PENGARUH MENTAL ARITMATIKA SEMPOA TERHADAP KREATIVITAS ANAK DI SEMPOA KREATIF KABUPATEN PONOROGO

  

PENGARUH MENTAL ARITMATIKA SEMPOA TERHADAP

KREATIVITAS ANAK DI SEMPOA KREATIF

KABUPATEN PONOROGO

SKRIPSI

OLEH:

LANNY MUSTIKA DWI CAHYANTI

  

NIM: 210613101

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PONOROGO

Juli, 2017

  

ABSTRAK

Mustika Dwi Cahyanti, Lanny. 2017. Pengaruh Mental Aritmatika Sempoa

  terhadap Kreativitas Anak di Sempoa Kreatif Kabupaten Ponorogo.

  Skripsi. Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ponorogo.

  Pembimbing Kurnia Hidayati, M.Pd.

  Kata Kunci: Mental Aritmatika Sempoa dan Kreativitas.

  Penelitian ini diadakan dengan latar belakang bahwa pendidikan pada umumnya ialah menyediakan lingkungan yang memungkinkan anak didik untuk mengembangkan bakat dan kemampuannya secara optimal. Pendidikan tak hanya dalam kegiatan formal, namun dapat diperoleh dalam kegiatan nonformal. Pendidikan nonformal adalah setiap kegiatan terorganisasi dan sistematis, di luar sistem persekolahan yang mapan, dilakukan secara mandiri atau merupakan bagian penting dari kegiatan yang lebih luas, yang sengaja dilakukan untuk melayani peserta didik tertentu di dalam mencapai tujuan belajarnya. Sempoa kreatif adalah salah satu lembaga nonformal yang menerapkan metode mental aritmatika dengan menggunakan alat bantu sempoa. Salah satu tujuan mental aritmatika adalah untuk meningkatkan kreativitas anak. Kreativitas merupakan kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, berupa gagasan maupun karya nyata.

  Rumusan masalah pada penelitian ini yaitu (1) Bagaimana kemampuan mental aritmatika sempoa anak di Sempoa Kreatif Kabupaten Ponorogo? (2) Bagaimana kreativitas anak di Sempoa Kreatif Kabupaten Ponorogo? (3) Adakah pengaruh mengikuti mental aritmatika sempoa terhadap kreativitas anak di Sempoa Kreatif Kabupaten Ponorogo?

  Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, datanya berupa angka- angka dan menggunakan teknik regresi sederhana. Perhitungannya menggunakan rumus regresi linier sederhana. Adapun jumlah populasinya adalah semua siswa Sempoa Kreatif Kabupaten Ponorogo yang berjumlah 60 anak. Untuk sampel penelitian ini mengambil seluruh jumlah populasi berjumlah 60 anak. Teknik pengumpulan data menggunakan angket dengan penilaian skala Guttman.

  Dengan analisis data dengan menggunakan statistik dapat disimpulkan bahwa (1) Mental Aritmatika Sempoa Anak di Sempoa Kreatif Kabupaten Ponorogo tergolong dalam kategori cukup (75%) dengan frekuensi sebanyak 45 responden. (2) Kreativitas Anak di Sempoa Kreatif Kabupaten Ponorogo Tahun tergolong dalam kategori cukup (87%) dengan frekuensi sebanyak 52 responden. (3) terdapat pengaruh mental aritmatika sempoa terhadap kreativitas anak di Sempoa Kreatif Kabupaten Ponorogo dengan koefisien regresi sebesar sebesar 13,37% dan 86,63% sisanya dipengaruhi faktor lain yang tidak termasuk dalam model.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan yang sangat menentukan bagi

  perkembangan dan perwujudan diri individu, terutama bagi pembangunan bangsa dan negara. Kemajuan suatu negara bergantung kepada cara kebudayaan cara tersebut mengenali, menghargai, dan memanfaatkan sumber daya manusia dan hal ini berkaitan erat dengan kualitas pendidikan yang diberikan kepada anggota

  1 masyarakatnya.

  Berdasarkan Undang-Undang Sistem Pendidikn Nasional (UU Sisdiknas) Nomor 20 Tahun 2003, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Tegas sekali disampaikan UU Sisdiknas tersebut bahwa tujuan diselenggarakannya pendidikan adalah agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi yang

  2 ada dalam dirinya.

  1 Utami Munandar, Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat (Jakarta:PT Rineka Cipta, cet.3, 2009), 6. 2 Akhmad Muhaimin Azzet, Pendidikan yang Membebaskan (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media,

  Pendidikan yang diselenggarakan di Indonesia sendiri terbagi dalam tiga jalur utama; yaitu pendidikan formal, pendidikan nonformal, dan pendidikan informal. Sebagaimana yang diatur dalam UU Nomor 20 Tahun 2003, Pasal 26m ayat 1 dijelaskan bahwa pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah dan atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat. Lebih lanjut dalam ayat 2 dijelaskan pendidikan nonformal berfungsi mengembangkan potensi peserta didik (warga belajar) dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan

  3 fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian professional.

  Tujuan pendidikan pada umumnya ialah menyediakan lingkungan yang memungkinkan anak didik untuk mengembangkan bakat dan kemampuannya secara optimal, sehingga ia dapat mewujudkan dirinya dan berfungsi sepenuhnya,

  4 sesuai dengan kebutuhan pribadinya dan kebutuhan masyarakat.

  Saat ini, perkembangan ilmu pengetahuan, seni dan teknologi telah berkembang demikian pesatnya. Seluruh umat manusia di belahan bumi manapun, termasuk masyarakat Indonesia telah sedikit banyak telah menikmati buah karya ilmu pengetahuan, seni dan teknologi. Pada dasarnya ilmu pengetahuan, seni dan teknologi akan terus berkembang sejalan dengan perkembangan manusia itu sendiri. Manusialah yang membuat majunya sebuah 3 Irmala Jelita

  , “Evaluais Pelaksanaan Program Pendidikan Nonformal di Panti Asuhan Uswatun Hasanah Samarinda 4 ”, Vol 03, Nomor 03 (2015), 66. peradaban. Dengan potensi yang diberikan Tuhan, manuisa terus mengembangkan diri dan membangun peradabannya. Melalui ilmu pengetahuan manusia dapat memperbaiki kekurangannya dan menciptakan hal-hal baru yang

  5 berdaya guna dalam kehidupan masyarakat banyak.

