PEMAHAMAN FOTO HDR (HIGH DYNAMIC RANGE) DI KALANGAN ANGGOTA KOMUNITAS FOTOGRAFI FISIP (KFF) UNTIRTA - FISIP Untirta Repository

  

PEMAHAMAN FOTO HDR

(HIGH DYNAMIC RANGE)

DI KALANGAN ANGGOTA

KOMUNITAS FOTOGRAFI FISIP (KFF)

  

UNTIRTA

SKRIPSI

  Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana (S1) Ilmu Komunikasi Konsentrasi Jurnalistik Program Studi Ilmu Komunikasi

  Oleh :

  

TB ACHMAD MAULANA

NIM. 666 2092 666

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

2016

  

PERSEMBAHAN

Jangan meninggalkan diri, atau kau yang akan tertinggal.

  Tak ada orang lain yang memberi jalan, tanpa kau sendiri yang membuka jalan itu 

Semakin kau penasaran, semakin berani kau mengambil resiko,

makin banyak pula yang kau dapatkan 

  

Lebih baik menjadi kepala ikan teri, daripada jadi ekor ikan

hiu  Usaha, Ikhtiar, dan Tawakal merupakan tangga

  Do’a, kesuksesan

SKRIPSI INI DIPERSEMBAHKAN

  Untuk kedua orang tuaku yang telah berkorban, bersabar, memberikan do’a, nasihat, dukungan, serta kasih sayang yang begitu besar.

  Tak lupa untuk adik-adikku tersayang, serta semua yang menyayangiku.

  

ABSTRAKSI

Tb Achmad Maulana. 092666 . “Pemahaman Foto HDR (High Dynamic Range) Di Kalangan Anggota Komunitas Fotografi FISIP (KFF) Untirta ”.

  SKRIPSI. Program Studi Ilmu Komunikasi. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. 2016.

  Komunitas Fotografi FISIP (KFF) Untirta merupakan sebuah komunitas foto yang merangkul para pehobi dan pecinta fotografi. KFF ini masih bersifat komunitas yang ruang lingkupnya masih tergolong kecil, karna mayoritas anggotanya adalah mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP). Namun, tidak menutup kemungkinan dari fakultas lain pun bisa ikut bergabung. Komunitas ini terbentuk pada tanggal 11 November 2011 yang bertujuan sebagai wadah bagi para pehobi fotografi untuk saling berbagi ilmu dan berkarya bersama. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan pemahaman mengenai arti, teknik pembuatan, dan pemanfaatan foto HDR (High Dynamic Range) di kalangan anggota Komunitas Fotografi FISIP (KFF) Untirta dengan menggunakan teori perbedaan individual.

  Menggunakan metode kualitatif dengan paradigma post-positivisme yang bertujuan untuk mendeskripsikan fenomena dengan sedalam-dalamnya melalui wawancara mendalam dan studi pustaka untuk mengumpulkan data penelitian. Informan penelitian berjumlah 5 orang dari anggota Komunitas Fotografi FISIP (KFF) Untirta. Triangulasi digunakan untuk menguji validitas temuan data di lapangan.

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak semua anggota Komunitas Fotografi FISIP (KFF) Untirta memahami tentang HDR (High Dynamic Range) dalam fotografi. Dari kelima informan terpilih, Gilang Arasky R. Manto dapat memberikan informasi dan data-data yang relatif lebih detail. Lalu, Antoni Budi Mulia memberi data dan informasi yang lebih singkat. Sedangkan, ketiga informan lainnya (Hikmat Rachmatullah, Noval Afif, dan Harry Setiawan) memberikan data dan informasi yang relatif sama mengenai pemahaman foto HDR (High Dynamic Range).

  Kata kunci: Pemahaman, Komunitas, Fotografi, HDR (High Dynamic Range), Teori perbedaan Individual.

  

ABSTRACT

Tb. Achmad. Maulana. 092666. "Understanding Photo HDR (High Dynamic

Range) Among Members Of The Photography Community Faculty of Social

and Political Science, Sultan Ageng Tirtayasa University (Untirta)". THESIS.

  

Communication Science Program. The Faculty of Social and Political Science.

Sultan Ageng Tirtayasa University. 2016.

  

The Photography Community Faculty of Social and Political Science, Sultan

Ageng Tirtayasa University (Untirta) constitute a community of photography

embracing the exciter and lovers of photography. KFF are still in community

which the scopes is still quite low, because the majority of members are students

of The Faculty of Social and Political Science. But, it is possible of the other

faculty so can joined. This community formed on November 11th, 2011, aimed at

as a forum for the exciter of photography to share sciences and work together.

This research aims to described understanding of meaning, making techniques,

and utilization of photo HDR (High Dynamic Range) on among members of The

Photography Community Faculty of Social and Political Science, Sultan Ageng

Tirtayasa University (Untirta) by using the individual differences theory.

  

In a qualitative with the post-positivism of paradigm aimed at described

phenomena profusely through in-depth interiews and literature study to collect

data of reseach. Informants of research were 5 people from members of The

Photography Community Faculty of Social and Political Science, Sultan Ageng

Tirtayasa University (Untirta). Triangulation used to test the validty of data

findings in the field.

  

The results showed that not all members of The Photography Community Faculty

of Social and Political Science, Sultan Ageng Tirtayasa University (Untirta)

understood about HDR (High Dynamic Range) in photography. From 5

informants elected, Gilang Arasky R. Manto can provide information and the data

relatively more details. Than, Antoni Budi Mulia give the data and informations

shorter. While, three other informants (Hikmat Rachmatullah, Noval Afif, and

Harry Setiawan) providing the data and informations are relatively similiar an

understanding about photo HDR (High Dynamic Range).

  Keywords: Understanding, Community, Photography, HDR (High Dynamic Range), The individual differences theory.

KATA PENGANTAR

  Assalamu ’alaikum Wr. Wb. Bismillahirrahmanirrahim

  Puja dan puji syukur, penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan nikmat, rahmat, dan karunia-Nya, sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan. Tak lupa shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada junjungan kita Rasulullah Muhammad SAW, beserta keluarga dan para sahabatnya

  , semoga kita mendapatkan syafa’atnya. Amin Adapun penulisan skripsi ini, dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat dalam mencapai gelar sarjana ilmu komunikasi pada Program Studi Ilmu

  Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

  Dalam penyusunan skripsi ini, penulis sangat menyadari banyak kekurangan dan masih jauh dari kata sempurna, karna keterbatasan penulis sebagai manusia yang tak pernah luput dari kata salah.

  Ucapan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya, penulis sampaikan kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini, diantaranya kepada:

  1. Yth. Kedua orang tuaku, sembah sujudku dipangkuannya, adik-adikku tersayang, serta keluarga besar tercinta. Terima kasih atas pengorbanan, kesabaran, air mata, nasihat, dukungan, senyum, serta selalu mendo’akanku sampai saat ini, gelar ini dihaturkan.

  2. Yth. Bapak Prof. Dr. H. Sholeh Hidayat, M.Pd selaku Rektor Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

  3. Yth. Bapak Dr. Agus Sjafari, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

  4. Yth. Ibu Dr. Rahmi Winangsih, M.Si selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

  5. Yth. Bapak Darwis Sagita, M. I.Kom selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

  6. Yth. Bapak Muhammad Jaiz, S.Sos, M.Pd selaku dosen pembimbing I.

  Terimakasih atas waktu, dukungan, bimbingan, serta arahannya kepada penulis.

  7. Yth. Bapak Burhanuddin Mujtaba, SE, M.Si selaku dosen pembimbing II. Terimakasih atas waktu, dukungan, bimbingan, serta arahannya selama ini.

  8. Yth. Dosen-dosen dan staff-staff Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Terimakasih atas bantuannya selama ini.

  9. Yth. Anggota Komunitas Fotografi FISIP (KFF) Untirta. Terimakasih atas dukungan dan bantuan selama penelitian berlangsung.

  10. Yth. Keluarga Sanggar Embun tercinta. Terimakasih atas nasihat, dukungan, motivasi, serta do’anya selama ini.

  11. Yth. Bapak Firman Lie selaku dosen Institut Kesenian Jakarta (IKJ).

  Terimakasih atas bantuan, bimbingan dan arahannya.

  12. Yth. Orang-orang terdekat, kawan-kawan seperjuangan, kawan-kawan UKM Klasik Untirta, Kedai Bilop, serta sahabat-sahabat terbaik lainnya. Terimakasih atas kebersamaan, bantuan, dukungan, dan do’anya selama ini.

  13. Semua pihak yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Terimakasih banyak.

  Harapan penulis, semoga skripsi ini dapat menambah wawasan serta bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya. Kebaikan akan dibalas dengan kebaikan. Semoga Allah SWT membalas kebaikan bagi pihak- pihak yang telah banyak membantu, dan semoga kita semua selalu diberi keberkahan oleh-Nya. Amin

  Wassalamu ’alaikum Wr.Wb.

  Serang, 25 Maret 2016 Penulis

TB ACHMAD MAULANA

  DAFTAR ISI LEMBAR PERSETUJUAN LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS PERSEMBAHAN

ABSTRAKSI ......................................................................................................... i

ABSTRACT .......................................................................................................... ii

KATA PENGANTAR ......................................................................................... iii

DAFTAR ISI ........................................................................................................ vi

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xi

DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiii

BAB I PENDAHULUAN

  1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................................ 1

  1.2 Perumusan Masalah ................................................................................... 6

  1.3 Identifikasi Masalah .................................................................................. 6

  1.4 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 6

  1.5 Manfaat Penelitian .................................................................................... 7

  1.5.1 Manfaat Teoritis ............................................................................ 7

  1.5.2 Manfaat Praktis .............................................................................. 7

  1.5.2.1 Bagi peneliti ............................................................................. 7

  1.5.2.2 Bagi Akademi ........................................................................... 7

  vi

  1.5.2.3 Bagi Lembaga .......................................................................... 8

  BAB II TINJAUAN PUSTAKA

  2.1 Komunikasi ............................................................................................... 9

  2.1.1 Pengertian Komunikasi ................................................................. 9

  2.1.2 Fungsi Komunikasi ..................................................................... 13

  2.2 Komunikasi Visual .................................................................................. 17

  2.2.1 Pengertian Komunikasi Visual .................................................... 17

  2.2.2 Fungsi Komunikasi Visual ........................................................... 19

  2.3 Pemahaman ............................................................................................. 20

  2.3.1 Definisi Pemahaman ..................................................................... 20

  2.3.2 Tingkatan-tingkatan Dalam Pemahaman ...................................... 21

  2.4 Fotografi .................................................................................................. 23

  2.4.1 Pengertian Fotografi ..................................................................... 23

  2.4.2 Fotografi Analog ke Digital ......................................................... 27

  2.4.2.1 Perkembangan Evolutif .......................................................... 27

  2.4.2.2 Fotografi  Teknologi Terkini = Foto Digital ........................ 29

  2.4.3 Foto: Sebuah Media Komunikasi ................................................. 31

  2.5 Teknik Olah Foto ..................................................................................... 34

  2.5.1 HDR (High Dynamic Range) ....................................................... 35

  2.5.2 Sejarah HDR (High Dynamic Range) .......................................... 40

  2.5.3 Fungsi HDR (High Dynamic Range) Dalam Fotografi ................ 44

  vii

  2.5.4 Teknik HDR (High Dynamic Range) Dalam Fotografi ............... 45

  2.5.4.1 Multiple Exposure .................................................................. 45

  2.5.4.2 Fitur HDR (High Dynamic Range) Pada Kamera .................. 47

  2.5.5 Pemanfaatan Foto HDR (High Dynamic Range) ........................ 48

  2.6 Komunitas Fotografi FISIP (KFF) Untirta ............................................... 56

  2.6.1 Sejarah Komunitas Fotografi FISIP (KFF) Untirta ...................... 56

  2.6.2 Visi dan Misi Komunitas Fotografi FISIP (KFF) Untirta ............ 56

  2.6.2.1 Visi ......................................................................................... 56

  2.6.2.2 Misi ........................................................................................ 57

  2.6.3 Motto Komunitas Fotografi FISIP (KFF) Untirta ........................ 57

  2.6.4 Struktur Komunitas Fotografi FISIP (KFF) Untirta ..................... 57

  2.6.5 Kriteria Anggota Komunitas Fotografi FISIP (KFF) Untirta ...... 58

  2.6.6 Program Kegiatan Komunitas Fotografi FISIP (KFF) Untirta .... 58

  2.6.7 Prestasi Anggota Komunitas Fotografi FISIP (KFF) Untirta ...... 59

  2.7 Individual Differences Theory (Teori Perbedaan Individual) .................. 60

  2.8 Penelitian Sebelumnya ............................................................................. 61

  BAB III METODE PENELITIAN

  3.1 Paradigma Penelitian ................................................................................ 67

  3.2 Metode Penelitian ..................................................................................... 68

  3.3 Sifat Penelitian ......................................................................................... 70

  3.4 Instrumen Penelitian ................................................................................. 70

  viii

  3.5 Informan Penelitian .................................................................................. 71

  3.6 Teknik Pengumpulan Data ....................................................................... 73

  3.6.1 Wawancara ................................................................................... 74

  3.6.2 Studi Pustaka ................................................................................ 74

  3.6.3 Triangulasi .................................................................................... 75

  3.7 Teknik Analisis Data ................................................................................ 77

  3.8 Jadwal Penelitian ...................................................................................... 78

  BAB IV HASIL PENELITIAN

  4.1 Deskripsi Obyek Penelitian ...................................................................... 80

  4.2 Deskripsi Identitas Informan .................................................................... 84

  4.3 Deskripsi Hasil Penelitian ........................................................................ 90

  4.3.1 Pemahaman Arti Foto HDR (High DynamicRange) Di Kalangan Anggota Komunitas Fotografi FISIP (KFF) Untirta ................................................................................ 90

  4.3.2 Pemahaman Teknik Pembuatan Foto HDR (High Dynamic

  Range ) Di Kalangan Anggota Komunitas Fotografi FISIP

  (KFF) Untirta ................................................................................ 97

  4.3.3 Pemahaman Akan Pemanfaatan Foto HDR (High Dynamic

  Range ) Di Kalangan Anggota Komunitas Fotografi FISIP

  (KFF) Untirta .............................................................................. 104

  4.4 Pembahasan Penelitian ........................................................................... 111

  ix

BAB V KESIMPULAN

  5.1 Kesimpulan ............................................................................................. 120

  5.2 Saran ....................................................................................................... 122

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP

  x

  DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Foto Normal dan Foto HDR (High Dynamic Range) I ............... 37Gambar 2.2 Foto Normal dan Foto HDR (High Dynamic Range) II .............. 38Gambar 2.3 Foto Normal dan Foto HDR (High Dynamic Range) III ............ 39Gambar 2.4 Brig Upon The Water .................................................................. 40Gambar 2.5 Foto Under Exposure, Normal Exposure, dan

  

Over Exposure ............................................................................. 46

Gambar 2.6 Foto HDR (High Dynamic Range) Hasil

  Penggabungan 3 Foto .................................................................. 46

Gambar 2.7 Ilustrasi Foto Dave Hill ............................................................... 51Gambar 2.8 Foto HDR (High Dynamic Range) by: @klcography ................. 53Gambar 2.9 Foto HDR (High Dynamic Range) by: @amiranas .................... 53Gambar 2.10 Foto HDR (High Dynamic Range) by: @dalmiras165 ............... 54Gambar 2.11 Foto HDR (High Dynamic Range) by: @anjuanda .................... 54Gambar 2.12 Architecture ................................................................................. 55

  Gambar 2.13

  Granny’s Attic ............................................................................. 55

Gambar 3.1 Macam-macam Teknik Pengumpulan Data ................................ 73Gambar 3.2 Triangula si “Teknik” Pengumpulan Data ................................... 75Gambar 4.1 Brig Upon The Water .................................................................. 95Gambar 4.2 Prambanan Temple ..................................................................... 99Gambar 4.3 Senja Jakarta (2012) .................................................................. 106

  xi

Gambar 4.4 Kapal Bersandar (2013) ............................................................ 108Gambar 4.5 Kota Tua dan Gedung Tua (2013) ............................................. 108Gambar 4.6 The Kathedral (2012) ................................................................ 114Gambar 4.7 Let It Flow (2015) ..................................................................... 115Gambar 4.8 Saksi Sejarah Pemberi Arah (2016) .......................................... 116Gambar 4.9 The Half Mount (2015) .............................................................. 117Gambar 4.10 Tempat Ibadah (2015) ............................................................... 118

  xii

  xiii DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian ............................................................................. 79

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Fotografi adalah sebuah seni melihat, karena fotografi mengajarkan

  kepada kita cara yang unik dalam melihat dunia dan sekaligus memberikan penyandaran baru akan segala keindahan yang ada disekitar kita. Dalam kehidupan sehari-hari manusia dan hal tersebut menjadi bagian yang tidak terpisahkan.

  Fotografi juga mengajarkan pada kita untuk melihat lebih dalam, menggali makna dan memahaminya sehingga menumbuhkan rasa cinta yang dapat menciptakan inspirasi untuk melangkah lebih jauh, melompat lebih tinggi, berlari lebih kencang, berbuat lebih banyak, dan melahirkan energi positif yang mampu menjadi katalis perubahan kearah yang lebih baik untuk semua. Fotografi memang merupakan sebuah jendela yang membuka cakrawala baru bagi kita, untuk menemukan kembali dunia yang ada di sekitar kita untuk melihat dan menikmati segala keajaiban yang bisa membawa begitu banyak kegembiraan dan

  1 kebahagiaan pada hidup kita.

  Fotografi merupakan ilmu yang bertujuan untuk mendalami atau mempelajari tentang foto dan bagaimana cara untuk menghasilkan foto yang baik, agar dapat dinikmati oleh para penikmat foto. Foto identik dengan aktifitas atau 1 kegiatan yang berkaitan dengan momen-momen yang bisa menjadikan sebuah

  Deniek G. Sukarya, Kiat Sukses Deniek G. Sukarya, (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, foto itu lebih berarti, jika terdapat sisa-sisa kenangan atau sedikit memori yang dapat mengingatkan kita akan suatu kejadian atau hal menarik yang pernah kita alami sebelumnya.

  Fotografi bisa didasarkan untuk berbagai kepentingan dengan menyebutnya sebagai suatu medium ‘penyampai pesan’ (message carrier) bagi tujuan tertentu. Karya fotografi disamping kediriannya yang mandiri juga dimanfaatkan bagi memenuhi suatu fungsi tertentu.

  Sebuah karya fotografi yang dirancang dengan konsep tertentu dengan memilih objek foto yang terpilih dan yang diproses dan dihadirkan bagi kepentingan si pemotretnya sebagai luahan ekspresi artistik dirinya, maka karya tersebut bisa menjadi sebuah karya fotografi ekspresi. Dalam hal ini karya foto tersebut dimaknakan sebagai suatu medium ekspresi yang menampilkan jati diri si

  2 pemotretnya dalam proses berkesenian penciptaan karya fotografi seni.

  Kini dunia fotografi pun memiliki banyak cabang atau kekhususan, diantaranya: fotografi jurnalistik, fotografi potret, fotografi alam atau sering disebut dengan landscape, dan fotografi seni murni. Dalam seni rupa, fotografi adalah proses pembuatan lukisan dengan menggunkan media cahaya. Namun fotografi juga dapat menjadi semata-mata merupakan media ekspresi diri dan tidak terikat fungsi apapun.

  Keberadaan domain fotografi yang berkembang dalam mengantisipasi perkembangan jaman dan teknologi terkini ini dinampakkan pada pengaruh

  3 2 teknologi digital. Teknologi fotografi memang terlahirkan untuk memburu 3 Soeprapto Soedjono, Pot-Pourri Fotografi (Jakarta: Universitas Trisakti, 2007), hal. 27.

  obyekfitas, karena kemampuannya untuk menggambarkan kembali realitas visual

  4 dengan tingkat presisi yang tinggi.

  Fotografi merupakan salah satu alat komunikasi. Sebuah foto mampu mencetakkan pandangan dunia ke dalam benak manusia, bahkan hasil bidikan foto lebih ampuh daripada gambar atau lukisan. Foto mampu memvisualisasikan suatu peristiwa atau kejadian dalam bentuk gambar. Foto lebih mudah untuk diingat serta lebih mengesankan dibandingkan kata-kata. Untuk itu foto tidak perlu penerjemah. Foto mempunyai arti yang sama di seluruh dunia. Sebagai salah satu media komunikasi, fotografi menyampaikan makna-makna dan pesan yang terekam dalam wujud bingkai foto.

  Bagi seorang fotografer, selain dituntut memiliki kemampuan yang baik dalam fotografi, juga harus memiliki pengetahuan tentang keindahan suatu foto agar karya yang dihasilkan memiliki nilai yang baik. Suatu keindahan dikenal dengan estetika merupakan salah satu tolak ukur untuk suatu karya fotografi.

  Seorang fotografer harus selalu berusaha mengemas karya fotografi menggunakan konsep dan ide yang ditunjang dengan teknik pengambilan pada suatu foto agar dihasilkan suatu karya fotografi yang memiliki nilai keindahan yang sebenarnya.

  Bukan suatu perkara mudah bagi seorang fotografer untuk mengembangkan suatu karya, yang salah satunya mengeksplorasi keindahan alam atau suatu tempat menjadi karya seni yang benar-benar akan diapresiasi para penikmat seni sebagai sebuah karya seni yang memiliki nilai keindahan. Jika 4 tidak, seorang fotografer akan terjebak dalam situasi yang sulit dimana suatu

  

Aaron Scharf (1968) dalam Seno Gumira Ajimardi, Kisah Mata Fotografi Antara Dua Subyek: karyanya dianggap tidak memiliki keindahan bahkan dianggap suatu karya manipulasi yang berlebihan dan jauh dari sebuah realitas.

  Salah satu kendala dalam memotret di jaman serba digital ini adalah keterbatasan jangkauan dinamik dari sebuah sensor. Kita tentu kerap mengalami saat memotret di kondisi dengan kontras tinggi, ada saja bagian dari foto yang tampak terlalu gelap (under) atau justru terlalu terang (over). Sensor kamera memang jauh kalah dibandingkan mata manusia dalam urusan kepekaan dalam menangkap perbedaan terang gelap yang begitu lebar di alam ini, dari teriknya sinar matahari sampai redupnya cahaya lilin di kegelapan. Kondisi ini membuat banyak fotografer mendambakan sebuah hasil foto yang sebisa mungkin mendekati kondisi aslinya, dengan jangkauan dinamis (dynamic range) yang lebar

  5 atau biasa disebut HDR.

  Istilah HDR dalam fotografi adalah kependekan dari (High Dynamic

  

Range ). Secara umum HDR sudah lazim dipakai penghobi fotografi, Dynamic

Range adalah rentang kemampuan sebuah kamera untuk merekam tingkat kontras.

  Seperti diketahui, di alam terbuka ada tingkat kecerahan yang berbeda-beda, dari cahaya matahari yang sangat terang sampai sebuah tempat redup atau gelap.

  Dalam tingkat yang lebih rendah, tingkat kecerahan bisa dilihat dari langit cerah sampai bayangan dibawah pohon. Mata manusia bisa melihat detail awan di langit yang cerah, lalu mata manusia juga mudah melihat aneka detail benda yang ada di bawah bayangan pohon, mata manusia mudah menyesuaikan diri.

5 HDR (High Dynamic Range) Photo Effect, Yudo Sudanardi Photograph (Yogyakarta: Putstaka

  Berbeda halnya dengan kamera, fotografer tidak mungkin memotret sebuah pemandangan yang mengandung langit cerah dan bayangan bisa tampak semua detail di kedua bagian itu. maka digunakanlah teknik foto HDR.

  Foto HDR (Hight Dynamic Range) adalah sebuah foto yang bisa menampilkan detail antara area gelap dan area terang yang kontrasnya tinggi, minimal mendekati apa yang bisa ditangkap oleh mata, cara atau teknik pengambilan foto ini disebut dengan teknik HDR yaitu merupakan salah satu teknik dalam dunia fotografi dengan cara menggabungkan beberapa foto dengan angle dan posisi yang sama namun dengan pencahayaan yang berbeda untuk menemukan pencahayaan yang selaras dan bisa menampilkan detail dari semua bagian foto. Namun pada prakteknya, teknik foto ini sering disalah artikan karena kurangnya pemahaman mengenai teknik foto HDR ini sehingga banyak fotografer terutama kalangan pemula yang belum memahami betul dan meyimpulkan teknik ini adalah teknik untuk membuat suatu karya foto yang dramatis bahkan menimbulkan efek-efek warna yang berlebihan sehingga karya foto jauh dari keasliannya.

  1.2. Perumusan Masalah

  Rumusan masalah akan memberikan suatu arahan yang jelas untuk mengadakan penelaahan, serta hasil analisis akan lebih nyata, sehingga peneliti harus membatasi masalah yang akan dianalisis karena dapat membantu memperjelas pengkajian. Sehubungan dengan itu peneliti merumuskan masalah sebagai berikut : "BAGAIMANA PEMAHAMAN TENTANG FOTO HDR

  

(HIGH DYNAMIC RANGE) DI KALANGAN ANGGOTA KOMUNITAS

FOTOGRAFI FISIP (KFF) UNTIRTA ?"

  1.3. Identifikasi Masalah

  Berdasarkan latar belakang masalah yang sudah diutarakan diatas, maka identifikasi masalahnya adalah :

  1. Bagaimana pemahaman arti foto HDR (High Dynamic Range) di kalangan anggota Komunitas Fotografi FISIP (KFF) Untirta?

  2. Bagaimana pemahaman teknik pembuatan foto HDR (High Dynamic Range) di kalangan anggota Komunitas Fotografi FISIP (KFF) Untirta?

  3. Bagaimana pemahaman akan pemanfaatan foto HDR (High Dynamic Range) di kalangan anggota Komunitas Fotografi FISIP (KFF) Untirta? 1.4.

   Tujuan Penelitian

  Berdasarkan identifikasi masalah yang sudah dirumuskan diatas maka peneliatian ini bertujuan untuk :

  1. Untuk menggambarkan pemahaman anggota Komunitas Fotografi FISIP (KFF) Untirta mengenai arti foto HDR (High Dynamic Range).

  2. Untuk menggambarkan pemahaman anggota Komunitas Fotografi FISIP (KFF) Untirta mengenai teknik pembuatan foto HDR (High Dynamic Range).

  3. Untuk menggambarkan pemahaman anggota Komunitas Fotografi FISIP (KFF) Untirta mengenai pemanfaatan foto HDR (High Dynamic Range).

1.5. Manfaat Penelitian 1.5.1. Manfaat Teoritis

  Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai pengembang fotografi secara umum dan fotografi HDR khususnya pada kalangan KFF (Komunitas Fotografi FISIP) Untirta.

1.5.2. Manfaat Praktis 1.5.2.1. Bagi Peneliti

  Penelitian ini berguna bagi peneliti sebagai aplikasi fotografi secara umum dan foto HDR (High Dynamic Range) secara khusus.

1.5.2.2. Bagi Akademi

  Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi mahasiswa Universitas Sultan Ageng Tirtayasa secara khusus sebagai penunjang pengetahuan pada mata kuliah fotografi di Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

1.5.2.3. Bagi Lembaga

  Penelitian ini dapat memberikan pengetahuan yang lebih mendalam mengenai foto HDR (High Dynamic Range) dan dapat dijadikan referensi dalam kegiatan fotografi pada kalangan KFF (Komunitas Fotografi FISIP) Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Komunikasi

2.1.1. Pengertian Komunikasi

  Hakikat komunikasi adalah proses pernyataan antar manusia, yang dinyatakan itu adalah pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa sebagai alat penyalurnya.

  Dalam “bahasa” komunikasi pernyataan dinamakan pesan (message). Orang yang menyampaikan pesan disebut komunikator (communicator) sedangkan orang yang menerima pesan pernyataan diberi nama komunikan (communicate). Untuk tegasnya, komunikasi berarti proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan. Jika dianalisis pesan komunikasi terdiri dari dua aspek, pertama isi pesan (the content of the message), kedua lambing (symbol). Kongkretnya isi pesan itu adalah pikiran atau perasaan, lambang adalah

  6 bahasa.

  Pengertian komunikasi secara etimologis berasal dari perkataan latin “communication”. Istilah ini bersumber dari perkataan “communis” yang berarti sama; sama disini maksudnya sama makna atau sama arti. Jadi komunikasi terjadi apabila terdapat kesamaan makna mengenai suatu pesan yang 6 disampaikan oleh komunikator dan diterima oleh komunikan.

  Prof. Onong Uchjana Effendy, M.A, Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2003), hal. 28.

  

9 Schramm menyatakan bahwa field of experience atau bidang pengalaman merupakan faktor yang amat penting untuk terjadinya komunikasi. Apabila bidang pengalaman komunikator sama dengan bidang pengalaman komunikan, komunikasi akan berlangsung lancar. Sebaliknya, jikalau pengalaman komunikan tidak sama dengan pengalaman komunikator, akan timbul kesukaran untuk mengerti satu sama lain; dengan lain perkataan situasi menjadi tidak komunikatif; atau dengan rumusan lain terjadi miskomunikasi (miscommunication). Dan banyak lagi faktor-faktor lain yang menyebabkan

  7 terjadinya miskomunikasi atau komunikasi yang salah.

  Definisi komunikasi hingga saat ini mencapai ratusan, yang diantaranya justru berlawanan dengan definisi-definisi lainnya.Namun Frank Dance membaginya kedalam tiga dimensi konseptual penting. Pertama adalah tingkat observasi (level of observation), atau derajat keabstrakannya. Seperti definisi ini, “Komunikasi sebagai proses yang menghubungkan satu sama lain bagian-bagian terpisah dunia kehidupan adalah terlalu umum, sementara komunikasi sebagai „alat untuk mengirim pesan militer, perintah, dan sebagainya lewat telepon,

  8

  telegraf, radio, kurir, dan sebagainya‟ terlalu sempit.” Dimensi kedua adalah kesengajaan (intentionality). Sebagian dari dimensi ini, menyatakan bahwa komunikasi hanya mencakup pengiriman dan penerimaan pesan. Seperti defini 7 si berikut, “Komunikasi sebagai situasi yang memungkinkan 8 Ibid, hal. 30-31.

