PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN (Studi Empiris Pada Perusahaan LQ-45 yang Terdaftar di BEI Tahun 2012-2014)

(1)

CORPORATE FINANCIAL PERFORMANCE

(Emphirical Study in LQ-45 Corporates that Has Been Listed in Indonesian Stock Exchange In 2012-2014)

By

ARJUNA FRANS SISKO

This research aimed to analyze the implementation of good corporate governance that affected the corporate financial performance. The factors in this research were the transparency, the institutional ownership, the managerial ownership, and the independent commissioner as independent variables, then the corporate financial performance was measured by return on asset, debt to asset ratio and cash ratio as dependent variables.

This research was using purposive sampling method and was obtained 14

corporates in the LQ-45 members that conformed the criteria in this research. The data used was secondary data, that was the annual report of the corporates in 2012 to 2014. In order to prove the hypothesis, writer did regression testing that began with the classical assumption.

The results showed that the institutional ownership had positive effect to the financial performance, but the independent commissioner had no effect to the financial performance, meanwhile the transparency and the managerial ownership had a negative influence to the financial performance.

Keywords: return on assets, debt to asset ratio, cash ratio, transparency, institutional ownership, managerial ownership, and independent commissioner.


(2)

PENGARUHGOOD CORPORATE GOVERNANCETERHADAP KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN

(Studi Empiris Pada Perusahaan LQ-45 yang Terdaftar di BEI Tahun 2012-2014)

Oleh

ARJUNA FRANS SISKO

Penelitian ini bertujuan untuk menguji penerapangood corporate governance yang mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan. Adapun faktor-faktor yang diteliti berupa transparansi, kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, dan komisaris independen sebagai variabel independen, serta kinerja keuangan perusahaan yang diukur denganreturn on asset,debt to asset ratio, dancash ratio sebagai variabel dependen.

Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah metodepurposive sampling dan diperoleh 14 perusahaan dalam anggota LQ-45 yang memenuhi kriteria dalam penelitian. Data yang digunakan adalah data sekunder, yaitu laporan tahunan perusahaan pada tahun 2012 sampai 2014. Guna membuktikan hipotesis, dilakukan pengujian regresi berganda yang diawali dengan uji asumsi klasik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan, namun komisaris independen tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan, sedangkan transparansi dan kepemilikan manajerial memiliki pengaruh negatif terhadap kinerja keuangan.

Kata kunci:return on asset,debt to asset ratio,cash ratio, transparansi, kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, dan komisaris independen.


(3)

Oleh:

Arjuna Frans Sisko

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA EKONOMI

Pada Jurusan Akuntansi

Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Lampung

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(4)

(Studi Empiris Pada Perusahaan LQ-45 yang Terdaftar di BEI Tahun 2012-2014)

(Skripsi)

Oleh:

Arjuna Frans Sisko

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(5)

2.1 Model Kerangka Pikir ... 31

4.1 Hasil Uji NormalitasROA... 58

4.2 Hasil Uji NormalitasDebt to Asset Ratio ... 59

4.3 Hasil Uji NormalitasCash Ratio ... 61

4.4 Hasil Uji HeteroskedastisitasROA... 66

4.5 Hasil Uji HeteroskedastisitasDebt to Asset Ratio... 67


(6)

Halaman

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang dan Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS ... 8

2.1 Landasan Teori ... 8

2.1.1 Teori Agensi ... 8

2.1.2 TeoriSignalling ... 10

2.2 Kinerja Keuangan ... 12

2.3 Corporate Governance ... 15

2.3.1 PengertianCorporate Governance ... 15

2.3.2 TujuanCorporate Governance ... 16


(7)

2.3.4 MekanismeGood Corporate Governance... 22

2.4 Penelitian Terdahulu ... 26

2.5 Kerangka Pemikiran ... 28

2.6 Pengembangan Hipotesis ... 32

2.6.1 Pengaruh Transparansi terhadap Kinerja Keuangan Perusaahaan 32 2.6.2 Pengaruh Kepemilikan Institutional terhadap Kinerja Keuangan Perusaahaan ... 33

2.6.3 Pengaruh Kepemilikan Manajerial terhadap Kinerja Keuangan Perusaahaan ... 35

2.6.4 Pengaruh Komisaris Independen terhadap Kinerja Keuangan Perusaahaan ... 36

III. METODOLOGI PENELITIAN ... 38

3.1 Jenis dan Sumber Data ... 38

3.2 Populasi dan Sampel ... 38

3.3 Pengukuran Variabel Penelitian ... 39

3.3.1 Kinerja Keuangan ... 39

3.3.2 Transparansi ... 41

3.3.3 Kepemilikan Institusional ... 42

3.3.4 Kepemilikan Manajerial ... 42

3.3.5 Komisaris Independen ... 43

3.4 Metode Analisis Data ... 43


(8)

3.4.2 Uji Asumsi Klasik ... 44

3.4.2.1 Uji Normalitas ... 44

3.4.2.2 Uji Multikolonieritas ... 45

3.4.2.3 Uji Heteroskedastisitas ... 45

3.4.2.4 Uji Autokorelasi ... 46

3.5 Pengujian Hipotesis ... 46

3.5.1 Analisis Regresi Linier Berganda ... 46

3.5.2 Koefisien Determinasi (R2) ... 47

3.5.3 Uji T Atau UjiParsial ... 48

3.5.4 Uji Statistik F ... 48

IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 49

4.1 Analisis Data ... 49

4.2 Statistik Deskriptif ... 49

4.3 Pengujian Asumsi Klasik ... 56

4.3.1 Uji Normalitas ... 56

4.3.2 Uji Multikolinearitas ... 62

4.3.3 Uji Autokorelasi ... 63

4.3.4 Uji Heteroskedastisitas ... 65

4.4 Uji Hipotesis ... 68

4.4.1 Uji Koefisien Determinasi ... 68

4.4.2 Uji Signifikansi Model (ANOVA) ... 70


(9)

4.5 Pembahasan ... 75

4.5.1 Pengaruh Transparansi terhadapROA ... 75

4.5.2 Pengaruh Transparansi terhadapCash Ratio ... 76

4.5.3 Pengaruh Transparansi terhadapDebt To Asset Ratio ... 77

4.5.4 Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadapROA... 78

4.5.5 Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadapCash Ratio ... 79

4.5.6 Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadapDebt To Asset Ratio ... 80

4.5.7 Pengaruh Kepemilikan Manajerial terhadapROA ... 80

4.5.8 Pengaruh Kepemilikan Manajerial terhadapCash Ratio ... 81

4.5.9 Pengaruh Kepemilikan Manajerial terhadapDebt To Asset Ratio ... 82

4.5.10 Pengaruh Komisaris Independen terhadapROA ... 82

4.5.11 Pengaruh Komisaris Independen terhadapCash Ratio... 83

4.5.12 Pengaruh Komisaris Independen terhadapDebt To Asset Ratio ... 84

V. SIMPULAN DAN SARAN ... 85

5.1 Simpulan ... 85

5.2 Keterbatasan Penelitian ... 87

5.3 Saran ... 87 DAFTAR PUSTAKA


(10)

Lampiran I

 Daftar Sampel Penelitian Perusahaan LQ-45

 Daftar Item Pengungkapan Sukarela Corporate Governance  Proporsi Data Indeks Pengungkapan Sukarela

 Proporsi Dewan Komisaris Independen  Proporsi Kepemilikan Institutional  Proporsi Kepemilikan Manajerial  Return On Assets

Debt RatioCash Ratio Lampiran II

• Hasil Pengolahan Data Menggunakan Spss 21.0 Variabel DependenRoa

Lampiran III

• Hasil Pengolahan Data Menggunakan Spss 21.0 Variabel Dependen Debt Ratio

Lampiran IV

• Hasil Pengolahan Data Menggunakan Spss 21.0 Variabel Dependen Cash Ratio


(11)

2.1 Item Voluntary Disclosure ... 18

2.2 Penelitian Terdahulu ... 26

4.1 Hasil PerhitunganDescriptive Statistics ... 50

4.2 Hasil Uji NormalitasROA ... 57

4.3 Hasil Uji NormalitasDebt to Asset Ratio ... 59

4.4 Hasil Uji NormalitasCash Ratio ... 60

4.5 Hasil Uji Multikolinearitas ... 62

4.6 Hasil Uji AutokorelasiROA ... 63

4.7 Hasil Uji AutokorelasiDebt to Asset Ratio ... 64

4.8 Hasil Uji AutokorelasiCash Ratio ... 65

4.9 Hasil Uji Koefisien DeterminasiROA ... 68

4.10 Hasil Uji Koefisien DeterminasiDebt to Asset Ratio ... 68

4.11 Hasil Uji Koefisien DeterminasiCash Ratio ... 69

4.12 Hasil Uji FROA ... 70

4.13 Hasil Uji FDebt to Asset Ratio ... 70

4.14 Hasil Uji FCash Ratio ... 71

4.15 Hasil Uji TROA ... 72

4.16 Hasil Uji TDebt to Asset Ratio ... 73

4.17 Hasil Uji TCash Ratio ... 73


(12)

(13)

(14)

(15)

“Don't be negative, be positive!”

(Bloodseeker)

“Never ever give up, cause come back is real”

(valve-dota 2)

Bukan kecerdasan anda, melainkan sikap andalah yang yang akan mengangkat anda dalam kehidupan

(Nabi Muhammad SAW)

“No matter how much you fall, the things you have to do is stand up and keep moving forward”


(16)

Dengan mengucapkan syukur alhamdulillah kepada Allah. SWT yang telah memberikan nikmat, rahmat, dan karunia-Nya. Ku persembahkan skripsi ini sebagai

salah satu tanda bakti, tanggung jawab, dan cintaku kepada:

KeluargakuAyahanda Arsis, Ibunda Kolbiyati, dan adik-adikku Firmandes Sisko dan Mauli Kurnia Ilahiyang tiada henti-hentinya selalu memberikan doa,

nasihat, dukungan, dan telah banyak berkorban serta selalu menantikan keberhasilanku.

Untuk semua sahabat-sahabat terbaikku yang selalu ada, membantu, memberikan saran dan dukungan kepadaku selama ini.

Almamater tercinta Universitas Lampung tempatku memperoleh ilmu dan merancang mimpi yang menjadi sebagian jejak langkahku menuju kesuksesan.


(17)

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung, pada tanggal 21 Desember 1993, sebagai anak pertama dari tiga bersaudara, dari pasangan bapak Arsis dan ibu Kolbiyati.

Penulis menyelesaikan pendidikan taman kanak-kanak Al-Azhar, Bandar Lampung, Lampung pada tahun 1999. Menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di SD Al-Azhar, Bandar Lampung, Lampung pada tahun 2005. Menyelesaikan pendidikan sekolah menengah pertama di SMP Al-Kautsar, Bandar Lampung, Lampung pada tahun 2008. Kemudian pada tahun 2011, penulis menyelesaikan pendidikan sekolah menengah atas di SMA negeri 5, Bandar Lampung, Lampung.

Selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan di Fakultas Ekonomi dan bisnis, Jurusan Akuntansi pada tahun 2011 melalui jalur snmptn. Selama menjadi mahasiswa, penulis mengikuti beberapa organisasi, yaitu sebagai anggota dari Kelompok Studi Pasar Modal (KSPM) tahun 2012, sebagaicorporate managerdariexternal

relation/business developmenttahun 2014 danOrganizing Committee of external relation in winter projecttahun 2015 di organisasi international AIESEC Unila. Penulis lulus ujian skripsi pada Jumat, 27 November 2015.


