REVIEW RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR- JANGKA MEMENENGAH KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN TAHUN 2017-2021

  encana pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya mencakup empat sektor yaitu pengembangan permukiman, penataan bangunan dan lingkungan, pengembangan air minum, serta pengembangan penyehatan lingkungan permukiman yang terdiri dari air

  R

  limbah, persampahan, dan drainase. Penjabaran perencanaan teknis untuk tiap-tiap sektor dimulai dari penjabaran kondisi eksisting sebagai baseline awal perencanaan, serta permasalahan dan tantangan yang harus diantisipasi. Selanjutnya adalah sasaran program-program sectoral yang harus dicapai dengan mempertimbangkan kriteria kesiapan pelaksanaan kegiatan. Kemudian merumuskan usulan program dan kegiatan yang dibutuhkan.

7.1. SEKTOR PENGEMBANGAN PERMUKIMAN

  Berdasarkan UU No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, permukiman didefinisikan sebagai bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari satu satuan perumahan yang mempunyai prasarana, sarana, utilitas umum, serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan atau perdesaan.

  Kegiatan pengembangan permukiman terdiri dari Permukiman kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan. Pengembangan permukiman kawasan perkotaan terdiri dari pengembangan kawasan permukiman baru dan peningkatan kualitas permukiman kumuh, sedangkan untuk pengembangan kawasan perdesaan terdiri dari pengembangan kawasan permukiman perdesaan, kawasan pusat pertumbuhan, serta desa tertinggal.

7.1.1. KONDISI EKSISTING PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN

  A. Isu Strategis Pengembangan Permukiman

  Berbagai isu strategis yang berpengaruh terhadap pengembangan permukiman saat ini adalah:

  • Pengentasan permukiman kumuh perkotaan menjadi 0 persen melalui penanganan kawasan permukiman kumuh seluas 38.431 hektar dan peningkatan keswadayaan masyarakat di 7.683 kelurahan.
  • Meningkatkan akses masyarakat berpendapatan rendah terhadap hunian yang layak, aman, dan terjangkau serta didukung oleh penyediaan prasarana, sarana, dan utilitas
  • Pr ior itas penyediaan perumahan dan kaw asan permuki man dal am rangka

  meningkatkan standar hidup penduduk 40 persen terbaw ah

  • Pemanfaatan teknol ogi dan bahan bangunan yang aman dan mur ah sert a

    pengembangan i mplementasi konsep rumah tumbuh (incr ement al housing).

  • Peni ngkatan per an Badan Usaha Mi lik Negar a (BUMN) yang ter kait dengan

  penyediaan perumahan untuk MBR

  • Peni ngkatan t ata kelol a dan keter paduan antara par a pemangku kepentingan

  pembangunan perumahan

  • Percepatan pembangunan di wilayah timur Indonesia (Provinsi NTT, Provinsi Papua, dan Provinsi Papua Barat) untuk mengatasi kesenjangan.
  • Meminimalisir penyebab dan dampak bencana sekecil mungkin.
  • Belum optimalnya pemanfaatan Infrastruktur Permukiman yang sudah dibangun.
  • Perlunya kerjasama lintas sektor untuk mendukung sinergitas dalam pengembangan kawasan permukiman.

  Sampai saat ini Kabupaten TTS Telah belum memiliki dokumen perencanaan SPPIP, sehingga belum dapat menjelaskan dan merinci isu strategis Daerah yang berkaitan dengan sektor Bangkim. Namun dapat dicatat beberapa isu strategis pengembangan permukiman di daerah yang bersifat lokal seperti :

   Masih tingginya keterisilasian wilayah perdesan  Kemiskinan, pengangguran dan kerentanan ekonomi masyarakat desa  Keterbatasan ketersediaan pelayanan umum dan pelayanan dasar minimum  Belum optimalnya tata kelola desa dan peran kelembagaan desa dalam perencanaan dan pembangunan desa  Keterbatasan ketersediaan infrastruktur dalam mendorong keterkaitan desa-kota  Mengembangkan pusat desa mulai dari tingkat dusun sampai kota secara hierarki.

  B. Kondisi Eksisting Pengembangan Permukiman B.1. Kawasan Kumuh

  Kondisi eksisting pengembangan permukiman pada tingkat daerah Kabupaten TTS sampai dengan tahun 2014, sudah memiliki daerah yang dikategorikan sebagai kawasan kumuh. Penetapan kawasan kumuh itu oleh SK Bupati Kepala Daerah Kabupaten TTS No.189/KEP/HK/2015. Adapun luasan kawasan kumuh yang ditetapkan seluas 8,76 Ha yang terbagi atas kawasan kumuh Pasar Inpres 1,38 Ha dan Kawasan Taubneno 7,38 Ha. Sampai tahun 2016 belum ada penanganan kawasan kumuh pada 2 kawasan di TTS karena belum memiliki dokumen Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KPKP) sebagai dokumen rencana penanganan kawasan kumuh. Adapun peraturan perundangan di tingkat kabupaten TTS yang mendukung seluruh tahapan proses perencanaan, pembangunan dan pemanfaatan pembangunan permukiman disajikan dalam tabel berikut :

Tabel 7.1. Peraturan Daerah/ Peraturan Bupati terkait Pengembangan Permukiman

  PERDA/Peraturan Gubernur/Peraturan Walikota/ /Peraturan lainnya Amanat Kebijakan Daerah Kebijakan Kebijakan NO. No. Peraturan Perihal Tahun

  Pemanfaatan kawasan sesuai peruntukan dan 1 1 tahun 2010 RTRWP NTT 2010-2030 tidak melanggar ketentuan umum Zonasi.

  Pengembangan permukiman sesuai BWK yang 2 10 tahun 2012 RTRW TTS 2012-2032 ditentukan dan sesuai pula dengan ketentuan umum zonasi Upaya-upaya penataan & kawasan permukiman

  3

  04 Tahun 2014 RPJMD TTS 2014-2019 sesuai zonasi Penanganan kawasan kumuh pada lokasi yang 5 189/KEP/HK/2015 Penetapan Kawasan Kumuh 2015 telah ditetapkan.

