KAJIAN PEMAIIAMAN PENJUAL JAMU GENDONG TERHADAP ASPEK KEAMANAII, KHASIAT, DAI\ MUTU OBAT TRADISIONAL DI KELURAHAN KLITREN, GONDOKUSUMAN, YOGYAKARTA TAHTIN 2OO9 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Pr

KAJIAI{ PEMAHAMAN PENJUAL JAMU GENDONG TERIIADAP
ASPEK KEAMANAII, KHASIAT, DAN MUTU OBAT
TRADISIONAL DI KELURAHAN KLITREN.
GONDOKUSUMAN, YOGYAKARTA
TAHTIN 2OO9
SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar SarjanaFarmasi (S.Farm.)
Program Studi Ilmu Farmasi

Oleh:
Antonius Budi Hermawan
NIM

:058114030

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2009


KAJIAN PEMAIIAMAN PENJUAL JAMU GENDONG TERHADAP
ASPEK KEAMANAII, KHASIAT, DAI\ MUTU OBAT
TRADISIONAL DI KELURAHAN KLITREN,
GONDOKUSUMAN, YOGYAKARTA
TAHTIN 2OO9
SKRIPSI

DiajukanUntuk MemenuhiSalahSatuSyarat
MemperolehGelarSarjanaFarmasi(S.Farm.)
ProgramStudiIlmu Farmasi

O le h :
Antonius Budi Hermawan
NIM

:058114030

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA
2009

HALAMAN PERSETUJUAII PEMBIMBING
Skripsi
KAJIAN PEMAIIAMAN PENJUAL JAMU GENDONG TERIIADAP
ASPEKKEAMANAN, KHASIAT, DAIYMUTU OBAT
TRADISIONAL DI KELURAHAN KLITRENT
GONDOKUSUMAN, YOGYAKARTA
TAHT]N 2OO9

Yangdiajukanoleh :
AntoniusBudi Hermawan
NIM :058114030

Skripsi ini telah disetujui oleh :
Dosen Pembimbing

YustinaSri Hartini, M.Si., Apt.
Tanggal: 12Agustus2009


111

HALAMAI\I PENGESAIIA}{
skripsi berjudul
Pengesahan
KAJIAI\ PEMAHAMAN PENJUAL JAMU GENI}ONG TERIIADAP
ASPEK KEAMANAN, KHASIATNDAI{ MUTU OBAT
TRADISIONAL DI KELURAHAN KLITREN,
GONI}OKUSUMAN, YOGYAKARTA
TAHUN 2OO9
Oleh:
Antsnius Budi Hermawan
058114030
Dipertahankardi hadapanPanitiaPengujiSkripsi
FakultasFarmasi
UniversitasSanataDharma
Padatanggal: 12Agustus2009
Mengetahui
FakultasFarmasi

Universit*s SanataDharma

Pembimbing:

.

Yustina Sri Hartini, M.Si., Apt.

PanitiaPenguji:
YustinaSri Hartini, M.Si., Apt.
YohanesDwiatmaka,M. SiApt.
Dr. C. J. Soeg:hardjo,

lv

Jt-'

HALAMAN PERSEMBAHAN

Kupersembahkan buat:

Yesus Kristus dan Bunda Maria yang
memberikan rahmat berlimpah dan
selalu membimbingku setiap saat
Almarhum
ibunda
Vincentia
Sri
Wuryanti yang telah mendahuluiku
Ayahanda Hermanus Yosef Haryanto
untuk cinta dan kasih sayangnya
Sahabat setiaku atas kasih
dan
sayangnya

LEMBAR PER}IYATAAIY PERSETUJUAI\I PUBLIKASI KARYA ILMIAH
T]NTT'K KEPENTINGAI\I AKADEMIS

Yang bertandatangandi bawahini, sayamahasiswaUniversitasSanataDharma:
: Antonius Budi Hermawan
Nama

NomorMahasiswa : 058114030
Demi pengembanganilmu pengetahuan,saya memberikan kepada Perpustakaan
UniversitasSanataDharmakarya iltniah sayayangberjudul:
KAJIAN PEMAHAMAN PENJUAL JAMU GENDONG TERIIADAP
ASPEK KEAMANAII, KIIASIAT, DAIY MUTU OBAT
TRADISIONAL DI KELURAHAN KLITREN,
GONDOKUSUMAN, YOGYAKARTA
TAHTJN2OO9
Besertaperangkatyang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan
kepadaPerpustakaan
UniversitasSanataDharmahak untuk menyimpan,mengalihkan
dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan datq
mendistibusikan secaraterbatas,dan mempublikasikandi Internet atau media lain
untuk kepentinganakademistanpaperlu memintaijin dari sayamaupunmemberikan
royalti kepadasayaselamatetapmencantumkannamasayasebagaipenulis.
Demikianpemyataanini sayabuat dengansebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta.
PadaTanggal:l9 Agustus2009
Yang menyatakan,


'

e

{/

Antonius Budi Hermawan

PRAKATA

Puji dan sy.ukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
segala berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul "Kajian Pemahaman Penjual Jamu Gendong Terhadap
Aspek Keamanann Khasiat, dan Mutu

Obat Tradisional

di Kelurahan

Klitren, Gondokusuman, Yogyakarta Tahun 2009". Penulis menyadari dalam

menyelesaikan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu,
penulis mengucapkanterima kasih kepada:
1. Yustina Sri Hartini, M.Si., Apt. selaku Dosen Pembimbing dalam penyusunan
skripsi ini. Terima kasih atas bimbingan, arahan, dan kesabaran yang
diberikan kepada penulis selama menjadi pembimbing dalam proses
penyusunan skripsi dari awal hingga akhir.
2. Yohanes Dwiatmaka, M.Si. selaku Dosen Penguji skripsi yang telah
memberikan saran dan kritik yang bermanfaat sehingga penyusunan skripsi
menjadi lebih baik.
3. Dr. C. J. Soegihardjo, Apt. selaku Dosen Penguji skripsi yang telah
memberikan saran dan kritik yang bermanfaztbagi skripsi ini.
4. Rita Suhadi, M. Si., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta sekaligus pembimbing akademis yang selalu memberikan
motivasi terhadappenulis.
5. Dinas

Perijinan

Kota


Yogyakarta,

Walikota

Yogyakarta,

Camat

Gondokusuman,Lurah Klitren terima kasih telah memberikan ijin penelitian
dan membantu penulis memperoleh informasi yang dibutuhkan.

vl

6. Semua wanita penjual ja-u

gendong di Kelurahan Klitren

yang telah

membantu dalam penyelesaianskripsi ini dengan bersedia mengisi kuisioner

dan wawancaraatas wakfu dan kerelaannya.
7. Teman-teman Jaka Ahmad Zulkamain

Stefanus Dani Cahya Pamungkas,

Yohanes Heri Pranoto, Aloysius Prianto Raharjo, Rintis Kartikajati terima
kasih atasdorongan, semangat, danbantuannya.
8. Teman-temankelas A dan FST 2005 ataskebersamffurnyaselamaini.
9. Semuapihak yang tidak dapat penulis sebutkansatu persatu.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada skripsi ini.
Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini
bermanfaat bagi Dinas Kesehatan bagian obat tradisional, orang-orang yang
peduli dan tergerak hati membantu berupa penyuluhan, pelatihan, materiil kepada
para penjual wanita jamu gendongdimanapunmereka berada.