  Namun pada kenyataannya, tidak semua orang mau berpikir dan bekerja keras. Tidak semua orang berani berkhayal dan mewujudkan khayalannya. Tidak semua orang mau berkarya meskipun dicerca. Tidak semua orang punya keinginan untuk selalu maju dan meningkatkan diri, punya motivasi, dan jiwa

  6

  pencari pengetahuan yang besar. Untuk memecahkan persoalan yang dihadapi

  7

  sebagai upaya mencapai kemajuan memerlukan kemampuan kreatif. Berpikir kreatif adalah sebuah kebiasaan dari pikiran yang dilatih dengan memperhatikan intuisi, menghidupkan imajinasi, mengungkapkan kemungkinan-kemungkinan baru, membuka sudut pandang yang menakjubkan dan membangkitkan ide-ide

  8 yang tidak terduga.

  Kreativitas merupakan kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu

  9

  yang baru, berupa gagasan maupun karya nyata. Menurut Supriadi kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa

  5 Yeni Rachmawati dan Euis Kurniati, Strategi Pengembangan Kreativitas Pada Anak (Jakarta: Kencana, 2010), 3. 6 7 Ibid., 4. 8 Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2009), 192. 9 Elaine B. Johnson, Contextual Teaching and Learning (Bandung: Kaifa, 2010), 214.

  10 gagasan maupun karya nyata yang relatif berbeda dengan apa yang telah ada.

  Sedangkan menurut Cameron, kreativitas adalah ciptaan alami kehidupan. Menciptakan berarti menyadari potensi terdalam kita, dan dengan melakukannya

  11 kita memperkaya potensi masyarakat, memperkaya konteks yang kita tempat.

  Beberapa penelitian menunjukkan bahwa seorang anak yang kreatif mendapat rangsangan (dengan melihat, mendengar dan bergerak) akan lebih

  12

  berpeluang lebih cerdas dibanding dengan sebaliknya. Secara kodrati, manusia dalam proses belajarnya terlebih dahulu memanfaatkan belahan otak kiri. Dalam tingkat pengembangan isi bahan pelajaran, pendidik perlu merangsang pemanfaatkan otak belahan kanan dengan menggunakan strategi yang dapat mengoptimalkan kerja belahan otak kanan, salah satunya adalah utuk mengembangkan kreativitas anak. Karena dalam kehidupan ini juga dituntut kreativitas yang sangat beragam bidangnya, yang tak bisa diperoleh hanya dari

  13 sekolah formal saja.

  Salah satu usaha untuk mengembangkan kreativitas anak adalah dengan memanfaatkan media pembelajaran. Hamalik mengemukakan bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap 10 Utami Munandar, Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat (Jakarta:PT Rineka Cipta, cet.3, 2009), 13. 11 12 Elaine B. Johnson, Contextual Teaching and Learning (Bandung: Kaifa, 2010), 213.

  Yeni Rachmawati dan Euis Kurniati, Strategi Pengembangan Kreativitas Pada Anak (Jakarta: Kencana, 2010), 27. 13 siswa. Penggunaan media pembelajaran pada tahap orientasi pembelajaran akan sangat membantu kefektifan proses pembelajaran dan penyampaian pesan dan isi pelajaran pada saat itu. Selain membangkitkan motivasi dan minat belajar siswa meningkatkan pemahaman, menyajikan data dengan menarik dan terpercaya,

  14 memudahkan penafsiran data, dan memadatkan informasi.

  Media adalah komponen sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi instruksional di lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar. Media sendiri memiliki ciri-ciri umum yang salah satunya adalah media sebagai perangkat keras yaitu sesuatu yang dapat dilihat, didengar

  15 atau diraba dengan panca indera.

  Penggunaan media pembelajara adalah salah satu usaha untuk merangsang kreativitas anak. Bahkan lembaga-lembaga pendidikan non formal kini banyak yang memanfaatkan media pembelajaran sebagai komponen utama dalam rangkaian kegiatannya. Salah satunya adalah dengan pemanfaatan media sempoa.

  Sempoa adalah alat hitung tradisional dari Asia Timur, seperti Cina, Korea, Taiwan dan Jepang. Ditemukan lebih kurang 1800 tahun yang lalu dan

  16

  mempunyai inti kerja menaik turunkan biji sempoa secara nyata. Sempoa bermanfaat untuk Meningkatkan kreativitas anak, salah satu pemicu kreativitas 14 15 Azhar Arsyad, Media Pembelajaran (Jakarta: Kharisma Putra Utama Offset, 2013), 19-20. 16 Ibid., 6.

  Makalah Treining Guru Sempoa. CV.Sempoa Kreatif, Dirjen Hak Kekayaan Intelektual anak adalah dengan sering menggunakan otak kanan. Dalam menghitung menggunakan mental, anak harus mampu membayangkan gerakan manik-manik.

  Dengan sering melatih mental, maka anak menjadi terbiasa menggunakan daya khayalnya atau imajinasinya, dan kreativitas anak semakin berkembang.

  Walaupun manusia menikmati manfaat yang ditimbulkan melalui perkembangan seni, sains dan teknologi, serta menyadari pentingnya memelihara nilai-nilai kreativitas, bukan berarti tidak ada masalah. Salah satu masalah muncul karena kita tidak mengatahui bagaimana menjaga dan memelihara potensi kreatif ini sehingga salah jalan dalam melakukan pendidikan. Banyak persoalan yang muncul menyangkut pengembangan potensi manusia melalui pendidikan. Orang tuanya menyadari anaknya harus mengenyam pendidikan tinggi, namun akhirnya mengabaikan kebutuhan alami mereka.

