SUPERVISIPENDIDIKAN AGAMA DAN PROFESIONALISME GURU AGAMA ISLAM (Bangunan Kousep Atas Undang-Undang SISDIKNAS Bab XIX Dan Undang-Undang Guru Bab IV) - Test Repository

  SUPERVISIPENDIDIKAN AGAMA DAN PROFESIONALISME GURU AGAMA ISLAM (Bangunan Kousep Atas Undang-Undang SISDIKNAS Bab XIX Dan Undang-Undang Guru Bab IV) Skripsi

  Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Saijana Dal am Ilmu Tarbiyah

  Jurusan Pendidikan Agama Islam O leh:

  Mustofa NIM : 11404046

FAKULTAS TARBIYAH SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA

  2(

  SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) S A L A T I G A

  Jl. Stadion No. 03 Telp. 323433,323706 Kode Pos 50721 Salatiga

PERSETUJUAN PEMBIMBING

  Lamp. : 7 (tujuh) eksemplar Salatiga, 13 Agustus 2006 Hal : Naskah Skripsi

  An. Saudara Mustofa Kepada Y th.: Dekan Fakultas Tarbiyah STAIN Salatiga Assalamu’alaikum Wr. Wb.

  Setelah membaca, meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka dengan ini kami kirimkan Naskah Skripsi Saudara : Nama : Mustofa NIM

  : 11404046 Jurusan

  : Pendidikan Agama Islam (PAI) Judul : SUPERVISI PENDIDIKAN AGAMA DAN

  PROFESIONALISME GURU AGAMA ISLAM Dengan ini saya mohon agar skripsi Saudara Mustofa tersebut segera dimunaqasahkan.

  Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.

  Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

  Mengetahui Drs. Badwan. M.Ag.

  NIP. 150198743 DEPARTEMEN AGAMA SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) A L A T I G A

  S

  Jl. Stadion No. 03 Telp. 323433,323706 Kode Pos 50721 Salatiga

  

PENGESAHAN SKRIPSI

  Judul : SUPERVISI PENDIDIKAN AGAMA DAN

  PROFESIONALISME GURU AGAMA ISLAM Nama

  : Mustofa NIM

  : 11404046 Program Studi

  : Pendidikan Agama Islam (PAI) Salatiga, 27 Agustus 2006

  Dewan Penguji, Ketua

  Sekretaris Drs. Imam Sutomo,

  Dr. H. Saerozi, M.Ag NIP. 150216814 NIP. 150247014 Penguji I

  Penguji II 13 n J Dr. H. Saerozi, M.Ag

  N IP .150247014 NIP. 150231363

  

MOTTO

Artinya : “ Dan hendaklah ada segolongan umat di antara kamu yang

mengajak kepada kebaikan, menyuruh pada yang m a’ru f dan mencegah dari yang munkar, dan merekalah orang-orang yang beruntung”. (Ali Imran : 104)

  1

1 R.H.A. Soemaijo, dkk., A l-Q ur’an dan Terjemahannya, (Bandung, Gema Risalah Press, 1974), him. 103.

  PERSEMBAHAN Peijalanan menuntut ilmu rentang waktu yang panjang terciptalah sebuah karya sederhana, yang saya persembahkan kepada :

  • Bapak Yusman (aim) dan Ibu (Ngatisih) sebagai tanda baktiku.
  • Bapak Ibu, Mertua (H. Nursalim dan Hj. Khosiatun)
  • Kakak beserta keluarga yang selalu menyayangi
  • Teman-temanku (Nanang, Mudhofir, Zuhri, Suratno, Sodri, Nurul, Dwi Puji Nurhayani) terima kasih atas segala bantuannya.
  • Istriku tercinla yang sangat perhatian dan setia mendampingi peijalanan hidupku.
  • Sahabat yang lain dan tak mungkin kusebutkan satu-persatu terima kasih sukses buat kalian.

  

K A T A P E N G A N T A R

  Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas Rahmat, Karunia, serta Hidayah dan Ridho-Nya, penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judpl “SUPERVISI PENDIDIKAN AGAMA DAN PROhESIONALISME GURU AGAMA ISLAM” tanpa adanya hambatan dan tantangan yang berarti.

  Kemudian dengan selesainya penulisan skripsi ini tidak lupa penulis ucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan baik matriil maupun spirituil, lebih khusus ucapan terima kasih ini penulis sampaikan kepada:

  1. Bapak Drs. Imam Sutomo, M.Ag., selaku Ketua STAIN Salatiga.

  2. Bapak Drs. Sa’adi, M.Ag., selaku Kepala Jurusan Fakultas Tarbiyah STArN Salatiga.

  3. Bapak Drs. Badwan, M.Ag., selaku Dosen Pembimbing yang dengan sabar serta arif dan bijaksana dalam memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penulisan skripsi ini.

  4. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Tarbiyah STAIN Salatiga.

  5. Ibu Hj. Nur Indah Susilawati, S.Ag., selaku pengawas PAI yang telah banyak memberikan motivasi dan buku-buku penunjang.

  6. Bapak dan Ibu Karyawan dan Karyawati Perpus STAIN Salatiga yang telah banyak memberikan layanan kemudahan buku-buku penunjang.

  7. Bapak dan Ibu serta Istri tercinta yang dengan tulus dan sabar atas perhatian dan kasih sayangnya serta do’a restu, hingga penulis dapat menyelesaikan . studi.

  8. Tern an dan sahabat yang telah banyak memberikan bantuan dan motivasi pada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

  9. Semua pihak yang terkait dengan tulus ikhlas memberikan bantuan baik matriil maupun moril dalam penulisan skripsi ini.

