PENGARUH KONSENTRASI AgI TERHADAP SIFAT TERMAL DAN KONDUKTIVITAS ELEKTROLIT PADAT (AgI)X (-Al2O3)1-X (x = 0,3 DAN x = 0,5) - e-Repository BATAN

  

Pengaruh Konsentrasi AgI Terhadap Sifat Termal dan Konduktivitas Elektrolit Padat (AgI) (-Al O ) (x=0,3 dan x=0,5)

x

  2 3 1-x (P. Purwanto)

  Akreditasi LIPI Nomor : 536/D/2007 Tanggal 26 Juni 2007

  

PENGARUH KONSENTRASI AgI TERHADAP

SIFAT TERMAL DAN KONDUKTIVITAS ELEKTROLIT

PADAT (AgI) (-Al O ) (x = 0,3 DAN x = 0,5)

  X

  2

3 1-X

  

P. Purwanto dan S. Purnama

Pusat Teknologi Bahan Industri Nuklir (PTBIN) - BATAN,

Kawasan Puspiptek Serpong 15314, Tangerang

  ABSTRAK PENGARUH KONSENTRASI AgI TERHADAP SIFAT TERMAL DAN KONDUKTIVITAS ELEKTROLIT

PADAT (AgI) (-Al O ) (x = 0,3 dan x = 0,5). Elektrolit padat (AgI) ( -Al O ) (x = 0,3 dan x = 0,5) telah dibuat dengan

x

  2 3 1-x x

  2 3 1-x

  6

  2 mencampurkan AgI dan O dengan perbandingan fraksi berat tertentu, dibuat pelet pada tekanan 48,26 x 10 N/m

  -Al

  2

  3 o dengan diameter 1,5 cm, dilanjutkan dengan perlakuan panas pada suhu 300 C selama 5 jam. Puncak-puncak difraksi sinar-X pada elektrolit padat (AgI) ( -Al O ) memperlihatkan bahwa puncak yang muncul adalah puncak AgI, sedangkan puncak x

  2 3 1-x -Al O tidak tampak. Regangan kisi (AgI) ( -Al O ) lebih tinggi dibandingkan -Al O , dan nilainya meningkat terhadap

  2 3 x

  2 3 1-x

  2

  3 pertambahan konsentrasi AgI. Konduktivitas (AgI) ( -Al O ) . pada fraksi berat x = 0,3 tidak berbeda dengan konduktivitas x

  2 3 1-x AgI, sedangkan pada x = 0,5 konduktivitasnya naik. Termogram DTA untuk (AgI) ( O ) , memperlihatkan suatu proses

  -Al x

  2 3 1-x endotermis pada suhu transisi fasa-  ke  dan titik leleh serta nilai entalpinya mengalami perubahan dengan ditambahkan konsentrasi AgI.

  Kata kunci : Elektrolit, Difraksi sinar-X, Konduktivitas, Sifat termal.

  ABSTRACT EFFECT OF AgI CONCENTRATION TO THERMAL PROPERTIES AND CONDUCTIVITY IN SOLID

ELECTROLYTE OF (AgI) ( O ) (x = 0.3 and x = 0.5). The solid electrolyte of (AgI) ( O ) (x = 0.3 and

  -Al -Al

  x

  2 3 1-x

  x

  2 3 1-x x = 0.5) were prepared by mixing AgI with -Al O with appropriate ratio of weight fraction, made into pellet at the pressure

  2

  3

  6

  2 o of 48.26 x 10 N/m with diametre 1.5 cm, then heated at the temperature of 300 C for 5 hours. X-ray diffraction profile of (AgI) ( -Al O ) show the peaks of AgI, but no peaks of -Al O . Lattice strain of (AgI) ( -Al O ) was higher than Al O x

  2 3 1-x

  2 3 x

  2 3 1-x

  2

  3 and its value was increasing with concentration of AgI. The conductivities of (AgI) ( -Al O ) , at x = 0.3 was not different x

  2 3 1-x with conductivity of AgI, but increasing at x = 0.5. The DTA thermogram of (AgI) ( O ) indicated an endothermic

  -Al x

  2 3 1-x procces at transition temperature of -phase to while melting point and enthalpy was changing with increasing of AgI concentration.

