Hubungan tingkat kecemasan dengan adaptasi sosial pada PUS infertil dengan pendekatan teori model adaptasi sister calista roy (studi di Wilayah kerja UPT Puskesmas Babat Kabupaten Lamongan) - STIKES Insan Cendekia Medika Repository

  

SKRIPSI

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN ADAPTASI SOSIAL

PADA PUS INFERTIL DENGAN PENDEKATAN TEORI MODEL

ADAPTASI SISTER CALISTA ROY

(Studi di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Babat Kabupaten Lamongan)

  

AIDA SAFITRI

143210051

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

  

INSAN CENDEKIA MEDIKA

JOMBANG

  

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN ADAPTASI SOSIAL

PADA PUS INFERTIL DENGAN PENDEKATAN TEORI MODEL

ADAPTASI SISTER CALISTA ROY

(Studi di Wilayah UPT Puskesmas Babat Kabupaten Lamongan)

  SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan pada Program

  Studi S1 Ilmu Keperawatan Pada Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang

  AIDA SAFITRI 143210051

  

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

  

INSAN CENDEKIA MEDIKA

JOMBANG

2018

  

MOTTO

  “Manjadda wajada, siapa yang bersungguh – sunggu pasti berhasil” “Kalau bisa dilakukan hari ini kenapa harus nunggu besok”

  

PERSEMBAHAN

  Seiring dengan do’a dan puji syukur aku persembahkan skripsi ini untuk :

  1. Kedua orang tuaku Ibu Mujiani dan Bapak Sunoto tercinta. Tak ada kata yang pantas ananda ucapkan selain beribu- ribu “Terima Kasih” karena telah mendo’akan ananda dalam pengharapan-pengharapan yang pasti. Kesabaran dalam do’amu menjadi suksesnya ananda dikemudian hari. Tidak ada do’a yang terkabulkan selain do’a dari orang tua yang tulus dan ikhlas. Terima kasih kepada kedua orang tua tercinta yang telah berusaha susah payah banting tulang untuk merawat dan membesarkan ananda sampai saat ini dengan penuh cinta dan kasih sayang walaupun ananda sebagai anaknya sering melakukan hal-hal yang bisa membuat hatinya terluka.

  2. Kakak

  • – kakakku tercinta yang sudah mau saya repotkan, sudah sabar dalam menghadapi saya yang cerewet ini dan sudah sangat sabar juga dalam mendengarkan keluh kesahku selama ini,

  Terima kasih atas do’a dan semangatnya selama ini. Terima kasih atas canda tawa kita selama ini. Hanya karya kecil ini yang dapat adik persembahkan. Maaf adik belum bisa menjadi adik yang baik, tapi adik akan selalu berusaha menjadi yang terbaik, agar bisa menjadi sosok berbakti, sholehah bermanfaat dan dapat menjadi kebanggaan bagi kedua orang tua.

  3. Keluarga Besar ku persembahkan untuk kalian karya kecil yang sederhana ini. Terima kasih selalu menghujaniku dengan cinta dan kasih sayang dan cerita-cerita penuh inspirasi. Dari kalian saya bisa belajar. Terima kasih selalu disampingku.

  4. Teman-teman seperjuangan Angkatan 2014 prodi S1 Keperawatan, khusunya teman- teman S1 keperawatan VIII B, terima kasih untuk kekompakan dan kerjasamanya serta selalu mendukung, menemani, menghibur dan memberikan banyak kebahagiaan.

  5. Teman

  • – teman terbaikku Ifa Murzaeni, Novita Febri Setiyani, Ifa Nita Safitri, teman- teman curhatku Defi Lia Safitri, Masrohatin, teman- teman
Ningrum, Umi Hanik, Nanik Puji Rahmawati dan khususnya untuk Kurnia Aqidatul Izzah yang selama ini sudah mau menemaniku dari awal sampai akhir, terima kasih untuk semua dukungan kalian, selalu membantu kapanpun saya membutuhkan bantuan, semoga kita nanti menjadi orang sukses.

  6. Serta semua pihak yang telah membantu hingga terselesainya proposal skripsi ini.

KATA PENGANTAR

  Segala puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal yang berjudul “Hubungan tingkat kecemasan dengan adaptasi sosial pada PUS infertil dengan pendekatan teori model adaptasi Sister Calista Roy” ini dengan sebaik-baiknya.

  Dalam penyusunan Proposal ini penulis telah banyak mendapat bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada yang terhormat Bapak H. Imam Fatoni, SKM.,MM selaku ketua STIKes ICMe Jombang, Ibu Inayatur Rosyidah, S.Kep.,Ns.M.Kep selaku kaprodi S1 Keperawatan, Ibu Muarrofah, S.Kep.,Ns.M.Kes selaku pembimbing I yang telah memberikan bimbingan serta motivasi kepada penulis sehingga terselesaikannya Proposal ini, Ibu Maharani, S.Kep.,Ns.MM selaku pembimbing II yang telah rela meluangkan waktu, tenaga serta pikirannya demi terselesaikannya Proposal penelitian ini, kedua orang tua yang selalu memberi dukungan selama menyelesaikan Proposal, dan teman-teman mahasiswa yang telah membantu, serta semua pihak yang telah memberi semangat.

  Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan proposal ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan proposal ini dan semoga Proposal ini bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan bagi pembaca pada umumnya, Amin.

