FENOMENA GAYA BERBUSANA DI KALANGAN REMAJA HEDONIS (Studi Pada Mahasiswa FISIP UNILA)

(1)

ABSTRAK

FENOMENA GAYA BERBUSANA DI KALANGAN REMAJA HEDONIS (Studi Pada Mahasiswa FISIP UNILA)

Oleh Euis Wulandari

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui fenomena gaya berbusana di kalangan remaja hedonis yang bertempat di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP), Universitas Lampung. Dengan menggunakan metode penelitian kualitatif. Adapun yang menjadi informan dari penelitian ini adalah mahasiswa/i yang memiliki gaya berbusana dan gaya hidup hedonis di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik. Informan dari penelitian ini adalah sebanyak 5 orang informan. Pengambilan informan dilakukan secara purposive sampling, dengan menggunakan observasi, wawancara mendalam (indepth interview), dan dokumentasi sebagai teknik pengumpulan data.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebagian mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Politik merupakan remaja hedonis yang memiliki pandangan hidup menganggap bahwa dengan mencari dan mengutamakan kesenangan bersifat materiil dan hawa nafsu, untuk meningkatkan kualitas hidup dengan gaya hidup berfoya-foya, mewah dan fasilitas modern. Remaja hedonis memiliki dua motif, yaitu motif internal merupakan dorongan yang timbul dari dalam seperti, mengharapkan pujian, kepuasan diri dan aktualisasi diri, membuat ia merasa senang, percaya diri dan mengharapkan penghargaan. Motif ekternal didasari adanya dorongan dari luar, seperti lingkungan pergaulan, eksistensi diri, gengsi, keluarga, media massa dan media sosial. Gaya berbusana remaja hedonis selalu up date, mengutamakan produk bermerek, konsumtif dan membeli barang hanya karena produk bukan karena kepentingan.


(2)

(3)

(4)

(5)

DAFTAR ISI

ABSTRAK………. i

HALAMAN JUDUL……….... ii

HALAMAN PERSETUJUAN……….... iii

HALAMAN PENGESAHAN………... iv

SURAT PERNYATAAN………. v

RIWAYAT HIDUP……….. vi

MOTTO………... vii

PERSEMBAHAN……….. viii

SANWACANA………. ix

DAFTAR ISI……….. x

DAFTAR TABEL………... xi

DAFTAR GAMBAR……….. xii

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang……….….. 1

B. Rumusan Masalah………... 9

C. Tujuan Penelitian………... 9

D. Kegunaan Penelitian………. 10

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Motif………... 11

1. Pengertian Motif………....………...…... 11

2. Jenis-jenis Motif………... 13

B. Tinjauan Tentang Remaja……….………... 15

1. Pengertian Remaja……….……….... 15

2. Ciri-ciri Remaja………...………... 17

C. Hedonis pada Remaja………...………... 20

1. Konsep Hedonis dan Sosialita ………..………. 23

2. Karakteristik Remaja Hedonis……….... 22

D. Motif dan Gaya Hidup Remaja Hedonis dalam Berbusana……… 26

1. Motif Remaja Hedonis dalam Berbusana……….. 26

2. Gaya Hidup Remaja Hedonis dalam Berbusana……… 27

E. Landasan Teori………..……….. 29


(6)

B. Fokus Penelitian….…... 36

C. Lokasi Penelitian.………...……….... 37

D. Penentu Informan………...……… 38

E. Teknik Pengumpulan Data………..………... 39

F. Teknik Analisis Data……….. 41

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Fakultas Ilmu Sosial dan Politik………...………….…… 43

B. Filosofi……….……... 47

C. Visi, Misi dan Tujuan FISIP……….…….. 51

D. Kode Etik Mahasiswa………. 55

V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil Informan………..………...…….…….… 58

B. Motif Remaja Hedonis dalam Berbusana……….……….. 64

1. Motif Internal Remaja Hedonis……… 64

2. Motif Eksternal Remaja Hedonis………... 70

C. Gaya Berbusana Remaja Hedonis………... 83

D. Kajian Teori……….... 95

VI. PENUTUP A. Kesimpulan……… 111

B. Saran……….. 113

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(7)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir…….…….……….….. 34

2. Gambar 5.1 Tempat tinggal informan 1………... 76

3. Gambar 5.2 Tempat tinggal informan 2………. 77

4. Gambar 5.3 Tempat tinggal informan 3………. 77

5. Gambar 5.4 Tempat tinggal informan 4………. 78

6. Gambar 5.5 Tempat tinggal informan 5………. 78

7. Gambar 5.6 Gaya busana informan 1………. 84

8. Gambar 5.7 Gaya busana informan 2………. 84

9. Gambar 5.8 Gaya busana informan 3………. 85

10.Gambar 5.9 Gaya busana informan 4………. 85

11.Gambar 5.10 Gaya busana informan 5………. 85

12.Gambar 5.11 Produk atau barang informan 1………... 87

13.Gambar 5.12 Produk atau barang informan 2………... 87

14.Gambar 5.13 Produk atau barang informan 3………... 88

15.Gambar 5.14 Produk atau barang informan 4………... 88


(8)

Tabel Halaman

1. Tabel 1. Hasil Narasi Ringkasan Wawancara Motif Remaja Hedonis Dalam Berbusana dengan 5 (lima) orang

mahasiswa/i sebagai informan... 98 2. Tabel 2. Hasil Narasi Ringkasan Wawancara Gaya Berbusana

Remaja Hedonis dengan 5 (lima) orang


(9)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam era-modernisasi negara Indonesiapada saat ini sudah mencapai tahap pemikiran yang sangat modern. Pada konteks sejarah manusia, tercatat beberapa kali telah terjadi perubahan sosial yang besar. Perubahan-perubahan tersebut telah berhasil membentuk kembali sejarah peradaban manusia dan kebudayaan baru manusia, yang tentunya relatif berkembang dari tahun ketahun. Perubahan manusia menuju ke arah masyarakat yang lebih maju disebut modernisasi.

Arti kata modernisasi dengan kata dasar modern berasal dari bahasa Latin modernus yang di bentuk kata modo dan ernus. Modo berarti cara dan ernus menunjukan pada adanya periode waktu di masa kini (Maryati dan Suryawat, 2006:33). Modernisasi dapat pula diartikan sebagai perubahan dari masyarakat yang sifatnya tradisional menuju ke masyarakat yang modern. Jadi, modernisasi merupakan suatu proses perubahan dan perbaikan sosial masyarakat yang sedang atau ingin memperbaharui dirinya dan berusaha untuk mendapatkan krakteristik yang di miliki oleh masyarakat modern.


(10)

Modernisasi merupakan suatu siklus perubahan yang dimana dalam setiap tahun ketahun mengalami perubahan yang lebih besar dari tahun sebelumnya. Modernisasi ini dikarenakan adanya pertukaran kebudayaan dari negara lain ke negara kita maupun negara kita ke negara lain, yang dimana kedua negara tersebut satu sama lainnya saling menerima perubahan. Namun masih ada juga negara yang belum bisa menerima dengan adanya perubahan-perubahan baru tersebut dikarenakan masih ingin mempertahankan adat istiadat atau kebudayaan yang lama.

Di Indonesia, istilah dari modernisasi seringkali disalahartikan. Masyarakat terkadang cenderung mengartikan modernisasi ini sebagai westernisasi . (Maryati dan Suryawat, 2006:33), Westernisasi berasal dari kata west yang berarti barat, yang berarti pembaratan yaitu meniru perilaku seperti orang-orang di negara barat. Westrenisasi dapat membuat seseorang secara tidak sadar mulai kehilangan rasa nasionalimenya, dengan meniru atau melakukan aktifitas kesehariannya bersifat kebarat-baratan. Pada saat ini yang cenderung mudah terpengaruhi oleh westernisasi adalah kaum remaja, karena di masa ini kaum remaja mengalami masa transisi yaitu masa yang dimana mereka sedang gencar-gencarnya mencari jati diri dan menggali potensi dari dalam diri mereka yang belum teraplikasi dengan baik, sehingga timbul adanya rasa antusias keingintahuan mereka sangat besar dan menjadikan mereka sangat


(11)

3

mudah dipengaruhi oleh berbagai hal termasuk, budaya yang datang dari luar dan hampir sebagian budaya tersebut membawa dampak negatif bagi remaja. Dengan semakin canggihnya teknologi dan komunikasi yang berkembang, budaya dari luar dapat dengan mudah masuk ke Indonesia secara cepat dan mempengaruhi masyarakat. Banyak remaja Indonesia mencari tahu perkembangan dunia luar tersebut dengan melalui media cetak, media massa, media elektronik, maupun jejaring sosial seperti : facebook, twitter, friendster, youtube dan lain-lain tanpa adanya pengawasan dari orangtua.

Menurut Hurlock (dalam Dipenogoro, 2004:36) remaja memiliki karakteristik yang spesifik antara lain merupakan masa (a) transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa, (b) periode yang penuh dengan berbagai perubahan, (c) usia yang banyak mengalami masalah, (d) pencarian jati diri, (e) pengembangan sikap realistis dan (f) penuh harapan dan idealis.

Menurut Sofyan (2010:23) mengungkapkan bahwa :

“Remaja adalah usia transisi. Seorang individu, telah meninggalkan usia kanak-kanak yang lemah dan penuh kebargantungan, akan tetapi belum mampu ke usia yang kuat dan penuh tanggung jawab, baik baik terhadap dirinya maupun terhadap masyarakat. Banyaknya masa transisi ini bergantung pada keadaan dan tingkat sosial masyarakat dimana iahidup.Semakin maju masyarakat semakin panjang usia remaja, karna ia harus mempersiapkan diri untuk menyesuaikan diri dalam masyarakat yang banyak syarat dan tuntutanya”.