  Key words : Electrolyte, X-ray diffraction, Conductivity, Thermal properties PENDAHULUAN.

  Konduktivitas dan sifat termal elektrolit Konduksi ion di dalam suatu bahan padat terjadi padat (Cu) (Al O ) telah diteliti sebelumnya [3], dengan akibat adanya ketidakaturan pada bahan tersebut. x

  2 3 1-x nilai konduktivitas pada tegangan yang diberikan pada

  Adanya getaran termal pada bahan menyebabkan ion

  • 5 sampel v = 1 volt adalah (0,06-4,74) x 10 S/cm.

  memperoleh energi untuk melakukan perpindahan dari Penelitian yang telah dilakukan yaitu sintesis satu tempat ke tempat lain di dalam suatu kristal sehingga bahan elektrolit padat berbasis gelas komposit terjadi kekosongan. Cacat pada kristal akan menimbulkan (AgI) (NaPO ) menunjukkan bahwa pola difraksinya suatu mobilisasi ion yaitu cacat Schottky dan Frenkel.

  0,7 3 0,3 merupakan presipitasi dari kristalin AgI dan

  Banyaknya cacat pada bahan tergantung pada perlakuan

  • 5

  konduktivitas sekitar (0,69-3,31) x 10 S/cm.[4,5]. Peneliti panas yang diberikan pada bahan tersebut [1]. lain telah mengembangkan elektrolit padat berbasis gelas

  Penelitian yang telah dilakukan [6-10]. Nilai konduktivitas amat penting karena dalam sebelumnya memperlihatkan bahwa elektrolit padat pemakaian pada baterai dapat tahan lama, maka

  -Al (CuI) ( O ) , memiliki nilai konduktivitas x

  2 3 1-x

  • 5 diperlukan konduktivitas yang baik.

  (4,5-9,7) x 10 S/cm untuk frekuensi (0,1-100) Hz, AgI memiliki fasa campuran -AgI yang sedangkan pada frekuensi (0,2-100) kHz adalah

  • 5

  berstruktur kubik dan -AgI yang berstruktur (4-10) x 10 S/cm [2].

  105

  Vol. 9, No. 2, Pebruari 2008, hal : 105 - 109 Jurnal Sains Materi Indonesia Indonesian Journal of Materials Science

  ISSN : 1411-1098

  • 5

  heksagonal [10]. Bahan elektrolit padat

  )

  berbasis perak yaitu RbAg I telah digunakan

  4 5 -10

  V

  sebagai bahan elektrolit padat untuk

  (

  • 15

  w

  pembuatan sel baterai sekunder dengan Ag sebagai AgI

  lo F t

  • 20

  anoda dan RbI sebagai katoda dengan konfigurasi sel :

  a

  3

  e H

  Ag/RbAg I /RbI [11].

  5

  5

  • 4
    • 25

  < o

  Berdasarkan data-data penelitian di atas, maka

  d n

  • 30

  E

  penelitian ini akan melanjutkan dengan membuat suatu

  (a)

  bahan campuran antara AgI dan -Al O dengan variasi

  • 35

  2

  3

  50 150 250 350 450 550 650

  AgI, dengan formula (AgI) ( -Al O ) dengan fraksi x

  2 3 1-x

  o Suhu (

  C)

  berat x = 0,3 dan x = 0,5. Hasil yang diharapkan dari

  • 5

  penelitian ini adalah mendapatkan elektrolit padat dengan

  )

  • 10

  V konduktivitas yang lebih baik. (

  • 15

  w lo F

  • 20

  t

METODE PERCOBAAN

  a AgI-0,3 e

  • 25

  H

  • Percobaan ini dimulai dengan pembuatan bahan <
    • 30

  o d

  elektrolit padat (AgI) ( -Al O ) . Proses pencampuran

  • 35

  E

  antara serbuk AgI dan -Al O dengan perbandingan

  2

  3

  (b)

  • 40 fraksi berat tertentu, ditunjukkan pada Tabel 1.

