mampu melihat kedepan, yaitu bagaimana keadaan perekonomian masa yang akan datang.


(15)

2.3.Peranan Kredit Dalam Perekonomian

Dalam kehidupan perekonomian, fungsi kredit makin lama makin memegang peranan yang sangat penting karena dengan adanya kredit dapat:

a. Meningkatkan daya guna uang

b. Meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang c. Meningkatkan daya guna dan peredaran barang d. Menjadi salah satu alat stabilitas ekonomi e. Meningkatkan kegairahan berusaha f. Meningkatkan pemerataan pendapatan

g. Menjadi alat untuk meningkatkan hubungan internasional.

2.4.Kebaikan Dan Keburukan Kredit

Kredit selain mempunyai peranan dalam kehidupan perekonomian tentunya dapat menimbulkan dampak yang bersifat positif dan negatif, hal ini tentunya wajar saja dalam kehidupan masyarakat. Memang mengenai baik buruknya kredit bagi semua orang menyebabkan kita harus berhati-hati baik memberi kredit maupun menerima kredit. Adapun kebaikan dan keburukan kredit akan kita jabarkan dibawah ini:

a. Kebaikan kredit

1. Menambah produktifitas modal uang

2. Memajukan urusan tukar-menukar seperti wesel, promes, dan lain-lain

3. Mempercepat peredaran barang-barang 4. Dapat membuka usaha baru


(16)

b. Keburukan kredit

1. Memberikan kemungkinan untuk berspekulasi

2. Memberikan kesempatan para konsumen melebihi daya kemampuan (besar pasak daripada tiang)

3. Menyebabkan produksi yang sangat berlebihan 4. Perluasan kredit akan menimbulkan inflasi

5. Mendorong masyarakat mengarah kepada sifat konsumtif.

3. Alternatif Pengadaan Barang Modal Melalui Leasing

Sejalan dengan berkembangnya perekonomian sumber pembiayaan tidak hanya berasal dari pinjaman kredit. Dengan lahirnya leasing di Indonesia pada tahun 1974 leasing telah menjadi salah satu sumber pendanaan yang sangat penting karena dengan adanya leasing suatu perusahaan dapat memperoleh dan

menggunakan alat-alat produksi dan barang-barang modal tanpa harus membeli atau memilikinya.

3.1.Pengertian Sewa Guna Usaha (Leasing)

Sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan No.1169/KMK.01/1991 tanggal 21 Nopember 1991, sewa guna usaha (leasing) adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal, baik secara sewa guna usaha dengan hak opsi (finance lease) maupun secara sewa guna usaha tanpa hak opsi (operating lease) untuk digunakan oleh lessee selama jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara berkala.


(17)

Jenis sewa guna usaha yang diakui menurut perpajakan hanya ada dua, yaitu: 1. Sewa Guna Usaha dengan Hak Opsi (Finance Lease / Capital Lease)

Financial Lease merupakan suatu bentuk sewa dimana kepemilikan barang tersebut berpindah dari pihak pemberi sewa kepada penyewa. Bila dalam masa akhir sewa pihak penyewa tidak dapat melunasi sewanya, barang tersebut tetap merupakan milik pemberi sewa (perusahaan leasing). Kegiatan sewa guna usaha digolongkan sebagai sewa guna usaha dengan hak opsi apabila memenuhi karakteristik sebagai berikut:

a. Jumlah pembayaran sewa guna usaha selama masa sewa guna usaha pertama ditambah dengan nilai sisa barang modal, harus dapat menutup harga perolehan barang modal dan keuntungan lessor.

b. Masa sewa guna usaha ditetapkan sekurang-kurangnya 2 tahun untuk barang modal golongan I, 3 tahun untuk barang modal golongan II dan III, dan 7 tahun untuk golongan bangunan. c. Perjanjian sewa guna usaha memuat ketentuan mengenai opsi

bagi lessee.