(12)

Telah tampak adanya perbedaan nilai pada remaja di zaman sekarang bila dibandingkan dengan remaja pada generasi sebelumnya. Perbedaan-perbedaan tersebut telah tampak dalam kecenderungan perilaku pada remaja zaman sekarang dihadapkan dengan gaya hidup hedonis yang merupakan salah satu bentuk dari penyimpangan budaya. Hedonis adalah pandangan hidup yang menganggap bahwa orang akan menjadi bahagia dengan mencari kebahagiaan sebanyak mungkin dan sedapat mungkin menghindari perasaan-perasaan yang menyakitkan. Hedonis merupakan ajaran atau pandangan bahwa kesenangan atau kenikmatan merupakan tujuan hidup dan tindakan manusia. Gaya hidup hedonis memiliki sifat dan karakterisik perilaku atau budaya yang menginginkan keseluruhan kehidupan ini penuh dengan kesenangan-kesenangan yang bisa dirasakan dan memuaskan keinginan, sehingga tujuan akhir dari kehidupan ini adalah kesenangan. Dalam perkembangannya, hedonis lebih cenderung menyerang remaja atau dalam konteks ini mahasiswa. Karena pada masa remaja, individu itu sedang dalam keadaan bingung mencari jati diri mereka yang sebenarnya. (http://eramadina.com/hedonisme di kalangan mahasiswa/ akses pada tanggal 28/08/2013/3:45pm)

Dapat kita lihat secara nyata adalah dalam gaya berbusana remaja yang selalu ingin berpenampilan berbeda di setiap harinya. Kebanyakan remaja hedonis mengarahkan gaya berbusana mereka pada negara-negara luar yang sedang menjadi trendsetter saat ini. Hal


(13)

5

ini dikarenakan adanya dorong oleh perilaku hedonis yang selalu ingin mengikuti perkembangan zaman, sehingga kebutuhan hidup mereka seolah-olah banyak, padahal kemampuannya terbatas. Mereka dibanjiri dengan produk dan model terbaru yang ditampilkan melalui iklan dan media internet lainnya. Salah satunya adalah dalam gaya berbusana, dengan iming-iming untuk terlihat lebih cantik, lebih modren dan memiliki daya pikat fashionable. Menurut Yulinda R. Yoshoawini, secara tidak langsung para remaja dikondisikan untuk mengkonsumsi barang-barang tersebut, sehingga mereka secara tidak sadar terjebak pada budaya konsumtifisme dan hedonisme. (http://ekspresionline.com/2012/05/04/kebutuhan-remaja-pengaruh perilaku konsumtif hedonis korupsi/akses pada tanggal 28/08/2013/3:45pm)

Remaja hedonis selalu ingin terlihat lebih menarik di antara teman-temannya. Seringkali mereka pun tidak bisa menempatkan diri dalam berbusana, misalnya ke kampus mereka berbusana yang berlebihan dan tidak sewajarnya seorang remaja mahasiswa atau mahasiswi berbusana seperti itu ke kampus, sehingga tempat yang seharusnya untuk menimba ilmu menjadi ajang peragaan busana atau fashion show, mereka saling menunjukan eksistensi mereka di tempat yang kurang tepat untuk diaplikasikan, demi untuk mendapatkan popularitas. Hal ini sebabkan karena banyaknya media-media yang mengaplikasikan gaya berbusana seperti itu, sehingga para remaja


(14)

tersebut mengikuti perkembangan yang ada dalam lingkungan pergaulannya.

Eksistensi kaum remaja pada saat ini hanya ditempatkan pada pengakuan-pengakuan sementara, sebagai contoh misalnya seorang remaja dianggap eksistensinya diakui oleh banyak orang dengan mengikuti trend-trend model busana yang pada saat itu menjadi trendsetter dengan memakai busana dan aksesoris yang bermerek branded, karena remaja hedonis menganggap bahwa memakai barang yang bermerek dan berpenampilan yang berbeda menggambarkan status sosial dalam bentuk pergaulan.

Kebanyakan dari remaja hedonis ini lebih mementingkan ke arah busana atau fashion, karena dengan berpenampilan yang menarik dan up to date mereka merasa dianggap dalam lingkungan pergaulanya. Mereka mengaggap bahwa gaya berbusana adalah segalanya dalam hal pergaulan, apabila penampilan mereka tidak sesuai dengan teman sepergaulanya, eksistensi mereka dianggap kurang. Terkadang banyak hal yang dilakukan remaja hedonis untuk melengkapi gaya berbusana dan berpenampilannya agar terlihat lebih menarik, mereka rela menghamburkan uang demi membeli barang-barang yang kurang penting seperti aksesoris hanya untuk melengkapi penampilanya, agar terlihat lebih menarik dan setelah barang tersebut tidak musim lagi akan ditinggalkan atau tidak digunakan lagi. Hal ini


(15)

7

membuktikan, bahwa remaja hedonis bersikap di luar kendali mereka, tanpa mereka sadari perilaku tersebut mengarahkan mereka masuk dalam perilaku konsumtif juga. Sikap yang mereka lakukan semata-mata hanya mengikuti rasa emosionalnya agar terlihat eksistensisnya diakui lingkungan pergaulanya dan kurang bisa menghargai uang yang diberikan oleh orangtua mereka.

Remaja hedonis di kalangan mahasiswa atau mahasiswi pada umumnya telah mempunyai kebebasan dalam menentukan suatu hal. Kebebasan ini didapatkan karena kebanyakan orang menganggap bahwa mereka sudah bisa menentukan suatu hal itu baik atau buruk. Konsep hidup kedepannya biasanya juga mereka yang menentukan sendiri. Tetapi pada faktanya, terkadang mereka masih belum mampu sehingga banyak sekali penyimpangan yang terjadi. Paham hedonis ini perlahan-lahan merasuki kehidupan remaja khususnya kalangan mahasiswa atau mahasiswi yang selalu berpenampilan up to date di setiap harinya dan mengikuti trend mode busana yang sedang berkembang. Daya pikatnya sangat luar biasa, sehingga dalam waktu singkat munculah fenomena baru akibat paham ini. Fenomena yang muncul, ada kecenderungan untuk lebih memilih hidup enak, mewah, dan serba kecukupan tanpa harus bekerja keras.


(16)

Gaya hidup hedonis yang sering terlihat di kalangan remaja disebabkan karena adanya perkembangan zaman modernisasi yang hingga kini banyak mendatangkan gaya hidup yang lebih western sehingga dapat cepat mempengaruhi remaja Indonesia. Semakin banyaknya media sosial yang berkembang saat ini, menuntut kita untuk lebih mewaspadai budaya manakah yang dapat membawa dampak positif dan mana yang memberikan dampak negatif bagi perkembangan remaja Indonesia. Sebagai remaja dan kaum terpelajar, harus lebih cerdas dalam menyaring gaya hidup bangsa lain yang datang mempengaruhi bangsa kita, terlebih lagi yang tidak sesuai dengan budaya bangsa timur.

Terkait dengan hal tersebut, peneliti menangkap adanya fenomena gaya berbusana di kalangan remaja hedonis yang dilakukan mahasiswa atau mahasiswi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP), Universitas Lampung. Hal ini disebabkan adanya pengaruh dari lingkungan sekitar yang mendukung terjadinya gaya hidup hedonis, sehingga mereka lebih menonjolkan cara berbusana yang tidak sepantasnya untuk berada dalam lingkungan kampus. Seperti halnya, kebanyakan dari mahasiswi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP) Universitas Lampung, menggunakan busana yang ketat sehingga menonjolkan lekuk tubuhnya, menggunakan sepatu berhak atau wedges yang pada saat ini sedang menjadi trend mode agar mereka menjadi pusat perhatian, berdandan yang berlebihan dengan


(17)

9

menggunakan barang yang serba bermerek yang tidak sesuai pada tempatnya. Hal ini dilakukan mahasiwa atau mahasiswi sebagai upaya untuk menarik perhatian yang dapat membuat mereka senang dan merasa bahwa dirinya tampak eksklusif.

Berdasarkan fenomena yang terjadi di atas dapat kita lihat, adanya fenomena gaya berbusana remaja hedonis yang dilakukan mahasiswa atau mahasiswi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP) Universitas Lampung, kebanyakan dari mereka berpenampilan dan berbusana layaknya remaja hedonis. Pada saat ini sering terlihat mahasiswa atau mahasiswi berbusana yang tidak sepantasnya ke kampus, mereka seakan-akan saling bersaing dalam hal berpenampilan dan berbusana ke kampus, bukan bersaing untuk mendapatkan ilmu dan nilai yang bagus. Dengan melihat permasalahan-permasalahan yang telah dijelaskan sebelumnya, maka peneliti tertarik untuk mengkaji fenomena gaya hidup dalam hal berbusana di kalangan remaja hedonis.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Motif apa saja yang mendasari remaja hedonis dalam berbusana? 2. Bagaimanakah gaya hidup remaja hedonis dalam berbusana ?


(18)

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penulisan dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengkaji gaya hidup remaja hedonis dalam berbusana di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP) Universitas Lampung

2. Untuk mengkaji motif apa saja yang mendasari remaja hedonis dalam berbusana di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP) Universitas Lampung

D. Kegunaan Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat akademis dan praktis bagi beberapa pihak diantaranya :

1. Aspek Praktis

Kegunaan praktis dari penelitian ini adalah agar dapat dijadikan pertimbangan kepada semua masyarakat khususnya di kalangan remaja tentang gaya hidup hedonis dalam berbusana.