(18)

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang dan Masalah

Perusahaan adalah tempat terjadinya kegiatan produksi dan berkumpulnya semua faktor produksi. Terdapat perusahaan yang terdaftar di pemerintah dan ada pula yang tidak. Bagi perusahaan yang terdaftar di pemerintah, mereka mempunyai badan usaha untuk perusahaannya. Badan usaha ini adalah status dari perusahaan tersebut yang terdaftar di pemerintah secara resmi. Perusahaan dalam melakukan aktivitasnya dalam memperoleh keuntungan setiap periode selalu melaporkan kinerja perusahaan kepada pemilik perusahaan melalui laporan keuangan.

Laporan keuangan merupakan media komunikasi antara pemilik dan pengelola perusahaan. Laporan keuangan juga merupakan sumber informasi yang dapat menunjukkan kinerja dan prestasi suatu perusahaan dalam menghasilkan laba. Laporan keuangan sebagai bentuk pertanggungjawaban manajemen kepada pihak pemilik perusahaan dalam pengelolaan sumber daya perusahaan yang telah dipercayakan kepadanya. Laporan keuangan harus dibuat berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) dan penyajiannya harus bermanfaat bagi pengguna dalam pengambilan keputusan. Pihak-pihak yang membutuhkan informasi keuangan antara lain investor, karyawan, kreditur, pemerintah dan masyarakat. Pihak ini yang kemudian akan mengukur kinerja perusahaan melalui laporan keuangan (Paramita, 2014).


(19)

Kinerja keuangan adalah suatu analisis yang dilakukan untuk melihat sejauh mana suatu perusahaan telah melaksanakan aktivitasnya dengan menggunakan aturan-aturan pelaksanaan keuangan secara baik dan benar. Kinerja perusahaan merupakan suatu gambaran tentang kondisi keuangan suatu perusahaan yang dianalisis dengan alat-alat analisis keuangan, sehingga dapat diketahui mengenai baik buruknya

keadaan keuangan suatu perusahaan yang mencerminkan prestasi kerja dalam periode tertentu. Hal ini sangat penting agar sumber daya digunakan secara optimal dalam menghadapi perubahan lingkungan (Fahmi, 2011). Penilaian kinerja keuangan merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan oleh pihak manajemen agar dapat memenuhi kewajibannya terhadap Investor dan juga untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh perusahaan.

Teori agensi menjelaskan adanya konflik yang terjadi antara pemilik dan pengelola dalam perusahaan dan melatarbelakangi adanyagood corporate governance(GCG) untuk memperkecil terjadinyaearning management didalam perusahaan. Didalam konflik ini terjadi biaya yang disebutagency cost. Dengan hadirnyagood corporate governance, agen akan terdorong untuk meningkatkan kinerjanya dan dapat

mengurangi konflik keagenan antara pemilik dan pengelola perusahaan, serta memperkecil pengeluaranagency cost. Oleh karena itugood corporate governance diperlukan untuk mengurangi masalah yang timbul dari teori agensi tersebut dan diharapkan dapat meningkatkan kinerja keuangan perusahaan.

Good corporate governanceberkaitan juga dengan teorisignallingsebab, menurut Paramita (2014) teorisignallingmenjelaskan bahwa pemberian sinyal dilakukan oleh


(20)

manajer untuk mengurangiasimetri informasi. Teorisignallingmenekankan kepada pentingnya informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan terhadap keputusan investasi pihak di luar perusahaan. Informasi merupakan unsur penting bagi investor dan pelaku bisnis karena informasi pada hakekatnya menyajikan keterangan dan catatan baik untuk keadaan masa lalu, saat ini, maupun keadaan masa yang akan datang bagi kelangsungan hidup suatu perusahaan. Informasi yang lengkap, relevan, akurat dan tepat waktu sangat diperlukan oleh investor di pasar modal sebagai alat analisis untuk mengambil keputusan investasi. Hadirnyagood corporate governancemampu untuk mengurangiasimetri informasi yang terjadi dari pihak perusahaan, sehingga investor dan kreditor mau menanamkan modalnya ke perusahaan karena mereka merasa telah mengetahui perusahaan. Hal ini kemudian diharapkan mampu meningkatkan kinerja keuangan perusahaan.

Salah satu jenis informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan yang dapat menjadi signal bagi pihak di luar perusahaan, terutama bagi pihak investor adalah laporan tahunan. Informasi yang diungkapkan dalam laporan tahunan dapat berupa informasi akuntansi yaitu informasi yang berkaitan dengan laporan keuangan dan informasi non-akuntansi yaitu informasi yang tidak berkaitan dengan laporan keuangan. Semua investor memerlukan informasi untuk mengambil keputusan bagi setiap perusahaan sehingga dapat menanamkan modalnya dengan risiko yang ditanggung pihak investor sendiri. Jika suatu perusahaan ingin sahamnya dibeli oleh investor maka perusahaan harus melakukan pengungkapan laporan keuangan secara terbuka dan transparan.


(21)

Hadirnyagood corporate governancedalam perusahaan di Indonesia menjadi sangat diperlukan, dimanagood corporate governancemensyaratkan suatu pengelolaan yang baik.Good corporate governancemerupakan sistem yang mampu memberikan perlindungan dan jaminan hak kepada stakeholders, dapat mengurangi konflik antara pemilik dan pengelola perusahaan yang pada akhirnya akan mengurangiagency cost yang dikeluarkan pemilik perusahaan, serta dapat mengurangiasimetri informasi yang timbul dari pihak manajemen. Penerapangood corporate governancedirasa mampu memberikan kemajuan terhadap kinerja suatu perusahaan khususnya dalam meningkatkan kualitas laporan keuangan dan mengurangi tindakan manajer untuk melakukan manipulasi laporan keuangan sehingga kinerja keuangan perusahaan meningkat (Paramita, 2014).

Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Gultom (2014) dengan pendekatan yang berbeda dari segi sampel penelitian, tahun penelitian dan variabel penelitian.

Penelitian ini bertujuan untuk meneliti apakahgood corporate governancedapat mempengaruhi kinerja keuangan, sehingga dapat dijadikan referensi bagi para investor untuk mengambil keputusan dengan melihat kinerja perusahaan melalui penerapangood corporate governance. Pada penelitian sebelumnya variabel yang digunakan adalah ukuran dewan direksi, ukuran dewan komisaris, proporsi komisaris independen dancapital adequacy ratio, sedangkan pada penelitian ini penulis


(22)

perusahaan adalah transparansi perusahaan, proporsi kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, dan komisaris independen.

Alasan penulis memilih faktor-faktor tersebut adalah berasal dari penelitian

sebelumnya yang beragam, yaitu: transparansi yang di proksikan oleh pengungkapan sukarela (voluntary disclosure) berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan (Palinda, 2011). Lalu kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan dalam Nuraeni (2010), Humairah (2014) dan Hastuti (2011). Kemudian Kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan dalam Nuraeni (2010) namun hasil penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian Prahesti dan Abundanti (2015) yang mana kepemilikan institusional berpengaruh negatif terhadap kinerja perusahaan. Kemudian komisaris independen berpengaruh negatif terhadap kinerja keuangan dalam Lisa (2013) akan tetapi hasil penelitian ini berbeda dari penelitian Prahesti dan Abundanti (2015) yang mengatakan bahwa komisaris Independen berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan. Kemudian perbedaan selanjutnya dengan penelitian sebelumnya adalah peneliti menggunakan tiga rasio agar lebih akurat dalam menggambarkan kinerja keuangan, yaitu rasio profitabilitas, likuiditas, dan solvabilitas.

Maka, berdasarkan fenomena diatas, maka penulis tertarik mengambil judul “PengaruhGood Corporate GovernanceTerhadap Kinerja Keuangan Perusahaan”.


(23)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka permasalahan yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah Transparansi berpengaruh terhadap kinerja keuangan?

2. Apakah kepemilikan institusional berpengaruh terhadap kinerja keuangan? 3. Apakah kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap kinerja keuangan? 4. Apakah komisaris independen berpengaruh terhadap kinerja keuangan?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penerapangood corporate governanceterhadap kinerja keuangan perusahaan yang diukur dengan menggunakan rasioreturn on asset,cash ratiodandebt to asset ratio dengan sampel perusahaan yang terdaftar dalam kelompok LQ45.

1.4 Manfaat Penelitian

a. Bagi Peneliti

Hasil Penelitian ini diharapkan dapat memberikan nilai tambah berupa pengetahuan dan wawasan mengenai pengaruhgood corporate governanceterhadap kinerja keuangan


(24)

b. Bagi Perusahaan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang bermanfaat untuk pertimbangan dalam rangka meningkatkan kinerja perusahaan.

c. Bagi Investor

Dapat memberikan masukan bagi para investor sebagai referensi dan pertimbangan untuk pengambilan keputusan mengenai investasi pada perusahaan yang telah menerapkangood corporate governancedengan baik.

d. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan bagi kemajuan akademis dan dapat dijadikan acuan atau referensi untuk penelitian berikutnya.


(25)

TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Teori Agensi

Teori agensi dapat digunakan untuk memahami hubungan antara pihak manajemen dengan pemilik perusahaan. Teori ini berkata bahwa terdapat pemisahan antara pemilik perusahaan dan pengelola perusahaan cenderung menimbulkan konflik keagenan dimana terdapat perbedaan kepentingan antara pemilik perusahaan (investor) dengan pengelola perusahaan (manajemen). Konflik kepentingan yang disebabkan oleh kemungkinan agen tidak selalu bertindak sesuai dengan keinginan prinsipal dapat mendorong timbulnyaagency cost(Prena, 2012).

Teori agensi menjelaskan timbulnya keinginan pihak manajemen untuk memanipulasi laba. Karena sebagai pengelola perusahaan, manajer (agent) bertanggung jawab untuk meningkatkan kinerja perusahaan dan memberikan keuntungan kepada para pemilik perusahaan (principal) secara optimal, kemudian sebagai imbalannya pihak manajer akan memperoleh bonus dari prinsipal sesuai dengan perjanjian yang telah dibuat. Oleh karena itu terdapat dua kepentingan yang berbeda didalam perusahaan dimana kedua belah pihak ingin mencapai suatu tujuan yang menguntungkan dirinya, sehingga membuat pihak manajemen ingin melakukan manipulasi laba untuk mendapatkan bonus yang telah dijanjikan.


(26)

Laporan keuangan adalah media yang digunakan antara manajemen dengan pemilik untuk berkomunikasi. Laporan keuangan yang dilaporkan oleh agen sebagai

pertanggungjawaban kinerjanya digunakan pemilik untuk menilai, mengukur dan mengawasi sampai sejauh mana agen tersebut bekerja untuk meningkatkan

kesejahteraannya, serta sebagai dasar memberikan kompensasi kepada agen. Manajer sebagai agen secara moral bertanggung jawab untuk mengoptimalkan keuntungan para pemilik, namun disisi lain manajer juga mempunyai kepentingan untuk memaksimalkan kesejahteraan mereka, sehingga memungkinkan agen untuk tidak selalu bertindak demi kepentingan terbaik pemilik dan melakukan manipulasi laporan keuangan (Ferdawati, 2010)

Dalam hubungan keagenan antara pemilik perusahaan dengan manajer perusahaan memungkinkan manajer untuk memilih prosedur akuntansi yang meningkatkan laba. Dikarenakan manajer ingin mendapatkan bonus dari pihak pemilik perusahaan dihitung dari laba yang diperoleh perusahaan. Alasan lainnya untuk menunjukkan kinerja yang baik, sehingga dapat memikat investor dan kreditur untuk memberikan dana ke perusahaannya dan meyakinkan mereka bahwa perusahaan dapat menutup hutang-hutangnya dengan laba yang diperoleh dan mengurangi resiko utang tidak dibayar.