  Jombang, 10 Agustus 2018 Peneliti

  

ABSTRAK

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN ADAPTASI SOSIAL

PADA PUS INFERTIL DENGAN PENDEKATAN TEORI MODEL

ADAPTASI SISTER CALISTA ROY

(Studi diwilayah kerja UPT Puskesmas Babat Kabupaten Lamongan)

Oleh:

  

AIDA SAFITRI

143210051

  Infertilitas merupakan hal yang sering dicemaskan dan menjadi masalah yang cukup serius bagi pasangan suami istri. Istilah kemandulan/ infertilitas dalam tradisi masyarakat begitu menakutkan, terutama bagi wanita karena dianggap sebagai vonis kegagalan fungsi kewanitaan menjadi seorang ibu. Masalah infertil dapat menyebabkan wanita mendapat tekanan dari masyarakat dan akan membuat individu merasa cemas sehingga mempengaruhi adaptasi sosial dengan orang lain. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui hubungan tingkat kecemasan dengan adaptasi sosial pada PUS infertil dengan pendekatan teori model adaptasi Sister Calista Roy diwilayah kerja UPT Puskesmas Babat Kabupaten Lamongan.

  Penelitian ini merupakan penelitian analitik korelasi dengan pendekatan

  Crossectional, populasi semua wanita infertil yang menikah dengan jarak

  pernikahan selama 1 - 5 tahun di wilayah kerja UPT Puskesmas Babat sejumlah 54 responden, dan jumlah sampel sebanyak 42 responden, dengan pengambilan sampel menggunakan simpel random sampling. Instrument penelitian menggunakan lembar kuesioner, pengolahan data editing, coding, scoring dan

  

tabulating . Hasil pengolahan data dengan korelasi spearmen rank dengan tingkat

kesalahan α = 0,05.

  Hasil penelitian ini menunjukkan dari 42 responden sebagian besar mengalami kecemasan ringan sebanyak 24 responden (57,1%) dan hampir seluruhnya responden mengalami adaptasi sosial inefektif sebanyak 37 responden (88,1%). Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan tingkat kecemasan dengan adaptasi sosial pada PUS infertil, didapatkan nilai p = 0,019 jika α = 0,05 maka p

  1 diterima.

  < α artinya H Kesimpulan penelitian ini adalah ada hubungan tingkat kecemasan dengan adaptasi sosial pada PUS infertil, maka perlu meningkatkan upaya pendidikan kesehatan tentang kesehatan reproduksi terhadap PUS infertil.

  

ABSTRACT

THE RELATION OF ANXIETY LEVELS WITH SOCIAL ADAPTATION AT

  

INFERTILE PUS WITH THE SISTER CALLISTA ROY MODEL THEORY

APPROACH

(Study in the Puskesmas Upt Working Area Of Babat Sub-District Lamongan

Regency)

  

By:

Aida Safitri

  Infertility is a thing that is often worried and become a serious problem for married couples. Infertility terms in the society tradition is very frightening, especially for women because it is considered as failure in female function as a

mother. Infertile problem can cause women to get pressure from society and will

make the individual feel anxious so that affects social adaptation with others. This

research aimed to find out the relation of anxiety levels with social adaptation at

infertile pus with the Sister Callista Roy model theory approach.

  

This research was correlation analytic research with crossectional

approach, the population was all infertile women who married with marriages age for 1-5 years in the puskesmas UPT working area of babat amounted to 54

respondents, and the number of samples were 42 respondents, sampling by using

simple random sampling. Research instrument using questionnaire sheet, data

processing by editing, coding, scoring, tabulating. Its result using spearmen rank

  =0,05.

  correlation with the error rate is The results showed that from 42 respondents mostly have mild anxiety as

many 24 respondents (57,1%) and almost all respondents have ineffective social

adaptation as many 37 respondents (88,1%). The results showed there are relation of anxiety levels with social adaptation at infertile PUS obtained value 1 was accepted. p= 0,019 if α=0,05 then p<α means that H The result concluded that there is a relation of anxiety levels with social

adaptation at infertile pus, it is expected to provide health education efforts about

reproductive health against infertile pus.

  Key words: anxiety levels, social adaptation, infertile PUS.

  

DAFTAR ISI

SAMPUL LUAR ....................................................................................................... i SAMPUL DALAM .................................................................................................... ii PERNYATAAN KEASLIAN..................................................................................... iii PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI ........................................................................ iv LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................................ v LEMBAR PERSETUJUAN ...................................................................................... vi

LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................................... vii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP.................................................................................... viii

MOTTO ...................................................................................................................... ix PERSEMBAHAN ....................................................................................................... x

KATA PENGANTAR ............................................................................................... xii

ABSTRAK .................................................................................................................. xiii

ABSTRACT ................................................................................................................ xiv

DAFTAR ISI .............................................................................................................. xv

DAFTAR TABEL ...................................................................................................... xviii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. xix

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................... xx

DAFTAR LAMBANG .............................................................................................. xxi

DAFTAR SINGKATAN ............................................................................................ xxii

  BAB 1 PENDAHULUAN

  1.1 Latar belakang .............................................................................. 1

  1.2 Rumusan masalah ......................................................................... 4

  1.3 Tujuan penelitian .......................................................................... 4

  1.3.1 Tujuan umum ................................................................... 4

  1.3.2 Tujuan khusus ................................................................... 4

  1.4 Manfaat penilitian ........................................................................ 5

  1.4.1 Manfaat teoritis ................................................................. 5

  1.4.2 Manfaat praktis ................................................................. 5

  BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

  2.1 Konsep kecemasan ....................................................................... 6

  2.1.1 Definisi kecemasan ............................................................ 6

  2.1.4 Tipe- tipe gangguan kecemasan ........................................ 8

  2.1.5 Faktor yang mempengaruhi kecemasan ............................ 11

  2.1.6 Tingkat kecemasan ............................................................ 14

  2.1.7 Rentang respon Kecemasan ............................................... 19

  2.1.8 Alat ukur tingkat Kecemasan ............................................ 19

  2.2 Konsep adaptasi sosial .................................................................. 22 2.2.1 adaptasi sosial .................................................................... 22

