CURAHAN TENAGA KERJA KELUARGA DAN PENDAPATAN USAHA PEMOTONGAN AYAM BROILER DI KOTA MATARAM - Repository UNRAM

  

PEMOTONGAN AYAM BROILER DI KOTA MATARAM

PUBLIKASI ILMIAH

Diserahkan Guna Memenuhi Syarat yang Diperlukan

untuk Mendapatkan Derajat Sarjana Peternakan

pada Program Studi Peternakan

  

Oleh

DINI KASWARI

B1D 211 063

PROGRAM STUDI PETERNAKAN

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS MATARAM

MATARAM

  

2015

PEMOTONGAN AYAM BROILER DI KOTA MATARAM

  

INTISARI

Oleh

  

DINI KASWARI

B1D 211 063

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besar curahan tenaga kerja keluarga, besar pendapatan, serta untuk melihat hubungan antara curahan tenaga kerja keluarga dengan pendapatan pada usaha pemotongan ayam broiler di Kota Mataram. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey dengan wawancara langsung kepada pengusaha pemotongan ayam broiler yang ada di Kota Mataram. Sampel yang digunakan sebanyak 22 yang tersebar di Kota Mataram dengan menggunakan metode puposive sampling. Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan tenaga kerja keluarga yang paling banyak berperan pada usaha pemotongan ayam broiler selain tenaga kerja dari luar keluarga yaitu istri dengan rata-rata 0,3317 HKP/orang/hari, kemudian suami dengan rata-rata 0,1675 HKP/orang/hari dan anak dengan rata-rata 0,0127 HKP/orang/hari. Pendapatan pengusaha pemotongan ayam broiler yang ada di Kota Mataram yang terbesar dari skala kepemilikan tertinggi 40.500 ekor/bulannya sebesar Rp 155.779.245/bulannya sedangkan pada skala usaha terbawah 1.620 ekor/bulannya dengan rata-rata pendapatan/bulannya Rp 2.346.159,78/bulannya. Nilai koefisien korelasi dari curahan tenaga kerja keluarga dengan pendapatan sebesar 0,0340 yang artinya korelasinya sangat lemah.

  Kata Kunci : Curahan Tenaga Kerja Keluarga, Pendapatan.

  

ABSTRACT

THE OUTPOURING OF LABOR AND INCOME FAMILIES CUTTING BROILER

CHICKEN IN MATARAM CITY

by

  

DINI KASWARI

B1D 211 063

  This research aim to know bigly of family labour effusing, Big of earning, and to see relation between family laboue effusing with earnings at effort amputation of chicken boiler towen of mataram. Research methode the used, methode of survey with direct interview to entrepeneur of amputation of chicken boiler exist in town mataram. Used sample counted 22 which spread over town of mataram. By using methode of pupossive sampling. Result of obtained assesment show family labour which at most sharing at effort amputation of chicken boiler, Besides labour from outside family that is wife horizontally flatten 0,3317 HKP/ /people/its day, later than husband horizontally flatten 0,1675 HKP/people/its day and child horizontally flatten 0,0127 HKP/people/its day, Earning of intrepreneure of amputation of chicken broiler existing is town of mataram biggest of highest ownership scorpion 40.500 tail/its month equal to Rp 1.555.779.245/months, while at scorpion of is effort under 1.620 tile/its month. With its earnings mean of him Rp 2.346.159,78/its months. Correlation coefficient value of family labour effusing with the earning its correlation very weak.

  Keywords: Outpouring of Labor Family, Income.

  Peternakan merupakan salah satu dari lima subsektor pertanian. Peternakan adalah kegiatan memelihara hewan ternak untuk dibudidayakan dan mendapatkan keuntungan dari kegiatan tersebut (Rasyaf, 2002).

  Kegiatan usaha yang menarik dikaji di subsektor peternakan adalah usaha agribisnis ayam ras pedaging. Ayam ras pedaging disebut juga ayam broiler yang merupakan salah satu komoditi peternakan yang cukup menjanjikan karena produksinya yang cukup cepat untuk memenuhi kebutuhan pasar dibandingkan dengan produk ternak lainnya.

  Kota Mataram selain dikenal sebagai ibu kota Propinsi Nusa Tenggara Barat juga dikenal sebagai ibu kota Pemda Kota Mataram. Kota Mataram yang letaknya sangat strategis dan menjadi pusat berbagai aktifitas seperti pusat pemerintahan, pendidikan, perdagangan, industri dan jasa sangat cocok untuk menjalankan usaha pemotongan ayam broiler ini.

  Kota Mataram terdiri dari 6 (enam) Kecamatan yaitu Kecamatan Mataram, Ampenan, Cakranegara, Sandubaya, Sekarbela, dan Selaparang dengan 50 kelurahan dan 298 Lingkungan (BPS, 2014).

  Pengembangan usaha pemotongan ayam broiler di Kota Mataram ini memiliki prospek yang cukup bagus. Hal ini terlihat dari banyaknya penduduk yang memiliki kesadaran akan pentingnya gizi dan protein hewani.