  Demikian juga lembaga pendidikan. Lembaga-lembaga pendidikan lebih banyak melakukan kegiatan-kegiayan yang berorientasi pada pengembangan akademik dan menjejali siswa dengan berbagai data dan informasi yang lebih mendominasi pada perkebangan otak kiri. Pendidikan menjadi bersifat verbalistis dan mekanistis, dimana anak lebih banyak mengenal dan menghafal serangkaian kata-kata dan istilah serta rumusan angka dan simbol-simbol, tanpa memahami makna dan kegunaannya untuk kehidupan. Dunia sekolah menjadi kehilangan makna pendidikan yang diharapkan dapat memelihara generasi yang cerdas,

  17 kreatif, mandiri, berkepribadian, dan percaya diri.

  Peneliti memilih lokasi penelitian di Sempoa Kreatif Kabupaten Ponorogo karena didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan kemenarikan, keunikan, dan kesesuaian dengan topik yang dipilih. Di Sempoa Kreatif Kabupaten Ponorogo merupakan lembaga nonformal yang memanfaatkan perkembangan otak kanan, namun kreativitas anak masih tergolong rendah.

  Dengan pemilihan lokasi ini peneliti berharap menemukan hal-hal yang bermakna dan baru.

  Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “PENGARUH MENTAL ARITMATIKA SEMPOA TERHADAP KREATIVITAS ANAK DI SEMPOA KREATIF KABUPATEN PONOROGO

  ” B.

   Batasan Masalah

  Bertolak dari identifikasi masalah seperti diuraikan sebelumnya, maka dalam penelitian ini permasalahan akan dibatasi pada rendahnya kreativitas anak di Sempoa Kreatif Kabupaten Ponorogo.

17 Yeni Rachmawati dan Euis Kurniati, Strategi Pengembangan Kreativitas Pada Anak

C. Rumusan Masalah

  Dari latar belakang masalah yang diuraikan di atas, maka rumusan pada penelitian ini adalah:

1. Bagaimana kemampuan mental aritmatika sempoa anak di Sempoa Kreatif

  Kabupaten Ponorogo? 2. Bagaimana kreativitas anak di Sempoa Kreatif Kabupaten Ponorogo? 3. Adakah pengaruh mengikuti mental aritmatika sempoa terhadap kreativitas anak di Sempoa Kreatif Kabupaten Ponorogo?

D. Tujuan Penelitian

  Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui kemampuan mental aritmatika sempoa anak di Sempoa Kreatif Kabupaten Ponorogo.

  2. Untuk mengetahui kreativitas anak di Sempoa Kreatif Kabupaten Ponorogo.

  3. Untuk mengetahui pengaruh mental aritmatika sempoa terhadap kreativitas anak di Sempoa Kreatif Kabupaten Ponorogo.

E. Manfaat Penelitian

  Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat terutama: 1. Secara teoritis a.

  Hasil penelitian ini diharapkan dapat menguji ada tidaknya regresi/pengaruh antara mengikuti mental aritmatika sempoa terhadap b.

  Menambah khazanah ilmu pengetahuan dan memperkaya hasil penelitian yang telah ada dan dapat memberi gambaran mengenai pengaruh mengikuti mental aritmatika sempoa terhadap kreativitas anak.

2. Secara praktis a.

  Bagi siswa Hasil penelitian ini diharapkan dapat menumbuhkan kreativitas anak dalam kehidupan sehari-hari. Khususnya dalam kegiatan sempoa kreatif.

  b.

  Bagi guru Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai referensi untuk meningkatkan kreativitas anak dalam kegiatan sempoa kreatif.

  c.

  Bagi lembaga Sempoa Kreatif Sebagai bahan masukan untuk melakukan langkah baik untuk mengembangkan kreativitas anak dalam kegiatan sempoa kreatif.

  d.

  Bagi peneliti Menambah wawasan pengetahuan dan lebih memperdalam tentang pembelajaran yang merangsang kreativitas anak.

F. Sistematika Pembahasan

  Dalam sistematika pembahasan ini dibagi menjadi beberapa bab, dimana setiap bab dibagi menjadi beberapa sub bab, sehingga tersusun sebagai berikut:

  BAB I : PENDAHULUAN Berisi tentang pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah,

  batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan diakhiri sistematika pembahasan.

  BAB II : KAJIAN PUSTAKA Berisi tentang deskripsi teori, atau telaah pustaka, kerangka kerangka

  berpikir yang meliputi, pengertian mental aritmatika, manfaat mental aritmatika pada anak, sejarah dan pengertian sempoa, bagian-bagian sempoa, pengertian kreativitas, ciri-ciri kreativitas, dan perkembangan kreativitas, telaah hasil penelitian terdahulu, kerangka berpikir dan pengajuan hipotesis.

  BAB III : METODOLOGI PENELITIAN Berisi tentang rancangan penelitian, populasi dan sampel, instrumen

  pengumpulan data, teknik pengumpulan data, serta teknik analisis data.

  BAB IV : HASIL PENELITIAN Berisi tentang gambaran umum lokasi penelitian, deskripsi data,

  pengolahan data yang ditemukan kemudian dianalisis sesuai dengan data yang diperoleh atau pengajuan hipotesis yang dihitung melalui statistik, kemudian menginterpretasikan terhadap hasil analisis data mental aritmatika sempoa dan kreativitas anak.

BAB V : PENUTUP Merupakan bab terakhir dan semua rangkaian pembahasan dari bab pertama sampai bab lima. Bab ini berisi kesimpulan dan saran.

BAB II LANDASAN TEORI, TELAAH HASIL PENELITIAN TERDAHULU, KERANGKA BERPIKIR, DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Landasan Teori 1. Mental Aritmatika a. Pengertian Mental Aritmatika Bagi banyak orang mendengar mental aritmetics (atau jika

  diterjemahkan sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia adalah aritmatika mental) mungkin adalah hal baru. Istilah ini mulai populer di Indonesia seiring dengan masuknya pendidikan mental aritmatika itu.

  Mental aritmatika selama ini sering diidentikan dengan sempoa padahal sebenarnya sangat berbeda. Mental yang berarti pikiran dan aritmatika yang berarti berhitung. Jadi secara harfiah mental aritmatika adalah berhitung menggunakan pikiran atau tanpa alat bantu. Misalnya, kalkulator, komputer, pena, abacus, melainkan semata-mata hanya

  18 menggunakan otak kita atau sempoa bayangan.

