BAB III - DOCRPIJM 61f1779290 BAB IIIBAB III RPIJM Moker

BAB III ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA

3.1. Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya dan Arahan Penataan Ruang

  Infrastruktur permukiman memiliki fungsi strategis dalam pembangunan nasional

karena turut berperan serta dalam mendorong pertumbuhan ekonomi, mengurangi angka

kemiskinan, maupun menjaga kelestarian lingkungan. Oleh sebab itu, Ditjen Cipta Karya

berperan penting dalam implementasi amanat kebijakan pembangunan nasional.

3.1.1. Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya

  Dalam arahan pembangunan bidang cipta karya ini berisikan tentang arahan

pembangunan yang berdasarkan pada Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015

  • – 2019 dan Renstra Ditjen Cipta Karya 2015
  • – 2019. RPJMN 2015 – 2019 yang ditetapkan melalui Peraturan

    Presiden No. 2 Tahun 2015 menyebutkan bahwa infrastruktur merupakan salah satu

    prioritas pembangunan nasional untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan sosial

    yang berkeadilan dengan mendorong partisipasi masyarakat dalam rangka pemenuhan

    hak dasar untuk tempat tinggal dan lingkungan yang layak sesuai dengan UUD 1945 pasal

  

28H, pemerintah memfasilitasi penyediaan perumahan bagi masyarakat berpendapatan

rendah serta memberikan dukungan penyediaan prasarana dan sarana dasar

permukiman, seperti air minum, air limbah, persampahan, dan drainase.

  Dokumen RPJMN juga menetapkan sasaran pembangunan infrastruktur permukiman pada periode 2015 - 2019, yaitu : a. Tersedianya akses aman air minum sebesar 100 % di tahun 2019;

  b. Menurunnya kawasan kumuh sebesar 0% di tahun 2019; dan c. Terwujudnya akses 100% sanitasi layak di tahun 2019.

  Untuk mencapai sasaran tersebut maka kebijakan pembangunan diarahkan untuk

meningkatkan aksesibilitas masyarakat terhadap layanan air minum dan sanitasi yang

memadai, melalui :

  a. Menyediakan perangkat peraturan di tingkat Pusat dan/atau Daerah,

  b. Memastikan ketersediaan air baku air minum,

c. Meningkatkan prioritas pembangunan prasarana dan sarana permukiman,

  

d. Meningkatkan kinerja manajemen penyelenggaraan air minum, penanganan air

limbah, dan pengelolaan persampahan, e. Meningkatkan sistem perencanaan pembangunan air minum dan sanitasi, Meningkatkan cakupan pelayanan prasarana permukiman, f.

  

g. Meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai pentingnya perilaku hidup bersih

dan sehat (PHBS), h. Mengembangkan alternatif sumber pendanaan bagi pembangunan infrastruktur, Meningkatkan keterlibatan masyarakat dan swasta, i.

  Mengurangi volume air limpasan, melalui penyediaan bidang resapan. j.

3.1.2. Arahan Penataan Ruang

  Untuk arahan penataan ruang berisikan mengenai arahan penetapan Pusat

Kegiatan Nasional (PKN), Pusat Kegiatan Wilayah (PKW), Pusat Kegiatan Strategis

Nasional (PKSN), Kawasan Strategis Nasional (KSN) pada Kabupaten/Kota sesuai dengan

amanat Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang

Wilayah Nasional (RTRWN). Pada bagian ini juga akan berisikan arahan spasial untuk

Bidang Cipta Karya berdasarkan RTRW Provinsi dan RTRW Kabupaten/Kota.

3.1.2.1. Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN)

A. Tujuan, Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Wilayah Nasional 1) Tujuan Penataan Ruang Wilayah Nasional

  Penataan ruang wilayah nasional bertujuan untuk mewujudkan :

  1. Ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan;

  2. Keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan;

  3. Keterpaduan perencanaan tata ruang wilayah nasional, provinsi, dan kabupaten/kota;

  4. Keterpaduan pemanfaatan ruang darat, ruang laut, dan ruang udara termasuk ruang di dalam bumi dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia;

  5. Keterpaduan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah nasional, provinsi, dan kabupaten/kota dalam rangka perlindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang;

  6. Pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat;

  7. Keseimbangan dan keserasian perkembangan antar wilayah;

  8. Keseimbangan dan keserasian kegiatan antar sektor;

  9. Pertahanan dan keamanan negara yang dinamis serta integrasi nasional.

   Peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana transportasi, telekomunikasi, energi, dan sumber daya air yang terpadu dan merata di seluruh wilayah nasional.

   Pencegahan dampak negatif kegiatan manusia yang dapat menimbulkan kerusakan lingkungan hidup.  Kebijakan dan strategi pengembangan kawasan budi daya

  

Pemeliharaan dan perwujudan kelestarian fungsi lingkungan hidup;

  2. Kebijakan dan strategi pengembangan pola ruang meliputi :  Kebijakan dan strategi pengembangan kawasan lindung

   Mendorong kawasan perkotaan dan pusat pertumbuhan agar lebih kompetitif dan lebih efektif dalam pengembangan wilayah disekitarnya.

   Mengendalikan perkembangan kota-kota pantai;

   Menjaga keterkaitan antar kawasan perkotaan, antara kawasan perkotaan dan perdesaan, serta antara kawasan perkotaan dan wilayah disekitarnya;  Mengembangkan pusat pertumbuhan baru di kawasan yang belum terlayani oleh pusat pertumbuhan;

  Strategi untuk peningkatan akses pelayanan perkotaan dan pusat pertumbuhan ekonomi wilayah meliputi :

  1. Kebijakan pengembangan struktur ruang meliputi :  Peningkatan akses pelayanan perkotaan dan pusat pertumbuhan ekonomi wilayah yang merata dan berhirarki;

  

Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) menjadi pedoman untuk :

  2) Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Wilayah Nasional, meliputi kebijakan dan strategi pengembangan struktur ruang dan pola ruang.