  50 150 250 350 450 550 650 o

  Suhu (

  C) Tabel 1. Perbandingan berat AgI dan O

  -Al

  2

  3

  • 5

  2

  3

  x AgI (g) O (g) -Al

  )

  • 10

  V 0,3 0,9935 1,0065

  (

  • 15

  w 0,5 1,3945 0,6055 lo F AgI-0,5 t a -20 e

  Campuran kedua bahan tersebut (Tabel 1) digerus

  H

  • < -25

  sampai halus dan dibuat pelet dengan tekanan 48,26 x

  o

  6

  2

  d

10 N/m dan ukuran diameter pelet 1,5 cm. Untuk n

  • 30

  E

  pengompakan bahan tersebut dilakukan pemanasan o

  (c) -35 pada suhu 300 C selama 5 jam.

  50 150 250 350 450 550 650 o

  Pengujian struktur kristal dan penentuan

  Suhu (

  C)

  regangan dilakukan dengan menggunakan difraksi

  Gambar

  1. Termogram DTA (a). AgI,

  sinar-X. Pengukuran konduktivitas listrik dengan

  (b). (AgI) (ß-Al O ) dan (c). (AgI) (ß-Al O ) 0,3

  2 3 0,7 0,5

  2 3 0,5 LCR meter pada frekuensi antara 0,1 Hz hingga 100 kHz

  dengan potensial v = 1 volt hingga v = 3 volt. Gambar 1a, menunjukkan termogram DTA o

  Pengukuran sifat termal untuk menentukan suhu transisi dari AgI dengan pemanasan mulai dari 50 C sampai o dan entalpi bahan dilakukan dengan DTA dengan selang dengan 800

  C. Tampak pada termogram adanya suatu o o suhu 500 C hingga 800

  C. reaksi endotermis pembentukan dari fasa-  ke fasa- o o pada suhu 159,63

  C, sedangkan pada suhu 549,67

  C, AgI mengalami suatu reaksi endotermis yang merupakan HASIL DAN PEMBAHASAN. titik leleh.

  Gambar 1b adalah termogram DTA elektrolit

  Sifat Termal

  padat (AgI) ( -Al O ) . Tampak pada gambar 0,3

  2 3 0,7 Pada Gambar 1 memperlihatkan termogram tersebut suatu reaksi endotermis pembentukan fasa-  o

  DTA untuk ketiga sampel yaitu AgI, (AgI) ( -Al O )

  ke fasa-  pada suhu 157,73

  C, sedangkan pada suhu 0,3

  2 3 0,7 o dan (AgI) ( -Al O ) dengan kecepatan

  559,20 C, (AgI) ( -Al O ) mengalami pelelehan.

  0,5

  2 3 0,5 0,3

  2 3 0,7 o pemanasan 20 C/menit. Parameter termal yang diperoleh

  Termogram DTA dari (AgI) ( -Al O ) 0,5

  2 3 0,5 dari ketiga sampel ditunjukkan pada Tabel 2. ditunjukkan pada Gambar 1c. Pada gambar tersebut ditunjukkan reaksi endotermis o yang berlangsung pada selang suhu 150,0 C hingga o

  Sampel Entalpi (mJ/mg) Suhu transisi (

  C)

  o o 220,0

  C. Pada suhu 160,27 C (AgI) ( -Al O ) 0,5

  2 3 0,5

  AgI -59,32 159,63 (fasa-β ke α)

  terjadi perubahan fasa dari fasa-  ke fasa-.

  • 79,29 549,67 (titik leleh)

  o Sedangkan pada suhu 564,03 C (AgI) ( -Al O )

  0,5

  2 3 0,5

  (AgI) O ) -22,87

  0,3

  2 3 0,7

  (β-Al 157,73 (fasa -β ke α) mengalami pelelehan.