  2.2.2 Tahapan penyesuaian diri .................................................. 23

  2.2.3 Faktor- faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri ........ 24

  2.2.4 Pengaruh penyesuaian diri ................................................. 26

  2.2.5 Proses yang mendukung dalam adaptasi sosial ................. 27

  2.3 Konsep pasangan usia subur (PUS) .............................................. 27

  2.3.1 Definisi PUS ...................................................................... 27

  2.3.2 Pandangan wanita PUS terhadap nilai anak ...................... 28

  2.4 Konsep infertilitas ........................................................................ 28

  2.4.1 Definisi infertilitas ............................................................. 28

  2.4.2 Klasifikasi infertilitas ........................................................ 29

  2.4.3 Penyebab infertilitas pada wanita ..................................... 30

  2.4.4 Faktor yang mempengaruhi infertilitas wanita usia subur 31

  2.5 Teori model adaptasi Sister Calista Roy ...................................... 34

  2.6 Hubungan tingkat kecemasan dengan adaptasi sosial pada PUS infertil dalam pendekatan teori model adaptasi Sister Calista Roy .................................................................................... 38

  BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

  3.1 Kerangka konseptual .................................................................... 44

  3.2 Hipotesis penelitian ...................................................................... 45

  BAB 4 METODE PENELITIAN

  4.1 Jenis penelitian ............................................................................ 47

  4.2 Rancangan penelitian ................................................................... 47

  4.3 Waktu dan tempat penelitian ........................................................ 48

  4.2.1 Waktu penelitian ............................................................... 48

  4.4 Populasi, sampel dan sampling .................................................... 48

  4.3.1 Populasi penelitian ........................................................... 48

  4.3.2 Sampel penelitian ............................................................. 48

  4.3.3 Sampling ........................................................................... 49

  4.5 Kerangka kerja ............................................................................. 50

  4.6 Identifikasi variabel ...................................................................... 51

  4.5.1 Variabel independen ......................................................... 51

  4.5.2 Variabel dependen ............................................................ 51

  4.7 Definisi operasional ...................................................................... 51

  4.8 Pengumpulan data dan analisa data .............................................. 53

  4.7.1 Instrumen penelitian ......................................................... 53

  4.7.2 Prosedur penelitian ........................................................... 54

  4.7.3 Pengolahan data ................................................................ 55

  4.7.4 Cara analisa data ............................................................... 58

  4.9 Etika penelitian ............................................................................. 60

  4.9.1 Informed consent .............................................................. 60

  4.9.2 Anonimity .......................................................................... 60

  4.9.3 Confidentallity ................................................................. 61

  BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN

  5.1 Hasil penelitian ............................................................................. 62

  5.1.1 Data umum ....................................................................... 62

  5.1.2 Data khusus ...................................................................... 64

  5.2 Pembahasan .................................................................................. 62

  5.2.1 Tingkat kecemasan ........................................................... 62

  5.2.2 Adaptasi sosial .................................................................. 64

  5.3 Hubungan tingkat kecemasan dengan adaptasi sosial pada PUS infertil .......................................................................................... 65 BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

  6.1 Kesimpulan ................................................................................... 68

  6.2 Saran .......................................................................................... 68 DAFTAR PUSTAKA

  DAFTAR TABEL

  No. Judul Tabel Hal tabel

  4.2 Definisi operasional variabel penelitian Hubungan tingkat kecemasan dengan adaptasi sosial pada PUS infertil dalam 52 pendekatan model adaptasi Sister Calista Roy di Wilayah UPT

  Puskesmas Babat Kabupaten Lamongan…………………………..

  5.1 Karakteristik responden berdasarkan umur di wilayah kerja UPT

  63 Puskesmas Babat Kabupaten Lamongan 2018…………………....

  5.2 Karakteristik responden berdasarkan pendidikan di wilayah kerja UPT Pusk

  63 esmas Babat Kabupaten Lamongan 2018……………….

  5.3 Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan di wilayah kerja

  64 UPT Puskesmas Babat Kabupaten Lamongan 2018………………

  5.4 Distribusi tingkat kecemasan pada PUS infertil di wilayah kerja UPT Puskesma

  64 s Babat Kabupaten Lamongan 2018……………

  5.5 Distribusi frekuensi adaptasi sosial pada PUS infertil dengan pendekatan teori model Adaptasi Sister Calista Roy di wilayah 65 kerja UPT Puskesmas Babat Kabupaten Lamongan 2018…………

  5.6 Hasil Correlations antara tingkat kecemasan dengan adaptasi sosial pada PUS infertil dengan pendekatan teori model adaptasi Sister Calista Roy di wilayah kerja UPT Puskesmas Babat

  65 Kabupaten Lamongan 2018………………………………………..

  5.7 Tabulasi silang Distribusi Hubungan tingkat kecemasan dengan adaptasi sosial pada PUS infertil dengan pendekatan teori model adaptasi Sister Calista Roy di wilayah kerja UPT Puskesmas Babat