2. Aspek Teoritis

Kegunaan teoritis dari penelitian ini adalah agar dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan sosial khususnya Sosiologi Budaya. Selain itu, hasil penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi rujukan dalam permasalahan-permasalahan sosial pada masyarakat yang erat dengan gaya hidup dan status sosial.


(19)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Motif 1. Pengertian Motif

Secara morfologi, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia memberikan pengertian motif dan motivasi yaitu, “Motif merupakan kata benda yang artinya “pendorong”, sedangkan “Motivasi” adalah kata kerja yang artinya “mendorong”. Dengan kata lain, motif dapat diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu, sedangkan motivasi merupakan dorongan atau kekuatan dalam diri individu untuk melakukan sesuatu

dalam mencapai suatu tujuan tertentu.

(http://bahasa.kemdiknas.go.id/kbbi/index.php/akses pada tanggal 17/10/2013/07:15pm)

Menurut Davidoff (1991:4), motif atau motivasi dipakai untuk menunjukan suatu keadaan dalam diri seseorang yang berasal dari adanya suatu kebutuhan yang mengaktifkan atau membangkitkan perilaku untuk memenuhi kebutuhan tadi. Sedangkan Sardiman (2007: 73), menyebutkan motif dapat diartikan sebagai daya upaya


(20)

yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam subjek untuk melakukan aktifitas-aktifitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Bahkan motif dapat dikatakan sebagai suatu kondisi intern (kesiapsiagaan). Berawal dari kata motif itu, maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Motif menjadi aktif pada saat-saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan atau mendesak.

Berdasarkan definisi dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan, bahwa motif merupakan suatu pengertian yang mencukupi semua penggerak, alasan, atau dorongan dalam diri manusia yang menyebabkan ia berbuat sesuatu. Semua tingkah laku manusia pada hakikatnya mempunyai motif. Motif-motif manusia dapat bekerja secara sadar, dan juga secara tidak sadar bagi diri manusia. Dalam perilaku remaja hedonis memiliki dorongan untuk mengikuti rasa emosional semata dan ada juga secara refleks melakukan hal tersebut karena adanya dorongan dari luar, pengaruh lingkungan pergaulan menuntut mereka untuk memikirkan kesenangan tanpa memikirkan dampak dan resikonya kelak. Melalui penelitian ini, peneliti bermaksud untuk memberikan pengarah dan pemahaman tentang motif atau kebutuhan yang dilakukan gaya hidup remaja hedonis dalam berbusana.


(21)

13

2. Jenis-Jenis Motif

Setiap manusia memiliki motif yang berbeda-beda dalam melakukan tindakan sebagai arah tujuan hidupnya. Winardi (1995:43), memberikan pengertian motif sebagai keinginan yang terdapat pada seseorang yang merangsangnya untuk melakukan tindakan. Adapun faktor yang mempengaruhi motif seseorang adalah:

1. Kebutuhan-kebutuhan pribadi

2. Tujuan dan persefsi orang atau kelompok yang bersangkutan 3. Dengan cara apa kebutuhan-kebutuhan serta tujuan tersebut

akan direalisasikan

Berikut ini merupakan uraian Mc. Clelland (1967) mengenai jenis-jenis motif yang ada pada manusia sebagai faktor pendorong dari prilaku manusia, yaitu :

1. Motif Fisiologis

Dorongan atau motif fisiologis umumnya berakar pada keadaan jasmani, misal dorongan untuk makan, dorongan untuk minum, dorongan seksual, dorongan untuk mendapatkan udara segar. Dorongan itu berkaitan dengan kebutuhan-kebutuhan untuk melangsungkan eksistensinya sebagai makhluk hidup. Motif ini sering disebut juga sebagai motif dasar (basic motives) atau motif primer (primary motives), karena motif atau dorongan ini berkaitan erat dengan pertahanan eksistensi kehidupan.

2. Motif Sosial

Motif sosial merupakan motif yang kompleks, dan merupakan sumber dari banyak perilaku atau perbuatan manusia. Motif ini dipelajari dalam kelompok sosial (social group), walaupun menurut Kunkel dalam diri manusia ada dorongan alami berhubungan dengan orang lain. Kemampuan seseorang untuk berhubungan dengan orang lain itu berbeda-beda, maka dengan itu memahami motif sosial adalah hal yang paling penting agar kita mendapatkan gambaran tentang perilaku individu dan kelompok. McClelland membedakan motif sosial dalam (1) motif berprestasi (achievement motivation) atau juga disebut need for achievement


(22)

(n-achievement); (2) motif berafiliasi atau juga disebut kebutuhan afiliasi; (3) motif berkuasa atau kebutuhan berkuasa.

3. Motif Eksplorasi dari Woodworth dan Marquis

Eksplorasi ini adalah motif ingin tahu (curiousity motive). Pada dasarnya manusia terdorong ingin mengetahui tentang segala sesuatu yang ada disekitarnya, disamping itu juga adanya motif untuk mendapatkan perubahan dari stimulasi sensoris. Menurut Woodworth dan Marquis (1957) terdapat adanya bermacam-macam motif, yaitu (1) motif yang berkaitan dengan kebutuhan organis; (2) motif darurat (emergence motive); dan (3) motif objektif dan minat (interest).

4. Motif kompetensi (competance motive)

Motif kompetensi ini ialah berkaitan dengan motif intrinsik, yaitu kebutuhan seseorang untuk kompetensi dan menentukan sendiri dalam kaitan dengan lingkungannya.Disebut intrinsik karena tujuannya ialah perasaan internal mengenai kompetensi dan self-determinasi.

5. Motif aktualisasi diri (self-actualization) dari Maslow

Motif aktualisasi diri merupakan motif yang berkaitan dengan kebutuhan atau dorongan untuk mengaktualisasikan potensi yang ada pada diri individu. Hal ini bervariasi dari orang satu dengan yang lain. Seseorang ingin mengaktualisasi dibidang politik, yang lain dalam bidang ilmu, sedangkan yang lain lagi dalam bidang yangberbeda.Kebutuhan aktualisasi diri ini adalah kebutuhan yang tertinggi dalam hirarki kebutuhan yang dikemukakan oleh Maslow. Jika diurutkan kebutuhan tersebut, maka kebutuhan yang paling tinggi adalah aktualisasi diri, kebutuhan akan penghargaan seperti kebutuhan akan prestige, sukses, dan harga diri; kebutuhan belonging dan kasih sayang, seperti misalnya kebutuhan akan afeksi, afiliasi, identifikasi, kebutuhan rasa aman, seperti tenteram, teratur, kepastian; kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan yang pertama dan utama, sedangkan kebutuhan aktualisasi diri merupakan kebutuhan yang paling tinggi.

(http://dodidnurianto.blogspot.com/2010/06/jenis-jenis motif pada manusia.html/akses pada tanggal 6/08/2013/09:37pm)

Berdasarkan penjelasan tersebut, peneliti memiliki pendapat sebagai pisau analisanya dalam penelitian ini bahwa jenis motif di atas merupakan suatu motif yang menjadi dasar dalam kehidupan sosial manusia. Dengan demikian, dapat disimpulkan dalam setiap tingkah laku manusia pada hakikatnya mempunyai motif dan berdasarkan


(23)

jenis-15

jenis motif yang dijelaskan saling berkaitan satu dengan yang lainya juga dapat mempengaruhi kehidupan sosial manusia.

B. Tinjauan Tentang Remaja 1. Pengertian Remaja

Masa remaja menurut Stanley Hall (2003:16), perkembangan remaja, di anggap sebagai topan badai dan stress ( storm and stress ), karena mereka ingin memiliki keinginan bebas untuk menentukan nasip diri sendiri. Kalau terarah dengan baik, maka ia akan menjadi seorang individu yang memiliki rasa tanggung jawab tetapi kalau tidak terbimbing, maka ia bisa menjadi seseorang yang tidak memiliki masa depan yang baik.

Istilah remaja atau adolescence itu sendiri berasal dari kata latin adolescere, yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Remaja mampu berfikir secara abstrak. Pemikiran mereka lebih fleksibel dan dapat menyesuaikan diri sehingga remaja mulai memperhatikan pendapat orang lain. Rasa ingin mandiri dan mencari identitas diri terkadang membuat remaja melakukan petualangan dengan mencoba hal-hal yang baru untuk membuat mereka diterima dan dihargai oleh kelompok sebayanya (Hurlock, 1990:206).


(24)

Remaja adalah generasi yang menarik untuk di kaji karena banyak dan rumitnya persoalan yang ada didalamnya. Sesuai yang diungkapkan oleh Kunto (1999:87) bahwa remaja adalah generasi yang paling mudah terpengaruh oleh era globalisasi atau era modern. Pada saat ini dampak yang modernisasi telah banyak ditemukan dalam kehidupan sehari-hari.

