PENGARUH PENERAPAN MEKANISME INTERNAL GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KINERJA KEUANGAN (Studi Pada Perusahaan Real Estate dan Properti yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2016) - UMBY repository

BAB II LANDASAN TEORI A. Teori Keagenan Teori keagenan ini muncul ketika terjadi sebuah kontrak antara

  manajer (agent) dengan pemilik (principal). Seorang manajer (agent) akan lebih mengetahui mengenai keadaan perusahaannya dibandingkan dengan pemilik (principal). Manajer (agent) berkewajiban untuk memberikan informasi kepada pemilik (principal). Akan tetapi informasi yang disampaikan terkadang tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya di perusahaan. Konflik kepentingan antar manajer (agent) dengan pemilik (principal) akan menimbulkan adanya biaya keagenan (agency cost) (Putu, 2017:13).

  Agency relationship didefinisikan sebagai kontrak dimana satu atau

  lebih orang (disebut owners atau pemegang saham atau pemilik) menunjuk seorang lainnya (disebut agen atau pengurus/manajemen) untuk melakukan beberapa pekerjaan atas nama pemilik. Pekerjaan tersebut termasuk pendelegasian wewenang untuk mengambil keputusan. Dalam hal ini manajemen diharapkan oleh pemilik untuk mampu mengoptimalkan sumber daya yang ada di bank tersebut secara maksimal. Bila kedua pihak memaksimalkan perannya (utility maximizers), cukup beralasan apabila manajemen tidak akan selalu bertindak untuk kepentingan pemilik. Hal ini sangat beralasan sekali karena pada umumnya pemilik memiliki welfare jangka pendek sehingga terkadang mereka cenderung memaksimalkan profit untuk jangka pendek dengan mengabaikan sustainability keuntungan dalam jangka panjang. Untuk membatasi atau mengurangi kemungkinan tersebut, pemilik dapat menetapkan insentif yang sesuai bagi manajemen, yaitu dengan mengeluarkan biaya monitoring dalam bentuk gaji (Andri Veno, 2015).

  Biaya keagenan atau agency cost ini mencakup biaya untuk pengawasan oleh pemegang saham, biaya yang dikeluarkan oleh manajemen untuk menghasilkan laporan yang transparan, termasuk biaya audit yang independen dan pengendalian internal, serta biaya yang disebabkan karena menurunnya nilai pemegang saham sebagai bentuk “boinding expenditures” yang diberikan kepada manajemen dalam bentuk opsi dan berbagai manfaat untuk tujuan menyelaraskan kepentingan manajemen dengan pemegang saham. Selain agency cost, konflik yang terjadi antara manajer (agent) dengan pemilik (principal) juga dapat memberikan kesempatan kepada manajer untuk melakukan tindakan manajemen laba (Putu, 2017:13).

  Dan teori keagenan juga mengungkapkan bahwa hubungan keagenan ada ketika agen dipekerjakan oleh prinsipal untuk memberikan suatu jasa dan kemudian memberikan kewenangan kepada agen tersebut untuk pengambilan keputusan. Tujuan dari teori keagenan ialah untuk menaikkan kemampuan perseorangan baik itu agen maupun prinsipal dari keputusan yang telah ditetapkan untuk memudahkan pembagian hasil antra agen dan prinsipal berpatokan pada kontrak kerja yang telah disetujui bersama (Khika dan I Gede, 2017: 6).

B. Laporan Keuangan

  1. Pengertian Laporan Keuangan Menurut Donald E. Kieso, Jerry J. Weygandt, Terry D. Warfield, mendefinisikan laporan keuangan merupakan sarana pengkomunikasian informasi keuangan utama kepada pihak

  • –pihak di luar korporasi. Laporan ini menampilkan sejarah perusahaan yang dikuantifikasi dalam nilai moneter.

  Laporan keuangan (financial statements) merupakan produk akhir dari serangkaian proses pencatatan dan pengikhtisaran data transaksi bisnis. Laporan Keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk mengkomunikasikan data keuangan atau aktivitas keuangan kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Dengan kata lain, laporan keuangan ini berfungsi sebagai alat komunikasi yang menghubungkan perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan, yang menunjukkan kondisi kesehatan perusahaan dan kinerja perusahaan. (Hery,2016:3)

  Menurut Mirawati dalam skripsinya yang berjudul Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap kinerja Perusahaan Perbankan yang laporan keuangan dalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak –pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas tersebut. Laporan keuangan dibuat oleh manajemen untuk mempertanggungjawabkan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya oleh para pemilik perusahaan.

  Disisi lain perusahaan juga membuat laporan keuangan tahunan, dari bulan Januari sampai dengan Desember. Akan tetapi manajemen tetap manajemen tetap menyusun laporan keuangan untuk periode yang lebih pendek, misalnya bulanan, triwulan, atau kuartal.

  Jadi laporan keuangan adalah produk akhir dari proses akuntansi yang menggambarkan keadaan keuangan perusahaan yang dilaporan dalam satu periode akuntansi (Satu tahun atau januari sampai dengan desember) serta dijadikan sebagai alat komunikasi kepada pihak-pihak yang memiliki kepentingan dan sebagai pertanggungjawaban manajemen perusahaan kepada pemilik perusahaan.

2. Jenis-Jenis Laporan Keuangan

  Dalam prakteknya, secara umum ada lima jenis laporan keuangan yang bisa disusun, yaitu : (Ferra, 2015:128-129) a.

  Neraca Neraca (Balance Sheet) merupakan laporan yang menunjukkan keuangan dimaksudkan adalah posisi jumlah dan jenis aktiva (harta) dan pasiva (kewajiban dan ekuitas) suatu perusahaan. Penyusunan komponen di dalam neraca didasarkan pada tingkat likuiditas dan jatuh tempo. Artinya penyusunan komponen neraca harus didasarkan likuiditasnya atau komponen yang paling mudah dicairkan.

  b.

