TEKNIK PERBANYAKAN BIBIT PISANG BEBAS PENYAKIT LAYU FUSARIUM

  

TEKNIK PERBANYAKAN BIBIT PISANG

BEBAS PENYAKIT LAYU FUSARIUM

1*

  1 I Made Sudantha dan Suwardji

1 Fakultas Pertanian Universitas Mataram

  Jl. Majapahit No. 62 Mataram NTB

  1*

  Corespondens Author:

  I Made Sudantha Email

  

ABSTRAK

b

  Tujuan dari I M ini adalah meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan anggota kelompok tani dalam pembuatan biofungisida dan biokompos dari bahan- bahan yang tersedia di lapangan. Selain itu untuk meningkatkan keterampilan anggota kelompok tani dalam penerapan biofungisida dan biokompos untuk penyediaan dan penanaman bibit pisang bebas penyakit layu Fusarium di lahan kering. meningkatkan ketahanan terinduksi bibit pisang terhadap penyakit layu Fusarium. Metode kegiatan yang digunakan dalam pengabdian pada masyarakat ini adalah Metode Andragogi atau Metode Pendidikan Orang Dewasa. Pemberian materi menggunakan metode ceramah dan diskusi yang dilakukan di Pondok Pertemuan Kelompok Tani Desa Montong Are Kecamatan Kediri Kabupaten Lombok Barat. Praktek lapang menggunakan metode pelatihan dan pendampingan yang dilakukan di lahan kering milik anggota kelompok tani. Kegiatan I b M ini diikuti oleh 10 orang anggota Gapoktan Montong Are Bersatu

  b

  dan Kelompok Tani Tumbuh Jaya. Hasil kegiatan I M ini antara lain pengetahuan dan keterampilan anggota kelompok tani peserta menjadi meningkat tentang teknik pembuatan biofungisida, biokompos, bibit pisang bebas penyakit layu Fusarium dan teknik budidaya tanaman pisang di lahan kering. Anggota kelompok tani peserta telah mampu membuat sendiri biofungisida dan biokompos dan mengaplikasikan untuk bibit pisang bebas penyakit layu Fusarium dan budidaya tanaman pisang di lahan kering.

  _______________________________________________

  Kata Kunci: biofungisida, biokompos, Fusarium, pisang, lahan kering

  

PENDAHULUAN

  Gabungan Kelompok Tani Montong Are Bersatu dan Kelompok Tani Tumbuh Jaya merupakan dua Kelompok Tani yang ada di Desa Montong Are Kecamatan Kediri Kabupaten Lombok Barat yang bergerak dalam usaha budidaya tanaman. Salah satu tanaman yang dikembangkan oleh kelompok tani ini adalah tanaman pisang.

  Tanaman pisang diusahakan oleh petani untuk memenuhi gizi keluarga dan masyarakat. Buah pisang dikonsumsi dalam keadaan segar atau bahan olahan seperti selai, tepung pisang dan keripik. Sisa bunga pisang yang tidak berkembang jadi buah atau jantung pisang dapat dijadikan sayur. Daun pisang dapat digunakan untuk membungkus kue atau barang jualan di pasar.

  Salah satu kendala dalam usaha pengembangan tanaman pisang untuk meningkatkan mutu dan produksi di Desa ini adalah adanya penyakit layu Fusarium yang disebabkan oleh jamur Fusarium oxysporum f. sp. cubense. Penyakit layu Fusarium ini dijumpai hampir di seluruh tanaman pisang di Desa ini dan menyebabkan produksi buah pisang dan luas pertanaman pisang menjadi berkurang.

  Penyakit layu Fusarium pada tanaman pisang mulai terjadi di Kabupaten Lombok Barat termasuk Desa Montong Are pada tahun 1994. Akibat dari adanya penyakit ini terjadi pengurangan luas tanaman pisang. Pada tahun 2002 luas tanaman pisang sekitar 100 ha dan pada tahun 2011 menurun menjadi 50 ha atau terjadi pengurangan luas tanaman pisang sekitar 50 %. Demikian pula terjadi penurunan produksi buah pisang, yaitu pada tahun 2002 sebanyak 8.000 ton dan pada tahun 2011 menurun menjadi sebanyak 6.000 ton atau terjadi penurunan sekitar 25 %.