Sarwono (1988:24-25) yang menyatakan bahwa dalam proses penyesuaian diri menuju kedewasaan, ada tiga tahap pengembangan remaja, yaitu :

a. Remaja Awal

Seorang remaja pada tahap ini masih terheran-heran akan perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuhnya sendiri dan dorongan-dorongan yang menyertai perubahan-perubahan itu. b. Remaja Madya

Pada tahap ini remaja lebih membutuhkan kawan-kawan. Ada kecenderungan “narcistic”, yaitu mencintai diri sendiri, dengan menyukai teman-teman yang mempunyai sifat yang sama dengan dirinya. Selain itu, individu berada dalam kondisi kebingungan.

c. Remaja Akhir

Tahap ini adalah masa konsolidasi menuju periode dewasa dan ditandai dengan pencapaian lima hal, yaitu :


(25)

17

2. Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang-orang lain dan dalam pengalaman-pengalaman baru

3. Terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah lagi 4. Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri)

diganti dengan keseimbangan antara kepentingan diri sendiri dengan orang lain

5. Tumbuh “dinding” yang memisahkan diri pribadinya dan

masyarakat umum

Berdasarkan dengan pernyataan di atas, maka dapat dinyatakan bahwa remaja adalah seseorang yang berada pada masa perkembangan dari perubahan-perubahan fisik maupun psikologis menuju kedewasaan, dimana pada masa remaja tersebut mengalami motivasi seksual, rasa keingintahuan yang besar terhadap hal-hal baru, menginginkan suatu sistem nilai atau kaidah yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginannya, serta kebutuhan untuk mendapatkan identitas diri.

2. Ciri-ciri Masa Remaja

Masa remaja adalah suatu masa perubahan. Pada masa remaja terjadi perubahan yang cepat baik secara fisik, maupun psikologis.Ada beberapa perubahan yang terjadi selama masa remaja. Masa remaja mempunyai ciri tertentu yang membedakan dengan periode sebelumnya, Ciri-ciri remaja menurut Hurlock (1992:113), antara lain :


(26)

1. Masa remaja sebagai periode yang penting yaitu perubahan-perubahan yang dialami masa remaja akan memberikan dampak langsung pada individu yang bersangkutan dan akan mempengaruhi perkembangan selanjutnya.

2. Masa remaja sebagai periode pelatihan. Disini berarti perkembangan masa kanak-kanak lagi dan belum dapat dianggap sebagai orang dewasa. Status remaja tidak jelas, keadaan ini memberi waktu padanya untuk mencoba gaya hidup yang berbeda dan menentukan pola perilaku, nilai dan sifat yang paling sesuai dengan dirinya.

3. Masa remaja sebagai periode perubahan, yaitu perubahan pada emosi perubahan tubuh, minat dan peran (menjadi dewasa yang mandiri), perubahan pada nilai-nilai yang dianut, serta keinginan akan kebebasan.

4. Masa remaja sebagai masa mencari identitas diri yang dicari remaja berupa usaha untuk menjelaskan siapa dirinya dan apa peranannya dalam masyarakat.

5. Masa remaja sebagai masa yang menimbulkan ketakutan. Dikatakan demikian karena sulit diatur, cenderung berperilaku yang kurang baik. Hal ini yang membuat banyak orang tua menjadi takut.

6. Masa remaja adalah masa yang tidak realistik. Remaja cenderung memandang kehidupan dari kacamata berwarna merah jambu, melihat dirinya sendiri dan orang lain sebagaimana yang diinginkan dan bukan sebagaimana adanya terlebih dalam cita-cita.


(27)

19

7. Masa remaja sebagai masa dewasa. Remaja mengalami kebingungan atau kesulitan didalam usaha meninggalkan kebiasaan pada usia sebelumnya dan didalam memberikan kesan bahwa mereka hampir atau sudah dewasa, yaitu dengan merokok, minum-minuman keras, menggunakan obat-obatan dan terlibat dalam perilaku seks.

Dalam penelitian ini, peneliti memilih kriteria remaja berusia 18-22 tahun, karena menurut Y. Singgih D. Gunarsa dan Singgih D. Gunarsa (1988:123) pada masa ini remaja dalam persiapan diri menuju kedewasaan dan konsep diri. Pada usia ini umumnya terjadi pada akhir SMU dan Universitas sampai individu mencapai persiapan dalam kematangan fisik, emosi dan kesadaran akan keadaan sosialnya, memiliki identitas personal dalam relasinya dengan orang lain, mengetahui peran sosial, sistem nilai, dan menentukan konsep diri dalam hidupnya. Pada tahap ini, dalam berinteraksi dengan lingkungan sudah amat luas, menjangkau banyak teman sebayanya dan bahkan berusaha untuk dapat berinteraksi dengan banyak orang, sehingga terkadang mudah dipengaruhi oleh perkembangan-perkembangan yang baru dalam ruang lingkup pergaulanya agar mudah beradaptasi dan diterima dalam kelompok sosial tersebut.

Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa pada masa remja merupakan awal mula dimana penemuan dan perubahan baru dapat cepat di tangkap oleh remaja, sehingga mereka mudah sekali


(28)

terpengaruh dengan hal-hal yang bersifat semu. Dalam hal ini, peneliti beranggapan bahwa penelitian ini akan berguna dalam mengungkap fenomena-fenomena yang telah terjadi dalam ruang lingkup pergaulan remaja sesuai dengan latar belakang masalah, dimana banyak sekali remaja yang pada saat ini meniru gaya hidup hedonis khususnya dalam hal berbusana yang mereka lihat dari lingkungan pergaulannya. Jenis remaja yang dipilih dalam penelitian ini di lihat dari tingkat status sosial, sifat konsumerisme yang dimiliki remaja dan lingkungan sosial sebagai alat ukur atau indikator dalam penelitian. Peneliti ingin memberikan pengarahan dan pemahaman yang lebih relevan pada remaja dalam fenomena gaya hidup hedonis dalam berbusana serta mengetahui bagaimana proses gaya hidup hedonis ini terjadi

C. Hedonis pada Remaja

1. Konsep Hedonis dan Sosialita

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, edisi ketiga. 2001), Hedonisme adalah pandangan yang menganggap kesenangan dan kenikmatan materi sebagai tujuan utama dalam hidup. Hedonisme berasal dari bahasa Yunani “Hedone” yang berarti kesenangan, hedonisme adalah pandangan moral bahwa hal yang baik hanya kesenangan.

Hedonisme dikembangkan oleh dua orang filosof Yunani, Epicurus (341-270 SM) dan Aristippus of Cyrine (435-366 SM). Mereka


(29)

21

berdualah yang dikenal sebagai perintis paham Hedonisme. Sebenarnya, dua filosof ini menganut aliran yang berbeda. Bila Aristippus lebih menekankan kepada kesenangan badani atau jasad seperti makan, minum, seksualitas, maka Epicurus lebih menekankan kepada kesenangan rohani seperti bebas dari rasa takut, bahagia, tenang batin, dan lain sebagainya. Namun, kedua-duanya berpendapat sama yaitu kesenangan yang diraih adalah kesenangan yang bersifat privat atau pribadi. (http://eramadina.com/hedonisme-di-kalangan-mahasiswa/akses pada tanggal 28/08/2013/3:45pm)

Menurut Susanto (2011:181), mendefinisikan hedonis sebagai sesuatu yang dianggap baik bila mengandung kenikmatan bagi manusia. Namun, kaum hedonis memiliki kata kesenangan menjadi kebahagiaan.

Sedangkan sosialita menurut Inti Soebagio dalam Roesma (2013:363), bahwa “socialite” diambil dari “social” dan “elite” yang selalu mendapatkan pelayannan VVIP, sebagai kaum elite mereka tidak perlu merasakan bekerja, berkeringat ataupun mengantri, kehadiran merekapun dipuja dan diharapkan. Mereka memiliki prestasi dari segi sosial seperti memiliki yayasan, tidak bermodalkan darah biru dan keturunan bangsawan saja. Menurut (Gromada, 2009 : 78), seseorang yang disebut sebagai sosialita juga dikaitkan dengan kemampuan intelegensia yang tinggi dan terpelajar.


(30)

Berdasarkan penjelasan di atas, pada saat ini yang sangat mempengaruhi gaya hidup hedonis adalah remaja, hampir di setiap kota para remaja sekarang ini berlomba-lomba untuk menunjukan bahwa dirinya bisa mengikuti mode berbusana yang sekarang sedang menjadi trend. Dalam masalah berbusana para remaja masa kini selalu dikaitkan dengan perkembangan zaman. Perilaku hedonis saat ini sudah sangat melekat pada sebagian remaja, terutama remaja yang tinggal dikota-kota besar. Dimana perilaku hidup seperti ini bersifat negatif karena hanya mementingkan kenikmatan, kesenangan dan kepuasaan yang semuanya bersifat duniawi.

Dengan demikian, Gaya hidup hedonis adalah suatu pola hidup yang mencari kesenangan seperti, banyak menghabiskan waktu diluar rumah, lebih banyak bermain, senang membeli barang-barang yang berharga mahal dan bermerek branded hanya mementingkan kebutuhan pribadi di atas segalanya, berbeda dengan sosialita mereka terlahir kaya yang dianut golongan kelas atas dengan membentuk sebuah komunitas gaya hidup yang serba mewah dan disertai kekayaaanya itu untuk kegiatan yang bersifat sosial seperti, berkecimpung dalam dunia sosial dan membentuk sebuah yayasan sosial yang bertujuan untuk membantu banyak orang yang berekonomi sulit atau yang membutuhkan bantuan.


(31)

23

2. Karakteristik Remaja Hedonis

Karakteristik dari individu yang memiliki gaya hidup hedonis menurut Swastha (1999:54) adalah suka mencari perhatian, cenderung impulsif, kurang rasional, cenderung follower dan mudah dipengaruhi. Sedangkan menurut Rahardjo dan Silalahi (2007:34) ada beberapa karakteristik gaya hidup hedonis yaitu :

1. Pada umumnya hidup dan tinggal di kota besar, dimana hal ini tentu saja berkaitan dengan kesempatan akses informasi, secara jelas akan mempengaruhi gaya hidup.