  Laporan Laba Rugi Laporam laba rugi (Income Statement) ialah laporan keuangan yang menggambarkan hasil usaha perusahaan dalam suatu periode tertentu.

  Dalam laporan laba rugi ini tergambar jumlah pendapatan serta sumber-sumber pendapatan yang diperoleh. Kemudian, juga tergambar jumlah biaya ini terdapat selisih yang disebut laba atau rugi. Jika jumlah pendapatan lebih besar dari jumlah biaya, perusahaan dikatakan laba. Sebaliknya bila jumlah pendapatan lebih kecil dari jumlah biaya, perusahaan dikatakan rugi.

  c.

  Laporan Perubahan Modal Laporan perubahan modal ialah laporan yang berisi jumlah dan jenis modal yang dimiliki pada saat ini. Kemudian, laporan ini juga menjelaskan perubahan modal dan sebab-sebab terjadinya perubahan. Laporan perubahan modal jarang dibuat bila tidak terjadi perubahan modal. Artinya laporan ini baru dibuat bila mememang ada perubahan modal. d.

  Laporan Arus Kas Laporan arus kas ialah laporan yang ditunjukkan semua aspek yang berkaitan dengan kegiatan perusahaan, baik yang berpengaruh langsung atau tidak langsung terhadap kas. Laporan arus kas harus disusun berdasarkan konsep kas selama periode laporan. Laporan kas terdiri arus kas masuk (cash in) dan arus kas keluar (cash out) selama periode tertentu. Kas masuk terdiri uang yang masuk ke perusahaan, seperti hasil penjualan atau penerimaan lainnya, sedangkan kas keluar merupakan sejumlah pengeluaran dan jenis-enis pengeluarannya, seperti pembayaran biaya operasional perusahaan.

  e.

  Laporan Catatan Atas Laporan Keuangan Laporan atas catatan atas laporan keuangan ialah laporan yang memberikan informasi apabila ada laporan keuangan yang memerlukan penjelasan tertentu. Artinya terkadang ada komponen atau nilai dalam laporan keuangan yang perlu diberi penjelasan terlebih dahulu sehingga jelas. Hal ini perlu dilakukan agar pihak- pihak yang berkepentingan tidak salah menafsirkannya.

3. Tujuan Laporan Keuangan

  Tujuan keseluruhan dari laporan keuangan adalah untuk memberikan informasi yang berguna bagi investor dan kreditor dalam pengambilan keputusan investasi dan kredit. (Hery, 2016:4)

  Tujuan Khusus laporan keuangan adalah menyajikan posisi wajar dan sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum. (Hery, 2016:4) Sedangkan tujuan umum laporan keuangan adalah:

  a) Memberikan informasi yang terpercaya tentang sumber daya ekonomi dan kewajiban perusahaan dengan tujuan:

  1) Menilai kekuatan dan kelemahan perusahaan,

  2) Menunjukan posisi keuangan dan investasi perusahaan,

  3) Menilai kemapuan perusahaan dalam melunasi kewajibannya,

  4) Kemampuan sumber daya yang ada untuk pertumbuhan perusahaan.

  b) Memberikan informasi yang terpercaya tentang sumber kekayaan bersih yang berasal dari kegiatan usaha dalam mencari laba dengan tujuan: 1)

  Memberikan gambaran tentang jumlah deviden yang diharapkan pemegang saham, 2)

  Menunjukan kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban kepada kreditor, supplier, pegawai, pemerintah, dan kemampuannya dalam mengumpulkan dana untuk kepentingan ekspansi perusahaan

  3) Memberikan informasi kepada manajemen untuk digunakan dalam pelaksanaan fungsi perencanaan dan pengendalian

  4) tingkat kemapuan perusahaan dalam Menunjukan mendapatkan laba jangka panjang.

  5) Memungkinkan untuk menaksir potensi perushaan dalam menghasilkan laba.

  6) Memberikan informasi yang diperlukan lainnya tentang perubahan asset dan kewajiban.

  7) Mengungkapkan informasi relevan lainnya yang dibutuhkan oleh para pemakaian laporan.

  Tujuan laporan keuangan untuk organisasi pencari laba (profit

  organization ) adalah : a.

  Memberikan informasi yang berguna bagi investor, kreditor, dan pemakailainnya dalam membuat keputusan secara rasional mengenai investasi, kredit, dan lainnya.

  b.

  Memberikan informasi untuk membantu investor atau calon investor dan kreditor serta pemakailainnya dalam menentukan jumlah, waktu, dan prospek penerimaan kas dari deviden atau bunga dan juga penerimaan dari penjualan, piutang, atau saham, dan pinjaman yang jatuh tempo.

  c.

  Memberikan informasi tentang sumber daya (aset) perusahaan, aset, dan pengaruh transaksi, peristiwa, dan keadaan lain terhadap asset dan kewajiban.

  d.

  Memberi informasi tentang kinerja keuangan perusahaan selama satu periode. e.

  Memberikan informasi tentang bagaimana perusahaan mendapatkan dan membelanjakan kas, tentang pinjaman dan pengembaliannya, tentang transaksi yang mempengaruhi modal, termasuk dividend dan pembayaran lainnya kepada pemilik, dan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi likuiditas dan solvabilitas perusahaan.

  f.

  Memberikan informasi tentang bagaimana manajemen perusahaan mempertanggungjawabkan pengelolaan perusahaan kepada pemilik atas penggunaan sumber daya (aset) yang telah dipercayakan kepadanya.

  g.

  Memberikan informasi yang berguna bagi manajer dan direksi dalan proses pengambilan keputusan untuk kepentingan pemilik perusahaan. Sedangkan tujuan laporan keuangan untuk organisasi bukan pencari laba (non-profit organization) adalah: a.

  Sebagai dasar dalam pengambilan keputusan mengenai alokasi sumber daya (aset) perusahaan.

  b.

  Untuk menilai kemampuan organisasi dalam memberikan pelayanan kepada publik.

  c.

  Untuk menilai bagaimana manajemen melakukan aktivitas pembiayaan dan investasi.

  d.