Berdasarkan teori agensi inilah, penerapangood corporate governancediperlukan didalam perusahaan untuk mengurangiagency costdan meningkatkan kinerja keuangan perusahaan.


(27)

2.1.2 Teori Signalling

Menurut Nugroho dan Mutmainah (2012) teorisignallingmenjelaskan bahwa pemberian sinyal dilakukan oleh manajer untuk mengurangiasimetri informasi yang mana perusahaan lebih banyak mengetahui informasi dan prospek perusahaan ke depan daripada pihak luar perusahaan (investor dan kreditor). Adanyaasimetri informasiinilah yang menyebabkan investor dan kreditor enggan untuk

menginvestasikan dananya ke perusahaan dan menjadikan kinerja perusahaan

menurun. Perusahaan dapat meningkatkan kinerja perusahaannya dengan mengurangi asimetri informasitersebut, sehingga investor dan kreditor tertarik untuk

menginvestasikan dananya karena dianggap telah mengetahui perusahaan seutuhnya melalui laporan keuangan.

Menurut Wulan (2013) jenis-jenisasimetri informasiada dua, yaitu: 1.Adverse Selection

Informasi yang diperoleh antara satu pihak dan lainnya berbeda ketika akan atau melangsungkan suatu transaksi bisnis.Adverse selectionmuncul ketika manajer lebih mengetahui semua tentang perusahaan daripada investor.

2.Moral Hazard

Jenis informasi yang muncul akibat satu pihak dapat mengamati pihak lain, tetapi pihak lain tidak dapat mengamatinya.Moral hazardmuncul karena adanya

pemisahan kepemilikan dan pengendalian yang merupakan karakter sebagian besar entitas bisnis besar.


(28)

Teorisignallingberfokus kepada pentingnya informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan terhadap pihak di luar perusahaan. Informasi merupakan unsur penting bagi investor dan pelaku bisnis lainnya karena informasi perusahaan yang

dikeluarkan menyajikan keterangan, catatan atau gambaran perusahaan baik untuk keadaan masa lalu, saat ini, maupun keadaan masa yang akan datang bagi

kelangsungan hidup suatu perusahaan. Informasi yang lengkap, relevan, akurat dan tepat waktu sangat diperlukan oleh investor di pasar modal sebagai alat analisis untuk mengambil keputusan investasi. Pengumuman informasi akuntansi memberikan signal bahwa perusahaan mempunyai prospek yang baik di masa mendatang (good news) sehingga investor tertarik untuk melakukan perdagangan saham, dengan demikian pasar akan bereaksi yang tercermin melalui perubahan dalam volume perdagangan saham. Dengan demikian hubungan antara publikasi informasi baik laporan keuangan, kondisi keuangan ataupun sosial politik terhadap fluktuasi volume perdagangan saham dapat dilihat dalam efisiensi pasar (Putra, 2013).

Salah satu jenis informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan yang dapat menjadi signal bagi pihak di luar perusahaan, terutama bagi pihak investor adalah laporan tahunan. Informasi yang diungkapkan dalam laporan tahunan dapat berupa informasi akuntansi yaitu informasi yang berkaitan dengan laporan keuangan dan informasi non-akuntansi yaitu informasi yang tidak berkaitan dengan laporan keuangan. Semua investor memerlukan informasi untuk mengambil keputusan bagi setiap perusahaan sehingga dapat menanamkan modalnya dengan risiko yang ditanggung pihak investor


(29)

sendiri. Jika suatu perusahaan ingin sahamnya dibeli oleh investor maka perusahaan harus melakukan pengungkapan laporan keuangan secara terbuka dan transparan.

Berdasarkan teorisignallingmaka investor dan kreditor menginginkan pengungkapan oleh perusahaan seluas-luasnya untuk mengurangiasimetri informasi. Sehingga hadirnyagood corporate governancediharapkan mampu untuk membuat perusahaan memberikan informasi kepada investor dan kreditor secara transparan, sehingga dapat meningkatkan kinerja perusahaan.

2.2 Kinerja Keuangan

Kinerja keuangan merupakan salah satu faktor yang menunjukkan efektifitas dan efisiensi suatu organisasi atau perusahaan dalam rangka mencapai tujuannya (Putra, 2013).

Perusahaan sebagai bentuk organisasi pada umumnya memiliki tujuan yang ingin dicapai dalam usaha untuk memenuhi kepentingan para anggotanya. Keberhasilan dalam mencapai tujuan perusahaan berbanding lurus pada kinerja perusahaan selama periode berjalan. Apabila kinerja perusahaan baik, kemungkinan tujuan perusahaan tercapai semakin besar. Kinerja suatu perusahaan dapat diukur agar bisa dipakai sebagai dasar pengambilan keputusan baik pihak internal maupun eksternal.

Kinerja perusahaan merupakan gambaran tentang kondisi keuangan suatu perusahaan yang dianalisis dengan alat-alat analisis keuangan, sehingga dapat diketahui


(30)

prestasi kerja pada masa lalu ataupun kondisi perusahaan di masa yang akan datang. Penilaian kinerja keuangan merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan oleh pihak manajemen agar dapat menganalisis kinerjanya selama satu periode demi memenuhi kewajibannya terhadap para investor dan juga untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh perusahaan.

Wulandari (2006) menegaskan bahwa kinerja merupakan sebuah konsep yang sulit, baik definisi maupun dalam pengukurannya, karena sebagai sebuah konstruk, kinerja bersifat multidimensional dan oleh karena itu pengukuran dengan menggunakan dimensi pengukuran tunggal tidak mampu memberikan pemahaman yang komprehensif. Sehingga ukuran kinerja yang cocok dan layak tergantung pada keadaan unik yang dihadapi oleh peneliti.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakanreturn on assets(ROA) yang mewakili rasioprofitabilitas,cash ratio(rasio kas) yang mewakili rasiolikuiditas, dandebt to asset ratioyang mewakili rasiosolvabilitasuntuk mengukur kinerja perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian ini.

ROAmerupakan salah satu rasioprofitabilitasyang digunakan untuk mengukur sejauh mana perusahaan dapat menghasilkan laba dari tingkat asset tertentu yang dimiliki perusahaan (Hanafi dan Halim, 2007). Semakin tinggi laba yang dihasilkan oleh perusahaan maka semakin tinggiROAyang berarti semakin tinggi juga kinerja perusahaan tersebut.ROAjuga sering digunakan untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan seperti yang dilakukan dalam penelitian Jumandani (2012), Doni (2011),


(31)

dan Iskandarsyah (2010). Oleh karena itu peneliti menggunakanROAsebagai salah satu alat analisis yang menggambarkan kinerja keuangan perusahaan. Maka dalam penelitian ini diharapkan bahwa dengan semakin tingginya tingkat transparansi, kepemilikan institutional, kepemilikan manajerial dan komisaris independen semakin tinggi pulaROA.

Rasio kas merupakan salah satu rasiolikuiditasyang digunakan untuk mengukur seberapa besar kemampuan uang kas dan setara kas perusahaan yang tersedia untuk membayar kewajiban jangka pendeknya (Iskandarsyah, 2010). Dapat dikatakan bahwa semakin tinggi rasio kas maka semakin tinggi juga kemampuan perusahaan untuk melunasi semua kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan kas perusahaan. Rasio kas juga sering digunakan dalam menilai kinerja perusahaan melalui kemampuan perusahaan dalam melunasi hutang lancarnya. Seperti yang dilakukan dalam penelitian Afriyeni (2008), Maith (2013), dan Kaunang (2013). Oleh karena itu peneliti menggunakan rasio kas untuk mengukur kinerja keuangan

perusahaan. Maka dalam penelitian ini diharapkan bahwa dengan semakin tingginya tingkat transparansi, kepemilikan institutional, kepemilikan manajerial dan komisaris independen semakin tinggi pula rasio kas.

Debt to assets ratioadalah salah satu dari rasiosolvabilitas. Menurut Syamsuddin (2006)Debt to Assets Ratio(DAR) digunakan untuk mengukur seberapa besar jumlah aktiva perusahaan dibiayai dengan hutang.Debt to assets ratiomerupakan

perbandingan antara total hutang dengan total aktiva, yang menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan aktiva perusahaan dengan menggunakan


(32)

hutang. Maka dapat diartikan bahwa apabiladebt to asset ratiotinggi, maka hampir semua asset yang dimiliki perusahaan dibiayai oleh utang perusahaan, sebaliknya bila debt to asset ratiorendah maka aktiva perusaahaan yang dibiayai oleh utang semakin rendah.DARyang baik adalah perusaahaan yang memilikiDARyang rendah, sebab nilai rasio yang tinggi menunjukkan peningkatan dari resiko berupa ketidakmampuan perusahaan membayar semua kewajibannya dikarenakan rasio yang tinggi akan mengakibatkan pembayaran bunga yang tinggi. Peneliti yang menggunakandebt to asset ratiosebagai gambaran dalam menilai kinerja keuangan adalah Orniati (2009) dan Nugroho (2010). Maka dalam penelitian ini diharapkan bahwa dengan semakin tingginya tingkat transparansi, kepemilikan institutional, kepemilikan manajerial dan komisaris independen maka semakin rendahdebt to asset ratio.

2.3 Corporate Governance

2.3.1 PengertianCorporate Governance

Isucorporate governancemuncul ketika terjadi permasalahan yaitu pemisahan antara pihak manager sebagai pengelola perusahaan dengan pihak pemilik perusahaan yang disebut denganagency theory.Permasalahan ini berhubungan dengan kepercayaan kepada pengelola perusahaan untuk memastikan bahwa dana yang mereka tanam ke perusahaan tidak dipergunakan oleh pengelola perusahaan dengan sia-sia atau bahkan untuk kepentingan manager sendiri. Sehingga perusahaan mengalami kerugian yang tidak diketahui oleh pemilik perusahaan. Oleh karena itucorporate governancepun muncul untuk mengurangi permasalahan ini. Kemudian dalamsignalling theory,


(33)

GCG juga membantu memberikan sinyal-sinyal kepada para investor dan kreditor tentang prospek perusahaan dan kinerjanya selama satu periode, serta untuk mengurangi terjadinyaasimetri informasi.

Corporate governanceadalah sistem pengawasan dan keseimbangan baik internal maupun eksternal kepada perusahaan, yang menjamin bahwa perusahaan akan melaksanakan kewajibannya kepada pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan (stakeholders) dan bertindak dengan tanggung jawab sosial dalam segala bidang dari bisnis perusahaan yang bersangkutan (Riyanto, 2011). Jadi,good

corporate governanceadalah pengelolaan perusahaan yang baik guna mengurangi permasalahan antara pemilik perusahaan dengan pengelola perusahaan untuk menciptakan perusahaan yanggoing concern,serta memberikan informasi yang akurat kepada parashareholders.

2.3.2 TujuanCorporate Governance

Tujuan GCG secara umum adalah untuk menciptakan nilai tambah bagi semua pihak yang berkepentingan, yang secara tegas olehglobal corporate governanceadalah menjadi sebuah isu penting dunia. Organisasi mempunyai peran kunci untuk bermain dalam peningkatan pengembangan ekonomi sosial.Good governanceadalah

mesinnya pertumbuhan global, pertanggungjawaban penyedia kerja, pelayanan publik dan privat, pengadaan barang dan jasa serta infrastruktur. Sekarang ini, efisiensi akan pertanggungjawaban organisasi tidak peduli apakah organisasi publik atau privat. Good corporate governancetelah menjadi agenda pokok internasional (Utami, 2011).