  Mental aritmatika merupakan salah satu disiplin ilmu pengetahuan eksakta yang telah terbukti dan sangat berguna sebagai dasar pengembangan kerangka dan cara berpikir seorang anak. Mental aritmatika dapat digunakan

18 Makalah Treining Guru Sempoa, (CV.Sempoa Kreatif, Dirjen Hak Kekayaan Intelektual

  untuk mengoptimalkan fungsi otak seorang anak, sehingga dapat

  19 menghitung cepat hanya dengan pemikiran otak saja.

  Mental Aritmatika Sempoa adalah suatu program pengajaran untuk mengoptimalkan fungsi otak sebelah kanan dengan menggunakan azas aritmatika penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian dan pangkat dua dengan alat bantu Sempoa pada tahap awal, kemudian beralih pada

  20 sempoa bayangan.

  Awal dari operasi perhitungan aritmetika menggunakan sempoa adalah dengan cara menaik turunkan biji sempoa dengan tangan secara nyata. Kemudian proses perhitungan tersebut dapat dilakukan dengan cara membayangkan saja, yaitu menaikturunkan biji sempoa di dalam imajinasi.

  Proses perhitungan seperti ini menjadi metode yang dikenal dengan Mental Aritmet ika. Pada metode ini, sempoa hanya digunakan sebagai alat bantu awal dan selanjutnya dapat melakukan perhitung di luar kepala.

  Di dalam Mental Aritmatika, sempoa yang digunakan adalah sempoa yang berpola 1 - 4. Sempoa jenis ini ditemukan sebagai alat yang sedikit kendalanya untuk dibayangkan dalam memori otak manusia dibandingkan sempoa berpola 2 - 5. Jika menggunakan sempoa berpola 2 - 5 akan sulit membayangkan angka tertentu, misalnya sepuluh (10). Angka

  19 Dadi Rosadi & Dani, “Aplikasi Ajar Mental Aritmatika”, Computech & Bisnis, 4 (Desember, 2010), 132.

  20 Sessi Rewetty Rivilla dan Hadijah, “Pelaksanaan Kokurikuler Mental Aritmatika Sempoa Di SDN Landasan Ulin Barat 1 Banjarbaru

  ”, Jurnal Ilmiah Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, tersebut dalam sempoa berpola 2 - 5 dapat digambarkan dengan tiga alternatif, dengan dua biji di atas yang bernilai lima, atau satu di atas (bernilai lima) dan lima biji di bawah, atau dengan satu biji di tiang berikutnya yang mewakili puluhan. Sedangkan sempoa berpola 1 - 4 mempunyai alternatif angka yang hanya satu saja. Dengan demikian sempoa berpola 2 - 5 tidak dapat dibayangkan dengan mudah, karena alternatif-

  21 alternatif tersebut menyulitkan memori siswa.

b. Manfaat pendidikan Mental Aritmatika pada Anak

  Ada lima hal penting yang akan didapat dari belajar mental aritmatika, yaitu: 1)

  Keseimbangan otak kiri dan otak kanan. Selama ini, kita (dalam hal anak) dalam berhitung hanya menggunakan otak kiri saja, dengan belajar mental aritmatika anak dirangsang untuk menggunakan otak kanan. Karena menghitung dalam mental aritmatika, anak membayangkan manik-manik berjalan. Dan otak kanan lah yang berfungsi untuk membayangkan gerakan manik-manik tersebut. 2)

  Meningkatkan kreativitas anak, salah satu pemicu kreativitas anak adalah dengan sering menggunakan otak kanan. Dalam menghitung menggunakan mental, anak harus mampu membayangkan gerakan manik- manik. Dengan sering melatih mental, maka anak menjadi terbiasa

  21 Eko Budiraharjo , “Pengembangan Media Alternatif Pembelajaran Mental Aritmatika Metode Sempoa Untuk Anak Usia Dasar Melalui Perangkat Lunak Komputer

  ”, Vol 8, Nomor 01 menggunakan daya khayalnya atau imajinasinya, kreativitas anak semakin berkembang.

3) Meningkatkan konsentrasi belajar.

  Mental aritmatika sangat membutuhkan konsentrasi yang baik, karena tanpa konsentrasi yang baik tidak akan didapat hasil yang benar dan maksimal. Jadi seorang anak akan selalu berkonsentrasi dan tidak ingin konsentrasinya buyar. Semakin sering digunakan, konsentrasi akan semakin meningkat. 4)

  Menambah Kepercayaan Diri Seorang anak yang berusia 8 tahun dapat menjumlahkan puluhan bahkan ratusan dengan cepat dan tepat, hal tersebut akan menambah rasa percaya diri si anak ketika bersosialisasi dengan orang lain. 5)

  Mengembangkan diri dalam jangka panjang, mental aritmatika akan membentuk karakter manusia yang inovatif, suka tantangan, berkreasi serta tidak mudah putus asa.

  Selain itu, terdapat manfaat pendidikan mental aritmatika bagi masa depan anak, yaitu: a.

  Lebih cepat menghitung dalam negosiasi bisnis.

  b.

  Lebih cepat dalam menganalisa laporan-laporan dalam angka, misalnya: neraca, laba dan rugi, biaya penjualan dan lain-lain.

  c.

  Anak menjadi lebih percaya diri, lebih tekun dan lebih kreatif dalam d.

  Anak menjadi lebih siap dalam menghadapi setiap persaingan yang ketat

  22 di era milenium.

2. Sempoa a. Sejarah dan Pengertian Sempoa

  Sempoa telah digunakan berabad-abad sebelum dikenalnya sistem bilangan Hindu Arab sampai sekarang masih digunakan pedagang di berbagai belahan dunia seperti Tiongkok. Asal usul sempoa sulit diacak karena alat hitung yang mirip-mirip sempoa banyak dikenal di berbagai kebudayaan di dunia. Konon sempoa sudah ada di Babilonia dan Tiongkok sekitar tahun 2400 SM dan 300 SM. Orang zaman kuno menghitung dengan membuat garis-garis dan meletakkan batu-batu di atas pasir yang merupakan bentuk awal dari berbagai macam variasi sempoa.