  Demikian ucapan terima kasih ini penulis sampaikan, penulis hanya bisa berharap dan berdo’a semoga budi baik mereka yang telah diberikan pada penulis tercatat sebagai amal sholeh yang layak mendapat balasan dari Allah Robbul Izzati.

  Penulis menyadari dengan sepenuh hati bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan sana-sini, entah itu bahasa maupun kata dan penulis yakin bahwa kekurangan bukan suatu kesengajaan. Oleh sebab itu atas segala kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat penulis harapkan demi kesempumaan skripsi ini. Namun demikian inilah hasil maksimal penulis sehingga tidak berlebihan kiranya bila penulis tetap beiharap semoga karya yang sederhana ini ada manfaatnya terutama bagi penulis sendiri dan bagi semua pembaca baik di masa sekarang maupun masa yang akan datang.

  Purwodadi, 27 Agustus 2006

  Penulis t

  DAFTARISI

  

  

  

  2. Tugas, Wewenang dan Tanggungjawab Pengawas

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  \

  BAB III PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN UNDANG-UNDANG GURU

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

   DAFTAR PUSTAKA DAFTAR RIWAYAT PENULIS

  

B A B I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

  Pendidikan adalah usaha sadar bertujuan. Pendidikan pada hakekatnya adalah membudayakan manusia dan memanusiakan manusia, sedangkan manusia itu sendiri adalah suatu pribadi yang utuh dan komplek sehingga sulit dipelajari secara tuntas karena selalu berkembang mengikuti dinamika kehidupannya.1 Sebagai upaya untuk menyiapkan generasi penerus pendidikan memerlukan sebuah rancangan program pendidikan yang dipersiapkan untuk peserta didik secara matang yang dikenal dengan istilah kurikulum. Para pakar, para ahli maupun para pemerhati dari berbagai bangsa telah banyak mencurahkan tenaga dan pikirannya untuk menjadikan pendidikan lebih berdayaguna dal am memajukan kesejahteraan manusia Konsep-konsep lama dipikirkan ulang serta diberi pemaknaan baru dan ide-ide barn kemudian dikembangkan serta diuji cobakan untuk menemukan rumus-rumus pendidikan baru yang lebih tepat untuk menjawab persoalan yang berkembang dalam dunia pendidikan.

  Dalam dunia pendidikan kurikulum mengandung amanat bagi cita-cita dan harapan masyarakat terhadap pendidikan, sedangkan pelaksanaan operasional kurikulum terletak pada tiga komponen penting yaitu guru, kepala

1 Nana Sudjana, CBSA Dalam Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Bam Algesindo, 1996),

  2

  sekolah, dan pengawas pendidikan.2 3 Ketiga komponen tersebut bekeijasama mewujudkan tujuan pendidikan melalui pendidikan formal. Sekolah sebagai bentuk lembaga pendidikan formal memuat komponen-komponen yang saling terkait dal am rangka menunjang kelancaran proses pendidikan. “Komponen- komponen tersebut ialah peserta didik, tenaga pendidik, kurikulum, sarana pembelajaran dan masyarakat sekitar”.

  Guru sebagai tenaga pendidikan berinteksi secara langsung dengan peserta didik dalam proses belajar mengajar, sehingga peran seorang guru sangat penting dalam mengendalikan dan mengelola kelas dan sampai sekarang peran seorang guru belum bisa digantikan oleh teknologi atau media yang paling modem sekalipun. Karena masih banyak unsur-unsur manusiawi yang tidak dapat dicapai melalui alat dan teknologi modem yang diciptakan oleh manusia.4 Masai ah-masalah yang dihadapi dunia pendidikan demikian luas, diantaranya adalah mutu pendidikan, karenanya dibutuhkan tenaga pendidik (gum) yang profesional, sebab mereka selalu bergelut dengan peserta didik yang merupakan isi dari dunia persekolahan.

  Upaya meningkatkan profesionalisme gum secara ekstemal dilakukan oleh seorang supervisor (pengawas) pendidikan, yang tugas jabatannya memberikan bantuan dan layanan kepada gum guna mengembangkan

  

2 Depag RI, Modul dan Model Pelatihan Pengawas Pendais, (Jakarta: Diijen Binbaga Islam,

2001), him. 62.

  

3 Umar Tirta Rahardja dan La Sula, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), him.

233.

  

4 Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 1994),

  3

  profesionalisme keguruannya.5 Terkait dengan hal itu pemerintah juga mengeluarkan kebijakan sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang SISIDIKNAS Bab

  XIX pasa 66 ayat 1 menyebutkan “Pemerintah, Pemerintah Daerah, Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah/ Madrasah melakukan pengawasan atas penyelenggaraan pendidikan pada semua jenjang dan jenis pendidikan sesuai dengan kewenangan masing-masing” 6 * Untuk itu, supervisor baik kepala sekolah maupun pengawas kantor wilayah harus dapat berperan memberikan bantuan, motivasi kepada guru-guru sebagai usaha peningkatan kualitas pengajaran dan pembinaan profesi guru, termasuk guru pendidikan agama Islam. Idealnya supervisor harus bisa memberikan teladan bagi bawahannya, menyuruh pada yang ma’ruf dan melarang pada yang mungkar, sebagaimana telah diterangkan oleh Allah dalam al-Qur ’an sebagai berikut:

  

j l

c f ' O J j t A rtinya: “Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh dari yang makruf dan mencegah dari yang mungkar, merekalah orang-orang yang beruntung”. (Q.S. Ali Imron : 104)?

  

Lalu Muhammad Azhar, Supervisi Klinis dalam Penerapan Ketrampilan Proses dan CBSA,

(Surabaya: Usaha Nasional, 1996), him. 1.