  6. Penataan ruang kawasan strategis nasional; 7. Penataan ruang wilayah provinsi dan kabupaten/kota.

  5. Penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi;

  4. Perwujudan keterpaduan, keterkaitan dan keseimbangan perkembangan antar wilayah provinsi, serta keserasian antar sektor;

  3. Pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah nasional;

  2. Penyusunan rencana pembangunan jangka menengah nasional;

  1. Penyusunan rencana pembangunan jangka panjang nasional;

   Perwujudan dan peningkatan keterpaduan dan keterkaitan antar kegiatan budi daya;

   Pengendalian perkembangan kegiatan budi daya agar tidak melampaui daya dukung dan daya tampung lingkungan.  Kebijakan dan strategi pengembangan kawasan strategis nasional

   Pelestarian dan peningkatan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup.

  Strategi :  Menetapkan kawasan strategis nasional berfungsi lindung;  Mencegah pemanfaatan ruang di kawasan strategis nasional yang berpotensi mengurangi fungsi lindung kawasan;

   Membatasi pemanfaatan ruang disekitar kawasan strategis nasional yang berpotansi mengurangi fungsi lindung kawasan; 

  Membatasi pengembangan sarana dan prasarana di dalam dan disekitar kawasan strategis nasional yang dapat memicu perkembangan kegiatan budi daya; 

  Mengembangkan kegiatan budi daya tidak terbangun disekitar kawasan strategis nasional yang berfungsi sebagai zona penyangga yang memisahkan kawasan lindung dengan kawasan budi daya terbangun; 

  Merehabilitasi fungsi lindung kawasan yang menurun akibat dampak pemanfaatan ruang yang berkembang di dalam dan di sekitar kawasan strategis nasional; 

  Pengembangan kawasan tertinggal untuk mengurangi kesenjangan tingkat perkembangan antar kawasan. Strategi : 

  Memanfaatkan sumber daya alam secara optimal dan berkelanjutan;  Membuka akses dan meningkatkan aksesbilitas antar kawasan tertinggal dan pusat pertumbuhan wilayah;

   Mengembangkan sarana dan prasarana penunjang kegiatan ekonomi masyarakat; 

  Meningkatkan akses masyarakat ke sumber pembiayaan;  Meningkatkan kualitas dan kapasitas sumber daya manusia dalam pengelolaan kegiatan ekonomi.

3.1.2.2. Rencana Struktur Ruang Wilayah Nasional

  Rencana struktur ruang wilayah nasional meliputi (A) sistem perkotaan nasional,

(B) sistem jaringan transportasi nasional, (C) sistem jaringan energi nasional, (D) sistem

jaringan telekomunikasi nasional, dan (E) sistem jaringan sumber daya air. Namun dalam

  

pembahasan yang terkait dengan Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karrya adalah sistem

perkotaan nasional.

  Sistem perkotaan nasional terdiri atas Pusat Kegiatan Nasional (PKN),Pusat Kegiatan Wilayah (PKW), dan Pusat Kegiatan Lokal (PKL) yang dapat berupa : a) Kawasan megapolitan;

  b) Kawasan metropolitan;

  c) Kawasan perkotaan besar;

  d) Kawasan perkotaan sedang; atau e) Kawasan perkotaan kecil.

  Untuk Provinsi Jawa Timur PKN ditentukan di Kawasan Perkotaan

Gerbangkertasusila (Gresik, Bangkalan, Mojokerto, Surabaya, Sidoarjo, dan Lamongan)

serta di Malang. Sedangkan PKW di Provinsi Jawa Timur diarahkan pada wilayah

Probolinggo, Tuban, Kediri, Madiun, banyuwangi, Jember, Blitar, Pamekasan, Bojonegoro,

dan Pacitan. Berikut arahan pengembangan perkotaan di Provinsi Jawa Timur.

Tabel 3.1. Sistem Perkotaan Nasional dan Arahan Pengembangannya di Jawa Timur

SISTEM NO WILAYAH ARAHAN PERKOTAAN

  1 PKN Gerbangkertasusila Termasuk dalam tahapan pengembangan I dengan fokus kegiatan revitalisasi kota-kota yang telah berfungsi

  Malang Termasuk dalam tahapan pengembangan I dengan fokus kegiatan pengembangan/ peningkatan fungsi kawasan perkotaan

  2 PKW Probolinggo Termasuk dalam tahapan pengembangan II dengan fokus kegiatan pengembangan/ peningkatan fungsi kawasan perkotaan

  Tuban Termasuk dalam tahapan pengembangan I dengan fokus kegiatan pengembangan/ peningkatan fungsi kawasan perkotaan

  Kediri Termasuk dalam tahapan pengembangan I dengan fokus kegiatan pengembangan/ peningkatan fungsi kawasan perkotaan

  Madiun Termasuk dalam tahapan pengembangan II dengan fokus kegiatan pengembangan/ peningkatan fungsi kawasan perkotaan

  Banyuwangi Termasuk dalam tahapan pengembangan I dengan fokus kegiatan pengembangan/ peningkatan fungsi kawasan perkotaan

SISTEM NO WILAYAH ARAHAN PERKOTAAN

  Jember Termasuk dalam tahapan pengembangan II dengan fokus kegiatan pengembangan baru kawasan perkotaan

  Blitar Termasuk dalam tahapan pengembangan II dengan fokus kegiatan pengembangan baru kawasan perkotaan

  Pamekasan Termasuk dalam tahapan pengembangan II dengan fokus kegiatan pengembangan baru kawasan perkotaan

  Bojonegoro Termasuk dalam tahapan pengembangan II dengan fokus kegiatan pengembangan baru kawasan perkotaan

  Pacitan Termasuk dalam tahapan pengembangan II dengan fokus kegiatan pengembangan baru kawasan perkotaan

  

Sumber : Lampiran Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2008 Tentang Rencana Tata

Ruang Wilayah Nasional

3.1.2.3. Rencana Kawasan Strategis Nasional (KSN)

  

Penetapan kawasan strategis nasional dilakukan berdasarkan kepentingan :

  a) Pertahanan dan keamanan;

  b) Pertumbuhan ekonomi;

  c) Sosial dan budaya;

  d) Pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi; dan/atau e) Fungsi dan daya dukung lingkungan hidup.