  Sempoa atau sipoa atau dekak-dekak adalah alat kuno untuk menghitung yang dibuat dari rangka kayu dengan sederetan poros berisi manik-manik yang dapat digeser-geserka. Sempoa digunakan untuk melakukan operasi aritmatika seperti penjumlahan (+), pengurangan (-), perkalian ( x ) dan pembagian (:). Dalam bahasa Inggris, sempoa dikenal dengan nama abacus. Penggunaan kata abacus sudah dimulai sejak tahun 1387, meminjam dalam bahasa latin abakos yang berasal dari kata abax yang dalam bahasa Yunani berarti “Tabel perhitungan”.

  Sempoa adalah alat hitung tradisional dari Asia Timur, seperti Cina, Korea, Taiwan dan Jepang. Ditemukan lebih kurang 1800 tahun yang lalu dan mempunyai inti kerja menaik turunkan biji sempoa secara nyata.

  Walaupun sempoa berkembang di timur Asia, namun menurut salah satu sumber abacus paling tua didunia ditemukan di Mesopotamia kepulauan Salamis dan hiroglif Firaun di Mesir.

  Saat itu, manusia menciptakannya dari butiran-butiran dari tanah untuk menggantikan setiap jari dan dibuat jalur atau galur di tanah untuk menggantikan tangan sebagai pangkal jari. Butiran-butiran tanah inilah yang dalam bahasa Yunani disebut aba yang kemudian terkenal dengan istilah abacus. Sedangkan dalam perhitungan orang Arab atau dunia Islam sejak abad ke-7, mereka menggunakan alat hitung butiran dari batu atau biji-biji korma (tasbih). Dengnan demikian dapat disimpulkan bahwa sempoa adalah alat bantu sementara, sehingga suatu saat sempoa itu tidak akan digunakan

  23 lagi.

b. Sempoa Sebagai Media yang Manusiawi

  Sebenarnya Sempoa bukanlah wajah yang terlalu baru, keberadaannya lebih lama dibandingkan alat hitung kalkulator. Alat ini sudah jauh-jauh abad telah digunakan sebagian bangsa di muka Bumi. Bangsa Cina merupakan salah satu bangsa yang menjadikan alat Sempoa di kenal di dunia. Walaupun banyak nama yang diberikan pada alat tersebut

  (seperti: Cipoa, Sokoban maupun Abakus), Abakus merupakan nama internasionalnya. Pada perkembangannya, Abakus mengalami inovasi bentuk dan cara penggunaannya.

  Semula pembagian bilahnya terisi 2 butir (limaan) dan 5 butir (satuan) disesuaikan menjadi I butir (limaan) dan 4 butir (satuan). Sedangkan cara penggunaannya, semula diletakkan secara vertikal (terhadap tubuh) dengan penggerakan butir ke kanan dan ke kirim diubah sebaliknya diletakkan horisontal dengan pergerakkan ke atas dan ke bawah. Adanya inovasi yang sepintas kecil, Abakus mengalami evolusi yang cukup mengagumkan. Akhir-akhir ini, di Indonesia Abakus dikenalkan sebagai Sempoa yang merupakan akronim metoda pembelajaran hitung aritmatika

  24 yang ada di dalamnya.

  c. Bagian-bagian Sempoa Gambar 2.1 Bagian-bagian sempoa

24 Bambang Sumarno HM, “Sempoa dalam Perspektif Media Pembelajaran Hitung

Gambar 2.2 Nilai manik-manik sempoa Gambar 2.3 Nilai manik-manik sempoa 1 sampai 9 d. Pengaturan Manik-manik pada Soroban atau Sempoa

  Dalam perhitungan dengan soroban anda harus menggunakan ibu jari (jempol) dan telunjuk. Jika ingin menunjukkan suatu nilai anda hanya perlu menaikkan atau menurunkan manik-manik hingga menyentuh balok (bingkai sempoa). Bila anda menaikkan satu manik-manik Bumi (manik-manik yang terletak di bawah tiang pembatas) sampai menyentuh bingkai sempoa berarti anda memberikan nilai 1 (satu). Dan jika anda menaikkan 3 manik-manik bumi hingga menyentuh tiang pembatas maka anda menunjukkan nilai 3 (tiga). Nah, kalau anda hendak membuat nilai 5, maka Anda akan langit sampai menyentuh tiang pembatas. Berikut adalah nil ai manik-manik

  25

  2, 4, dan 5 dalam sempoa:

Gambar 2.4 Nilai manik-manik sempoa 2, 4 dan 5 e. Melengkapi Nilai pada Soroban atau Sempoa

  Ketika berhitung menggunkan sempoa, Anda harus berhati-hati dalam menggerakkan manik-manik dan tidak bersikap ceroboh. Jika Anda bertindak demikian, maka Anda perlu mencermati dua hal yang berhubungan dengan angka angka 5 dan 10. Pada angka 5 anda dapat menggunakan dua kelompok untuk melengkapi nomor 4 dan 1, serta 2 dan 3. Pada angka 10, Anda melibatkan lima kelompok guna melengkapi nomor 9 dan 1, 8 dan 2, 7 dan 3, 6 dan 4 serta 5 dan 5. Nah supaya Anda lebih mudah melakukan penjumlahan, pengurangan,perkalian dan pembagian perhatikan uraian berikut secara

  26 seksama.

  25 26 Dwi Sunar Prasetyono, Panduan Lengkap Jarimatika (Jogjakarta: Diva Press, 2009). 261.

a) Penjumlahan Penjumlahan adalah menggabungkan dua kelompok (himpunan).

  Penjumlahan adalah salah satu operasi aritmatika dasar. Penjumlahan merupakan ketrampilan yang dibutuhkan anak-anak untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Pengalaman nyata dari pengalaman anak sehari hari dengan penjumlahan dapat diajarkan kepada anak dalam

  27 bahasa simbol penjumlahan (+).