Yogyakarta,Juni 2009
Penulis

vll


PER}IYATAAIY KEASLIAN KARYA
bahwaskripsi yang sayatulis ini
Sayamenyatakandengansesungguhnya
tidak memuatkarya atau bagian kanyaorang lain, kecuali yang telah disebutkan
layaknyakarya iltniah.
dalamkutipan dan daftarpustak4 sebagaimana

YogyakartarJuni 2009
Penulis

ru
,.)

|

AntoniusBudi Herma

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
HALAMAN PERSETUruANPEMBIMBING

111

TL{LAIvL\N PENGESAHAN

IV

HALAMAN PERSEMBAHAN
PRAKATA

V1

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

v11l

DAFTAR ISl

tx

DAFTAR TABEL

xl11

DAFTAR GAMBAR

xrv

DAFTAR LAMPIRAN
INTISARI

xvl

ABSTRACT

xvii

BAB I. PENGANTAR

I

A. Latar Belakang

I

l. Permasalahan

J

2. Keaslian penelitian

J

3. Manfaat penelitian

4

B. TujuanPenelitian

4

l. Tujuanumum

4

2. Tujuankhusus

4

IX

BAB II. PENELAAHANIPUSTAIL{

6

...............
A. ObatTradisional

6

B. PeraturanTerkaitObatTradisional

11

.'

C. Keamanan,Khasiat,danMutu ObatTradisional

14

D. JamuGendong

17

E. PenelitiantentangJamuGendong

18

BAB III METODOLOGIPENELITIAN...........

20

Penelitian
A. JenisdanRancansan

20

B. DefinisiOperasiona1..............

20

C. SubyekPenelitiandanTeknik Penelitian

2l

D. InstrumenPenelitian

2l

E. TataCaraPenelitian

23

F.

1. Studipustaka...............

23

2. Analisissituasi

23

3. Pembuatan
kuesioner

24

4. Uji pemahaman
bahasadanuji validitas

24

5. Penyebarankuesioner

24
25

AnalisisDataPenelitian.........

26

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.........
A. KarakteristikResponden

..

26

l . U si a .........

26

2. Pendidikan

27

3. Pekerjaan
selainpenjualJG ............

27

28

4. Pendapatanperbulan
B. PemahamanAspek Keamanan,Khasiat,dan Mutu JG ............

29

1. Cemaranmikroba makanan

29

2. Sumbercemaran

30

3. Bahankimia obat ..........

30

4. Pengujianlaboratoris

31

5. Personalia

32

6. Pencucian

33

7. Perajangan

34

8. Pengeringan

34

9- Penyimpanan

35

10. Pengolahan

37

C. PenerapanPemahamanAspek Keamanan, Khasiat, dan Mutu Obat Tradisional
padaPembuatandan PenjualanJamu Gendong

37

l. Bahanbaku .........

38

2. Pencucian

39

3. Pengeringan

40

4. Penyimpanan.............

44

5. Wadah

45

6. Penjualan

46

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN....

50

A. Kesimpulan...........

50

B. Saran..

51

X1

DAFTAR PUSTAKA

52

LAMPIRAN

55

BIOGRAFIPENULIS

xll

DAFTAR TABEL

Tabel I.

Pemahamanrespondenmengenaijamu gendongdapat
29

tercemar....
Tabel IL

Pengetahuanresponden bahwa wadah, cara penanganan,
pengolahan merupakan sumber cemaran

30

TabelIII.

Kebutuhan respondenterhadappengujianjamu gendong ......

3l

TabelIV.

Kebutuhanrespondenakanpelatihan...........

32

TabelV.

Kebiasaan responden dalam kondisi sakit tetap membuat
jamu gendong...........

32

Tabel VI.

Respondenmencuci bahan baku hanya sekali

33

Tabel VII.

Lama penyimpananbahanbaku tidak lebih dari dua hari ......

36

Tabel VIII.

Respondenmengolah bahanbaku yang rusak menjadi jamu .

37

Tabel IX.

Wama bagian tengah bahan baku kencur

38

x11l

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Karakteristik usia responden

26

Gambar 2. Karakteristik tingkat pendidikan responden

27

Gambar3. Karalteristik pekerjaanrespondenselainpenjual JG ................ 27
Gambar 4. Karakteristik pendapatanper bulan responden

28

Gambar5. Sumberair pencucianbahanbaku.........

39

Gambar 6. Jangka waktu pengeringan bahan baku

4l

Gambar 7. Tempat respondenmelakukan pengeringanbahanbaku ..........

42

Gambar 8. Alat bantu dalam prosespengeringanbahanbaku .........

43

Gambar 9. Alatuntuk menyimpan bahan baku .........

44

Gambar l0.Tempat menyimpanbahanbaku .........

44

Gambarll.Wadah jamu gendong.............

45
..

Gambar l2.Alasan memilih botol kaca

45

Gambar l3.Jumlah konsumen

46

Gambar l4.Frekuensi jualanjamu

46
..

Gambar l5.Penggantianair

47

Gambar l6.Sumber mata air

47

Gambar lT.Pencucian selas

48

Gambar l8.Mengolah kembali sisajamu gendong

xlv

..

49

DAITTAII LAMPIRAN
56

Lampiran1. Lembarkuesioneruji............
..

60

Lamptan2.

Karalderistik responden

Lampiran 3.

Tabel kuesionerhasiljawaban responden...'..........

6l

Lampiran 4.

Ijin Penelitian Pemerintah Kota Yogyakarta

62

Lampiran 5.