6 UU RI No. 20 Tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional, (Bandung: Chra Umbara, 2006), him. 111. R.H.A. Soenaijo, dkk.,

  Yayasan Penterjemah / Penafsir A l-Q ur’em dan Terjemahannya, Dari pemikiran tersebut di atas penulis memandang perlu untuk menelaah tentang peran supervisi pendidikan agama hubungan dengan profesionalisme guru pendidikan agama Islam.

B. Penegasan Istilah

  Untuk memperjelas penulisan skripsi ini dan menghindari kesalahpahaman, maka penulis perlu memberikan batasan-batasan agar skripsi pembahasannya lebih efektif dan sistematis.

  Adapun pembatasan tersebut adalah sebagai berikut:

  1. Supervisi pendidikan Secara etimologi supervisi berasal dari bahasa Inggris

  “Supervision” yang berarti “pengawasan”.8 Supervisi pendidikan yang dimaksud di sini adalah supervisi pengawasan terhadap PAI atau supervisi Pendidikan Agama Islam.

  2. Hubungan Yaitu “keterkaitan atau keadaan terkait”.9

  3. Profesionalisme Istilah profesionalisme berasal dari kata “profesi” yang artinya

  “pekeijaan yang dilandasi pendidikan keahlian tertentu”.10 Profesionalisme “profesional akan proses membuat suatu badan organisasi agama menjadi profesional”.

  

8 John. M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris - Indonesia, (Jakarta, Gramedia, 1992) him. 569.

  9 W.J.S. Poerwadarminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta; Balai Pustaka, 1986, him. 337.

  

10 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa

Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1993, him. 702.

  5

  4. Guru Pendidikan Agama Islam Guru atau pendidik adalah tiap orang yang dengan sengaja mempengaruhi orang lain untuk mencapai kedewasaan.11 Dan yang dimaksud di sini adalah guru Pendidikan Agama Islam atau guru agama.

  Dari uraian di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud dal am skripsi ini adalah pembahasan tentang hubungan antara supervisi pendidikan dengan profesionalisme guru Pendidikan Agama Islam yang dilakukan oleh supervisor (pengawas) Pendidikan Agama Islam bersama dengan Kepala Sekolah.

C. Rumusan Masalah

  Mengacu pada latar belakang masalah, maka pokok permasalahannya dapat dirumuskan sebagai berikut:

  1. Bagaimanakah peran supervisi Pendidikan Agama Islam?

  2. Bagaimanakah prinsip yang diterapkan supervisi pendidikan dalam meningkatkan kualitas guru Pendidikan Agama Islam?

  3. Apakah yang dimaksud dengan profesionalisme guru Pendidikan Agama Islam?

  4. Bagaimanakah hubungan supervisi pendidikan dengan profesionalisme guru Pendidikan Agama Islam?

  6 D. Tujuan Penulisan

  Berdasarkan permasalahan di atas maka tujuan yang akan dicapai adalah:

  1. Untuk mengkaji tentang peran supervisi pendidikan agama Islam.

  2. Untuk mengkaji tentang prinsip yang diterapkan supervisi pendidikan dalam meningkatkan kualitas guru Pendidikan Agama Islam.

  3. Untuk mengetahui serta menelaah tentang profesionalisme guru Pendidikan Agama Islam.

  4. Untuk mengetahui dan mengkaji tentang hubungan supervisi pendidikan dengan profesionalisme guru pendidikan agama Islam.

  E. Manfaat Hasil Penelitian

  a) Manfaat Teoritis Dengan mengadakan penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi para supervisor pendidikan, [dalam meningkatkan kualitas pengajaran serta membantu guru meningkatkan kemampuan (profesional), menilai kemampuan guru dan membantu melaksanakan perbaikan, termasuk di dalamnya mengatasi problematika pengajaran guru. ^ b) Manfaat Praktis

  1) Bagi Peneliti Diharapkan dapat meningkatkan kualitas mengajar serta mengembangkan potensi guru dan pada gilirannya nanti dapat meningkatkan kualitas belajar siswa.

  2) Bagi Pemerintah Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan pada pemerintah hubungannya dengan kepengawasan atas penyelenggaraan pendidikan oleh pemerintah atau masyarakat dal am rangka pembinaan perkembangan satuan pendidikan yang bersangkutan.

F. Tinjauan Pustaka

1. Supervisi Pendidikan Agama Islam

  Pembahasan mengenai supervisi pendidikan agama Islam berawal dari konsep supervisi secara umum yang pembahasannya meliputi pengertian supervisi pendidikan, tujuan dan supervisi pendidikan, teknik dan prinsip serta macam supervisi pendidikan.

  Kata supervisi berasal dari bahasa Inggris “supervision ” bentukan dari dua kata super dan vision. Super berarti atas atau iebih, sedangkan vision berarti melihat atau meninjau. Jadi secara etimologi supervisi adalah melihat atau meninjau dari atas yang dilakukan dari pihak atasan (orang-orang yang memiliki kelebihan) terhadap perwujudan kegiatan dan hasil-hasil karya bawahan.12 Dan nama lain dari supervisi adalah pengawasan atau kepengawasan.13

  Supervisi pendidikan merupakan program strategis dan potensial untuk dijadikan sebagai wahana peningkatan kualitas pendidikan termasuk di dalamnya adalah peningkatan mutu pengajaran dengan cara meneliti, 12 Hadan Nawawi, (Jakarta: Gunung Agung, 1983), him. 103.

  Administrasi Pendidikan, Ary H. Gunawan,

   (Jakarta: Rineka Cipta, Administrasi Sekolah, Administrasi Pendidikan Mikro, 1996), him. 193.