  Berikut contoh penjumlahan menggunakan sempoa: 4 + 8 = 12 Caranya, Anda harus memberikan nilai 4 pada batang B, lalu tambahkan nilai 8. Karena tongkat B tidak bisa menunjukkan nilai 8, maka Anda mesti melengkapi nilai 8 dengan 10, yakni 2. Oleh karena itu, Anda harus mengurangi nilai 2 dari 4 pada batang B, kemudian berikan nilai 1 puluhan pada batang A, sehingga Anda akan memperoleh nilai 12 dengan ungkapan

  28

  lain, 4 + 8 = 12 menjadi 4 – 2 + 10 = 12.

Gambar 2.5 Penjumlahan 4 + 8 = 12

  10

  2 27 B A B A B A 28 Parwoto, Evaluasi Hasil Belajar (Yogyakarta: Bumi Aksara, 2007), 192.

b) Pengurangan

  Jika pada operasi penjumlahan dilakukan penggabungan dua kelompok himpunan, maka pada operasi pengurangan dilakukan pengambilan kelompok baru, yaitu pembentukan kelompok baru. Misalnya dari kelompok A yang beranggotakan 6 orang akan dibentuk kelompok baru yang terdiri dari 2 orang, maka banyaknya anggota kelompok A yang

  29 tertinggal hanya 4 orang.

  Berikut contoh pengurangan dengan sempoa:

  11

  • – 7 = 4 Caranya, Anda mesti mengatur bilangan 11 pada tongkat A dan B, lalu kurangi 7. Karena tongkat B hanya mempunyai nilai 1, maka harus melengkapi bilangan 7 dengan 10, yaitu 3. Selanjutnya, Anda mengurangi angka 1 bernilai puluhan pada batang , kemudian tambahkan angka 3 guna melengkapi batang B, yang sama dengan 5, jadi, 11
  • – 7 = 4 menjadi 11 –

  30 10 + 3 = 4.

  Gambar 2.6

Pengurangan 11

  • – 7 = 4

  3

  10 29 B A B A B A

  Sri Subarinah, Inovasi Pembelajaran Matematika Sekolah Dasar (Jakarta: Depdiknas,2006), 30. 30

c) Perkalian

  Perkalian merupakan proses aritmatika dasar dimana satu bilangan dilipatgandakan sesuai dengan bilangan pengalinya. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa perkalian adalah penjumlahan berulang.

  Operasi perkalian seperti operasi bilangan lainnya, perkalian berguna untuk memecahkan masalah dalam dunia nyata. Oleh karena itu, pengenalan operasi perkalian sebaiknya dimulai dari situasi dalam

  31 kehidupan sehari-hari.

  Supaya Anda terampil menyelesaikan soal-soal perkalian dengan sempoa, Anda harus mengetahui hasil perkalian hingga 9 x 9 = 81. Anda juga perlu mengetahui posisi angka pada perkalian. Misalnya, 6 x 3 = 18. Disisni, angka 6 menunjukkan perkalian, 3 sebagai kelipatan, dan 18 sebagai hasil. Cermatilah contoh berikut: Contoh: 34 x 7 = 238 Untuk menyelesaikan soal ini, Anda harus memosisikan batang H sebagai satuan. Disini, ada satu bilangan sebagai kelipatan dan dua bilangan yang menunjukkan perkalian. Anda mesti menghitung angka pada tiga batang dari kanan ke kiri, yang akan berakhir pada batang E. Anda perlu 31 mengusahakan agar angka pertama dalam perkalian terdapat pada batang E.

  J. T. Runtukahu, Pembelajaran Matematika Dasar Bagi Anak Berkesulitan Belajar. (Yogyakarta: Ar-Ruzz Alat Peraga, 2014), 117.

  Dan, bilangan satuan akan menempati batang H. Perhatikan langkah- langkah berikut: 1)

  Aturlah bilangan pengali 34 pada batang E dan F, serta kelipatan 7 pada batang B.

  Langkah 1:

  34 X 7 = 238

Gambar 2.7 Nilai Sempoa 34 dan 7 A B C D E F G H I

2) Kalikan angka 4 pada batang F dengan angka 7 pada batang B.

  Kemudian, tambahkan hasilnnya (28) pada batang G dan H. Pada tahap ini, anda akan memperoleh angka 3 pada batabf E, serta bilangan 28 pada batang G dan H.

Gambar 2.8 Nilai Sempoa 3, 7 dan 28 A B C D E F G H I

  3) Kalikan angka 3 pada batang E dengan angka 7 pada batang B, sehingga menghasilkan bilangan 21. Selanjutnya, tambahkan hasilnya pada batang F dan G. Disini, anda akan mendapatkan bilangan 238 pada

  32 batang F, G dan H.

Gambar 2.9 Nilai Sempoa 238

  

A B C D E F G H I

d) Pembagian

  Pembagian adalah mencari beberapa banyak bilangan, suatu bulangan dapat dibagi habis dengan bilangan lain. Pembagian adalah konsep matematika yang seharusnya dipelajari oleh anak-anak setelah

  33 mereka mempelajari operasi penjumlahan, pengurangan dan perkalian.

  Sebagaimana perkalian, ada berbagai metode yang dapat digunakan untuk menyelesaikan operasi pembagian denagn sempoa. Meskipun metode yang dijelaskan saat ini sering disebut metode modern, namun sebenarnya tidak benar-benar baru. Metode tersebut telah digunkan di 32 Jepang selama bertahun-tahun. Dalam pembagian, Anda perlu mengetahui 33 Dwi Sunar Prasetyono, Panduan Lengkap Jarimatika (Jogjakarta: Diva Press, 2009). 278.

  David Glover, Seri Ensklopedia Anak A-Z Matematika: Volume 1 A-F (Bandung: Grafindo posisi angka dengan benar. Misalnya, 6 ÷ 3 = 2, disini, 6 bertindak sebagai angka yang dibagi, 3 adalah pembagi dan 2 adalah hasil bagi. Ketika anda mengoprasikan pembagian pada sempoa, anda perlu mengatur posisi angka. Angka yang dibagi diletakkan disebelah kanan, sedangkan angka pembagi di sisi kiri.