  Memberikan informasi tentang sumberdaya (aset), kewajiban, dan kekayaan bersih perusahaan, serta perubahannya. f.

  Memberikan informasi tentang kemapuan organisasi dalam melunasi kewajiban jangka pendeknya.

  Tujuan laporan keuangan menurut kasmir (2013:11) adalah sebagai berikut: a.

  Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah aktiva (harta) yang dimiliki perusahaan saat ini.

  b.

  Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah kewajian dan modal yang dimiliki perusahaan saat ini.

  c.

  Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah pendapatan yang diperoleh pada suatu periode tertentu.

  d.

  Memberikan informasi tentang jumlah biaya dan jenis biaya yang dikeluarkan perusahaan dalam suatu periode tertentu.

  e.

  Memberikan informasi tentang perubahan-perubahan yang terjadi terhadap aktiva, pasiva, dan modal perusahaan.

  f.

  Memberikan informasi tentang kinerja manajemen perusahaan dalam suatu periode.

  4. Keterbatasan Laporan Keuangan Keterbatasan-keterbatasan dalam laporan keuangan adalah sebagai berikut (Arief dan Edy, 2016:6-7) a.

  Laporan historis Pada prinsipnya laporan keuangan bukanlah merupakan laporan final, karena laba rui yang sebenarnya (rill) hanya dapat dtentukan apabila perusahaan dijual atau dilikuidasi.

  b.

  Posisi pada waktu tertentu Laporan keuangan disusun atas dasar periode waktu tertentu. Periode satu tahun (dua belas bulan) dianggap sebagai periode akuntansi baku.

  Alokasi pendapatan dan beban sepanjang periode itu dipengaruhi pula adanya pertimbangan pribadi (contoh: metode pnilaian persediaan, penyusutan, deplesi, dll). Transaksi-transaksi pendapatan dan biaya yang terjadi terus menerus akan disusupi laporan keuangan setiap tahunnya, jadi jelas sudah bahwa laporan keuangan itu tidak bersifat pasti dan tidak dapat diukur secara mutlak karena akibat adanya

  contingent assets and liabilities, dan deferred maintenance.

  c.

  Berdasarkan Harga perolehan Laporan keuangan mencerminkan transaksi-transaksi dari waktu ke waktu, selama jangka waktu tersebut kemungkinan besar nilai rupiah sudah menurun (sebagai dampak dari inflasi). Sebagai contoh aktiva tetap yang dibeli pada tahun 1980 sekarang sudah 3 kali lipat lebih tinggi maka mengakibatkan biaya penyusutan menjadi kecil bila dibandingkan dengan tingkat penyusutan berdasarkan replacement cost

  basis. Begitu pula dengan kenaikan penjualan dalam rupiah, belum

  Untuk menghidari hal-hal yang menyesatkan hasil perbandingan harus dilakukan dengan sanga hati-hati. Di setiap Negara laporan keuangan disajikan dalam jumlah mata uang yang nampaknya pasti (contohnya: di Indonesia menggunakan satuang rupiah), sebenarnya jumlah rupiah dapat saja berbeda jika dipergunakan standar yang lain. Dan jika perusahaan dilikuidasi jumlah rupiah akan sangat berbeda, aktiva tetap dinilai berdasarkan nilai buku (historis) maka jumlah yang seharusnya tidak mencerminkan nilai penjualan aktiva tetap tersebut, begitu pula yang terjadi dengan aktiva tidak berwujud (hak paten, biaya, organisasi, dll) d.

  Fakta Kuantitatif Laporan keuangan tidak memberikan gambaran yang menyeluruh terhadap kondisi perusahaan dan tidak mencerminkan semua faktor yang mempengaruhi kondisi keuangan dan hasil usaha karena tidak dapat diukur dalam satuan nilai uang.

  5. Pihak-Pihak Yang Memanfaatkan Informasi Akuntansi (Laporan Keuangan) Informasi akuntansi yang dibutuhkan oleh para pengguna laporan keuangan sangat berbeda-beda tergantung pada jenis keputusan yang hendak diambil. Para pengguna informasi akuntansi ini dikelompokkan ke dalam dua kategori yaitu (Hery, 2015:2) :

  1) Direktur dan Manajemen Keuangan

  Untuk menentukan mampu tidaknya perusahaan dalam melunasi utangnya secara tepat waktu kepada kreditor (bankir, supplier) maka Direktur dan Manajemen Keuangan membutuhkan informasi akuntansi mengenai besarnya uang kas yang tersedia di perusahaan pada saat menjelang jatuh temponya pinjaman atau utang.

  2) Direktur Operasional dan Manajer Pemasaran

  Untuk menentukan efektif tidaknya saluran distribusi produk maupun aktivitas pemasaran yang telah dilakukan perusahaan maka Direktur Operasional dan Manajer Pemasaran membutuhkan informasi akuntansi mengenai besarnya penjualan. 3)

  Manajer dan Supervisor Produksi Manajer dan Supervisor Produksi membutuhkan informasi akuntansi biaya untuk menentukan besarnya harga pokok produksi, yang pada akhirnya juga sebagai dasar untuk menetapkan harga jual perunit.

  b. Pihak Esternal 1)

  Investor Investor menggunakan informasi akuntansi investee (penerima modal) untuk mengambil keputusan dalam hal membeli atau cermat dan hati-hati dalam menanggapi setiap perkembangan kondisi keuangan investee. Investor sebagai pihak luar dari

  investee dapat menilai prospek terhadap dana yang akan (telah)

  diinvestasikannya lewat laporan keuangan investee, apakah menguntungkan (profitable) atau tidak.

  2) Kreditor

  Menggunakan informasi akuntansi dabitor untuk mengevaluasi besarnya tingkat risiko dan pemberian kresit atau pinjaman uang. Dalam hal ini, kreditor dapat memperkecil risiko dengan cara mencari tahu seberapa besar tingkat bonafiditas dan likuiditas debitor lewar laporan keuangan keuangan debitor bersangkutan.