  Intensitas keparahan penyakit layu Fusarium pada tanaman pisang di Kebun pisang Kabupaten Lombok Barat rata-rata 24,80 %. Varietas pisang yang mengalami kerusakan yang terberat akibat penyakit layu Fusarium adalah varietas kepok rata-rata 85,10 %, varietas susu rata-rata 21,70 %, varietas hijau rata-rata 15,30 % dan varietas ketip rata-rata 10,20 %.

  Sampai saat ini penyakit layu Fusarium merupakan salah satu penyakit pada tanaman pisang yang sulit dikendalikan, karena jamur F. oxysporum f. sp. cubense memiliki struktur bertahan berupa klamidospora yang dapat bertahan dalam tanah sebagai saprofit dalam waktu relatif lama sekitar tiga sampai empat tahun walau tanpa tanaman inang. Selain itu sulitnya pengendalian penyakit ini disebabkan karena penularannya melalui bibit pisang yang sudah terinfeksi, sehingga penyebarannya menjadi cepat dan meluas. Pengendalian penyakit layu Fusarium di Desa ini dilakukan dengan penyemprotan fungisida dan eradikasi, namun belum mampu mengendalikan penyakit ini. Informasi tentang keragaman varietas pisang terhadap penyakit layu Fusarium belum diketahui secara pasti, sehingga penggunaan varietas tahan untuk pengendalian penyakit layu Fusarium belum dilakukan secara intensif. Dengan demikian perlu dicari alternatif pengendalian yang efektif dan efisien. Salah satu cara pengendalian yang mempunyai prospek baik adalah dengan cara pengendalian secara hayati menggunakan biokfungisida dan biokompos hasil fermentasi jamur saprofit dan endofit antagonis Trichoderma spp. serta penyediaan bibit bebas penyakit layu Fusarium.

  Permasalahan yang dihadapi oleh Gapoktan Montong Are Bersatu dan Kelompok Tani Tumbuh Jaya dalam pengembangan tanaman pisang adalah:

  1. Sulit mendapatkan bibit pisang bermutu dan sehat (bebas dari penyakit layu Fusarium), sebagian besar tanaman induk sudah terinfeksi penyakit layu Fusarium.

  2. Belum dipahami teknik pembuatan biofungisida dan biokompos secara benar

  3. Belum dipahami teknik pembibitan pisang yang baik

  4. Belum dipahami teknik budidaya tanaman pisang yang benar Salah satu syarat penting untuk meningkatkan produksi dan kualitas buah pisang, maka keempat permasalahan di atas harus dapat diatasi oleh kelompok tani pisang. Telah diketahui bahwa bibit bermutu adalah bibit yang sifat unggulnya sama dengan induknya, sedang bibit sehat adalah bibit yang bebas penyakit layu Fusarium dan dapat menjamin produksi yang tinggi. Pengembangan pisang dalam skala besar atau di tingkat petani memerlukan teknik pembibitan yang benar untuk mendapatkan bibit bermutu dan sehat.

  Berdasarkan analisis situasi tersebut maka dilakukan I b M dengan tujuan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan anggota kelompok tani dalam pembuatan biofungisida dan biokompos dari bahan-bahan yang tersedia di lapangan. Meningkatkan keterampilan anggota kelompok tanai dalam penerapan biofungisida dan biokompos untuk meningkatkan ketahanan terinduksi bibit pisang terhadap penyakit layu Fusarium. Meningkatkan keterampilan anggota kelompok tanai dalam budidaya tanaman pisang bebas penyakit layu Fusarium di lahan kering.

METODE PELAKSANAAN

  Metode kegiatan yang digunakan dalam Diklat ini adalah Metode Andragogi atau Metode Pendidikan Orang Dewasa (POD) seperti yang tampak pada diagram alir sebagai berikut:

METODE KEGIATAN

  Tahapan-tahapan Diklat yang diterapkan kepada Gapoktan Montong Are Bersatu dan Tumbuh Jaya di Desa Montong Are Kecamatan Kediri sebagai berikut:

  1. Untuk kelompok Tani Tumbuh Jaya (jumlah anggota/kader yang dilatih 5 orang) diberikan Diklat tentang teknik pembuatan biofungisida dan teknik pembuatan biokompos. Untuk Gabungan Kelompok Tani Montong Are Bersatu (jumlah anggota/kader yang dilatih 5 orang) diberikan Diklat tentang teknik perbanyakan bibit pisang bebas penyakit layu Fusarium dan teknik budidaya tanaman pisang di

  Teknik pembuatan biofungisida dan biokompos serta aplikasinya untuk mendapatkan bibit pisang sehat dan penanamannya di lahan kering KOMUNIKASI HORIZONTAL CARA BELAJAR LEWAT PENGALAMAN: Proses Mengalami Pengamatan Mengungkapkan Lisan/Tertulis Menganalisis Diskusi Memutuskan Kesimpulan Menerapkan Praktek lapang

EVALUASI:

Pre-test/Post-test

  

Hasil demplot Teknik pembuatan biofungisida dan biokompos serta aplikasinya untuk mendapatkan bibit pisang sehat METODE ANDRAGOGI PENDIDIKAN ORANG DEWASA METODE PRAKTEK (80 %) TEORI (20 %) lahan kering.

  2. Praktek lapang tentang teknik pembuatan biofungisida, teknik pembuatan biokompos, teknik perbanyakan bibit pisang bebas penyakit layu Fusarium dan teknik budidaya tanaman pisang di lahan kering.

  Evaluasi untuk mengukur keberhasilan kegiatan I b M ini dilakukan terhadap:

  1. Respon peserta pada saat penyampaian teori, penilaian akan dilakukan dengan cara pemberian pre-test dan post-test tertulis pada saat sebelum pemberian teori dan setelah pemberian teori.

  2. Respon peserta pada saat pelaksanaan praktek pembuatan biofungisida, biokompos, pembibitan pisang bebas penyakit layu Fusarium dan teknik budidaya tanaman pisang di lahan kering.

  b

  Target dari kegiatan I M ini adalah:

  1. Target terhadap petani adalah dapat membuat secara mandiri biofungisida, biokompos, bibit pisang bebas penyakit layu Fusarium dan teknik budidaya pisang di lahan kering (Tabel 1).

  b

  2. Target I M ini berupa Potensi Paten, Publikasi Nasional, Teknologi Tepat Guna (Model Pembuatan Biofungisida, Biokompos, Perbanyakan Bibit Pisang Bebas Penyakit Layu Fusarium dan Budidaya Tanaman Pisang di Lahan Kering) dan Laporan.

  Tabel 1. Target jumlah biofungisida, biokompos, bibit pisang bebas penyakit layu Fusarium yang dibuat dan jumlah bibit yang ditanam di lahan kering.

  No. Target hasil Jumlah

  1. Biofungisida 50 kg

  2. Biokompos 500 kg

  3. Bibit pisang bebas penyakit 500 bibit layu Fusarium

  4. Tanaman pisang bebas 500 tanaman penyakit layu Fusarium di lahan kering

HASIL KEGIATAN

  b

  Kegiatan I M ini dilaksanakan di Pondok Pertemuan Gapoktan Montong Are Bersatu yang diikuti oleh 5 orang anggota dan 5 orang anggota Kelompok Tani Tumbuh Jaya, nama-nama peserta disajikan pada Tabel 2.

  Tabel 2. Nama-nama anggota Gapoktan Montong Are Bersatu dan Kelompok Tani Tumbuh Jaya Desa Montong Are yang mengikuti kegiatan I b M

  No. Nama Alamat

  1. Hj. Rianah Gapoktan Montong Are Bersatu

  2. Sanawi Gapoktan Montong Are Bersatu

  3. Irwan Gapoktan Montong Are Bersatu

  4. Humaidi Gapoktan Montong Are Bersatu

  5. Hasbi Gapoktan Montong Are Bersatu 6.

  H. Mukhlis M.Z. Kelompok Tani Tumbuh Jaya

  7. Siti Hari Elfa Kelompok Tani Tumbuh Jaya

  8. Mas Huriadi Kelompok Tani Tumbuh Jaya

  9. Kamran Kelompok Tani Tumbuh Jaya

  10. Raisah Kelompok Tani Tumbuh Jaya

  

Metode kegiatan yang digunakan dalam Diklat I b M ini adalah Metode

  Andragogi atau Metode Pendidikan Orang Dewasa (POD) yang dilakukan melalui ceramah dan diskusi dengan pemberian 20 % teori-teori, yaitu:

  1. Teknik pembuatan biofungisida dan teknik pembuatan biokompos disampaikan oleh Prof. Dr. Ir. I Made Sudantha, MS.

  2. Teknik perbanyakan bibit pisang bebas penyakit layu Fusarium dan teknik budidaya tanaman pisang di lahan kering disampaikan oleh Prof. Ir. Suwardji, M.App.Sc., Ph.D.