  Frank Dance dalam Mulyana, M.A., Pd.D, Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), hal. 54. suatu sumber mentransmisikan suatu pesan kepada seorang penerima dengan

  9 Sebagian lagi tidak tidak

  disadari untuk mempengaruhi perilaku penerima.” menuntut syarat ini, yakni definisi komunikasi yang mengabaikan unsur kesengajaan. Seperti yang dikemukakan oleh Alex Gobe, “Suatu proses yang membuat sama bagi dua orang atau lebih apa yang tadinya merupakan monopoli

  10 seseorang atau sejumlah orang.

  ” Dimensi ketiga adalah penilaian normatif. Definisi dalam dimensi ini dipisahkan berdasarkan tingkat keberhasilan dan kecermatan dalam berkomunikasi. Sebagian mengasumsikan bahwa komunikasi itu harus berhasil.

  11 Asumsi

  Seperti, “komunikasi adalah pertukaran verbal pikiran atau gagasan.” dibalik definisi ini adalah bahwa komunikasi suatu pikiran atau gagasan secara berhasil dipertukarkan. Lalu sebagian definisi dimensi ini tidak menuntut adanya

  12 Definisi tersebut tidak

  keberhasilan. “Komunikasi adalah transmisi informasi.” menuntut adanya informasi yang diterima atau dimengerti.

  Adapula definisi yang mengasumsikan komunikasi sebagai tindakan satu arah. Everet M, Rogers mengemukakan, “komunikasi merupakan proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada suatu penerima atau lebih dengan maksud

  13

  untuk mempengaruhi pengaruh penerima.”

  9 10 Ibid, hal. 54-55. 11 Ibid, hal. 55. 12 Ibid, hal. 55. 13 Ibid, hal. 55.

  Ibid, hal. 62.

  Lalu menurut Harold Lasswell, “Cara yang baik untuk menggambarkan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut: Who? says

  what? In which channel?To whom?With what effect? Atau, Siapa? Mengatakan

  apa? Dengan saluran apa? Kepada siapa? Dengan pengaruh apa?.” Definisi-definisi tersebut mengisyaratkan komunikasi sebagai semua kegiatan yang secara sengaja dilakukan untuk menyampaikan rangsangan untuk membangkitkan respon seseorang.

  Komunikasi juga bisa dilihat sebagai transaksi. Dalam konteks ini adalah suatu proses personal karena makna atau pemahaman yang diperoleh pada dasarnya bersifat pribadi. Disini komunikasi tidak membatasi pada yang disengaja atau respon yang dapat diamati. Beberapa definisi komunikasi dilihat sebagai transaksi antara lain: John R. Wenberg dan William W. Wilmot, “Komunikasi adalah suatu usaha untuk memperoleh makna.” Donald Byker dan Loren J. Anderson, “Komunikasi adalah berbagai informasi antara dua orang atau lebih.” William I. Gorden, “Komunikasi secara ringkas dapat didefinisikan sebagai suatu transaksi dinamis yang melibatkan gagasan dan perasa an.” Judy C. Pearson dan Paul E. Nelson, “Komunikasi adalah proses memahami dan berbagi makna.” Stewart L. Tubbs dan Sykvia Moss, “Komunikasi adalah proses

  14

  pembentukan makna diantara dua orang atau lebih.”

14 Ibid, hal. 68-69.

2.1.2. Fungsi Komunikasi

  Terdapat empat fungsi dalam komunikasi. Seperti yang dijabarkan oleh Deddy Mulyana, M.A., Pd.D. dalam bukunya Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, ke empat fungsi tersebut adalah :

  1. Fungsi Komunikasi Sosial.

  2. Fungsi Komunikasi Ekspresif.

  3. Fungsi Komunikasi Ritual.

  15 4. Fungsi Komunikasi Instrumental.

  Masing-masing dari fungsi tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut :Fungsi komunikasi sebagai komunikasi sosial setidaknya mengisyaratkan bahwa komunikasi itu penting untuk membangun konsep diri kita, aktualisasi diri, untuk kelangsungan hidup, untuk memperoleh kebahagiaan, terhindar dari tekanan dan ketegangan antara lainlewat komunikasi yang bersifat menghibur, dan memupuk hubungan dengan orang lain.

  Orang yang tidak pernah berkomunikasi dengan manusia, bisa dipastikan akan tersesat, karena ia tidak berkesempatan menata dirinya dalam suatu lingkungan sosial. Komunikasilah yang memungkinkan individu untuk membangun suatu kerangka rujukan dan menggunakannya sebagai panduan untuk menafsirkan situasi apapun yang ia hadapi. Komunikasi pula yang memungkinkannya mempelajari dan menerapkan strategi-strategi adaptif untuk 15 mengatasi situasi-situasi problematic yang ia masuki.

  Ibid, hal. 5-33.

  Implisit dalam komunikasi sosial ini adalah fungsi komunikasi kultural. Para ilmuan sosial mengakui bahwa budaya dan komunikasi itu memiliki hubungan timbal balik, seperti dua sisi dari satu mata uang. Budaya menjadi bagian dari perilaku komunikasi, dan pada gilirannya komunikasi pun turut menentukan, memelihara, mengembangkan atau mewariskan budaya.

  Pada satu sisi, komunikasi merupakan suatu mekanisme untuk mensosialisasikan norma-norma budaya masyarakat, baik secara horizontal, dari suatu masyarakat kepada masyarakat lainnya, maupun secara vertikal, dari suatu generasi ke generasi berikutnya.

  Selanjutnya, Alfred Korzybski menyatakan bahwa kemampuan manusia berkomunikasi menjadikan mereka pengikat waktu (time binder). Pengikat waktu merujuk pada kemampuan manusia untuk mewariskan pengetahuan dari generasi ke generasi dan dari budaya ke budaya. Manusia tidak perlu memulai setiap generasi sebagai generasi baru. Mereka mengambil pengetahuan masa lalu, mengujinya, berdasarkan fakta-fakta mutakhir dan meramalkan masa depan.

  Pengikat waktu ini jelas merupakan suatu karakteristik yang membedakan manusia dengan bentuk lain kehidupan. Dengan kemampuan tersebut, manusia mampu mengendalikan dan mengubah lingkungan tersebut.

  Erat kaitannya dengan komunikasi sosial adalah komunikasi ekspresif yang dapat dilakukan baik sendirian maupun dalam kelompok. Komunikasi ekspresif tidak otomatis bertujuan mempengaruhi orang lain, namun dapat dilakukan sejauh komunikasi tersebut menjadi instrumen untuk menyampaikan perasaan-perasaan (emosi) kita. Terdapat banyak cara untuk mengungkapkan ekspresi, misalnya melalui bahasa tubuh, melalui benda, melalui karya (seperti seni lukis, tari, musik, tulis, dan lain-lain).

  Erat kaitannya dengan komunikasi ekspresif adalah komunikasi ritual, yang biasanya dilakukan dengan cara kolektif. Suatu komunitas sering melakukan upacara-upacara berlainan sepanjang tahun dan sepanjang hidup.

  Dalam upacara-upacara yang dilakukan, orang-orang tersebut mengucapkan kata-kata atau menampikkan perilaku-perilaku tertentu yang bersifat simbolik. Komunikasi ritual sering bersifat ekspresif.

  Komunikasi ritual tidak hanya dilakukan dalam upacara-upacara bagi sebuah komunitas atau budaya tertentu, akan tetapi juga dilakukan dalam sebuah organisasi. Misalnya, sebelum bergabung dalam sebuah organisasi tertentu mereka diminta untuk melakukan sebuah ritual upacara penyambutan bergabungnya dalam organisasi tersebut. Kegiatan ritual seperti ini memungkinkan para pesertanya berbagi komitmen emosional dan menjadi perekat bagi kepaduan mereka, juga sebagai pengabdian kepada kelompok.

  Bukanlah substansi kegiatan ritual itu sendriri yang terpenting, melainkan perasaan senasib sepenanggungan yang menyertainya, perasaan bahwa kita terikat oleh sesuatu yang lebih besar dari pada diri kita sendiri, yang bersifat abadi, dan bahwa kita diakui dan diterima dalam kelompok kita.

  Hingga kapanpun ritual tampaknya akan tetap menjadi kebutuhan manusia, meskipun bentuknya berubah-ubah, demi pemenuhan jati dirinya sebagai individu, sebagai anggota komunitas sosial, dan sebagai salah satu unsur dari alam semesta.

  Terakhir dari fungsi komunikasi yang disampaikan oleh Deddy Mulyana, yaitu mengenai komunikasi instrumental mempunyai beberapa tujuan umum: menginformasikan, mengajar, mendorong, mengubah sikap dan keyakinan dan mengubah perilaku atau menggerakkan tindakan dan juga untuk menghibur. Bila diringkas, maka kesemua tujuan tersebut dapat disebut membujuk atau bersifat persuasif. Komunikasi yang berfungsi memberitahukan atau menerangkan mengandung muatan persuasif dalam arti bahwa pembicara menginginkan pendengarnya mempercayai bahwa fakta atau informasi yang disampaikannya akurat dan layak untuk diketahui.

  Sebagai instrumen, komunikasi tidak saja digunakan untuk menciptakan dan membangun hubungan, namun juga untuk menghancurkan hubungan tersebut. Studi komunikasi membuat kita peka terhadap berbagai strategi yang dapat kita gunakan dalam komunikasi kita untuk bekerja lebih baik dengan orang lain demi keuntungan bersama. Komunikasi berfungsi sebagai instrumen untuk mencapai tujuan-tujuan pribadi dan pekerjaan, baik tujuan jangka pendek ataupun jangka panjang.

  Tujuan jangka pendek misalnya untuk memperoleh pujian, menumbuhkan kesan yang baik, memperoleh simpati, empati, keuntungan material, ekonomi, politik, yang antara lain dapat diraih lewat pengelolaan kesan (impression management), yakni taktik-taktik verbal dan non verbal.