2. Sewa guna usaha tanpa hak opsi (operating lease)

Operating lease merupakan suatu proses menyewa suatu barang untuk mendapatkan hanya manfaat barang yang disewanya, sedangkan barangnya itu sendiri tetap merupakan milik bagi pihak pemberi sewa. Kegiatan sewa guna usaha digolongkan sebagai sewa


(18)

guna usaha tanpa hak opsi apabila memenuhi karakteristik sebagai berikut:

a. Jumlah pembayaran sewa guna usaha selama masa sewa guna usaha pertama tidak dapat menutupi harga perolehan barang modal yang disewagunausahakan ditambah keuntungan lessee. b. Perjanjian sewa guna usaha tidak memuat ketentuan mengenai

opsi bagi lessee.

3. Perbedaan Finance Lease dan Operating Lease a. Finance Lease

a) Perjanjian tidak dapat dibatalkan b) Masa sewa selama umur ekonomis c) Ada hak opsi

d) Transaksi keuangan e) Tidak dikenakan PPn f) Bersifat full pay out

g) Lessor tidak dapat menyusutkan barang b. Operating Lease

a) Perjanjian dapat dibatalkan b) Masa sewa relatif singkat c) Tidak ada hak opsi d) Transaksi sewa menyewa e) Dikenakan PPn

f) Tidak bersifat full pay out


(19)

3.2 Transaksi-transaksi Sewa Guna Usaha (Leasing)

Transaksi-transaksi yang ada dalam leasing tentu mengandung perkiraan-perkiraan baik perkiraan-perkiraan yang merupakan tambahan dari perkiraan-perkiraan yang sudah ada sebelumya maupun perkiraan yang timbul pada saat trransaksi leasing.

Perkiraan-perkiraan yang timbul apabila terjadi transaksi leasing adalah : 1. Aktiva

Aktiva secara umum dapat merupakan sesuatu yang mempunyai bentuk fisik atau dapat merupakan sesuatu hak menurut hukum, kedua-duanya mempunyai nilai uang.

Aktiva mempunyai 3 sifat dasar yaitu :

a) Kemungkinan sifat ekonomis masa depan b) Dikendalikan oleh perusahaan

c) Sebagai akibat transaksi peristiwa-peristiwa masa lalu.

Jenis aktiva yang timbul pada saat terjadinya transaksi leasing adalah aktiva tetap dan aktiva lancar. Aktiva tetap disini adalah barang atau peralatan yang di leasing oleh penyewa guna usaha, sedangkan aktiva lancar adalah berupa antara lain : biaya yang dibayar dimuka, yaitu untuk asuransi dibayar dimuka.

2. Kewajiban

Kewajiban adalah hutang perusahaan yang harus dipenuhi kepada kreditur. Penyelesaian kewajiban dilakukan dimasa yang akan datang dalam bentuk penyerahan aktiva atau pemberian jasa.


(20)

yang timbul akibat transaksi leasing antara lain hutang lease bagi lessee.

3. Pendapatan

Didalam transaksi leasing pendapatan dari transaksi tersebut diperoleh perusahaan sewa guna usaha (lessor) berupa pendapatan bunga lease.

4. Beban

Beban adalah biaya yang secara langsung atau tidak lansung telah dimanfaatkan dalam usaha menghasilkan pendapatan dalam suatu periode atau yang sudah tidak memberikan manfaat ekonomis untuk kegiatan masa berikutnya. Dalam transaksi leasing beban yang timbul antara lain beban pelaksana lease dan beban asuransi yang ditanggung oleh penyewa guna usaha (lessee).

3.4 Perlakuan Sewa Guna Usaha Dalam Laporan Keuangan Lessee

Secara akuntansi dalam Capital Lesse, Lessee harus mencatat barang modal sewa guna usaha sebagai aktiva, dan kewajiban pada suatu jumlah yang sama dengan nilai tunai pembayaran sewa guna usaha minimum selama masa sewa guna usaha pada saat permulaan sewa guna usaha.

Dalam hal jumlah yang ditentukan terhadap aktiva yang disewagunausahakan melebihi nilai pasar yang wajar pada saat permulaan sewa guna usaha, jumlah yang dicatat sebagai aktiva dan kewajiban harus tetap bedasarkan jumlah nilai pasar yang wajar. Selama masa sewa guna usaha setiap pembayaran sewa


(21)

guna usaha akan dialokasikan sebagai pengurangan kewajiban serta biaya bunga.