  Usaha pemotongan ayam ras pedaging selain sebagai penyedia protein hewani juga merupakan pertumbuhan ekonomi baru sebagai sumber mata pencarian masyarakat di seluruh Indonesia dan tidak terkecuali pada Kota Mataram yang merupakan salah satu daerah potensial pemasaran hasil produksi ayam ras pedaging. Kondisi potensial tersebut disebabkan karakteristik perekonomian Kota Mataram yang lebih didominasi oleh sektor perdagangan, hotel dan rumah makan (BPS, 2014). Dengan begitu, terdapat permintaan yang tinggi akan pasokan produk ayam ras pedaging, maka merupakan peluang bagi masyarakat Kota Mataram untuk ikut andil dalam kegiatan memproduksinya.

  Usaha pemotongan ayam broiler atau ras pedaging yang dijalankan masyarakat sangat bermanfaat sebagai sumber pendapatan. Akan tetapi kebanyakan dari masyarakat masih menganggap usaha pemotongan ayam broiler yang mereka jalankan sebagai usaha sampingan, karena kehidupan masyarakat umumnya masih bertumpu pada usaha lainnya sebagai usaha pokoknya. Oleh karena itu, untuk mengembangkan usaha pemotongan yang dijalankan oleh pelaku usaha pemotongan ayam broiler di Kota Mataram ini, maka penting diketahui seberapa besar curahan waktu mempengaruhi pendapatan pelaku usaha mendorong peneliti untuk melakukan penelitian yang berjudul ‘’CURAHAN TENAGA KERJA KELUARGA DAN PENDAPATAN USAHA PEMOTONGAN AYAM BROILER DI KOTA MATARAM ’’.

  Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui besar curahan tenaga kerja keluarga dalam usaha pemotongan ayam broiler di Kota Mataram, untuk mengetahui berapa besar pendapatan keluarga dalam usaha pemotongan ayam broiler di Kota Mataram, untuk mengetahui hubungan antara curahan waktu tenaga kerja keluarga dan pendapatan pada usaha pemotongan ayam broiler di Kota Mataram.

METODE PENELITIAN

  Penelitian ini dilaksanakan di Kota Mataram dengan metode survei yaitu dengan cara mengumpulkan data di lapangan melalui wawancara langsung dengan pengusaha pemotongan ayam broiler dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah disiapkan (kuisioner). Penentuan sampel responden dilakukan berdasarkan populasi pemotongan ayam broiler yang tersebar di enam kecamatan dengan jumlah pemotong menurut hasil survey sementara sebanyak 43 pemotong. Pengambilan responden dilakukan secara purposive

  

sampling dari 43 pemotong, yaitu sebanyak 50 % dari populasi, yaitu berjumlah 22

  responden dengan penyebaran sebagai berikut : di Kecamatan Sandubaya sebanyak 7 pemotong, di Kecamatan Selaparang sebanyak 4 pemotong, di Kecamatan Mataram sebanyak 1 pemotong, di Kecamatan Sekarbela 1 pemotong, di Kecamatan Cakranegara sebanyak 6 pemotong, dan di Kecamatan Ampenan sebanyak 2 pemotong.

  Sumber data yang digunakan pada penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang bersumber dari hasil wawancara langsung dengan pelaku usaha pemotongan ayam broiler yang ada di masing-masing kecamatan di Kota Mataram mengenai data identitas responden, curahan waktu kerja, pendapatan dengan menggunakan kuesioner. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari berbagai sumber seperti laporan-laporan Dinas Peternakan Provinsi Nusa Tenggara Barat, dan instansi lain yang terkait, serta literatur yang relevan dengan penelitian ini.

  Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif untuk menganalisis curahan tenaga kerja peternak, analisis pendapatan usaha pemotongan dan uji korelasi antara curahan kerja terhadap pendapatan usaha pemotongan ayam broiler di Kota Mataram.

  

Karakteristik Responden

Umur Responden

  Umur merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku dalam melakukan atau mengambil keputusan yang dapat bekerja secara optimal dan produktif. Adapun kisaran umur yang dimiliki oleh responden pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 7 berikut: Tabel 1. Umur Pengusaha Pemotongan Ayam Broiler di Kota Mataram.

  Responden Umur Responden

  1

  

45

  2

  

43

  3

  

33

  4

  

46

  5

  

42

  6

  

45

  7

  

41

  8

  

41

  9

  

50

  10

  

45

  11

  

42

  12

  

36

  13

  

42

  14

  

51

  15

  

41

  16

  

60

  17

  

46

  18

  

32

  19

  

33

  20

  

42

  21

  

42

  22

33 Jumlah 931

  Rata-rata 42,31 Sumber : Data Primer, diolah (2015)

  Pada Tabel 1 menunjukkan, hasil penelitian yang dilakukan terhadap pengusaha pemotongan ayam broiler yang ada di Kota Mataram, dapat diketahui bahwa rata-rata umur pengusaha pemotongan ayam broiler yang dijadikan sebagai responden yaitu 42 tahun. Umur tersebut menunjukkan bahwa pengusaha pemotongan ayam broiler di Kota Mataram termasuk golongan umur produktif. Dimana diketahui bahwa usia produktif dimulai dari umur 15 – 64 tahun, sedangkan usia non produktif yaitu umur 65 ke atas. Dimana dalam usia produktif tersebut usia terbanyak pengusaha di Kota Mataram berada pada kisaran umur 32- sangat aktif baik secara fisik maupun pemikiran dalam pengembangan usahanya. Hal ini berarti bahwa rata-rata pengusaha pemotongan ayam broiler di Kota Mataram berada pada kelompok usia produktif.