  Sesuai data dari RPJMD Kabupaten TTS tahun 2014-2019, jumlah rumah layak huni yang dibangun oleh masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) secara swadaya dan difasilitasi oleh pemerintah melalui bantuan dana stimulan pengadaan material non lokal sebanyak 42.183 unit. Sedangkan berdasarkan data BPS tahun 2016, kondisi perumahan di Kab.TTS tahun 2014 yang berdinding tembok hanya 22,84%, kayu 1,172% dan berdinding bambu sebanyak 14,81% dan jenis

  60,63% . Prosentase angka-angka ini mengalami penurunan ditahun 2015, jenis dinding

  dinding lain lainnya yang di mencapai 53,63%, jenis tembok meningkat menjadi 26,63%.

  Jika dilihat dari jenis lantai maka sebagian besar rumah di Kabupaten TTS tahun 2014 memiliki lantai

tanah dengan prosentase terbesar 61,58%, lantai keramik 5,65% dan yang paling kecil lantai kayu 0,97%.

Namun di tahun 2015, luasan lantai tanah turun menjadi 59,39% sedangkan lantai semen meningkat menjadi 31,24% dan lantai keramik menjadi 8,09%. Untuk lebih jelas tentang kondisi perumahan di kabupaten TTS disajikan pada tabel dibawah ini :

  

Tabel. 7.2. Presentase Rumah Tangga Menurut Jenis Dinding, 2014-2015

di Kabupaten TTS

Jenis Dinding 2014 2015

Tembok/Wall 22,84 26,63

  

Kayu/wood 1,72 3,55

Bambu/Bamboo 14,81 16,18 Lainnya/othres 60,63 53,63 Jumlah/Total 100 100

  Jenis Lantai

  Marmer/keramik/granit 5,65 8,09 Tegel/teraso 0,34 0,34

  Semen 30,36 31,24 Kayu 0,97 0,16

  Tanah 61,58 59,39 Lainnya 1,10 0,78

  Jumlah/Total 100 100

  Sumber : TTS Dalam Angka 2012-2016

  Kondisi eksisting pengembangan permukiman menyangkut RSH, belum terdata dengan baik sehingga belum bisa diuraikan. Sedangkan menyangkut rusunawa, sampai saat ini belum dibutuhkan pembangunannya di kabupaten TTS, karena kepadatan bangunan masih sangat rendah.

  B.2. Kondisi Eksisting Permukiman Perdesaan, Nelayan dan Rawan Bencana.

  Karena tidak tersedianya data untuk menunjukan capaian kabupaten TTS dalam menyediakan kawasan yang layak huni maka, digunakan data jumlah Kepala keluarga di tiap kecamatan, jumlah rumah tangga miskin, dan jumlah rumah tidak layak huni tahun 2015 berdasarkan Kabupaten TTS dalam Angka Tahun 2016. Data yang ada ini diharapkan dapat menggambarkan kondisi perumahan di Kabupaten TTS skala kecamatan. Penduduk kabupaten TTS tahun 2015 sebanyak 459.310 jiwa dan 113.777 rumah tangga. Rata-rata penduduk miskin di TTS periode 2006-2012 adalah 32,18%. Jika diasumsikan dengan kondisi penduduk tahun 2015, maka jumlah penduduk miskin di kabupaten TTS sampai tahun 2015 sebanyak 147.809 jiwa. Jika disumsikan tiap KK 5 orang, maka terdapat ± 29.562 KK Miskin yang sama dengan tidak memiliki rumah yang layak huni.

  Di kabupaten TTS terdapat 6 kecamatan yang masuk wilayah perbatasan negara yakni kecamatan Boking, Nunkolo, Kot’Olin, Kolbano, Kualin dan Amanuban Selatan dengan jumlah KK seluruhnya 26.202 KK. Yang diasumsikan sama dengan jumlah rumah yang dihuni.

  Permukiman nelayan, adalah pemukiman yang ada di pesisir pantai. Kecamatan di TTS yang masuk pesisir pantai sama dengan kecamatan perbatasan laut dengan negara Timor Leste dan negara Australia. Sehingga permukimannya juga sama .

C. PERMASALAHAN DAN TANTANGAN PENGEMBANGAN PERMUKIMAN

  o Permasalahan pengembangan permukiman diantaranya: Pencapaian t arget 0% Kumuh, t ermasuk didalamnya pencapaian Program- Program Pro o Rakyat (Direkt if Presiden).

  Belum terpenuhinya kebutuhan pengembangan permukiman (Prasarana dan Sarana Dasar o Permukiman) Belum tersedianya permukiman yang layak dalam lingkungan permukiman yang sehat, aman, o serasi dan teratur o pertumbuhan wilayah yang belum merata o Kurangnya dukungan kegiatan ekonomi melalui pengembangan permukiman Belum berkembangnya kawasan perdesaan agropolitan dan minapolitan

  Tantangan pengembangan permukiman diantaranya:

  Tantangan pegembangan permukiman di daerah sebagian besar sama dengan tantangan pengembangan permukiman secara nasional. Namun secara khusus di kabupaten TTS tantangannya berupa kurangnya perhatian pemerintah terhadap pembangunan bidang Cipta Karya khususnya sektor pengembangan permukiman, dan belum tersedianya dokumen perencanaan RP2KP/RKP .

7.1.2. Sasaran Program

  Kegiatan pengembangan permukiman terdiri dari kegiatan Non Fisik berupa pengaturan, pembinaan, pengawasan dan kegiatan fisik berupa pembangunan dan pengembangan di kawasan perkotaan; perdesaan dan kawasan khusus. Pengembangan permukiman terdiri dari :

  1. Peraturan Pengembangan Kawasan Permukiman Peratutran Pengembangan Kawasan Permukiman -

  2. Pembinaan dan Pengawasan Pengembangan Kawasan Permukiman Pendampingan Penyusunan NPSK - Penyusunan Kebijakan, Strategi dan rencana Pengembangan Kawasan Permukiman - Pembinaan, Pengawasan dan Kemitraan Penyelengaraan Pengembangan Kawasan - Permukiman

  3. Pembangunan dan pengembangan kawasan permukiman perkotaan meliputi :

  • peningkatan kualitas kawasan permukiman kumuh
  • peningkatan lingkungan permukiman perkotaan
  • pembangunan dan pengembangan kawasan permukiman nelayan

  4. Pembangunan dan Pengembangan kawasan permukiman perdesaan meliputi :

  • pembangunan dan pengembangan kawasan permukiman perdesan potensial
  • pembangunan dan pengembangan kawasan permukiman perdesaan tetinggal, terpencil dan pulau-pulau kecil terluar
  • Pembangunan Infrastruktur Sosial ekonomi Wilayah

  5. Pembangunan dan Pengembangan kawasan permukiman khusus meliputi :

  • pembangunan dan pengembangan kawasan perbatasan
  • Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Pulau-pulau Kecil terluar
  • pembangunan dan pengembangan kawasan rawan bencana, paska bencana, dan kawasan tertentu
  • Program Peningkatan Kualitas Permukiman
  • Perintisan Inkubasi Kota Baru
    • Indikator kinerja sesuai dengan yang ditetapkan dalam Renstra.
    • Kesiapan lahan (sudah tersedia).
    • Sudah tersedia DED.
    • Tersedia Dokumen Perencanaan Berbasis Kawasan (SPPIP/RP2KP/RKP,
    • Tersedia Dana Daerah untuk Urusan Bersama (DDUB) dan dana daerah untuk pembiayaan komponen kegiatan sehingga sistem bisa berfungsi.
    • Ada unit pelaksana kegiatan.
    • Ada lembaga pengelola pasca konstruksi.

  6. Infrastruktur Berbasis Masyarakat

  7. Pembangunan Percontohan Kota Baru

  Kriteria Kesiapan (Readiness Criteria)

  Dalam pengembangan permukiman terdapat kriteria yang menentukan, yang terdiri dari kriteria umum dan khusus, sebagai berikut.

  1. Umum • Ada rencana kegiatan rinci yang diuraikan secara jelas.

  RPKPP, Masterplan Kws. Agropolitan & Minapolitan, dan KSK)

  2. Khusus

  Rusunawa

  • Kesediaan Pemda utk penandatanganan MoA
  • Dalam Rangka penanganan Kws. Kumuh • Kesanggupan Pemda menyediakan Sambungan Listrik, Air Minum, dan PSD lainnya
  • Ada calon penghuni
Selain kriteria kesiapan seperti di atas terdapat beberapa kriteria yang harus diperhatikan dalam pengusulan kegiatan pengembangan permukiman seperti untuk penanganan kawasan kumuh di perkotaan. Mengacu pada UU No. 1/2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, permukiman kumuh memiliki ciri :

  (1) ketidakteraturan dan kepadatan bangunan yang tinggi (2) ketidaklengkapan prasarana, sarana, dan utilitas umum (3) penurunan kualitas rumah, perumahan, dan permukiman, serta prasarana, sarana dan utilitas umum (4) pembangunan rumah, perumahan, dan permukiman yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang wilayah.

  Lebih lanjut kriteria tersebut diturunkan ke dalam kriteria yang selama ini diacu oleh Ditjen. Cipta Karya meliputi sebagai berikut:

  1. Vitalitas Non Ekonomi

  a. Kesesuaian pemanfaatan ruang kawasan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kota atau RDTK, dipandang perlu sebagai legalitas kawasan dalam ruang kota.

  b. Fisik bangunan perumahan permukiman dalam kawasan kumuh memiliki indikasi terhadap penanganan kawasan permukiman kumuh dalam hal kelayakan suatu hunian berdasarkan intensitas bangunan yang terdapat didalamnya.

  c. Kondisi Kependudukan dalam kawasan permukiman kumuh yang dinilai, mempunyai indikasi terhadap penanganan kawasan permukiman kumuh berdasarkan kerapatan dan kepadatan penduduk.

  2. Vitalitas Ekonomi Kawasan

  a. Tingkat kepentingan kawasan dalam letak kedudukannya pada wilayah kota, apakah kawasan itu strategis atau kurang strategis.

  b. Fungsi kawasan dalam peruntukan ruang kota, dimana keterkaitan dengan faktor ekonomi memberikan ketertarikan pada investor untuk dapat menangani kawasan kumuh yang ada.

  Kawasan yang termasuk dalam kelompok ini adalah pusat-pusat aktivitas bisnis dan perdagangan seperti pasar, terminal/stasiun, pertokoan, atau fungsi lainnya.

  c. Jarak jangkau kawasan terhadap tempat mata pencaharian penduduk kawasan permukiman kumuh.

  3. Status Kepemilikan Tanah a. Status pemilikan lahan kawasan perumahan permukiman.

  b. Status sertifikat tanah yang ada.

  4. Keadaan Prasarana dan Sarana : a. Kondisi Jalan, b.Drainase, c. Air bersih, d. Air limbah

  5. Komitmen Pemerintah Kabupaten/Kota a. Keinginan pemerintah untuk penyelenggaraan penanganan kawasan kumuh dengan indikasi penyediaan dana dan mekanisme kelembagaan penanganannya.

  b. Ketersediaan perangkat dalam penanganan, seperti halnya rencana penanganan (grand scenario ) kawasan, rencana induk (master plan) kawasan dan lainnya.

7.1.3. Usulan Progran dan Kegiatan

  Dari sejumlah sasaran dan program nasional dan RPJMD TTS terkait pengembangan permukiman, diusulkan beberapa program yang relevan dengan kondisi eksisiting dan permasalahan pembangunan permukiman di kabupaten TTS sebagaimana disajikan pada tabel berikut :

  

Tabel 7.3.

Program Pengembangan Sistem Infrastruktur Permukiman Yang Diusulkan

  Kondisi No Aspek Pengembangan Permukiman Lokasi Kondisi Akhir Rencana Saat Ini

  Pengembalian Fungsi Kawasan melalui

  1 Kota Soe Kumuh Diremajakan Peremajaan (Urban Renewal) Penataan/Peningkatan Infrastruktur 2 titik (pasar inpres & Kel.

  2 Kumuh Diremajakan Permukiman Kawasan Kumuh Taubneno Pembangunan /RSH Beserta Infrastruktur 10.000 unit thn 2019 (data dari

  3 Beberapa kec di TTS 42.183 unit Pendukungnya – Rumah layak huni (MBR) RPJM TTS) Peningkatan Infrastruktur Perdesaan Skala

  4 Beberapa titik /kelurahan Kurang Diadakan/Ditingkatkan Kawasan Permukiman Pinggir Kota

  Secara rinci, usulan prioritas kegiatan dan pembiayaan Pengembangan Permukiman di kabupaten TTS disajikan dalam Matriks RPI2JM .

7.2 Penataan Bangunan dan Lingkungan

7.2.1. Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan & Tantangan

  Isu Strategis sektorr PBL di kabupaten TTS diidentifikasikan sebagai berikut :

  Tabel .7.4. Isu Strategis sektor PBL di kabupaten TTS No.

  Isu Strategis sektor PBL Kegiatan Sektor PBL di Kabupaten

  a. Pemenuhan ruang terbuka publik dan RTH di Kota Soe

  b. Peningkatan kualitas lingk dalam pemenuhan SPM

  c. Keikutsertaan swsta & masyarakat dalam pentaan bangunan & lingkungan Peraturan Penataan Bangunan

  d. Pencegahan kebakaran di kota Soe Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Bangunan gedung

  e. Tertib pembangunan & keandalan bangunan gedung Penyelengaraan BG Penyelenggaraan Penataan Bangunan

  f. P erlu mewujudkan bangunan gedung yg fungsional, tertib andal & mengacu pd lingk Penyelenggaraan Penataan Bangunan yg berkelanjutan Kawasan khusus

  g. Jumlah penduduk miskin TTS thn 2012 sebanyak 124.010. atau 27,53% dari total penduduk TTS

  Kondisi Eksisting

  Program Sektor Penataan Bangunan dan lingkungan difokuskan pada penataan bangunan melalui fasilitasi pembentukan dan implementasi Perda Bangunan Gedung, dan penataan lingkungan melalui penataan kawasan strategis baik itu kawasan bersejarah, tradisional, Penyediaan Ruang Terbuka Hijau maupun kawasan yang mempunyai nilai ekonomi. Fungsi dari penataan atau revitalisasi kawasan tersebut yaitu untuk meningkatkan kualitas kawasan. Sampai dengan tahun 2015 presentasi bangunan gedung yang sudah mempunyai IMB sebanyak......unit, atau diperkirakan sebesar.....% dari jumlah bangunan gedung di Kabupaten TTS, walaupun PERDA BG telah disahkan pada tahun 2014 tetapi implementasi Perda ini belum dapat dilakukan, Presentasi Ruang Terbuka Hijau berdasarkan data dari Bappeda Kabupaten TTS telah mencapai...% dari luas kawasan di Kabupaten TTS. Adapun Kondisi Eksisting Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 7.5. : Kondisi Eksisting Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan Tahun 2015

NO URAIAN SATUAN BESARAN KETERANGAN

  

1 St at us Perda BG Ada/ t idak Ada No.07 Tahun 2015

  

2 Prosent asi Bangunan Ber-IM B % Belum t er dat a

  3 Prosent asi Bangunan Bersert ifikat SLF %

  

4 Pendat aan Bangunan Gedung unit Belum t er dat a

  

5 Prosent asi RTH % Belum t er dat a

  6 St at us Bangunan Pusaka (Nasional) Ada/ t idak Tidak ada

  7 St at us Bangunan Pusaka (Dunia) Ada/ Tidak Tidak ada Sumber : Profil CK NTT 2016

Tabel 7.6. Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan Tahun 2011-2015 (Sumber Dana APBN)

NO URAIAN SATUAN 2011 2012 2013 2014 2015

  1

  1 - - Kw s

  • 1 Penat aan RTH

  2 Revit alisasi Kw s - - - - - Kw s.St rat egis

  3 1

- Penat aan Kw s

  • Kw s.Tradisional

4 RTBL Kaw asan lap - - - - -

  5 Pagu Dana Rp 2.934.973. 1.500.000 - - - (Rp.)(X1.000) Sumber : Profil CK NTT 2016 Permasalahan dan Tantangan

  Dalam penataan bangunan dan lingkungan terdapat beberapa permasalahan dan tantangan yang antara lain : a. Kurang diperhatikannya permukiman-permukiman tradisional dan bangunan gedung bersejarah, padahal punya potensi wisata.

  b. Terjadinya degradasi kawasan strategis, padahal punya potensi ekonomi untuk mendorong pertumbuhan kota.

  c. Sarana lingkungan hijau, sarana olah raga, dan lain-lain kurang diperhatikan .

  e. Kurang ditegakkannya aturan keselamatan, keamanan dan kenyamanan bangunan gedung termasuk pada daerah-daerah rawan bencana.

  f. Prasarana dan sarana hidran kebakaran banyak yang tidak berfungsi dan kurang mendapat perhatian g. Lemahnya pengaturan penyelenggaraan bangunan gedung di daerah serta rendahnya kualitas pelayan publik .

  h. Sampai saat ini Pemberian perijinan dan pembangunan gedung belum didasarkan pada Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan; i. Banyaknya bangunan gedung negara yang belum memenuhi persyaratan keselamatan, keamanan, dan kenyaman j. Masih banyak bangunan gedung yang belum dilengkapi sarana dan prasarana bagi penyandang cacat; k. Penyelenggaraan bangunan gedung dan rumah negara kurang tertib dan efisien l. Masih banyaknya aset negara yang tidak teradministrasikan dengan baik. m. Belum mantapnya kelembagaan komunitas untuk meningkatkan peran masyarakat n. Belum melibatkan masyarakat secara aktif dalam proses perencanaan dan penetapan prioritas pembangunan.

NO ASPEK PBL MASALAH YG DIHADAPI TANTANGAN PENGEMBANGAN ALTERNATIF SOLUSI

  • Tersebarnya pemukiman/ ketidakteraturan
  • Sarana lingkungan hijau kurang diperhatikan
  • Menata/meminimalisir
  • Peningkatan fasilitas RTH
  • Identifikasi bangunan & dimanfaatkan sesuai fungsi kebutuhan

  5 Lingkungan Permukiman Kurang tertata, kumuh, lokasi tidak sesuai lahan peruntukan

  2. Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Bangunan Gedung

  1. Peraturan Penataan Bangunan :

  Program-Program Penataan Bangunan dan Lingkungan, terdiri dari:

  Rencana Penataan Bangunan dan Lingkungan di wilayah Kabupaten TTS, diperlukan tidak hanya untuk mengendalikan pertumbuhan fisik suatu kawasan kota sejak dini dalam rangka memandu pertumbuhan kota, tetapi juga memelihara, melindungi dan mencegah dari segala ancaman yang akan merusak eksistensi kota. Untuk dapat menciptakan tahap pembangunan dan pengembangan wilayah dan kota, maka sangat diperlukan pemanfaatan ruang yang optimal. Rencana Penataan Bangunan dan Lingkungan sebagai alat pengendali pemanfaatan ruang kota juga diharapkan dapat berfungsi sebagai dokumen perencanaan yang dapat dipedomani berbagai pihak dalam pembangunan fisik kota serta mereduksi berbagai konflik kegiatan masyarakat dalam pemanfaatan ruang kota.

  Meelokasi sesuai peruntukan kawasan, Menata sesuai peruntukan kawasan

  4 Partisipasi masyarakat/swasta Sangat kurang Kurang kesadaran Sosialisasi

  3 Pembiayaan Dana yang minim Kerjasama dgn swasta Usul Tingkatkan dana

  Perlu penegasan dlm penerapan aturan yang sudah ada

  2 Kelembagaan Belum siap landasan operasional Kurang kerja sama antar Instasi terkait

  Lokasi yang menyebar, belum terdata dgn baik

  1 Teknis

  

Tabel .7.7. Indentifikasi Permasalahan & Tantangan PBL Kabupaten TTS

7.2.2. Sasaran Program

  • Penyusunan Rancangan UU dan RPP Bidang Penataan Bangunan dan Lingkungan;
  • Penyusunan Standar /Pedoman/Kriteria (SPK)
  • >Pembinaan pengelolaan bangunan gedung
  • Standarisasi dan Kelembagaan Bidang Pebataan Bangunan  Fasilitasi Kemitraan Bidang Penataan Bangunan  Fasilitasi Penguatan Pemda  Pengawasan dan Evaliasu Kenerja Bidang Penataan Bangunan  Pembinaan Pnengelolaan rumah Negara  Pembinaan Penataan Bangunan Loinglungan Khusus  Perencanaan dan Analisa Teknis  Administrasi dan Penatausahaan Penataan Bangunan

  3. Penyelenggaraan Bangunan Gedung

  • Bangunan Gedung Pusaka/Tradisional
  • Bangunan Gedung Hijau  Bangunan Gedung Mitigasi Bencana  Bangunan Gedung Perbatasan  Pembangunan Bangunan Gedung Pendukung Kebun Raya

  4. Penyelenggaraan Penataan Bangunan dan Lingkungan

  • Penataan Bangunan Kawasan Strategis  Penataan Bangunan Kawasan Rawan Bencana  Penataan Bangunan Kawasan Perbatasan  Penataan Bangunan Kawasan Hijau  Penataan Bangunan Kawasan Destinasi Wisata

  5. Revitalisasi dan Pengembangan Kawasan Tematik Perkotaan

  • Penataan Kawasan Pengembangan Kota HIjau
  • Penataan Kawasan Revitalisasi Kota Pusaka  Penataan Kawasan Revitalisasi Tradisional Bersejarah  Penataan Kawasan Pengembangan Destinasi Wisata

  

6. Fasilitasi Edukasi dan Pengembangan Partisipasi Masyarakat Bidang Penataan

Bangunan

  • Kegiatan Penyebarluasan Informasi PIP2B
  • Fasilitasi Pemanfaatan Ruang terbuka Publik Untuk penyelenggaraan program-program pada sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan (PBL) dibutuhkan Kriteria Kesiapan (Readiness Criteria) yang mencakup antara lain rencana kegiatan rinci, indikator kinerja, komitmen Pemda dalam mendukung pelaksanaan kegiatan melalui penyiapan dana pendamping, pengadaan lahan jika diperlukan, serta pembentukan kelembagaan yang akan menangani pelaksanaan proyek serta mengelola aset proyek setelah infrastruktur dibangun.

  Identifikasi kebutuhan sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan wilayah kabupaten TTS untuk jangka waktu 5 tahun ke depan yang mengacu pada program dan capaian RPJMD kabupaten TTS sebagaimana tergambarkan pada tabel dibawah ini :

Tabel 7.8. Kebutuhan sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan Kebutuhan No Uraian Satuan

  Ket Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun 2015 2016 2017 2018 2019

  I Kegiatan Penataan Lingkungan Permukiman

  Lokasi penanaman sekitar sumber air (RTH) pasif

  1. lokasi

  35

  45

  55

  65

  70 RPJMD Ruang Terbuka (fasilitas GOR & stadion

  2. unit 2 - mini

  3. PSD unit 4.

  • PS Lingkungan (taman baca) unit

  1

  1

  1

  5. HSBGN laporan Pelatihan Teknis Tenaga

  6. laporan Pendata HSBGN 7.

  IMB yg diterbitkan dokumen 50 100 150 200 250

  II Kegiatan Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara

  1. Bangunan Fungsi Hunian unit didata 100 100 100 100

  2. Bangunan Fungsi Pendidikan unit

  10

  10

  10

  10

  10

  3. Bangunan Fungsi Usaha (pasar harian) unit

  3

  1

  1

  1

  1 Unit Bangunan Fungsi Sosbud ‘- situs budaya yg direnovasi Situs

  1

  1

  1

  1 4. ‘- puskemas rawat inap Unit

  5

  4

  4

  4 ‘- pustu unit

  3

  3

  3 ‘- Apotik RS/Puskemas 24 jam unit

  3

  3

  3 Bangunan Fungsi Khusus (peningkatan 5. unit - -

  1

  1 Rumah sakit dar type B ke B Bintek Pembangunan Gedung

  6. laporan Negara

  7. lainnya

III. Kegiatan Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan

  1. P2KP (kk miskin dg padat karya) kelompok didata 100 100 100 100

  2 KK miskin yg dilatih perencanaan kelompok didata

  10

  10

  10

  10 parsipatif

  3 Karang Taruna Potensial yg difasilitasi kelompok

  5

  5

  5

  5

  5 Sumber : RPJMD Kab.TTS

7.2.3. Usulan Program dan Kegiatan

  Usulan program dan kegiatan Penataan Bangunan dan Lingkungan Kabupaten TTS di sajikan pada matriks RPI2JM .

7.3 SISTIM PENYEDIAAN AIR MINUM

7.3.1. Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan dan Tantangan

A. Isu Strategis Pembangunan SPAM

  Isu-isu strategis tersebut adalah:

  1. Peningkatan pelayanan Air Minum 100 % bagi masyarakat di akhir tahun 2019

  2. Pengembangan Pendanaan

  3. Peningkatan Kapasitas Kelembagaan

  4. Pengembangan dan Penerapan Peraturan Perundang-undangan

  5. Pemenuhan Kebutuhan Air Baku untuk Air Minum

  6. Peningkatan Peran dan Kemitraan Badan Usaha dan Masyarakat

  7. Penyelenggaraan Pengembangan SPAM yang Sesuai dengan Kaidah Teknis dan Penerapan Inovasi Teknologi. Selain isu-isu di tingkat nasional, ada pula isu-isu strategis di kabupaten TTS yang mempengaruhi upaya untuk mencapai target pengembangan di bidang air minum antara lain :

  Kurang tersedianya air minum disaat musim kemarau

  a. Sebaran pemukiman yang tidak merata, berakibat pada kebutuhan sarana prasarana yang air minum yang lebih besar biayanya.

  b. Terjadinya kerusakan lingkungan dan pencemaran di sekitar kawasan tangkapan air dan sumber mata air.

  c. penyediaan air minum bagi kawasan RSH, dengan target kawasan yang merupakan lokasi pembangunan RSH yang telah dibangun dan telah berpenghuni d. PDAM yang kurang sehat.

  f. pembangunan PS Air Minum Untuk Desa Miskin dan Rawan Air, dengan target desa miskin, desa rawan air dan desa pesisir.

  g. pembangunan air minum di ibukota Kecamatan (IKK), dengan target IKK yang belum memiliki sistem penyediaan air minum dan IKK yang telah diverivikasi dan memiliki DED pengembangan SPAM.

B. Kondisi Eksisting Pengembangan SPAM

  Kondisi eksisting pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum di kabupaten TTS secara umum : Berdasarkan data capaian untuk akses rumah tangga terhadap air minum layak di kabupaten TTS sampai dengan tahun 2015 sebesar 44,25% atau 55,75% rumah tangga di Kabupaten TTS belum mendapatkan/belum mengakses air minum layak. Dari data BPS tahun 2015 jumlah Rumah Tangga yang mengakses air minum menggunakan leding hanya 8,25%, yang menggunakan pompa sebesar 0,97% sedangkan sumur dan mata air sebanyak 83,48%. Penyediaan air minum dengan sistem perpipaan di Kabupaten TTS untuk kawasan perkotaan dikelola oleh PDAM Kabupaten TTS dan sampai dengan akhir tahun 2015 cakupan layanan penduduk baru mencapai 20,81% atau 6.887 Sambungan Rumah. Untuk membantu meningkatkan pelayanan air minum di Kabupaten TTS pemerintah Pusat melalui Satuan Kerja PSPAM.

Tabel 7.9 : Data Pengolahan Air Minum Oleh Kabupaten PDAM Kabupaten TTS NO U RAIAN SATUAN BESARAN 2013 2014 2015 PELAYANAN PENDUDUK

DATA PRODUKSI

DATA DISTRIBUSI

DATA TARIF

  

Persentase Rumah Tangga Menurut Sumber Air Minum di Kabupaten TTS

Sumber : PDAM Kabupaten TTS

  3 Kom sumsi Non Rum ah Tangga Unit 446.184 477.612 461.574

  4 Jumlah Jiw a/ Sam bungan Tum ah Tangga

  Unit

  6

  6

  6 Sumber : PDAM Kabupaten TTS

Tabel 7.10.

  2 Pom pa - 0,00

  NO SUM BER AIR M INUM RUM AH TAN GGA PERSEN TASE (%)

  1 Leding 9.416 10,25

  1 Jumlah Sambungan Rum ah (SR) Unit 6.604 6.781 6.887

  3 Sum ur Terlindungi/ t idak t er lindung 18.473 20,11

  4 M at a Air Terlindungi/ t ak t er lindung 59.462 64,73

  5 Air Sungai 4.501 4,90

  6 Lainnya 101 0,11

  Total 91.954 100

  2 Kom sumsi Rum ah Tangga Unit 1.073.142 1.090.471 1.047.610

  6 Tarif rat a-rat a Rp 3950 3950 3950

  1 Jumlah Penduduk Jiw a 451.922 456.152

  60

  2 Jumlah Pelanggan Jiw a 6.604 6.781 6.887

  3 Penduduk Terlayani % 20,23 20,77 20,81

  1 Kapasit as Produksi Lt / detik 66,7 66,7 66,7

  2 Kondisi PDAM Sehat / Sakit Kurang Sehat Kurang Sehat Kurang Sehat

  3 Biaya Pr oduksi di PDAM Rp

  1 Kapasit as Distr ibusi Lt / dt k

  2 Asum si Kebut uhan Air Lt / Org/ hr

  60

  60

  5 Sosial Rp 2750 2750 2750

  3 Air Terjual M 3/ t h 1.569.326 1.568.083 1.362.121

  4 Air Terdist ribusi M 3/ t h 2.103.451 2.207.033,82 1.855.097

  5 Tot al Penj ualan Air Rp 5.021.533.625 5.120.611.325 4.508.414.275

  6 Cakupan Pelayanan Air % 20,23 20,77 20,81

  7 Cakupan Penduduk Jiw a 464.721 463.220 464.379

  1 Rum ah Tangga Rp 4500 4500 4500

  2 Niaga Rp 4500 5.000 5.000

  3 Industri Rp 5000 5000 5000

  4 Inst ansi Rp 3.000 3.000 3.000

DATA KONSUM EN

Tabel 7.11 Akses Air Minum Layak Desa dan Kota Tahun 2013-2015

CAPAIAN NO URAIAN 2013 2014 2015

  1 Tot al Akses Air M inum 27,85 30,26 44,25 Layak

  2 Tot al Akses Perkot aan 99,77 99,78 87,67

  3 Tot al Akses Perdesaan 22,35 24,55 40,25

  Sumber : BPS, Provinsi NTT

  Sumber air baku yang dikelola PDAM kabupaten TTS sebanyak 30 titik. Diantaranya ada yang dibangun sejak tahun 1968 yakni mata air Oe’Soe . Umumnya sistem pengaliran air baku secara grafitasi dengan kapasitas sumber bervariasi dari 5 liter/detik hingga 248 liter/detik. Kapasitas terpasangpun bervariasi dari 2,5 liter/detik hingga 50 liter/detik dan kapasitas produksi antara 1,0 sampai 34 liter/detik. Sumber air yang memiliki dengan kapasitas tertinggi tersebut diatas adalah sumber mata air Mutis. Selengkapnya mengenai presentase rumah tangga menurut sumber air minum, pelanggan air bersih menurut kategori, jumlah air bersih yang disalurkan serta banyaknya air bersih yang diproduksi dan penggunaannya disajikan berturut-turut pada tabel dibawah ini : Tabel 7.12.

  Presentase Rumah Tangga Manurut Sumber Air Minum tahun 2014-2015 No Sumber Air Minum 2014 (%) 2015 (%)

  8,53 Ledeng Meteran 7,27

  8,57

  1 Sumur Terlindung / Cover Well 7,93 11,54

  2 Sumur Tak terlindung / Uncover Well dan sungai 15,40 30,02

  3 Mata Air terlindung/ Cover Spring 20,79 34,71

  Mata Air tak terloindung 39,36 4,90

  Sungai dan Hujan 7,30

  Sumber : BPS Kabupaten TTS 2016

Tabel 7.13.

  

Sumber Air Baku yang dikelola PDAM kabupaten TTS Tahun 2014

KAPASITA KAPASITAS TAHUN SISTEM KAPASITAS NO NAMA SUMBER AIR S SUMBER TERPASANG KETERANGAN

  DIBANGUN PENGALIRAN PRODUKSI ltr/det ltr/det ltr/det

  1 MA Oe’Soe 1968 Grafitasi 5 3,5 1,5

  2 MA Bisuaf 1978 Grafitasi 5 3,5 1,0 Yang dikelola

  3 MA Oenasi 1988 Grafitasi/pompa

  10

  6

  5

  4 MA Mutis 2004 Grafitasi 248

  50

  34

  5 MA Oetopo Kapan 84/85 Grafitasi 7 3,5

  3 Yang dikelola

  6 MA Manumaten Siso 88/89 Grafitasi 3 2,5

  2

  7 MA Oetune Niki-niki

  7

  5

  21 M A Honu Kuanfatu Grafitasi

  5

  22 M A Oeleu Hane Pompa

  20

  23 Oeleu Kol bano Grafitasi

  10

  24 Pol en Grafitasi

  10

  25 Noebana Grafitasi

  26 Kot’Olin Grafitasi

  PDAM

  5

  27 Sal bait Grafitasi

  15

  28 Poni/ Kualin Grafitasi

  10

  29 M A Oebeno Nobi Grafitasi

  5

  30 M A Oetune Niki niki Pompa

  5 Selanjutnya pembangunan sektor Air Minum di Kabupaten TTS tahun 2011-1015 ada pada tabel berikut :

Tabel 7.14. Pembangunan Sektor Air Minum di Kabupaten TTS Tahun 2011 – 2015

  NO Nama IKK Tahun Pem bang -unan Sumber Dana Pagu Dana (Rp)x 100 0 W ilayah Pela yana n Sistim Produksi

Sist im

Distr ibusi

Kapasitas Terpasang Kapasitas Pr oduksi Infrastruk tur Terbangun Pengelola 1 SPAM PDT Desa Oebelo 2012 APBN 1.125.600 Oebelo, Kec. Amanuba n Selatan 5.000 Pompa sentr fugal kapasitas 5 l/ det -head 20 m , Water Preasure Tan k Hid rop ore 1.000 lt r, Genset 13 KVA, Rehab rumah po mpa 1 unit HU 2 M 3; 11 unit PDAM 2 SPAM PDAM Terfasilitasi Kab. TTS

2012 APBN 1.671.000 KAB. TTS 7500 M et er Induk dia.150

m m PDAM 3 SPAM Perdesaan Keset nana 2013 APBN 929.767 Desa Kesetnan a 7.465 - HU 2 M 3; 4 unit Dinas PU 4 SPAM Terfasilitasi Banpro PDAM Kab. TTS

2013 APBN 2.324.972 Kab. TTS - WTR M et er Indu k dia.

200 m m - 1 unit , WTR M et er Indu k dia. 150 m m – 4 un it , Boster Pump-1 unit , In vert er – 1 u nit PDAM 5 SPAM Perdesaan No ebana 2013 APBN 1.211.489 Desa Noebana 6.900 Bro ncap ter ing 5 l/ dt i-1 unit , Bak Penampun g Air 20 M 3 – 1 un it , HU 2 M 3; 5 unit Dinas PU 6 IKK Kie dan

  20 Nunleu Pompa

  19 Bendungan Linamnutu Panite Pompa 100 Belum dikelola

  86 Grafitasi 3 2,5

  12 MA Lipan Tobu Grafitasi

  2

  8 MA Oenali Panite 91/92 Grafitasi

  10

  7

  5

  9 MA Oenali Kie-Oinlasi 2004/2005 Grafitasi 5 3,5

  2

  10 Kuanfatu 2003/2004 Grafitasi 3 2,5 1,5

  11 Oehala Kota Soe Pompa

  80 Belum disurvey Belum disurvey Belum dibangun

  50

  7

  13 MA Oenino Belle Grafitasi

  20

  14 MA Baat Kualin Grafitasi

  40

  15 MA Oe As Boti Grafitasi

  20

  16 MA Oepoes Mollo Tengah Grafitasi

  10

  17 MA Nuatakiaf Kota Soe Pompa

  20

  18 MA Oe’Upun Panite Grafitasi

  IKK Oen lasi 2013 APBN 8.720.891 Desa Oenlasi 15 l/ dt k 15 l/ dt k 15.000 Bro nkapt ering .5 l/ dt k-2 unit , Jem batan Pipa Baja WF 12 m – 2 un it HU 2 M 3 - 14 un it PDAM Desa Kie 8.200 Reservoar 100 M 3 – 1 unit ; Reservoar 50 M 3 – 1 unit ; Reservoar 20 M 3 – 1 unit ; Rumah pompa 1 unit , Pompa Sent r ifugalH 100 M Q 2 l/ dtk – 2 un it . Daya list rik PLN Kap 10 KVA HU 2 M 3 : 5 unit 7 IKK KUALIN 2013 APBN 6.387.430 Kec. Kualin Kab. TTS 15 l/ dt k 15 l/ dt k 19.200 Bro nkapt ering 15 l/ dt k - 1 unit , Reservoar 100 M 3 – 1 unit ; Watr M et er Induk d ia. 100 m m – 1 un it , Jem bata pipa L-24 m – 2 unit SR 100 unit PDAM

8 Tengah M ollo 1 unit , unit

  IKK M olo 2015 APBN 5.258.125 Kec. 7,5 l/ dtk 7,5 l/ dt k 16.628 Bro nkapt ering 7,5 l/ dtk - SR 178 PDAM Tengah Reservoar 200 HU 11 unit , Bak Pelepas Tekan – 2 – 1 unit , Jem bata Pipa WF -24 m M 3 – 1 unit ; unit Jem bata Pipa dari besi siku – 9 unit Sumber : Profil CK Kab.TTS 2016

  Yang menangani jaringan air bersih adalah Perusahan Daerah Air Minum (PDAM) kabupaten TTS. Kinerja dari PDAM sebagai lembaga yang menangani dan mengatur masalah jaringan air bersih belum dapat bekerja secara maksimal. Hal ini disebabkan karena kurangnya koordinasi dalam melakukan pengelolaan air bersih ditambah lagi dengan kurangnya sarana dan prasarana serta tenaga ahli yang mendukung kinerja dari PDAM dalam penyediaan air minum yang baik.

  Perusahaan Daerah Air Minum kabupaten TTS sebagai kepanjangan tangan dari Pemerintah Daerah dalam melaksanakan sebagian tugas Pemerintah Daerah dalam rangka memberikan pelayanan kepada masyarakat dan sebagai operator pelayanan air minum.

  IKK yang dikelola PDAM tersebut yakni : IKK Kapan, IKK Panite, IKK Siso, IKK Niki-niki, IKK Kuanfatu, IKK Oinlasi.Ki’e. Bila musim kemarau tiba (Maret-Oktober) sangat kesulitan air sehingga PDAM harus melayani dengan mobil tangki.

  Ada tiga persyaratan standar yang menjadi kewajiban PDAM dalam mencapai tujuan objektif dimaksud, yaitu :

  Pertama : Terpenuhinya syarat-syarat kualitas agar dapat dipergunakan secara aman, tanpa

  khawatir terinfeksi sesuatu penyakit terutama penyakit yang dapat menular dan berkembang melalui air seperti diare, thypus, colera dan lain sebagainya.

  Kedua : Harus tersedia dalam jumlah yang cukup dan tersedia setiap waktu atau pengaliran

  berlangsung selama 24 jam/hari. Kedua syarat yang telah disebutkan ini adalah tentang apa yang disebut K3. Yaitu : Kualitas, Kuantitas, dan Kontinuitas.

  Ketiga : System dan manajemennya harus profesional dan efisien, sehingga air menjadi murah

  dan terjangkau oleh kemampuan masyarakat (affordable ). Untuk mendukung tugas dan fungsi PDAM kabupaten TTS saat ini maka komposisi Sumber Daya Manusia yang bekerja pada PDAM kabupaten TTS sebagaimana tergambar dalam Tabel berikut ini.

Tabel 7.15 Banyaknya Pekerja Tetap dan Honor menurut Jenjang Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan dan jenis Kelamin di PDAM kabupaten TTS tahun 2013

  Pekerja Teknis Pendidikan Tertinggi Yang

  Ditamatkan Pegawai tetap Pegawai Honor Jumlah

  SD

  7

  4

  3 SLTP

  9

  8

  1 SLTA

  33

  5

  38 D3/SM

  1

  • 1

  S1

  8

  7

  1

  63 Jumlah

  53

  10 Sumber : PDAM TTS 2013 Bagi penduduk kabuapaten TTS yang belum terlayani oleh jaringan pipa distribusi PDAM mengusahakan pemenuhan kebutuhan air bersih melalui upaya-upaya yang dapat dikategorikan sebagai berikut :

   Beberapa permukiman teratur umumnya memenuhi kebutuhan air bersih untuk mandi, cuci, dan kakus melalui sumur gali dan sumur pompa  Lingkungan yang tidak teratur dengan tingkat ekonomi rendah, mencukupi kebutuhan air dengan memanfaatkan air sungai, membuat sumur gali/pompa sendiri atau menerima bantuan dari Departemen Kesehatan dengan program penyediaan sarana air bersih.

C. Permasalahan Pengambangan SPAM

  Berdasarkan kondisi dan sasaran penyediaan dan pengelolaan air minum, maka dapat digambarkan masalah yang dihadapi dalam penyediaan Air Minum di kabupaten TTS antara lain :

  1. Tingkat Pelayanan Air Minum dengan Sistim perpipaan masih sangat rendah

  2. Sumber Air Baku mencukupi tetapi belum dibangun dan dikelola sepenuhnya oleh PDAM kabupaten TTS.

  3. Pola Permukiman yang terpencar mengakibatkan investasi penyediaan Air Minum sangat tinggi

  4. Sistim Distribusi belum baik

  5. Tingkat Kebocoran masih Tinggi sehingga menimbulkan pencurian air tanpa meter

  6. Kualitas Air khususnya penyediaan Air Minum dengan Sistim Non Perpipaan rendah 7. Pembebasan lahan untuk pembangunan sumber baru menjadi kendala.

  8. Kesadaran masyarakat dalam menjaga fasilitas yang sudah tebangun masih sangat rendah 9. Kurangnya koordinasi lintas sektor dalam pengelolaan air bersih.

  Kemampuan pelayanan air bersih untuk kabupaten TTS dapat dikatakan sangat lemah, terbukti dengan banyaknya sambungan yang bocor sehingga banyak dikomplain oleh masyarakat sebagai akibat dari usia ekonomi perpipaan yang sudah kadaluwarsa.

  IPA Reservoir & Pompa Distribusi Jaringan Transmisi Jaringan Distribusi Sambungan Rumah Meter Pelanggan

  3. Usulan pengadaan