HUBUNGAN ANTARA KOMPETENSI INTERPERSONAL DAN MOTIVASI BERPRESTASI PADA SISWA
HUBUNGAN ANTARA KOMPETENSI INTERPERSONAL DAN MOTIVASI BERPRESTASI PADA SISWA SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi
Oleh : Jenny Tieneke Mutiara Corry Carolina M.
NIM : 069114073
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
i
HUBUNGAN ANTARA KOMPETENSI INTERPERSONAL
DAN MOTIVASI BERPRESTASI PADA SISWA
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Oleh :
Jenny Tieneke Mutiara Corry Carolina M.
NIM : 069114073
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2010 ii
iiiSaat Q tak paham maksud Tuhan, Q memilih percaya Saat Q tertekan oleh kekecewaan, Q memilih bersyukur
Saat rencana hidup Q berantakan, Q memilih berserah Saat putus asa melingkupiQ, Q memilih tetap maju ░
Berdoalah setiap waktu di dalam Roh dan berjaga-jagalah di dalam doamu itu dengan permohonan yang tak putus-putusnya untuk segala orang Kudus Juga untuk aku, supaya kepadaku, jika aku membuka mulutku, dikaruniakan perkataan yang benar († Efesus 6:18b-19a)
iv v
HUBUNGAN ANTARA KOMPETENSI INTERPERSONAL DAN
MOTIVASI BERPRESTASI PADA SISWA
Jenny Tieneke Mutiara Corry Carolina M.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kompetensi interpersonal dan motivasi berprestasi pada siswa di SMP BOPKRI Tiga Yogyakarta. Hipotesis yang diajukan untuk penelitian ini adalah ada hubungan positif antara kompetensi interpersonal dan motivasi berprestasi. Subjek penelitian ini sebanyak 126 siswa kelas VII dan VIII semester II SMP BOPKRI Tiga Yogyakarta yang terdiri atas 23 siswa kelas VII dan 103 siswa kelas VIII. Pengumpulan data penelitian ini menggunakan skala Kompetensi Interpersonal dan skala Motivasi Berprestasi. Reliabilitas skala alat ukur diuji dengan teknik koefisien Alpha Cronbach. Pada skala Kompetensi Interpersonal diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0.909 dari 40 item dan pada skala Motivasi Berprestasi diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0.937 dari 51 item. Data dianalisis dengan teknik korelasi Pearson Product Moment. Hasil analisis data menunjukkan nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0.577 dan nilai signifikansi antara kompetensi interpersonal dan motivasi berprestasi sebesar 0.000 (p<0.01). Berdasarkan hasil tersebut, maka hipotesis yang menyatakan ada hubungan positif antara kompetensi interpersonal dan motivasi berprestasi pada siswa di SMP BOPKRI Tiga Yogyakarta diterima.
Kata kunci : kompetensi interpersonal, motivasi berprestasi, SMP BOPKRI Tiga Yogyakarta
vi
THE RELATION BETWEEN INTERPERSONAL COMPETENCE AND
ACHIEVEMENT MOTIVATION FOR STUDENT
Jenny Tieneke Mutiara Corry Carolina M.
ABSTRACT
This study aimed to determine the relation between interpersonal competence and achievementmotivation for student at SMP BOPKRI Tiga Yogyakarta. The hypothesis proposed in this study
was that there was a positive relation between interpersonal competence and achievement
th thmotivation. The subject of this study were 126 students of 7 and 8 graders in 2rd semester at
th thSMP BOPKRI Tiga Yogyakarta with 23 students of 7 graders and 103 students of 8 graders.
Collection of data used in this study was interpersonal competence scales and achievement
motivation scales. Reliability of scales tested using reliability coefficient Alpha Cronbach.
Realibility coefficient interpersonal competence scales was 0.909 of 40 items and realibility
coefficient of achievement motivation scales was 0.937 of 51 items. The results of this study
analyzed using Pearson Product Moment correlation techniques. The results showed the values of
correlation coefficient (r) of 0.577 and 0.000 level of significance (p <0.01). According to these
results, the hypothesis that there was a positive relation between interpersonal competence and
achievement motivation for student at SMP BOPKRI Tiga Yogyakarta was accepted.Key words : interpersonal competence, achievement motivation, SMP BOPKRI Tiga Yogyakarta
vii viii
KATA PENGANTAR
ix
Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas penyertaan dan kasih-Nya
yang berlimpah-limpah sehingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan penulisan
skripsi yang berjudul Hubungan antara Kompetensi Interpersonal dan Motivasi
Berprestasi pada Remaja.Banyak pihak yang telah terlibat di dalamnya, membantu dalam doa dan
memberikan perhatian, serta meluangkan waktu dan tenaga sehingga penulisan ini
dapat terselesaikan dengan baik. Pada kesempatan, penulis mengucapkan terima
kasih kepada :
1. Bapa di Surga yang selalu menemaniku di segala keadaan. Yang selalu
memegang tanganku saat aku tersesat, menghibur hatiku saat bersedih, serta berkenan mengampuni kesalahan yang telah kuperbuat.