(34)

The Indonesian Institute for Corporate Governance(IICG) mengungkapkan tujuan darigood corporate governance:

a. Meraih kembali kepercayaan investor dan kreditor nasional serta internasional. b. Memenuhi tuntutan standar global.

c. Meminimalkan biaya kerugian dan biaya pencegahan atas penyalahgunaan wewenang pengelolaan.

d. Meminimalkancost of capitaldengan menekan resiko yang dihadapi kreditur. e. Meningkatkan nilai saham perusahaan.

f. Mengangkat citra perusahaan di mata publik.

2.3.3 PrinsipCorporate Governance

Beberapa prinsipgood corporate governanceyang perlu diperhatikan menurut Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG) adalah sebagai berikut:

1. Keterbukaan (Transparency), yaitu perusahaan harus menjaga objektivitas dalam menjalankan bisnis, serta menyediakan informasi yang material dan relevan dengan cara yang mudah diakses dan dipahami oleh pemangku kepentingan. Hal-hal tersebut meliputi:

a. Pengungkapan informasi yang bersifat penting

b. Informasi harus disiapkan, diaudit dan diungkapkan sejalan dengan pembukuan yang berkualitas


(35)

Transparansi dalam penelitian ini diproksikan olehvoluntary disclosure. Voluntary disclosureadalah pengungkapan sukarela oleh perusahaan didalam laporan keuangan agar para investor dan kreditor dapat mengetahui tentang perusahaan yang nantinya akan digunakan untuk mengambil keputusan. Voluntary disclosurediukur dengan indeks pengungkapancorporate

governancepada laporan tahunan. Instrumen yang digunakan pada penelitian ini menggunakan instrumen modifikasi yang digunakan oleh Rini (2010), Aripika (2013), serta Bhuiyan dan Biswas (2007). Instrumen ini terdiri dari 11 point item.Kemudian 11point itemini dibagi menjadi 59itempengungkapan yang digunakan untuk mengetahui seberapa besar perusahaan memberikan informasi perusahaannya secara sukarela. Kemudian dari ke 59 item ini

ditentukan skor 1 jika diungkapkan dan 0 jika tidak diungkapkan. Berikut daftar item voluntary disclosureuntuk mengukur tingkat transparansi perusahaan:

Tabel 2.1

ItemVoluntary Disclosure PRINSIP TRANSPARANSI(TRANSPARENCY)

Informasi Perusahaan 1 Visi perusahaan

2 Misi perusahaan 3 Nilai-nilai perusahaan

4 Kepemilikan saham oleh anggota dewan komisaris dan direksi beserta anggota keluarganya dalam perusahaan dan perusahaan lainnya Pemegang Saham

5 Uraian mengenai hak pemegang saham

6 Pernyataan mengenai jaminan perlindungan hak atas pemegang saham; perlakuan yang setara terhadap semua pemegang saham

7 Tanggal pelaksanaan RUPS 8 Hasil RUPS


(36)

Dewan Komisaris

9 Nama anggota dan status setiap anggota (komisaris independen atau bukan komisaris independen)

10 Latar belakang pendidikan dan karir dewan komisaris

11 Mekanisme dan kriteria penilaian sendiri (self assestment) atas kinerja para anggota

12 Mekanisme pengambilan keputusan 13 Program pelatihan dewan komisaris

Dewan Direksi

14 Nama-nama anggota direksi dengan jabatan dan fungsinya masing-masing 15 Latar belakang pendidikan dan karir dewan direksi

16 Mekanisme pengambilan keputusan 17 Mekanisme pendelegasian wewenang

18 Mekanisme dan kriteria penilaian terhadap kinerja para anggota direksi PRINSIP AKUNTABILITAS(ACCOUNTABILITY)

Komite manajemen resiko

19 Nama dan jabatan anggota komite manajemen resiko

20 Riwayat hidup singkat setiap anggota komite manajemen resiko 21 Uraian tugas dan tanggung jawab

22 Jumlah pertemuan yang dilakukan komite 23 Jumlah kehadiran setiap anggota dalam rapat 24 Laporan singkat pelaksanaan kegiatan komite 25 Independensi anggota komite

Komite lain yang dimiliki perusahaan 26 Nama dan jabatan anggota komite

27 Riwayat hidup singkat setiap anggota komite 28 Uraian tugas dan tanggung jawab

29 Jumlah pertemuan yang dilakukan komite 30 Jumlah kehadiran yang dilakukan komite 31 Laporan singkat pelaksanaan kegiatan komite 32 Independensi anggota komite

Pelaksanaan pengawasan dan pengendalian internal

33 Informasi mengenai keberadaan SPI (Satuan Pengawas Internal) 34 Profil anggota SPI

35 Jabatan masing-masing anggota SPI

36 Uraian mengenai tugas dan tanggungjawab SPI 37 Uraian mengenai aktivitas SPI selama setahun


(37)

38 Penjelasan mengenai audit internal perusaahaan PRINSIP RESPONSIBILITAS(RESPONSIBILITY)

Pernyataan penerapan Good Corporate Governance (GCG) 39 Keberadaan prinsip-prinsip GCG

40 Keberadaan pedoman pelaksanaan GCG (manual GCG) dalam perusahaan 41 Kepatuhan terhadap pedoman GCG

42 KeberadaanBoard Manual(Panduan bagi komisaris dan direksi dalam melaksanakan tugas)

43 Struktur tata kelola perusahaan

Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

44 Uraian mengenai jaminan terciptanya lingkungan kerja yang kondusif 45 Bantuan korban bencana alam dan sosial lainnya

46 Komitmen perusahaan terhadap pelestarian lingkungan 47 Program pelestarian lingkungan yang dilakukan perusahaan PRINSIP INDEPENDENSI(INDEPENDENCY)

Etika perusahaan

48 Keberadaan pedoman perilaku (code of conduct) 49 Isi code of conduct

50 Penyebaran code of conduct kepada karyawan dan upaya penegakannya 51 Pernyataan mengenai budaya perusahaan(corporate culture)yang dimiliki

perusahaan

52 Uraian mengenai etika bisnis dalam perusahaan

53 Uraian mengenai kepatuhan terhadap peraturan perundangan peraturan pasar modal

54 Uraian mengenai transaksi dengan pihak yang memiliki benturan kepentingan PRINSIP KEWAJARAN DAN KESETARAAN(FAIRNESS)

55 Uraian mengenai persamaan kesempatan kepada seluruh pemangku kepentingan

56 Uraian mengenai perlakuan yang setara dan wajar kepada pemangku kepentingan sesuai dengan manfaat dan kontribusi yang diberikan kepada perusahaan

57 Uraian mengenai pelaksanaan tuas pemangku kepentingan secara profesional tanpa membedakan suku, agama, ras, golongan, gender, dan kondisi fisik Akses informasi dan data penting perusahaan

58 Uraian mengenai tersedianya akses informasi dan data perusahaan kepada publik


(38)

2. Akuntabilitas (Accountability), perusahaan harus dapat

mempertanggungjawabkan kinerjanya secara transparan dan wajar. Dalam akuntabilitas meliputi hal-hal berikut:

a. Anggota dewan direksi harus bertindak mewakili kepentingan perusahaan dan para pemegang saham

b. Penilaian yang bersifat independen terlepas dari manajemen

c. adanya akses terhadap informasi yang akurat, relevan dan tepat waktu. 3. Responsibilitas (Responsibility), perusahaan harus mematuhi peraturan

perundang-undangan serta melaksanakan tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan. Hal-hal tersebut meliputi:

a. Menjamin dihormatinya segala hak pihak-pihak yang berkepentingan b. Para pihak yang berkepentingan harus mempunyai kesempatan untuk mendapatkan ganti rugi yang efektif atas pelanggaran hak-hak mereka c. Dibukanya mekanisme pengembangan prestasi bagi keikutsertaan

pihak yang berkepentingan

d. Jika diperlukan, para pihak yang berkepentingan harus mempunyai akses terhadap informasi yang relevan.

4. Independensi (Independency), perusahaan harus dikelola secara independen, sehingga masing-masing organ perusahaan tidak saling mendominasi dan tidak dapat diintervensi oleh pihak lain. Independensi meliputi:

a. Menghindari terjadinya dominasi yang tidak wajar oleh stakeholder manapun dan tidak terpengaruh oleh kepentingan sepihak serta bebas dari benturan kepentingan (conflict of interest).


(39)

b. Mengambil keputusan harus objektif dan bebas dari segala tekanan dari pihak manapun.

5. Kewajaran dan Kesetaraan (Fairness), dalam melaksanakan kegiatannya, perusahaan harus senantiasa memperhatikan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya berdasarkan asas kewajaran dan kesetaraan. Kewajaran dan kesetaraan tersebut meliputi:

a. Perlindungan bagi seluruh hak pemegang saham b. Perlakuan yang sama bagi para pemegang saham.

2.3.4 MekanismeGood Corporate Governance

Perilaku manajer yang melakukan manajemen laba dapat diminimalisir dengan menerapkan mekanismegood corporate governance.Good corporate governance adalah serangkaian mekanisme yang digunakan untuk membatasi timbulnya masalah asimetri informasiyang dapat mendorong terjadinya manajemen laba dan

berdasarkan prinsip-prinsipgood corporate governance(Desmiyanti, 2010). Mekanismegood corporate governanceyang dipakai dalam penelitian ini adalah kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, dan komisaris independen. Kepemilikan institusional dan kepemilikan yang besar diyakini dapat membatasi perilaku manajer dalam melakukan manajemen laba sehingga laporan keuangan perusahaan yang dikeluarkan perusahaan adalah informasi yang lengkap, relevan, dan akurat. Kepemilikan manajerial juga diyakini berpengaruh terhadap kinerja

manajemen, sebab dengan adanya kepemilikan dari pihak manajemen membuat manajemen bekerja demi kepentingan perusahaan yang mana adalah perusahaan


(40)

miliknya juga. Sehingga kepemilikan manajerial dapat mengurangi kemungkinan terjadinya konflik antara agen dan prinsipal, serta dapat meningkatkan kinerja perusahaan. Komisaris independen dalam suatu perusahaan juga terbukti efektif dalam menengahi konflik kepentingan antar pemangku kepentingan dan

meningkatkan kinerja perusahaan, karena keberadaan komisaris independen bertujuan untuk mengawasi jalannya kegiatan perusahaan dalam mencapai tujuan perusahaan.

1. Kepemilikan Institusional

Kepemilikan Institusional adalah kepemilikan saham oleh pemerintah, institusi keuangan, institusi berbadan hukum, institusi luar negeri, dana perwalian dan institusi lainnya pada akhir tahun (Erida, 2011). Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja perusahaan adalah kepemilikan institusional. Adanya kepemilikan

institusional di suatu perusahaan akan mendorong peningkatan pengawasan agar lebih optimal terhadap kinerja manajemen, karena kepemilikan saham mewakili suatu sumber kekuasaan yang dapat digunakan untuk mendukung atau sebaliknya terhadap kinerja manajemen. Pengawasan yang dilakukan oleh investor institusional sangat bergantung pada besarnya investasi yang dilakukan.