  8

  menilai, meningkatkan dan membantu. Dengan adanya pcran supervisor harus dapat memberi suasana baru yang menyenangkan dal am dunia pendidikan, sehingga terjalin relasi yang baik antara guru, kepala sekolah, supervisor dan karyawan lain. Untuk itulah seorang supervisor dalam melaksanakan tugasnya haruslah berdasar dan memahami prinsip supervisi. Menurut DitjenBinbaga Islam dijelaskan bahwa ada empat prinsip supervisi pendidikan yaitu ilmiah, demokratis, konstruktif dan kreatif

  kooperatif.14

  Keterlibatan supervisor pendidikan agama Islam kaitannya dengan pembinaan dan peningkatan potensi guru telah diatur dengan SKB Mendikbud dan Menag yang isinya antara lain:

  1) Pembinaan dan pengawasan materi PA1 dilakukan oleh Depag atau instansi agama yang bersangkutan.

  2) Pembinaan, pengawasan dan penilaian teknis edukatif tenaga pendidik dilakukan oleh Depag bekeijasama dengan Diknas.

  3) Pelaksanaan penilaian guru PAI dilakukan oleh kepala sekolah yang bersangkutan dengan rekomendasi pengawas PAI.15 Piet A. Suhertian mengutip pendapat Peter F. Olivia mengenai peranan pengawas/ supervisor adalah sebagai koordinator, konsultan, pemimpin

14 Depag RI, Modul dan M odel Pelatihan Pengawasan Pendais, (Jakarta: DitjenBinbaga Islam, 2001), him. 86-87.

  

Depag RI, Kebijakan Teknis Pembinaan Pendidikan Agama Islam Pada Sekolah Umum,

  9

  kelompok dan evaluator.16 Peranan pengawas tersebut pada dasamya mengarah pada peningkatan kualitas pendidikan dengan mengutamakan pembinaan guru agama, karena guru agama sebagai pelaksana kurikulum yang secara langsung terlibat dengan peserta didik.

2. Profesionalisme Guru Pendidikan Agama Islam

  Untuk mencapai tujuan pendidikan agama Islam yang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari tujuan pendidikan Nasional, maka profesionalisme guru Pendidikan Agama Islam haruslah diupayakan, baik secara internal maupun ekstemal.

  Kata profesi atau profesional berasal dari latin “professio” berarti “pengakuan” atau “pemyataan”. Kata profesi pada mulanya merupakan pengakuan tentang bidang pekeijaan yang dipilih.17 • Pada hakikatnya profesi merupakan pengakuan seseorang terhadap pekeijaan, kemudian bergeser dengan menuangkan ketentuan yang harus ada pada profesi yakni pekeijaan yang dilandasi dengan pendidikan keahlian (ketrampilan, kejujuran dan sebagainya) tertentu.18. Profesional adalah pekeijaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupannya yang memerlukan keahlian, kemahiran atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu, serta memerlukan pendidikan

  

16 Piet A. Suhertian, Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan Dalam Rangka

Pengembangan Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), him 25.

  

17 Mohtar Bukhori, Spektrum Problematika Pendidikan di Indonesia, (Yogyakarta: Tiara Wacana

Yogya, 1994), him. 70.

  

18 Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Balai Pustaka,

1993), him. 702.

  10

  profesi.19 Jadi tidak semua pekeijaan itu profesional, melainkan pekeijaan tersebut dilandasi dengan keahlian tertentu yang ditempuh melalui pendidikan.

  Agar profesi guru lebih profesional, maka perlu beberapa upaya yang dikenal dengan profesionalisasi yaitu “suatu pemantapan profesi yang mempunyai ciri-ciri expertise (keahlian) responsitility (tanggung jawab) dan corporatnes (kesejawatan)”.20 Dalam kegiatan belajar mengajar guru hams profesional dalam persiapan merencanakan pengajaran, pelaksanaan pengajaran dan evaluasi hasil. Seorang guru hams memiliki kepribadian yang mantap sehingga penting sekali teratama dalam pembentukan mental peserta didik.21 Dengan demikian seorang gum haruslah berkemampuan profesional, personal dan sosial.

  G. Metode Penelitian Dalam metode penelitian ini ada dua hal yang perlu dijelaskan yaitu penggalian sumber data dan metode pembahasan, yang pertama penulis menelusuri sumber data yang ada dan kedua proses pengolahan data.

1. Metode Pengumpulan Data

  Penelitian ini berupa penelitian literer (library research) yaitu suatu riset kepustakaan.22 Oleh karena itu penulis mengumpulkan data atau

  

19 Undang-Undang RI. No. 14, Guru dan Dosen Tahun 2005, (Bandung: Citra Umbara, 2006),

him. 3.

  

20 Suharsimi Arikunto, (Jakarta: Rineka Cipta, 1993),

Manajemen Pengajaran Secara Manusia, him. 252.

  21 Zakiyah Daradjat, (Jakarta: Bulan Bintang, 1980), him. 16.

  Kepribadian Guru,

  11

  informasi yang ada kaitannya dengan supervisi pendidikan dan propesionalisme PAI sebagai sumber primer yaitu Undang-Undang Gum dan Dosen dan Undang-Undang SISDIKNAS serta kitab-kitab/ buku-buku yang menunjang sebagai sumber sekunder. Seperti buah karya dari Lalu Muhammad Azhar (Supervisi Klinis Dalam Penerapan Ketrampilan

  Proses dan CBSA). Ditjen Binbaga (Pedoman Pengembangan Administrasi dan Supervisi Pendidikan). Ibrahim Bafadal (Supervisi Pengajaran Teori dan Aplikasinya dalam Profesional Guru). Karena

  keterbatasan kemampuan penulis belum dapat memasukkan hasil-hasil penelitian sejenis yang dilakukan oleh lembaga atau individu serta review yang secara eksplisit mengkaji persoalan tersebut.