2. Ibu Dr. Christina Siwi Handayani, M. Si. selaku Dekan Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma dan Bapak P. Eddy Suhartanto, S.Psi., M.Si. selaku mantan Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan fasilitas-fasilitas dan berbagai kemudahan dalam menyelesaikan skripsi dan kegiatan akademik.
3. Bapak V. Didik Suryo Hartoko, S.Psi., M.Si. selaku Dosen Pembimbing
Skripsi yang dengan sabar memberikan arahan, masukan dan waktu untuk memperbaiki skripsi ini, serta dorongan untuk menyelesaikan skripsi ini.
4. Bapak Minto Istono S.Psi., M.Si. selaku Dosen Pembimbing Akademik yang
memberi arahan, semangat dan dukungan baik dalam kegiatan akademik maupun pada saat menyelesaikan skripsi.
5. Ibu A. Tanti Arini, S. Psi., M.Si. selaku dosen pendamping PKM (Program
Kreativitas Mahasiswa) yang telah banyak membantu baik dalam penulisan laporan PKM maupun materi saat pelaksanaan program. Terima kasih atas waktu dan perhatiannya karena telah membimbing penyelesaian laporan selama 2 semester. Meskipun tidak lolos menuju Pimnas namun saya tetap mendapat pelajaran yang berharga.
6. Semua Bapak/ Ibu Dosen Fakultas Psikologi yang telah mengajari banyak hal
tentang psikologi dan semua karyawan Fakultas Psikologi [especially, Pak Gi, Mas Gandung, Mba Nanik, Mas Muji, Mas Doni, Mas Supri] yang selalu membantu kelancaran kegiatan akademik dan memberikan salam sapa yang ramah.
7. Kepala Sekolah SMP Negeri 14 Yogyakarta, Bapak Drs. Joko Warsito yang
telah memberikan ijin kepada penulis untuk menyebarkan skala uji coba penelitian. Kepada guru BP yang telah membantu menyebarkan skala kepada para siswa.
8. Kepala Sekolah SMP BOPKRI Tiga Yogyakarta, Pak Paryadi S.Pd, Ibu Yanti, dan Guru-Guru Mata Pelajaran. Terima kasih atas bantuannya. Tanpa bantuan dari Bapak dan Ibu, penulis tidak dapat menyelesaikan skripsi ini. Terimakasih
x juga buat siswa-siswi kelas VII & VIII yang bersedia menjadi subjek penelitian ini. Semoga teman-teman dapat terus meningkatkan prestasi kalian.
9. Keluarga besar TP. Manurung, SH dan Margaretha Ida Tobing yang selalu
mengingatkan, mendukung, membantu, mendoakan dan berharap skripsi ini bisa cepat selesai. Untuk mama, “akhirnya mama ngga sendirian lagi deh di rumah ”. Untuk babe, “sering-sering pulang ke Cirebon dong be, kasian mama sendirian”. Untuk ciciku tersayang, Dessy Anggraini, ST “Jangan terlalu sibuk kerja ya cin, inget masih ada kewajiban lain yang belum selesai dilaksanakan..peace hahaha ^_^”. Untuk kedua keponakanku yang terkasih, Boyke Aditya Manurung & Christian Adiryo Sakti Manurung, “makasih ya selalu sayang sama tante. Btw harus rajin gosok gigi dong kalo mau tidur. Ampun dech! Masa giginya pada busuk gitu…ck..ck…ck.”10. Untuk semua orang-orang yang kusayangi, especially buat Achmad Syaidi yang selalu menemaniku dalam susah dan senang dalam 3 tahun terakhir ini.
Yang juga selalu mendukung studiku dan mengingatkan aku untuk selalu belajar dalam segala hal. Semoga kita tetep bisa sama-sama terus ya karena tentunya masih banyak hambatan diantara kita di kemudian hari. Sahabat- sahabat yang menjadi tempat keluh kesah dan berbagi kesulitan, Rahma, Wiji, Santy [kapan nih kita jalan-jalan lagi sewa angkot rame-rame?], Nony [thx non udah mau nyewaian laptopmu padaku. Hahay. I love u so lah.], Bekti [ayo bek lekas kita selesaikan skripsi kita, next time nginep2 lagi deh di kosku], Nenek, Bundo, Endut [thx atas kebersamaannya selama hampir 4 tahun ini], Mba Paul,
xi
Sinta [mksh ya karena telah mengajarkan pengoperasian spss padaku.. ^^], Mba Nurma, K’Iin, Mba Mumun, Mba Marni [mksh buat dukungan semangatnya..], Ratri [ah..akhirnya selesai juga kegiatan PKM..]. Seluruh teman-teman Fakultas Psikologi angkatan ‘06 yang selalu menemani hari-hari perkuliahan.
11. Toko Gale03, Pak Muklis, Mas Dika, Puput, Mas Ibra [thx mas, sering
ngingetin aku buat ngerjain skripsi. Hehe. Btw sepertinya aku punya utang traktir makan Mas Ibra nih.], Mba Eta [thx mba udah banyak2 berbagi pengalaman tentang kuliah, kerjaan, corel draw, dll], Mba Wid’ [thx mba udah ngajarin bermake-up..hehe. suatu saat pasti sangat berguna buat aku.]12. Untuk pemerintah provinsi DIY yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk mengambil data try-out di SMPN 14 Yogyakarta.