  Pelaksanaan I b M dengan metode Diklat ini dilakukan di ruang pertemuan Gapoktan Montong Are Bersatu Desa Montong Are Kecamatan Kediri Kabupaten Lombok Barat pada tanggal 25 September 2013 yang dihadiri oleh 10 orang anggota kelompok tani seperti yang tampak pada Gambar 1 – 2. Gambar 1. Tim pelaksana pengabdian pada masyarakat pada saat memberikan materi penyuluhan Gambar 2. Anggota kelompok tani peserta yang hadir pada saat pemberian materi penyuluhan

  Diskusi yang berkembang pada saat penyampaian materi antara lain:

  1. Permasalahan yang dihadapi oleh petani pada umumnya tentang sulitnya pengendalian penyakit layu Fusarium pada tanaman pisang. Selama ini petani melakukan pengendalian dengan cara eradikasi yaitu pemusnahan tanaman pisang dan bibit pisang yang sudah terinfeksi penyakit layu Fusarium.

  2. Petani belum mengetahui cara pembuatan biofungisida dan biokompos secara sederhana menggunakan bahan-bahan yang ada di lapangan.

  3. Petani belum pernah menanam bibit pisang bebas penyakit layu Fusarium dan petani belum memahami kriteria dan ciri-ciri bibit pisang bebas penyakit layu Fusarium.

  4. Petani belum pernah memanfaatkan lahan kering yang ada di lingkungan desa seperti lahan pekarangan, lahan tegalan, lahan kebun dan lahan kering lainnya untuk budidaya tanaman pisang.

  5. Petani belum memahami teknik budidaya tanaman pisang berbasis pertanian organik yang lebih mengutamakan penggunaan bahan-bahan alami seperti pupuk kandang, biokompos, dan pestisida biologis.

  Praktek lapang dalam kegiatan I b M ini mulai dilaksanakan pada tanggal 26 September sampai dengan 30 Oktober 2013 menggunakan metode pelatihan dan pendampingan. Metode pelatihan dan pendampingan dilakukan melalui praktek langsung yang dilakukan oleh anggota kelompok tani peserta, sedang tim pelaksana hanya mendampingi selama praktek berlangsung. Praktek lapang dilaksanakan dengan porsi 80 % materi praktek lapangan yang meliputi:

  1. Pembuatan biofungisida dan pembuatan biokompos dilakukan langsung oleh anggota Gapoktan Montong Are Bersatu yang didampingi oleh Prof. Dr. Ir. I Made Sudantha, MS. dan Irfan Jayadi, SP.

  2. Perbanyakan bibit pisang bebas penyakit layu Fusarium dan teknik budidaya tanaman pisang di lahan kering dilakukan langsung oleh anggota kelompok tani Tumbuh Jaya yang didampingi oleh Prof. Dr. Ir. I Made Sudantha, MS. dan Prof. Ir. Suwardji, Ph.D., Ph.D. serta Irfan Jayadi, SP.

  Persiapan bahan-bahan pelatihan dipersiapkan di Laboratorium Produksi Fakultas Pertanian Universitas Mataram dan persiapan praktek lapangan juga dilakukan sejak bulan Juli sampai dengan bulan September 2013. Pelaksanaan IbM dengan metode praktek lapangan dan pendampingan ini dilakukan di lahan kering milik anggota kelompok tani di Desa Montong Are Kecamatan Kediri Kabupaten Lombok Barat yang dimulai sejak tanggal 26 September sampai dengan 30 Oktober 2013.