2. Metode Pembahasan

  Kelaziman yang dilakukan dalam penelitian literer adalah menggunakan metode deduktif, induktif, komparatif, reflektif. Dalam metode deduktif peneliti bertolak dari teori umum, kebenaran wahyu (doktrin agama) kemudian menelaah dan dievaluasi adakah hubungan kesesuaian dengan kaidah umum yang dibakukan dari awal. Metode

  induktif bermula dari paparan data, kasus, fakta kemudian ditelaah dan dicari generalisasi dari keseluruhan.

  Metode komparatif diterapkan dalam menelaah pendapat para pakar dengan dasar argumentasinya dan dilihat sisi positif serta kelemahan masing-masing. Metode reflektif merupakan pencurahan pikiran peoeliti dalam menyikapi sebuah obyek, menelaah aspek lahir dan substansinya,

  12

  serta menempatkan obyek, peristiwa dalam konteks barn (kekinian) untuk dicari pemaknaan yang lebih relevan dengan situasi zamannya Dalam metode reflektif ini peneliti mencoba menyikapi data, obyek dan fakta dihidupkan kembali dalam ruang pikiran untuk dicermati aspek-aspek detailnya sesuai dengan disiplin ilmu yang telah dimiliki.

H. Sistematika Penulisan

  Secara garis besar skripsi ini mencakup tiga bagian yang masing- masing terdiri dari Bab dan Sub Bab yaitu :

  1. Bagian Muka Pada bagian ini terdiri dari halaman judul, halaman nota pembimbing, halaman pengesahan, halaman persembahan, halaman motto, kata pengantar dan daftar isi.

  2. Bagian isi atau Batang Tubuh skripsi terdiri d a ri:

  Bab I : Pendahuluan yang merupakan gambaran secara umum mengenai seluruh isi skripsi yang meliputi : latar belakang masalah, penegasan istilah, rumusan masalah, tujuan penulisan skripsi, metode penulisan dan sistematika

  Bab II : Pada bab II ini akan dikemukakan tentang konsep Undang- Undang dan konsep supervisi Pendidikan Agama Islam yang meliputi: pengertian supervisi pendidikan, tujuan, fungsi supervisi pendidikan, prinsip dan tehnik uspervisi

  13

  pendidikan, jenis supervisi pendidikan serta peran supervisor pendidikan agama Islam.

  Bab III : Pada Bab ini dikaji tentang profesionalisme guru Pendidikan Agama Islam, terdiri d a ri: guru PAI, yang meliputi: konsep dasar PAI dan guru PAI dan profesionalisme guru PAI yang meliputi : pengertian dan kriteria profesi, perlindungan hukum profesi, tunjangan profesi, syarat formal profesi, faktor-faktor yang mempengaruhi profesionalisme guru dan profesionalisme guru PAI.

  Bab IV : Analisis atas hubungan supervisi pendidikan dengan profesionalisme guru Pendidikan Agama Islam yang meliputi: kedudukan dan peran supervisi pendidikan agama Islam, pentingnya profesionalisme guru agama, hubungan supervisi pendidikan dengan profesionalisme guru agama.

  BabV : Penutup yang terdiri dari kesimpulan, saran-saran, dan penutup.

  3. Bagian Akhir Pada bagian penulisan skripsi ini terdiri dari daftar pustaka dan daftar riwayat hidup.

  

B A B II

SUPERVISI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

  Pembahasan mengenai supervisi Pendidikan Agama Islam, berawal dari adanya konsep undang-undang yang meliputi:

  • Undang-Undang SISDIKNAS Bab XIX pasal 66 ayat 1 “Pemerintah,

  Pemerintah Daerah, dewan pendidikan, dan komite sekolah/madrasah melakukan pengawasan atas penyelenggaraan pendidikan pada semua jenjang dan jenis pendidikan sesuai dengan kewenangan masing-masing”.1

  • Undang-Undang SISDIKNAS pasal 30 ayat 1 “Pendidikan keagamaan diselenggarakan oleh Pemerintah dan/atau kelompok masyarakat dari pemeluk agama, sesuai dengan peraturan perundang-undangan”.2
  • Undang-Undang Dasar 1945 pasal 29 ayat 2 “Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu”.3
  • Undang-Undang Guru dan Dosen Bab IV pasal 8 “Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional”.4
  • Undang-Undang Guru dan Dosen Bab IV pasal 10 ayat 1 “Kompetensi guru sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 meliputi kompetensi pedagogik, 1 UU. RI. No. 20, SISDIKNAS Tahun 2003, (Bandung: Citra Umbara, 2006), him 111.

  2 Ibid, him. 89.

  3 UUD 1945, Undang-Undang, (Semarang, Sari Agung, 2005), him. 28.

  4 UU. RI. No. 14, Guru dan Dosen Tahun 2005, (Bandung: Citra Umbara, 2006), him. 8. kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi”.5 *

  7 Berdasarkan konsep undang-undang di atas penulis membuat rumusan konsep supervisi secara umum yang ruang lingkupnya meliputi: Pengertian supervisi pendidikan tujuan dan fungsi supervisi pendidikan, teknik dan prinsip, macam-macam supervisi pendidikan, dan supervisor pendidikan Agama Islam.