  3) Pemerintah

  Pemerintah berkepentingan terhasap laporan keuangan perusahaan (wajib pajak) dalam hal ini perhitungan dan penetapan besarnya pajak penghasilan yang harus disetor ke kas negara.

  4) Badan Pengawas Pasar Modal

  Badan Pengawas Pasar Modal Mewajibkan Public corporation (emiten) unuk melampirkan laporan keuangan secara rutin kepada BAPEPAM. Dalam hal ini, pihak BAPEPAM sangat berkepentingan terhadap kinerja keuangan emiten dengan tujuan

  5) Ekonom, Praktis dan Analis

  Ekonom, Praktis dan Analis menggunakan informasi akuntansi untuk memprediksi situasi perekonomian, menentukan besarnya tingkat inflasi, pertumbuhan pendapatan nasional, dan lain sebagainya.

  C.

   Good Corporate Governance (GCG) 1.

  Pengertian Good Corporate governance (GCG)

  Good Corporate Governance (GCG) muncul karena terjadi

  pemisahan antara kepemilikan dengan pengendalian perusahaan, atau sering kali dikenal dengan istilah masalah keagenan. Permasalahan keagenan dalam hubungannya antara pemilik modal (principal) dengan manajer (agent) adalah bagaimana sulitnya pemilik dalam memastikan bahwa dana yang ditanamkan tidak diambil alih atau diinvestasikan pada proyek yang tidak menguntungkan sehingga tidak mendatangkan return (Siti, 2011:23).

  Tim Good Gorporate Governance oleh Badan Pengawan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) (2008) dalam (Alyda Noor dkk, 2015) menjelaskan Good Gorporate Governance dari segi soft definition yg lebih mudah dimengerti, yaitu “Komitmen, peraturan main, serta praktek pelaksanaan bisnis secara sehat da n beretika.” Berbagai pengertian tentang Good Gorporate Governance tersebut sistem pengendalian dan pengaturan organisasi yang dilakukan dengan sebaik mungkin, berdasarkan ketentuan yg sudah disepakati, Untuk kepentingan semua pihak yang berstatuskan dengan organisasi, baik secara langsung ataupun tidak.

  Good Corporate Governance merupakan sistem yang mengatur

  dan mengendalikan perusahaan yang menciptakan nilai tambah (value

  added ) untuk semua stakeholders

  ” (Monks, 2003) dalam (Salsabila dan Muhamad, 2017). Corporate Governance didefiniskan oleh IICG (Indonesian Institute of Corporate Governance) sebagai proses dan struktur yang diterapkan dalam menjalankan perusahaan, dengan tujuan utama meningkatkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dan tetap memperhatikan kepentingan stakeholders yang lain.

  Menurut FCGI (2001) dalam (salsabila dan muhamaad, 2017) pengertian Good Corporate Governance adalah seperangkat peraturan yang mengatur hubungan pemegang saham, pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan, serta para pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka atau dengan kata lain suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan.

2. Prinsip-prinsip Good Corporate governance (GCG)

  Governance merupakan proses yang dipengaruhi oleh top terhadap pihak manajemen untuk mencapai tujuan perusahaan.

  

Governance merupakan proses yang dipengaruhi oleh direksi dalam

  menyampaikan pengarahan, dan pengawasan terhadap manajemen dalam mencapai tujuan perusahaan. Organization for Economic Co-

  

operation and Development (OECD) menyatakan bahwa corporate

governance meliputi hubungan dalam manajemen antara lain direksi,

  pemegang saham, dan stakeholder lainnya (Dian,2016:7-8). Untuk mewujudkan tujuan perusahaan, maka berbagai upaya dilakukan untuk meningkatkan kinerja berdasarkan paradigma baru perlu ditetapkan dengan penerapan prinsip-prinsip Good Corporate

  

governance (GCG). Prinsip-prinsip dasar Good Corporate governance

  (GCG) yaitu transparency, accountability, responsibility, independency, dan fairness (Mirawati,2012:30-31).

  a.

  Transparansi (Transparency) Untuk menjaga obyektivitas dalam menjalankan bisnis, perusahaan harus menyediakan informasi yang material dan relevan dengan cara yang mudah diakses dan dipahami oleh pemangku kepentingan. Perusahaan harus mengambil inisiatif untuk mengungkapkan tidak hanya masalah yang disyaratkan oleh peraturan perundang-undangan, tetapi juga hal yang penting untuk pengambilan keputusan oleh pemegang saham, kreditur dan pihak yang kepentingan lainnya.

  Perusahaan harus dapat mempertanggungjawabkan kinerjanya secara transparan dan wajar. Untuk itu perusahaan harus dikelola secara benar,terukur dan sesuai dengan kepentingan perusahaan dengan tetap memperhitungkan kepentingan pemegang saham dan yang berkepentingan lain. Akuntabilitas merupakan prasyarat yang diperlukan untuk mencapai kinerja yang berkesinambungan.

  c.

  Responsibilitas (Responsibility) Perusahaan harus mematuhi peraturan perundang-undangan serta melaksanakan tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan sehingga dapat terpelihara kesinambungan usaha dalam jangka panjang dan mendapat pengakuan sebagai good corporate

  citizen .

  d.

  Independensi (Independency) Untuk melancarkan pelaksanaan asas Good Corporate

  Governance, perusahaan harus dikelola secara independen

  sehingga masing-masing organ perusahaan tidak saling mendominasi dan tidak dapat diintervensi oleh pihak lain.

  e.

  Kewajaran (Fairness) Dalam melaksanakan kegiatannya, perusahaan harus senantiasa memperhatikan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya berdasarkan asas kewajaran dan kesetaraan.

3. Manfaat dan Tujuan Penerapan Good Corporate governance (GCG)

  Esensi Corporate Governance adalah peningkatan kinerja perusahaan melalui supervisi atau pemantauan kinerja menajemen dan adanya akuntabilitas manajemen terhadapa share holder dan pemakai kepentingan lainnya, berdasarkan kerangka aturan dan peraturan yang berlaku (Tri Gunarsih, 2003) Manfaat dari Good Corporate Governance adalah sebagai berikut (Putu, 2017) : a.