Ijin Penelitian Kecamatan Gondokusuman
63

dan Kelurahan Klitren

XV

INTISARI

Jamu gendongtermasukdalam obat tradisional yang tidak dipersyaratkanuntuk
melalui proses evaluasi dari pemerintah.Maka pemahamandan p.n"rupun pemahaman
obat tradisional dari penjual gendonglah yang akan sangat menentukan keamanan,
khasiat,mutu dari produk yang dihasilkan.
Penelitianini termasukjenis penelitianpopulasi. Instrumenpenelitianberupa
kuisioner. D atay angdiperoleh diolah denganstatistik deskriptif.
Pemahamanresponden bahwa jamu gendong dapat tercemar (26,67vo), tahu
sumber pencemarannya(6,67Yo),tidak menggunakanBahan Kimia obat (100%), dan
tahu kebutuhanpengujian (6,67yo).Kebutuhan pelatihan (40%), kondisi sakit tidak
membuat iamu (73,33o1o),
mencucibahanbaku berulangkali (93,33%). Semuaresponden
belum pahampentingnyaperajangandan penyimpananalat bahan,pengeringanlebih dari
sehari(13,33oh),menyimpanbahanbaku kurang dari dua hari (80%), dan tidak mengolah
bahanbaku rusak(80%).
Penerapanrespondenmampu mengenaliwama bahanbaku (73,3304),mencuci
bahanbaku denganair sumur kondisi bening (86,67o/o),pengeringan
bahanbaku dengan
panas sinar matahari selama2 hari (13,33%) di atas genting (60%) menggunakan alat
tampah maupun karung goni (86,6702),belum diterapkanpemahamantoiaisi kering,
penggunaanalat untuk menyimpanbahan baku (100%) yang diletakkan di dalam lemari
\20W. Dalam penjualan menggunakan botol kaca (86,670/o) dengan alasan tahan
hangatnya (76,92%) dengan lama pemakaian sampai pecah. Semua-responden tidak
mendapatkeluhan dari konsumen,penggantianair dilakukan setelah 2-3 iali pencucian
gelas (73,33o/o)menggunakanair pAM (55,56%) dan disabun (93,33o/e,
6,alN)
respondenmeletakkangelas cuciannyadenganbaik, dan sisajamu tidak diolJh kembali

(r00%).

Katakunci: pemahaman,penerapan,jamu gendong,aman,khasiat,dan mutu

xvl

ABSTRACT

Jamu gendong is considered as a traditional medicine which is not to
have a evaluation process from government so that the knowledge,
comprehension,and application at traditional medicine from the sellers of jamu
gendong are important to determine the safety, efficacy, and quality of the jamu
product which is ready to consume.
This research is included as a kind of population research. The
instrument of this research is questioner. The data is processed with the way of
descriptive statistic.
The respondents understand that jamu gendong can be contaminated
(26,67%) and know the sources of pollution (6,67Vo). They do not use the
medicine chemistry substance(100%) and know the need of test (6,67Yo).The
neededof training (40%), not allowed to makeTamu vrhenthey are sick (73,33Yo),
to wash several times the raw materials from which jamu is produced (93,3304),
they do not know the need of process of cutting the materials into small pieces,
they need to get the substancesdried up in a day (13,33Yo),they do not know that
they should save the tools of process in different places, they should not save the
raw materials more than two days (80%), and they should not use the bed
materials for jamu (80%).
Application: the respondents are capable to identiff the color of raw
materials (73,33yo), they wash the materials with clean and hygienist water
(86,670 ), they dry up the raw materials by using direct sunshine for two days
(13,33%) on the roof-tail (60%) by using winnowing tray or gunny-sack
(86,670/o),they do not apply the need of dry condition, they use tools to save the
materials (100%) in the specific case(20Yo).In way of selling, they use the glass
bottles (86,67%) for the reason of warm-keeping (76,92yo), they do not get any
critical comments from their consumers,they understandthat they need to refill
the water used to wash the drinking glasses after 2-3 times-used (73,33%) using
PAM water (55,56%) and need to clean by using soap (93,33Yo),they do know
where they should put the clean drinking glassesafter being used (6,67%o),they do
not recycleusedjamu (100%).
Key words: comprehension,application,jamu gendong; safety, efficacy, quahty.

xvl1

BAB I
PENGANTAR

A. Latar Belakang
Obat tradisional, yaitu bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan
tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan campuran dari bahan tersebut
yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan
pengalaman (Anonim,

1992). Pemerintah Indonesia melalui Undang-Undang

no.23 tahun 1992 tentang kesehatan mensyaratkan bahwa obat tradisional yang
merupakan salah satu sediaan farmasi harus memenuhi standard dan atau
persyaratan yang ditentukan.
Jamu gendong merupakan salah satu obat tradisional yang banyak
dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia yang digunakan untuk memelihara
kesehatan ataupun mengobati penyakit. Konsumennya sangat luas, mulai dari ibu
rumah tangga, pekerja kantor, buruh pabrik, dan bangunan. Jamu gendong
biasanya dijajakan oleh wanita dengan cara digendong di punggung, dibawa
dengan sepedaatau sepedamotor. Cara menjaja dan mendekati para pembeli pun
sangat simpatik dan menawan (Handayani dan Suharmiati, 2000). Di Kelurahan
Klitren semuapenjual jamu gendong sejumlah 15 orang. Berjualan jamu gendong
merupakan mata pencaharian pokok dari pembuat dan penjual jamu gendong
(selanjutnya disebut penjual jamu

gendong). Penjual jamu

gendong ini

mendukung upaya pelayanan kesehatan khususnya yang tertuang dalam strategi
yang dipilih dalam Kebijakan Obat Tradisional Nasional (KOTRANAS) yang

telah ditetapkan pemerintah melalui Departemen Kesehatan pada bulan Maret
tahun 2007, yakni bahwa adarrya dorongan terhadap pemanfaatan sumber daya
alam Indonesia secara berkelanjutan untuk digunakan sebagai obat tradisional
demi peningkatan pelayanan kesehatandan ekonomi.
BerdasarkanPermenkesRI No: 246lMenkeslPerNll990 pasal 2: usaha
mendirikan usahajamu gendong tidak memerlukan ijin; pasal 3: jamu gendong
yang diproduksi, diedarkan tidak perlu didaftarkan ke Pemerintah. Dari peraturan
ini menunjukkan bahwa jamu gendong tidak dipersyaratkan untuk melalui proses
evaluasi dari pemerintah. Oleh karena itu pengetahuan, pemahaman, dan
penerapanpemahamantentang obat tradisional dari para penjual jamu gendonglah
yang akan menentukan keamanan, khasiat, dan mutu dari produk yang kemudian
dikonsumsi masyarakat luas.
Dari hasil penelitian yang pernah dilakukan oleh Suharmiati dan
Handayani (2001), menunjukkan adarryavariasi dalam komposisi bahan baku
maupun proses suatujenis jamu gendong tertentu. Penelitian lain dari mahasiswa
Universitas Sanata Dharma melaporkan adartya kontaminan bakteri, kapang, dan
khamir dalam jamu gendong (Pratiwi, 2005; H*yu,

Kusuma, dan Pramudya,

2008). Fakta tersebut dapat terjadi karena pemahamanyang kurang dan belum
diterapkan pada aspek keamanan, khasiat, dan mutu obat tradisional dalam
penyiapan serta pembuatannya hingga pelayanan jamu gendong. oleh karena itu,
perlu dilakukan penelitian tentang sejauhmana pemahamanpenjual jamu gendong
terhadap aspek keamanan, khasiat, dan mutu dari obat tradisional serta sejauh

mana penerapannyadalam proses penyiapan, pembuatan, dan peiayanan jamu
gendong.
Informasi hasil penelitian ini dapat ditindaklanjuti berupa penyuluhan,
training, pengujian jamu gendong secara laboratoris yang semuanya ini dikaitkan
dengan aspek keamanan, khasiat, dan mutu obat tradisional. Sehingga selain
sebagai mata pencaharian keluarga penjual jamu gendong dapat diandalkan dalam
membantu upaya kesehatanmasyarakat.
1. Permasalahan
a. Bagaimana karakteristik responden penjual jamu

gendong di

Kelurahan Klitren, Gondokusuman, Yogyakarta?
b. Bagaimana pemahaman penjual jamu gendong terhadap aspek
keamanan, khasiat, dan mutu obat tradisional yang meliputi: cemaran mikroba
makanan, sumber cemaran, bahan kimia obat, pengujian laboratoris, personalia,
penyiapan bahan baku (pencucian, perajangan, pengeringan, penyimpanan,
pengolahan)?
c. Bagaimana penerapanpemahamanaspek keamanan, khasiat, dan mutu
dalam pembuatan serta pelayanan jamu gendong yang meliputi: penyiapan bahan
baku, pengolahan, dan penjualan?
2. Keaslian penelitian
Penelitian dengan judul "Kajian Pemahaman Penjual Jamu Gendong
Terhadap Aspek Keamanan, Khasiat, dan Mutu Obat Tradisional di Kelurahan
Klitren, Gondokusuman, Yogyakarta Tahun 2009". Penelitian ini belum pernah
diteliti.

3. Manfaat penelitian
Manfaat praktis dari penelitian ini diharapkan peneliti dapat memberikan
sumbangan bagi Dinas Kesehatan khususnya pada bagian obat tradisional dan
semua pihak yang mempunyai kepedulian terhadap jamu gendong untuk
dipertimbangkan dan ditindaklanjuti, yaitu berupa pembinaan, pengawasan dalam
proses pembuatan jamu gendong yang aman, khasiat, dan bermutu serta
peningkatantaraf hidup para penjual jamu gendong.

B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Diharapkan dapat memberikan informasi mengenai pemahaman penjual
jamu gendong serta penerapan pemahaman aspek keamanan, khasiat, dan mutu
obat jamu gendong pada pembuatan serta pelayanan terutama bagi penjual jamu
gendong yang bertempat tinggal

di

Kelurahan

Klitren,

Gondokusuman

Yogyakarta.
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui karakteristik responden penjual jamu

gendong di

Kelurahan Klitren, Gondokusuman, Yogyakarta.
b. Mengetahui pemahamanwanita penjual jamu gendong terhadapaspek
keamanan, khasiat, dan mutu obat tradisional yang meliputi: cemaran mikroba
makanan, sumber cemaran, bahan tambahan kimi4
personalia, penyiapan bahan baku
penyimpanan,pengolahan).

pengujian laboratoris,

(pencucian, perajangan, pengeringan,

c. Mengetahui penerapan pemahaman aspek keamanan, khasiat, dan
mutu dalam pembuatan serta pelayanan jamu gendong yang meliputi: penyiapan
bahan baku, pengolahan,dan penjualan.

BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA

A. Obat Tradisional
Definisi obat tradisional berdasarkanUndang-UndangNo.23 Tahun 1992
Tentang:Kesehatan adalah bahan atau ramuan yang berupa turnbuhan, hewan,
mineral, dan campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah
digunakan untuk pengobatan berdasarkanpengalaman (Anonim, 1992).
Obat tradisional telah dikenal secara turun-temurun dan digunakan oleh
masyarakat untuk memenuhi kebutuhan akan kesehatan. Pemanfaatan obat
tradisional pada umumnya lebih diutamakan sebagai upaya menjaga kesehatan
atau preventif, meskipun ada pula upaya sebagai pengobatan suatu penyakit.
Semakin berkembangnya obat tradisional yang ditambah dengan gema "kembali
ke alam", hal ini telah meningkatkan popularitas obat tradisional (Handayani dan
Suharmiati,2002).
Menurut Handayani dan Suharmiati (2002), obat tradisional dapat
diperoleh dari berbagai sumber sebagai pembuat yang memproduksi obat
tradisional, obat tradisional dapatdikelompokkan menjadi tiga.
1. Obat tradisional buatan sendiri
Obat tradisional jenis ini merupakan akar dari pengembangan obat
tradisional di Indonesia saat ini. Pada zan..pindahulu, nenek moyang kita
mempunyai kemampuan untuk menyediakan ramuan obat tradisional yang
digunakan

untuk

keperluan

keluarga.

Pemerintah

diharapkan

mampu

menyediakan bahan jamu yang dapat dimanfaatkan untuk menunjang kesehatan
keluarga dan lebih mengarah kepada self care untuk menjaga kesehatan anggota
keluarga. Sumber tanaman disediakan oleh masyarakat sendiri, baik secara
individu, keluarga, maupun kolektif dalam suatu lingkungan masyarakat. Bumbu
dapur yang dijual di pasartradisional,padaumumnya juga merupakanbahan baku
jam,r.
2. Obat tradisional berasaldari pembuatjamu I herbalist
Membuat jamu merupakan salah satu profesi yang jumlahnya masih
cukup banyak. Salah satunya adalah pembuat sekaligus penjual jamu gendong.
Pembuat jamu gendong merupakan salah satu penyedia obat tradisional dalam
bentuk cairan minuman yang sangatdigemari masyarakat.
Jamu gendong sangat populer. Tidak hanya di pulau Jawa, tetapi juga
dapat dijumpai di berbagai pulau di Indonesia. Segalalapisan masyarakat sangat
membutuhkan kehadiran jamu gendong, meskipun tidak dapat dipungkiri banyak
masyarakat dari lapisan bawah yang menggwrakan jasa mereka. Selain jamu
gendong yang umum dijual (kunir asam, sinom, mengkudu, pahitan, beras kencur,
cabe puyang, dan gepyokan), mereka juga mampu menyediakan jamu khusus
sesuaipesanan(iamu habis bersalin danjamu untuk mengobati keputihan).
Selain pembuat ja-u

gendong, peracik tradisional masih banyak

dijumpai di Jawa Tengah. Mereka yang berada di pasar-pasar tradisional
menyediakan jamu sesuai kebutuhan konsumen. Bentuk jamu gendong pada
umumnya mempunyai kekhususan untuk pengobatan penyakit atau keluhan
kesehatan tertentu. Peracik jenis ini tampaknya sudah semakin berkurang

jumlahnya, sehingga kalah bersaing dengan industri yang mampu menyediakan
jamu dalam bentuk yang lebih praktis.
3. Obat tradisional buatan industri
Obat tradisional terdiri dari berbagai jenis tanaman dan bagian tanaman.
SesuaiSistem KesehatanNasional, maka obat tradisional yang terbukti berkhasiat
perlu dimanfaatkan dan ditingkatkan kualitasnya. Untuk membuktikan khasiatnya,
sampai saatini telah banyak dilakukan penelitian. Penelitian yang telah dilakukan
terhadap tanaman obat sangat membantu dalam pemilihan bahan baku obat
tradisional. Pengalamanempiris ditunjang yang dengan penelitian dapat semakin
memberikan keyakinan akan khasiat dan keamanan obat tradisional (Handayani
dan Suharmiati,2002).
Obat tradisional merupakan campuran bahan-bahan yang berasal dari
bagian tanaman yang dikenal dengan simplisia. Agar diperoleh simplisia yang
baik harus melalui tahapan seperti berikut.
a. Pengumpulan bahan baku
Kadar senyawa aktif dalam suatu simplisia berbeda-beda arftara lun
tergantung pada bagian tanaman yang digunakan, umur tanaman atau bagian
tanaman pada saat panen, waktu panen, dan lingkungan tempat tumbuh.
b. Sortasibasah
Sortasi basah dilakukan untuk memisahkan kotoran-kotoran atau bahanbahan asing lainnya dari bahan simplisia. Misalnya pada simplisia yang dibuat
dari akar tanaman obat, bahan-bahan asing (tanah, kerikil, rumput, batang, daun,
akar yang telah rusak, serta pengotoran lainnya) harus dibuang. Tanah

mengandungbermacam-macammikroba dalam jumlah yang tinggi. Oleh karena
itu, pembersihan simplisia dari tanah yang terikut dapat mengurangi junlah
mikroba.
c. Pencucian
Pencucian dilakukan untuk menghilangkan tanah dan pengotoran lainnya
yang melekat pada bahan simplisia. Pencucian dilalokan dengan air bersih(air
sumrr atau air PAM). Pencucian satu kali dapat menghilangkan 25Yo mikroba
awal; dan jika dilalcukan pencucian sebanyak tiga kali, jumlah mikroba yang
tertinggal hanya 42% dar' mikroba awal. Cara sortasi dan pencucian sangat
mempengaruhi jenis dan jumlah mikroba awal simplisia. Jika air yang digunakan
untuk pencucian kotor, maka jumlah mikroba pada permukaan bahan dapat
mempercepat pertumbuhan mikroba lainnya.
d. Perajangan
Beberapa jenis bahan simplisia perlu mengalami proses perajangan.
Perajanganbahan simplisia dilalnrkan untuk mempermudah proses pengeringan,
pengepakan,dan penggilingan.
e. Pengeringan
Tujuan pengeringan ialah untuk mendapatkan simplisia yang tidak
mudah rusak, sehingga dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama. Dengan
mengurangi kadar air dan menghentikan reaksi enzimatik akan dicegah penunrnan
mutu atau perusakansimplisia.
Pengeringan simplisia dilakukan dengan menggunakan sinar matahari
atau menggunakanalat pengering. Hal-hal yang perlu diperhatikan selamaproses

10

pengeringan, yaitu suhu pengeringan, kelembaban udata, aliran udara, waktu
pengeringan, dan luas permukaan bahan. Pada pengeringan bahan simplisia tidak
dianjurkan menggunakan alat dari plastik.
Cara pengeringan yang salah dapat mengakibatkan bahan luar kering
tetapi bagian dalamnya masih basah. Hal ini dapatdisebabkan karena irisan bahan
simplisia yang terlalu tebal, suhu pengeringan terlalu tinggi,

sehingga

menyebabkanpenguapanair permukaanbahanjauh lebih cepat daripada difusi air
dari dalam ke permukaan tersebut, sehingga permukaan bahan menjadi keras dan
menghambat pengeringan selanjutnya. Masalah ini

dapat mengakibatkan

kerusakan atau kebusukan di bagian dalam bahan yang dikeringkan.
f.

Sortasikering
Sortasi setelah pengeringan sebenarnya merupakan tahap akhir

pembuatansimplisia. Tujuan sortasi untuk memisahkanbenda-bendaasing seperti
bagian-bagian tanaman yang tidak diinginkan dan pengotoran-pengotoran lain
yang masih terdapatpada simplisia kering. Prosesini dilakukan sebelumsimplisia
dibungkus yang kemudian akan disimpan.
g. Pengepakandan penyimpanan
Cara pengemasansimplisia tergantung pada jenis simplisia dan tujuan
penggunaanpengemasan.Bahan dan bentuk pengemasanharus sesuai dan dapat
melindungi simplisia dari kerusakan, serta memperhatikan segi pemanfaatan
ruangan untuk keperluan penyimpanan.
Bungkus yang paling lazim digunakan untuk simplisia ialah karung goni.
Sering juga digunakan kantong plastik, peti dari bahan kuyo, kaleng dari besi

11

berlapis. Beberapajenis simplisia terutamayang berbentuk cairan dikemas dalam
botol atau guci porselin. Simplisia harus disimpan dalam ruangan penyimpanan
khusus, sehingga terpisah dari tempat penyimpanan bahan lainnya ataupun
penyimpananalat-alat produksi.
h. Pemeriksaanmutu
Secara umum simplisia yang tidak memenuhi syarat harus ditolak
penerimaannya; seperti kekeringannya kurang, ditumbuhi kapang, mengandung
lendir, sudah berubah wama atau bauny4 berseranggaatau termakan serangga.
Pemeriksaan mutu simplisia dilalcukan dengan cara organoleptik,
makroskopik, mikroskopik, dan kimia. Beberapajenis simplisia tertentu diperiksa
denganuji mutu secaramikrobiologi (Anonim, 1985).

B. Peraturan Terkait Obat Tradisional
Sistem Kesehatan Nasional

(SKN)

adalah suatu tatarran yang

menghimpun berbagai upaya Bangsa Indonesia secara terpadu dan saling
mendukung guna menjamin derajat kesehatan yang setinggi-tingginya sebagai
perwujudan kesejahteraanumum seperti dimaksud dalam Pembukaan UUD 1945.
Tujuan sistem Kesehatan Nasional adalah terselenggaranya pembangunan
kesehatan oleh semua potensi bangsa, baik masyarakat, swasta, maupun
pemerintah secara sinergis, berhasil-guna dan berdaya-guna, sehingga tercapai
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Di dalam sub sistem obat
dan perbekalan kesehatan pada sKN

tahun 2004 terdapat prinsip bahwa

pengembangan dan peningkatan obat tradisional ditujukan agar diperoleh obat

12

tradisional yang bermutu tinggi, artrar\ memiliki khasiat nyata yang teruji secara
ilmiah dan dimanfaatkan secara luas, baik untuk pengobatan sendiri maupun
digunakan dalam pelayanan kesehatanformal (Anonim, 2004).
Dalam naskah Kebijakan Obat Tradisional Nasional (KOTRANAS),
disebutkan bahwa strategi yang dipilih oleh Departemen Kesehatan dalam
kaitannya dengan obat tradisional adalah:
a. Mendorong pemanfaatan sumber daya alam Indonesia secara
berkelanjutan untuk digunakan sebagai obat tradisional demi peningkatan
pelayanankesehatandan ekonomi,
b. menjamin obat tradisional yang aman, bermutu, dan bermanfaat serta
melindungi masyarakatdari penggunaanobat tradisional yang tidak tepat,
c. tersedianya obat tradisional yang memiliki khasiat nyata yang teruji
secara ilmiah, dan dimanfaatkan secara luas baik untuk pengobatan sendiri
maupun dalam pelayanan kesehatanformal, dan
d. mendorongperkembangandunia usahadi bidang obat tradisional yang
bertanggungiawab agar mampu menjadi tuan rumah di negeri sendiri dan diterima
di negaralain (Anonim,2007).
Dalam Pedoman Cara Pembuatan Obat Tradisional

yang Baik,

disebutkan bahwa obat tradisional merupakan produk yang dibuat dari bahan alam
yang jenis dan sifat kandungannya sangat beragam sehingga untuk menjamin
mutu obat tradisional diperlukan cara pembuatan yang baik dengan lebih
memperhatikan proses produksi dan penanganan bahan baku. Cara Pembuatan
obat Tradisional yang Baik (CPOTB) meliputi seluruh aspek yang menyangkut

13

pembuatan obat tradisional, yang bertujuan unfuk menjamin agar produk yang
dihasilkan senantiasa memenuhi persyaratan mutu yang telah ditentukan sesuai
dengan tujuan penggunaannya.Mutu produk tergantung dari bahan awal, proses
produksi dan pengawasan mutu, bangunan, peralatan, personalia yang menangani
(Anonim,2005b).
Berdasarkan Keputusan Menteri

Kesehatan RI

No:

661/lvlenkes/

SK/VII/I994 tentang PersyaratanObat Tradisional terutama mengenai Sari Jamu.
Sari Jamu adalah cairan obat dalam dengan tujuan tertentu yang diperbolehkan
mengandung etanol. Keseragaman volum, angka lempeng total, angka kapang
khamir, mikroba patogen, aflatoksin, bahan tambahan sesuai dengan persyaratan
yang tertera pada persyaratan cairan obat dalam. Wadah dan penyimpanan obat
tradisional harus tertutup baik, disimpan pada suhu kamar, ditempat kering, dan
terlindung dari sinar matahari (Anonim, 1994).
Produksi sediaan farmasi harus dilakukan dengan cara produksi yang
baik dan memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan dalam buku standar obat
tradisional (Materia Medika Indonesia yang ditetapkan Menteri). Standarisasi obat
tradisional hanya diberlakukan bagi industri obat tradisional yang diproduksi
dalam skala besar. Bagi industri rumah tangga seperti jamu gendong masih dalam
pembinaan dan belum diberlakukan ketentuan pidana sebagaimanadi atur dalam
peraturanini (Anonim, 1998).
Berdasarkan Peraturan Menteri
PerNll990

tentang izin psaha industri

Kesehatan RI

No:246lMenkes/

obat tradisional dikatakan untuk

mendirikan usaha jamu gendong tidak diperlukan izin usaha. Pada Peraturan

l4

Pemerintah RI No. 72 tahun 1998 disebutkan bahwa jelasan pasal 4 ayat (1)
disebutkan bahwa sekalipun tidak

memerlukan

izin,

menteri melalcukan

pembinaan terhadap produksi sediaan farmasi yang berupa obat tradisional
tertentu yang dilakukan

oleh perorangan guna menghasilkan hasil yang

bermanfaatbagi kesehatanmasyarakat(Anonim, 1998).

C. Keamanan, Khasiat, dan Mutu Obat Tradisional
Keamanan pada penggun&m obat tradisional berkaitan dengan segi
toksikologi dan efek yang dikehendaki pada obat tradisional. Uji toksisitas
digunakan untuk menentukan tingkat keamanan obat tradisional. Efek yang tidak
dikehendaki dari bahan obat tradisional disebabkan oleh senyawa metabolit
sekunder yang terkandung dalam bahan obat maupun yang disebabkan oleh proses
penyiapan bahan obat dan pembuatan obat tradisional. Akibat dari proses tersebut
akan terjadi kontaminasi atau degradasi senyawa kimia kandungan bahan obat.
Hal ini menyebabkan terjadinya efek yang tidak dikehendaki dari obat tradisional.
Kontaminasi akibat proses penyiapan bahan baku obat dari tumbuhan sumbemya
dan proses pembuatan obat tradisional ini dapat berupa bahan tumbuhan lain
toksik, mikroorganisme, dan pestisida(Soediro, 2000).
Proses penyiapan bahan obat tumbuhan dan proses pembuatan obat
tradisional dapatmenimbulkan dampak berupa efek yang tidak diinginkan. Hal ini
disebabkan oleh kontaminasi dan degradasi atau perubahan kimia kandungan obat
yang terjadi pada proses penyiapan dan pembuatan obat tradisiona. Standarisasi
bahan obat dan obat tradisional merupakan usaha untuk melindungi konsumen

15

dari efek yang tidak dikehendaki pada bahan dan obat. Standarisasi tersebut
mencakup aspekbiologi, kimia, dan aktivitas (Soediro, 2000)'
Secara empiris, ja-u

terbukti cukup aman dikonsumsi manusia.

Pemanfaatannya pun sudah diterapkan masyarakat dengan pembuktian ilniah
sebagai tuntutannya. Peraturan tentang pembatasanjumlah simplisia penlusun
jamu merupakan salah satu langkah untuk membina produsen jamu agar meracik
jamu secararasional dalam rangka mengurangi kemungkinan efek samping dan
memudahkan penelitian penunjang apabila jamu tersebut akan dikembangkan
menjadi fitofarmaka (Handayani dan Suharmiati, 2002).
Masyarakat

sebagai

konsumen

obat

tradisional

menghendaki

perlindungan terhadap praktik-praktik penyalahgunarmobat tradisional yang dapat
membahayakan kesehatan. Pemerintah dalam hal ini mempunyai kewajiban untuk
mengatur kedua pihak, yaitu produsen dan konsumen agar sama-sama dalam
posisi yang menguntungkan. Masyarakat diharapkan tahu tentang meracik obat
yang rasional (Handayani dan Suharmiati, 2002).
Pengujian sediaanfarmasi dapat dilaksanakanmelalui:
l).Pengujian laboratoris berkenaandenganmutu sediaanfarmasi, dan
2).Penilaian atas keamanan dan kemanfaatan sediaan farmasi (Anonim,

1ee8).
Dalam Keputusan Menteri Kesehatan No. 661 tahun 1994 tentang
PersyaratanObat Tradisional disebutkan bahwa obat tradisional dipersyaratkan
dengan ketentuan yang sesuai bentuk sediaan dari obat tradisional (rajangan,
serbuk, pil, kapsul, sari jamu, dan sebagainya).Pertimbanganadanya Kepmenkes