Tabel 3.2. Kawasan Strategis Nasional di Provinsi Jawa Timur

KAWASAN STRATEGIS

  

NO KOTA/KABUPATEN SUDUT KEPENTINGAN

NASIONAL

  1 Kawasan Perkotaan Gresik Kab. Gresik, Kab. Ekonomi Bangkalan, Kota Mojokerto,

  • – Bangkalan – Mojokerto – Surabaya Kota Surabaya, Kab. Sidoarjo,
  • – Sidoarjo – Lamongan (Gerbangkertosusila) Kab. Lamongan

  2 Kawasan Stasiun Pengamat Penggunaan Sumberdaya Penggunaan Sumberdaya Dirgantara Watukosek Alam dan Teknologi Tinggi Alam dan Teknologi Tinggi

  3 Kawasan Perbatasan Negara Kabupaten Jember Pertahanan dan Keamanan Pulau Barung

  4 Kawasan Perbatasan Negara Kabupaten Trenggalek Pertahanan dan Keamanan

NO KAWASAN STRATEGIS NASIONAL KOTA/KABUPATEN SUDUT KEPENTINGAN

  Pulau Sekel dan Panehan

  

Sumber : Lampiran Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2008 Tentang Rencana Tata

Ruang Wilayah Nasional

3.1.2.4. RTRW Kawasan Strategis Nasional (KSN)

  Beberapa arahan yang harus diperhatikan dari RTRW KSN dalam penyusunan RPIJM Cipta Karya Kabupaten/Kota adalah sebagai berikut :

a. Cakupan delineasi wilayah yang ditetapkan dalam KSN.

  b. Arahan kepentingan penetapan KSN, yang dapat berupa :  Ekonomi  Lingkungan Hidup

   Sosial Budaya  Pendayagunaan Sumberdaya alam dan Teknologi Tinggi  Pertahanan dan Keamanan

  c. Arahan pengembangan pola ruang dan struktur ruang yang mencakup :  Arahan pengembangan pola ruang :

   Arahan pengembangan kawasan lindung dan budidaya

   Arahan pengembangan pola ruang terkait bidang Cipta Karya seperti pengembangan RTH.  Arahan pengembangan struktur ruang terkait keciptakaryaan seperti pengembangan prasarana sarana air minum, air limbah, persampahan, dan drainase.  Indikasi program sebagai operasionalisasi rencana pola ruang dan struktur ruang khususnya untuk bidang Cipta Karya.

  Adapun RTRW KSN yang telah ditetapkan sampai saat ini adalah sebagai berikut :

  

a. Perpres No. 54 Tahun 2008 tentang Penataan Ruang Kawasan Jakarta, Bogor, Depok,

Tangerang, Bekasi, Puncak, Cianjur;

b. Perpres No. 45 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan

Denpasar, Badung, Gianyar, dan Tabanan;

c. Perpres No. 55 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan

Makassar, Maros, Sungguminasa, Takalar;

d. Perpres No. 62 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan Medan,

Binjai, Deli Serdang, dan Karo;

  

e. Perpres No. 86 Tahun 2011 tentang Pengembangan Kawasan Strategis dan

Infrastruktur Selat Sunda; Perpres No. 87 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Batam, Bintan, dan f. Karimun.

  Berdasarkan penjelasan tersebut, maka kawasan-kawasan di wilayah Provinsi Jawa Timur belum ada yang memiliki Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis.

3.1.2.5. Pusat Kegiatan Nasional (PKN)

  Sesuai dengan arahan pada PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang

Wilayah Nasional, Pusat Kegiatan Nasional atau PKN adalah kawasan perkotaan yang

berfungsi untuk melayani kegiatan skala internasional, nasional, atau beberapa provinsi.

Penetapan PKN dilakukan berdasarkan beberapa kriteria yang terdapat pada pasal 14,

yaitu sebagai berikut :

a. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama kegiatan

ekspor-impor atau pintu gerbang menuju kawasan internasional;

b. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri

dan jasa skala nasional atau yang melayani beberapa provinsi;

c. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama transportasi skala nasional atau melayani beberapa provinsi.

  PKN suatu wilayah dapat berupa kawasan megapolitan, kawasan metropolitan, kawasan perkotaan besar, kawasan perkotaan sedang, atau kawasan perkotaan kecil.

Tabel 3.3. Penetapan Lokasi Pusat Kegiatan Nasional (PKN) Berdasarkan PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang RTRWN

  No Provinsi PKN (1) (2) (3)

  1. Nanggroe Aceh Darussalam Lhokseumawe

  2. Sumatera Utara Kawasan Perkotaan Medan -Binjai - Deli Serdang - Karo (Mebidangro)

  3. Sumatera Barat Padang

  4. Riau Pekanbaru, Dumai

  5. Kepulauan Riau Batam

  No Provinsi PKN (1) (2) (3)