Yogyakarta, 26 September 2010 Penulis
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING.............................................. iiHALAMAN PENGESAHAN............................................................................ iii
HALAMAN MOTTO......................................................................................... iv
HALAMAN KEASLIAN KARYA .................................................................. vABSTRAK...........................................................................................................vi
ABSTRACT........................................................................................................vii
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH....................viii
KATA PENGANTAR.........................................................................................ix
DAFTAR ISI....................................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL............................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................xvi
A. PENDAHULUAN...........................................................................................1
1. Latar Belakang Masalah..............................................................................1
2. Tujuan Penelitian dan Permasalahan...........................................................8
3. Dasar Teori.................................................................................................10
3.1 Kompetensi Interpersonal.................................................................13
3.2 Motivasi Berprestasi..........................................................................18
4. Hipotesis.....................................................................................................30
xiii
xiv
B. METODE PENELITIAN.............................................................................31
1. Jenis Penelitian...........................................................................................31
2. Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional..........................................31
3. Subjek Penelitian........................................................................................33
4. Alat Pegumpulan Data...............................................................................37
5. Metode Analisis Data ................................................................................45
C. PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN..........................................47
D. KESIMPULAN DAN SARAN......................................................................65
E. DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................67
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Pemberian Skor Skala……………………………………………...….. 34
Tabel 2 Blue Print Skala Kompetensi Interpersonal (Sebelum Uji Coba)...…… 35
Tabel 3 Blue Print Skala Motivasi Berprestasi (Sebelum Uji Coba)................... 36
Tabel 4 Distribusi Aitem Sahih dan Gugur Skala Kompetensi Interpersonal...... 40
Tabel 5 Blue Print Skala Penelitian Kompetensi Interpersonal………............... 41
Tabel 6 Distribusi Aitem Sahih dan Gugur Skala Motivasi Berprestasi ………. 42
Tabel 7 Blue Print Skala Penelitian Motivasi Berprestasi …………………….. 43
Tabel 8 Gambaran Subjek Penelitian………………..………………………..... 49
Tabel 9 Hasil Uji Normalitas Data Kompetensi Interpersonal dan Motivasi Berprestasi……………………………………………………………... 52 Tabel 10 Hasil Uji Linieritas Data Kompetensi Interpersonal dan Motivasi Berprestasi............................................................................................. 52 Tabel 11 Hasil Uji Hipotesis Korelasi Pearson Product Moment antara Kompetensi Interpersonal dan Motivasi Berprestasi ………….…...… 53Tabel 12 Deskripsi Statistik Data Empiris …………................................…...… 55
Tabel 13 Mean Teoritis, Mean Empiris dan Standar Deviasi ...................…...… 56
Tabel 14 Uji Signifikan Kompetensi Interpersonal .........................................… 56
Tabel 15 Uji Signifikan Motivasi Berprestasi ..........................................…...… 57
xv
DAFTAR LAMPIRAN
1. Reliabilitas dan Validitas Skala Kompetensi Interpersonal dan Motivasi Berprestasi ........................................................................................................ 71
2. Uji Normalitas, Uji LInearitas, Uji Korelasi, dan Uji Signifikan Variabel Penelitian ........................................................................................................ 104
3. Skala Uji Coba Penelitian Kompetensi Interpersonal dan Motivasi Berprestasi ...................................................................................................... 111
4. Skala Penelitian Kompetensi Interpersonal dan Motivasi Berprestasi ...................................................................................................... 124
5. Korelasi Biodata Subjek Penelitian ................................................................. 137
6. Keterangan Penelitian ..................................................................................... 145
xvi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan dapat dikatakan sebagai salah satu kebutuhan pokok manusia. Menurut Munandar (1992), pendidikan mempunyai peran yang amat
menentukan bagi perkembangan dan perwujudan diri individu, terutama bagi pembangunan bangsa dan negara. Akan tetapi faktanya, sekolah yang merupakan institusi pendidikan formal, dalam beberapa tahun mengalami kemunduran dalam mencetak prestasi.
Hal serupa juga terjadi di wilayah DIY Yogyakarta dimana angka persentase ketidaklulusan UN (Ujian Nasional) siswa SMP dari tahun ke tahun terus meningkat. Pada tahun 2009, persentase ketidaklulusan siswa SMP adalah sebesar 6,54 persen atau sekitar 3.112 siswa. Sedangkan pada tahun 2010, jumlah ketidaklulusan tersebut meningkat menjadi 21,98 persen atau
sekitar 10.800 siswa dari 49.126 siswa SMP (”Belum lulus UN SMP”, 2010).
Kegagalan tersebut dapat menimbulkan perasaan malu dan kecewa pada siswa meskipun siswa memiliki kesempatan untuk mengulang UN. Salah satunya, Titin Andrajani, siswi SMP Terbuka Gotong Royong Yogyakarta,
yang menangis karena kegagalannya di mata pelajaran Matematika dan IPA.