  Dengan sempoa, anda bisa melakukan operasi pembagian. Saat membagi angka. Anda perlu mencermati bahwa hasil pembagian yang berupa angka terbesar adalah kurang dari atau sama dengan angka yang sesuai pembagi. Anda harus menempatkan hasil bagi pada dua batang sebelah kiri dari angka yang dibagi. Pada gambar 2.10, hasil pembagian ditunjukkan oleh manik-manik yang terletak pada dua batang di sisi kiri

  34 dari pembagi.

Gambar 2.10 Letak manik-manik dalam pembagian

  Dua batang disebelah kiri

  34

Gambar 2.11 Letak manik-manik dalam pembagian

  Satu batang di sisi kiri Apabila angka pembagi lebih besar daripada angka yang dibagi maka anda mesti menempatkan angka pertama dalam hasil bagi di samping angka yang dibagi (anturan II). Pada gambar 2.11 angka yang dibagi 4 lebis besar ketimbang angka yang dibagi 2. Dalam pembagian, sebaiknya anda menggunakan batang sebelah kiri. Untuk lebih jelasnya, perhatikan contoh berikut: Contoh 1: 951 ÷ 3 = 317 Agar anda bisa menyelesaikan soal tersebut, cermatilah langkah-langkah ini: 1)

  Aturlah manik-manik sedemikian rupa, sehingga menunjukkan bilangan 951 pada batang F, G dan H. Sementara itu, bilangan pembagi 3 ditempatkan pada batang A.

Gambar 2.12 Letak manik-manik dalam pembagian 951 ÷ 3 A B C D E F G H I

  2) Usahakan agar pembagi 3 pada batang A lebih kecil daripada pembagi 9 pada batang F. Disini, bilangan pertama pada hasil pembagian ditempatkan di dua batang sebelah kiri batang D (aturan I). Angka pembagi 3 terdapat pada batang A dan 9 pada batang F. Selanjutnya, aturlah hasil bagi 3 pada batang D. Kalikan hasil bagi 3 dengan 3, lalu kurangi hasilnya dengan angka 9 padda batang F. Selanjutnya, aturlah hasil bagi 3 dengan 3, lalu kurangi hasilnya dengan angka 9 pada batang F. Saat itu, anda akn menyisakan 3 hasil pembagian pada batang D, sedangkan sisanya (51) ditunjukkan oleh manik-manik batang G dan H (gambar 2.13).

Gambar 2.13 Letak manik-manik dalam pembagian 951 ÷ 3 A B C D E F G H I

  3) Bagikan angka 3 pada batang A dengan angka 5 pada batang G. Karena angka pembagi lebih kecil daripada hasil pembagian, maka tempatkan hasi bagi 1 pada batang E., sedangkan sisa hasil pembagian 21 tampak pada batang G dan H (gambar 2.14).

Gambar 2.14 Letak manik-manik dalam pembagian 951 ÷ 3

   A B C D E F G H I

  4) Bagikan angka 3 pada batang A dengan angka 21 pada batang G dan H,

  Kemudian aturlah hasil bagi 7 pada batang F. Selanjutnya kalikan hasil bagi 7 dengan angka 3 pada batang A. Pada tahap ini, hasil bagi 21 ditunjukkan oleh manik-manik pada batang G dan H, serta

  35 menghasilkan jawaban 317 pada batang D, E dan F (gambar 2.15).

Gambar 2.15 Letak manik-manik nilai 317

   A B C D E F G H I

  35

3. Kreativitas a. Pengertian kreativitas

  Menurut istilah, kreativitas diartikan imajinasi, keaslian, beda pendapat, pendapat baru, ilham, petualangan, penjajahan dan penganugerahan. Secara proses pengembangan potensial, kreativitas dimaksud sebagai proses menjadi peka terhadap masalah-masalah, kekurangan-kekurangan, kesenjangan dalam unsur pengetahuan yang hilang, ketidakharmonisan dan membuat pemecahan masalah dan

  36 mengkomunikasikan hasilnya.

  Menurut Supriadi, kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata

  37

  yang relatif berbeda dengan apa yang telah ada. Kreativitas juga sering digambarkan dengan kemampuan berpikir kritis serta banyak ide dan gagasan. Orang kreatif melihat hal yang sama, tetapi melalui cara berpikir yang berbeda. Kemampuan menggabungkan sesuatu yang belum pernah

  38 tergabung sebelumnya dan menemukan ide pemecahan yang baru.

  Berpikir lebih kreatif tidak akan lahir secara tiba-tiba tanpa adanya kemampuan. Keingin tahuan yang tinggi dan diikuti dengan ketramapilan dalam membaca. Seperti yang diungkapkan oleh Porter & Hernacki bahwa

  36 Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2009), 191- 192.

  37 Yeni Rachmawati dan Euis Kurniati, Strategi Pengembangan Kreativitas Pada Anak (Jakarta: Kencana, 2010), 27.

  38 Hamzah B. Uno & Nurdin Mohamad, Belajar dengan Pendekatan Paikem (Jakarta: Bumi

  “seseorang yang kreatif selalu mempunyai rasa ingin tahu, ingin mencoba- coba bertualang serta intuitif”.

39 Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa

  kreativitas merupakan suatu proses individu yang melahirkan gagasan, proses, metode ataupun produk baru yang efektif yang bersifat imajinatif, estetis, fleksibel, integrasi, suksesi, diskontinuitas, dan deferensiasi yang berdaya guna dalam berbagai bidang untuk pemecahan suatu masalah.

  40 Terdapat beberapa jenis kreativitas, yaitu: 1.

  Kreativitas sebagai bentuk pembelajaran adalah seorang anak mampu menjelaskan dan menginterpretasikan konsep-konsep abstrak dengan melibatkan skil-skil seperti keingintahuan, kemampuan menemukan, eksplorasi, pencarian kepastian dan antusiasme yang semuanya metupakan kualitas yang sangat besar yang terdapat pada anak.