  17. Bali Kawasan Perkotaan Denpasar - Bangli - Gianyar - Tabanan (Sarbagita)

  26. Sulawesi Tengah Palu

  25. Sulawesi Utara Kawasan Perkotaan Manado - Bitung

  24. Gorontalo Gorontalo

  23. Kalimantan Timur Kawasan Perkotaan Balikpapan - Tenggarong - Samarinda - Bontang - Tarakan

  22. Kalimantan Selatan Banjarmasin

  21. Kalimantan Tengah Palangkaraya

  20. Kalimantan Barat Pontianak

  19. Nusa Tenggara Timur Kupang

  18. Nusa Tenggara Barat Mataram

  16. Jawa Timur Kawasan Perkotaan (Gerbangkertosusila), Malang

  6. Jambi Jambi

  15. Daerah Istimewa Yogyakarta Yogyakarta

  14. Jawa Tengah Surakarta, Kawasan Perkotaan Semarang - Kendal - Demak - Ungaran - Purwodadi (Kedungsepur), Cilacap

  13. Jawa Barat Kawasan Perkotaan Bandung Raya, Cirebon

  12. Banten Serang, Cilegon

  11. DKI Jakarta - Jawa Barat - Banten Kawasan Perkotaan Jabodetabek

  10. Lampung Bandar Lampung

  9. Bangka Belitung

  8. Bengkulu

  7. Sumatera Selatan Palembang

  27. Sulawesi Selatan Kawasan Perkotaan Makasar - Sungguminasa -

  No Provinsi PKN (1) (2) (3)

  Takalar - Maros (Maminasata)

  28. Sulawesi Barat

  29. Sulawesi Tenggara Kendari

  30. Maluku Ambon

  31. Maluku Utara Ternate

  32. Papua Barat Sorong

  33. Papua Jayapura, Timika

3.1.2.6. Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN)

  Sesuai dengan arahan pada PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang

Wilayah Nasional, Pusat Kegiatan Strategis Nasional atau PKSN adalah kawasan perkotaan

yang ditetapkan untuk mendorong pengembangan kawasan perbatasan negara.

Penetapan PKSN dilakukan berdasarkan beberapa kriteria yang terdapat pada pasal 15,

yaitu sebagai berikut :

a. Pusat perkotaan yang berpotensi sebagai pos pemeriksaan lintas batas dengan negara

tetangga

b. Pusat perkotaan yang berfungsi sebagai pintu gerbang internasional yang

menghubungkan dengan negara tetangga

c. Pusat perkotaan yang merupakan simpul utama transportasi yang menghubungkan

wilayah sekitarnya

d. Pusat perkotaan yang merupakan pusat pertumbuhan ekonomi yang dapat mendorong perkembangan kawasan di sekitarnya.

Tabel 3.4. Penetapan Lokasi Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) Berdasarkan PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang RTRWN

PUSAT KEGIATAN NO STATUS PROVINSI STRATEGIS NASIONAL (1) (2) (3) (4)

  1. Kota Sabang I / A / 2 : Pengembangan Baru (Tahap I) Nanggroe Aceh Darussalam

PUSAT KEGIATAN NO STATUS PROVINSI STRATEGIS NASIONAL (1) (2) (3) (4)

  2. Kota Dumai I / A / 1 : Pengembangan/Peningkatan Riau Fungsi (Tahap I) I / A / 1 : Pengembangan/Peningkatan

  3. Kota Batam Kep. Riau

  Fungsi (Tahap I)

  4. Ranai (Ibukota Kab. I / A / 2 : Pengembangan Baru (Tahap I) Kep. Riau Natuna)

  5. Atambua (Ibukota Kab. I / A / 1 : Pengembangan/Peningkatan Nusa Tenggara Timur Belu) Fungsi (Tahap I)

  6. Kalabahi (Ibukota Kab. I / A / 2 : Pengembangan Baru (Tahap II) Nusa Tenggara Timur Alor)

  7. Kefamenanu (Ibukota I / A / 2 : Pengembangan Baru (Tahap I) Nusa Tenggara Timur Kab. Timor Tengah Utara)

  8. Paloh - Aruk (Kab. I / A / 2 : Pengembangan Baru (Tahap I) Kalimantan Barat Sambas)

  9. Jagoi Babang (Kab. I / A / 2 : Pengembangan Baru (Tahap I) Kalimantan Barat Bengkayang) Nangabadau (Kab.

  10. I / A / 2 : Pengembangan Baru (Tahap I) Kalimantan Barat Kapuas Hulu)

  11. Entikong (Kab. I / A / 1 : Pengembangan/Peningkatan Kalimantan Barat Sanggau) Fungsi (Tahap I)

  12. Jasa ( Kab. Sintang) I / A / 2 : Pengembangan Baru (Tahap II) Kalimantan Barat

  13. Nunukan (Kab. I / A / 1 : Pengembangan/Peningkatan Kalimantan Timur Nunukan) Fungsi

  14. Simanggaris (Kab. I / A / 2 : Pengembangan Baru (Tahap I) Kalimantan Timur Nunukan)

  15. Long Midang (Kab. I / A / 2 : Pengembangan Baru (Tahap I) Kalimantan Timur Nunukan) 16. Long Pahangai (Kab.

  II / A / 2 : Pengembangan Baru (Tahap II) Kalimantan Timur

PUSAT KEGIATAN NO STATUS PROVINSI STRATEGIS NASIONAL (1) (2) (3) (4)

  Kutai Barat) 17. Long Nawan (Kab.

  II / A / 2 : Pengembangan Baru (Tahap II) Kalimantan Timur Malinau)

  18. Melonguane (Ibukota I / A / 2 : Pengembangan Baru (Tahap I) Sulawesi Utara Kab. Talaud)

  19. Tahuna (Ibukota Kab. I / A / 2 : Pengembangan Baru (Tahap I) Sulawesi Utara Kep. Sangihe)

  20. Saumlaki (Kab. Maluku I / A / 2 : Pengembangan Baru (Tahap I) Maluku Tenggara Barat)

  21. Ilwaki (Kab. Maluku

  II / A / 2 : Pengembangan Baru (Tahap II) Maluku Barat Daya)