  Tingkat Pendidikan Responden Tingkat pendidikan sangat menentukan seseorang dalam bersikap dan mengambil

keputusan. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin mempengaruhi cara

seseorang mengambil keputusan dalam mengelola suatu usaha. Adapun tingkat pendidikan

pengusaha pemotongan ayam broiler di Kota Mataram dapat dilihat pada Tabel 1.

  Tabel 2. Klasifikasi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Kota Mataram.

  No Pendidikan Jumlah (orang) Persentase (%)

  1 Tidak Sekolah - -

  2 TSD 3 13,6 (%)

  3 TSMP 8 36,3 (%)

  4 SMA/SMK 11 50 (%)

  5 Sarjana

  Jumlah 22 100

  Sumber : Data Primer, diolah (2015) Tabel 2 dapat dilihat bahwa, tingkat pendidikan pengusaha di Kota Mataram yang dijadikan responden bervariasi. Terdapat beberapa penyebab rendahnya tingkat pendidikan yang diambil oleh responden, salah satunya yaitu karena tingkat ekonomi keluarga responden yang belum mencukupi untuk biaya melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi.

  Selain itu, tanggung jawab untuk melanjutkan usaha orang tua juga bisa menjadi penyebab rendahnya tingkat pendidikan responden.

  Jumlah Skala Usaha Responden

  klasifikasi responden berdasarkan jumlah skala usaha/pemotongan yang dimiliki masing-masing responden dapat dilihat pada Tabel dibawah ini :

  

Tabel 3. Klasifikasi Responden Berdasarkan Jumlah Skala Usaha/Pemotongan di Kota Mataram.

  No Skala Usaha/Pemotongan (Bulan) Jumlah Orang Persentase (%) 1 1.620-1.890 8 36,36 2 2.700

  5 22,72 3 4.050 2 9,09 4 5.400 3 13,63 5 10.800 2 9,09 6 18.900 1 4,54 7 40.500 1 4,54

  Jumlah 22 100

  Sumber : Data Primer, diolah (2015) pemotongan ayam broiler di Kota Mataram memiliki variasi yang beragam. Hal yang dapat mempengaruhi jumlah pemotongan ayam broiler yang diproduksi yaitu besar kecilnya modal yang dimiliki oleh setiap pengusaha. Dari setiap pengusaha pemotongan ayam broiler yang dijadikan sebagai responden penelitian di Kota Mataram ini rata-rata modal yang digunakan untuk usaha berasal dari modal sendiri tanpa ada campur tangan dari pemerintah atau pinjaman dari perbankan. Inilah yang dapat mempengaruhi pemotongan ayam broiler yang dipotong setiap harinya karena kemampuan modal yang dimiliki oleh setiap pengusaha.

  Pengalaman Usaha Dalam usaha peternakan pengalaman merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan

suatu usaha. Semakin lama orang mengelolah suatu usaha maka semakin luas pengalaman yang

diperoleh dan semakin besar kemampuannya dalam mengenal usaha yang digeluti. Adapun

klasifikasi responden berdasarkan tingkat pengalaman dalam usaha pemotongan ayam broiler

dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Klasifikasi Responden Berdasarkan Pengalaman Menjadi Pengusaha Pemotongan

Ayam Broiler di Kota Mataram.

  Pengalaman Usaha (Tahun) Jumlah (orang) Persentase (%) No 1 1-10 12 54,54 2 11-20

  7 31,81 3 21-30 3 13,63

  Jumlah 22 100

  Sumber : Data Primer, diolah (2015) Tabel 4 menunjukkan, sebagian besar responden memiliki pengalaman berusaha sekitar 1-10 tahun sebanyak 12 responden dengan presentase 54,54%, sedangkan paling lama yaitu 21-30 tahun sebanyak 3 responden dengan peresentase 13.63%. Pengusaha yang memiliki pengalaman berusaha yang cukup lama umumnya memiliki pengetahuan yang lebih banyak dibandingkan pengusaha yang baru saja menekuni usaha pemotongannya. Sehingga pengalaman berusaha menjadi salah satu ukuran kemampuan seseorang dalam mengelolah suatu usaha peternakan.

  Tanggungan

  Tanggungan merupakan jumlah orang yang menjadi beban tanggungan pengusaha meliputi istri, anak, dan orang lain yang tinggal dalam keluarga tersebut.

  Tanggungan Responden (Orang) Jumlah Responden (Orang)

  2

  2

  3

  3

  4

  4

  5

  5

  6

  2

  7

  2

  11

  1 Sumber : Data Primer, diolah (2015)

  Berdasarkan data pada Tabel 5 dari hasil penelitian menunjukkan, bahwa jumlah tanggungan pengusaha pemotongan ayam broiler di Kota Mataram bervariasi. Mulai dari dua orang, tiga orang, empat orang, lima orang, enam orang, tujuh orang dan sebelas orang yang menjadi tanggungan pengusaha. Jumlah tanggungan yang tinggi akan menjadi beban bagi pengusaha dengan pendapatan yang kecil. Namun, jika dilihat dari ketersediaan tenaga kerja, maka hal tersebut merupakan aset tenaga kerja yang bisa mengurangi biaya yang dikeluarkan untuk upah tenaga kerja selain keluarga. Dengan berkurangnya jumlah biaya atau cost, maka secara otomatis akan meningkatkan pendapatan usaha.