1
1
”Perasaan saya campur aduk, belum tahu mau apa setelah ini,” ujar Titin (”100 persen tidak lulus”, 2010).
Di Kota Wonosari juga daitemukan sebanyak 2.237 siswa yang tidak
lulus UN SMP dari 10.559 siswa. Meningkatnya angka ketidaklulusan UN
SMP tahun 2010 tersebut membuat Kepala Dinas Pendidikan DKI Jakarta,
Taufik Yudi, meminta pihak sekolah untuk mengadakan pendekatan kepada
siswa yang tidak lulus. Hal tersebut bertujuan agar siswa tidak putus asa dan
tetap dapat memanfaatkan ujian ulang.”Banyak anak yang tidak lulus di satu atau dua mata pelajaran saja. Padahal, nilai mata pelajaran lainnya di atas rata-rata. Untuk siswa semacam ini perlu persiapan khusus dalam menghadapi ujian,” kata Taufik.
Selain itu, Taufik juga meminta siswa yang lulus untuk tidak merayakan
kelulusan mereka secara berlebihan sehingga tidak menjatuhkan mental siswa
lain yang tidak lulus (”Ujian Nasional tingkat kelulusan siswa”, 2010).Permasalahan yang dihadapi oleh siswa tersebut adalah kurangnya
motivasi untuk mendorong siswa agar dapat belajar dengan segenap tenaga
dan pikirannya sehingga dapat mencapai prestasi yang diharapkan. Menurut
Wahosumidjo (dalam Uno, 2008), motivasi merupakan suatu dorongan dan
kekuatan dalam diri seseorang untuk melakukan tujuan tertentu yang ingin
dicapainya. Menurut Yunita, Supra, & Mustaghfirin (2002), individu yang
memiliki motivasi tinggi cenderung akan berusaha sebaik mungkin dalam
2
mengerjakan tugas yang dihadapinya serta berusaha menghasilkan sesuatu
yang lebih baik daripada orang lain.Menurut Davis dan Newstrom (dalam Kartika, Tjahjoanggoro, &
Sinambela, 2000), motivasi berprestasi adalah dorongan dalam diri setiap
orang untuk mengatasi segala tantangan dan hambatan dalam upaya mencapai
tujuan. McClelland (dalam Kartika et al., 2000), juga menunjukkan bahwa
kebutuhan yang kuat untuk berprestasi berkaitan dengan sejauh mana orang
tersebut termotivasi untuk melaksanakan tugasnya. Ciri-ciri yang tampak pada
tingkah laku orang yang memiliki motif berprestasi tinggi adalah menyenangi
jenis tugas yang menuntut tanggungjawab pribadi, mencari balikan dari
perbuatannya, senang memiliki tugas yang mengandung tantangan dengan
tingkat risiko sedang namun bisa dicapai secara nyata, dan lebih kreatif serta
berusaha melakukan sesuatu dengan cara-cara baru.Heckhausen (dalam Djaali, 2007) juga mengemukakan bahwa motivasi
berprestasi adalah suatu dorongan dalam diri siswa yang selalu berusaha atau
berjuang untuk meningkatkan atau memelihara kemampuannya setinggi
mungkin dalam suatu aktivitas dengan menggunakan standar keunggulan.Banyak faktor yang mempengaruhi motivasi berprestasi pada siswa.
Faktor ini berupa pengaruh internal dari dalam diri individu seperti kebutuhan,
minat, keingintahuan dan kesenangan serta faktor eksternal yang bersumber
dari lingkungan di luar diri individu (Woolfolk, 1995). Menurut Santrock
3
(2009), siswa yang menyukai suatu materi mata pelajaran maka ia dapat
belajar dengan keras untuk sebuah ujian. Selain itu, lingkungan keluarga,
masyarakat dan sekolah juga mempengaruhi motivasi berprestasi pada siswa.