  • 27,09 559,20 (titik leleh)

  Penambahan konsentrasi AgI berpengaruh

  (AgI) O ) -35,31

  0,5

  2 3 0,5

  (β-Al 160,27 (fasa -β ke α)

  terhadap perubahan sifat termal, yaitu terjadi

  • 45,24 564,03 (titik leleh)

  

Pengaruh Konsentrasi AgI Terhadap Sifat Termal dan Konduktivitas Elektrolit Padat (AgI) (-Al O ) (x=0,3 dan x=0,5)

x

  2 3 1-x (P. Purwanto)

  pergeseran suhu transisi fasa-  ke fasa- menjadi lebih 1500 tinggi pada bahan elektrolit padat (AgI) ( -Al O ) . x

  2 3 1-x Pada kurva DTA nampak terlihat perubahan posisi puncak endotermis.

  1000

  s ita s n

  Difraksi sinar-X te

  (a) In

  500 Bahan -Al O yang telah ditambahkan AgI

  2

  3 dengan fraksi berat x = 0,3 dan x = 0,5 dianalisis dengan difraksi sinar-X, hasilnya diperhatikan pada Gambar 2.

  (b)

  Gambar 2a adalah puncak-puncak difraksi dari

  20

  30

  40

  50

  60

  70

  80 (AgI) ( -Al O ) . Sedangkan Gambar 2b, Gambar 2c

  0,5

  2 3 0,5 2 dan Gambar 2d berturut-turut adalah puncak difraksi dari 

  Gambar

  3. Pola difraksi sinar-X serbuk

  (AgI) ( -Al O ) , AgI dan -Al O . Pada Gambar 2a 0,3

  2 3 0,7

  2

  3

  (a). (AgI) ( Al O ) dan (b). (AgI) ( Al O ) 0,5

  2 3 0,5 0,3

  2 3 0,7

  dan Gambar 2b, yang tampak hanya puncak-puncak difraksi AgI, sedangkan puncak -Al O tidak kelihatan.

  2

3 Hal ini akibat proses pemanasan, dimana bahan AgI puncak-puncak -Al O sehingga puncak yang nampak

  2

  3 yang relatif lebih lunak dibandingkan bahan Al O hanya puncak-puncak AgI. sehingga berlangsung difusi bahan AgI ketika Regangan kisi kristal -Al O , AgI dan

  2

  3 berlangsung pemanasan. (AgI) ( -Al O ) dapat dihitung dengan menggunakan x

  2 3 1-x persamaan berikut [12]:

  3750 (cos /) = 0,9/D + 2 (sin /) ............. (1) dengan :

   = lebar puncak difraksi pada FWHM  = sudut Bargg

  3000  = panjang gelombang sinar-X

  (a)

  D = ukuran butir  = regangan kisi

  s 2250 ita

  Dengan mempergunakan persamaan (1), dibuat

  s n

  kurva antara  cos / terhadap sin /. Dari kemiringan

  te

  kurva linier yang diperoleh dapat dihitung regangan kisi

  In (b)

  1500 yang ditunjukkan pada Gambar 4.

  0.100 (a) (c)

  750

  ) / c o 0.000 C

  (d) (

  20

  30

  40

  50

  60

  70

  80

  • 0.100

  2  0.100 0.200 0.300

  Gambar 2. Pola difraksi sinar-X (a). (AgI) ( O ) , Al

  0,5

  2 3 0,5 (b). (AgI) ( Al O ) , (c). AgI (d). Al O

  0,3

  2 3 0,7

  2

3 Sin

  /

  0.01 (b)

  Untuk menjelaskan tidak tampak puncak-puncak -Al O , maka dilakukan pengulangan 2 3 ) dengan cara penggerusan bahan (AgI) ( -Al O ) /

  0,3

  2 3 0,7

  s 0.005

  dan (AgI) ( -Al O ) kemudian dipelet dengan 0,5

  2 3 0,5 o

  (C ukuran diameter sama tetapi tanpa perlakuan panas.