  22. Dobo (Kab. Kep. Aru)

  II / A / 2 : Pengembangan Baru (Tahap II) Maluku

  23. Daruba (Kab. Pulau I / A / 2 : Pengembangan Baru (Tahap I) Maluku Utara Morotai)

  24. Kota Jayapura I / A / 1 : Pengembangan/Peningkatan Papua Fungsi (Tahap I)

  25. Kota Tanah Merah I / A / 1 : Pengembangan/Peningkatan Papua (Ibukota Kab. Tanah Fungsi (Tahap I) Merah)

  26. Kota Merauke (Ibukota I / A / 1 : Pengembangan/Peningkatan Papua Kab. Merauke) Fungsi (Tahap I)

3.1.2.7. Kawasan Strategis Nasional (KSN)

  Sesuai dengan arahan pada Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang

Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, Kawasan Strategis Nasional (KSN) adalah wilayah

yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting

secara nasional terhadap kedaulatan negara, pertahanan dan keamanan negara, ekonomi,

sosial, budaya, dan/atau lingkungan, termasuk wilayah yang telah ditetapkan sebagai

  

warisan dunia. Penetapan Kawasan Strategis Nasional dilakukan berdasarkan beberapa

kepentingan, yaitu : a. Pertahanan dan keamanan

  b. Pertumbuhan ekonomi

  c. Sosial dan budaya

  d. Pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi

  e. Fungsi dan daya dukung lingkungan hidup

3.1.2.8. Arahan Rencana Tata Ruang (RTR) Pulau Jawa - Bali

  A. Definisi Rencana Tata Ruang (RTR) Pulau/Kepulauan merupakan rencana rinci dari

Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) berisi tujuan, kebijakan dan strategi

penataan ruang, rencana struktur dan pola ruang, pemanfaatan dan pengendalian

pemanfaatan ruang, strategi operasionalisasi perwujudan struktur dan pola ruang, serta

indikasi program jangka menengah lima tahun.

  B. Fungsi Rencana Tata Ruang Kepulauan Terhadap RPIJM Arahan pemanfaatan ruang Pulau/Kepulauan dan KSN merupakan acuan dalam

mewujudkan struktur ruang dan pola ruang (yang memuat rincian indikasi program

utama, indikasi sumber pendanaan, indikasi instansi pelaksana, dan indikasi waktu

pelaksanaan), sehingga untuk operasionalisasinya perlu disusun Rencana Program

Investasi Jangka Menengah (RPIJM).

  C. Kedudukan Rencana Tata Ruang (RTR) Pulau/Kepulauan disusun untuk melaksanakan

ketentuan Pasal 21 ayat (1) Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan

  

Ruang dan ketentuan Pasal 123 ayat (4) Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008

tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional. Dalam aturan tersebut RTR

Pulau/Kepulauan dan KSN disusun sebagai perangkat operasional dan merupakan

rencana rinci untuk RTRWN. Untuk lebih jelasnya lihat tabel berikut.

Tabel 3.5. Amanat UU 26/2007 dan PP 26/2008 terkait RTR Pulau/Kepulauan dan KSN

A. UU 26/2007 tentang Penataan Ruang 1.

  Pasal 14 ayat (4) RTR Pulau/Kepulauan dan KSN disusun sebagai perangkat operasional RTRWN 2. Pasal 14 Ayat (5 )

  RTR Pulau/Kepulauan dan KSN disusun apabila :

   RTRWN belum dapat dijadikan dasar pelaksanaan pemanfaatan ruang & pengendalian pemanfaatan ruang

   RTRWN mencakup wilayah perencanaan yg luas & skala peta memerlukan perincian sebelum dioperasionakan 3.

Pasal 21 ayat (1) RTR Pulau/Kepulauan dan KSN diatur dengan peraturan presiden.

  4. Penjelasan Pasal 14 Ayat (3)

  RTR Pulau/Kepulauan dan KSN merupakan rencana rinci untuk RTRWN

B. PP 26/2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional

  Pasal 123 ayat (4) RTR Pulau/Kepulauan dan KSN ditetapkan dengan peraturan presiden.

Sesuai dengan tabel diatas kedudukan dari RTR Pulau/Kepulauan dapat dilihat pada

gambar dibawah ini.

Gambar 3.1. Kedudukan RTR Pulau/Kepulauan

D. Tujuan Penataan ruang Pulau Jawa - Bali bertujuan untuk mewujudkan :

  1. Lumbung pangan utama nasional;

  2. Kawasan perkotaan nasional yang kompak berbasis mitigasi dan adaptasi bencana;

  3. Pusat industri yang berdaya saing dan ramah lingkungan;

  

4. Pemanfaatan potensi sumber daya mineral, minyak dan gas bumi, serta panas bumi

secara berkelanjutan;

  5. Pemanfaatan potensi perikanan, perkebunan, dan kehutanan secara berkelanjutan;

  6. Pusat perdagangan dan jasa yang berskala internasional;

  

7. Pusat pariwisata berdaya saing internasional berbasis cagar budaya dan ilmu

pengetahuan, bahari, ekowisata, serta penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif, konferensi, dan pameran (Meeting, Incentive, Convention and Exhibition/MICE);

  

8. Kapasitas daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup yang memadai untuk

pembangunan;

  

9. Pulau Jawa bagian selatan dan Pulau Bali bagian utara yang berkembang dengan

memperhatikan keberadaan kawasan lindung dan kawasan rawan bencana; dan

  10. Jaringan transportasi antarmoda yang dapat meningkatkan daya saing.

E. Kebijakan dan Strategi

  Kebijakan dan strategi penataan ruang dalam Rencana Tata Ruang Pulau Jawa - Bali dapat dilihat pada tabel berikut.