Aktiva yang disewagunausahakan berdasarkan capital Lease serta akumulasi penyusutannya harus disajikan dalam neraca lessee secara terpisah ataupun diungkapkan secara wajar dalam catatan atas laporan keuangan. Demikian pula dengan kewajiban karena suatu sewa guna usaha, harus dinyatakan dan dikelompokkan sebagai kewajiban lancar atau kewajiban jangka panjang dalam neraca sesuai dengan ketentuan yang lazim dilakukan. Penyusutan aktiva yang disewagunausahakan yang dibebankan terhadap pendapatan harus pula diungkapkan.

Tetapi dalam perpajakan perlakuan untuk sewa guna usaha dengan hak opsi bagi lessee adalah sebagai berikut:

1. Selama masa sewa guna usaha, lessee tidak boleh melakukan penyusutan atas barang modal yang disewagunausahakan sampai saat lessee menggunakan hak opsi untuk membeli barang tersebut. 2. Setelah menggunakan hak opsi untuk membeli barang modal

tersebut, lessee melakukan penyusutan dan dasar penyusutannya adalah nilai sisa barang modal yang bersangkutan.

3. Pembayaran sewa guna usaha yang dibayar atau terutang oleh lessee kecuali pembebanan atas tanah merupakan biaya yang dapat

dikurangkan dari penghasilan bruto lessee sepanjang transaksi sewa guna usaha tersebut memenuhi ketentuan capital lease.


(22)

4. Dalam hal masa sewa guna usaha lebih pendek dari masa yang ditentukan, maka Dirjen Pajak melakukan koreksi atas pembebanan biaya sewa guna usaha.

5. Lessee tidak memotong PPh 23 atas pembayaran sewa guna usaha yang dibayar atau terutang berdasarkan perjanjian sewa usaha dengan hak opsi.

3.4 Keuntungan dan Kerugian Sewa Guna Usaha (Leasing)

Situasi dari masing-masing perusahaan yang berbeda-beda menyebabkan faktor yang menunjang pada suatu kasus tidaklah dapat diterapkan pada kasus lain. Salah satu keuntungan berikut ini mungkin akan menjelaskan lebih lanjut sehingga menyebabkan kontrak lease akan menjadi alternatif yang menarik untuk penyediaan barang modal/biaya (financing) pada situasi tertentu. Diantara keuntungan tersebut adalah :

1. Penghematan modal, yaitu tidak perlu menyediakan dana yang besar,

maksimum hanya untuk “down payment” yang jumlahnya biasanya

tidak besar. Hal ini merupakan penghematan modal bagi lessee, sehingga lessee dapat menggunakan modal yang tersedia untuk keperluan lainnya, karena leasing umumnya membiayai 100% barang modal yang dibutuhkan.

2. Sangat fleksibel, yaitu bersifat sangat luas yang merupakan ciri utama bagi kelebihan leasing dibanding kredit dari bank.

Fleksibilitas meliputi struktur kontraknya, besarnya pembayaran rental, jangka waktu pembayaran serta nilai sisanya.


(23)

3. Sebagai sumber dana, leasing merupakan salah satu sumber dana bagi perusahaan-perusahaan industri maupun perusahaan komersil lainnya. Mekanisme untuk memperoleh dana yaitu dengan melalui sale and leaseback atas aset yang sudah dimiliki oleh lessee. Sementara itu credit line atau fasilitas kredit yang sudah ada dari bank masih tetap tidak terganggu dan siap digunakan setiap saat. 4. On atau off balance sheet yaitu, leasing sesuai dengan kebutuhannya

bisa dibukukan dalam neraca.

5. Menguntungkan cash flow, fleksibilitas dari penentuan besarnya rental sangat menguntungkan cash flow. Untuk suatu investasi dimana pendapatan penjualan diperoleh secara musiman atau juga dimana keuntungan baru bisa diperoleh pada masa-masa akhir investasi maka besarnya rental juga bisa disesuaikan dengan

kemapuan cash flow yang ada. Pengaturan seperti ini bisa mencegah timbulnya gejolak-gejolak kekosongan dana di dalam kas

perusahaan. Dilain pihak jika keadaan keuangan cukup longgar maka besarnya rental dapat diperbesar untuk mempercepat amortisasi prinsipalnya. Ini semua bisa diatur dengan menyusun struktur rental yang baik disesuaikan dengan proyeksi cash flow-nya.