Semakin besar kepemilikan institusi keuangan maka akan semakin besar kekuatan suara dan dorongan dari institusi keuangan tersebut untuk mengawasi manajemen dan akibatnya akan memberikan dorongan yang lebih besar untuk mengoptimalkan nilai perusahaan sehingga kinerja perusahaan akan meningkat. Pengaruh investor


(41)

dapat digunakan untuk menyelaraskan kepentingan manajemen dengan pemegang saham (Sabrina, 2010). Hal ini disebabkan karena jika tingkat kepemilikan manajeral tinggi, dapat berdampak buruk terhadap perusahaan karena menimbulkan masalah pertahanan, yang berarti jika kepemilikan manajerial tinggi, para manajer memiliki memiliki posisi yang kuat untuk melakukan suatu kontrol terhadap perusahaan dan pihak pemegang saham eksternal akan mengalami kesulitan untuk mengendalikan tindakan para manajer tersebut.

2. Kepemilikan Manajerial

Kepemilikan manajerial adalah kepemilikan saham oleh manajemen perusahaan yang diukur dengan presentase jumlah saham yang dimiliki oleh manajemen (Sabrina, 2010). Struktur kepemilikan manajerial dapat dijelaskan melalui dua sudut pandang, yaitu pendekatan keagenan dan pendekatan ketidakseimbangan. Pendekatan keagenan menganggap struktur kepemilikan manajerial sebagai suatu instrumen atau alat yang digunakan untuk mengurangi konflik keagenan diantara beberapa klaim terhadap sebuat perusahaan. Pendekatan ketidakseimbangan informasi memandang mekanisme struktur kepemilikan manajerial sebagai suatu cara untuk mengurangi

ketidakseimbangan informasi antara agen dengan prinsipal melalui pengungkapan informasi didalam perusahaan.

Meningkatkan kepemilikan manajerial digunakan sebagai salah satu cara untuk mengatasi masalah yang ada di perusahaan. Dengan meningkatnya kepemilikan manajerial maka manajer akan termotivasi untuk meningkatkan kinerjanya sehingga


(42)

dalam hal ini akan berdampak baik kepada perusahaan serta memenuhi keinginan dari para pemegang saham. Semakin besar kepemilikan manajerial dalam perusahaan maka manajemen akan lebih giat untuk meningkatkan kinerjanya karena manajemen mempunyai tanggung jawab untuk memenuhi keinginan dari pemegang saham yang tidak lain adalah dirinya sendiri. Manajemen akan lebih berhati-hati dalam

mengambil suatu keputusan, karena manajemen akan ikut merasakan manfaat secara langsung dari keputusan yang diambil. Selain itu manajemen juga ikut menanggung kerugian apabila keputusan yang diambil oleh mereka salah.

3. Komisaris independen

Komisaris luar (komisaris independen) adalah anggota dewan komisaris yang bukan merupakan pegawai atau orang yang berurusan langsung dengan organisasi tersebut, dan tidak mewakili pemegang saham. Sebagai contoh adalah seorang komisaris yang diangkat yang sedang atau pernah menjabat posisi presiden sebuah perusahaan dari sektor industri yang berbeda. Komisaris luar diangkat karena pengalamannya

dianggap berguna bagi organisasi tersebut. Mereka bisa mengawasi komisaris dalam dan mengawasi bagaimana organisasi tersebut dijalankan. Komisaris luar biasanya berguna dalam melerai sengketa antara komisaris dalam, atau antara pemegang saham dan dewan komisaris. Komisaris luar dianggap berguna karena mereka bisa bersikap objektif dan memiliki resiko kecil dalamconflict of interest. Di sisi lain, komisaris luar mungkin kekurangan pengalaman dalam menangani masalah spesifik yang dihadapi oleh organisasi tersebut.


(43)

2.4 Penelitian terdahulu

Ada banyak penelitian terdahulu tentanggood corporate governance, serta masih beragamnya hasil penelitian membuat peneliti tertarik untuk mengujinya kembali. Berikut adalah ringkasan penelitian terdahulu:

Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu

No. Peneliti Judul Variabel Hasil

1. Palinda Sari (2011) Pengaruh Tingkat Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Tekstil Dan Perusahaan Sejenis

ROI, Current Ratio, Debt equity ratio, disclosure index

Transparansi yang diproksikan oleh pengungkapan sukarela berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan yang

diproksikan olehROI

2. Dini Nuraeni (2010) Pengaruh Stuktur Kepemilikan Saham Terhadap Kinerja Perusahaan Kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, kepemilikan publik, kepemilikan asing Kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan namun kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan yang diukur denganROA 3. Zahriyyatul Humairah (2014) Pengaruh Kepemillikan Manajerial Dan Pengungkapan Corporate Social Responsibility Terhadap Kinerja Perusahaan Kepemilikan manajerial dan corporate social responsibility Kepemilikan manajerial berpengaruh negatif terhadap kinerja perusahaan yang diukur denganROE


(44)

4. Ardian Ganang riyanto (2011) Analisis pengaruh mekanismegood corporate governancedan privatisasi terhadap kinerja keuangan Board size, komisaris independen, komite audit, ukuran perusahaan Komisaris independen berpengaruh negatif terhadap kinerja

keuangan BUMN yang diukur menggunakan NPM

5. Yenny Widya Hastuti (2011) Pengaruh Mekanisme Corporate GovernanceSecara Internal Dan Eksternal Terhadap Kinerja Keuangan Komisaris independen, kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, kualitas audit. Kepemilikan institusional berpengaruh positif, namun variabel lain berpengaruh negatif terhadap kinerja keuangan dengan menggunakanCFROA 6. Devi Shinta

Prahesti dan Nyoman Abundanti (2015) Pengaruh Risiko Kredit, Struktur Kepemilikan Dan Dewan Komisaris Independen Terhadap Kinerja Keuangan Pada Industri Perbankan Di Bursa Efek Indonesia Non performing loan, kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dan komisaris independen, Komisaris independen berpengaruh positif, sedangkan variabel lain tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan yang menggunakanROA

7. Lisa Novi Irmasari (2013) PengaruhGood Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan Pada Bank Umum Yang

Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI)

Komisaris

Independen, dewan direksi, komite audit, frekeuensi rapat dewan direksi

Komisaris independen berpengaruh negatif terhadap kinerja keuangan pada bank yang diukur menggunakanCFROA 8. Gifson Marnasiptua Gultom (2014) Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Perbankan Nasional. Ukuran dewan direksi, ukuran dewan komisaris, komisaris independen Komisaris independen berpengaruh positif terhadap kinerja perbankan yang diukur menggunakanROA.


(45)

2.5 Kerangka Pemikiran

Teori yang mendukung dalam penelitian ini adalahagency theorydansignalling theory. Dalam hubungan keagenan antara pemilik dan manajemen perusahaan, GCG menuntut pihak manajemen perusahaan untuk mengungkapkan informasi perusahaan dengan transparan sesuai dengan salah satu prinsipgood corporate governanceyaitu transparansi. Penerapan GCG juga dapat meminimalisir prilaku curang dari pihak manajemen sehingga dapat mengurangiagency costdan meningkatkan kinerja perusahaan. Kemudian penelitian ini juga didukung olehsignalling theory, sebab pemberian sinyal dilakukan oleh pihak manajemen perusahaan untuk mengurangi asimetri informasiantara perusahaan dengan pihak luar perusahaan. Perusahaan memberikan informasi melalui laporan keuangan bahwa mereka telah mengelola perusahaan dan juga memberi signal kepada investor dan kreditor tentang gambaran perusahaan di masa lalu, sekarang dan yang akan datang melalui laporan keuangan. Dengan berkurangnyaasimetri informasimaka akan mengundang investor dan kreditor untuk menginvestasikan dananya dan meningkatkan kinerja perusahaan.

Penerapangood corporate governancedirasa mampu memberikan kemajuan terhadap kinerja suatu perusahaan khususnya dalam meningkatkan kualitas laporan keuangan dengan mengurangiasimetri informasi antara perusahaan dengan pihak luar dan mengurangi tindakan manajer untuk melakukan manipulasi laporan keuangan (Paramita, 2014).


(46)

Ke empat variabel independen ini diambil berdasarkan prinsip-prinsip yang dimiliki olehgood corporate governance, yaitu Transparansi, Akuntabilitas, Responsibilitas, Independensi, serta Kewajaran dan Kesetaraan.

Dalam prinsipgood corporate governanceterdapat transparansi yang menuntut perusahaan untuk transparan kepada investor dan kreditor sehingga dapat

menciptakan tata kelola yang baik untuk perusahaan dan mengundang investor untuk menanamkan dananya. Oleh karena itu salah satu variabel dari penelitian ini adalah transparansi.

Kemudian perusahaan harus dapat mempertanggungjawabkan kinerjanya secara transparan dan wajar, maka dalam penelitian ini penulis mengambil variabel kepemilikan manajerial. Dengan adanya kepemilikan manajerial, maka pihak manajemen akan merasa bahwa perusahaan itu adalah perusahaannya sendiri, sehingga pihak manajemen akan mempertanggungjawabkan kinerjanya secara transparan dan wajar kepada investor luar serta kepada dirinya sendiri yang

merupakan salah satu dari pemilik perusahaan tersebut. Maka kepemilikan manajerial mendukung prinsip akuntabilitas dalamgood corporate governance.

Untuk variabel kepemilikan institusional diambil karena mendukung prinsip independensi, sebab kepemilikan yang dimiliki oleh institusi lain membuat mereka bersikap independen untuk kemajuan perusahaan tersebut dan dapat mengambil keputusan demi kepentingan perusahaan tersebut, serta dapat mengurangi adanya konflik kepentingan antaraagentdanprincipal.


(47)

Kemudian variabel komisaris independen diambil karena mendukung prinsipgood corporate governanceyaitu responsibilitas, independensi, serta kewajaran dan kesetaraan. Komisaris independen bertugas untuk mengawasi apakah manajer perusahaan telah mematuhi peraturan perundang-undangan serta melaksanakan tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan. Maka komisaris independen mendukung prinsip responsibilitas dalamgood corporate governance. Kemudian komisaris independen juga mengawasi agar masing-masing organ perusahaan tidak dapat diintervensi oleh pihak lain, tidak terpengaruh oleh kepentingan sepihak, bebas dari benturan kepentingan (conflict of interest), dapat mengambil keputusan yang objektif, serta bebas dari segala tekanan dari pihak manapun. Oleh karena itu komisaris independen dalam penelitian ini mendukung juga prinsip independensi dalamgood corporate governance. Lalu komisaris independen juga dianggap mampu menengahi apabila terjadi konflik antara agen dan prinsipal, dikarenakan komisaris independen bisa bersikap objektif dan memiliki resiko kecil dalamconflic of interest. Oleh karena itu komisaris independen juga mendukung prinsip kewajaran dan

kesetaraan dalamgood corporate governancekarena dapat memperhatikan

kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya berdasarkan asas kewajaran dan kesetaraan.

Dalam penelitian ini juga menggunakan tiga rasio dalam memproksikan kinerja keuangan , yaitureturn on asset, debt to asset ratio,dancash ratiosebagai gambaran dalam mengukur kinerja keuangan suatu perusahaan. Sebab pengukuran kinerja keuangan bermacam-macam dan suatu perusahaan memiliki kelebihan dan


(48)

kekurangan di bidang tertentu. Sehingga dengan menggunakan tiga rasio sudah cukup dalam menggambarkan kinerja keuangan perusahaan. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti apakah transparansi, kepemilikan institutional, kepemilikan manajerial, dan komisaris independen berpengaruh kepada kinerja keuangan yang menggunakan tiga proksi yaitu rasioprofitabilitas, solvabilitas,danlikuiditas. Sehingga dapat diketahui apakahgood corporate governanceberpengaruh kepada kinerja keuangan yang diukur melalui kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari perputaran aset perusahaan melaluiROA, kemudian kemampuan perusahaan dalam melunasi hutang lancarnya dengan menggunakan kas dan setara kas yang dimiliki perusahaan melalui cash ratio, serta kemampuan perusahaan mendapatkan assetnya dengan

menggunakan hutang atau tidak melaluidebt to asset ratio.