  Pasal Tujuan Kebijakan Strategi

  Pasal 6 Lumbung pangan utama nasional Pemertahanan lahan pertanian untuk tanaman pangan, termasuk lahan pertanian pangan berkelanjutan

   Mempertahankan luas lahan pertanian pangan berkelanjutan dengan dengendalikan kegiatan budi daya lainnya

   Mengendalikan alih fungsi peruntukan lahan pertanian untuk tanaman pangan; dan

   Mengendalikan perkembangan fisik kawasan perkotaan nasional untuk menjaga keutuhan lahan pertanian tanaman pangan Pengembangan dan pemertahanan jaringan prasarana sumber daya air untuk meningkatkan luasan lahan pertanian untuk tanaman pangan

   Mengembangkan dan memelihara bendungan beserta waduknya untuk mempertahankan daya tampung air yang menjamin penyediaan air baku bagi kegiatan pertanian tanaman pangan

   Memelihara dan meningkatkan jaringan irigasi teknis pada daerah irigasi (DI) untuk meningkatkan luasan lahan pertanian tanaman pangan.

Tabel 3.6. Kebijakan dan Strategi Dalam PP 28 Tahun 2012 Tentang Rencana Tata Ruang Pulau Jawa - Bali

  Pasal Tujuan Kebijakan Strategi

   Mengendalikan perkembangan kawasan budi daya terbangun di kawasan perkotaan nasional yang berpotensi terjadinya bencana

   Mengembangkan dan/atau meningkatkan kegiatan industri yang benilai tambah tinggi dengan penggunaan teknologi tinggi dan ramah lingkungan Pengembangan kawasan untuk kegiatan industri kreatif yang berdaya saing

   Meningkatkan penataan lokasi kegiatan industri di dalam kawasan industri; dan

   Mengembangkan dan/atau meningkatkan kualitas prasarana dan sarana penunjang kegiatan industri

  Rehabilitasi dan peningkatan fungsi kawasan industri untuk meningkatkan daya saing kawasan dengan memperhatikan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup

  Pasal 8 Pusat industri yang berdaya saing dan ramah lingkungan

   Membangun sarana pemantauan bencana

   Mengembangkan prasarana dan sarana perkotaan yang berfungsi sebagai lokasi dan jalur evakuasi bencana

   Menetapkan zona-zona rawan bencana beserta ketentuan mengenai standar bangunan gedung yang sesuai dengan karakteristik, jenis, dan ancaman bencana di kawasan perkotaan nasional

  Pengembangan sentra pertanian tanaman pangan melalui peningkatan fungsi industri pengolahan dan industri jasa hasil pertanian tanaman pangan untuk mewujudkan ketahanan pangan nasional.

  Pengendalian perkembangan kawasan perkotaan nasional di kawasan rawan bencana.

   Mengendalikan perkembangan kawasan perkotaan nasional yang berdekatan dengan kawasan lindung.

   Mengendalikan perkembangan kawasan permukiman, perdagangan, jasa, dan/atau industri di kawasan perkotaan nasional sesuai dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup

  Pengendalian perkembangan kawasan perkotaan nasional yang menjalar (urban sprawl)

  Pasal 7 Kawasan perkotaan nasional yang kompak berbasis mitigasi dan adaptasi bencana

   Mengembangkan kawasan perkotaan nasional sebagai pusat penelitian dan pengembangan pertanian tanaman pangan.

   Mengembangkan kawasan perkotaan nasional melalui peningkatan fungsi industri pengolahan dan industri jasa hasil pertanian tanaman pangan

   Mengembangkan sentra pertanian tanaman pangan untuk ketahanan pangan nasional

   Mengembangkan kawasan perkotaan nasional sebagai pusat kegiatan industri kreatif; dan

  Pasal Tujuan Kebijakan Strategi

   Peningkatan fungsi industri pengolahan hasil pertambangan minyak dan gas bumi yang didukung oleh pengelolaan limbah industri terpadu

   Mengembangkan kawasan perkotaan nasional melalui peningkatan fungsi industri pengolahan dan industri jasa hasil perikanan yang ramah lingkungan Peningkatan sentra

   Mengembangkan kawasan minapolitan berbasis masyarakat

   Merehabilitasi kawasan peruntukan perikanan budi daya untuk menjaga ekosistem sekitarnya;

   Mengembangkan sentra perikanan tangkap dan perikanan budi daya yang ramah lingkungan

  Pengembangan sentra perikanan dengan memperhatikan potensi lestari yang didukung peningkatan fungsi industri pengolahan dan industri jasa hasil perikanan

  Pasal 10 Pemanfaatan potensi perikanan, perkebunan, dan kehutanan secaraberkelanju tan

   Memantapkan aksesibilitas antara kawasan perkotaan nasional dan sentra pertambangan

   Mengembangkan kawasan perkotaan nasional sebagai pusat industri pengolahan pertambangan minyak dan gas bumi melalui

  dan ramah lingkungan di kawasan perkotaan nasional

   Mengendalikan perkembangan kawasan peruntukan pertambangan mineral, minyak dan gas bumi pada kawasan peruntukan permukiman Pengembangan kawasan perkotaan nasional sebagai pusat industri pengolahan dan industri jasa hasil pertambangan minyak dan gas bumi yang ramah lingkungan

   Mengendalikan perkembangan kawasan peruntukan pertambangan mineral, minyak dan gas bumi, serta panas bumi yang berpotensi merusak fungsi kawasan lindung dan mengubah bentang alam; dan

   Mengembangkan kawasan peruntukan pertambangan mineral, minyak dan gas bumi, serta panas bumi yang ramah lingkungan dan berbasis mitigasi dan adaptasi bencana;

  Pengembangan sentra pertambangan mineral, minyak dan gas bumi, serta panas bumi secara terkendali dengan memperhatikan kelestarian sumber daya alam dan meminimalkan dampak negative terhadap lingkungan hidup

  Pasal 9 Pemanfaatan potensi sumber daya mineral, minyak dan gas bumi, serta panas bumi secara berkelanjutan

  Memantapkan jaringan jalan nasional, jaringan jalur kereta api nasional, pelabuhan, dan/atau bandar udara

   Mengembangkan prasarana dan sarana penunjang kegiatan industri kreatif Peningkatan keterkaitan ekonomi antar pusat industri