  

Curahan Waktu Kerja

  Pada usaha pemotongan ayam broiler yang ada di Kota Mataram ini, rumah tangga dari pengusaha meliputi suami, istri dan anak, masing-masing anggota keluarga mencurahkan waktunya untuk melakukan berbagai kegiatan pemotongan seperti pengambilan ayam, pemotongan ayam, pencabutan bulu ayam, pemisahan dan pembersihan jeroan, kaki, kepala dan pemasaran. Seluruh kegiatan tersebut dikerjakan dengan lama kerja yang berbeda-beda oleh setiap anggota keluarga maupun tenaga kerja dari luar anggota keluarga yang mencurahkan waktunya dalam proses produksi. Berikut adalah ukuran yang digunakan setara hari kerja pria, wanita dan anak dengan menggunakan faktor konversi sebagai berikut (Harnanto, 1993) :

  1. 8 jam kerja tenaga kerja pria dewasa >15 Tahun = 1 HKP 2. 8 jam kerja tenaga kerja wanita dewasa>15 Tahun = 0,8 HKP 3. 8 jam kerja anak-anak<15 Tahun = 0,5 HKP

  Berikut adalah jumlah curahan waktu kerja dalam keluarga pada usaha pemotongan ayam broiler di Kota Mataram dapat dilihat pada Tabel 6.

  Curahan Waktu Kerja Dalam Keluarga (HKP) Suami Istri Anak No Jenis Kegiatan Rata- Rata- Jumlah Rata-rata Jumlah rata Jumlah rata

  1 Pengambilan Ayam

  2 Pemotongan Ayam 0,5 0,0227

  

3 Pencabutan Bulu 0,3125 0,0142 0,3 0,0136 0,0937 0,0042

  

4 Pemisahan dan Pembersihan 0,4 0,0181 0,1875 0,0085

  5 Pemasaran 2,875 0,1306 6,6 0,3 Jumlah 3,6875 0,1675 7,3 0,3317 0,2812 0,0127 HKP

  1 1 0,8 0,8 0,5 0,5

  Sumber : Data Primer, diolah (2015) Menurut Tabel 6 hasil penelitian menunjukkan, jumlah waktu kerja dalam keluarga yaitu curahan waktu kerja yang paling banyak dilakukan dalam usaha pemotongan ayam broiler di Kota Mataram yaitu istri dengan total waktu 7,3 HKP dengan rata-rata waktu 0,3317 HKP/orang/hari. Kegiatan yang membutuhkan waktu paling banyak yang dikerjakan oleh istri adalah pada proses memasarkan produknya atau ayam boiler yang sudah siap jual ke konsumen dengan total waktu 6,6 HKP dengan rata-rata waktu 0,3 HKP/orang/hari karena di Kota Mataram ini mayoritas pasar yang dimiliki adalah pasar tradisional yang buka setengah hari saja atau rata-rata kegiatan pasar hanya berlangsung 5-6 jam/harinya. Kemudian peran suami dalam usaha pemotongan ayam broiler di Kota Mataram ini tidak cukup banyak karena banyak suami dari istri para pengusaha memiliki pekerjaan pokok lainnya seperti memiliki usaha lain, ada yang berprofesi sebagai pegawai instansi pemerintahan, pensiunan, dan ada beberapa dari suami pengusaha tersebut telah meninggal dunia.

  Sedangkan total curahan waktu kerja anak yaitu 0,2812 HKP dengan rata-rata 0,0127 HKP/harinya. Kegiatan yang paling banyak dicurahkan anak yaitu pada proses pemisahan dan pembersihan, dengan total curahan waktu 0,1875 HKP dengan rata-rata 0,0085 HKP/orang/hari. Anak merupakan orang yang berumur dibawah 18 tahun. Menurut pasal 68 tahun 2003, pengusaha atau orang tua dilarang mempekerjakan anaknya. Namun pasal 69, 70, 71 tahun 2003 mengatakan bahwa anak usia 13-15 tahun diperbolehkan bekerja ringan asalkan tidak mengganggu mental dan kesehatan dari anak tersebut. Peran seorang anak dalam usaha ini tidak banyak karna banyak anak-anak pengusaha masih di bawah umur dan kesadaran para orangtua akan pentingnya pendidikan seorang anak sudah diterapkan kepada anak-anak mereka sehingga para orangtua menyuruh anaknya tetap fokus bersekolah.

  Curahan Waktu Kerja Luar Keluarga (HKP) No Jenis Kegiatan Laki-Laki Perempuan Jumlah Rata-rata Jumlah Rata-rata

  1 Pengambilan Ayam 1,375 0,0625

  2 Pemotongan Ayam 2,375 0,1079

  3 Pencabutan Bulu 0,375 0,0170 1,3 0,059

  4 Pemisahan dan Pembersihan 0,437 0,019 1,6 0,072

  5 Pemasaran

1 0,0454

1 0,045 Jumlah 5,562 0,2518 3,9 0,176 HKP

  1 1 0,8 0,8

  Sumber : Data Primer, diolah (2015) Berdasarkan data hasil penelitian pada pada Tabel 7 dapat dilihat, bahwa jumlah curahan waktu kerja yang paling banyak dalam usaha pemotongan ayam broiler di Kota

  Mataram yaitu curahan waktu kerja dari luar keluarga (tenaga kerja laki-laki) dengan total waktu 5,562 HKP dengan rata-rata waktu 0,2518 HKP/orang/hari. Kegiatan yang membutuhkan waktu paling banyak yang dikerjakan oleh tenaga kerja dari luar keluarga adalah pada proses pemotongan ayam dengan total waktu 2,375 HKP dengan rata-rata waktu 0,1079 HKP/orang/hari. Hal ini dapat disebabkan karena jumlah skala usaha atau jumlah ayam yang dipotong perharinya, ketajaman pisau yang digunakan, dan juga dapat disebabkan oleh kecepatan tenaga kerja dalam memotong ayam tersebut karena rata-rata para pengusaha ayam broiler di Kota Mataram ini, cara pemotongannya masih menggunakan cara tradisional atau disembelih oleh manusia secara langsung.

  

Biaya Tetap

  Adapun yang termasuk biaya tetap dalam usaha pemotongan ayam broiler di Kota Mataram ini seperti biaya penyusutan penampungan ayam dan biaya penyusutan peralatan. Biaya tetap yang dikeluarkan oleh masing-masing responden dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Biaya Tetap Usaha Pemotongan Ayam Broiler di Kota Mataram.

  Responden Jumlah Ayam (Ekor) Total Biaya Tetap 1 1.620 106.444,44 2 1.620 99.416,67 3 4.050 258.694,44 4 1.890 122.750 5 4.050 159.472,22 6 2.700 156.277,78 7 2.700 282.233,33 8 40.500 6.607.561,46 9 5.400 883.347,22 10 5.400 251.094,44

  11 1.620 101.819,44 12 1.890 132.138,89 13 2.700 121.625 14 2.700 195332,50 15 2.700 208.738,89 16 8.100 629.837,30 17 1.620 120.541,67 18 4.050 159.666,67 19 1.620 120.961,11 20 18.900 1.303.239,90 21 1.620 247.947,31 22 10.800 1.556.398,14

  Jumlah 12.420 15.583.539 Rata-rata 564,5454545 708342,6736

  Sumber : Data Primer, diolah (2015) Berdasarkan hasil penelitian yang ditujukan pada Tabel 8, biaya tetap yang dikeluarkan oleh masing-masing responden sangat bervariasi. Responden dengan biaya tetap tertinggi adalah responden nomer delapan dengan total nilai sebesar Rp 6.607.561,46 dengan skala usaha 40.500 ekor/bulannya kemudian responden dengan pengeluaran biaya tetap terendah adalah responden nomer dua dengan total nilai sebesar Rp 99.416,67 dengan skala pemotongan 1.620 ekor/bulannya. Hal ini disebabkan oleh perbedaan jumlah skala usaha, dan jumlah barang yang digunakan untuk mendukung proses berjalannya usaha pemotongan ayam broiler tersebut.

  

Biaya Tidak Tetap (Variabel)

  Biaya variable (variable cost) disebut juga sebagai biaya langsung. Biaya variabel terdiri dari pembelian ayam hidup, biaya upah tenaga kerja dan biaya operasional seperti biaya listrik, biaya air, biaya transportasi, biaya pembelian isi ulang gas, dan pembelian kantong plastik. Hasil penelitian biaya tidak tetap dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Biaya Tidak Tetap Usaha Pemotongan Ayam Broiler di Kota Mataram.

  Responden Jumlah Ayam (Ekor) Total Biaya Variabel 1 1.620 63.262.500 2 1.620 61.721.500 3 4.050 150.633.700 4 1.890 74.902.500 5 4.050 154.500.050 6 2.700 108.226.850 7 2.700 108.643.850 8 40.500 1.624.216.750 9 5.400 205.860.100 10 5.400 216.150.850

  11 1.620 60.402.500 12 1.890 66.670.000 13 2.700 100.604.300 14 2.700 103.486.750 15 2.700 97.764.600 16 8.100 308.861.450 17 1.620 61.844.000 18 4.050 154.672.800 19 1.620 64669000 20 18.900 649.081.000 21 1.620 66.026.750 22 10.800 384.207.900

  Jumlah 12.420 6.663.469.094 Rata-rata 564,5454545 302884958,8

  Sumber : Data Primer, diolah (2015) Dari hasil penelitian yang ditunjukkan pada Tabel 9, bahwa dari masing- masing pengusaha memperlihatkan variasi jumlah biaya variabel yang dikeluarkan oleh pengusaha pemotongan ayam broiler per bulannya. Perbedaan biaya yang dikeluarkan dipengaruhi oleh beberapa hal seperti besarnya skala usaha serta sumber atau tempat pengusaha memperoleh bahan-bahan tersebut. Sebagai contohnya, responden yang bernama Ibu Rumini memperoleh ayam hidup dari pengepul dengan harga Rp 20.000/kg. Sedangkan responden dengan Bapak Ridwan Bakri memperoleh harga pembelian ayam hidup dipengepul sebesar Rp 18.500/kg. Perbedaan harga tersebut berdampak pada perbedaan biaya yang dikeluarkan untuk pembelian ayam hidup.

  

Biaya Produksi

  Biaya produksi merupakan biaya dari hasil penjumlahan antara biaya tetap ,biaya tidak tetap, dan biaya resiko. Biaya Resiko merupakan perkiraan biaya untuk kemungkinan terjadinya hal-hal yang tidak terduga seperti : kerusakan, busuk, hilang/tidak laku. Total biaya produksi dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Total Biaya Produksi Usaha Pemotongan Ayam Broiler di Kota Mataram.

  Responden Jumlah Ayam (Ekor) Biaya Tetap Biaya Tidak Tetap Biaya Resiko Biaya Produksi 1 1.620 106.444,44 63.262.500 633689,44 64.002.633,88 2 1.620 99.416,67 61.721.500 618209,67 62.439.126,34 3 4.050 258.694,44 150.633.700 1508923,44 152.401.317,88 4 1.890 122.750 74.902.500 750252,00 75.775.502,00 5 4.050 159.472,22 154.500.050 1546595,22 156.206.117,44 6 2.700 156.277,78 108.226.850 1083831,78 109.466.959,56 7 2.700 282.233,33 108.643.850 1089260,33 110.015.343,66 8 40.500 6.607.561,46 1.624.216.750 16308243,15 1.647.132.554,61

  9 5.400 883.347,22 205.860.100 2067434,72 208.810.881,94 10 5.400 251.094,44 216.150.850 2164019,44 218.565.963,88 11 1.620 101.819,44 60.402.500 605043,94 61.109.363,38 12 1.890 132.138,89 66.670.000 668021,89 67.470.160,78 13 2.700 121.625 100.604.300 1007259,5 101.733.184,50 14 2.700 1.953.332,50 103.486.750 1038170,3 106.478.252,80 15 2.700 208.738,89 97.764.600 979733,89 98.953.072,78 16 8.100 629.837,30 308.861.450 3094912,73 312.586.200,03 17 1.620 120.541,67 61.844.000 619645,17 62.584.186,84 18 4.050 159.666,67 154.672.800 1548324,67 156.380.791,34 19 1.620 120.961,11 64669000 647899,11 65.437.860,22 20 18.900 1.303.239,90 649.081.000 6503842,99 656.888.082,89 21 1.620 247.947,31 66.026.750 662746,73 66.937.444,04 22 10.800 1.556.398,14 384.207.900 3857642,81 389.621.940,95

  Total 128.250 15.583.538,82 4.886.409.700 49003702,92 4.950.996.941,74 Rata-rata 5829,545455 708.342,67 222.109.531,82 2227441,042 225.045.315,53

  Sumber : Data Primer, diolah (2015) Berdasarkan hasil penelitian pada Tabel 10, dapat dilihat bahwa total biaya produksi terbesar adalah responden nomer delapan dengan total biaya produksi Rp 1.647.132.554,61 dengan skala pemotongan 40.500 ekor/bulannya dan responden dengan total biaya produksi terendah adalah responden nomer sebelas sebesar Rp 61.109.363,38 dengan skala pemotongan 1.620 ekor/bulannya. Hal ini disebabkan oleh proses produksi usaha pemotongan ayam broiler di Kota Mataram ini berbeda-beda dengan sesama pengusaha pemotongan ayam broiler, terlihat dari sumber bahan baku, tenaga kerja dan tekhnologi yang digunakan berbeda-beda dimasing-masing pengusaha.

  

Pendapatan

  Pendapatan yaitu penerimaan produsen dari hasil penjualan outputnya. Sedangkan pendapatan kotor merupakan total nilai produksi usaha tani dalam jangka waktu tertentu, baik yang dijual maupun yang tidak dijual (Soekardono, 2006). Dalam penelitian yang dilakukan di Kota Mataram, Pendapatan usaha pemotongan ayam broiler ini dapat meliputi total penerimaan dan pendapatan bersih. Total penerimaan merupakan pendapatan atau balas jasa yang diterima pengusaha dari penjualan produk-produk yang dihasilkan. Sedangkan pendapatan bersih diperoleh dari pengurangan pendapatan kotor dengan biaya produksi yang dikeluarkan, baik biaya yang bersifat tetap maupun biaya yang bersifat tidak tetap. Pendapatan kotor, pendapatan bersih/bulan, dan pendapatan bersih/ekor di Kota Mataram ini dapat dilihat pada Tabel 11.

  Responden Jumlah Ayam (Ekor) Pendapatan Kotor Biaya Produksi Pendapatan Bersih Pendapatan Bersih/Ekor 1 1.620 66453140 64.002.633,88 2.450.506,12 1.538 2 1.620 66136840 62.439.126,34 3.697.713,66 2.321 3 4.050 177957640 152.401.317,88 15.556.322,12 3.866 4 1.890 80246580 75.775.502,00 4.471.078,00 2.399 5 4.050 174453700 156.206.117,44 18.247.582,56 3.535 6 2.700 120838000 109.466.959,56 9.615.867,44 3.597 7 2.700 120377000 110.015.343,66 10.361.656,34 3.876 8 40.500 1702911800 1.647.132.554,61 155.779.245 3.848 9 5.400 229684900 208.810.881,94 20.874.018,06 3.884

  10 5.400 242337000 218.565.963,88 23.771.036,12 3.424 11 1.620 69999400 61.109.363,38 8.890.036,62 3.580 12 1.890 83582900 67.470.160,78 6.112.739,22 3.281 13 2.700 122396000 101.733.184,50 9.293.918 3.476 14 2.700 114734000 106.478.252,80 8.255.747,20 3.088 15 2.700 113072000 98.953.072,78 14.118.927,22 3.282 16 8.100 362335200 312.586.200,03 49.748.999,97 3.162 17 1.620 67848820 62.584.186,84 5.264.633,16 3.304 18 4.050 174486980 156.380.791,34 13.724.006,66 3.411 19 1.620 67784020 65.437.860,22 2.346.159,78 1.472 20 18.900 761410800 656.888.082,89 90.522.717,11 3.796 21 1.620 69999400 66.937.444,04 3.061.955,96 1.922 22 10.800 488101000 389.621.940,95 38.479.059,05 3.571

  Total 128.250 5.477.147.120 4.950.996.941,74 514.643.925,76 69.633 Rata-rata 5829,545455 248961232,7 225.045.315,53 23392905,72 3165,136364 Sumber : Data Primer Yang Telah Diolah, 2015.

  Dari data Tabel 11, hasil penelitian di atas dapat diketahui bahwa pendapatan setiap pengusaha pemotongan ayam broiler di Kota Mataram berbeda-beda setiap bulannya. Perbedaan jumlah pendapatan tersebut disebabkan oleh perbedaan jumlah biaya-biaya yang dikeluarkan pengusaha seperti biaya tetap, biaya variabel, dan biaya pemasaran serta perbedaan jumlah pemasukan yang diterima masing-masing pengusaha. Namun secara keseluruhan pendapatan rata-rata usaha pemotongan ayam broiler di Kota Mataram sebesar Rp 23.392.905/bulan dengan rata-rata pendapatan setiap ekornya sebesar Rp 3.165/ekor. Hal ini mencerminkan bahwa usaha pemotongan ayam broiler di Kota Mataram memberikan kontribusi yang sangat bagus bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat.

  

Tingkat Efisiensi Usaha

  Efisiensi Usaha merupakan cara untuk mengetahui apakah suatu usaha mengalami kerugian atau mendapatkan keuntungan dari usaha yang dijalankan dengan menggunakan Kota Mataram adalah sebagai berikut: Tabel 12. Rataan Tingkat Efisiensi Usaha Pemotongan Ayam Broiler di Kota Mataram per Hari Tahun 2015.

  Responden Jumlah Ayam (Ekor) Pendapatan Kotor Biaya Produksi B/C 1 1.620 66453140 64.002.633,88 1,03 2 1.620 66136840 62.439.126,34 1,05 3 4.050 177957640 152.401.317,88 1,16 4 1.890 80246580 75.775.502,00 1,05 5 4.050 174453700 156.206.117,44 1,11 6 2.700 120838000 109.466.959,56 1,1 7 2.700 120377000 110.015.343,66 1,09 8 40.500 1702911800 1.647.132.554,61 1,03 9 5.400 229684900 208.810.881,94 1,09

  10 5.400 242337000 218.565.963,88 1,1 11 1.620 69999400 61.109.363,38 1,14 12 1.890 83582900 67.470.160,78 1,23 13 2.700 122396000 101.733.184,50 1,2 14 2.700 114734000 106.478.252,80 1,07 15 2.700 113072000 98.953.072,78 1,14 16 8.100 362335200 312.586.200,03 1,15 17 1.620 67848820 62.584.186,84 1,08 18 4.050 174486980 156.380.791,34 1,11 19 1.620 67784020 65.437.860,22 1,03 20 18.900 761410800 656.888.082,89 1,15 21 1.620 69999400 66.937.444,04 1,04 22 10.800 488101000 389.621.940,95 1,25

  Total 128.250 5.477.147.120 4.950.996.941,74 24,54 Rata-rata 5829,545455 248961232,7 225.045.315,53 1,11 Sumber : Data Primer diolah, 2015.

  Dari data hasil penelitian pada Tabel 12 diatas menunjukan, bahwa responden yang paling tinggi nilai B-C rationya adalah responden nomer 22 dengan jumlah B-C rationya sebesar 1,25 dengan skala usaha 10.800 ekor/bulannya, kemudian responden dengan yang paling terendah nilai gross B-C rationya adalah responden nomer 1, 8, 19 dengan jumlah B- C rationya sebesar 1,03 dengan skala usaha 1.620 ekor/bulannya. Dari data hasil penelitian yang tercantum pada Tabel 19 dapat menunjukan bahwa efisiensi usaha pemotongan ayam broiler di Kota Mataram, baik itu dari tiap-tiap pengusaha maupun secara menyeluruh (rata- rata) nilai B-C rationya lebih dari satu (>1,0), sehingga dapat disimpulkan bahwa usaha pemotongan ayam broiler di Kota Mataram ini menguntungkan untuk dikerjakan.

  

Pemotongan Ayam Broiler di Kota Mataram

  Dalam statistik, korelasi diberi pengertian sebagai hubungan antara dua variabel atau lebih. Koefisien korelasi adalah sebuah angka yang dapat dijadikan petunjuk untuk mengetahui seberapa besar kekuatan korelasi di antara variabel (X) dengan variabel (Y). dimana variabel (X) diartikan sebagai curahan waktu dan variabel (Y) diartikan sebagai pendapatan. Untuk memudahkan melakukan interpretasi mengenai kriteria kekuatan hubungan antara dua variabel sebagai berikut (Sarwono, 2006) :

  • 0 : Tidak ada korelasi antara dua variabel
  • > 0
    • – 0,25: Korelasi sangat lemah
    • – 0,5: Korelasi cukup

  • > 0,25 > 0,5
  • > 0,75
    • – 0,75: Korelasi kuat
    • – 0,99: Korelasi sangat kuat

  • 1: Korelasi sempurna

  Menurut hasil penelitian yang dilakukan, nilai koefisien korelasi antara curahan tenaga kerja keluarga dan pendapatan pada usaha pemotongan ayam broiler di Kota Mataram sebesar 0,0340 yang artinya korelasi atau hubungan antara curahan tenaga kerja keluarga dengan pendapatan sangat lemah. Hal ini disebabkan oleh faktor curahan tenaga kerja dari luar keluarga lebih besar dibandingkan dengan curahan dalam keluarga dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,8331.