Berdasarkan tinjauan pustaka dan penelitian terdahulu maka pengaruhgood corporate governanceterhadap kinerja keuangan perusahaan dapat digambarkan dalam kerangka untuk mempermudah pemahaman konsep sebagai berikut:

Gambar 2.1. Model Kerangka Pikir X1= Transparansi

X2= Kepemilikan institusional

X3= Kepemilikan manajerial

Y1=ROA

X4= Komisaris Independen

Y3=Debt to Asset Ratio Y2=Cash Ratio


(49)

Dari gambar kerangka teori diatas, dijelaskan bahwa Transparansi, kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, dan komisaris independen sebagai variabel independen dapat mempengaruhi kinerja keuangan yang diproksikan denganROA, cash ratiodandebt to asset ratiosebagai variabel dependen. Penelitian ini untuk mengetahui apakah ke empat variabel tersebut dapat mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan. Dengan demikian, perusahaan yang mampu menerapkangood corporate governancedengan baik diharapkan mampu mempengaruhi kinerja keuangan

perusahaan yang positif.

2.6 Pengembangan Hipotesis

2.6.1 Pengaruh Transparansi Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Transparansi merupakan salah satu prinsip yang terdapat dalamgood corporate governanceyang menyampaikan informasi keuangannya kepada publik.

Pengungkapan sukarela yang lebih luas akan meningkatkan kredibilitas perusahaan. Pengungkapan yang sukarela dapat membantu investor dalam memahami strategi bisnis perusahaan sehingga bisa meningkatkan kinerja perusahaan (Nuswandari, 2009).

Laporan keuangan merupakan media yang tepat untuk menyampaikancorporate disclosure. Sesuai dengan undang-undang pasar modal yaitu dalam meningkatkan transparansi dan menjamin perlindungan terhadap pemodal, setiap perusahaan yang menawarkan efeknya melalui pasar modal (emiten) wajib mengungkapkan seluruh informasi mengenai keadaan usahanya termasuk keadaan keuangan, aspek hukum, manajemen dan harta kekayaan perusahaan terhadap masyarakat. Perusahaan yang


(50)

mengungkapkan informasi lebih banyak kepada pihak luar diduga memiliki kinerja perusahaan yang lebih baik. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Sari (2011), Hidayah (2008), dan Hastuti (2005) yang mana transparansi perusahaan mempengaruhi kinerja keuangan. Hal ini dapat dimengerti mengingat teorisignalling dimana investor lebih tertarik pada perusahaan yang memberikan sinyal kepada pihak luar dan kecilnya tingkatasimetri informasiyang diberikan perusahaan sehingga perusahaan memberikan informasi yang lengkap, relevan, akurat dan tepat waktu. Berdasarkan teori dari penelitian tersebut, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Ha1 : Transparansi berpengaruh positif terhadap ROA

Ha2 : Transparansi berpengaruh positif terhadap cash ratio

Ha3 : Transparansi berpengaruh negatif terhadap debt to asset ratio

2.6.2 Pengaruh Kepemilikan Institusional Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan

Menurut Sabrina (2010) konflik yang terjadi akibat pemisahan kepemilikan dapat berdampak pada pengendalian dan pelaksanaan pengelolaan perusahaan yang menyebabkan para manajer bertindak tidak sesuai dengan keinginan pemilik perusahaan. Hal ini dapat diminalisir dengan adanya pengawasan terhadap

perusahaan tidak hanya terbatas dilakukan oleh pihak dalam perusahaan, namun juga dapat dilakukan dari pihak eksternal perusahaan yaitu dengan cara mengaktifkan


(51)

pengawasan melalui investor institusional. Sehingga investor institusional ini dapat menentang kebijakan manajemen apabila tidak selaras dengan kepentingan investor lainnya dengan menggunakan hak suara dari kepemilikan investor institusionalnya. Tentu saja ini dapat mengurangiagency costdan meningkatkan kinerja perusahaan.

Adanya kepemilikan oleh investor institusional seperti perusahaan efek, perbankan, perusahaan asuransi, dana pensiun dan kepemilikan institusi lain akan mendorong pengawasan yang lebih optimal terhadap kinerja manajemen sehingga kinerja perusahaan juga akan meningkat. Penjelasan diatas didukung oleh penelitian yang dilakukan Nuraeni (2010) dan Wulandari (2006) dimana kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan. Namun hasil yang berbeda pada penelitian yang dilakukan Prahesti dan Abundanti (2015) yang menyatakan bahwa kepemilikan institusional tidak mempengaruhi kinerja perusahaan. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka peneliti mengajukan hipotesis dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui:

Ha4 : Kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap ROA

Ha5 : Kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap cash ratio


(52)

2.6.3 Pengaruh Kepemilikan Manajerial Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan

Dalam Sabrina (2010) kepemilikan saham manajerial dapat membantu penyatuan kepentingan antara pemegang saham dan manajer. Semakin meningkat proporsi kepemilikan saham manajerial maka manajemen akan cenderung berusaha lebih giat untuk kepentingan pemegang saham yang tidak lain adalah dirinya sendiri. Dengan meningkatkan kepemilikan saham manajerial akan membuat manajer ikut merasakan langsung manfaat dari keputusan yang diambil dan ikut pula menanggung kerugian sebagai konsekuensi dari pengambilan keputusan yang salah. Hal tersebut

menjelaskan bahwa kepemilikan manajerial mempunyai arti penting dalam struktur kepemilikan perusahaan.

Menurut Hardiyanti (2012), salah satu cara untuk mengurangiagency costadalah dengan meningkatkaninsider ownership,yaitu memberikan kepemilikan saham perusahaan kepada manajemen untuk mensejajarkannya menjadi pemilik perusahaan. Sehingga manajemen termotivasi dan bertanggung jawab untuk bekerja sesuai dengan keinginan prinsipal.

Dalam penelitian Nuraeni (2010) menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh negatif terhadap kinerja perusahaan. Peneliti lain juga mendapatkan hasil yang sama bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh negatif terhadap kinerja perusahaan dalam Humairah (2014) dan Hastuti (2011). Mereka berpendapat bahwa perusahaan-perusahaan di Indonesia masih kurang sadar akan pentingnya


(53)

kepemilikan manajerial sehingga masih sedikit perusahaan-perusahaan yang menerapkan kepemilikan manajerial didalam perusahaannya untuk meminimalisir terjadinya konflik kepentingan. Berdasarkan fenomena tersebut, maka penulis ingin mengetahui apakah sekarang perusahaan-perusahaan yang menerapkan kepemilikan manajerial didalam perusahaannya dapat mempengaruhi kinerja perusahaan dan mengajukan hipotesis sebagai berikut:

Ha7 : Kepemilikan manajerial berpengaruh positif terhadap ROA

Ha8 : Kepemilikan manajerial berpengaruh positif terhadap cash ratio

Ha9 : Kepemilikan manajerial berpengaruh negatif terhadap debt to asset ratio

2.6.4 Pengaruh Komisaris Independen Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan

Menurut Sekaredi (2011), apabila jumlah komisaris independen semakin besar atau dominan hal ini dapat memberikan power kepada dewan komisaris untuk menekan manajemen untuk meningkatkan kualitas perusahaan. Dengan kata lain, komposisi dewan komisaris independen yang semakin besar dapat mendorong dewan komisaris untuk bertindak objektif dan mampu melindungi seluruh stakeholdersperusahaan.

Penelitian yang mendukung teori diatas adalah penelitian yang dilakukan oleh Prahesti dan Abundanti (2015) serta Wulandari (2006) menyatakan bahwa komisaris independen berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan. Penelitian tersebut memberikan kesimpulan bahwa perusahaan yang memiliki proporsi anggota dewan


(54)

komisaris yang berasal dari luar perusahaan dapat mempengaruhi kinerja. Sehingga, jika anggota dewan komisaris dari luar meningkatkan tindakan pengawasan, hal ini juga akan berhubungan dengan semakin rendahnya tingkat kecurangan yang mungkin dilakukan manajemen. Namun, hasil berbeda ditunjukkan dalam penelitian yang dilakukan oleh Irmasari (2013). Berdasarkan teori dan hasil penelitian yang beragam diatas maka penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut:

Ha10 : Komisaris independen berpengaruh positif terhadap ROA Ha11 : Komisaris independen berpengaruh positif terhadap cash ratio


(55)

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, berupa laporan keuangan yang dipublikasikan pada periode 2012-2014. Sumber data dalam

penelitian ini adalah laporan keuangan perusahaan sampel yang diperoleh dari situs resmi BEI:www.idx.co.iddan sumber data lainnya yang berasal dari sumber bacaan seperti jurnal, dan data dariinternet.

3.2 Populasi dan Sampel

Populasi adalah keseluruhan dari objek penelitian yang memungkinkan mengambil data demi kepentingan penelitian tersebut. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan keuangan perusahaan yang terdaftar di BEI.

Sampel adalah bagian dari populasi tertentu yang memiliki karakteristik sama dengan populasinya dan diambil dengan tujuan untuk sumber data penelitian. Penelitian ini menggunakan metodepurposive sampling, yaitu sampel dari suatu populasi yang memenuhi kriteria tertentu sebagai representatif dari populasinya. Kriteria sampel tersebut adalah:

1. Perusahaan yang terdaftar sebagai perusahaan publik di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan tergabung dalam kelompok LQ-45 untuk periode Februari- Juli 2015,


(56)

sebab anggota perusahaan dalam LQ-45 selalu berubah tiap periode, maka penulis mengambil sample LQ-45 pada saat memulai penelitian ini yaitu periode februari-juli 2015.

2. Perusahaan memiliki data yang diperlukan selama penelitian.

3. Perusahaan yang mempublikasikan laporan keuangan tahunannya di BEI selama periode pengamatan penelitian.

Peneliti mengambil sampe LQ-45 karena perusahaan-perusahaan yang berada dalam grup LQ-45 merupakan perusahaan-perusahaan yang besar dan sudah menerapkan corporate governancedengan baik. Sehingga laporan tahunan perusahaan LQ-45 adalah laporan keuangan yang berkualitas dan kemungkinan data yang diperlukan dalam penelitian ini tersedia semakin besar. Hal ini juga disebabkan oleh karena hanya sedikit perusahaan di Indonesia yang menerapkan kepemilikan manajerial didalam perusahaannya. Oleh karena itu peneliti menggunakan sampel LQ-45 untuk memudahkan peneliti mengambil sampel dengan data yang lengkap melalui

perusahaan-perusahaan besar yang berada dalam LQ-45.

3.3 Pengukuran Variabel Penelitian

3.3.1 Kinerja Keuangan

Kinerja perusahaan merupakan gambaran tentang kondisi keuangan suatu perusahaan yang dianalisis dengan alat-alat analisis keuangan, sehingga dapat diketahui

mengenai baik buruknya keadaan keuangan suatu perusahaan yang mencerminkan prestasi kerja pada masa lalu ataupun kondisi perusahaan di masa yang akan datang.


(57)

Kinerja perusahaan dalam penelitian ini diproksikan dengan return on asset (ROA), cash ratio (Rasio Kas) dan debt to asset ratio. Menurut Hanafi dan Halim (2003:27) ROA merupakan rasio keuangan perusahaan yang berhubungan dengan profitabilitas mengukur kemampuan total aset perusahaan dalam menghasilkan keuntungan atau laba. Dengan mengetahui ROA, kita dapat menilai apakah perusahaan telah efisien dalam menggunakan aktivanya dalam kegiatan operasi untuk menghasilkan keuntungan.