2. Memiliki pandangan gaya instan, memperoleh sesuatu keinginan atau tujuannya tanpa melalui proses dan menghalalkan segala cara untuk mendapatkanya.

3. Menjadi pengejar modernitas fisik

4. Memiliki relativitas kenikmatan di atas rata-rata yang tinggi. Relativitas ini berarti sesuatu yang bagi masyarakat umum sudah masuk ke tataran kenikmatan atau dapat disebut enak, namun baginya itu tidak enak.

5. Memenuhi banyak keinginan- keinginan spontan yang muncul. Dalam penjabaran benteng penahan kesenangan yang sangat sedikit sehingga ketika orang menginginkan sesuatu harus segera dipenuhi. Artinya, tidak ada pertimbangan secara luas sebelum menentukan apakah keinganannya tersebut harus dipenuhi atau tidak.


(32)

6. Berapa uang yang dimiliki akan habis dan atau tersisa sedikit dengan skala uang yang dimiliki berada di hidup orang menengah dan tidak ada musibah selama memegang uang tersebut.

7. Berasal dari kalangan berada dan memiliki banyak uang karena banyaknya materi yang dibutuhkan sebagai penunjang gaya hidup. 8. Secara intens mengikuti perkembangan fashion di

majalah-majalah mode agar dapat mengetahui perkembangan mode terakhir yang gampang diikuti.

9. Umumnya memiliki penampilan yang modis, dandy dan sangat memperhatikan penampilan.

Pada dasarnya, setiap remaja berhak menentukan ke arah mana mereka memilih tujuan hidupnya. Baik atau buruk perilaku setiap remaja semua itu tergantung dalam diri individu mereka. Berikut ini merupakan ciri-ciri remaja ideal yang tidak selalu termakan zaman dengan gaya hidup hedonis :

1. Kreatif dan inovatif, tidak boleh mudah merasa puas akan kelebihan yang ia miliki dan harus memiliki misi dalam hidupnya untuk terus menjadi remaja yang lebih kreatif lagi.

2. Rasionalis dan realistis, tidak menjadi remaja yang terbawa arus akan perkembangan zaman yang semakin modern, melainkan menjadi remaja yang lebih keritis dan memiliki pendirian sendiri dalam hidupnya.


(33)

25

3. Menjadi pioneer dan trendsetter, menjadi remaja yang menghargai waktu dan kesempatan untuk menghasilkan kreasi-kreasi baru agar dapat menjadi contoh banyak orang

4. Berani dan teguh akan pendirian, menjadi remaja yang memiliki keberanian dan mental yang tidak mudah untuk dipatahkan

5. Positive thinking dan pantang menyerah, selalu berusaha dalam kondisi apapun, jangan jadikan kegagalan sebagai suatu alasan yang tidak mungkin bagi dirinya

6. Bersyukur dan menikmati hidup, menjadi remaja yang selalu menerima situasi dan kondisi dalam dirinya, selalu menikmati dan bersyukur dengan apa yang telah mereka miliki

(http://rohisalkautsar.wordpress.com/2011/02/04/wowternyatakitasuda hremaja/akses pada tanggal 20/10/2013/09:45pm)

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa remaja yang memiliki gaya hidup hedonis bisa kita lihat dari berbagai atribut yang suka mencari perhatian, mementingkan kualitas dalam berbusana dibandingkan kualitas pengetahuan, pemikiranya kurang rasional, cenderung follower dan mudah dipengaruhi. Karakteristik ini dianggap sesuai dengan karakteristik yang dimiliki gaya hidup remaja hedonis yang selalu meprioritaskan kesenangan semata.


(34)

D. Motif dan Gaya Hidup Remaja Hedonis dalam Berbusana 1. Motif Remaja Hedonis dalam Berbusana

Gaya hidup hedonis dipengaruhi oleh beberapa faktor. Seperti yang diungkapkan oleh Branden (2001:11) yang mengungkapkan ada beberapa faktor yang mempengaruhi gaya hidup hedonis, antara lain :

a. Konsep diri.

Apa dan siapa sebenarnya diri kita baik secara sadar atau tidak sadar, serta kekurangan dan kelebihan individu. Konsep diri sangat berkaitan dengan sikap, karena konsep diri mempengaruhi semua pilihan dan keputusan yang kita buat, dan dengan adanya konsep diri akan membentuk ragam kehidupan yang akan diciptakan untuk diri indvidu itu sendiri

b. Kepercayaan Diri

Adanya keyakinan terhadap diri sendiri yang dapat menolong individu untuk mengambil keputusan.

c. Harga Diri

Akan membawa rasa percaya diri, sehingga individu dapat mengambil keputusan untuk menentukan sikap.

Ungkapan tersebut didukung Menurut Soekanto Reksohadjiprojo dan T. Hari Handoko (1992:52) mengemukakan bahwa motif dapat dibedakan menjadi dua yaitu:

1. Motif Internal, menjelaskan tentang kebutuhan dan keinginan yang timbul dari dalam diri seseorang. Kekuatan ini akan mempengaruhi perilaku remaja tersebut. Keinginan yang membuat dia senang, mengharapkan pujian atau penghargaan dari orang lain dan memiliki kepuasan tersendiri tanpa paksaan dari pihak luar. 2. Motif Eksternal, menjelaskan karena adanya pegaruh-pengaruh

dari luar atau orang lain tentang kekuatan-kekuatan yang ada dalam diri seseorang yang di pengaruhi oleh faktor interen. Keinginan untuk sebuah eksistensi, terlihat lebih menarik dari pada orang lain, gengsi, gank arena ikut-ikutan teman pergaulannya.

Berdasarkan definisi dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan, bahwa motif merupakan suatu pengertian yang mencukupi semua penggerak, alasan, atau dorongan dalam diri manusia yang menyebabkan ia berbuat sesuatu. Semua tingkah laku manusia pada hakikatnya mempunyai motif. Motif-motif manusia dapat bekerja secara


(35)

27

sadar, dan juga secara tidak sadar bagi diri manusia. Dalam perilaku remaja hedonis memiliki dorongan untuk mengikuti rasa emosional semata dan ada juga secara refleks melakukan hal tersebut karena adanya dorongan dari luar, pengaruh lingkungan pergaulan menuntut mereka untuk memikirkan kesenangan tanpa memikirkan dampak dan resikonya kelak. Melalui penelitian ini, peneliti bermaksud untuk memberikan pengarah dan pemahaman tentang motif atau kebutuhan yang dilakukan gaya hidup remaja hedonis dalam berbusana.

2. Gaya Hidup Remaja Hedonis dalam Berbusana

Kata busana diambil dari bahasa Sansekerta ”Bhusana”, namun dalam bahasa Indonesia terjadi penggeseran arti busana menjadi padanan pakaian. Menurut Ernawati (2008:31), busana merupakan segala sesuatu yang kita pakai mulai dari ujung rambut sampai ke ujung kaki. Busana ini mencakup busana pokok, pelengkap (milineris dan acesories) dan tata riasnya sedangkan pakaian merupakan bagian dari busana yang tergolong pada busana pokok. Jadi pakaian merupakan busana pokok yang digunakan untuk menutupi bagian tubuh.

Perkembangan zaman yang semakin maju membuat remaja melakukan kebiasaan dan perilaku yang modern, seperti dalam berbusana pada remaja yang memiliki banyak perkembangan dalam setiap zamannya. Dalam berbusana remaja hedonis memiliki motif tersendiri untuk menentukan cara mereka mengaplikasikannya, remaja hedonis


(36)

biasanya memilih busana yang selalu terlihat lebih fashionable dan selalu ingin tampil lebih menarik dalam lingkunganya.

Piliang (2004: 306), mengatakan bahwa fashion merupakan salah satu bentuk gaya hidup yang dapat dicoba, dipertahankan, atau ditinggalkan. Kecenderungan pada trend busana baru lebih dimotifasi oleh sebuah pemikiran bagaimana mengespresikan diri lewat pakaian yang mereka pakai.

Gaya hidup sekarang ini sering disalahartikan oleh remaja, apalagi para remaja yang berada dalam kota metropolitan. Berikut ini Novianti Langgersari Elsari (2009:18), mengemukakan beberapa karakteritik tentang gaya berbusana remaja hedonis :

1. Berusaha untuk memperbaharui penampilannya sesuai dengan trend yang sedang berlaku (up date)

2. Mengutamakan kualitas produk bermerek, tanpa memperdulikan harga produk tersebut

3. Memiliki sifat konsumtif yang berlebihan

4. Membeli barang hanya karena produk bukan karena kepentingan


(37)

29

E. Landasan Teori

Landasan teori merupakan bagian yang akan membahas tentang uraian pemecahan masalah yang akan ditemukan pemecahannya melalui pembahasan-pembahasan secara teoritis. Dalam penelitian ini, bila di lihat dari permasalahan-permasalahan fenomena gaya berbusana di kalangan remaja hedonis, peneliti memakai teori dari Abraham Maslow (1943 - 1970).