  2. Representasi adalah kreativitas melibatkan pengungkapan atau pengekspresian gagasan dan perasaan serta penggunaan berbagai macam cara untuk melakukannya, misalnya melalui seni ekspresif.

  3. Produktivitas adalah kreativitas yang meelibatkan pembuatan yang menggunakan imajinasi, penciptaan, merangkai, mengarang, skil musik, pertunjukan, perencanaan, mengonstruksikan, membangun skil-skil teknologisdan keluaran skala besar ataupun kecil.

  39 Ibid., 163

  40 Yeni Rachmawati dan Euis Kurniati, Strategi Pengembangan Kreativitas Pada Anak

  4. Originalitas adalah jenis kreativitas yang berkaitan dengan membuat koneksi atau keterkaitan yang tidak biasa, gagasan-gagasan yang terasingkan, yang sebelumnya tidak saling terhubung.

  5. Berpikir kreatif atau menyelesaikan masalah adalah aspek kreativitas yang menjangkau sampai ke luar batas seni ekspresif sehingga mencangkup semua bidang kehidupan.

  6. Alam semesta atau ciptaan alam adalah jenis kreativitas yang berhubungan dengan sumber kreasi, inspirasi, suasana hati, sumber dorongan, energi kreatif, kekaguman, ketakjuban, apresiasi akan keindahan, kesadaran akan tatanan alam, pro-kreasi, siklus hidup dan mati, pertumbuhan, pertanian, makhluk hidup, karena proses kreatif

  41 melibatkan interaksi emosional antara individu dan lingkungan.

b. Ciri-ciri Kreativitas

  Secara umum, ciri-ciri orang yang kreatif antara lain: bebas dalam berpikir dan bertindak, menyukai hal-hal yang rumit dan baru, mempunyai rasa humor yang tinggi, kurang dogmatisdan lebih realitas. Ciri-ciri kreativitas dapat dikelompokkan dalam dua kategori, kognitif dan nonkognitif. Ciri kognitif diantaranya orisinalitas, fleksibilitas, kelancaran

41 Florence Beetlestone diterjemahkan oleh Narulita Yusron, Creative Learning (Bandung:

  dan elaborasi. Sedangkan nonkognitif diantaranya motivasi sikap dan kepribadian kreatif.

42 Ciri-ciri kreativitas dapat dijelaskan sebagai berikut: 1.

  Kelancaran adalah kemampuan menghasilkan banyak gagasan. Semakin banyak peluang yang didapat, maka semakin banyak peluang untuk mendapatkan ide-ide yang bagus. Kelancaran merupakan kemampuan yang dimiliki oleh anak untuk dapat memberikan jawaban lebih dari satu jawaban, mampu melahirkan banyak ide dan gagasan, timbulnya pertanyaan dalam fikiran anak, serta timbulnya berbagai macam cara dalam memecahkan masalah.

  

43

Selanjutnya kelancaran ini dapat dibagi

  menjadi empat, yaitu:

  a) Word fluency, yaitu anak dapat menghasilkan sejumlah kata-kata dari gambar yang anak hasilkan.

  b) Associational fluency, yaitu anak dapat menghasilkan sejumlah gambar atau bentuk yang berkaitan dengan suatu hal, dapat berbentuk sebuah ide, pemberian judul atau pemberian arti dari suatu hal berupa kemampuan berfikir mengenai kebalikan atau mendekati kebalikannya

  c) exspressional fluency, yaitu anak dapat menghasilkan suatu gambar hasil dari kelancaran dalam mengepresikan gagsan, pikiran, ide atau

  42 Ibid., 15

  43 Utami Munandar, Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat (Jakarta:PT Rineka Cipta, pemecahan masalah dalam bentuk gambar atau gabungan gambar yang di hasilkannya d)

  Ideational fluency, yaitu anak dapat menghasilkan sejumlah ide dengan cepat yang sesuai dengan fungsi dan kegunaan yang diminta.

  Gagasan atau ide yang di hasilkan anak itu dapat berupa kata tunggal ataupun komplek, dapat berupa pemberian judul atau gambar, cerita, dan ungkapan kalimat-kalimat pendek merupakan keasatuan dari hasil pemikiran. Berdasarkan kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa anak yang kreatif akan memiliki kelancaran dalam menciptakan suatu kreativitas, baik itu kelancaran dalam menghasilkan kata-kata, artinya anak dengan mudah dan cepat tanpa ada hambatan mereka bisa menjelaskan dengan bahasa tentang apa yang mereka tulis, mereka gambar atau yang mereka sfikirkan.

  2. Keluwesan adalah adalah kemampuan untuk mengemukakan bermacam- macam pemecahan atau pendekatan terhadap masalah. Fleksibelitas merupakan kemampuan anak untuk dapat menghasilkan gagasan, jawaban, yang bervariasi, serta memiliki kemampuan untuk melihat masalah dari sudut pandang yang berbeda-beda. Dalam hal ini anak dapat mengubah cara pendekatan atau cara pemikiran dan biasanya

  44 44 penekanannya pada kualitas, ketepatgunaan dan keragaman jawaban. Jadi tidak semata-semata banyak jawaban yang diberikan yang menentukan kualitas seseorang, tapi juga ditentukan oleh mutu dari jawaban. Fleksibilitas ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu:

  a) Spontaneus flexsibility, yaitu anak dapat menyelesaikan bermacam- macam variasi dari ide-ide yang bebas dari hambatan dan keterpaksaan.

  b) Adaptive flexsibility, yaitu anak harus ditekankan dalam mengepresikan masalah, tahap-tahap pemecahan masalah atau pendekatan masalah.

  Berdasarkan keterangan di atas dapat dipahami bahwa anak yang kreatif adalah anak yang fleksibel, baik itu dalam berbuat maupun dalam berfikir. Anak yang dikatakan fleksibel dalam berfikir apabila ia bisa diri dengan situasi, misalanya saja, ketika dalam menyelesaikan sebuah permainan fuzzle ia tidak bisa menyusun dengan cepat, maka dengan sendiri akan mengubah metode atau cara menyelesaikannya, ia tidak akan menggunakan cara yang sudah ada, tapi muncul idea tau pemikiran

  45 baru.