  B A

  Gambar 3. Biofungisida Formulasi Cair

  A B

  Gambar 4. Biofungisida formulasi tablet dan serbuk Praktek pembuatan biofungisida sederhana formulasi butiran yang dilakukan oleh anggota kelompok tani peserta menggunakan substrat seresah daun kopi dan tanah liat dengan prosedur sebagai berikut: Formulasi granula/butiran dibuat dengan mencampur substrat daun kopi dengan tanah liat/clay steril masing-masing berukuran 2 mm dengan perbandingan 10:1 (v/v) sebanyak 200 g/ kantong plastik, kemudian diinokulasi dengan suspensi biomasa konidia jamur T. harzianum isolat SAPRO-07.

  Biofungisida yang dibuat oleh anggota kelompok tani peserta sebanyak 100 kg yang digunakan untuk penyediaan bibit pisang bebas penyakitb layu Fusarium (Gambar 3 dan 4).

  Gambar 5. Persiapan larutan Biotrichon yang mengandung jamur T.

   harzianum

  sebagai dekomposer pada pembuatan biokompos Gambar 6. Praktek lapangan pembuatan biokompos oleh anggota kelompok tani yang didampingi oleh Tim Pelaksana Gambar 7. Biokompos hasil fermentasi jamur T.

   harzianum yang dibuat oleh anggota

  kelompok tani Praktek pembuatan biokompos sederhana yang dilakukan oleh anggota kelompok tani peserta menggunakan jerami padi dan kotoran sapi dengan prosedur sebagai berikut: Jerami padi dan seresah daun yang digunakan untuk pembuatan kompos dipotong-potong terlebih dahulu menjadi bagian yang lebih kecil, kemudian dikeringkan. Selanjutnya bahan dikomposkan dengan cara yaitu menebarkan plastik terpal, lalu mengatur media yang telah dibasahi setebal 30 cm, lalu di atasnya ditutupi dengan suplemen berupa kotoran kuda dan dedak padi setebal 5 cm, kemudian disiramkan dengan larutan Biotrihcon yaitu jamur saprofit T. harzianum isolat SAPRO-07 secara merata sambil bahan kompos diaduk, sampai kandungan air mencapai 30 - 40 %. Selanjutnya dibungkus rapat-rapat dan dibiarkan selama 2 minggu dengan pembalikan setelah 1 minggu. Cara membuat larutan Biotricon

   yaitu

  dengan cara 50 g biakan jamur saprofit T. harzianum isolat SAPRO-07 dihancurkan dalam 1 liter air, kemudian ditambahkan 2,5 g gula pasir. Kebutuhan bahan untuk 100 kg bahan kompos adalah 250 g Biotricon, 5 liter air bersih dan 12,5 g gula pasir. Biokompos yang dibuat oleh anggota kelompok tani peserta sebanyak 500 kg yang

  • – digunakan untuk penyediaan bibit pisang bebas penyakit layu Fusarium (Gambar 5 6). Gambar 8. Tim Pelaksana Pengabdian pada Masyarakat: Prof. Dr. Ir I Made Sudantha, MS. dan Prof. Ir. Suwardji, M.App.Sc., Ph.D. serta Irfan Jayadi, SP.
Gambar 9. Anakan pisang kepok dan pisang ketip yang digunakan untuk bibit bebas penyakit layu Fusarium Gambar 10. Bibit pisang bebas penyakit layu Fusarium yang ditanam dalam polibag setelah diperlakukan dengan biofungisida dan biokompos

  Praktek perbanyakan bibit pisang bebas penyakit layu Fusarium yang dilakukan oleh anggota kelompok tani peserta yang didampingi oleh Tim Pelaksana Kegiatan dengan prosedur seperti yang tampak pada Gambar 8

  • – 10 sebagai berikut:

  a. Pemilihan Bahan Bibit Tanaman Menggunakan bonggol dari anakan yang berumur 3 - 8 bulan dan cara pembibitan sebagai berikut: Anakan pisang dipisahkan dari induknya, lalu dibersihkan dari akar dan tanah. Batang anakan dipotong dan disisakan 20 cm dari pangkal batang. Semua pelepah daun dikupas satu persatu sampai bagian merestem.

  Bagian meristem (titik tumbuh) dimatikan dengan cara dilubangi bagian tengah batang sedalam kurang lebih 2 cm, selanjutnya dberi vaselin/lilin yang telah dicairkan. Jumlah anakan pisang yang disiapkan sebanyak 100 anakan pisang yang diambil dari tanaman induk yang terindikasi bebas penyakit layu Fusarium.

  b. Sterilisasi Bahan.