6. Menahan pengaruh inflasi, dalam keadaan inflasi lessee

mengeluarkan biaya rental yang sama. Dengan demikian, nilai rill dari rental tersebut telah berkurang. Atau bisa dikatakan bahwa lessee membayar hari ini dengan perhitungan nilai mata uang kemarin.


(24)

7. Sarana kredit jangka menengah dan jangka panjang. Terutama sekali di Indonesia, saat ini dirasakan sangat sulit sekali untuk mendapat dana pinjaman rupiah untuk jangka menengah dan jangka panjang. Untuk mengatasi hal tersebut, leasing merupakan salah satu

alternatif yang bisa memenuhi kebutuhan ini. Melalui sale and leaseback maka lessee akan bisa mendapatkan dana yang diperlukan dengan masa pengembalian jangka menengah atau jangka panjang. Bahkan lessee juga bisa melakukan bullet repayment seperti pada long term bank loan dimana rental yang dilakukan tiap bulan hanyalah merupakan pembayaran interest saja.

8. Dokumentasinya sangat sederhana, biasanya sudah standar sehingga lebih simpel bagi lessee untuk memperpanjang transaksi leasing daripada merundingkan perjanjian baru dengan pihak bank. Selanjutnya pengelompokkan berbagai biaya dalam satu paket kemudian bisa digabungkan menjadi satu dengan harga barang untuk kemudian diamortisasikan sepanjang masa leasing.

Tentunya disamping keuntungan-keuntungan tersebut diatas, leasing juga mempunyai kerugian atau kelemahan antara lain sebagai berikut :

1. Pembiayaan secara leasing merupakan sumber pembiayaan yang relatif mahal bila dibandingkan dengan kredit investasi dari bank. Hal ini terjadi karena sumber dana lessor pada umumnya dari bank atau lembaga keuangan bukan bank.

2. Barang modal yang di lease tidak dapat dicantumkan sebagai unsur aktiva lease untuk tujuan “collateral credit” dari bank, yaitu “trade


(25)

creditor” mungkin akan menilai perusahaan tersebut memiliki posisi keuangan yang lemah.

3. Bagi para perusahaan tertentu kadang-kadang timbul masalah prestise antara memiliki barang modal sendiri atau lease.

4. Resiko yang lebih besar pada lessor, artinya adanya tanggung jawab yang menuntuk pihak ketiga jika terjadi kecelakaan atau kerusakan atas barang orang lain yang disebabkan oleh “lease property” tersebut, dan juga lessor belum tentu yakin bahwa barang lease tersebut bebas dari berbagai ikatan seperti “liens (gadai) preference”, priorities”, “charge” atau kepentingan-kepentingan lainnya.

4. Perbandingan Sewa Guna Usaha (Leasing) dan Kredit Bank

Jika dibandingkan dengan kredit perbankan, pembiayaan leasing mempunyai beberapa keunggulan secara ekonomi diantaranya :

1. Pembiayaan penuh 100% tanpa uang muka 2. Persyaratan relatif tidak ketat

3. Pembayaran angsuran relatif fleksibel

4. Tidak harus dicantumkan dalam neraca (off balance sheet) 5. Terlindung dari resiko keuangan

6. Tingkat keamanan pembiayaan terjamin 7. Tidak perlu menyediakan jaminan (collateral)

8. Aset yang diperoleh melalui leasing merupakan jaminan bagi lessor


(26)

5. Penyusutan Dalam Perpajakan

Dalam UU PPh No. 36 Tahun 2008 Pasal 9 Ayat (2) menyatakan bahwa pengeluaran untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 tahun tidak dibolehkan untuk dibebankan sekaligus, melainkan dibebankan melalui penyusutan atau amortisasi.