Menurut Gunarsa (1991), adanya rasa kurang sesuai dengan teman-teman di
sekolah dapat mnyebabkan remaja enggan ke sekolah dan mengakibatkan
remaja enggan belajar.Dalam sebuah penelitian, Sari (2008) mengungkapkan bahwa adanya
efektivitas kerja kelompok dalam meningkatkan prestasi belajar dengan nilai t
sebesar 14,017 dan p = 0,000. Hal tersebut berarti terdapat perbedaan prestasi
belajar antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Adanya strategi
belajar mengajar dengan bekerja kelompok pada kelompok eksperimen
memungkinkan siswa mengeksplorasi kemampuan dirinya untuk terlibat
secara aktif dalam proses belajar mengajar. Ketika siswa belajar dalam
kelompok terjadi interaksi dan kerjasama dimana siswa menggali dan
mengembangkan informasi dari guru dan kemudian secara bergantian
mengkomunikasikan idenya kepada kelompok. Adanya interaksi juga
memungkinkan kelompok untuk membagi kepada anggota kelompoknya,
seperti seorang yang menyatukan pendapat kelompok, pencatat, dan pelapor
hasil kerja kelompok. Dengan demikian, siswa dapat mengembangkan
keterampilan bertanya dan berdiskusi, menghargai pendapat orang lain, serta
saling membantu dan bekerja sama. Sedangkan pada kelompok kontrol yang
4
tidak diberikan strategi belajar mengajar dengan bekerja kelompok
memungkinkan siswa lebih pada posisi pasif sebagai penerima informasi,
hanya mencatat ataupun pura-pura mencatat dengan menggambar kartun di
buku, dan tidak bertanya ketika guru memberikan waktu bagi siswa yang ingin
bertanya.Tanlain (2001) juga mengungkapkan bahwa adanya hubungan yang
positif dan signifikan antara kohesivitas dengan prestasi akademik pada
kelompok formal remaja. Adanya frekuensi interaksi yang tinggi antara
anggota kelompok baik di asrama maupun di sekolah memungkinkan
timbulnya keterbukaan, sharing, penerimaan, dukungan, kerjasama, dan
kepercayaan antar anggota kelompok. Adanya aturan-aturan asrama yang
harus dipatuhi bersama-sama dan anggota asrama yang seluruhnya terdiri dari
siswa SMU Pangudi Luhur Van Lith Muntilan dapat memberikan dorongan
positif bagi kegiatan siswa. Siswa menjadi tidak kesulitan ketika memerlukan
teman belajar, teman berdiskusi ataupun teman untuk meminjam alat-alat
belajar tertentu yang mungkin kebetulan belum dimilikinya. Dari hasil analisis
juga diperoleh nilai koefesien (r) sebesar 0,658 dan p < 0.Menurut Ryan (dalam Papalia, Olds, & Feldman, 2008), siswa yang
memiliki kelompok teman sebaya yang sangat menerima, menunjukkan
penurunan prestasi yang lebih sedikit dan dapat menikmati sekolah.
Buhrmester, Berndt & Perry, Hartup & Stevens (dalam Papalia et al., 2008),
5
juga mengungkapkan bahwa remaja yang memiliki pertemanan yang dekat,
mendukung, dan stabil biasanya memiliki pandangan yang tinggi terhadap diri
mereka sendiri, berprestasi di sekolah, dan mudah bergaul, serta tidak
cenderung bersikap bermusuhan, gelisah atau tertekan.Menurut Albert Bandura dan Zimmerman (dalam Papalia et al., 2008),
siswa yang yakin bahwa mereka dapat menguasai materi akademis dan
mengatur pembelajaran mereka sendiri, memiliki kecenderungan lebih besar
mencoba berprestasi dan lebih cenderung sukses ketimbang siswa yang tidak
yakin dengan kemampuannya sendiri.Pada tahap perkembangannya, remaja akan merasa lebih nyaman apabila
melewati perubahan fisik, kognitif, dan psikososial bersama dengan orang lain
yang juga sedang melewati perubahan yang sama sehingga remaja lebih
banyak meluangkan waktunya untuk bersama teman daripada keluarga.
Menurut Bastaman (dalam Sukmono, Djohan, & Ellyawati, 2000), melalui
hubungan interpersonal seseorang akan merasa dirinya berharga. Sebaliknya,
tanpa hubungan interpersonal seseorang akan merasa terasing dan diasingkan,
mengalami kesunyian dan alienasi diri yang kesemuanya dapat menjelmakan
stress emosional yang berat. Oleh karena itu, penting adanya kemampuan
dalam menjalin hubungan interpersonal yang efektif pada siswa. Kemampuan
dalam menjalin hubungan interpersonal yang efektif disebut juga sebagai
kompetensi interpersonal.6 Spitzberg dan Cupach (dalam Almesa, Widyastuti, & Mardiana, 2007),
mengungkapkan bahwa kompetensi interpersonal adalah kemampuan individu
untuk melakukan komunikasi yang efektif. Kompetensi interpersonal di sini
terdiri atas kemampuan-kemampuan yang diperlukan untuk membentuk suatu
interaksi yang efektif. Kemampuan ini ditandai oleh adanya karakteristik-
karakteristik psikologis tertentu yang sangat mendukung dalam menciptakan
dan membina hubungan antar pribadi yang baik dan memuaskan. Individu
yang memiliki kompetensi interpersonal memiliki pengetahuan tentang
perilaku non-verbal orang lain, dapat menyesuaikan komunikasi dengan
konteks interaksi, dan menyesuaikannya dengan orang yang ada dalam
interaksi tersebut. Selain itu, Buhrmester, Furman, Wittenberg, dan Reis
(dalam Almesa et al., 2007) juga mengemukakan bahwa terdapat lima aspek
kompetensi interpersonal yaitu kemampuan inisiatif, kemampuan membuka
diri, bersikap asertif, dapat memberikan dukungan emosional, dan mampu
mengatasi konflik.Berdasar uraian sebelumnya mengenai kompetensi interpersonal dan
motivasi berprestasi serta melihat hasil penelitian sebelumnya mengenai
kompetensi interpersonal maka muncul ketertarikan peneliti untuk melihat
lebih jauh hubungan mengenai kompetensi interpersonal dan motivasi
berprestasi pada siswa.7
B. Rumusan Masalah Bertolak dari permasalahan tersebut di atas maka dapat dirumuskan satu permasalahan yang dapat diteliti yaitu: apakah ada hubungan positif antara kompetensi interpersonal dan motivasi berprestasi pada siswa?