  Meningkatkan kinerja perusahaan melalui terciptanya proses pengambilan keputusan yang lebih baik, meningkatkan efisiensi operasional perusahaan dengan lebih baik, serta lebih meningkatkan pelayanan kepada stakeholders.

  b.

  Mempermudah diperolehnya dana pembiayaan yang lebih murah sehingga dapat lebih meningkatkan Corparate Value.

  c.

  Mengurangi agency cost, yaitu biaya yang harus ditanggung pemegang saham sebagai akibat pendelegasian wewenang kepada pihak manajemen.

  d.

  Meningkatkan nilai saham perusahaan sehingga dapat meningkatkan citra perusahaan kepada publik lebih luas dalam jangka panjang.

  e.

  Mengembalikan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia Sedangkan tujuan Good Corporate Governance (GCG) adalah sebagai berikut: a) Melindungi hak dan kepentingan pemegang saham.

  b) Melindungi hak dan kepentingan para anggota stakeholder non pemegang saham.

  c) Meningkatkan nilai perusahaan dan para pemegang saham.

  d) Meningkatkan effisiensi dan efektifitas kerja dewan pengurus atau dan manajemen perusahaan.

  Board of Directirs

  e) Meningkatkan mutu hubungan Board of Directors dengan manajemen senior perusahaan

4. Mekanisme Good Corporate Governance (GCG)

  Menurut Tri Junawatiningsih, Puji Harto (2014) mengatakan bahwa mekanisme Good Corporate Governance (GCG) terdiri dari dua mekanisme, yaitu: a.

  Mekanisme Internal Corporate Governance Mekanisme pengendalian yang melibatkan pihak internal perusahaan. Pihak-pihak yang terlibat contohnya kepemilikan saham, dewan komisaris, dewan direksi, sekertaris, karyawan, dll.

  b.

  Mekanisme Eksternal Corporate Governance Mekanisme eksternal corporate governance merupakan pengendalian yang berasal dari eksternal perusahaan. pihak-pihak eksternal yang terlibat diantaranya auditor eksternal, Institusi keungan sebagai kreditor dalam pemberi pinjaman dana.

  Menurut Pontoh et al. (2013:164) dalam (Febry, 2017) Corporate

  

Governance adalah serangkaian mekanisme yang dapat melindungi

  pihak-pihak minoritas (outside investors/minority shareholders) dari ekspropriasi yang dilakukan para manajer dan pemegang saham pengendali dengan penekanan pada mekanisme legal. Mekanisme dalam pengawasan Corporate Governance dibagi dalam dua kelompok yaitu mekanisme internal dan eksternal. Mekanisme internal adalah cara untuk mengendalikan perusahaan menggunakan struktur dan proses internal seperti rapat umum pemegang saham (RUPS), komposisi dewan direksi, komposisi dewan komisaris dan pertemuan dengan board of director sedangkan mekanisme eksternal adalah cara mempengaruhi perusahaan selain dengan menggunakan mekanisme internal, seperti pengendalian oleh perusahaan dan pengendalian pasar (Kusrinanti, 2012:17) dalam (Febry, 2017). Dalam penelitian ini, terdapat tiga elemen dari mekanisme Corporate

  

Governance yang diduga memiliki pengaruh terhadap kinerja

  keuangan perusahaan, yaitu: 1). Dewan Komisaris

  Pembentukan dewan komisaris merupakan salah satu mekanisme yang digunakan untuk memonitor kinerja manajer. Surat Keputusan Direksi PT. Bursa Efek Jakarta BEJ Nomor: Kep-315/BEJ/06-2000 mengharuskan perusahaan yang terdaftar di bursa efek untuk memiliki dewan komisaris yang memonitor perusahaan agar tercipta Good Corporate Governance di Indonesia Secara hukum dewan komisaris bertugas melakukan pengawasan dan memberikan nasehat kepada direksi. Dalam melakukan pemantauan terhadap direksi, dewan komisaris memastikan bahwa direksi telah menindaklanjuti temuan audit dan rekomendasi dari satuan kerja audit intern Bank (SKAI), auditor eksternal, hasil pengawasan Bank Indonesia dan/atau hasil pengawasan otoritas lain. Dewan Komisaris dalam melaksanakan tugasnya harus mampu mengawasi dipenuhinya kepentingan semua stakeholders berdasarkan azas kesetaraan, serta mengarahkan, memantau, dan mengevaluasi pelaksanaan kebijakan strategis perusahaan ( Andri Vino, 2015).

  Tugas dewan komisaris adalah mengawasi tindak tanduk direksi dalam menjalankan perusahaannya. Untuk menjamin kelancaran perusahaan, dalam melaksanakan tugasnya direksi mengangkat beberapa orang manajer. (Kurniati,2015:173)

  Dewan komisaris sebagai organ perusahaan bertugas dan nasihat kepada dewan direksi serta memastikan bahwa perusahaan melaksanakan Good Corporate Governance. Dewan komisaris merupakan salah satu fungsi kontrol yang terdapat dalam suatu perusahaan. Fungsi kontrol yang dilakukanoleh Dewan komisaris merupakan salah satu bentuk praktis dari teori agensi. Di dalam suatu perusahaan, Dewan komisaris mewakili mekanisme internal utama untuk melaksanakan fungsi pengawasan dari principal dan mengontrol perilaku oportunis manajemen. Dewan komisaris menjebatani kepentingan principal dan manajer di dalam perusahaan (Sukandar, 2014).