  Kedua bahan elektrolit padat ini dilakukan p

  AgI AgI-0,3

  engukuran dengan difraksi sinar-X. Puncak-puncak

  AgI-0,5

  difraksi sinar-X bahan elektrolit padat (AgI) ( -Al O ) 0,3

  2 3 0,7

  0.100 0.150 0.200 0.250 0.300 dan (AgI) ( -Al O ) ditunjukkan pada Gambar 3.

  0,5

  2 3 0,5

  Gambar 3 memperlihatkan bahwa puncak-puncak difraksi

  Sin /

  Gambar 4. Kurva antara ß.cos / terhadap sin /

  -Al O tetap tidak tampak, hal ini menunjukkan bahwa

  2

  3

  (a). Al O dan (b). AgI dan (AgI) ( Al O )

  2 3 x

  2 3 1-x

  perlakuan panas dan fraksi berat AgI berpengaruh pada

  107

  Vol. 9, No. 2, Pebruari 2008, hal : 105 - 109 Jurnal Sains Materi Indonesia Indonesian Journal of Materials Science

  ISSN : 1411-1098

  s Pola difraksi untuk sudut tertentu ditunjukkan  =  f ..................................................... (2) o pada Gambar 3. Pada Gambar 3 ini untuk memperlihatkan dimana :  = konduktivitas (S/cm) pergeseran pada sudut 2 dari bahan komposit tersebut.

   = konduktivitas pada saat f = 0 Hz

  o

  Dengan menggunakan persamaan Lorentzian s = Faktor eksponen (0<s<1) dapat dihitung , yang ditunjukkan pada Tabel 3. persamaan (2) diubah ke bentuk logaritma yaitu :

  Tabel 3. Hasil plot persamaan Lorentzian

  log  = log   log f .............................. (3) + o

  Bahan 2θ Sin θ β

  • 5.0

  2

  3

  25,564 0,221 0,0063 -Al O

  (a) 39,994 0,342 0,0813

  • 5.5

  44,347 0,377 0,0183 ) -6.0 m

  AgI 23,609 0,205 0,0051 /c (S

  • 6.5

  39,135 0,335 0,0114 g o L

  • 7.0

  46,299 0,393 0,0060 b-Al2O3 AgI

  (AgI) ( O ) 23,636 0,205 0,0049

  0,3 -Al

  2 3 0,7

  AgI-03

  • 7.5 AgI-05

  39,142 0,335 0,0048

  • 8.0

  46,297 0,393 0,0128

  • 2 -1

  1

  2

  3

  4

  5

  6 (AgI) ( O ) 23,649 0,205 0,0057

  0,5 -Al

  2 3 0,5

  Log f (Hz) 39,181 0,335 0,0121

  • 5

  (b) 46,296 0,393 0,0070

  • 6

  Data Tabel 3 digunakan untuk menghitung )

  m /c

  regangan -Al O , AgI dan elektrolit padat

  2

  3

  (S

  • 7

  (AgI) ( -Al O ) , dengan mempergunakan persamaan : x

  2 3 1-x

  g o L b-Al2O3

  cos /= 0,9/D + 2 sin /

  • 8 AgI AgI-03 Sedangkan hasil perhitungan ditunjukkan pada Tabel 4.

  AgI-05

  • 9

  Tabel 4. Hasil perhitungan  pada bahan AgI, Al O dan

  2 3 -2 -1

  1

  2

  3

  4

  5

  6 (AgI) ( O ) Al x

  2 3 1-x Log f (Hz)

  • 5

  Bahan 

  (c) O 0,100 -Al

  2

3 AgI 0,005

  • 6

  ) (AgI) ( O ) 0,015

  0.3 -Al

  2

  3

  0.7

  m /c (AgI) ( O ) 0,057

  0.5 -Al

  2

  3

  0.5

  (S

  • 7

  g o L b-Al2O3

  Bahan -Al O memiliki regangan 0,1002 dan AgI

  2

3 AgI

  • 8

  regangannya adalah 0,0048. Setelah dicampurkan AgI

  AgI-03 AgI-05

  ke dalam -Al O membentuk (AgI) ( -Al O ) dan

  2 3 0,3

  2 3 0,7 (AgI) ( -Al O ) memiliki regangan berturut-turut -9

  0,5

  2 3 0,5

  • 2 -1

  1

  2

  3

  4

  5

  6

  0,0153 dan 0,0570. Regangan kedua komposit tersebut

  Log f (Hz) memilki regangan diantara AgI dan -Al O .