ROA merupakan perbandingan antara laba bersih dengan total aset pada akhir periode, yang digunakan sebagai indikator kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba (Kurniasih dan Sari, 2013), dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Laba Bersih Setelah Pajak

ROA = x 100%

Total Asset

Cash ratiomerupakan salah satu rasiolikuiditasyang digunakan untuk mengukur seberapa besar kemampuan uang kas dan setara kas perusahaan yang tersedia untuk membayar kewajiban jangka pendeknya (Iskandarsyah, 2010). Rasio kas juga sering digunakan dalam menilai kinerja perusahaan melalui kemampuan perusahaan dalam melunasi hutang lancarnya. Rasio kas dihitung menggunakan perbandingan antara kas dan setara kas perusahaan dengan utang lancar perusahaan (Kaunang, 2013) dengan menggunakan rumus sebagai berikut:


(58)

Kas dan Setara Kas

Rasio Kas = x 100% Utang Lancar

Debt to asset ratioadalah salah satu dari rasiosolvabilitas.Debt to asset ratio digunakan untuk mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan memenuhi kewajibannya apabila perusahaan dilikuidasi (syafri, 2008).Debt to asset ratio merupakan perbandingan antara total hutang dengan total aktiva, yang

menggambarkan kemampuan perusahaan dalam membiayai aktiva menggunakan hutang perusahaan. Semakin kecildebt to asset ratio maka semakin bagus kinerja perusahaan, sebab menunjukkan bahwa kecilnya aktiva yang dibiayai oleh hutang perusahaan.Debt to asset ratiodiukur dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Total hutang

Debt to asset ratio = x 100% Total Aktiva

3.3.2 Transparansi

Transparansi yang diproksikan olehvoluntary disclosure(pengungkapan sukarela) diukur dengan indeks pengungkapancorporate governancepada laporan tahunan. Instrumen yang digunakan pada penelitian ini menggunakan instrumen modifikasi yang digunakan oleh Rini (2010), Aripika (2013), serta Bhuiyan dan Biswas (2007). Instrumen ini terdiri dari 11point item.Kemudian 11point itemini, dibagi menjadi


(59)

59itempengungkapan yang digunakan untuk mengetahui seberapa besar perusahaan memberikan informasi perusahaannya secara sukarela. Kemudian dari ke 59itemini ditentukan skor 1 jika diungkapkan dan 0 jika tidak diungkapkan. Setelah itu indeks pengungkapancorporate governance(IPCG) pada laporan tahunan perusahaan dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Totalitemyang diungkapkan

IPCG =

Jumlahitemyang bisa diungkapkan

3.3.3 Kepemilikan institusional

Kepemilikan institusional merupakan kepemilikan saham perusahaan oleh institusi keuangan seperti perusahaan asuransi, bank, dana pensiun, daninvestment banking. Kepemilikan Institusional dapat menjadi kontrol dalam laporan keuangan diukur dengan skala rasio melalui jumlah saham yang dimiliki oleh investor institusional dibandingkan dengan total saham perusahaan (Nuraeni, 2010).

Jumlah saham yang dimiliki investor institusi

KPIN =

Total modal saham perusahaan yang beredar

3.3.4 Kepemilikan Manajerial

Kepemilikan manajerial merupakan saham yang dimiliki oleh pihak pengelola perusahaan (dewan direksi dan dewan komisaris) secara pribadi maupun saham yang dimiliki oleh anak cabang perusahaan bersangkutan beserta afiliasinya. Kepemilikan


(60)

manajerial diukur menggunakan skala rasio melalui persentase jumlah saham yang dimiliki pihak manajemen dari seluruh modal saham yang beredar (Humairah, 2014).

Jumlah saham yang dimiliki pihak manajemen KPMN =

Total modal saham perusahaan yang beredar

3.3.5 Komisaris Independen

Komisaris Independen diukur dengan menggunakan skala rasio melalui presentase anggota dewan komisaris yang berasal dari luar perusahaan dari seluruh ukuran anggota dewan komisaris perusahaan (Irmasari, 2013).

Jumlah anggota dewan komisaris dari luar perusahaan

KMI =

Seluruh anggota dewan komisaris perusahaan

3.4 Metode Analisis Data

3.4.1 Analisis Deskriptif statistik atas data

Statistik deskriptif adalah bagian dari statistika yang mempelajari cara pengumpulan dan penyajian data sehingga mudah dipahami. Statistika deskriptif hanya

berhubungan dengan hal menguraikan atau memberikan keterangan-keterangan mengenai suatu data atau keadaan. Macam-macam deskriptif statistik adalah rata-rata, standar deviasi, varian, maksimum, minimum,sum, range, kurtosis dan skewness (kemencengan distribusi) (Ghozali, 2013).


(61)

3.4.2 Uji Asumsi Klasik

Model regresi berganda harus memenuhi asumsi klasik. Uji asumsi klasik bertujuan untuk mengetahui apakah model regresi yang diperoleh dapat menghasilkan estimator linier yang baik. Untuk menguji apakah model yang digunakan diterima secara

ekonometri dan apakah estimator yang diperoleh dengan metode kuadrat terkecil sudah memenuhi syaratBLUE, maka dilakukan uji normalitas, uji multikolinieritas, uji heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi.

3.4.2.1 Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel dependen dan variabel independen, keduanya memiliki distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Dalam penelitian ini digunakan grafik histogram, grafiknormal probability-plot,dan ujione sample kolmogorov-smirmovuntuk menguji normalitas. Grafik histogram dan normal probability-plotmembandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus diagonal danplotingdata residual akan dibandingkan dengan garis diagonal. Jika distribusi data residual normal, maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya (Ghozali, 2013). Dalam penelitian ini digunakan ujikolmogorov-smirmovkarena uji ini dapat secara langsung menyimpulkan apakah data yang ada terdistribusi normal secara statistik atau tidak.


(62)

3.4.2.2 Uji Multikolinieritas

Salah satu asumsi klasik adalah tidak terjadinya multikolinieritas diantara variabel-variabel bebas yang berada dalam satu model, artinya antar variabel-variabel independen yang terdapat dalam model memiliki hubungan yang sempurna. Apabila hal ini terjadi antara variabel bebas itu sendiri saling berkorelasi, sehingga dalam hal ini sulit diketahui variabel bebas mana yang mempengaruhi variabel terikat. Salah satu cara untuk mendeteksi multikolinieritas dilakukan dengan melihat nilaitolerancedan lawannyaVariance Inflation Faktor(VIF) (Ghozali, 2013). Jika nilaitolerancelebih dari 0,10 dan nilai VIF kurang dari 10 maka disimpulkan tidak ada multikolinieritas antar variabel bebas dalam regresi.

3.4.2.3 Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi tersebut terjadi heteroskedastisitas, yang bertujuan untuk mengetahui terjadinya varian tidak sama untuk variabel bebas yang berbeda. Model regresi yang baik adalah yang

homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2013). Cara untuk mendeteksi adanya heteroskedastisitas dapat dilihat sebaran titik pada grafik

scatterplotdari grafikscatterplotjika terlihat titik-titik menyebar secara acak baik diatas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi.


(63)

3.4.2.4 Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui apakah terjadi korelasi antar anggota serangkaian observasi yang diurutkan, menurut waktu (datatime series) atau ruang (datacross section). Pengujian autokorelasi digunakan untuk mengetahui apakah terjadi korelasi antara kesalahan penganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya) (Ghozali, 2013). Konsekuensi dari adanya autokorelasi dalam suatu model regresi adalah varians sampel tidak dapat menggambarkan varians populasinya. Salah satu cara untuk mengetahui ada tidaknya autokorelasi pada model regresi adalah dengan melakukan ujiruns.Dalamruns test, dikatakan tidak terjadi autokorelasi jika nilaiasymp.sig.(2-tailed lebih dari 0,05). Model regresi yang baik adalah yang bebas dari autokorelasi.

3.5 Pengujian Hipotesis

3.5.1 Analisis Regresi Linier Berganda

Analisis regresi adalah suatu model dimana variabel dependen bergantung pada dua atau lebih variabel independen. Dalam analisis regresi, selain mengukur kekuatan hubungan antar dua variabel atau lebih, juga menunjukkan arah hubungan antar variabel dependen dengan variabel independen (Ghozali, 2013).

Variabel terikat dalam penelitian ini mengacu pada kinerja keuangan yaituROA,cash ratiodandebt to asset ratio, sedangkan variabel independen mengacu pada

transparansi yang diproksikan olehvoluntary disclosure(pengungkapan sukarela), kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, dan komisaris independen. Alat analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda untuk melihat efek pada semua


(64)

variabel-variabel tersebut secara bersamaan. Model penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Y1= α + β1PS+ β2KPIN +β3KPMN +β4KMI +∈ (MODEL 1)

Y2= α + β1PS+ β2KPIN +β3KPMN +β4KMI +∈ (MODEL 2)

Y3= α + β1PS+ β2KPIN +β3KPMN +β4KMI +∈ (MODEL 3)

Y1 = Kinerja keuangan yang diukur denganROA Y2 = Kinerja keuangan yang diukur dengancash ratio

Y3 = Kinerja keuangan yang diukur dengandebt to asset ratio PS = Indeks luasnya pengungkapan sukarela

KPIN = Persentase kepemilikan institusional KPMN = Persentase kepemilikan manajerial KMI = Persentase komisaris independen

∈ = Error term

α = Konstanta

β = Koefisien

Hasil persamaan regresi ini dipakai untuk menguji hipotesis dengan menggunakan t-testdengan tingkat keyakinan 95%. Jika hasil regresi p-value > 0.05 Ho tidak dapat ditolak yang berarti Ha ditolak, sebaliknya jikap-value<0.05 ho ditolak atau Ha diterima.

3.5.2 Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi digunakan untuk mengukur sejauh mana kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali, 2013). NilaiR2berada


(65)

diantara nol sampai dengan satu. Semakin mendekati nilai satu maka variabel bebas hampir memberikan semua informasi untuk memprediksi variabel terikat atau merupakan indikator yang menunjukkan semakin kuatnya kemampuan dalam menjelaskan perubahan variabel bebas terhadap variasi variabel terikat. JikaR2 mendekati nol (0) maka semakin lemah variasi variabel independen menerangkan variabel dependen terbatas.

3.5.3 Uji T atau UjiParsial

Uji t digunakan untuk memprediksi ada tidaknya pengaruh secaraparsial (sendiri-sendiri) variabel independen terhadap variabel dependen. PengujianParsial dimaksudkan untuk mengetahui apakah variabel bebas secara individu mempunyai pengaruh terhadap variabel terikat (Y) yaitu kinerja keuangan. Pengambilan keputusan berdasarkan perbandingan nilai probabilitas masing-masing koefisien regresi adalah dengan tingkat signifikansi 5% atau 0,05. Jika nilai signifikansi > 0,05 maka hipotesis ditolak.

3.5.4 Uji Statistik F

Uji statistik F digunakan untuk mengetahui apakah semua variabel independen yang dimasukkan dalam model regresi mempunyai pengaruh secara bersama-sama (simultan) terhadap variabel dependen (Ghozali, 2006). Apabila nilai probabilitas signifikansi < 0.05, maka variabel independen secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen.