Abraham Maslow (1998:158), menyatakan bahwa pada dasarnya semua manusia memiliki kebutuhan pokok. Maslow menunjukkan kebutuhan dapat di kelompokan ke dalam jenjang (hirarki) tertentu. Kebutuhan itu sendiri bergerak dari motivasi yang didasari oleh kebutuhan yang lebih “rendah” ke arah motivasi untuk memenuhi kebutuhan yang lebih “tinggi”. Kebutuhan yang lebih rendah merupakan kebutuhan yang harus lebih dahulu dipenuhi sebelum meningkat pada kebutuhan yang lebih tinggi. Pengkelompokan yang di kemukakan Maslow adalah :

1. Kebutuhan fisiologis (phishicological needs), yaitu kebutuhan dasar seperti udara, air, makanan, pakaian, istirahat dan kebutuhan dasar lainnya.

2. Kebutuhan akan rasa aman (sefty needs), yaitu jaminan kerja, jaminan kesehatan, jaminan keamanan dari pencurian, dan jaminan keamanan lainnya


(38)

3. Kebutuhan akan cinta kasih dan kebutuhan untuk memiliki dan di miliki (belongness and love needs), yaitu rasa dicintai dan dimiliki oleh keluarga, teman, sahabat dan kerabat

4. Kebutuhan akan penghargaan (esteem needs) yaitu harga diri, rasa percaya diri, penghargaan dari orang lain atas prestasi yang dicapai. 5. Aktualisasi diri (self aktualitation), yaitu kebutuhan akan kebebasan

bertingkah laku, tanpa hambatan-hambatan dari luar untuk menjadikan diri sendiri sesuai dengan citra dirinya

Berdasarkan teori Maslow peneliti menyimpulkan bahwa setiap manusia memiliki kebutuhan masing-masing sesuai dengan kepentingannya. Dalam fenomena ini dapat kita lihat bahwa perilaku remaja hedonis kurang memahami mana kebutuhan yang paling penting bagi kehidupannya, bagi mereka dengan berbusana mahal dan selalu mengkuti siklus perkembangan busana sesuai zaman, mereka akan terlihat lebih menarik tanpa memikirkan apakah hal itu penting atau tidak bagi kelangsungan hidupnya kedepan. Menurut remaja hedonis dengan berbusana yang selalu mengikuti trend, mereka akan mudah masuk dan di terima oleh kelompok-kelompok sosial tertentu, serta menjaga image eksistensinya agar lebih menunjang di lingkungan pergaulannya.


(39)

31

F. Kerangka Berfikir

Gaya hidup menggambarkan “keseluruhan diri seseorang” yang berinteraksi dengan lingkungannya (Kottler dalam Sakinah,2002:8). Saat ini yang rentan terpengaruh oleh gaya hidu adalah remaja, karena remaja merupakan generasi yang menarik untuk dikaji dan banyak persoalan yang ada di dalamnya. Lewin dan Calon ( dikutip Monks dkk, 1998:253) mengatakan bahwa masa remaja merupakan suatu masa marjinal, remaja belum memperoleh status dewasatetapi tidak lagi memiliki status anak-anak.

Pada saat ini gaya hidup yang semakin marak terjadi di masa remaja yaitu gaya hidup hedonis. Gaya hidup hedonis merupakan pandangan hidup yang hanya mencari dan memikirkan kebahagiaan sebanyak mungkin sebagai tujuan hidup dan tindakan manusia. Dapat kita lihat banyak sekali fenomena kehidupan remaja sekarang yang menyimpang dari aturan-aturan yang ada, khususnya dalam berbusana. Hal disebabkan adanya perkembangan zaman yang semakin moden, sehingga mudah mempengaruhi masyarakat terutama remaja. Perkembangan busana yang semakin pesat dan siklus mode berputar silih berganti seiring dengan perkembangan zaman. Di dukung dengan perkembangan teknologi yang semakin mengglobal, membuat gaya busana cepat berkembang, sehingga mode yang sedang menjadi trend di negara lain dapat segera di adaptasi oleh masyarakat Indonesia khususnya remaja di bidang teknologi.


(40)

Menurut Susanto (2001:5), remaja yang memiliki kecenderungan gaya hidup hedonis biasanya akan berusaha agar sesuai dengan status sosial hedon, melalui gaya hidup yang tercermin dengan simbol-simbol tertentu, seperti merek-merek yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari, dan segala sesuatu yang berhubungan serta dapat menunjukkan tingkat status sosial yang tinggi.

Perilaku remaja hedonis pada dasarnya dalam bertindak dan melakukan sesuatu memiliki motif. Motif merupakan suatu alasan atau dorongan yang menggerakan mereka untuk berbuat sesuatu sesuai dengan tujuan yang diinginkan, dan didalamnya terdapat motivasi sebagai daya gerak yang membangkitkan motif dalam mencapai kepuasan atau tujuan hidupnya. Menurut Soekanto Reksohadjiprojo dan T. Hari Handoko (1992:52) mengemukakan bahwa motif dapat dibedakan menjadi dua yaitu:

1. Motif Internal, menjelaskan tentang kebutuhan dan keinginan yang timbul dari dalam diri seseorang. Kekuatan ini akan mempengaruhi perilaku remaja tersebut. Keinginan yang membuat dia senang, mengharapkan pujian atau penghargaan dari orang lain dan memiliki kepuasan tersendiri tanpa paksaan dari pihak luar.

2. Motif Eksternal, menjelaskan karena adanya pegaruh-pengaruh dari luar atau orang lain tentang kekuatan-kekuatan yang ada


(41)

33

dalam diri seseorang yang di pengaruhi oleh faktor interen. Keinginan untuk sebuah eksistensi, terlihat lebih menarik dari pada orang lain, gengsi dan arena ikut-ikutan teman pergaulannya.

Berdasarkan dengan adanya dua faktor internal dan eksternal tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa remaja hedonis memiliki motif-motif tertentu dalam bertindak sebagai tujuan hidupnya. Gaya berbusana bagi remaja hedonis merupakan salah satu hal yang terpenting untuk menunjukan eksistensi mereka dalam lingkungan pergaulannya, dengan semakin up to date dan trendsetter cara berbusana mereka, maka akan semakin tinggi pula tingkat eksistensinya. Mereka pun rela mengeluarkan biaya yang cukup besar untuk membeli pakaian berserta aksesorisnya yang cukup mahal dan bermerek, hanya untuk menunjang penampilanya dalam bergaul. Dalam penelitian ini, peneliti memiliki indikator sebagai alat ukur penelitian dalam gaya berbusana di kalangan remaja hedonis. Indikator tersebut dapat dilihat dari tingkat status sosial, sifat konsumerisme yang dimiliki remaja hedonis tersebut, dan lingkungan sosial.


(42)

G. Bagan Kerangka Pikir

Gambar 2.1

Remaja

Motif

Motif Internal 1. Mengharapkan Pujian 2. Kepuasaan Diri 3. Aktulalisasi Diri

Motif Eksternal 1. Lingkungan Sosial 2. Eksistensi Diri 3. Gengsi

Gaya Hidup

Gaya Berbusana

1. Memperbaharui penampilannya sesuai dengan trend berlaku (up date)

2. Mengutamakan kualitas produk bermerek 3. Memiliki sifat konsumtif yang berlebihan

4. Cenderung berbusana dan memakai aksesoris mahal


(43)

III. METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini, jenis metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif, dimana penelitian kualitatif merupakan penelitian yang bertujuan mengkaji fenomena-fenomena tertentu secara mendalam dan menyeluruh. Selain itu, penelitian bertujuan menjelaskan secara terperinci masalah sosial tertentu dan akan dihasilkan data yang relevan, yaitu berupa data yang dinyatakan secara tertulis dan perilaku yang nyata diteliti dan dipelajari sebagai suatu yang utuh dengan mengumpulan data kepustakaan, wawancara, dan analisis kasus.

Pendekatan kualitatif digunakan dalam penelitian ini, mengacu kepada pendapat Straus dan Corbin (2003:5) yang mengemukakan bahwa :

“Metode kualitatif dapat digunakan untuk mengungkap dan memahami sesuatu dibalik fenomena yang sedikitpun belum diketahui. Metode ini dapat juga digunakan untuk mendapatkan wawasan tentang sesuatu yang baru sedikit diketahui. Demikian pula metode kualitatif dapat memberikan rincian yang kompleks tentang fenomena yang sulit diungkapkan oleh metode kualitatif”.

Penelitian ini dalam menganalisis data memakai metode penelitian kualitatif maka peneliti telah melakukan pemahaman makna (verstehen seperti yang diungkapkan oleh Husaini Usman dan Purnomo Setiadi Akbar (2004:231), bahwa metode kualitatif berusaha memahami dan


(44)

menafsirkan makna suatu peristiwa interaksi tingkah laku manusia dalam situasi tertentu menurut perspektif peneliti sendiri. Menurut Sumadi Suryabrata (2000:2), penelitian ini bertujuan mempelajari secara intensif tentang latar belakang keadaan sekarang dan interaksi lingkungan suatu unit sosial, individu, kelompok, lembaga atau masyarakat. Jadi dalam hal ini, peneliti seutuhnya memahami alur kasus yang dijadikan sebagai data penelitian secara intensif.

B. Fokus Penelitian

Fokus dalam penelitian kualitatif bersifat tentatif artinya dapat berubah sesuai dengan situasi dengan latar penelitian. Menurut Miles dan Huberman (1999:30) mengemukakan bahwa memfokuskan dan membatasi pengumpulan data yang dipandang kemanfaatnya sebagai reduksi data yang sudah diantisipasi dan ini merupakan bentuk analisis mengesampingkan variabel-variabel yang tidak berkitan dan untuk menghindari pengumpulan data yang berlimpah. Sedangkan Milles Mattew B dan A.Mickhael Huberman (1992:20) menyatakan dengan adanya fokus penelitian, akan menghindari pengumpulan data yang tidak valid dan hadirnya data yang melimpah ruah. Dalam penelitian ini yang menjadi fokus penelitian adalah :

1. Menganalisa motif yang menjadi gaya berbusana remaja hedonis di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP) Universitas Lampung.