  2

  3 Gambar 5. Konduktivitas (AgI) ( Al O ) pada

  x

  2 3 1-x (a). 1 volt, (b). 2 volt dan (c). 3 volt

  Konduktivitas

  Dengan mempergunakan persamaan (3) dapat Pengukuran konduktivitas komposit ditentukan nilai konduktivitas AgI dan kedua komposit

  (AgI) ( -Al O ) dan (AgI) ( -Al O ) dilakukan 0,3

  2 3 0,7 0,5

  2 3 0,5 tersebut yang ditunjukkan pada Tabel 5a, Tabel 5b dan pada frekuensi 0,1 Hz-100 kHz. Pengukuran kedua bahan Tabel 5c. komposit tersebut dilakukan juga variasi tegangan

  Pada Tabel 5a, Tabel 5b dan Tabel 5c, nilai yaitu 1 Volt, 2 Volt dan 3 Volt, ditunjukkan pada

  • 7

  konduktivitas AgI sekitar 1,82 x 10 S/cm hingga Gambar 5a, Gambar 5b dan Gambar 5c.

  • 7

  5,75 x 10 S/cm. Nilai konduktivitas elektrolit padat Perhitungan konduktivitas bahan AgI,

  • 7

  (AgI) ( -Al O ) berkisar 4,12 x 10 S/cm sampai komposit (AgI) ( -Al O ) dan (AgI) ( -Al O ) 0,3 2 3 0,7

  0,3

  2 3 0,7 0,5

  2 3 0,5

  • 6

  1,46 x 10 S/cm, dan konduktivitas (AgI) ( -Al O ) menggunakan model W.K. Lee dkk [13,14], dengan 0,5 2 3 0,5

  • 6 -6 berkisar 2,40 x 10 S/cm sampai 2,80 x 10 S/cm.

  persamaan konduktivitas :

  

Pengaruh Konsentrasi AgI Terhadap Sifat Termal dan Konduktivitas Elektrolit Padat (AgI) (-Al O ) (x=0,3 dan x=0,5)

x

  2 3 1-x (P. Purwanto) [4].

  E. KARTINI, S. PURNAMA, D.W. NINGSIH dan

  Tabel 5a. Konduktivitas AgI, (AgI) ( Al O ) dan 0,3

  2 3 0,7 (AgI) ( O ) pada V = 1 volt Al

  0,5

  2 3 0,5 NURAINUN , Jurnal Sains Materi Indonesia, 4 (2003) 19-25.

  1

  2

  Sampel o (S/cm) o (S/cm)

  • 7 -7

  [5]. B.V.R CHOWDARI and K. RADHAKRISHNAN,

  AgI 5,74 10 1,78 10

  • 7 -6 Solid State Ionics , 40-41 (1990) 680-683.

  (AgI) ( O ) 7,54 1,46

  0.3 Al

  2

  3 0.7 10 10

  • 6 -6 [6]. M. TATSUMISAGO, Y. SHINKUMA, T. SAITO

  (AgI) ( O ) 2,40 2,74

  0.5 Al

  2

  3 0.5 10 10 and T. MINAMI, Solid State Ionics, 50 (1992) 273-279.

  Tabel 5b. Konduktivitas AgI, (AgI) ( O ) dan Al

  0,3

  2 3 0,7

  [7]. W. PASCHETO, M.G. PARTHUN, A.