   Mengembangkan sentra perkebunan

  Pasal Tujuan Kebijakan Strategi

  perkebunan dengan prinsip pembangunan berkelanjutan yang didukung peningkatan fungsi industry pengolahan dan industri jasa hasil perkebunan berbasis bisnis yang didukung prasarana dan sarana dengan memperhatikan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup;

   Merehabilitasi kawasan peruntukan pertanian untuk kegiatan perkebunan yang terdegradasi; dan

   Mengembangkan kawasan perkotaan nasional melalui peningkatan fungsi industri pengolahan dan industri jasa hasil perkebunan yang bernilai tambah tinggi dan ramah lingkungan Pengembangan potensi kehutanan dengan prinsip pembangunan berkelanjutan yang didukung peningkatan fungsi industri pengolahan dan industri jasa hasil hutan

   Merehabilitasi kawasan peruntukan hutan yang terdegradasi;

   Mengembangkan sentra kehutanan pada kawasan andalan dengan memperhatikan daya dukung dan daya tamping lingkungan hidup; dan

   Mengembangkan kawasan perkotaan nasional melalui peningkatan fungsi industri pengolahan dan industri jasa hasil hutan yang bernilai tambah tinggi dan ramah lingkungan

  Pasal 11 Pusat perdagangan dan jasa yangberskala internasional

  Peningkatan fungsi dan pengembangan kawasan perkotaan nasional sebagai pusat perdagangan dan jasa yang berskala internasional sesuai dengan daya dukung dan daya tamping lingkungan hidup

   Mengembangkan kawasan perkotaan nasional sebagai pusat perdagangan dan jasa yang berskala internasional

   Mengembangkan dan memantapkan prasarana dan sarana untuk meningkatkan keterkaitan antarpusat perdagangan dan jasa yang berskala internasional sesuai dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup

  Pasal 12 Pusat pariwisata berdaya sainginternasion al berbasis cagar budaya dan ilmu pengetahuan, bahari,ekowisata , serta penyelenggaraan pertemuan,

  Rehabilitasi dan pengembangan kawasan peruntukan pariwisata cagar budaya dan ilmu pengetahuan, bahari, ekowisata, serta penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif, konferensi, dan pameran

   Merehabilitasi kawasan peruntukan pariwisata cagar budaya dan ilmu pengetahuan, bahari, ekowisata, serta mengembangkan penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif, konferensi, dan pameran

   Mengembangkan dan memantapkan prasarana dan sarana pendukung kegiatan pariwisata cagar budaya dan ilmu pengetahuan, bahari, ekowisata, serta

  Pasal Tujuan Kebijakan Strategi

  perjalanan insentif,konferen si, dan pameran (Meeting, Incentive, Convention andExhibition/M

  ICE) penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif, konferensi, dan pameran

  Pengembangan kawasan perkotaan nasional sebagai pusat pariwisata cagar budaya dan ilmu pengetahuan, bahari, ekowisata, serta penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif, konferensi, dan pameran

   Mengembangkan pusat jasa dan promosi pariwisata di kawasan perkotaan nasional; dan

   Memantapkan akses prasarana dan sarana untuk meningkatkan keterkaitan antara kawasan perkotaan nasional dan kawasan- kawasan pariwisata cagar budaya dan ilmu pengetahuan, bahari, serta penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif, konferensi, dan pameran Pengembangan keterpaduan antarpusat pariwisata yang berbasis cagar budaya dan ilmu pengetahuan, bahari, ekowisata, serta penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif, konferensi, dan pameran

   Meningkatkan keterkaitan antar PKN di Pulau Jawa - Bali sebagai pusat pariwisata dalam kesatuan tujuan pariwisata

  Pasal 13 Kapasitas daya dukung dan dayatampung lingkungan hidup yang memadai untuk pembangunan

  Peningkatan luasan kawasan berfungsi lindung paling sedikit 30% (tiga puluh persen) dari luas Pulau Jawa- Bali sesuai dengan kondisi ekosistemnya

   Mempertahankan luasan kawasan berfungsi lindung dan merehabilitasi kawasan berfungsi lindung yang terdegradasi;

   Mengendalikan kegiatan budi daya yang berpotensi mengganggu kawasan berfungsi lindung

   Mengendalikan dan merehabilitasi daerah aliran sungai (DAS) kritis;

   Mengendalikan dan merehabilitasi kawasan lindung di bagian hulu Wilayah Sungai (WS), kawasan hutan lindung, kawasan resapan air, dan kawasan konservasi; dan

   Mengendalikan perubahan peruntukan dan/atau fungsi kawasan hutan Pengembangan kawasan lindung dan kawasan budi daya untuk meningkatkan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup

   Mengembangkan kawasan lindung dan kawasan budi daya dengan menggunakan teknologi lingkungan;

   Mengembangkan pengelolaan kawasan lindung dan kawasan budi daya melalui kerja sama antardaerah untuk kelestarian pemanfaatan sumber daya alam; dan

  Pasal Tujuan Kebijakan Strategi

   Mengembangkan kawasan perkotaan nasional dengan konsep kota hijau yang hemat energi, air, lahan, dan minim limbah

  Pasal 14 Pulau Jawa bagian selatan dan PulauBali bagian utara yang berkembang dengan memperhatikank eberadaan kawasan lindung dan kawasan rawan bencana

  Percepatan pengembangan kawasan andalan di Pulau Jawa bagian selatan serta keterkaitan Pulau Jawa bagian selatan dengan Pulau Jawa bagian tengah dan Pulau Jawa bagian utara

   Mengembangkan sentra produksi untuk kegiatan sektor unggulan berbasis mitigasi dan adaptasi bencana serta memperhatikan keberadaan kawasan lindung;