16

ini, yaitu menginginkan obat tradisional yang memenuhi persyaratan keamanan,
kemanfaatan, dan mutu sesuai persyaratan-persyaratanterhadap obat tradisional
(Anonim, 1994).
Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik
Indonesia No. HK.00.05.4.1384 tentang Kriteria dan Tatalaksana Pendaftaran
Obat Tradisional, Obat Herbal Terstandar dan Fitofarmaka disebutkan bahwa
kriteria obat tradisional untuk mendapatkanizin edar (Pasal4):
(a) Menggunakan bahan berkhasiat dan bahan tambahan yang
memenuhi persyaratan mutu, keamanan, dan khasiat,
(b) Dibuat sesuai ketentuan tentang Pedoman CPOTB atau CPOB yang
berlaku, dan
(c) Penandaan berisi informasi yang lengkap dan obyektif yang dapat
menjamin penggunaal obat tradisional, obat herbal terstandar, dan fitofarmaka
secara tepat, rasional, dan aman sesuai dengan hasil evaluasi dalam rangka
pendaftaran
Obat tradisional, obat herbal terstandar, dan fitofarmaka dilarang mengandung:
(Pasal34)
a. Bahan kimia hasil isolasi atau sintetik berkhasiat obat
b. Narkotika atau psikotropika
c. Bahan yang dilarang digunakan
d. Hewan atau tanamaan yang dilindungi

sesuai dengan peraturan

perundang-undanganyang berlaku (Anonim, 2005a)

I7

Tujuan umum CPOTB adalah melindungi masyarakat terhadap hal-hai
yang merugikan dari pengguruum obat tradisional yang tidak memenuhi
persyaratan mutu, meningkatkan nilai tambah dan daya saing produk obat
tradisional Indonesia dalam era pasar bebas. Tujuan khususnya adalah
dipahaminya penerapanCPOTB oleh para pelaku usaha industri di bidang obat
tradisional serta diterapkannya CPOTB secara konsisten oleh industri di bidang
obat tradisional (Anonim, 2005b.).

D. Jamu Gendong
Usahajamu gendong adalah usahaperacikan, pencampuran,pengolahan,
dan pengedaran obat tradisional dalam bentuk cairan, pilis, parem, tapel, tanpa
penandaan dan atau merk dagang serta dijajakan untuk langsung digunakan.
Untuk mendirikan usahajamu gendongtidak diperlukan izin (Anonim, 1990).
Penjaja jamu gendong jumlahnya semakin tinggi dari tahun ke tahun.
Data di Departemen Kesehatan R[ menunjukkan peningkatan tersebut, yaitu
13.128 pada 1989, menjadi 25.077 pada 1995. Melihat jumlah yang meningkat
tersebut, dapat diperkirakan bahwa pemanfaatan jamu gendong masih tinggi
(Suharmiati dan Handay ari, 200 1).
Jamu Gendong merupakan salah satu ramuan tradisional yang banyak
dikonsumsi masyarakat Indonesia. Khasiatnya diyakini sebagai minuman segar,
mempertahankan kesehatan, ataupun mengobati penyakit ringan. Konsumennya
sangatluas mulai dari ibu rumah tangga,pekerja kantor, buruh pabrik. Dibuat dan
dijajakan oleh ibu-ibu muda yang bersolek, memakai batik dan kebaya dengan

18

sebuah bakul sarat botol-botol berisi racikan obat tradisional tersandangdengan
selendang lusuh di punggungnya. Cara menjaja dan mendekati para pembelinya
pun sangatsimpatik dan menawan(Kodim, 2000).
Sebagianbesar penjaja dan penjual jamu gendong tersebut berasal dari
Jawa Tengah dan menjadikan jamu gendong sebagai sarana pencari nafkah
keluarga. Mereka merantau ke kota dan tinggal di tempat-tempat kos murah yang
berdesak-desakandengan sanitasi lingkungan yang buruk. Tempat itu sekaligus
berfungsi sebagai tempat pembuatan jamu. Keterbatasan secara sosial-ekonomi
membuat kebersihanjamu yang mereka buat dan jajakan dipertanyakan. Sebagai
pelaku ekonomi lemah dari seklor informal, bimbingan, dan pengawasanterhadap
mereka merupakan masalah yang kompleks dan tidak menarik perhatian pejabat
berwenang(Kodim, 2000).

E. Penelitian tentang Jamu gendong
1.

Penelitian berjudul Bahan Baku, Khasiat dan cara Pengolahan Jamu

Gendong: Studi Kasus di Kotamadya Surabaya, melaporkan bahwa: Dari hasil
penelitian ini, disimpulkan sebagaiberikut.
a. Dikenal delapanjenis jamu gendong, yaitu beras kencur, kunir asam,
sinom, cabe puyang, pahitan, kunci suruh, kudu laos, dan uyup-uyup/gepyokan.
b. Dalam pembuatan jamu gendong, tampaknya tidak ada perbedaan
bahan baku pokok untuk setiap jenis jamu, hanya komposisi yang berbeda dan
variasi dari bahan yang bersifat sebagai tambahan serta pada umumnya tidak
menggunakan takaran standar.

t9

c. Terdapat kesamaan pengetahuan pada pembuat jamu tentang manfaat
dari setiapjenis jamu.
d. Pengolahanjamu dengan cara sederhanadan tradisional. Pengolahan
jamu secara umum dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu dengan merebus
seluruh bahan atau dengan cara mengambil/memeras sari yang terkandung dalam
jamu kemudian dicampur denganair matang (Suharmiati dan Handayani, 2001).
2.

Pengujian Cemaran Bakteri, uji cemaran Kapang/ Khamir dan uji cemaran

Escherechia coli pada Produk Jamu Gendong di Daerah Istimewa Yogyakarta
menunjukkan bahwa produk jamu gendong yang dijual tidak memenuhi kriteria
cemaran mikroba (Pratiwi, 2005; Harytr, Kusuma, dan Pramudy4 2008).

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian yang berjudul "Kajian Pemahaman Penjual Jamu Gendong
Terhadap Aspek Keamanan, Khasiat, dan Mutu Obat Tradisional di Kelurahan
Klitren, Gondokusuman, Yogyakarta Tahun 2009" ini termasuk jenis penelitian
non

eksperimental dengan penelitian

mengumpulkan

data

deskriptif.

deskriptif,

yaitu

faktor-faktor

yang

Studi

sebanyak-banyaknya mengenai

merupakan pendukung terhadap aspek keamanan, khasiat, dan mutu obat
tradisional, kemudian dianalisis untuk dicari peranannya sejauh mana wanita
penjual jamu gendong memahami dan menerapkannya (Arikunto, 2006).

B. DefinisiOperasional
l.

Kajian adalah studi dan atau eksplorasiterhadapsuatuhal.

2. Pemahaman adalah gambaran subyektif internal seseorang dalam bentuk
pendapat terhadap suatu hal yang dilihat, didengar, dan dirasakan.
Jamu gendongadalahobat tradisional yang diproduksi oleh perseoranganatau
industri rumahan dan untuk distribusinya tidak memerlukan ijin edar dari
pemerintah.
4.