C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara kompetensi interpersonal dan motivasi berprestasi pada siswa.
D. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Manfaat Teoritis Diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah informasi bagaimana kompetensi interpersonal berpengaruh terhadap motivasi berprestasi sehingga pencapaian hasil belajar siswa yang optimal dapat tercapai.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Siswa Adanya kompetensi interpersonal dapat membantu siswa untuk memiliki kemampuan dalam menjalin hubungan yang efektif dengan orang lain sehingga dapat mengembangkan keterampilan bekerjasama dalam
8 kelompok belajar guna pencapaian prestasi siswa.
b. Bagi Sekolah Dapat digunakan sebagai bahan masukan positif bagi sekolah, khususnya strategi belajar mengajar siswa.
9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Siswa sebagai Remaja
1. Pengertian Remaja
Menurut Pikunas (dalam Syafitri, 2004), remaja adalah suatu tahapan pencarian diri yang ditandai dengan kedekatan dan pembentukan kelompok-kelompok dengan teman sebaya; pencarian nilai-nilai baru; pengembangan kepribadian dan identitas diri dalam usaha mencapai status orang dewasa yang memiliki tugas dan tanggung jawab. Menurut Papalia et al., (2008), masa remaja juga merupakan transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang mengandung perubahan besar fisik, kognitif, dan psikososial.
Masa remaja dimulai pada usia 12 tahun sampai 18 tahun (Monks & Knoers, 2006). Menurut Hurlock (dalam Anastasia, 2004), di masa remaja, seseorang juga belajar menyesuaikan diri dari peran seorang anak sehingga ia dapat menerima peran sebagai orang dewasa.
Dari uraian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa remaja merupakan individu yang mengalami masa peralihan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang diiringi dengan terjadinya perubahan secara fisik, kognitif, dan psikososial sehingga membuatnya belajar untuk
10
10 menyesuaikan diri sebagai pencarian identitas, yang dimulai pada usia 12 sampai 18 tahun.
2. Tugas Perkembangan Siswa sebagai Remaja
Dalam teori perkembangan kognitif Piaget (dalam Djiwandono, 2008), masa remaja adalah tahap transisi dari pemikiran operasional konkret menjadi pemikiran operasional formal. Pada tahap ini, remaja dapat berpikir abstrak dan berpikir idealistis. Menurut Santrock (1995), dengan pemikiran remaja yang abstrak, remaja dapat membangkitkan situasi-situasi khayalan tentang masa depan, kemungkinan-kemungkinan hipotesis, atau dalil-dalil dan penalaran yang benar-benar abstrak ataupun pemikiran-pemikiran fantasi yang mengarah ke masa depan. Sedangkan pemikiran idealistis remaja, membuat remaja mulai berpikir tentang ciri- ciri ideal bagi diri mereka sendiri dan orang lain, serta membandingkan diri mereka dan orang lain dengan standar-standar ideal. Adanya pemikiran operasional formal pada remaja membantu remaja untuk mulai memikirkan karier mereka di masa mendatang.
Menurut Sullivan (dalam Djiwandono, 2008), remaja memiliki kebutuhan untuk akrab dengan orang lain agar remaja dapat menyampaikan perasaan-perasaan dan pikiran-pikirannya. Djiwandono (2008) juga mengungkapkan, dalam menjalin keakraban, remaja mencoba
11
mengekspresikan dirinya sendiri dan berusaha untuk mengerti akan orang
lain. Remaja juga belajar bagaimana berbicara dari hati ke hati tentang
perasaan dan pikiran mereka dengan cara-cara yang dapat dimengerti oleh
orang lain, terutama teman sebaya.Menurut Buhrmester, Berndt & Perry, Hartup & Sterens, dan Lauren
(dalam Papalia et al., 2008), pertemanan pada remaja menjadi lebih
resiprokal. Mereka lebih menyandarkan dukungan dan intimasi pada teman
daripada orangtua, mereka juga dapat berbagi rahasia lebih banyak dari
yang dilakukan anak yang lebih muda. Buhrmester (dalam Papalia et al.,
2008) juga mengungkapkan bahwa pertemanan memberikan tempat bagi
remaja untuk mengemukakan pendapat, pengakuan kelemahan, dan
mendapatkan bantuan dari masalah. Adanya kepercayaan terhadap teman
juga membantu remaja dalam mengemukakan perasaan mereka sendiri,
mendefinisikan identitas mereka, dan memvalidasi harga diri mereka.Menurut Buhrmester, Berndt & Perry, Hartup & Stevens (dalam
Papalia et al., 2008), remaja yang memiliki pertemanan yang dekat,
mendukung, dan stabil biasanya memiliki pandangan yang tinggi terhadap
diri mereka sendiri, berprestasi di sekolah, dan mudah bergaul, serta tidak
cenderung bersikap bermusuhan, gelisah atau tertekan. Sebaliknya,
menurut Kupersmidt dan Cole (dalam Santrock, 2007), remaja yang
mengalami isolasi sosial atau ketidakmampuan untuk menyesuaikan diri
12 dengan jaringan sosial, akan memunculkan banyak problem dan gangguan. Gangguan ini dapat berupa kejahatan, mabuk-mabukkan, hingga depresi.