A. Pengertian Supervisi Pendidikan

  Kata supervisi berawal dari bahasa Inggris Supervision bentukan dari dua kata super dan vision, super berarti atas atau lebih, sedangkan vision berarti melihat atau meninjau. jadi secara etimologi supervisi adalah melihat atau meninjau dari atas yang dilakukan oleh pihak atasan (orang-orang yang memiliki kelebihan) terhadap perwujudan kegiatan dan hasil-hasil karya bawahan. Nama lain dari supervisi adalah “pengawasan atau kepengawasan”

  Adapun pendapat para ahli tentang pengertian supervisi sebagai berikut: Menurut Ngalim Purwanto, supervisi adalah aktivitas pembinaan yang direncanakan untuk membantu guru dan pegawai sekolah lainnya dal am melakukan pengajaran mereka secara aktif.8

  Sedangkan menurut E. Mulyasa, supervisi atau pengawasan diartikan sebagai upaya untuk mengamati secara sistematis dan berkesinambungan, merekam, memberi penjelasan, petunjuk, pembinaan dan meluruskan berbagai 5 Ibid, him. 9.

  b Hadari Nawawi, Administrasi Pendidikan (Jakarta: Gunung Agung, 1983) him. 103

7 Ari Gunawan,

   (Jakarta: Rineka Cipta, Administrasi Sekolah Administrasi Pendidikan Mikro

  1996) him. 193

8 Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara, 1992) hhn. 76.

  16

  hal yang kurang tepat serta memperbaiki kesalahan yang dilakukan secara komprehensif, terpadu dan tidak terbatas pada hal-hal tertentu.9 Tim Ditjen Binbaga Islam telah mengutip dari pendapat Ben M. Harris dalam bukunya “Supervisor Behavior in Eductaion, 1975,” menyatakan

  “Supervisi adalah apa yang personalia sekolah lakukan dengan orang dewasa dan alat-alat dalam rangka mempertahankan atau mengubah pengelolaan sekolah untuk mempengaruhi langsung pencapaian tujuan intruksional sekolah supervisi mempunyai impact dengan pelajar melalui perantara orang laic dan alat” 10

  Tim penyusun Ditjen Binbaga Islam telah mengutip tujuan dan fungsi supervisi pendidikan, 1983 menyatakan: “Supervisi adalah kegiatan yang dijalankan terhadap orang yang menimbulkan atau yang potensial menimbulkan komunikasi dua arah”. Dan pendapat dari Ametembun, dalam bukunya supervisi pendidikan 1975 menyatakan “Supervisi adalah pembinaan ke arah perbaikan situasi pendidikan pada umumnya dan peningkatan mutu belajar-mengajar di kelas pada khususnya”.11

  Dari berbagai devinisi di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa pengertian tentang supervisi pendidikan yaitu sebagai bentuk usaha bimbingan dan pembinaan dalam rangka perbaikan pengajaran, serta menstimulasi pertumbuhan profesional yang jauh sebelumnya sudah dipersiapkan oleh

  

9 E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, Konsep Strategi dan Implementasi (Bandung: Remaja

Rosda Karya, 2002), him. 21.

  10 Depag RI., (Jakarta: Ditjen Binbaga Islam,

  Pedoman Pengembangan dan Supervisi Pendidikan 2003) him. 31.

  

11 Depag. RI., Pedoman Pelaksanaan Supervisi Pendidikan Agama (Jakarta: Ditjen Binbaga Islam,

  17

  petugas-petugas sekolah untuk dilaksanakan secara kontinyu oleh yang berwenang terhadap tenaga edukatif dal am hal ini sasaran utamanya adalah guru yang secara langsung menyeleksi dan merevisi. Tujuan pendidikan disamping personal lainnya dengan harapan nantinya masing-masing dapat mengembangkan kemampuannya untuk mewujudkan situasi belaj ar-mengaj ar yang efektif dan kompetitif.

  Namun pada hakekatnya supervisi pendidikan mengandung beberapa kegiatan pokok yaitu pembinaan secara kontinyu, pengembangan profesional personil (guru) perbaikan situasi belajar-mengajar. Dengan demikian diharapkan tujuan pendidikan akan tercapai dengan baik dan petumbuhan pribadi peserta didik juga terwujud seperti yang diinginkan.

B. Tujuan dan Fungsi Supervisi Pendidikan

  Berdasarkan kajian tentang pengertian supervisi pendidikan di atas maka kesimpulannya adalah bahwa supervisi pendidikan mempunyai tujuan yang pasti yaitu untuk mengembangkan iklim kondusif dan lebih baik dalam melaksanakan belaj ar mengajar, melalui pembinaan dan peningkatan profesional mengajar. Hal ini sebagaimana disebutkan oleh Piet A. Suhertian bahwa tujuan supervisi pendidikan adalah memberikan layanan dan bantuan untuk meningkatkan kualitas mengajar dan mengembangkan potensi di kelas yang pada gilirannya untuk meningkatkan kualitas belaj ar siswa. Pemikiran itu sejalan dengan pendapat Hadari Nawawi yang menyebutkan bahwa tujuan 1

  2

12 Piet A. Suhertian,

  Konsep Dasar dan Tehnik Strategi Supervisi Pendidikan Dalam Rangka

  18

  supervisi pendidikan secara umum adalah menilai kemampuan guru dan senantiasa membantu melakukan perbaikan-perbaikan atas kekurangan guru agar diatasi atas usahanya sendiri. 13

  Rumusan maupun pemikiran di atas tentang tujuan supervisi masih bersifat umum sehingga masih sulit bagi supervisor untuk memperoleh gambaran secara jelas dal am menjalankan tugasnya. Oleh karena itu perlu dijabarkan lagi secara operasional y aitu :

  1. Membantu guru agar lebih mengerti dan menyadari tujuan pendidikan di sekoiah dan fungsi sekolah dal am usaha mencapai tujuan pendidikan tersebut.