  2). Dewan Direksi Dewan direksi merupakan pihak dalam suatu entitas perusahaan yang bertugas melakukan melaksanakan operasi dan kepengurusan perusahaan. Anggota dewan direksi diangkat oleh RUPS. Dewan direksi bertanggung jawab penuh atas segala bentuk operasional dan kepengurusan perusahaan dalam rangka melaksanakan kepentingan-kepentingan dalam pencapaian tujuan perusahaan. Dewan direksi juga bertanggung jawab terhadap urusan perusahaan dengan pihak-pihak eksternal seperti pemasok, konsumen, regulator dan pihak legal. Dengan peran yang begitu besar dalam pengelolaan perusahaan ini, direksi pada dasarnya memiliki hak pengendalian yang signifikan dalam pengelolaan sumber daya perusahaan dan dana dari investor (Sukandar, 2014).

  Dalam rangka pemantauan terhadap pengendalian internal bank, direksi mempunyai tanggung jawab menetapkan kebijakan, strategi serta prosedur pengendalian intern; melaksanakan kebijakan dan strategi yang telah disetujui oleh dewan komisaris; memelihara suatu struktur organisasi; memastikan bahwa pendelegasian wewenang berjalan secara efektif yang didukung oleh penerapan akuntabilitas yang konsisten dan memantau kecukupan dan efektivitas dari sistem pengendalian intern. Untuk memantau serta memastikan sistem pengendalian internal berjalan efektif, direksi melakukan langkahlangkah,antara lain ( Andri Vino, 2015). :

  a) Menugaskan para manajer atau pejabat dan staf yang bertanggungjawab dalam kegiatan atau fungsi tertentu untuk menyusun kebijakan dan prosedur pengendalian intern terhadap kegiatan operasional serta kecukupan organisasi b) Melakukan pengendalian yang efektif untuk memastikan bahwa para manajer atau pejabat dan pegawai telah mengembangkan dan melaksanakan kebijakan dan prosedur yang telah ditetapkan c) Mendokumentasikan dan mensosialisasikan struktur organisasi tanggung jawab pelaporan serta menyelenggarakan suatu sistem komunikasi yang efektif kepada seluruh jenjang organisasi Perusahaan

  d) Mengambil langkah-langkah yang tepat untuk memastikan bahwa kegiatan fungsi pengendalian intern telah dilaksanakan oleh manajer atau pejabat dan pegawai yang memiliki pengalaman dan kemampuan yang memadai e) Melaksanakan secara efektif langkah perbaikan atau rekomendasi dari auditor intern dan atau auditor ekstern, antara lain dengan cara menugaskan pegawai yang bertanggungjawab untuk melaksanakannya.

  3). Komite Audit Komite audit adalah komite yang dibentuk oleh dewan komisaris perusahaan tercatat, yang anggotanya diangkat dan diberhentikan oleh dewan komisaris untuk membantu melakukan pemeriksaan atau penelitian yang dianggap perlu terhadap pelaksanaan fungsi direksi dalam mengelola perusahaan tercatat. Keanggotaan komite audit sekurang-kurangnya terdiri dari tiga orang, dimana seorang diantaranya merupakan komisaris independen perusahaan tercatat yang sekaligus merangkap sebagai ketua komite audit , sedangkan dua anggota lainnya merupakan pihak eksternal yang independen, dan salah satu diantaranya harus memiliki kemampuan dibidang

  Komite audit bertugas memberikan pendapat profesional yang independen kepada komisaris mengenai laporan atau hal-hal yang disampaikan oleh direksi kepada dewan komisaris, serta mengindetifikasi hal-hal yang memerlukan perhatian dewan komisaris, yang meliputi:

  a) Menelaah informasi keuangan yang akan dikeluarkan oleh perusahaan seperti laporan keuangan serta proyeksi dan informasi keuangan lainnya.

b) Menelaah independendi dan objektivitas akuntan publik.

  c) Menelah kecukupan pemeriksaan yang dilakukan oleh akuntan publik untuk memastikan semua risiko yang penting telah dipertimbangkan.

  d) Menelaah efektifitas pengedalian internal perusahaan

  e) Menelaah tingkat kepatuhan perusahaan tercatat terhadap peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal dan peraturan perundangan lainnya yang berhubungan dengan kegiatan perusahaan.

  f) Melakukan pemeriksaan terhadap dugaan adanya kesalahan dalam keputusan rapat direksi ataupenyimpanan dalam pelaksanaan keputusan rapat direksi. Pemeriksaan tersebut dapat dilakukan oleh komite audit atau pihak independen yang ditunjuk oleh komite audit atas biaya

  D.

   Kinerja Keuangan

  Kinerja keuangan perusahaan adalah hasil banyak keputusan individual yang dibuat secara terus-menerus oleh manajemen. Oleh karena itu dalam menilai kinerja keuangan perusahaan diperlukan analisis dampak keuangan kumulatif dan ekonomi dari keputusan dan mempertimbangkannya dengan menggunakan ukuran komparatif. Kinerja keuangan adalah salah satu faktor yang menunjukkan efektivitas dan efisiensi suatu organisasi dalam pencapaian tujuan. Efektivitas diukur melalui kemampuan manajemen untuk memilih suatu alat yang tepat untuk mencapai tujuan. Efisien dapat diartikan sebagai perbandingan antara masukan dan keluaran ( Hastuti, 2005).

  Kinerja keuangan adalah suatu analisis yang dilakukan untuk melihat sejauh mana suatu perusahaan telah melaksanakan dan meng-gunakan sumber daya keuangan yang ada dengan baik dan benar. Pengendalian yang dilakukan oleh manajemen perusahaan dapat berupa penilaian kinerja atau prestasi seorang manajer dengan menilai atau membandingkan data keuangan perusa-haan dalam periode berjalan (Monica Weni, 2017).

  Penilaian kinerja keuangan adalah penentuan secara periodik efektivitas operasional suatu organisasi, bagian organisasi dan karyawan berdasarkan sasaran, standar dan kinerja yang telah ditetapkan sebelumnya. Penilaian kinerja keuangan perusahaan dapat dilihat dari segi analisis penilaian kinerja adalah untuk memotivasi karyawan dalam mencapai sasaran organisasi dan dalam mematuhi standar perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya agar memperoleh tindakan dan hasil yang diinginkan. Standar perilaku dapat berupa kebijakan manajemen atau rencana formal yang dituangkan dalam anggaran (Siti, 2011:16).