Periode remaja, sama seperti periode sebelum atau sesudahnya juga memiliki suatu tugas perkembangan yang harus dilaksanakan. Tugas
perkembangan remaja menurut Havighurst (dalam Hurlock, 1980) yaitu :
a. Mencapai hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman sebaya baik pria maupun wanita.
b. Mencapai peran sosial pria dan wanita.
c. Menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara efektif.
d. Mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab.
e. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang-orang dewasa lainnya.
f. Mempersiapkan karir ekonomi.
g. Mempersiapkan perkawinan dan keluarga.
h. Memperoleh perangkat nilai dan sistem etis sebagai pegangan untuk berperilaku dan mengembangkan ideologi.
B. Kompetensi Interpersonal
1. Pengertian Kompetensi Interpersonal
Menurut Spitzberg dan Cupach (dalam Almesa, Widyastuti, & Mardiana, 2007), kompetensi interpersonal adalah kemampuan individu
13 untuk melakukan komunikasi yang efektif. Kompetensi interpersonal di sini terdiri atas kemampuan-kemampuan yang diperlukan untuk membentuk suatu interaksi yang efektif. Kemampuan ini ditandai oleh adanya karakteristik-karakteristik psikologis tertentu yang sangat mendukung dalam menciptakan dan membina hubungan antar pribadi yang baik dan memuaskan. Individu yang memiliki kompetensi interpersonal memiliki pengetahuan tentang perilaku non-verbal orang lain, dapat menyesuaikan komunikasi dengan konteks interaksi, dan menyesuaikannya dengan orang yang ada dalam interaksi tersebut.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kompetensi interpersonal adalah suatu kemampuan untuk menjalin hubungan yang efektif dengan orang lain.
2. Aspek Kompetensi Interpersonal
Menurut Buhrmester et al. (dalam Almesa et al., 2007; Nashori, 2000; Nashori, 2003), kompetensi interpersonal memiliki lima aspek, yaitu:
a. Kemampuan berinisiatif Buhrmester (dalam Almesa et al., 2007; Nashori, 2000; Nashori, 2003), mengungkapkan kemampuan berinisiatif adalah usaha untuk memulai suatu bentuk interaksi dan hubungan dengan orang lain atau
14 dengan lingkungan sosial yang lebih besar. Menurut Nashori (2003), inisiatif merupakan usaha pencarian pengalaman baru yang lebih banyak dan luas tentang dirinya sendiri. Hal ini bertujuan untuk mencocokkan sesuatu atau informasi yang telah diketahui agar dapat lebih memahaminya.
b. Kemampuan membuka diri Menurut Lukman (dalam Almesa et al., 2007), self-disclosure (sikap terbuka) merupakan kemampuan seseorang untuk mengungkap informasi yang bersifat pribadi mengenai dirinya, dan membagikannya kepada orang lain. Kartono dan Gulo (dalam Almesa et al., 2007), juga mengungkapkan bahwa self-disclosure adalah suatu proses yang dilakukan seseorang hingga dirinya dapat dikenal oleh orang lain. Dalam mengungkapkan diri, menurut Wrightman dan Deaux (dalam Almesa et al., 2007), individu mengungkapkan informasi yang bersifat pribadi mengenai dirinya dan memberikan perhatian kepada orang lain. Hal ini memperluas kesempatan untuk terjadinya sharing.
Kemampuan self-disclosure ini sangat berguna agar perkenalan yang telah berlangsung dapat berkembang ke hubungan yang lebih mendalam. Seiler & Beall (dalam Almesa et al., 2007), juga mengemukakan bahwa self-disclosure juga dapat berfungsi sebagai media untuk memperkenalkan diri, membangun hubungan, dan
15 membantu individu dalam melakukan katarsis.
c. Kemampuan bersikap asertif Menurut Pearlman dan Cozby (dalam Nashori, 2003), asertivitas adalah kemampuan dan kesediaan individu untuk mengungkapkan perasaan secara jelas dan dapat mempertahankan hak-haknya dengan tegas. Calhoun dan Acocella (dalam Nashori, 2000) berpendapat bahwa kemampuan bersikap asertif adalah kemampuan untuk meminta orang lain melakukan sesuatu yang diinginkan, atau menolak hal yang tidak diinginkan. Kemampuan bersikap asertif ini dapat mempermudah individu dalam melakukan komunikasi interpersonal yang efektif.
Menurut Nashori (2003), kemampuan bersikap asertif adalah kemampuan untuk mengungkapkan perasaan-perasaan secara jelas, meminta orang lain melakukan sesuatu, dan menolak melakukan hal yang tidak diinginkan tanpa melukai perasaan orang lain.
d. Kemampuan memberikan dukungan emosional.