  Disiapkan air secukupnya dalam panci atau drum, dipanaskan sampai suhunya

  o

  mencapai sekitar 50

  C, selanjutnya biofungisida Trichon dilarutkan sebanyak 2 ml atau 2 gram per liter, kemudian diaduk agar larutan merata. Bibit atau bonggol mati meristem direndam ke dalam larutan selama 15 - 20 menit, dan bibit diangkat dari larutan dan ditiriskan pada tempat yang teduh. Sterilisasi diperlukan untuk mencegah terbawanya penyakit layu Fusarium dari tempat pengambilan bonggol.

  c. Media Pembibitan Media pembibitan dibuat dari campuran tanah dan biokompos dengan perbandingan 1 : 1. Media dimasukkan ke dalam polybag berdiameter 20 cm dan tinggi 25 cm. Calon bibit dari media semaian yang telah berdaun 2 dipindahkan ke media pemisahan (polybag). Bibit bebas penyakit layu Fusarium siap dipindah kelapangan jika sudah terbentuk daun baru dan tinggi tanaman sekitar 75 cm.

  Gambar 11. Persiapan lahan untuk penanaman bibit pisang di lahan kering milik anggota kelompok tani

  Gambar 12. Tanaman pisang bebas penyakit layu Fusarium yang berhasil ditanam oleh anggota kelompok tani Gambar 13. Tanaman pisang bebas penyakit layu Fusarium yang diberikan biofungisida dan biokompos Gambar 14. Tanaman pisang yang terinfeksi penyakit layu Fusarium yang tidak diberikan biofungisida dan biokompos (tanaman kontrol)

  Praktek budidaya tanaman pisang bebas penyakit layu Fusarium di lahan kering yang dilakukan oleh anggota kelompok tani peserta yang didampingi oleh Tim Pelaksana Kegiatan dengan prosedur seperti yang tampak pada Gambar 11 – 14 sebagai berikut: a. Persiapan lahan Lahan yang ditanami pisang dibersihkan dari gulma, rumput atau semak-semak. Tanah yang masih padat digemburkan menggunakan pacul, kemudian dibuat sengkedan terutama pada tanah miring dan dibuat juga saluran pengeluaran air.

  b. Teknik Penanaman Dibuat lubang tanam berukuran 30 x 30 x 30 cm dengan jarak tanam 3 x 3 m. Tanah galian bagian atas dipisahkan dari bagian bawah. Tanah galian bagian atas dicampur biokompos yang mengandung jamur T. harzianum isolat SAPRO-07. Bibit pisang dimasukkan ke lubang tanam dengan posisi tegak, kemudian ditutup terlebih dulu dengan tanah bagian atas yang sudah dicampur biokompos yang mengandung jamur T. harzianum isolat SAPRO-07 dan siram dengan larutan biofungisida yang mengandung jamur T. harzianum isolat SAPRO-07 sebanyak 5ml/ liter air.

  c. Pemeliharaan Tanaman Pemotongan anakan pisang dilakukan sedemikian rupa sehingga dalam satu rumpun terdapat tiga anakan yang masing-masing berbeda umur (fase tumbuhan).

  Penyiangan dilakukan bersamaan dengan penggemburan dan penimbunan tanah. Daun pisang yang kering dipangkas. Pengairan dilakukan dengan cara disiram atau mengisi parit saluran air. Untuk menjaga lahan tetap lembab dipasang mulsa berupa daun kering ataupun basah.

  Ada beberapa faktor pendorong yang dapat digunakan sebagai indikator keberhasilan kegiatan pengabdian pada masyarakat ini, yaitu: (a) Respon anggota kelompok tani peserta yang kuat dan aktif selama kegiatan ini berlangsung, hal ini sebagai indikasi bahwa para peserta mudah dan mau untuk mengadopsi teknologi baru. (b) Tersedianya bahan-bahan alami yang murah dan mudah dicari di lapang serta tersedia berlimpah seperti seperti seresah daun kopi dan tanah liat sebagai bahan dasar pembuatan biofungisida, jerami padi dan pupuk kandang sapi sebagai bahan dasar untuk pembuatan biokompos. (c) Tersedianya lahan kering yang cukup luas sebagai tempat untuk budidaya pisang. (d) Pangsa pasar yang cukup menjanjikan untuk biofungisida, biokompos dan bibit pisang bebas penyakit layu Fusarium.

  Ada beberapa faktor penghambat yang dapat menghambat prospek pengembangan budidaya pisang di lahan kering, antara lain: (a) Kurangnya modal usaha untuk perluasan budidaya pisang di lahan kering. (b) Kurangnya sarana dan prasarana pendukung di kelompok tani apabila ingin melanjutkan pengembangan biofungisida dan biokompos kearah komersial. (c) Kurang tersedianya air pengairan terutama di musim kemarau untuk kebutuhan pengairan tanaman pisang.

KESIMPULAN DAN SARAN

  b

  Berdasarkan hasil kegiatan I M yang dilaksanakan melalui metode Diklat maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:

  1. Pengetahuan dan keterampilan anggota Gapoktan Montong Are Bersatu dan Kelompok Tani Tumbuh Jaya menjadi meningkat tentang teknik pembuatan biofungisida, biokompos, bibit pisang bebas penyakit layu Fusarium dan teknik budidaya tanaman pisang di lahan kering yang ditunjukkan dengan respon peserta dan diskusi pada saat penyampaian materi.

  2. Anggota Gapoktan Montong Are Bersatu telah mampu membuat sendiri biofungisida dan biokompos sederhana menggunakan bahan-bahan yang tersedia di lapangan.

  3. Anggota Kelompok Tani Tumbuh Jaya telah mampu mengaplikasikan biofungisida dan biokompos pada bibit pisang sehingga bibit pisang menjadi meningkat ketahanan terinduksinya terhadap penyakit layu Fusarium.

  4. Keterampilan anggota Kelompok Tani Tumbuh Jaya telah meningkat dalam penerapan budidaya tanaman pisang bebas penyakit layu Fusarium di lahan kering.

  b

  Berdasarkan hasil kegiatan I M yang telah dilaksanakan, maka dapat disarankan hal-hal sebagai berikut:

  1. Perlu dilakukan pembinaan dan evaluasi lapangan secara intensif dan berkesinambungan terhadap Gapoktan Montong Are Bersatu dan Kelompok Tani Tumbuh Jaya, sehingga pengetahuan dan keterampilan yang telah diperoleh dapat meningkatkan produktivitas lahan kering yang dimiliki oleh petani.

  2. Perlu dipertimbangkan pembuatan biofungisida, biokompos dan bibit pisang bebas penyakit layu Fusarium secara komersial dalam skala industri rumah tangga untuk meningkatkan pendapatan Gapoktan Montong Are Bersatu dan Kelompok Tani Tumbuh Jaya.

DAFTAR PUSTAKA

  Abadi, A. L. 2003. Ilmu Penyakit Tumbuhan I Edisi Pertama. Bayumedia Publishing dan Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, Malang Jawa Timur

  • – Indonesia. 137 hal.

  Abd-El Moity, H. and M. N. Shatla.1981. Biological Control of White Rot Disease of Onion (Sclerotium cepivorum) by Trichoderma harzianum. Phytopathologiche Zeitschrift 100: 29 - 35.

  Ashari, S. 1995. Hortikultura Aspek Budidaya. Penerbit Universitas Indonesia (UI- Press). 485 hal. Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura NTB. 2007. Data Serangan OPT pada Tanaman Pisang. BPTPH NTB, Mataram. Basuki. 1985. Peranan Belerang Sebagai Pemacu Pengendalian Biologi Penyakit Akar Putih Pada Karet. Disertasi Doktor, UGM Yogyakarta. Booth, G. 1971. The Genus Fusarium. Commonwealth Mycological Institute. Kew, Surrey, England. 237 p. Bharat, R., R. S. Upadhayay and A. K. Srivastava. 1988. Utilization of Cellulose and

  Gallic Acid by Litter Inhabiting Fungi and Its Possible Implication in Litter Decomposition of A Tropical Deciduous Forest, Pedobiologia. Dept. Bot. Banaes Hindu University, Varanasi, India.