(45)

37

2. Menganalisa fenomena gaya berbusana remaja hedonis di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP) Universitas Lampung.

C. Lokasi Penelitian

Pemilihan lokasi penelitian ditentukan dengan metode purposive sampling. Menurut Arikunto (2006:139) purposive sampling dilakukan dengan cara mengambil subyek bukan didasarkan atas adanya tujuan tertentu. Penelitian ini dilakukan pada satu tempat di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP), Universitas Lampung. Lokasi tersebut saya pilih sebagai tempat penelitian dengan pertimbangan sebagai berikut :

1. Dilokasi penelitian banyak fenomena mahasiswa dan mahasiswi yang memiliki motif hedonis dalam berbusana baik itu laki-laki atau perempuan, motif dalam penelitian ini antara lain :

a. Mahasiswa atau mahasiswi yang mengedepankan kualitas dalam berbusana

b. Mahasiswa atau mahasiswi yang mengedepankan sifat konsumerisme yang berlebihan

c. Mahasiswa atau mahasiswi yang memiliki rasa percaya diri yang berlebihan (narsisme)

d. Mahasiswa atau mahasiswi yang mementingkan fashionable dan meniru perkembangan busana sesuai dengan perubahan zamannya


(46)

2. Peneliti mendapatkan kemudahan akses masuk dan mewawancarai ke dalam lokasi-lokasi tersebut karena berada di daerah lingkungan mahasiswa atau mahasiswi dalam berbusana hedonis

3. Lokasi tersebut merupakan lokasi yang secara langsung berhubungan dengan objek yang akan diteliti.

Berdasarkan pertimbangan tersebut maka penelitian ini akan dilakukan di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP) Universitas Lampung, khususnya bagi mahasiswa dan mahasiswi yang berpenampilan hedonis.

D. Penentu Informan

Informan merupakan sumber data yang dihubungi oleh peneliti atau pengumpul data. Menurut Moleong (2000:97), Informan merupakan orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar belakang penelitian Informan merupakan orang yang benar-benar mengetahui permasalahan yang akan diteliti. Sedangkan menurut Sparadley dalam Sugiyono (2008:221), agar memperoleh informasi yang lebih akurat, terdapat beberapa batasan informan yang perlu dipertimbangkan dalam penentu informan, antara lain :

1. Mahasiswa dan mahasiswi memiliki status sosial, eksistensi yang tinggi dan ciri khas dalam lingkungan pergaulannya

2. Mahasiswa dan mahasiswi selalu mengikuti perkembangan zaman khususnya dalam berbusana

3. Mahasiswa dan mahasiswi yang cenderung lebih mengedepankan gaya berbusanannya


(47)

39

Penentuan informan penelitian ini dilakukan dengan teknik purposive sampling. Menurut Sugiyono (2008:85), teknik purposive sampling merupakan teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Teknik ini bisa diartikan sebagai suatu proses pengambilan sampel dengan menentukan terlebih dahulu jumlah sampel yang hendak diambil, kemudian pemilihan sampel dilakukan dengan berdasarkan tujuan-tujuan tertentu, asalkan tidak menyimpang dari ciri-ciri sampel yang ditetapkan. Adapun kriteriainforman yang dipilih dalam penelitian ini adalah :

1. Informan yang memiliki potensi dan percaya diri yang lebih (narsisme)

2. Informan yang selalu mengikuti perkembangan zaman dalam trend berbusana (up date)

3. Informan yang memiliki pergaulan yang luas dan trendsetters

Berdasarkan uraian di atas, jumlah informan ditentukan pada saat penelitian berlangsung. Karena penelitian kualitatif jarang ditentukan jumlah informannya hanya dilihat sesuai dengan kriteria yang dibutuhkan.

E. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini ada beberapa alat yang digunakan untuk mengumpulkan data. Alat pengumpulan data tersebut berfungsi saling melengkapi akan data yang dibutuhkan. Menurut Arikunto (2002:136), teknik pengumpulan data merupakan cara yang digunakan oleh peneliti dalam pengumpulan data penelitiannya. Penelitian kualitatif umumnya


(48)

menggunakan tiga teknik pengumpulan data yakni : (1) Observasi (2) Wawancara mendalam (indepth interview), dan (3) Dokumentasi. Ketiga teknik ini digunakan dengan harapan dapat memperoleh seperangkat informasi dan data yang memadai.

1. Teknik Observasi

Teknik observasi digunakan untuk melihat dan mengamati perubahan fenomena–fenomena sosial yang tumbuh dan berkembang yang kemudian dapat dilakukan perubahan atas penilaian tersebut, bagi pelaksana observaser untuk melihat obyek moment tertentu, sehingga mampu memisahkan antara yang diperlukan dengan yang tidak diperlukan Margon (2007:159). Teknik yang digunakan ini diharapkan dapat menarik inferensi tentang makna dan pemahaman yang tidak terucap (tacit understanding) yang tidak didapatkan baik pada wawancara ataupun dokumentasi.

2. Teknik Wawancara Mendalam (indepth interview)

Wawancara yaitu cara pengumpulan data dengan mengadakan wawancara mendalam melalui informan kunci yang memahami situasi dan kondisi objek penelitian. Wawancara Menurut Sugiyono (2010:194), digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti akan melaksanakan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit atau kecil. Teknik wawancara yang dipergunakan adalah wawancara tidak berstruktur yaitu dengan mengajukan beberapa


(49)

41

pertanyaan secara langsung, yang diperoleh selanjutnya dicatat dan direkam.

3. Teknik Dokumentasi

Menurut Arikunto (2006:231), teknik dokumentasi merupakan teknik mencari data mengenai hal-hal atau variable yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya. Teknik dokumentasi merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisi dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar, maupun elektronik. Teknik dokumentasi tidak sekedar mengumpulkan dan menuliskan atau melaporkan dalam bentuk kutipan tentang sejumlah dokumen, namun yang dilaporkan adalah hasil analisis terhadap dokumen - dokumen tersebut.

F. Teknik Analisis Data

Menurut Moleong (2004:280), analisis data adalah prosedur mengatur urutan data, mengorganisasikanya menurut dalam suatu pola, kategaori, dana satuan uraian dasar. Memberikan arti yang signifikan terhadap hasil analisis, menjelaskan pola uraian dan mencari hubungan di antara dimensi-dimensi uraian. Analisis data dilakukan sepanjang berlangsungnya penelitian dan dilakukan terus menerus dari awal sampai akhir penelitian.Analisis data dilakukan secara deskriptif kualitatif dan interpretatif. Analisis dilakukan melalui tahapan sebagai berikut:


(50)

1. Reduksi data, yaitu proses pemilahan,pemusatan perhatian, penyederhanaan,pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis dilapangan.

2. Penyajian data, yaitu menyajikan sekumpulan informasi tersusun yang memberikankemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan atau penyederhanaan informasi yang kompleks kedalam kesatuan bentuk yang disederhanakan dan selektif yang mudah dipahami.

3. Menarik kesimpulan yaitu, kegiatan konfigurasi yang utuh atau tinjauan ulang terhadap catatan lapangan, yakni menguji kebenaran dan validitas, makna-makna yang muncul dalam lokasi penelitian. Setelah memiliki landasan kuat, simpulannya kuat dan menjadi lebih rinci sehingga menjadi simpulan terakhir (Milles, 1992: 16-19).


(51)

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Sejarah Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Sifat masyarakat Indonesia yang majemuk tercermin dalam komposisi masyarakat didaerah Lampung, karena hampir semua etnis ada. Sejak tahun 1905 Lampung telah menjadi ajang integrasi antar suku melalui pelaksanaan kolonisasi, yang kemdian pada tahun 1950-an berkembang menjadi program transmigrasi. Migrasi penduduk ke Lampung tidak hanya melalui koordinasi pemerinth saja, tetapi banyak juga yang secara spontan membentuk pemukiman-pemukiman baru.

Keanekaragaman suku dan budaya ini merupakan potensi pembangunan tersendiri apabila dibina dan diarahkan sesuai perencanaan yang matang. Dengan demikian, keanekaragaman suku dan budaya tersebut membutuhkan adanya sistem pendidikan yang multidisiplin guna memenuhi tuntutan pembangunn serta pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Universitas Lampung sebagai salah satu institusi pendidikan tinggi, dengan pola ilmiah pokok yaitu Pengembangan Wilyah Lahan Kering, berupaya ikut serta memenuhi tuntutan tersebut. Salah satunya adalah


(52)

mendidik tenaga-tenaga muda dan potensial yang memiliki dasar-dasar pengetahuan kepemimpinan, pemberdayaan masyarakat, kebijakan public, komunikasi, organisasi, bisnis dan manajemen, tata nilai serta perilaku perubahan masyarakat dengan segala dinamika serta permasalahannya. Untuk itu, Universitas Lampung bersama-sama dengan Pemerintah Daerah berusaha mengembangkan fakultas-fakultas baru yang relevan dengan rencana pengembangan daerah. Salah satu fakultas yang relative baru adalah Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UNILA mulai melaksanakan kegiatan Tridharma Perguruan Tinggi berdasarkan Surat Keputusan Rektor Universitas Lampung Nomor 90/KPTS/R/1983 tanggal 28 Desember 1983 tentang Panitia Pendirian Persiapan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu politik Universitas Lampung. Disusul kemudian tanggal 21 Agustus 1983 terbit Keputusan Dirjen Dikti Depdikbud RI Nomor: 103/DIKTI/Kep/1984 Tentang Jenis dan Jumlah Program Studi pada setiap Jurusan di lingkungan Universitas Lampung. SK Dirjen Dikti inilah yang mengukuhkan keberadaan Program Studi Sosiologi dan Program Studi Ilmu Pemerintahan yang berada dalam lingkungan Fakultas Hukum sebagai induk persiapan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Oleh karena itu mulai tahun akademik 1985/1986, Persiapan FISIP UNILA menerima mahasiswa baru melalui jalur penelusuran minat dan kemampuan (PMDK) dan jalur seleksi penerimaan mahasiswa baru (SIPENMARU). Kepanitiaan pendirian FISIP ini disempurnakan dengan