Lukman (dalam Almesa et al., 2007), mengungkapkan bahwa kemampuan memberikan dukungan emosional sangat bermanfaat dalam hubungan antar pribadi. Memberi dukungan emosional berarti memberikan dukungan yang bersifat afektif. Salah satu bentuk dukungan yang bersifat afektif adalah empati. Kartini Kartono dan Dali Gulo (dalam Almesa et al., 2007), berpendapat bahwa empati adalah
16 kemampuan untuk memahami perasaan orang lain. Sikap empati ini akan dapat mempererat hubungan interpersonal individu. Selain itu, menurut Barker dan Lemie (dalam Nashori, 2000), dukungan emosional mencakup kemampuan untuk menenangkan dan memberi rasa nyaman kepada orang lain ketika orang tersebut dalam keadaan tertekan dan bermasalah.
e. Kemampuan mengatasi konflik Johnson (dalam Supratiknya, 1995; Almesa et al., 2007) mengatakan bahwa konflik merupakan suatu situasi yang ditandai oleh adanya tindakan salah satu pihak yang menghalangi, menghambat, dan mengganggu pihak lain. Grasha (dalam Almesa et al. 2007), mengemukakan bahwa konflik akan selalu ada dalam setiap hubungan antar pribadi. Menurut Baron & Byrne (dalam Nashori, 2003), dalam situasi konflik ada empat kemungkinan yang terjadi. Kemungkinan tersebut yaitu memutuskan mengakhiri hubungan, mengharapkan keadaan membaik dengan sendirinya, menunggu masalah menjadi lebih buruk, dan berusaha untuk menyelesaikan permasalahan. Apabila seseorang melakukan hal yang terakhir, maka ia berarti memiliki kemampuan untuk mengatasi konflik. Kemampuan untuk mengatasi konflik ini meliputi sikap untuk menyusun suatu penyelesaian masalah, mempertimbangkan kembali penilaian atas suatu masalah, dan
17 mengembangkan konsep harga diri yang baru.
Berdasarkan penjelasan sebelumnya, penulis menyimpulkan bahwa kompetensi interpersonal adalah kemampuan individu untuk melakukan interaksi yang memiliki tujuan, efektif dan harmonis, sehingga individu dapat diterima secara sosial oleh sesamanya. Kemampuan ini ditunjukkan dengan kemampuan individu untuk berinisiatif membina hubungan interpersonal, kemampuan membuka diri, kemampuan bersikap asertif, kamampuan untuk memberikan dukungan emosional, dan kemampuan mengatasi konflik-konflik dalam hubungan interpersonal.
C. Motivasi Berprestasi
1. Pengertian Motivasi Berprestasi
Woolfolk (2009), mendefinisikan motivasi sebagai suatu keadaan internal yang menggerakkan, mengarahkan dan mempertahankan perilaku.
McClelland dan Geen (dalam Feldman, 1990), menyebutkan bahwa di dalam diri manusia selain ada dorongan yang bersifat biologis, terdapat juga dorongan lain yang sangat kuat dan tidak memiliki dasar biologis yaitu kebutuhan untuk mendapatkan prestasi. Menurut Chaplin (1993), motivasi berprestasi merupakan kecenderungan untuk memperjuangkan kesuksesan atau hasil yang sangat didambakan.
18 Woolfolk (1995) juga mengungkapkan bahwa motivasi berprestasi
merupakan hasrat atau dorongan untuk meningkatkan suatu keunggulan
dan meraih suatu kesuksesan. Jadi, bisa dikatakan bahwa individu yang
memiliki motivasi berprestasi adalah individu yang memiliki orientasi pada
tugas, menyukai pekerjaan-pekerjaan yang menantang dan selalu berjuang
untuk mencapai hasil yang diinginkan.Heckhausen (dalam Djaali, 2007) juga menambahkan bahwa
motivasi berprestasi adalah suatu dorongan dalam diri siswa yang selalu
berusaha atau berjuang untuk meningkatkan atau memelihara
kemampuannya setinggi mungkin dalam suatu aktivitas dengan
menggunakan standar keunggulan. Standar keunggulan ini terbagi atas tiga
komponen, yaitu standar keunggulan tugas, diri, dan siswa lain. Standar
keunggulan tugas adalah standar yang berhubungan dengan pencapaian
tugas yang sebaik-baiknya. Standar keunggulan diri adalah standar yang
berhubungan dengan pencapaian prestasi yang lebih tinggi dibandingkan
dengan prestasi yang pernah dicapai selama ini. Sedangkan standar
keunggulan siswa lain adalah standar keunggulan yang berhubungan
dengan prestasi yang dicapai oleh siswa lain.Berdasarkan definisi motivasi berprestasi di atas, maka dapat diambil
kesimpulan bahwa pengertian motivasi berprestasi adalah suatu dorongan
atau keinginan yang berasal baik dari dalam diri individu (internal)
19 maupun dari luar individu itu sendiri (eksternal) untuk memperjuangkan, mengungguli, dan mencapai prestasi atau keberhasilan yang dihubungkan dengan seperangkat standar keunggulan tertentu.
2. Ciri-ciri Individu yang Memiliki Motivasi Berprestasi Tinggi
Berdasar uraian Johson dan Schwitzgebel & Kalb (dalam Djaali, 2007), dapat disimpulkan bahwa individu yang memiliki motivasi berprestasi yang tinggi memiliki karakteristik sebagai berikut: