BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Keagenan (Agency Theory) - RISMA HANDAYANI BAB II

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Teori Keagenan (Agency Theory)
Teori keagenan ini dikembangkan oleh Michael C. Jensen dan
William H. Meckling (1976) dalam Bukhori (2012). Teori keagenan
merupakan sebuah teori yang berkaitan dengan hubungan principal
(investor) dengan agent (manajer). Teori keagenan ini membuat sebuah
model mengenai suatu hubungan kontraktual antara agent dengan
principal. Principal mendelegasikan suatu tanggung jawab pengambilan
keputusan kepada manajer (agent) sesuai dengan kontrak kerja. Tugas,
wewenang, hak dan tanggung jawab agent dan principal diatur dalam
kontrak kerja yang disepakati bersama. Agency Theory memfokuskan pada
penentuan kontrak yang paling efisien yang mempengaruhi hubungan
principal dan agent. Teori agensi memberikan pandangan yang terbaru
terhadap GCG, yaitu para pendiri perseroan dapat membuat perjanjian
yang seimbang antara pemegang saham dengan direksi.
Eisenhardt dalam Bukhori (2012) menyatakan bahwa teori
keagenan menggunakan tiga asumsi yaitu (1) asumsi tentang sifat manusia
(human assumptions), asumsi ini dikelompokkan menjadi tiga yaitu :
pertama, self-interest yaitu sifat manusia yang mengutamakan kepentingan

diri sendiri, kedua, bounded-rationality yaitu sifat manusia yang memiliki
keterbatasan rasionalitas, ketiga, risk aversion yaitu sifat manusia yang
11
Pengaruh Penerpan Good..., Risma Handayani Putri, FEB UMP 2018

cenderung memilih menghindari resiko, (2) asumsi tentang keorganisasian
(organizational assumptions), asumsi ini dikelompokkan menjadi tiga,
yaitu : konflik sebagai tujuan antar partisipan, efisiensi sebagai suatu
kriteria efektifitas, dan asimetri informasi antara principal dan agent, (3)
asumsi tentang informasi (information assumptions).
Jensen dan Meckling (1976) dalam Bukhori (2012) prinsip utama
dari teori ini menyatakan adanya hubungan kerja antara pihak yang
memberi wewenang yaitu investor dengan pihak yang menerima
wewenang yaitu manajer. Dan ini berarti hubungan keagenan adalah suatu
kontrak dimana salah satu atau lebih orang (principal) melibatkan orang
lain (agen) untuk melakukan beberapa layanan atas nama mereka yang
melibatkan sebagian kewenangan pengambilan keputusan kepada agen.
2. Teori Legitimasi (Legitimacy Theory)
Teori


legitimasi

berfokus

pada

interaksi

perusahaan

dan

masyakarat. Menurut Dowling dan Peffer (1975) dalam Jumini (2017),
legitimasi adalah hal yang penting bagi organisasi, batasan-batasan yang
ditekankan oleh norma-norma dan nilai-nilai sosial, dan reaksi terhadap
batasan tersebut mendorong pentingnya analisis perilaku organisasi
dengan memperhatikan lingkungan.
Retno
mengisyaratkan,


dan

Priantinah

bahwa

(2012)

legitimasi

dengan

merupakan

definisi
sistem

tersebut

pengelolaan


perusahaan yang berorientasi pada keberpihakan terhadap masyarakat

12
Pengaruh Penerpan Good..., Risma Handayani Putri, FEB UMP 2018

(society), pemerintah, individu dan kelompok masyarakat. Untuk itu,
sebagai suatu sistem yang mengedepankan keberpihakan kepada society,
operasi perusahaan harus kongruen dalam masyarakat.
3. Teori Stakeholder (Stakeholder Theory)
Menurut Lako (2011) dalam Pradipta dan Supriyadi (2015) secara
umum dalam teori stakeholder menunjukkan bahwa perusahaan tidak
hanya bertanggung jawab pada kesejahteraan perusahaan saja melainkan
harus memiliki tanggung jawab sosial dengan mempertimbangkan
kepentingan semua pihak yang terkena dampak dari tindakan atau
kebijakan strategi perusahaan. Kesuksesan suatu perusahaan sangat
tergantung pada kemampuannya dalam menyeimbangkan beragam
kepentingan dari para stakeholder atau pemangku kepentingan.
Donaldson dan Preston (1995) dalam Muzakki (2015) dalam
stakeholder theory mengatakan bahwa kinerja sebuah organisasi

dipengaruhi oleh semua stakeholder organisasi, oleh karena itu merupakan
tanggung jawab manajerial untuk memberikan benefit kepada semua
stakeholder yang berpengaruh terhadap kinerja organisasi.
Stakeholders merupakan orang atau kelompok orang yang dapat
mempengaruhi atau dipengaruhi oleh berbagai keputusan, kebijakan,
maupun operasi perusahaan. Menurut Jones dalam Indrawan (2011)
menjelaskan bahwa stakeholders dibagi dalam dua kategori, yaitu :

13
Pengaruh Penerpan Good..., Risma Handayani Putri, FEB UMP 2018

a. Inside

terdiri

stakeholders,

atas

orang-orang


yang

memiliki

kepentingan dan tuntutan terhadap sumber daya perusahaan serta
berada di dalam organisasi perusahaan. Pihak-pihak yang termasuk
dalam

kategori

inside

stakeholders

adalah

pemegang

saham


(stockholders), manajer, dan karyawan.
b. Outside stakeholders, terdiri atas orang-orang maupun pihak-pihak
yang bukan pemilik perusahaan, bukan pemimpin perusahaan, dan
bukan pula karyawan perusahaan, namun memiliki kepentingan
terhadap perusahaan dan dipengaruhi oleh keputusan serta tindakan
yang dilakukan oleh perusahaan. Pihak-pihak yang termasuk dalam
kategori outside stakeholders adalah pelanggan (customers), pemasok
(supplier), pemerintah, masyarakat lokal, dan masyarakat secara
umum.
Menurut

Freeman

et

al

(2004)


dalam

Indrawan

(2011)

dikemukakan bahwa teori stakeholder itu dimulai dengan asumsi nilai
secara eksplisit dan tidak dipungkiri merupakan bagian dari kegiatan
usaha. Semakin kuat stakeholder, maka perusahan harus semakin
beradaptasi

dengan

stakeholder.

Pengungkapan

sosial

kemudian


dipandang sebagai dialog antara perusahaan dengan stakeholder.
4. Definisi Good Corporate Governance
Forum for Corporate Governance Indonesia (2001) dalam Silvia
(2014) Good Corporate Governance (GCG) adalah seperangkat peraturan
yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus (pengelola)

14
Pengaruh Penerpan Good..., Risma Handayani Putri, FEB UMP 2018

perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta para pemegang
kepentingan internal dan eksternal lainnya yang berkaitan dengan hak-hak
dan kewajiban mereka atau dengan kata lain suatu sistem yang
mengendalikan perusahaan.
Sutedi

(2011)

dalam


Rofina

(2013)

GCG

pertama

kali

diperkenalkan oleh Cadbury Committee pada tahun 1992 yang
menggunakan istilah tersebut pada laporan mereka (Cadbury Report).
Menurut Cadbury, GCG adalah mengarahkan dan mengendalikan
perusahaan agar tercapai keseimbangan antara kekuatan dan kewenangan
perusahaan.
CGPI (2009) dalam Rofina (2013) setiap kata dari GCG yaitu baik
(Good) adalah tingkat pencapaian terhadap suatu hasil upaya yang
memenuhi

persyaratan,


menunjukkan

kepatutan

dan

keteraturan

operasional perusahaan sesuai dengan konsep Corporate Governance.
“Bank Dunia (World Bank) mendefinisikan GCG sebagai
kumpulan hukum, peraturan, dan kaidah-kaidah yang wajib dipenuhi, yang
dapat mendorong kinerja sumber-sumber perusahaan untuk berfungsi
secara efisien guna menghasilkan nilai ekonomi jangka panjang yang
berkesinambungan bagi para pemegang saham maupun masyarakat sekitar
keseluruhan” Effendi (2009) dalam Rofina (2013).
Dari berbagai definisi GCG di atas dapat disimpulkan bahwa GCG
merupakan sebuah prinsip yang mengarahkan dan mengendalikan
perusahaan

agar

mencapai

keseimbangan

antara

kekuatan

serta

15
Pengaruh Penerpan Good..., Risma Handayani Putri, FEB UMP 2018

kewenangan perusahaan dalam memberikan pertanggungjawaban kepada
shareholder dan stakeholder.
Di Indonesia penerapan GCG perusahaan dievaluasi dan diberi
nilai oleh IICG. IICG melakukan riset yang menghasilkan Corporate
Governance

Perception

Index

(CGPI).

CGPI

adalah

riset

dan

pemeringkatan penerapan GCG di perusahaan publik yang tercatat di BEI.
Pelaksanaan CGPI

dilandasi

oleh pemikiran

tentang pentingnya

mengetahui sejauh mana perusahaan-perusahaan publik telah menerapkan
GCG. GCG pertama kali diselenggarakan pada tahun 2001. Pembobotan
penilaian CGPI dilakukan untuk mendapatkan tingkat kepentingan dan
hubungan antar aspek, lingkup dan fokus serta tahapan penilaian yang
digunakan metodologi CGPI. Penentuan skor total untuk GCG terbaik
didasarkan pada perhitungan rata-rata tertimbang, dengan rincian bobot
per kriteria sebagai berikut :
Tabel 2.1
Bobot Tahapan Penilaian CGPI
No

Aspek

1
Self Assessment
2
Kelengkapan Dokumen
3
Penyusunan Makalah
4
Observasi
Sumber : Laporan CGPI, 2015

Bobot (%)
30%
26%
15%
29%

5. Manfaat dan Tujuan Good Corporate Governance
FCGI (2001) dalam Rofina (2013) mengungkapan bahwa
corporate governance memiliki banyak manfaat bagi perusahaan antara

16
Pengaruh Penerpan Good..., Risma Handayani Putri, FEB UMP 2018

lain:

(1)

Meningkatkan

kinerja

perusahaan

melalui

terciptanya

pengambilan keputusan yang lebih baik, meningkatkan efisiensi
operasional perusahaan serta lebih meningkatkan pelayanan kepada
stakeholder, (2) Mempermudah dana pembiayaan yang lebih murah dan
tidak rigid (karena faktor kepercayaan) yang pada akhirnya akan
meningkatkan corporate value. Mengembalikan kepercayaan investor
untuk menanamkan modalnya di Indonesia, (3) Pemegang saham akan
merasa

puas dengan kinerja

perusahaan karena

sekaligus

akan

meningkatkan shareholders’s value dan deviden. Khususnya bagi BUMN
akan dapat membantu penerimaan bagi APBN terutama dari hasil
privatisasi. Tujuan dari GCG adalah untuk menciptakan nilai tambah
(value added) bagi semua pihak yang berkepentingan (stakeholders),
secara teoritis pelaksanaan GCG dapat meningkatkan nilai perusahaan
dengan meningkatkan kinerja keuangan perusahaan.
6. Prinsip-prinsip Dasar Good Corporate Governance
Menurut Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG)
prinsip-prinsip dasar GCG adalah (1) Keterbukaan (Transparency), yaitu
perusahaan harus menjaga obyektivitas dalam menjalankan bisnis, serta
menyediakan informasi yang material dan relevan dengan cara yang
mudah di akses dan dipahami oleh pemangku kepentingan, (2)
Akuntabilitas

(Accountability),

yaitu

perusahaan

harus

dapat

mempertanggung jawabkan kinerjanya secara transparan dan wajar, (3)
Responsibilitas (Responsibility), yaitu perusahaan harus mematuhi

17
Pengaruh Penerpan Good..., Risma Handayani Putri, FEB UMP 2018

peraturan perundang-undangan serta melaksanakan tanggung jawab
terhadap masyarakat dan lingkungan, (4) Independensi (Independency),
yaitu perusahaan harus dikelola secara independen, sehingga masingmasing organ perusahaan tidak saling mendominasi dan tidak dapat
diintervensi oleh pihak lain, (5) Kewajaran dan Kesetaraan (Fairness),
dalam

melaksanakan

kegiatannya,

perusahaan

harus

senantiasa

memperhatikan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan
lainnya berdasarkan asas kewajaran dan kesetaraan.
7. Corporate Social Responsibility
Widjaja dan Yani (2006) dalam Mustafa (2014) tanggung jawab
sosial dan lingkungan, yaitu merupakan komitmen perseroan untuk
berperan serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna
meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat baik
bagi perseroan sendiri, komunitas setempat, maupun masyarakat pada
umumnya.
Anggraini, 2006 (dalam Mustafa, 2014) pertanggungjawaban sosial
perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR)

adalah

mekanisme bagi suatu organisasi untuk secara sukarela mengintegrasikan
perhatian

terhadap lingkungan dan sosial ke dalam operasinya dan

interaksinya dengan

stakeholders, yang melebihi tanggungjawab

organisasi di bidang hukum.
Corporate Social Resposibility adalah mekanisme bagi suatu
perusahaan untuk secara sukarela mengintegrasikan perhatian terhadap
18
Pengaruh Penerpan Good..., Risma Handayani Putri, FEB UMP 2018

lingkungan sosial ke dalam operasinya dan

interaksinya dengan

stakeholder, yang melebihi tanggungjawab sosial di bidang hukum
(Rachmadi, 2014). Pertanggungjawaban sosial perusahaan diungkapkan di
dalam laporan yang disebut

Sustainability Reporting. Sustainability

Reporting adalah pelaporan mengenai kebijakan ekonomi, lingkungan dan
sosial, pengaruh dan kinerja organisasi dan produknya di dalam konteks
pembangunan berkelanjutan (sustainable development). Sustainability
Reporting

meliputi pelaporan mengenai ekonomi, lingkungan dan

pengaruh sosial terhadap kinerja organisasi ACCA, 2004 (dalam
Rachmadi, 2014).
Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan mekanisme
bagi suatu organisasi untuk secara sukarela mengintegrasikan perhatian
terhadap lingkungan dan sosial ke dalam operasinya dan interaksinya
dengan stakeholders. Corporate Social Responsibility menjadi salah satu
faktor yang mempengaruhi nilai perusahaan karena salah satu dasar
pemikiran yang melandasi Corporate Social Responsibility yang pada saat
ini dianggap sebagai inti etika bisnis adalah kesadaran bahwa perusahaan
tidak hanya memiliki kewajiban ekonomi dan legal terhadap pemegang
saham (shareholder) saja, tetapi juga memiliki kewajiban sosial terhadap
stakeholder (pemangku kepentingan) seperti pemerintah, customers,
investor, masyarakat, pegawai dan bahkan kompetitor. Pengungkapan
tanggungjawab sosial perusahaan terbagi ke dalam tujuh kategori
Sembiring (2005) dalam Susanto (2016), yaitu : lingkungan, energi,

19
Pengaruh Penerpan Good..., Risma Handayani Putri, FEB UMP 2018

kesehatan dan keselamatan tenaga kerja, lain-lain tenaga kerja, produk,
keterlibatan masyarakat, umum.
Hendriksen dan Widjajant (1991:203) dalam Jumini (2017)
mendefinisikan pengungapan (disclosure) sebagai penyajian sejumlah
informasi yang dibutuhkan untuk pengoperasian secara optimal pasar
modal yang efisien. Pengungkapan ada yang bersifat wajib (mandatory)
dan ada yang bersifat sukarela (voluntary). Agustien (2014) dalam Jumini
(2017) Konsep pelaporan CSR digagas dalam Global Reporting Inisiative
(GRI). Dalam GRI Guidelines disebutkan bahwa perusahaan harus
menjelaskan dampak aktivitas perusahaan terhadap ekonomi, lingkungan,
dan sosial pada bagian standard disclosures.
8. Manfaat Corporate Social Responsibility
Menurut Darwin, 2004 (dalam Rachmadi, 2014) perusahaan dapat
memperoleh banyak manfaat dari praktik dan pengungkapan CSR apabila
dipraktekkan dengan sungguh-sungguh, diantaranya: dapat mempererat
komunikasi dengan stakeholders, meluruskan visi, misi, dan prinsip
perusahaan terkait dengan praktik dan aktivitas bisnis internal perusahaan,
mendorong perbaikan perusahaan secara berkesinambungan sebagai wujud
manajemen risiko dan untuk melindungi reputasi, serta untuk meraih
competitive advantage dalam hal modal, tenaga kerja, supplier, dan pangsa
pasar. Manfaat CSR bagi perusahaan antara lain:
a. Mempertahankan dan mendongkrak reputasi citra merek perusahaan.

20
Pengaruh Penerpan Good..., Risma Handayani Putri, FEB UMP 2018

b. Mendapatkan lisensi untuk beroperasi secara sosial.
c. Mereduksi risiko bisnis perusahaan.
d. Melebarkan akses sumber daya bagi operasional usaha.
e. Membuka peluang pasar yang lebih luas.
f. Mereduksi biaya, misalnya terkait dampak pembuangan limbah.
g. Memperbaiki hubungan dengan stakeholders.
h. Memperbaiki hubungan dengan regulator.
i. Meningkatkan semangat dan produktivitas karyawan.
j. Peluang mendapatkan penghargaan.
9. Prinsip Corporate Social Responsibility
Menurut Crowther David dalam Rachmadi (2014) terdapat tiga
prinsip-prinsip

yang

mendasari

tanggung jawab sosial

(social

responsibility), yaitu Sustainability, Accountability, dan Transparency.
Sustainability. Berkaitan dengan bagaimana perusahaan dalam
melakukan aktivitas (action) tetap memperhitungkan keberlanjutan
sumberdaya di masa depan. Keberlanjutan

juga memberikan arahan

bagaimana penggunaan sumber daya sekarang tetap memperhatikan
kemampuan generasi masa depan. Dengan demikian, sustainability
berputar pada keberpihakan dan upaya bagaimana society memanfaatkan
sumber daya agar tetap memperhatikan generasi masa datang.
Accountability.
bertanggungjawab atas

Merupakan

upaya

perusahaan

terbuka

dan

aktivitas yang telah dilakukan. Akuntabilitas

dibutuhkan ketika aktivitas perusahaan mempengaruhi dan dipengaruhi

21
Pengaruh Penerpan Good..., Risma Handayani Putri, FEB UMP 2018

oleh lingkungan eksternal. Akuntabilitas dapat dijadikan sebagai sarana
bagi perusahaan dalam membangun image dan network terhadap para
pemangku kepentingan.
Transparency. Merupakan prinsip penting bagi pihak eksternal.
Transparansi bersinggungan dengan pelaporan aktivitas perusahaan
berikut dampak terhadap pihak eksternal. Transparansi merupakan hal
yang sangat penting dan berperan untuk mengurangi asimetri informasi,
kesalahpahaman, khususnya informasi dan pertanggungjawaban berbagai
dampak dari lingkungan.
10. Konsep Triple Bottom Line
Menurut John Elkington dalam Silvia (2014), konsep triple bottom
line merupakan perluasan dari konsep akuntansi tradisional yang hanya
memuat bottom line tunggal yakni hasil-hasil keuangan dari aktivitas
ekonomi perusahaan. Selanjutnya konsep ini mengakui bahwa jika
perusahaan ingin sustain maka perlu memperhatikan 3P, yaitu bukan
Cuma keuntungan (profit) yang diburu, namun juga harus memberikan
kontribusi positif kepada masyarakat (people) dan ikut aktif dalam
menjaga kelestarian lingkungan (planet).
11. Ukuran Perusahaan
Machfoedz (1994) dalam Kurniasih dan Sari (2013) menyatakan
bahwa

ukuran

perusahaan

adalah

mengklasifikasikan perusahaan menjadi

suatu

skala

yang

dapat

perusahaan besar dan kecil

menurut berbagai cara seperti total aktiva atau total aset perusahaan, nilai
22
Pengaruh Penerpan Good..., Risma Handayani Putri, FEB UMP 2018

pasar saham, rata-rata tingkat penjualan, dan jumlah penjualan. Ukuran
perusahaan umumnya dibagi dalam 3 kategori, yaitu large firm, medium
firm,dan small firm.
Menurut Sobirin (2007) dalam Berliani (2017) ukuran perusahaan
bisa diukur dengan menggunakan total aktiva, jumlah karyawan dan total
penjualan dari perusahaan tersebut. Apabila ukuran perusahaan besar maka
pasar relatif akan membayar lebih mahal dengan harapan akan
mendapatkan keuntungan yang lebih besar juga.
Ukuran

perusahaan

menggambarkan

besar

kecilnya

suatu

perusahaan yang dapat dinyatakan dengan total aktiva. Semakin besar
total aktiva maka semakin besar pula ukuran suatu perusahaan, Semakin
besar total aktiva maka semakin besar modal yang ditanam, sementara
semakin banyak penjualan maka semakin banyak juga perputaran uang
dalam perusahaan. Dengan demikian ukuran perusahaan merupakan
ukuran atau besarnya aset yang dimiliki oleh perusahaan.
12. Kinerja Keuangan
Jumingan (2006:239) dalam Silvia (2014) Kinerja keuangan
merupakan gambaran kondisi keuangan perusahaan pada suatu periode
tertentu baik menyangkut aspek penghimpunan dana maupun penyaluran
dana, yang biasanya diukur dengan indikator kecukupan modal, likuiditas,
profitabilitas. Sawir (2005) dalam Rofina (2013) Kinerja keuangan adalah
untuk menilai kondisi keuangan dan prestasi perusahaan, analisis
memerlukan beberapa tolak ukur yang digunakan adalah rasio dan indeks,

23
Pengaruh Penerpan Good..., Risma Handayani Putri, FEB UMP 2018

yang menghubungkan dua data keuangan antara satu dengan yang lain.
Kinerja keuangan merupakan salah satu alat ukur yang digunakan oleh
para pemakai laporan keuangan dalam mengukur atau menentukan sejauh
mana kualitas perusahaan. Kinerja suatu perusahaan dapat dilihat melalui
laporan keuangan perusahaan tersebut. Dari laporan keuangan tersebut,
dapat diketahui keadaan financial dan hasil-hasil yang telah dicapai
perusahaan selama periode tertentu.
Pengukuran kinerja digunakan perusahaan untuk melakukan
perbaikan diatas kegiatan operasionalnya agar dapat bersaing dengan
perusahaan lain. Bagi investor, informasi mengenai kinerja perusahaan
dapat digunakan untuk melihat apakah mereka akan mempertahankan
investasi mereka di perusahaan tersebut atau mencari keputusan lain.
Selain itu pengukuran dilakukan memperlihatkan kepada penanam modal
maupun pelanggan atau masyarakat secara umum bahwa perusahaan
memiliki kredibilitas yang baik.
Pengukuran kinerja merupakan analisis data serta pengendalian
bagi perusahaan. Pengukuran kinerja didefinisikan sebagai “performing
measurement” yaitu kualifikasi dan efisiensi perusahaan atau segmen atau
keefektifan dalam pengoperasian bisnis selama periode akuntansi. Dengan
demikian pengertian kinerja adalah suatu usaha formal yang dilaksanakan
perusahaan untuk mengevaluasi efisiensi dan efektivitas dari aktivitas
perusahaan yang telah dilaksanakan pada periode waktu tertentu. Secara

24
Pengaruh Penerpan Good..., Risma Handayani Putri, FEB UMP 2018

formal, produk akhir dari hasil pengukuran kinerja diwujudkan dalam
suatu laporan yang disebut laporan kinerja.
Kinerja keuangan dalam penelitian ini di proksikan menggunakan
Return On Equity (ROE). Menurut Brigham and Gapenski (1996) dalam
Silvia

(2014)

ROE

merupakan

kemampuan

perusahaan

dalam

menggunakan modalnya untuk memperoleh laba.
13. Tujuan Penilaian Kinerja
Darmawati (2004) dalam Jumandani (2012) Penilaian perusahaan
khususnya kinerja sering dilakukan untuk tujuan-tujuan tersebut di bawah
ini:
a. Untuk keperluan merger dan akuisisi.
Perusahaan akan melakukan merger (penggabungan usaha) atau
mengakuisisi perusahaan lain, jelas memerlukan kegiatan penilaian
untuk mengetahui berapa nilai perusahaan dan nilai ekuitas dari
masing-masing perusahaan.
b. Untuk kepentingan restrukturisasi dan kepentingan usaha.
Perusahaan yang bermasalah seringkali memerlukan penilaian untuk
mengimplementasikan program pemulihan usaha atau restrukturisasi,
untuk mengetahui apakah nilai usaha lebih besar daripada nilai
likuiditasnya.

25
Pengaruh Penerpan Good..., Risma Handayani Putri, FEB UMP 2018

c. Untuk keperluan divestasi sebagai saham perusahaan dari mitra
strategis (beberapa saham harus dilepas kepada mitra baru). Contoh:
privatisasi BUMN.
d. Untuk Initial Public Offering (IPO)
Perusahaan yang akan menjual sahamnya pada umum atau bursa, harus
dinilai dengan menggunakan penilaian yang wajar untuk ditawarkan
kepada masyarakat atau publik.
e. Untuk memperoleh pendapatan wajar atas penyertaan dalam suatu
perusahaan atau menunjukkan bahwa perusahaan bernilai lebih dari
apa yang ada di dalam neraca. Memperoleh pembelanjaan penetapan
besarnya pinjaman atau tambahan modal.
B. Hasil Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Silvia (2014)
menyatakan bahwa Good Corporate Governance dan Corporate Social
Responsibility berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan.
Secara empiris penelitian ini membuktikan bahwa semakin tinggi tingkat nilai
Good Corporate Governance yang dihasilkan perusahaan akan diikuti dengan
peningkatan kinerja keuangan perusahaan tersebut dan semakin baik nilai
pengungkapan Corporate Social Responsibility suatu perusahaan akan diikuti
dengan peningkatan kinerja keuangan perusahaan tersebut.
Rofina (2013) menyatakan bahwa penerapan Good Corporate
Governance berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan
yang diproksikan dengan return on investment (ROI), net profit margin

26
Pengaruh Penerpan Good..., Risma Handayani Putri, FEB UMP 2018

(NPM) dan return on equity (ROE) secara linier. Secara parsial pengaruh
GCG terhadap ROI berpengaruh signifikan, penelitian ini menunjukkan bahwa
pelaksanaan GCG yang sesuai dengan peraturan yang berlaku akan
mendorong perusahaan untuk meningkatkan kinerja keuangan perusahaan.
Pengaruh GCG terhadap NPM berpengaruh signifikan, penelitian ini
menunjukkan bahwa semakin baik sistem yang dipergunakan akan membuat
pengelolaan kegiatan operasi perusahaan semakin baik, sehingga laba bersih
yang ingin dicapai oleh perusahaan dapat ditingkatkan. Pengaruh GCG
terhadap ROE berpengaruh signifikan, penelitian ini menunjukkan bahwa
semakin baik sistem yang dipergunakan akan membuat pengelolaan modal
yang dimiliki oleh perusahaan semakin baik, sehingga laba bersih yang ingin
dicapai oleh perusahaan dapat ditingkatkan.
Bukhori (2012) yang menyatakan bahwa Good Corporate Governance
(dewan direksi dan dewan komisaris) dan ukuran perusahaan tidak
berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan. Hasil dari penelitian ini
menunjukkan bahwa GCG menyebabkan kesulitan dalam mengawasi dan
mengendalikan tindakan manajemen, serta kesulitan dalam mengambil
keputusan yang berguna bagi perusahaan. Selain itu, ukuran perusahaan yang
besar belum tentu menghasilkan kinerja keuangan yang lebih baik. Semakin
besar asset yang dimilki perusahaan, semakin kompleks pula masalah agensi
yang dihadapi.
Mustafa

(2014)

menyataka

bahwa pengungkapan CSR tidak

berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahan manufaktur makanan dan

27
Pengaruh Penerpan Good..., Risma Handayani Putri, FEB UMP 2018

minuman. Hasil dari penelitian ini CSR tidak mempunyai pengaruh signifikan
secara parsial terhadap ROA, CSR tidak mempunyai pengaruh signifikan
secara parsial terhadap ROE, CSR tidak mempunyai pengaruh signifikan
secara parsial terhadap Operating Profit Margin, CSR tidak mempunyai
pengaruh signifikan secara parsial terhadap NPM.
Tisna dan Agustami (2016) menyatakan bahwa GCG dan ukuran
perusahaan berpengaruh secara parsial dan simultan terhadap kinerja
keuangan perusahaan. Hal ini dikarenakan ketika pengelolaan perusahaan
baik, dan ukuran perusahaan yang besar akan meningkatkan karena dengan
adanya good corporate governance perusahaan atau pengelolaan yang baik
perusahaan akan menjalankan segala akivitas usahanya dengan baik, selain itu
ukuran perusahaan yang besar, dengan total aset yang besar akan berhati-hati
dalam memanfaatkan dan mempertanggung-jawabkan total aset yang dimiliki,
sehingga perusahaan akan memiliki kinerja keuangan yang baik, dan nantinya
akan memberikan keuntungan yang panjang bagi perusahaan.

28
Pengaruh Penerpan Good..., Risma Handayani Putri, FEB UMP 2018

Tabel 2. 2
Ringkasan penelitian-penelitian terdahulu
Variabel
Independen
Dependen
Nora Silvia Good Corporate
Kinerja
(2014)
Governance,
Keuangan
Pengungkapan
Corporate Social
Responsibility
Peneliti

Hasil Penelitian
Good Corporate
Governance,
Pengungkapan
Corporate Social
Responsibility
berpengaruh signifikan
terhadap kinerja
keuangan
Penerapan Good
Corporate Governance
berpengaruh signifikan
terhadap kinerja
keuangan perusahaan
yang diproksikan
dengan ROI,NPM dan
ROE secara linier

Maria
Rofina
WPPW
(2013)

Penerapan Good
Corporate
Governance

Kinerja
Keuangan
Perusahaan

Cut Cintya
Mustafa
(2014)

Pengungkapan
Corporate Social
Responsibility

Kinerja
Keuangan
Perusahaan
Manufaktur

Pengungkapan
Corporate Social
Responsibility tidak
berpengaruh terhadap
kinerja keuangan
perusahaan manufaktur

Gita
Andriani
dan
Silviana
Agustami
(2016)

Good Corporate
Governance dan
ukuran
perusahaan

Kinerja
Keuangan
Perusahaan

Good Corporate
Governance dan
ukuran perusahaan
berpengaruh secara
parsial dan simultan
terhadap kinerja
keuangan perusahaan

29
Pengaruh Penerpan Good..., Risma Handayani Putri, FEB UMP 2018

Iqbal
Bukhori,
Raharja
(2012)

Good Corporate
Governance dan
ukuran
perusahaan

Kinerja
Perusahaan

Good Corporate
Governance (dewan
direksi dan dewan
komisaris) dan ukuran
perusahaan tidak
berpengaruh terhadap
kinerja keuangan
perusahaan

C. Kerangka Pemikiran
Berdasarkan tinjauan pustaka dan penelitian terdahulu yang sudah
diuraikan, maka kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah adanya
indikator penerapan good corporate governance, pengungkapan corporate
social responsibility dan ukuran perusahaan yang mempunyai pengaruh
terhadap baik atau tidaknya kinerja keuangan yang ada dalam suatu
perusahaan. Dengan adanya pelaksanaan GCG yang sesuai dengan peraturan
yang berlaku akan mendorong perusahaan untuk meningkatkan kinerja
keuangan perusahaan. Wardani (2008) dalam Rofina (2013) Penerapan GCG
merupakan salah satu upaya yang cukup signifikan untuk melepaskan diri dari
krisis ekonomi yang melanda Indonesia.peran dan tuntutan investor dan
kreditor asing mengenai penerapan prinsip GCG merupakan salah satu faktor
dalam pengambilan keputusan berinvestasi pada suatu perusahaan. Prinsipprinsip dasar dari GCG pada dasarnya memiliki tujuan untuk memberikan
kemajuan terhadap kinerja suatu perusahaan.
CSR menjadi sangat penting akhir–akhir ini karena banyak investor
yang mulai peduli terhadap lingkungan dan bagaimana sebuah perusahaan

30
Pengaruh Penerpan Good..., Risma Handayani Putri, FEB UMP 2018

dapat menjalankan usahanya tanpa merusak lingkungan. Perusahaan dengan
pengungkapan CSR yang baik tentunya juga memiliki tingkat pengungkapan
yang lebih baik. Makin baiknya tingkat pengungkapan oleh perusahaan
merupakan sinyal positif yang diberikan oleh perusahaan kepada stakeholder
maupun

shareholder

(Kurnianto,

2011).

Dan

apabila

perusahaan

mengungkapkan CSR maka akan semakin baik nilai pengungkapan Corporate
Social Responsibility suatu perusahaan akan diikuti dengan peningkatan
kinerja keuangan perusahaan tersebut.
Demikian pula apabila dalam perusahaan terdapat ukuran perusahaan
yang besar, dengan total aset yang besar akan berhati-hati dalam
memanfaatkan dan mempertanggung-jawabkan total aset yang dimiliki,
sehingga perusahaan akan memiliki kinerja keuangan yang baik, dan nantinya
akan memberikan keuntungan yang panjang bagi perusahaan. Kinerja
keuangan perusahaan diukur dengan menggunakan return on equity (ROE).
Berdasarkan uraian teoritis dan hasil penelitian maka model penelitian
dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
Penerapan Good
Corporate Governance
(H+)
Pengungkapan Corporate
Social Responsibility

Ukuran Perusahaan

(H+)

Kinerja Keuangan
(ROE)

(H+)

Gambar 2.3 Model Penelitian
31
Pengaruh Penerpan Good..., Risma Handayani Putri, FEB UMP 2018

D. Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance terhadap Kinerja
Keuangan Perusahaan (ROE)
Penerapan GCG di Indonesia mulai menarik banyak investor,
sehingga banyak

perusahaan bersaing untuk memperbaiki sistem tata

kelola perusahaan mereka. Jika perusahaan menerapkan GCG maka
investor akan bersedia menanamkan modalnya sehingga kinerja keuangan
perusahaan akan meningkat. Perusahaan perbankan memerlukan GCG
sesuai dengan aturan yang ada. Aturan tersebut tentunya

dengan

menerapkan prinsip-prinsip perbankan yaitu transparansi, akuntabilitas,
responsibilitas, independensi, dan kewajaran. Dani dan Hasan (2005)
dalam Tisna dan Agustami (2016) mengatakan “Karena prinsip-prinsip
dasar dari GCG pada dasarnya memiliki tujuan untuk memberikan
kemajuan kinerja keuangan pada suatu perusahaan. Semakin baik
corporate governance yang dimiliki suaut perusahaan maka diharapkan
semakin baik pula kinerja dari suatu perusahaan tersebut”.
Dasar GCG ini dilatarbelakangi oleh agency theory yaitu
permasalahan agen yang muncul pada pengelolaan suatu perusahaan
terpisah dari pemiliknya. Pemilik perusahaan yang hakikatnya memiliki
modal atau memberikan kewenangan kepada seorang manajer professional
untuk mengelola perusahaannya dengan baik demi mendapatkan
keuntungan yang tinggi. Dalam hal ini yang lebih mengetahui perusahaan
32
Pengaruh Penerpan Good..., Risma Handayani Putri, FEB UMP 2018

atau kegiatan usaha yaitu seorang manajer dibandingkan dengan
pemiliknya, dengan adanya kewenangan tersebut manajer bisa saja
menmanfaatkan kewenangannya untuk memperkaya diri sendiri atau
menguntungkan dirinya sendiri dengan beban yang ditanggung oleh
perusahaan. Hal ini akan mendatangkan kerugian bagi pemilik perusahaan
atau pemegang saham dan kehilangan kepercayaan dari investor atau
konsumen. Kerugian tersebut diakibatkan karena tidak menerapkannya
prinsip-prinsip GCG pada perusahaan, yaitu transparansi, akuntabilitas,
independen, bertanggung jawab dan kewajaran.
Penelitian terdahulu yang diteliti oleh Rofina (2013) menyatakan
bahwa penerapan Good Corporate Governance berpengaruh positif
signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan yang diproksikan dengan
return on investment (ROI), net profit margin (NPM) dan return on equity
(ROE) secara linier. Berdasarkan penjelasan diatas dapat dirumuskan
hipotesis sebagai berikut :
H1 : Good Corporate Governance (GCG) berpengaruh positif terhadap
kinerja keuangan perusahaan.
2. Pengaruh Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR)
terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan (ROE)
Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 tahun 2007 yang
mewajibkan perusahaan melaksanakan tanggung jawab sosial dan
lingkungan bagi perusahaan yang kegiatan usahanya berkaitan dengan

33
Pengaruh Penerpan Good..., Risma Handayani Putri, FEB UMP 2018

sumber daya alam, membuat perusahaan harus mengungkapkan kegiatan
tersebut dalam laporan tahunan perusahaan. Dengan begitu para penanam
modal akan merespon positif apa yang dilakukan perusahaan, sehingga
citra perusahaan akan baik dimata para penanam modal yang
mengakibatkan kinerja keuangan perusahaan tersebut meningkat (Silvia,
2014). Kusuma (2014) dalam Pamestri (2016) Para manajer juga ingin
mendapatkan legitimasi. Sesuai dengan teori legitimasi peusahaan harus
peduli terhadap lingkungan sekitarnya, karena dengan hal tersebut dapat
menjaga eksistensi perusahaan dan keberlangsungan kegiatan perusahaan
dimasa mendatang dapat diterima oleh masyarakat. Dalam laporan CSR
diharapkan dapat memberikan manfaat bagi perusahaan yaitu mendapat
legitimasi dari masyarakat dan meningkatkan keuntungan perusahaan di
masa yang akan datang. Cheers (2011) dalam Yoehana (2013) menurut
teori stakeholder, meningkatkan CSR membuat perusahaan lebih menarik
bagi konsumen. Oleh karena itu, CSR harus dilakukan oleh semua
perusahaan.
Menurut Heal dan Garret (2004) dalam Indrawan (2011)
menunjukkan bahwa aktivitas CSR dapat menjadi elemen yang
menguntungkan sebagai strategi perusahaan, memberikan kontribusi
kepada manajemen risiko dan memelihara hubungan yang dapat
memberikan

keuntungan

jangka

panjang

perusahaan,

sehingga

berdasarkan stakeholder theory peneliti menduga bahwa terdapat pengaruh
CSR terhadap kinerja keuangan perusahaan.

34
Pengaruh Penerpan Good..., Risma Handayani Putri, FEB UMP 2018

Penelitian terdahulu yang diteliti oleh Silvia (2014) menyatakan
bahwa Good Corporate Governance dan Corporate Social Responsibility
berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H2 : Corporate Social Responsibility (CSR) berpengaruh positif terhadap
kinerja keuangan perusahaan.
3. Pengaruh

Ukuran

Perusahaan

terhadap

Kinerja

Keuangan

Perusahaan (ROE)
Besarnya ukuran perusahaan yang terdapat diperusahaan jasa atau
dagang, khususnya di perusahaan perbankan dapat dipastikan semakin
besar juga dana yang dikelola dan semakin kompleks pengelolaannya, dan
resiko perusahaan semakin tinggi, sehingga perusahaan akan terus
meningkatkan kinerja

keuangannya

demi

mempertangungjawabkan

kegiatan operasionalnya. Hal ini sama dengan yang dikatakan Darmawati
(2004) dalam Tisna dan Agustami (2016) menyatakan “perusahaan besar
pada dasarnya memiliki kekuatan finansial yang lebih besar dalam
menunjang kinerja, tetapi disisi lain perusahaan dihadapkan pada masalah
keagenan yang lebih besar”.
Semakin kecil ukuran perusahaan maka akan semakin sulit dalam
menjalankan usahanya karena kepercayaan investor dan konsumen lebih
memilih perusahaan yang besar dengan total asetnya besar dibanding
perusahaan yang kecil, perusahaan kecil cenderung kesulitan bertahan

35
Pengaruh Penerpan Good..., Risma Handayani Putri, FEB UMP 2018

untuk menjalankan bisnisnya dalam dunia persaingan. Dengan demikian
besar kecilnya perusahaan secara tidak langsung dapat melihat kinerja
keuangan perusahaan perbankan, dilihat dari total aktiva yang dimiliki.
Besarnya total aktiva yang dimiliki satu perusahaan merupakan cerminan
hak dan kewajiban serta permodalan perusahaan tersebut (Tisna dan
Agustami, 2016). Sehingga dapat disimpulkan bahwa memiliki ukuran
perusahaan yang besar di perusahaan akan sangat menguntungkan dimasa
mendatang.
Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Tisna dan Agustami
(2016) menyatakan bahwa GCG dan ukuran perusahaan berpengaruh
positif secara parsial dan simultan terhadap kinerja keuangan perusahaan.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H3 : Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan
perusahaan.

36
Pengaruh Penerpan Good..., Risma Handayani Putri, FEB UMP 2018