Metode penyusutan yang boleh digunakan menurut undang-undang perpajakan adalam metode garis lurus dan metode saldo menurun. Untuk menghitung

penyusutan, masa manfaat dan tarif penyusutan harta berwujud ditetapkan sebagai berikut:

Tabel 1. Metode dan Tarif Penyusutan Menurut Undang-Undang Pajak Kelompok Harta

Berwujud

Masa Manfaat Tarif Penyusutan Sebagaimana

Dimaksud Dalam

Ayat (1) Ayat (2)

I. BukanBangunan Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3 Kelompok 4 II.Bangunan Permanen Tidak Permanen 4 Tahun 8 Tahun 16 Tahun 20 Tahun 20 Tahun 10 Tahun 25% 12,5% 6,25% 5% 5% 10% 50% 25% 12,5% 10%


(27)

BAB III

METODE PENELITIAN

Dalam penelitian ini yang digunakan adalah Studi Kasus dan Lapangan (case and field study). Merupakan penelitian dengan karakteristik masalah yang berkaitan dengan latar belakang dan kondisi saat ini dari subyek yang diteliti, serta interaksinya dengan lingkungan.

1. Jenis Dan Sumber Data a. Jenis Data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan data kuantitatif yakni berupa angka-angka terkait dengan masalah keuangan dan perpajakan.

b. Sumber Data

Penelitian ini menggunakan data sekunder. Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam bentuk arsip. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini bersifat intern atau dari dalam perusahaan yang berupa laporan keuangan.

2. Metode Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang representatif digunakan metode penarikan data berupa data dokumenter, yaitu mengumpulkan data yang berupa harga alat berat yang akan dibeli, suku bunga kredit, uang muka leasing, dan nilai hak opsi.


(28)

3. Teknik Analisis Data

Untuk mengetahui besarnya pembayaran angsuran untuk setiap periode selama masa kredit dan leasing, menggunakan rumus anuitas.

A =

=

Keterangan:

A = Annuity / Angsuran PV = Present Value of Annuity i = Tingkat bunga nominal n = Jumlah periode pembayaran

Langkah-langkah yang ditempuh dalam penelitian sebagai berikut : 1. Rencana perolehan alat berat pada PT APMS

2. Penentuan harga perolehan, nilai residu, tingkat bunga baik itu bunga bank maupun tingkat bunga yang disepakati dengan perusahaan leasing, nilai opsi, tingkat bunga yang digunakan sebagai tingkat diskon.

3. Perhitungan besarnya angsuran pengembalian pada tiap-tiap periode untuk alternatif kredit bank dan leasing dengan hak opsi.

4. Menentukan beban-beban yang dapat dikurangkan (deductible expense) ke penghasilan bruto.

5. Menghitung penghematan pajak yang dapat diperoleh setelah dilakukan penghematan pajak.

6. Membandingkan besarnya laba bersih dan beban pajak pada masing-masing alternatif.


(29)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

1. Simpulan

Berdasarkan pembahasan yang dilakukan dapat disimpulkan pada alternatif leasing dengan hak opsi, biaya yang dikeluarkan untuk perolehan aktiva lebih besar karena biaya yang dibebankan adalah total keseluruhan biaya leasing dan biaya bunga sehingga mempengaruhi besarnya laba kena pajak menjadi lebih kecil dan juga berpengaruh terhadap PPh terutang yang ditanggu perusahaan pun menjadi lebih kecil sedangkan alternatif kredit bank biaya yang dapat dibebankan hanya biaya bunga dan biaya penyusutan sehingga laba kena pajak perusahaan menjadi lebih besar dan juga PPh terutang yang ditanggung perusahaan pun menjadi lebih besar.

2. Saran

Dari simpulan yang diperoleh maka saran yang dapat disampaikan kepada PT APMS adalah sebaiknya memilih pembiayaan alat berat excavator melalui leasing dengan hak opsi (capital lease).


(30)

DAFTAR PUSTAKA

Agoes, Sukrisno dan Trisnawati, Estralita.2009. Akuntansi Perpajakan. Salemba Empat. Jakarta

Apriyanto. 1998. Analisis Perbandingan Leasing dan Kredit Sebagai Alternatif Sumber Pembiayaan Luar Koperasi Peternakan Sapi Perah Rakyat Jakarta (KOPERDA-DKI), Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Budiono, Irvan. 1991. Studi Pembiayaan alternatif Bagi Koperasi KUD Suatu Analisis Antara Leasing dan Kredit, Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Chrisdianto, R. B dan Andrianto, 2009. Penerapan Tax Planning Dalam Pengambilan Keputusan Terhadap Pilihan Alternatif Pembelian Truk Secara Tunai, Kredit Bank, Dan Leasing Dengan Hak Opsi Pada PT Rajawali Dwi Putra, Skripsi. Universitas Surabaya. Surabaya.

Hastami, Radita. 2009. Perbandingan Pembelian Kredit Dan Penggunaan Leasing Berdasarkan Undang Nomor 17 Tahun 2000 Dan

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Dalam Pengadaan Mesin Pada Pt.Kalbe Farma,Tbk, Skripsi. Unika Darma Cendika. Surabaya.

Indriantoro, Nur dan Supomo Bambang. 1999. Metodologi Penelitian Bisnis. BPFE. Yogyakarta.

Kasmir. 2003. Manajemen Perbankan. PT RajaGrafindo Persada. Jakarta. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No.1169/KMK.01/1991

Tentang Kegiatan Sewa Guna Usaha (Leasing).

Nasution, Manahan. 2003. Akuntansi Guna Usaha (Leasing) Menurut Pernyataan SAK No. 30. Digital Library. USU

Rahayu, Yeni. 2004. Perbandingan Antara Pembelian Langsung, Kredit Bank Dan Leasing Ditinjau Dari Aspek Perpajakan, Skripsi. Universitas Kristen Petra. Surabaya


(31)

Widyastuti, Maria. 2009. Kredit Bank dan Sewa Guna Usaha Dengan Hak Opsi Sebagai Sumber Pendanaan Alternatif atas Perolehan Aktiva Tetap Dalam Rangka Penghematan Pajak, Skripsi. Unika Darma Cendika. Surabaya. Zain, Mohammad. 2008. Manajemen Perpajakan. Salemba Empat. Jakarta


(1)

pengeluaran untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 tahun tidak dibolehkan untuk dibebankan sekaligus, melainkan dibebankan melalui penyusutan atau amortisasi.

Metode penyusutan yang boleh digunakan menurut undang-undang perpajakan adalam metode garis lurus dan metode saldo menurun. Untuk menghitung

penyusutan, masa manfaat dan tarif penyusutan harta berwujud ditetapkan sebagai berikut:

Tabel 1. Metode dan Tarif Penyusutan Menurut Undang-Undang Pajak Kelompok Harta

Berwujud

Masa Manfaat Tarif Penyusutan Sebagaimana Dimaksud Dalam Ayat (1) Ayat (2) I. BukanBangunan Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3 Kelompok 4 II.Bangunan Permanen Tidak Permanen 4 Tahun 8 Tahun 16 Tahun 20 Tahun 20 Tahun 10 Tahun 25% 12,5% 6,25% 5% 5% 10% 50% 25% 12,5% 10%


(2)

26

BAB III

METODE PENELITIAN

Dalam penelitian ini yang digunakan adalah Studi Kasus dan Lapangan (case and field study). Merupakan penelitian dengan karakteristik masalah yang berkaitan dengan latar belakang dan kondisi saat ini dari subyek yang diteliti, serta interaksinya dengan lingkungan.

1. Jenis Dan Sumber Data

a. Jenis Data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan data kuantitatif yakni berupa angka-angka terkait dengan masalah keuangan dan perpajakan.

b. Sumber Data

Penelitian ini menggunakan data sekunder. Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam bentuk arsip. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini bersifat intern atau dari dalam perusahaan yang berupa laporan keuangan.

2. Metode Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang representatif digunakan metode penarikan data berupa data dokumenter, yaitu mengumpulkan data yang berupa harga alat berat yang akan dibeli, suku bunga kredit, uang muka leasing, dan nilai hak opsi.


(3)

masa kredit dan leasing, menggunakan rumus anuitas.

A =

=

Keterangan:

A = Annuity / Angsuran PV = Present Value of Annuity i = Tingkat bunga nominal n = Jumlah periode pembayaran

Langkah-langkah yang ditempuh dalam penelitian sebagai berikut : 1. Rencana perolehan alat berat pada PT APMS

2. Penentuan harga perolehan, nilai residu, tingkat bunga baik itu bunga bank maupun tingkat bunga yang disepakati dengan perusahaan leasing, nilai opsi, tingkat bunga yang digunakan sebagai tingkat diskon.

3. Perhitungan besarnya angsuran pengembalian pada tiap-tiap periode untuk alternatif kredit bank dan leasing dengan hak opsi.

4. Menentukan beban-beban yang dapat dikurangkan (deductible expense) ke penghasilan bruto.

5. Menghitung penghematan pajak yang dapat diperoleh setelah dilakukan penghematan pajak.

6. Membandingkan besarnya laba bersih dan beban pajak pada masing-masing alternatif.


(4)

50

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

1. Simpulan

Berdasarkan pembahasan yang dilakukan dapat disimpulkan pada alternatif leasing dengan hak opsi, biaya yang dikeluarkan untuk perolehan aktiva lebih besar karena biaya yang dibebankan adalah total keseluruhan biaya leasing dan biaya bunga sehingga mempengaruhi besarnya laba kena pajak menjadi lebih kecil dan juga berpengaruh terhadap PPh terutang yang ditanggu perusahaan pun menjadi lebih kecil sedangkan alternatif kredit bank biaya yang dapat dibebankan hanya biaya bunga dan biaya penyusutan sehingga laba kena pajak perusahaan menjadi lebih besar dan juga PPh terutang yang ditanggung perusahaan pun menjadi lebih besar.

2. Saran

Dari simpulan yang diperoleh maka saran yang dapat disampaikan kepada PT APMS adalah sebaiknya memilih pembiayaan alat berat excavator melalui leasing dengan hak opsi (capital lease).


(5)

Agoes, Sukrisno dan Trisnawati, Estralita.2009. Akuntansi Perpajakan. Salemba Empat. Jakarta

Apriyanto. 1998. Analisis Perbandingan Leasing dan Kredit Sebagai Alternatif Sumber Pembiayaan Luar Koperasi Peternakan Sapi Perah Rakyat Jakarta (KOPERDA-DKI), Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Budiono, Irvan. 1991. Studi Pembiayaan alternatif Bagi Koperasi KUD Suatu Analisis Antara Leasing dan Kredit, Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Chrisdianto, R. B dan Andrianto, 2009. Penerapan Tax Planning Dalam Pengambilan Keputusan Terhadap Pilihan Alternatif Pembelian Truk Secara Tunai, Kredit Bank, Dan Leasing Dengan Hak Opsi Pada PT Rajawali Dwi Putra, Skripsi. Universitas Surabaya. Surabaya.

Hastami, Radita. 2009. Perbandingan Pembelian Kredit Dan Penggunaan Leasing Berdasarkan Undang Nomor 17 Tahun 2000 Dan

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Dalam Pengadaan Mesin Pada Pt.Kalbe Farma,Tbk, Skripsi. Unika Darma Cendika. Surabaya.

Indriantoro, Nur dan Supomo Bambang. 1999. Metodologi Penelitian Bisnis. BPFE. Yogyakarta.

Kasmir. 2003. Manajemen Perbankan. PT RajaGrafindo Persada. Jakarta. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No.1169/KMK.01/1991

Tentang Kegiatan Sewa Guna Usaha (Leasing).

Nasution, Manahan. 2003. Akuntansi Guna Usaha (Leasing) Menurut Pernyataan SAK No. 30. Digital Library. USU

Rahayu, Yeni. 2004. Perbandingan Antara Pembelian Langsung, Kredit Bank Dan Leasing Ditinjau Dari Aspek Perpajakan, Skripsi. Universitas Kristen Petra. Surabaya


(6)

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Perubahan Keempat No 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan.

Widyastuti, Maria. 2009. Kredit Bank dan Sewa Guna Usaha Dengan Hak Opsi Sebagai Sumber Pendanaan Alternatif atas Perolehan Aktiva Tetap Dalam Rangka Penghematan Pajak, Skripsi. Unika Darma Cendika. Surabaya. Zain, Mohammad. 2008. Manajemen Perpajakan. Salemba Empat. Jakarta