  Dalam mengelola perusahaan, akan jauh lebih baik jika lebih baik jika mengetahui keadaan faktual (sebenarnya) perusahaan. Keadaan ini mencakup kesehatan keuangan perusahaan, masalah-masalah yang sedang dihadapi dan peyebab-penyebabnya, serta hal-hal lain yang berhubungan dengan perusahaan. Pengetahuan yang baik tentang hal tersebut akan dapat meningkatkan mutu atau efektivitas manajemen, baik pada tahap perencanaan, pelaksanaan, pengarahan, maupun pengedalian. Salah satu cara untuk mendeteksi kesehatan suatu perusahaan dan masalah-masalah yang sedang dihadapi adalah melalui analisis rasio-rasio keuangannya. Analisis rasio adalah cara menganalisis dengan menggunakan perhitungan- perhitungan perbandingan atas data kuantitatif yang ditunjukan dalam neraca atau laporan laba rugi perusahaan (Kuswadi, 2008:2).

  Analisis kinerja keuangan diperlukan oleh manejemen perusahaan, kereditor dan para investor. Jenis rasio yang sudah biasa dipergunakan dalam dunia bisnis adalah sebagai berikut (Arief dan Edi, 2008) 1.

   Rasio Likuiditas (liquidity ratio)

  Rasio ini bertujuan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Rasio Likuiditas terdiri atas :

  a.

   Current Ratio

  Rasio ini digunakan untuk mengetahui sejauh mana aktiva lancar perusahaan digunakan untuk melunasi hutang (kewajiban) lancar yang akan jatuh tempo atau segera dibayar. Current Ration biasa digunakan untuk mengukur solvensi jangka pendek.

  b.

   Quick Ratio (acid test ratio)

  Pos persediaan tidak dihitung dalam rasio in karena persediaan merupakan pos yang paling tidak likuid dalam aktiva lancar mengingat panjangnya tahap yang dilalui untuk menjadi kas s a.

  Cash Ratio Rasio ini merupakan perbandingan antara kas yang ada diperusahaan

  

cash on hand dan di bank (termasuk surat berharga seperti deposito)

  dibandingkan dengan total hutang lancar. Rasio ini menunjukkan Total Aktiva Lancar

  Total Kewajiban Lancar

  Current Ratio

  =

  Quick Ratio

  Total Aktiva Lancar - Persediaan Total Kewajiban Lancar

  = kemampuan kas perusahaan untuk melunasi hutang lancarnya tanpa harus mengubah aktiva lancar bukan kas (piutang dan pesediaan) menjadi kas.

  Kas

  Cash Ratio =

  Total Kewajiban Lancar b. Cash Flow Liquidity Ratio

  Pendekatan lain dalam mengukur likuiditas perusahaan adalah dengan

  cash flow liquidity ratio karena penggunaan pembilang adalah merupakan

  kas dan setara kas serta diikut sertakan adalah arus kas dari hasil operasi perusahaan.

  Kas + Surat Berharga + CF from Operation

  Cash flow liquidity ratio =

  Total Kewajiban Lancar Perusahaan yang mempunyai rasio likuiditas rendah belum dapat dikategorikan mempunyai kinerja yang kurang bagus. Namun kita harus memahami terlebih dahulu mengenai kaakteristik industri perusahaan tersebut.

2. Rasio Solvabilitas (leverage)

  Rasio ini bertujuan untuk menganalisa pembelanjaan yang dilakukan berupa komposisi hutang dan modal serta kemampuan perusahaan untuk membayar bunga dan beban tetap lainnya. Rasio Solvabilitas terdiri atas : a.

   Debt Ratio

  Rasio ini membandingkan antara total hutang dan total aktiva. Para kreditur menginginkan debt ratio yang rendah karena semakin tinggi rasio ini maka semakin besar resiko para kreditur.

  Total Kewajiban

  Debt Ratio =

  Total aktiva

  b. Financial Ratio

  Rasio ini menunjukkan perbandingan hutang dan modal serta merupakan salah satu rasio yang penting karena berkaitan dengan masalah

  

treding on equity, yang dapat memberikan pengaruh positif maupun negatif

terhadap retabilitas modal sendiri dari perusahaan tersebut.

  Biaya Bunga

  Financial Ratio =

  Total Kewajiban

  c. Fixed Charge Coverage Ratio

  Rasio ini melihat sampai seberapa jauh laba usaha perusahaan sebelum dikurangi bunga pinjaman dan pajak (EBIT) dan pembayaran sewa guna usaha (lessing) dapat diandalkan untuk membayar kewajiban finansial berupa biaya bunga dan pembayaran leasing.

  Laba Operasi + Pembayaran Leasing

  Fixed Charge Coverage =

  Biaya Bunga + Pembayaran Leasing

d. Cash Flow Coverage

  Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajibannya berupa bunga dan pembayaran cicilan hutang baik berupa hutang bank maupun leasing.

  Cash Flow Cash In Flow =

  Coverage

  Deviden Preferen Angsuran Pinjaman Beban Tetap +

  • (1-Tax)

  (1-Tax)

3. Rasio Aktivitas (activity ratio)

  Rasio ini menggambarkan tingkat pendayagunaan dari harta atau sarana modal yang dimiliki perusahaan atau dengan kata lain bertujuan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam mengoperasikan dana. Rasio ini adalah sebagai berikut :

  a.

   Rasio perputaran persediaan (inventory turn over)

  Rasio ini menunjukkan berapa kali persediaan dapat berputar dalam setahun. Semakin tinggi tingkat perputaran persediaan, maka semakin cepat

  Harga Pokok Persediaan

  Inventory Turn Over =

  Persediaan b.

   Inventory days in hand

  Rasio ini menunjukkan berapa lamanya persediaan disimpan sebelum dijual.