Keamanan adalah aspek keselamatan berupa keberadaan efek merugikan
konsumen sebagaiakibat mengkonsumsijamu gendong.

20

2l

5 . Khasiat adalah aspek ketercapaiantujuan terapi berupa keberadaansenyawa
berkhasiat dalam obat tradisional yang dikonsumsi.

6. Mutu adalahaspekkualitas berupajaminan keterulanganproduk baik dari sisi
keamananmauprm khasiatnya.
7.

Penjual jamu gendong adalah penjual jamu gendong yang bertempat tinggal
tetapl tidak berpindah-pindah selama kurun waktu tertentu di Kelurahan
Klitren, Gondokusuman, Yogyakarta.

C. Subyek Penelitian dan Teknik Penelitian
Subyek dalam penelitian ini adalah semua penjual jamu gendong yang
bertempat tinggal di Kelurahan Klitren, Gondokusuman, Yogyakarta. Jumlah
semuapenjual jamu gendongdi Klitren sebanyak15 orang. Peneliti menggunakan
penelitian populasi, yaitu semua penjual jamu gendong di Klitren menjadi
responden.Dalam penelitian ini, jumlah respondennyasebanyakl5 orang.

D. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan pada penelitian ini

adalah kuesioner.

Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh
informasi dari responden dalam arti laporan tentang hal-hal yang seseorang
ketahui (Arikunto,2006). Jumlah keseluruhan pertanyaan ada lima pertanyaan
terbuka, dua puluh satu pertanyaan tertutup, dan sebelaspertanyaan semi terbuka.
Kuesioner terdiri dari tiga bagian yang berisi pertanyaan yang mengacu
padapermasalahanpenelitian ini.

22

1 . Mengenai karakteristik respondenmenggunakankuesionerj enis pertanyaaan
terbuka berjurnlah lima pertanyaan. Disebut pertanyaan terbuka karena
jawaban tidak disediakandan respondenharus mengisi sendiri.

2. Kuesioner berisi pemahaman penjual jamu terhadap aspek keamanan, khasiat
dan mutu jamu gendongberjumlah dua belas pertanyaan.Dipandang dari cara
menjawab merupakan kuesioner tertutup karena disediakan jawabannya
sehinggarespondentinggal memilih. Dipandang dari jawaban yang diberikan
merupakan kuesioner langsung karena responden menjawab tentang dirinya.
Dipandang dari bentuknya berupa kuesioner pilihan ganda dan maksudnya
sama dengan kuesioner tertutup (Arikunto, 2006).

3 . Kuisioner tentang penerapan dari pemahzrmanpenjual jamu gendong pada
pembuatan dan atau penjualan jamu gendong berjumlah dua puluh pertanyaan
dengan jenis pertanyaaan semi terbuka sebanyak sebelas pertanyaan dan
sembilan pertanyaan tertutup. Disebut pertanyaan semi terbuka karena
terdapat pilihan jawaban dan alasan yang dapat diisi bebas oleh responden,
sedangkan pertanyaan tertutup karena disediakan jawabannya sehingga
respondentinggal memilih.

Selain itu, dalam penelitian ini juga menggunakan metode wawancara.
Peneliti menggunakan wawancara terstruktur, pertanyaan yang diajukan sama
dengan metode kuesioner. Wawancara ini sama dengan kuesioner saja (Arikunto,
2006).

ZJ

E. Tata Cara Penelitian
1.

Studi pustaka
Penelitian ini dimulai dengan studi pustak4 yaitu membaca literatur-

literatur yang ada mengenai obat tradisional, peraturan terkait obat tradisional,
keamanan, khasiat, dan mutu obat tradisional, jamu gendong, metodologi
penelitian, pembuatan kuesioner, dan perhitungan statistik yang diperlukan. Hal
ini dilakukan agar dalam melaksanakan penelitian dapat diminimalkan atau
bahkan ditiadakan kesalahpahaman.
2.

Analisis situasi
a. Penentuanlokasi penelitian dan observasi awal
Lokasi penelitian ditentukan oleh peneliti yaitu Kelurahan Klitren,

Gondokusuman, Yogyakarta. Di Kelurahan Klitren dilalrukan observasi nonsistematis yang dilakukan peneliti

dengan tidak menggunakan instrumen

pengamatan. Observasi dilakukan terhadap penjual jamu gendong untuk melihat
kondisi lingkungan tempat membuat jamu gendong (observasi situasional) dan
mengetahui waktu dimana penjual berada di rumah. Lokasi penelitian dapat
ditentukan peneliti karenaj enis penelitiannyapopulasi.
b. Perijinan
Sebelum dilakukan penelitian dilakukan perijinan. Perijinan dimulai dari
tingkat provinsi, tingkat kecamatan, tingkat kelurahan hingga ke tingkat RT.
c. Populasi
Semua wanita

penjual

jamu

gendong

Gondokusuman,Yogyakarta sebanyak15 orang.

di

Kelurahan

Klitren,

24

kuesioner
3. Pembuatan
Pembuatan kuesioner dilakukan setelah observasi dilakukan. Pada
kuesioner terdapat lima pertanyaan tentang data responden berupa karakteristik
seperti usia, pendidikan, pekerjaan selain penjual jamu gendong, pendapatanper
bulan, pengeluaran per bulan. Jumlah keseluruhan pertanyaan ada lima pertanyaan
terbuka, dua puluh safu pertanyaan tertutup, dan sebelaspertanyaan semi terbuka.
4.

Uji pemahamanbahasadan uji validitas
Uji pemahaman bahasa dilakukan untuk mengetahui apakah bahasayang

digunakan dalam kuesioner dapat dipahami atau tidak. Hasil dari uji tersebut
digunakan untuk mengevaluasi kuesioner. Parameter keberhasilan uji ini dilihat
dari jawaban yang dihasilkan. Apabila seluruh pertanyaandalam kuesioner dapat
dijawab oleh subyek, maka kuesioner tersebut dapat dinyatakan lolos uji
pemahamanbahasa.
5.

Penyebarankuesioner
Penyebarankuesioner dilakukan pada waktu di mana para penjual jamu

gendong dalam keadaan tidak sibuk. Setelah penjual jamu mendapatkan
kuesioner, mereka mengisi dan langsungmengembalikannya.Pengisiankuesioner
dapat dilakukan dengan wawancara oleh peneliti sendiri.
Kuesioner yang disebar sebanyak 15 dan sesuai denganjumlah populasi
penjual jamu gendong di Kelurahan Klitren.

25

F. Analisis Data Penelitian
Data kualitatif dianalisis dengan statistik deskriptif. Data berupa profil
karakteristik responden, profil pemahaman responden terhadap aspek keamanan,
khasiat, dan mutu jamu gendong, dan profil penerapan dari pemahaman penjual
jamu gendong pada pembuatan dan ataupenjualan jamu gendong. Metode statistik
yang digunakan adalah teknik prosentase yang ditampilkan dalam bentuk tabel
dan diagram.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAIIASAN

A. Karakteristik

Responden

Karal