(66)

SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Berdasarkan hasil penelitian untuk hipotesis 1,2 dan 3, diperoleh bahwa

pengaruh tingkat transparansi perusahaan berbanding terbalik terhadap kinerja keuangan perusahaan (ROA,DAR, dancash ratio) secara signifikan, artinya semakin tinggi transparansi yang di ungkapkan oleh perusahaan kepada pihak luar perusahaan, maka semakin menurun kinerja perusahaan, maka hipotesis 1,2, dan 3 tidak terdukung dan tidak sesuai dengan teorisignalling, hal ini bisa disebabkan karena dengan tingginya transparansi perusahaan dapat berdampak buruk juga bagi perusahaan dengan memberikan informasi lebih bagi pesaing sehingga akan berdampak pada kinerja perusahaan yang pelanggannya semakin berkurang akibat persaingan.

2. Berdasarkan hasil penelitian untuk hipotesis 4,5, dan 6, diperoleh bahwa: a. Kepemilikan institutional berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan

perusahaan (ROAdanDAR) secara signifikan, artinya hipotesis 4 dan 6 terdukung dan sesuai dengan teori agensi dimana dengan adanya

peningkatan kepemilikan saham oleh pihak institusi akan meningkatkan pengawasan terhadap pihak manajemen sehingga kinerja perusahaan akan naik.


(1)

86

b. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa kepemilikan institutional

berpengaruh positif namun tidak signifikan padacash ratioartinya hipotesis 5 tidak terdukung.

3. Berdasarkan hasil penelitian untuk hipotesis 7,8, dan 9 diperoleh bahwa pengaruh kepemilikan saham oleh jajaran manajerial dalam perusahaan berbanding terbalik terhadap kinerja perusahaan (ROA,DAR, dancash ratio) secara signifikan, hal ini mungkin disebabkan oleh karena di dalam LQ-45 terdapat 3 jenis perusahaan, yaitu perusahaan dagang, jasa, dan manufaktur yang tentu berbeda keadaannya dari tiap jenis perusahaan serta hanya sedikit sampel yang diambil yaitu 14 perusahaan dari total 45 perusahaan dalam kelompok LQ-45. Maka hasil dalam penelitian ini yang menunjukkan kepemilikan manajerial berpengaruh negatif tidak dapat sepenuhnya

menunjukkan keadaan sebenarnya perusahaan, dikarenakan perbedaan jenis perusahaan dan sedikitnya sampel yang diteliti.

4. Berdasarkan hasil penelitian untuk hipotesis 10, 11 dan 12 diperoleh bahwa komisaris independen dalam perusahaan tidak berpengaruh terhadap kinerja perusahaan (ROA,DAR, dancash ratio) disebabkan karena terlalu banyak proporsi komisaris independen maka kinerja yang dilakukan tidak efektif, sehingga keberadaan dewan komisaris independen dalam memberikan keuntungan bagi perusahaan berpengaruh kecil.


(2)

5.2. Keterbatasan Penelitian

Adapun keterbatasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Populasi dalam penelitian ini hanya terbatas pada perusahaan LQ-45 yang merupakan perusahaan-perusahaan besar sehingga penelitian ini belum tentu menggambarkan perusahaan-perusahaan yang baru berkembang dengan menerapkangood corporate governanceyang sama, serta dari total 45

perusahaan hanya 14 perusahaan yang memenuhi kriteria pengambilan sampel. 2. Perusahaan dalam LQ-45 terdiri dari 3 jenis perusahaan, yaitu perusahaan

dagang, jasa, dan manufaktur. Sehingga keadaan tiap jenis perusahaan berbeda. 3. Terdapat unsur subyektivitas pada penilaian pengungkapan sukarela di dalam

penelitian ini sehingga tingkat keakuratannya masih cukup rendah.

5.3. Saran

Berdasarkan keterbatasan yang dimiliki peneliti, maka peneliti memiliki beberapa saran yang dapat menjadi pertimbangan bagi penelitian-penelitian selanjutnya, yaitu:

1. Penelitian selanjutnya disarankan menambah atau menggunakan sampel penelitian dari perusahaan lainnya terutama perusahaan yang baru berkembang (perusahaanIPO) agar hasil penelitian dapat menggambarkan keadaan

perusahaan yanggo publicsecara keseluruhan baik perusahaan besar maupun berkembang di Indonesia dan menggunakan periode penelitian dengan rentang waktu yang lebih panjang.


(3)

88

2. Penelitian selanjutnya dapat menggunakan proksi kinerja keuangan yang lainnya. 3. Penelitian selanjutnya bisa menggunakan 1 jenis perusahaan saja, tidak seperti


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Gunarsih, Tri. 2001.Corporate Governance: Struktur Kepemilikan, Kinerja dan Diversifikasi.Rancangan Proposal Disertasi.UGM,Yogyakarta.

Izati,C dan Margaretha,F. 2014.Faktor-Faktor Kinerja Keuangan. E-Journal Universitas Trisakti

Iskandarsyah, Natsir Hanafi. 2010.Pengaruh Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Yang Terdaftar Pada Corporate Governance Perception Index.Universitas Lampung. Lampung

Doni, Muhammad. 2011.Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Perusahaan Go Publik Sebelum Dan Sesudah Penerapan Konsep Good Corporate Governance. Universitas Lampung. Lampung

Jumandani, Romi. 2012.Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan. Universitas Lampung. Lampung Sekaradi,S. 2011.Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Kinerja

Keuangan.Semarang

Hidayah, Herna.Pengaruh Kualitas Pengungkapan Informasi Terhadap Hubungan Antara Penerapan Corporate Governance Dengan Kinerja Perusahaan di Bursa Efek Indonesia.Universitas Islam Indonesia

Aripika, Desti. 2013.Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengungkapan sukarela corporate governance dalam laporan tahunan.Universitas Lampung Nugroho, Muhamma Aji. 2010.Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan

Perusahaan Sebelum Dan Sesudah Merger Dan Akuisisi.Universitas Diponegoro


(5)

Utami, Anindyati Sarwindah. 2011.Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Pengungkapan Corporate Social Responsibility Dan Good Corporate Governance Sebagai Variabel Pemoderasi. Universitas Jember Yusriati, Yuli dan Eliada. 2010.Penerapan Corporate Governance Terhadap

Timbulnya Earnings Management dalam menilai kinerja keuangan pada perusahaan perbankan di Indonesia. Universitas Jenderal Soedirman Putri, Wella Dwi. 2014.Pengaruh Struktur Dewan Dan Kinerja Perusahaan

Terhadap Investment Opportunity SET (IOS).Universitas Lampung. Lampung Anggoro. 2008.Pengaruh Manajemen Laba Terhadap Tingkat Pengungkapan

Laporan Keuangan Pada Perusahaan Industri Barang Konsumsi Yang Terdaftar Di BEI.Universitas Pembangunan Nasional, Jakarta.

Anita. 2012.Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Luas Pengungkapan Informasi Sukarela Laporan Tahunan.Universitas Diponegoro.

Sari, Palinda. 2011.Pengaruh tingkat kelengkapan pengungkpan laporan keuangan terhadap kinerja keuangan pada perusahaan tekstil dan perusahaan sejenis. Universitas Lampung. Lampung

Riyanto, Ardian Ganang. 2011.Analisis Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance Dan Privatisasi Terhadap Kinerja Keuangan. Universitas Diponegoro. Semarang

Nuraeni, Dini. 2010.Pengaruh Struktur Kepemilikan Saham Terhadap Kinerja Perusahaan.Universitas Diponegoro. Semarang

Irmasari, Lisa Novi. 2013.Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan Pada Bank Umum Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI). Universitas Lampung. Lampung

Putra, Surya Andhika. 2013.Analisis Pengaruh Ukuran Perusahaan, Kepemilikan Institusional, Dan Kepemilikan Manajerial Terhadap Kinerja Perusahaan Serta Dampaknya Terhadap Nilai Perusahaan.Semarang

Humairah, Zahriyyatul. 2014.Pengaruh Kepemillikan Manajerial Dan

Pengungkapan Corporate Social Responsibility Terhadap Kinerja Perusahaan. Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga. Yogyakarta

Ghozali, Imam. 2013.Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program.Edisi Ketujuh. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.


(6)

Hastuti, Yenny Widya. 2011.Pengaruh Mekanisme Corporate Governance Secara Internal Dan Eksternal Terhadap Kinerja Keuangan.Universitas Diponegoro. Semarang.

Pandya, H. (2011).Corporate Governance Structure and Financial Performance of Selected Indian Banks. Journal of Management & Public Policy 2(2).4-21. Sukasih,N.K dan Susilawati, N.L.Nyoman Ayu Suda. 2011.Dampak good corporate

governance (GCG) terhadap kinerja perusahaan.Jurnal bisnis dan kewirausahaan. Politeknik Negeri Bali

Prahesti, Devi Shinta dan Abundanti, Nyoman. 2015.Pengaruh Risiko Kredit, Struktur Kepemilikan Dan Dewan Komisaris Independen Terhadap Kinerja Keuangan Pada Industri Perbankan Di Bursa Efek Indonesia.Universitas Udayana. Bali

Gultom, Gifson Marnasiptua. 2014.Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Perbankan Nasional.Universitas Lampung Orniati, Yuli. 2010.Laporan keuangan sebagai alat untuk menilai kinerja keuangan.

Universitas Gajayana malang

Kasmir. 2008.Analisis Laporan Keuangan,Jakarta:Rajawali Pers.

Lestari, Maharani Ika dan Toto Sugiharto. 2007.Kinerja Bank Devisa Dan Bank Non Devisa Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Proceeding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitek & Sipil).21-22 Agustus, Vol.2. Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma.

http://www.academia.edu/3132917/PENGARUH_STRUKTUR_KEPEMILIKAN_T ERHADAP_KINERJA_PERUSAHAAN_Studi_Kasus_pada_Perusahaan_Man ufaktur_yang_Listing_di_Bursa_Efek_Indonesia_


Dokumen yang terkait

ANALISIS PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KINERJA KEUANGAN (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di BEI)

0 15 20

PENGARUH KOMPONEN CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN (STUDI PADA PERUSAHAAN LQ 45 DI BEI TAHUN 2012 DAN 2013)

0 4 20

PENGARUH PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KINERJA KEUANGAN Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan Studi Empiris Pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar Di BEI Tahun 2010-2014).

0 2 14

PENGARUH PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KINERJA KEUANGAN Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan Studi Empiris Pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar Di BEI Tahun 2010-2014).

0 2 16

PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN MANUFAKTUR Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Perusahaan Manufaktur (Studi Empiris Laporan Keuangan Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI, periode 2010-2012).

0 2 19

PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN MANUFAKTUR (Studi Empiris Laporan Keuangan Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Perusahaan Manufaktur (Studi Empiris Laporan Keuangan Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BE

0 2 17

PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP Pengaruh Good Corporate Governance Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kinerja Perusahaan (Studi Empiris Pada Perusahaan yang Terdaftar di BEI Tahun 2009-2011).

0 2 14

PENGARUH KINERJA KEUANGAN DAN KARAKTERISTIK PERUSAHAAN TERHADAP GOOD Pengaruh Kinerja Keuangan Dan Karakteristik Perusahaan Terhadap Good Corporate Governance (Studi Empiris pada Perusahaan Non-keuangan yang Terdaftar di BEI).

1 2 14

PENDAHULUAN Pengaruh Kinerja Keuangan Dan Karakteristik Perusahaan Terhadap Good Corporate Governance (Studi Empiris pada Perusahaan Non-keuangan yang Terdaftar di BEI).

0 2 8

ANALISIS PENGARUH INTELLECTUAL CAPITAL DAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN ( STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI TAHUN 2010-2012).

0 0 13