  2. Membantu guru memahami kebutuhan dan masalah-masalah yang dihadapi siswa, agar dapat membantu siswa secara optimal.

  3. Menemukan kemauan dan kelebihan guru, memanfaatkan serta mengembangkannya.

  4. Membantu guru meningkatkan kemampuan penampilannya di depan kelas.

  5. Membantu guru menemukan kesulitan belajar murid-murid dan membantu merencanakan ti ndakan-ti ndakan pemecahannya.14 Namun secara khusus tujuan supervisi diarahkan untuk meningkatkan kualitas guru dalam proses belajar mengajar dengan memfokuskan penampilan dan pemahaman guru di saat mengajar di kelas, jika hal itu dikutip dari pendapat Acheson dan Gall dalam bukunya Tecnique Azhari adalah sebagai berikut:

  1. Memberikan gambaran secara obyektif kepada guru mengenai penampilan mengajar yang senyatanya (aktual).

  2. Mendiagnosis dan memecahkan permasalahan pengajaran.

  3. Membantu guru mengembangkan ketrampilan dalam hal strategi mengajar yang digunakan.

  4. Mengevaluasi untuk promosi, kenaikan jabatan, atau untuk keputusan lain yang mempcrtimbangkan pengembangan profesi guru.

  13 Hadari Nawawi, op. cit, him. 105.

  14 Depag RI, (Jakarta: Ditjen Binbaga Islam,

  Modul dan Model Pelatihan Pengawas Pendais, 2001), him. 86-87.

  19

5. Membantu guru mengembangkan sikap positif dalam pengembangan profesionalitas secara berkesinambungan.

  Dari pendapat dan pemikiran di atas pembahasan tentang tujuan supervisi pendidikan baik secara umum ataupun secara khusus dapat ditarik benang merah bahwa tujuan supervisi pendidikan intinya adalah untuk membantu meningkatkan kemampuan guru agar lebih profesional dalam mengajar, membantu guru meningkatkan kualitas pengajaran menilai kemampuan yang dimiliki guru serta membantu melakukan perbaikan, termasuk di dalamnya mengatasi problematika pengajaran guru.

  Mengenai fungsi supervisi pendidikan secara umum adalah ditujukan pada “perbaikan dan peningkatan kualitas pengajaran”.1

  5 Secara khusus, supervisi pendidikan mempunyai beberapa fungsi yang berkaitan erat antara satu dengan lainnya y aitu :

  16

  1. Fungsi pelayanan (service activity) sebagai kegiatan pelayanan untuk meningkatkan profesional.

  2. Fungsi penelitian, dimaksudkan untuk memperoleh data yang obyektif dan relevan.

  3. Fungsi kepemimpinan, sebagai usaha untuk mempengaruhi orang lain agar di supervisi dapat memecahkan sendiri masalahnya sesuai dengan tanggungjawab profesional.

  4. Fungsi manajemen, supervisi dilakukan sebagai kontrol atau pengarahan, sebagai aspek dari manajemen.

  5. Fungsi evaluasi, supervisi dilakukan untuk mengetahui hasil, baik kemajuan atas kekurangan yang telah diperoleh.

  6. Fungsi supervisi sebagai bimbingan, memberikan bimbingan, arahan motivasi bagi guru dalam rangka peningkatan kualitas pengajaran dan mutu pendidikan.

  7. Fungsi supervisi sebagai pendidikan dalam jabalan (inservice education) khususnya bagi guru muda dalam peserta didik di seluruh pendidikan

  17 guru.

15 Lalu Muhammad Azhar,

  Supervisi Klinis Dalam Penerapan Ketrampilan Proses dan CBSA, (Surabaya: Usaha Nasional, 1996), him 20.

  20 Jika dilihat dari fungsinya supervisi pendidikan merupakan program

  strategi dan sangat potensial untuk dijadikan sebagai wahana dal am rangka peningkatan kualitas pendidikan dan tujuan pendidikan itu sendiri. Apabila supervisi pendidikan itu dijalankan sebagaimana mestinya (sesuai tugasnya) dengan hati yang ikblas dan pelaksanaannya secara profesional maka mutu pendidikan akan tercapai dengan baik karena dalam peningkatan mutu pendidikan dan pengajaran dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut:

  1. Meneliti, supervisor mengumpulkan data secara obyektif, tanpa dilatar belakangi ukuran benar atau sal ah.

  2. Menilai artinya menentukan bersama secara kooperatif mana yang baik dan mana yang kurang baik berdasarkan data yang ada.

  3. Meningkatkan, berusaha semaksimal mungkin dan bersama-sama menentukan cara untuk mengadakan perbaikan dan peningkatan.

  4. Menbantu, maksudnya supervisor memberi dorongan guru dengan berbagai saran, nasehat, dan informasi dalam usahanya meningkatkan kemampuan dan potensi yang dimiliki guru.

C. Prinsip dan Teknik Supervisi Pendidikan

  Kehadiran supervisi dalam dunia pendidikan harus dapat memberikan nuansa dan suasana baru yang sangat menyenangkan sehingga terjalin relasi yang harmonis antara guru, kepada sekolah, supervisor dan karyawan lain. 1

  7

17 Yusak Burhanudin, (Bandung: Pustaka Setia, 1998), him 101-102.

  21 Untuk itulah seorang supervisor dal am melaksanakan tugas sebaiknya berdasarkan pada prinsip supervisi.

  Menurut Ditjen Binbaga Islam, telah menjelaskan bahwa ada empat prinsip supervisi pendidikan, yaitu ilmiah, demokratis, konstruktif, kreatif,dan kooperatif.18

  1. Prinsip ilmiyah artinya dalam pengawasan hendaknya dilaksanakan secara sistematis, teratur, terprogram dan kontinyu, obyektif berdasarkan pada data informasi menggunakan instrumen yang dapat memberikan data yang akurat dan pengawasannya meliputi seluruh komponen (komprehensif).