  (AgI) ( Al O ) pada V = 2 volt 0,5

  2 3 0,5

  HALLBRUCKER and G.P. JOHARI, J of Non

  1

  Sampel o (S/cm) o (S/cm)

2 Crystalline Solid , 171 (1994) 182-190.

  • 7 -7

  AgI 5,85 10 1,84 10

  [8]. T. SAITO, M. TATSUMISAGO, N. TORATA and

  • 7 -7

  (AgI) ( O ) 7,22 0,97

  0.3 Al

  2

  3 0.7 10 10 T. MINAMI, Solid State Ionics, 79 (1995) 279-283.

  • 6 -6

  (AgI) ( O ) 2,48 2,70

  0.5 Al

  2

  3 0.5 10 10 [9]. B.V.R CHOWDARI and P.P. KUMARI, Solid State Ionics, 113-115 (1998) 665-675.

  Tabel 5c. Konduktivitas AgI, (AgI) ( O ) dan Al

  0,3

  2 3 0,7

  [10]. D. LINDEN, Handbook of Battries, McGraw-Hill,

  (AgI) ( Al O ) pada V = 3 volt 0,5

  2 3 0,5 Singapura, Chapter 15 (1995)1-27.

  Sampel (S/cm) (S/cm) o

  1 o

  2 [11]. N. EFFENDI, A.K. JAHYA dan S. PURNAMA,

  • 7 -7

  AgI 5,75 1,82 10 10 Jurnal Sains Materi Indonesia , 1 (2000) 26-31.

  • 7 -7

  (AgI) ( Al O ) 7,01 10 4,12 10

  0.3

  2

  3

  0.7 [12]. H.P. KLUG and L.E. ALEXANDER, X-Ray

  • 6 -6

  (AgI) ( Al O ) 2,52 10 2,80 10

  0.5

  2

  3

0.5 Diffraction Procedures , John Wiley & Son, NewYork, (1954) 755-786.

  Kurva konduktivitas pada Gambar 5a, [13]. W.K. LEE , J.F. LIU and A.S NOWICK, Phys Rev Gambar 5b dan Gambar 5c terlihat agak datar pada Lett , 67 (1991) 1559-1561. interval frekuensi 10 Hz sampai 1000 Hz, hal ini [14]. A.K. JONSCHER, Nature, 261 (1977) 673-676 menunjukan suatu DC konduktivitas yang berarti konduktivitas komposit (AgI) ( -Al O ) dan

  0,3

  2 3 0,7 (AgI) ( -Al O ) tersebut tidak tergantung pada

  0,5

  2 3 0,5 frekuensi. Sedangkan frekuensi diatas 1000 Hz bahan -Al O mengalami perubahan pada konduktivitasnya.

  2

3 KESIMPULAN

  Elektrolit padat (AgI) ( -Al O ) (x = 0,3 dan x

  2 3 1-x x = 0,5) telah dibuat dengan dicampurkan AgI dan -Al O . Puncak-puncak difraksi sinar-X pada elektrolit

  2

  3 padat (AgI) ( -Al O ) diperlihatkan puncak yang x

  2 3 1-x tampak adalah puncak AgI. Regangan kisi (AgI) ( -Al O ) turun terhadap -Al O , tetapi naik x

  2 3 1-x

  2

  3 terhadap AgI. Konduktivitas (AgI) ( -Al O ) . pada x

  2 3 1-x fraksi berat x = 0,3 tidak berbeda dengan konduktivitas AgI sedangkan pada x = 0,5 konduktivitas naik.

  Termogram DTA untuk (AgI) ( -Al O ) x

  2 3 1-x memperlihatkan suatu proses endotermis dengan suhu transisi fasa-  ke  dan titik leleh serta entalpi terjadi perubahan dengan ditambahkan konsentarsi AgI.

DAFTAR ACUAN

  [1]. S. CHANDRA, Superionic Solid, Principle and

  Applications , North Holland Publish Co, Amsterdam, (1981) 17-28.

  [2]. P. PURWANTO, E. KARTINI dan SAFEI PURNAMA, Jurnal Sains Materi Indonesia, 5 (2004) 14-18.

  [3]. P. PURWANTO, E. KARTINI dan SAFEI PURNAMA, J Teknologi, 2 (2004) 108-114.

  109