  Cook, R. J. and K. F. Baker. 1983. The Nature and Practice of Biological Control of Plant Pathogens. The American Phytopathol. Society, St. Paul MN. 539 p. Domsch, K. H.; W. Gams and T. Anderson. 1980. Compendium of Soil Fungi.

  Academic Press. New York. 859 p. Dinas Pertanian NTB, 2007. Data Perkembangan Tanaman Pangan dan Hortikultura di NTB. Dinas Pertanian NTB, Mataram.

  Guest, D. 2005. Induced Disease Resistance in Plants. In Program and Abstract The

  1

  st

  International Conference of Crop Security 2005, Brawijaya University, Malang, September 20

  th

  nd , 2005. 264 p.

  • – 22
Hadar, Y.; I Chet and Y. Henis. 1979. Biological Control of Rhizoctonia solani Damping-Off with Wheat Bran Culture of Trichoderma harzianum.

  Phytopathology 69 ; 64 - 69.

  Harman, G. E. and A. Taylor, 1988. Improved seedling performance by integration of biological kontrol agents at favourable pH levels with solid matrix priming.

  Phytopatholgy 78: 520 – 525. Lumyong, S., P. Lumyong and K. D. Hyde, 2004. Endophytes. In Jones, E. B. G., M.

  Tantichareon and K. D. Hyde (Ed.), Thai Fungal Diversity. Published by BIOTEC Thailand and Biodiversity Research and Training Program (BRTI/TRF. Biotec). 197 – 212. Papavizas, G. C. 1985. Trichoderma and Gliocladium: Biology, Ecology and Potential for Biocontrol. Ann. Rev. Phytopathology 23: 23 - 54.

  Rifai, M. A. 1969. A revision of the marga Trichoderma. Commonwealth Mycological Institute, Mycol. Papers 116: 1 - 56. Salisbury, F. B. and C. W. Ross, 1995. Fisiology Tumbuhan Jilid 3. Perkembangan tumbuhan dan fisiologi Tumbuhan (Terjemahan D. R. Lukman dan Sumaryono).

  Penerbit ITB Bandung. Semangun, H. 1987. Penyakit-Penyakit Tanaman Hortikultura di Indonesia. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. 850 hal.

  Sudantha, I. M. 2007. Karakterisasi dan Potensi Jamur Endofit dan Saprofit Antagonistik sebagai Agens Pengendali Hayati Jamur Fusarium oxysporum f. sp. vanillae pada Tanaman Vanili di Pulau Lombok NTB. Disertasi Program Doktor Ilmu Pertanian Program Pascasarjana Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, Malang.

  Sudantha, I. M., I. G. M. Kusnarta, M. Rahayu dan I. N. Sudana. 2009. Karakterisasi dan Potensi Jamur Saprofit dan Endofit Antagonistik Untuk Meningkatkan Ketahanan Induksi Tanaman Pisang terhadap Penyakit Layu Fusarium di Nusa Tenggara Barat. Laporan Penelitian Kerjasama Kemitraan Pertanian Perguruan Tinggi (KKP3T) Badan Litbang Deptan, Mataram. 109 hal.

  Sudantha, I. M. dan Ni M. L. Ernawati. 2011. Imunisasi Bibit Pisang Menggunakan Jamur Endofit dan Saprofit Trichoderma spp. Untuk Meningkatkan Ketahanan Terinduksi terhadap Penyakit Layu Fusarium di Lahan Kering. Laporan Penelitian Hibah Bersaing DP2M Dikti Universitas Mataram. 84 hal.

  Sulistyowati, L., N. F. Deci and A. R. Gendall. 2005. Isolation and Sequencing of Chitinase and Glucanase Genes of Endophytic Trichoderma asperellum from

  st

  Citrus Stem. In Program and Abstract The 1 International Conference of Crop

  th nd

  Security 2005, Brawijaya University, Malang, September 20 – 22 , 2005. 264 p. Trautman, N. and E. Olynciw, 1996. Compost microorganism. Cornell Composting.

  Science and Engineering. Cornell University. 16 hal. Widyastuti, S. M., Sumardi dan N. Hidayat. 1998. Kemampuan Trichoderma spp. untuk Pengendalian Hayati Jamur Akar Putih pada Acacia mangium secara In- vitro. Buletin Kehutanan No. 36. 24

  • – 38.