  2. Prinsip demokratis artinya, seorang supervisor dalam melaksanakan tugas sebagai pengawas hendaknya selalu menjunjung tinggi azas musyawarah, memiliki jiwa kekeluargaan yang kuat, menghargai serta sanggup menerima pendapat orang lain. Dalam finnan Allah SWT Q.S. Ali Imron: 159.

  A rtinya: Maka disebab rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lambut terhadap mereka, sekiranya kamu bersikap keros lagi kasar tentukan mereka menjauhkan dari sekelilingmu karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka. Dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad maka bertaqwalah kepada Allah (Q.S. A li Imron 159).

  19 18 Depag RI, op. cit, him. 66-67.

19 R.H.A Soenaijo, dkk., A

   (Bandung: Gema Risalah Press, 1971) him. 103.

I-Qur’an dan Terjemahannya,

  22

  3. Prinsip Konstruktif dan Kreatif Seorang supervisor hendaknya bisa membina inisiatif guru serta mampu mendorong guru untuk lebih aktif dan kreatif dalam menciptakan suasana kelas yang lebih akrab agar nantinya seorang guru bisa mengembangkan potensinya sebagai pendidik. Supervisor harus bisa mengarahkan atau memotivasi terhadap guru untuk bisa mencapai perkembangan pribadi dan potensi yang maksimal.

  Prinsip ini sesuai dengan finnan Allah Q.S. Ali Imron ayat 104:

  / / ✓ ^ x * ( ^ * i : d \ f t s - Jl ) pjb dJLdjlj

  A rtinya: Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyeru kepada yang makruf dan mencegah pada yang mungkar, dan merekalah orang-orang

  20

  yang beruntung (Q.S. A li Imron : 104)

  4. Prinsip Kooperatif Dalam prinsip ini lebih mengutamakan pada semangat keija kelompok sebagai usaha bersama dalam rangka menciptakan situasi belajar mengajar yang lebih baik dan bergairah. Antara supervisor dan gum (yang disupervisi) diharapkan dapat menjalin keija sama yang baik dan komunikatif agar lebih mudah untuk membaiki kineija yang kurang tepat, baik yang ditimbulkan dari kelengkapan administrasi ataupim pemecahan persoalan yang muncul dalam proses belajar mengajar. Dalam firman Allah Q.S. Al-Maidah ayat 2:

  23 ^ J* f/ja rj 'J

  ^ J'.fjiao > i&uo ( r : S-tflit )

  A rtinya: Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan taqwa dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran (Q.S. Al-M aidah: 2).

  2 Jika prinsip-prinsip di atas dapat dipahami dan dilaksanakan sebagaimana mestinya secara profesional maka tujuan supervisi akan dapat tercapai secara optimal dan kineija supervisi akan lebih berhasil manakala pelaksanaan kineijanya ditunjang dengan kemampuan yang dimiliki serta menggunakan teknik strategi yang sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada.

  Teknik supervisi pendidikan adalah cara yang dilakukan oleh supervisor dalam rangka usahanya untuk membantu atau meningkatkan mutu pendidikan.

  Adapun mengenai teknik dalam supervisi secara garis besar dibedakan menjadi dua yaitu tehnik individual dan tehnik kelompok.2

  1 Tehnik individual, macamnya adalah adanya kunjungan kelas, observasi, percakapan pribadi, intervisitasi, penyeleksi berbagai sumber materi untuk mengajar dan menilai diri sendiri23 Teknik kelompok, dapat dilaksanakan melalui rapat guru, work shop, seminar, bacaan

  22

  21 him. 157.

  Ibid, 22 Piet A. Suhertian, op. cit, him. 52.

23 Ibid, him. 52-53.

  24

  kepemimpinan, konseling kelompok, bulletin board, karya wisata,

  questionair, dan penataran.24

  Kemudian uraian secara singkat tentang bagian tehnik supervisi sebagai berikut:

  1. Kunjungan dan Observasi Kelas Kunjungan dan observasi kelas ini akan sangat bermanfaat untuk mendapatkan inform asi yang secara langsung dal am proses belajar mengajar, sehingga sangat jelas sekali kekurangan dan kelebihannya. Jadi tehnik yang semacam ini seorang supervisor bisa mengamati aktifvitas guru secara langsung dal am kelas dari berbagai kegiatan proses belajar mengajar berbagai faktor yang mempengaruhi meliputi: Menggunakan alat peraga, mendemonstrasikan, metode tehnik dan akti vitas lain yang menyangkut kegiatan belajar dari hasil observasi, ini langkah dengan cara-cara tepat guna memperbaiki dan meningkatkan kondisi belajar mengajar. 25

  2. Kunjungan Individual Kunjungan individual ini biasanya sebagai kelanjutan dari kunjungan atau observasi kelas. Namun tidak selamanya seperti itu, kadang guru merasa perlu untuk bicara dengan supervisor atas kehendak sendiri. Menggunakan tehnik yang semacam ini jauh lebih efektif, karena antara guru dan supervisor dapat bekerja sungguh-

24 Hendiyat Soetopo dan Wasty Soemanto, (Jakarta:

  Kepemimpinan dan Supervisi Pendidikan, Bina Aksara, 1998), him. 44-45

  25

  sungguh dan lebih cermat dal am memecahkan permasalahan pribadi yang berhubungan dengan proses belajar menagajar. 26

  3. Diskusi Yaitu pertukaran pendapat tentang suatu masalah untuk dipecahkan bersama-sama27 Yang termasuk dal am bentuk diskusi ini adalah seminar, rapat guru, work shop, loka karya dan kegiatan lain yang bertujuan untuk membicarakan masalah dan menyelesaikan permasalahan pendidikan dan pengajaran.