   Mengembangkan prasarana dan sarana pendukung kegiatan sektor unggulan; dan

   Meningkatkan aksesibilitas yang menghubungkan antarkawasan andalan di Pulau Jawa bagian selatan, serta antara kawasan andalan di Pulau Jawa bagian selatan dan kawasan perkotaan nasional di Pulau Jawa bagian tengah dan Pulau Jawa bagian utara Percepatan pengembangan kawasan andalan di Pulau Bali bagian utara serta keterkaitan Pulau Bali bagian utara dengan Pulau Bali bagian selatan

   Mengembangkan sentra produksi untuk kegiatan sektor unggulan berbasis mitigasi dan adaptasi bencana serta memperhatikan keberadaan kawasan lindung;

   Mengembangkan prasarana dan sarana pendukung kegiatan sektor unggulan; dan

   Meningkatkan aksesibilitas yang menghubungkan kawasan andalan di Pulau Bali bagian utara dengan kawasan perkotaan di Pulau Bali bagian selatan Pengembangan sentra produksi di luar kawasan andalan yang berada di Pulau Jawa bagian selatan dan Pulau Bali bagian utara

   Mengembangkan prasarana dan sarana pendukung kegiatan sentra produksi

   Meningkatkan aksesibilitas yang menghubungkan sentra produksi di luar kawasan andalan dengan kawasan perkotaan nasional sebagai pusat pengembangan kawasan andalan yang berada di Pulau Jawa bagian selatan dan Pulau Bali bagian utara Pemertahanan eksistensi 6 (enam) pulau kecil terluar di Pulau Jawa bagian selatan sebagai titik-titik garis pangkal kepulauan Indonesia untuk penegasan wilayah kedaulatan negara

   Mengembangkan prasarana pengamanan pantai di Pulau Deli, Pulau Manuk, Pulau Nusa Kambangan, Pulau Nusa Barung, Pulau Sekel, dan Pulau Panehan  Membangun dan memelihara mercusuar sebagai penanda dan navigasi pelayaran di Pulau Deli, Pulau Manuk, Pulau Nusa

  Pasal Tujuan Kebijakan Strategi

  Kambangan, Pulau Nusa Barung, Pulau Sekel, dan Pulau Panehan

   Menyediakan dan meningkatkan prasarana dan sarana untuk pemenuhan kebutuhan air baku di Pulau Nusa Kambangan 

  Pasal 15 Jaringan Pengembangan dan dan/atau memantapkan Mengembangkan transportasi pemantapan jaringan akses prasarana dan sarana transportasi antarmoda transportasi yang terpadu darat, laut, dan/atau udara yang yangdapat untuk meningkatkan menghubungkan antarkawasan perkotaan meningkatkan keterkaitan antarwilayah nasional dan memantapkan koridor ekonomi daya saing dan efisiensi ekonomi

  Pulau Jawa-Bali;

   Memantapkan akses prasarana dan sarana transportasi darat yang meliputi jaringan jalan, jaringan jalur kereta api, serta jaringan transportasi penyeberangan yang menghubungkan kawasan perkotaan nasional dengan sentra produksi, pelabuhan, dan/atau bandar udara; dan  jaringan transportasi

  Mengembangkan dengan memperhatikan fungsi kawasan pertanian pangan berkelanjutan, kawasan lindung, dan kawasan rawan bencana, dan/atau penerapan prasarana dan sarana yang ramah lingkungan

   Pengembangan jaringan Mengembangkan jaringan transportasi yang transportasi untuk menghubungkan perkotaan nasional dengan meningkatkan aksesibilitas kawasan tertinggal dan terisolasi, termasuk kawasan tertinggal dan pulau-pulau kecil terisolasi, termasuk pulau- pulau kecil

  

Sumber : Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2012 Tentang Rencana Tata Ruang Pulau

Jawa-Bali

3.1.2.9. Arahan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Jawa Timur

1. Visi dan Misi Penataan Ruang Provinsi

  Visi Penataan Ruang Provinsi adalah “terwujudnya ruang wilayah Provinsi

berbasis agribisnis dan jasa komersial yang berdaya saing global dalam pembangunan

berkelanjutan”.

  Sedangkan Misi Penataan Ruang Provinsi adalah mewujudkan :

a. Keseimbangan pemerataan pembangunan antarwilayahdan pertumbuhan ekonomi;

  

b. Pengembangan pusat pertumbuhan wilayah dalam meningkatkan daya saing daerah

dalam kancah Asia;

c. Penyediaan sarana dan prasarana wilayah secara berkeadilan dan berhierarki serta

bernilai tambah tinggi; d. Pemantapan fungsi lindung dan kelestarian sumber daya alam dan buatan;

  

e. Optimasi fungsi budidaya kawasan dalam meningkatkan kemandirian masyarakat

dalam persaingan global; Keterpaduan program pembangunan berbasis agribisnis dan jasa komersial yang f. didukung seluruh pemangku kepentingan; dan

  

g. Kemudahan bagi pengembangan investasi daerah serta peningkatan kerja sama

regional.

  2. Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Wilayah Provinsi A. Pengembangan Wilayah Kebijakan dan strategi pengembangan wilayah meliputi: 1) Pemantapan sistem perkotaan PKN sebagai kawasan metropolitan di Jawa Timur. Strategi : 

  Pengembangan ekonomi wilayah berbasis strategi pemasaran kota;  Pemantapan fungsi-fungsi perdagangan jasa berskala nasional dan internasional;  Pengembangan infrastruktur transportasi dan telekomunikasi skala internasional;  kemudahan investasi untuk pembangunan infrastruktur Peningkatan metropolitan;

   Peningkatan aksesibilitas barang, jasa, dan informasi antara kawasan metropolitan dan perkotaan lainnya; dan 

  Pengembangan kawasan metropolitan berbasis ekologi.

2) Peningkatan keterkaitan kantong-kantong produksi utama di Jawa Timur dengan

pusat pengolahan dan pemasaran sebagai inti pengembangan sistem agropolitan.

  Strategi :  Pemantapan sentra-sentra produksi pertanian unggulan sebagai penunjang agrobisnis dan agroindustri;