  360 Inventory Days In Hand= Inventory Turn Over c.

   Rata-rata pencairan piutang (account receivable turn over)

  Rasio rata-rata pencairan piutang menunjukkan berapa kali piutang usaha dapat berputar dalam setahun.

  Penjualan Bersih

  Account receivable Turn Over =

  Piutang Usaha d.

   Account receivable in days (average collection period)

  Rasio hari rata-rata pengumpulan piutang menunjukan berapa lama piutang usaha dapat tertagih.

  360

  Account Receivable In Days = Account Receivable turn over Rasio perputaran menunjukkan berapa kali hutang usaha dapat berputar dalam setahun.

  Atau f.

   Account Payable In Days

  Rasio ini menunjukan berapa lama hutang usaha dilunasi oleh perusahaan.

  g.

   Working capital turnover

  Rasio ini menunjukan kemampuan modal kerja berputar dalam satu siklus kas (cash cycle) dari perusahaan.

  Account Payable Turn Over =

  Harga Pokok Penjualan Hutang Usaha

  Account Payable Turn Over =

  Jumlah Pembelian Hutang usaha

  Account Payable In Days=

  360

  Account Payable Turn Over Working Capital Turn Over =

  Aktiva Lancar

  • – Hutang Lancar Penjualan Bersih
Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menggelola aset atau investasi untuk menghasilkan penjualan.

  Penjualan Bersih

  Asset Turn Over =

  Total Aktiva i.

   Net fixed asset turn over

  Rasio ini menunjukan kemampuan perusahaan dalam mengelola seluruh aktiva tetap bersih untuk menghasilkan penjualan.

  Penjualan Bersih

  Net Fixed Asset Turn Over =

  Total Aktiva Tetap (net)

4. Rasio Profitabilitas (profitability ratio)

  Rasio profitabilitas bertujuan untuk mengukur efektivitas manajemen yang tercermin pada imbalan atas hasi investasi melalui kegiatan perusahaan atau dengan kata lain mengukur kinerja perusahaan secara keseuruhan dan efisiensi dalam mengelolaan kewajiban dan modal.

  a. Gross profit margin Rasio ini menunjukkan berapa besar keuntungan kotor yang deperoleh dari menjual produk.

  Laba Kotor Gross Profit Margin =

  Penjualan b. Net profit margin atau return on sales (ROS) Rasio net profit margin menunjukkan berapa besar keuntungan bersih yang diperoleh perusahaan. Jika profit margin perusahaan lebih rendah dari rata-rata industrinya, maka hal ini dapat disebabkan oleh harga jual perusahaan lebih rendah dari pada perusahaan pesaing atau harga pokok penjualan lebih rendah dari pada perusahaan pesaing atau harga pokok penjualan lebih tinggi dari perusahaan pesaing, ataupun kedua-duanya.

  Laba Bersih

  Net Profit Margin =

  Penjualan Bersih c.

  Cash flow margin

  Cash flow margin adalah persentase aliran kas dari hasil operasi

  terhadap penjuannya. Cash flow margin mengukur kemampuan perusahaan untuk merubah penjualan menjadi aliran kas Arus Kas Hasil Operasi

  Cash Flow Margin =

  Penjualan Bersih d. Return on asset (ROA) atau return on investment (ROI)

  Rasio return on asset mengukur tingkat pengembalian dari bisnis atas seluruh asset yang ada. Atau rasio ini menggambarkan efisiensi pada dana yang digunakan dalam perusahan, oleh karena itu

  Laba Bersih

  Return On Asset =

  Total Aktiva Penilaian kinerja keuangan perusahaan dengan menggunakan rasio- rasio keuangan. Rasio-rasio ini digunakan untuk memberikan indikasi apakah manajemen untuk mengenai penilaian investor terhadap kinerja perusahaan dan prospek dimasa yang akan datang. Rasio yang umum dan sering digunakan dalam menilai kinerja keuangan yatiu Tobin’s Q.

  Rasio

  Tobin”s Q dinilai sebagai salah satu rasio yang memberikan

  informasi yang terbaik . Tobin’s Q digunakan sebagai ukuran penelitian pasar (Klapper dan Love, 2002 ). Nama Tobin’s Q berasal dari James Tobin dari Yale University setelah dia memperoleh hadiah nobel Faktor-faktor

  Yang Mempengaruhi Kinerja Keuangan.

  E.

   Tobin’s Q Tobin’s Q adalah indikator untuk mengukur kinerja perusahaan,

Dokumen yang terkait

PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KINERJA KEUANGAN (Studi Empiris Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2013)

0 7 17

PENGARUH EFEKTIVITAS PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KETEPATAN WAKTU PELAPORAN KEUANGAN (Studi Empiris pada Perusahaan BUMN yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia)

0 29 22

PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN (Studi Empiris Pada Perusahaan LQ-45 yang Terdaftar di BEI Tahun 2012-2014)

2 11 72

PENGARUH PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KINERJA KEUANGAN (Studi Empiris Pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2010-2012)

0 2 12

PENGARUH CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR), DAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KINERJA KEUANGAN (Studi Empiris pada Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2014) - Perbanas Institutional Repository

0 0 10

PENGARUH CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR), DAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KINERJA KEUANGAN (Studi Empiris pada Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2014) - Perbanas Institutional Repository

0 0 16

PENGARUH CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR), DAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KINERJA KEUANGAN (Studi Empiris pada Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2014) - Perbanas Institutional Repository

0 0 28

PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP AUDIT REPORT LAG (Studi pada Perusahaan Sektor Properti dan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012-2014) Repository - UNAIR REPOSITORY

0 0 16

PENGARUH CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY DAN MEKANISME GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP NILAI PERUSAHAAN (Studi Empiris Pada Perusahaan Bumn Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2010 -2012)

0 0 23

ANALISIS PENGARUH PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP NILAI PERUSAHAAN (Studi Pada Perusahaan Property & Real Estate Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2013-2015) - UNS Institutional Repository

0 2 16