  66 Kabupaten Lamongan 2018………………………………………..

  

DAFTAR GAMBAR

  No Judul gambar Hal

  2.1 Rentang resp on…………………………………………………….. 19

2.2 Manusia sebagai sistem adaptif …………………………………… 38

  3.1 Kerangka konseptual penelitian Tingkat kecemasan dengan adaptasi sosial pada PUS infertil dalam pendekatan model adaptasi Sister Calista Roy di wilayah UPT Puskesmas Babat

  44 Kabupaten Lamongan……………………………………………...

  4.1 Kerangka kerja penelitian Hubungan tingkat kecemasan…………. 50

DAFTAR LAMPIRAN

  No. Lampiran

  1 Jadwal kegiatan

  2 Lembar permohonan menjadi responden

  3 Lembar persetujuan menjadi responden

  4 Kisi- kisi kuesioner adaptasi sosial

  5 Lembar kuesioner

  6 Kuesioner tingkat kecemasan

  7 Kuesioner adaptasi sosial

  8 Tabulasi data umum

  9 Tabulasi data khusus

  10 Tabel crosstabs dan correlations

  11 Tabel hasil Uji SPSS

  12 Surat izin perpustakaan

  13 Surat izin penelitian dari STIKes ICMe

  14 Surat izin penelitian BAKESBANPOL

  15 Surat izin penelitian Dinkes Lamongan

  16 Surat izin penilitan Puskesmas Babat

  17 Lembar konsultasi

DAFTAR LAMBANG

  H1/Ha : Hipotesis alternative α

  : Alfa (tingkat signifikan)

  • : Sampai dengan, negatif, tidak ada > : Lebih besar < : Lebih kecil % : Prosentase “…”

  : Tanda petik . : Titik , : Koma ? : Tanda Tanya X : Kali / : Per, atau & : Dan

  • : Positif N : Jumlah ( : Kurung buka ) : Kurung tutup

DAFTAR SINGKATAN

  1. Depkes : Departemen Kesehatan

  2. M.Kes : Magister Kesehatan

  3. M.Kep : Magister Keperawatan

  4. Ns : Nurse

  5. STIKes : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

  6. ICMe : Insan Cendekia Medika

  7. UPT : Unit Pelaksana Teknis

  8. PUS : Pasangan Usia Subur

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

  Menikah dan mempunyai keturunan adalah suatu tahap yang di jalani oleh manusia dalam siklus hidupnya, mempunyai keturunan sebagai penerus dari generasi yang di rasakan sebagai suatu kewajiban oleh kebanyakan masyarakat sekitar. Kehadiran seorang anak di anggap mampu menjaga dan menyatukan dalam pernikahan dan keluarga agar tetap utuh (Wirawan, 2004, dikutip dalam Nurkhasanah, 2015). PUS khususnya pada wanita banyak merasakan cemas karena menantikan seorang anak yang belum juga hadir dalam keluarganya, kecemasan yang di rasakan pada wanita dengan infertilitas akan mempengaruhi kehidupan sosial dengan lingkungannya, karena individu cenderung merasa minder dalam berhubungan sosial dengan masyarakat yang bisa memiliki anak, sehingga individu akan merasa males untuk beradaptasi dengan lingkungan sosial (Tabong & Adongo, 2013).

  PUS infertil di Indonesia dapat diperhitungkan dari banyaknya wanita yang sudah menikah, akan tetapi belum bisa mempunyai anak, berdasarkan sensus penduduk terdapat 30 juta di antaranya adalah PUS, dan sekitar 10 - 15% atau diperkirakan 3 - 4,5 juta pasangan usia subur mengalami masalah umum pada kesuburan, dan dari 10 sampai 15% itu terdapat 7 - 9% pasangan usia subur yang mengalami infertilitas primer (Nurkhasanah, 2015).

  Angka ini masih bisa meningkat di karenakan faktor organik/ fisiologik yang menjadi penyebab seorang istri tidak bisa hamil, akan tetapi ada pendapat

  (emotional stress) dapat pula menurunkan kesuburan, dalam hubungan ini Dimik dkk menemukan 554 kasus (81,6%) di Jugoslavia disebabkan oleh kelainan organic, dan 124 kasus (18,4) disebabkan oleh faktor psikologik (Prawiroharjo, 2005, dikutip dalam Nurkhasanah, 2015). Berdasarkan studi pendahuluan yang penulis lakukan di Wilayah kerja UPT Puskesmas Babat Kabupaten Lamongan, bahwa jumlah PUS yang menikah dalam kurun waktu > 1 tahun

  • – 5 tahun sebanyak 841, dan yang belum mempunyai anak sebanyak 47. Hasil penelitian yang dila kukan oleh Siti Aisyah (2012) yang berjudul “kecemasan pada pasangan yang belum memiliki anak” menunjukkan bahwa gambaran kecemasan yang dialami kedua subjek hanya terjadi pada awal- awal usia pernikahan, sampai dengan usia pernikahan yang ke- 9 tahun, gambaran kecemasan yang muncul diantaranya gejala fisik, psikis, dan perilaku . Berdasarkan hasil wawancara terhadap beberapa wanita yang belum mempunyai anak (infertil) diwilayah kerja UPT Puskesmas Babat Kabupaten Lamongan diketahui bahwa sebagian dari wanita itu merasa minder untuk berkumpul bersama orang lain dan jarang untuk mengikuti kegiatan kelompok sosial dimasyarakat.

  Wanita infertilitas yang mengalami kecemasan akan berpengaruh terhadap keseimbangan hormone, pernyataan ni sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Mark Saver mengenai Psychomatic Medicine menyatakan bahwa wanita yang mengalami kecemasan yang tinggi maka kemungkinannya untuk hamil akan semakin kecil dibandingkan dengan wanita yang tidak mengalami kecemasan, penyebabnya yaitu adanya ketidakseimbangan hormone termasuk sistem reproduksi yang bisa mempengaruhi proses terjadinya ovulasi (Ika, Uki dan

  Infertilitas merupakan hal yang sering di cemaskan dan menjadi masalah yang cukup serius bagi pasangan suami istri. Istilah kemandulan/ infertilitas dalam tradisi masyarakat kita begitu menakutkan, terutama bagi wanita karena dianggap sebagai vonis kegagalan fungsi kewanitaan menjadi seorang ibu (Alam, 2007, dikutip dalam Tiara, 2013). Masalah infertilitas dapat menyebabkan individu mendapat tekanan dari masyarakat yang akan mempengaruhi suaminya untuk menikah lagi dan menceraikan istrinya karena tidak bisa memberikan keturunan. Wanita merasakan kecemasan saat mendengar tekanan dari masyarakat mengenai infertilitas, meskipun pada kenyataannya kondisi ini tidak diinginkan oleh pihak istri (Republika, 2011, dikutip dalam Tiara, 2013)

  Tekanan dari pihak luar sering kali menjadi sumber masalah dalam hubungan suami istri, pertanyaan itu akan membuat hal yang sensitif. Perasaan tertekan yang dirasakan pada wanita infertilitas akan mempengaruhi proses adaptasi sosial dengan teman atau masyarakat disekitar, karena hampir setiap hari mereka berinteraksi, suatu interaksi akan berjalan dengan baik apabila mampu beradaptasi dengan lingkungan, misalnya dengan berbicara yang baik, memahami dan menghargai kebiasaan yang dilakukan di masyarakat supaya tidak terjadi kesalahfahaman dalam berinteraksi, karena yang kita anggap baik belum tentu bisa diterima dengan baik pula di masyarakat, seperti tanggapan masyarakat mengenai wanita yang tidak bisa mempunyai anak dan wanita itu tidak sempurna akan membuat wanita itu semakin merasa cemas untuk melakukan adaptasi sosial dengan lingkungan sekitarnya (Kasdu, 2003, dikutip dalam Tiara, 2013).

  Teori Adaptasi Roy memandang bahwa individu secara holistik yang lingkungannya. Proses adaptasi akan terus menerus terjadi perubahan fisik baik internal maupun eksternal yang dapat menjadi stressor atau kecemasan, dan individu harus memelihara integritas dirinya serta selalu beradaptasi dengan perubahan tersebut (Restuning & Saidah, 2010)

  Wanita dengan infertilitas sulit berdaptasi sosial dengan lingkungannya karena banyak faktor yang mempengaruhi, seperti mendengar tanggapan masyarakat mengenai wanita yang tidak bisa hamil, akan membuat dirinya merasakan kecemasan. Oleh karena itu peneliti ingin meneliti tingkat kecemasan dengan adaptasi sosial pada PUS infertil dalam pendekatan teori model adaptasi sister Calista Roy

  1.2 Rumusan masalah

  Adakah hubungan tingkat kecemasan dengan Adaptasi sosial pada PUS infertil dalam pendekatan teori model adaptasi sister Calista Roy di wilayah UPT Puskesmas Babat Kabupaten Lamongan?

  1.3 Tujuan penelitian

  1.3.1 Tujuan umum Menganalisis hubungan tingkat Kecemasan dengan adaptasi sosial pada

  PUS infertil dalam pendekatan teori model adaptasi roy di wilayah UPT Puskesmas Babat Kabupaten Lamongan.

  1.3.2 Tujuan khusus

  1. Mengidentifikasi tingkat kecemasan pada PUS infertil di wilayah UPT

  2. Mengidentifikasi adaptasi sosial pada PUS infertil di wilayah UPT Puskesmas Babat Kabupaten Lamongan.

  3. Menganalisis hubungan tingkat Kecemasan dengan adaptasi sosial pada PUS infertil dalam teori model adaptasi sister Calista Roy di wilayah UPT Puskesmas Babat Kabupaten Lamongan.

1.4 Manfaat penelitian

  1.4.1 Manfaat teori model adaptasi sister Calista Roy Penelitian ini dapat memberikan informasi secara teoritis dengan pendekatan teori Adaptasi Roy yaitu memandang bahwa individu secara holistik yang merupakan satu kesatuan yang hidup secara konstan dan berinteraksi dengan lingkungannya, dalam proses adaptasi akan terus menerus terjadi perubahan fisik baik internal maupun eksternal yang dapat menjadi stressor atau kecemasan, dan individu harus memelihara integritas dirinya serta selalu beradaptasi dengan perubahan tersebut (Restuning & Siti Saidah, 2010)

  1.4.2 Manfaat praktis Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai kajian bagi petugas kesehatan agar lebih efektif memberikan KIE (Komunikasi, Informasi, dan

  Edukasi) pada PUS infertil yang mengalami kecemasan dalam beradaptasi sosial. Bagi PUS infertil diharapkan mampu memahami kondisi yang dirasakan saat ini sehingga dapat melakukan adaptasi sosial pada masyarakat dengan respon yang adaptif.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep kecemasan

  2.1.1 Definisi kecemasan Kecemasan adalah perasaan khawatir yang menyebar dan tidak jelas, dan berkaitan dengan perasaan yang tidak berdaya dan tidak pasti, keadaan ini tidak memiliki objek yang spesifik, kecemasan yang dialami secara subjektif dan di komunikasikan secara personal (Direja, 2011). Kecemasan merupakan kebingungan, kekhawatiran pada sesuatu yang akan terjadi yang tidak jelas penyebabnya dan dihubungkan dengan perasaan yang tidak menentu dan tidak berdaya (Suliswati, 2005)

  Kecemasan bukanlah penyakit tetapi merupakan suatu gejala, dan kebanyakan orang yang merasakan kecemasan hanya pada waktu tertentu saja.

  Biasanya juga perasaan cemas akan muncul sebagai reaksi normal yang akan menekan pada situasi tertentu dan itu munculnya hanya sebentar (Widyawati, 2016).

  Gangguan kecemasan adalah sekelompok gangguan dimana kecemasan merupakan gejala utama (gangguan kecemasan umum dan gangguan panik) atau dialami jika seseorang berupaya mengendalikan prilaku maladaptive tertentu (gangguan jobik dan gangguan obsesif- kompulsif ), kecemasan menjadi merusak jika orang mengalaminya dari peristiwa pada sebagian besar tidak dianggap stress (Zuyina & Bandiyah, 2011).

  2.1.2 Proses terjadinya kecemasan Teori yang menjelaskan terjadinya Kecemasan (Henti, 2015) yaitu:

  1. Teori psikoanalitik Menurut Sigmund freud struktur kepribadian dibagi menjadi 3 elemen yaitu: id, ego dan super ego. Id memberikan dorongan implus primitf dan insting seseorang,ego merupakan mediator anatar id dan super ego, sedangkan super ego adalah cerminan hati sesorang. Kecemasan atau anxietas merupakan konflik emosional id dan super ego dan fungsinya untuk memperingatkan ego tentang hal yang dibatasi.

  2. Teori Interpersonal Kecemasan terjadi atas ketakutan dan penolakan interpersonal. Seperti: merasa kehilangan dan perpisahan yang bisa membuat orang merasakan kesedihan. Hal ini bisa berepengaruh pada individu dengan harga diri rendah dan sangat mudah mengalami kecemasan yang berat.

  3. Teori prilaku Kecemasan merupakan frustasi dan segala yang mengganggu seseorang untuk mencapai tujuan. Menurut ahli prilaku beranggapan bahwa kecemasan merupakan suatu dorongan yang dapat difahami pada keyakinan untuk terhindar dari rasa sakit.

  2.1.3 Indikator kecemasan Individu yang memiliki perasaan cemas pada umumnya mereka tidak mau mengakui bahwa dirinya sedangan merasakan kecemasan. Akan tetapi dari evaluasi dapat disimpulkan bahwa seseorang itu sedang merasakan kecemasan

  1. Secara kognitif Individu mengkhawirkan berbagai masalah yang kemungkinan bisa terjadi dan merasa kesulitan untuk berkonsentrasi dalam mengambil keputusan dan apabila seorang individu itu berhasil dalam mengambil keputusan, akan menimbulkan kekhawatiran lebih lanjut dan individu akan mengalami kecemasan.

  2. Secara motorik Mengalami kegoncangan pada tubuh dan gemetar, dalam hal ini seseorang akan gugup dan sukar untuk berbicara.

  3. Secara somatik Reaksi pada biologis atau fisiknya terjadi pada pernafasannya atau pada gangguan fungsi tubuhnya. Seperti: tekanan darah naik, jantung berdebar, berkeringan dan gangguan pada sistem penceranaanya bisa juga seorang individu sampi pingsan atau tidak sadar.

  4. Secara afektif Individu merasakan emosi dan mudah tersinggung sehingga dapat menimbulkan depresi pada individu.

  2.1.4 Tipe- tipe gangguan kecemasan Gangguan kecemasan bersama dengan gangguan disosiatif dan gangguan somatoform, diklasifikasikan sebagai neurosis hamper disepanjang abad ke-19.

  Istilah neuros is diambil dari kata yaitu ”suatu kondisi abnormal atau merasakan sakit pada sistem saraf” seorang dokter dari Skotlandia William Cullen menemukan istilah ini pada abad ke-18. Seperti yang diimplikasikan oleh akar katanya, neurosis di artikan sebagai penyebab biologis. Neurosis dilihat sebagai

  1. Gangguan panik Gangguan panik merupakan munculnya serangan panik yang tida terduga dan terjadi secara berulang. Munculnya perasaan panik dapat mengakibatkan kecemasan yang intens disertai dengan gejala fisik, misalnya: nafas cepat, kesuliatan bernafas, dan jantung berdebar- debar disertai rasa lemas dan kepala menjadi pusing.

  2. Gangguan Kecemasan menyeluruh Gangguan kecemasan menyeluruh (Generalized anxiety disorder/ GAD).

  Yang diatndai oleh perasaan cemas yang tidak dipicu oleh objek , situasi atau aktivitas yang spesifik, akan tetapi yang disebutkan oleh freud sebagai “mengambang bebas” (“free floating”). Ciri utama dari GAD adalah perasaan cemas yang sudah kronik.

  3. Gangguan fobia Fobia berasal dari kata yuani yaitu phobos, berarti “takut” konsep cemas dan takut berhubungan sangat erat. Takut adalah perasaan cemas dan agitasi merupakan respon dari suatu ancaman. Fobia adalah perasaan takut yang persisten terhadap situasi dan rasa takut ini tidak sebanding dengan ancamannya.

  Hal yang aneh dari fobia adalah pada umumnya melibatkan ketakutan terhadap peristiwa yang biasa dalam hidup bukan luar biasa. Tipe fobia yang berbeda biasanya muncul pada usia yang bebeda- beda pula, pada usia kemunculannya seperti merefleksikan tahap perkembangan kognitif dan pengalaman hidup.

  Berikut tipe dari fobia yang diklasifikasikan dalam sistem DSM: fobia spesifik, fobia sosial, dan agoraphobia.

  a. Fobia spesifik Fobia spesifik (specific phobias) adalah ketakutan yang berlebihan dan persisten terhadap objek atau situasi yang lebih spesifik. Contohnya: ketakutan akan ketinggian (agorophobia), takut terhadap tempat tertutup (claustrophobia),dll

  b. Fobia sosial Fobia sosial (social phobia) atau disebut juga dengan gangguan kecemasan sosial mempunyai ketakutan terhadap situasi sosial sehingga individu mungkin sama sekali menghindarinya, atau menghadapinya tetapi dengan distress yang sangat besar. Fobias sosial adalah ketakutan yang besar terhadap evaluasi negative dari orang lain. Dalam hal ini individu sering merasa seakan seribu pasang pandangan tertuju padanya dan memeriksa dengan teliti setiap gerak tingkah lakunya.

  c. Agoraphobia Kata agoraphobia berasal dari yunani yaitu

  “takut kepada pasar” maksutnya ketakutan pada situasi yang ramai atau tempat yang terbuka. contohnya: orang dengan agrophobialsif takut untuk pergi berbelanja ke took yang penuh dan sesak. Agrophopia mempunyai potensi untuk menjadi tipe fobia yang membatasi seseorang untuk melakukan sesuatu.

  4. Gangguan obsesif- kompulsif Gangguan obsesi (obsession) merupakan pikiran, ide atau dorongan yang intrusive dan berulang yang sepertinya berada diluar kemampuan seseorang untuk mengendalikannya. obsesi dapat menjadi kuat sehingga dapat mengganggu sehari- hari dan menimbulkan distress serta kecemasan yang signifikan.

  Kompulsif sering terjadi terhadap pikiran obsesif dan muncul cukup sering serta kuat sehingga mengganggu kehidupan sehari- hari atau menyebabkan distress yang signifikan.

  5. Gangguan stres akut dan stres pascatrauma Gangguan stress akut (Acute stress disorder/ASD) adalah suatu reaksi maladaptive yang terjadi pada bulan pertama sesudah pengalaman. Gangguan stres pascatrauma (Pascatraumatic stress disorder /PTSD) adalah reaksi maladptif yang berkelanjutan terhadap suatu pengalaman traumatis.

  2.1.5 Faktor yang mempengaruhi kecemasan Direja (dikutip dalam Widyawati, 2016) megatakan bahwa faktor yang mempengaruhi kecemasan di antaranya adalah faktor predisposisi dan faktor presipitasi:

  1. Faktor predisposisi

  a. Pandangan psikoanalitik, kecemasan adalah konflik emosional yang terjadi pada 2 elemen yaiti kepribadian id dan superego. Id merupakan dorongan insting dan implus primitive, sedangkan superego mencerminkan hati nurani yang dikendalikan oleh norma budaya. Ego atau Aku, berfungsi sebagai penengah tuntutan dari dua elemen yang bertentangan itu, dan fungsi dari kecemsan sendiri yaitu mengingatkan pada ego bahwa aka nada bahaya yang mengancam.

  b. Pandangan interpersonal, kecemasan timbul dari perasaan takut terhadap ketidaksetujuan dan penolakan interpersonal, kecemasan berkaitan dengan trauma yang berkembang. Hal ini individu yang mengalami harga diri rendah rentan untuk mengalami kecemasan yang berat.

  c. Pandangan prilaku, kecemasan merupakan hasil dari frustasi artinya segala sesuatu yang dianggap mengganggu pada individu untuk mencapai suatu tujuan yang di inginkan. Teori prilaku mengatakan bahwa kecemasan merupakan dorongan yang akan di pelajari terhadap keinginan yang ada pada individu untuk menghindari perasaan yang membuat individu itu merasa kecewa.

  d. Kajian keluarga, menunjukan bahwa gangguan kecemasan banyak terjadi dalam keluarga.

  e. Kajian biologis, menunjukan bahwa otak mengandung reseptor khusus untuk benzodiazepin, obat- obatan yang dapat meningkatkan neuroregulator inhibisi asam gama-aminobutirat (GABA), dalam hal ini kecemasan disertai dengan fisik dan juga dapat membantu individu untuk mengatasi stressor.

  2. Faktor presipitasi Faktor yang mempengaruhi kecemasan di kelompokan menjadi 2 yaitu:

  a. Faktor eksternal

  1. Ancaman pada integritas fisik yang meliputi disabilitas fisiologis yang akan terjadi atau mengalami kemampuan penurunan kemampuan pada individu dalam melakukan aktivitas sehari- hari.( penyakit, trauma fisik, pemebdahan yang akan di lakukan ).

  2. Ancaman terhadap sistem diri yang dapat menimbulkan bahaya pada identitas, harga diri, dan fungsi sosial yang terinegrasi paad individu.

  b. Faktor internal

  1. Usia, individu yang memiliki usia lebih muda akan lebih mudah untuk mengalami gangguan kecemasan dari pada individu yang usianya sudah tua.

  2. Jenis kelamin, individu yang mengalami gangguan kecemasan kebanyakan di alami pada wanita dari pada pria. dalam hal ini wanita memiliki tingkat kecemasan yang lebih tinngi dibandingkan dengan pria, karena wanita lebih peka emosionalnya begitu juga dengan tingkat kecemasannya.

  3. Tingkat pengetahuan, individu yang memiliki pengetahuan dapat mengurangi kecemasan yang di alami dalam mempersepsikan sesuatu. Pengetahuan dapat diperoleh dari informasi dan pengalaman yang pernah di dapat.

  4. Tipe kepribadian, individu dengan kepribadian A lebih mudah terjadi gangguan kecemasan di banding dengan individu yang memiliki kepribadian B, individu yang memiliki kepribadian A contohnya: tidak sabar, ambisius dan selalu ingin menjadi yang sempurna.

  5. Lingkungan dan situasi, individu yang bertempat tinggal di lingkungan Asing lebih mudah untuk mengalami gangguan kecemasan disbanding dnegan lingkungan yang biasa mereka tempati.

  2.1.6 Tingkat Kecemasan.

  Dalami dkk, 2009 (dikutip dalam Widyawati, 2016) mengatakan bahwa tingkat kecemasan adalah sebagai berikut:

  1. Kecemasan ringan Kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan pada peristiwa yang dialami dalam hidupnya. Pada tingkat kecemasan ini individu akan berhati- hati dan tetap waspada. Hal ini individu terdorong untuk belajar dan menghasilkan kreatifitas.

  a. Respon fisiologis

  1. Sesekali nafas pendek

  2. Nadi dan tekanan darah meningkat

  3. Timbul gejala yang ringan pada lambung

  4. Bibir gemetar dan muka berkerut

  5. Otot mengalami ketegangan ringan b. Respon Kognitif

  1. Mampu menerima rangsangan yang kompleks

  2. Perasaan sedikit gagal

  3. Waspada dalam memperhatikan banyak hal

  4. Merasa percaya diri dan lebih tenang

  5. Pembelajaran yang optimal

  c. Respon prilaku dan Emosi

  1. Tremor halus pada tangan

  2. Tidak dapat duduk dengan tenang

  3. Tidak bisa sabar

  4. Aktivitas menyendiri

  5. Volume suara meningkat

  2. Kecemasan sedang Tingkatan ini persepsi terhadap lingkungan di sekitarnya mulai mengalami penurunan, individu lebih focus pada hal- hal yang penting dan lebih untuk mengkesampingkan hal – hal lain.

  a. Respon fisiologis

  1. Nafas menjadi pendek

  2. Tekanan darah dan Nadi meningkat

  3. Mulut terlihat kering

  4. Anaoroksia/ muntah

  5. Konstipasi/ Diare

  6. Timbul perasaan gelisah b. Respon Kognitif

  1. Lapang peresepsi Menyempit

  2. Tidak mau menerima rangsangan dari luar

  3. Mengfokuskan apa yang akan menjadi perhatian

  c. Respon prilaku dan Emosi

  1. Terlihat banayk bicara dan cepat

  2. Gerakan meremas- remas tangannya

  3. Perasaan tidak nyaman

Dokumen yang terkait

Hubungan antara pemberian dukungan sosial dari suami dengan tingkat kecemasan menghadapi kelahiran bayi

0 4 181

View of Hubungan mekanisme koping dengan tingkat kecemasan pada pasangan infertil di RSIA Annisa Jambi tahun 2015

0 4 7

Kualitas pelayanan puskesmas dengan kepuasaan pasien lanjut usia (Studi di Puskesmas Mojowanro Jombang) - STIKES Insan Cendekia Medika Repository

0 0 136

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN MINAT IBU HAMIL TRIMESTER III DALAM MENGIKUTI HYPNOBIRTHING (studi di Puskesmas Kabuh, Kecamatan Kabuh, Kabupaten Jombang) - STIKES Insan Cendekia Medika Repository

0 0 139

IDENTIFIKASI BAKTERI Proteus sp. PADA AIR KOLAM RENANG (Studi di Wilayah Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang) - STIKES Insan Cendekia Medika Repository

0 1 76

SIKAP DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN PENULARAN PADA KELUARGA PENDERITA TUBERKULOSIS (Di Puskesmas Cukir Kabupaten Jombang) - STIKES Insan Cendekia Medika Repository

0 0 112

HUBUNGAN PERAN KELUARGA DENGAN DEPRESI PENDERITA KUSTA (Studi di Puskesmas Mayangan Kabupaten Jombang) - STIKES Insan Cendekia Medika Repository

0 0 104

ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEKAMBUHAN PENYAKIT ASMA PADA LANSIA (Studi Di Wilayah Kerja Puskesmas Sumobito Kabupaten Jombang) - STIKES Insan Cendekia Medika Repository

0 0 167

PENGARUH TERAPI MURROTAL TERHADAP KUALITAS TIDUR PADA KEHAMILAN TRIMESTER III (Di Wilayah Puskesmas Karangrejo Kecamatan Karangrejo Kabupaten Magetan) - STIKES Insan Cendekia Medika Repository

1 2 122

HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS (Di Wilayah Kerja Puskesmas Gayam Kecamatan Gayam Kabupaten Bojonegoro) - STIKES Insan Cendekia Medika Repository

0 2 127