  

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

  Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut : Tenaga kerja keluarga yang paling banyak berperan pada usaha pemotongan ayam broiler di Kota Mataram yaitu istri dengan rata-rata 0,3317 HKP/orang/hari/hari kemudian suami dengan rata-rata 0,1675 HKP/orang/hari/hari dan anak rata-rata 0,0127 HKP/orang/hari/hari. Setelah itu sisanya dikerjakan oleh tenaga kerja dari luar keluarga, Pendapatan pengusaha pemotongan ayam broiler yang ada di Kota Mataram, Pendapatan terbesar dari skala pemotongan tertinggi yaitu 40.500 ekor/bulannya sebesar Rp 155.779.245 per bulannya sedangkan pada skala usaha terendah 1.620 ekor/bulannya, pendapatan yang diperoleh sebesar Rp 2.346.159,78 per bulannya, Nilai koefisien korelasi antara curahan tenaga kerja keluarga dan pendapatan pada usaha pemotongan ayam broiler di kerja keluarga dengan pendapatan sangat lemah.

  

Saran

  Usaha pemotongan ayam Broiler di Kota Mataram merupakan usaha yang memiliki potensi yang sangat bagus untuk dikembangkan, karena selain dapat meningkatkan pendapatan bagi masyarakat juga dapat mengurangi angka pengangguran. Oleh sebab itu diharapkan adanya dukungan dari instansi-instansi terkait atas usaha pemotongan ayam broiler di Kota Mataram ini agar dapat semakin berkembang dan dapat mengurangi angka pengangguran di Kota Mataram.

DAFTAR PUSTAKA

  Agustine, D. 1994. Analisa Alokasi Waktu Tenaga Kerja dan Peluang Kerja Rumah Tangga Pedesaan . Skripsi, Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor, Bogor. Badan Pusat Statistik. 2013. Data Statistik Kota Mataram Dalam Angka 2014. Mataram.

  Badan Pusat Statistik Kota Mataram. Buswenny, Wenny. 2001. Curahan Tenaga Kerja dan Kontribusi Pendapatan dalam Aktivitas Ekonomi Rumah Tangga Petani dan Buruh Tani di Desa Mulyaharja Bogor .

  Departemen Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian Institut Pertanian Bogor, Bogor. Cahyono. 1995 Beternak Ayam Buras. CV. Aneka, Yogyakarta. Skripsi, Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin Makassar, Makassar.

  Daryanto, A. 2009. Dinamika Daya saing Industri Peternakan. Bogor : IPB Press. Skripsi, Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, Bogor. Fadilah, R. 2004. Kunci Sukses Beternak Ayam Broiler di Daerah Tropis. Agromedia Pustaka, Jakarta. Skripsi, Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor, Bogor. Harnanto. 1992. Akuntansi Biaya Perhitungan Harga Pokok Produk. Edisi Pertama. BPFE, Yogyakarta. Kusumawardhani, D. 2004. Analisis Curahan Tenaga Kerja dan Kontribusi Usaha Ternak

  Kambing Terhadap Pendapatan Rumah Tangga di Desa Hegarmanah Kecamatan Cicantayan Kabupaten Sukabumi

  . Skripsi, Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, Bogor. Mangkuprawira, S. 1985. Alokasi Waktu dan Kontribusi Kerja Anggota Keluarga dalam

  Kegiatan Ekonomi Rumahtangga (Studi Kasus di dua Tipe Desa di Kabupaten Sukabumi di Jawa Barat)

  . Disertasi. Fakultas Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Peternakan Institut Pertanian Bogor, Bogor. Priyatno, MA. 2003. Mendirikan Usaha Pemotongan Ayam. Jakarta : Penebar Swadaya.

  Skripsi, Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, Bogor. Rasyaf, M. 2002. Manajemen Peternakan Ayam Broiler. Penebar Swadaya, Jakarta. Skripsi, Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor, Bogor.

  Sabainingrum, U. 1998. Curahan Kerja dan Pendapatan Masyarakat pada Objek Wisata

  Agro Salak Pondoh Desa Bangunkerto, Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta . Skripsi, Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor,

  Bogor. Saragih. 2008. Kerja Besar, Resiko Besar, Perlu Orang Besar. Trobos. Edisi September.

  Skripsi, Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, Bogor. Simanjuntak, P. J. 1998. Pengantar Ekonomi Sumberdaya Manusia. Edisi ke-2. Lembaga Penelitian Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta.

  Soekardono. 1986. Ilmu Ekonomi Produksi Pertanian. Diklat Kuliah Fakultas Peternakan Universitas Mataram. Mataram.

  • . 2006. Ekonomi Agribisnis Peternakan. Universitas Mataram. Mataram. Soekartawi. 1995. Analisis Usaha Tani. PT. Raha Grafindo Persada, Jakarta. Universitas Indonesia Press. Jakarta.

  Supianto, J. 1992. Statistika dan Sistem Informasi. Penerbit Erlangga. Jakarta. Tobing, V. 2002. Beternak Ayam Broiler Bebas Antibiotika. Penebar Swadaya, Jakarta.

  Skripsi Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor, Bogor.