(53)

45

SK Rektor UNILA Nomor:85/KPTS/R/1986 tanggal 22 Oktober 1986 tentang Panitia Pembukaan Persiapan FISIP UNILA. Panitia Persiapan ini dipimpin oleh seprang ketua yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Rektor UNILA. Tugas panitia ditegaskan dengan SK Rektor UNILA Nomor:111/KPTS/R/1989 tanggal 29 Desember 1989, bahwa panitia bertugas dan bertanggung jawab melaksanakan :

1. Penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran

2. Penelitian dalam rangka pengembangan ilmu dan teknologi 3. Pengabdian kepada masyarakat

4. Pembinaan sivitas akademika 5. Kegiatan pelayanan administrasi

Adapun ketua persiapan FISIP Universitas Lampung adalah sebagai berikut :

1. Drs. A. Kantan Abdullah : 1985-1991 2. Drs. Abdul Kadir, M.S. : 1991-1997

FISIP Unila resmi berdiri sebagai fakultas berdasarkan SK menteri pendidikan dan kebudayaan RI tanggal 15 November 1995 Nomor:0333/O/1995 tentang pembukaan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Lampung. FISIP terdiri dari dua program studi yaitu Program Studi Sosiologi dan program Studi Pemerintahan. Berdasarkan SK Dirjen Dikti. Depdikvud RI Nomor: 37/DIKTI/Kep/1997 tanggal 27 Februari 1997 maka status program studi tersebut ditingkatkan menjadi jurusan. Pada tanggal 18 Maret 1997 tentang Pembentukan Program Studi Ilmu Komunikasi.


(54)

Dalam rangka memenuhi harapan masyarakat akan ketersediaan tenaga-tenaga trampil siap pakai, mulai tahun akademik 1998/1999 FISIP membuka Program Diploma III (Keputusan Dirjen Dikti Nomor : 211/DIKTI/Kep/1998): Program Studi Administrasi Perkantoran dan Sekretaris, Program Studi Hubungn Masyarakat (Humas), dan Program Studi Perpustakaan, Dokumentasi dan Informasi (Keputusan Dirjen Dikti Nomor : 3953/D/T/Kep/2001); serta membuka Program Ekstensi/Non regular (S1), berdasarkan Keputusan Dirjen Dikti nomor 28/DIKTI/Kep/2002 dan Keputusan Rektor Unila nomor 4596/J26/PP/2003, yaitu Program Studi Sosiologi, Program Studi Ilmu Pemerintahan, dan Program Studi Ilmu Komunikasi. Kemudian pada tanggal 1 Juli 1998 terbit Keputusan Dirjen Dikti Nomor : 212/DIKTI/Kep/1998, tentang Pembentukan Program Studi Strata 1 (regular) : Ilmu Administrasi Negara dan Program Studi Ilmu Administrasi Niaga.

Selanjutnya berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor: 2158A.2.1.2/KP/1997, tanggal 23 Januari 1997 diangkat Drs.M.Sofie Akrabi, M.A. Sebagai Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung yang pertama. Adapun masa kepemimpinan di FISIP Unila adalah :

1. Dekan Periode 1997-2000 : Drs. M. Sofie Akrabi, M.A. 2. Dekan Periode 2000-2004 : Prof. Dr. Bambang Sumitro, M.S. 3. Dekan Periode 2004-2008 : Drs. Hertanto, M.Si.


(55)

47

B. Filosofi

FISIP berpedoman kepada Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan-Peraturan Pemerintah tentang Pendidikan Tinggi. FISIP Universitas Lampung dalam menyelenggarakn program-programnya berpedoman kepada Strata Universitas Lampung, yang ditetapkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 182/O/2002 tanggal Oktober 2002. Kenijaksanaan Pendidikan Nasional yang bertujuan untuk meningkatkan keterkaitan dan kesepadanan antara pendidikan yang tertuang di dalam kerangka pendidikan tinggi jangka panjang (KPTJP) III, sebagai pengejawantahan paradigma baru pendidikan tinggi di Indonesia.

Untuk melandasi kegiatan Tri Dharmanya, telah dirumuskan filosofi FISIP Universitas Lampung. Filosofi memberikan dasar pertimbangan dalam memilih aalternatif, gerak, dan langkah yang berdasarkan kepada keyakinan dasar yang telah dicanangkan. Filosofi FISIP Universitas Lampung sebagai berikut :

1) Beroientasi Kepada Kepuasan Pelanggan (Customer)

FISIP Universitas Lampung sebagai Penyelenggara jasa Pendidikan Meletakan mahasiswa sebagai customer utama. Keputusan mahasiswa dan orangtua/wali mahasiswa yang telah mempercayakan pendidikan putrid-putrinya di FISIP Unila, menjadi orientasi utama pelayanan FISIP Unila dalam mendayagunakan sumberdaya yang dimiliki untuk penyelenggaraan pendidikan di atas


(56)

segala pertimbangan lainnya. Masyarakat umum dan masyarakat ilmiah pada khususnya merupakan pelanggan lain FISIP Unila. Sebagai lembaga ilmiah, FISIP Unila menempatkan program pengembangan ilmu pengetahuan sosial dan politik secara konsisten dan berkelanjutan sebagai program utama dalam mendayagunakan sumberdaya yang di miliki, sehingga melalui kegiatan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, hasilnya diharapkan dapat bermanfaat dan memuaskan masyarakat.

2) Bertumpu pada Organisasi dan Manjemen yang Profesional Dalam era globalisasi dan dalam rangka penerapan paradigmma baru pendidikan tinggi, organisasi FISIP Unila akan dikembangkan dan disemprnakan terus-menerus menuju terwujud suatu organisasi dengan model manajemen mutakhir yang profrsional, yang lengkap dengan piranti lunak berupa sumber daya manusia bekualitas dan piranti keras memanfaatkan teknologi canggih, sehingga manajemen dan prianti keras memanfaatkan teknologi canggih, sehingga manajemen Organisasi FISIP Unila berciri khas efisiensi, auditable dan accountable dalam rangka menuju upaya peningkatan kualitas lulusan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.

Untuk itu telah diimplementasikan sistem Manajemen Mutu Terpadu (MMT) FISIP Universitas Lampung menerapkan MMT melalui lima prinsip utama :


(57)

49

b) Hari ini harus lebih baik dari kemarin

c) Keterlambatan, kesalahan, dan cacat pekerjaan cermin rendahnya mutu

d) Menghilangkan penyebab kesalahan berarti melakukan usaha-usaha perbaikan

3) Berupa Peningkatan Kualitas Secara Berkelanjutan (Continouse Quality Improvement)

Dalam kerangka memenangkan persaingan yang makin ketat di era globalisasi. FISIP Unila berupaya secara konsisten dan terus-menerus untuk meningkatkan kualitas pelayanan di bidang jasa pendidikan agar dapat dihasilkan lulusan FISIP Unila yang :

a) Intelektual, berjiwa pancasila, dan berintegritas tinggi b) Memiliki kompetensi memadai di bidangnya masing-masing c) Berkemampuan untuk belajar mandiri secara berkelanjutan

agar siap menjadi profesional dalam memasuki dunia kerja, serta mampu berkompetisi dalam memenuhi tuntutan perubahan dan perkembangan yang pesat

Peningkatan kualitas penelitian juga dilakukan secara berkelanjutan secara berkelanjutan seiring, dengan semakin tingginya kualitas dosen yang dimiliki FISIP Unila, dengan cara semakin memperdalam bobot penelitian, meningkatkan produk penelitian dan menyebarluaskannya, baik ditingkatkan nasional maupun internasional. Penelitian medesak guna menunjang pembangunan


(58)

daerah dan dalam kerangka pengabdian untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, juga terus digalakkan dan ditingkatkan kualitasnya.

4) Bekerja Berdasarkan Perencanaan Top Down-Bottom Up Dalam kerangka implementasi peningkatan kualitas berkelanjutan, perencanaan merupakan alat manajemen yang strategis. Karena itu FISIP Unila akan menggunakan sistem perencanaan tertulis yang dikembangkan dengan memadukan aspirasi dari jurusan. Fakultas (buttom up) dengan arahan kebijakan (top down) dari pusat (Dirjen Dikti). Dengan demikian terwujud rencana kerja yang holistik dan realistik, yang secara keseluruhan diarahkan untuk mencapai efesiensi setinggi-tingginya dalam mencapai tujuan peningkatan kualitas lulusan, penelitian, dan pengabdian pada masyarakat.

5) Lingkungan Kerja yang Kondusif

FISIP Unila telah tumbuh dan berkembang menjadi organisasi yang besar dan maju, dan mungkin akan terus tumbuh dan berkembang lagi. Pertumbuhan dan perkembangan FISIP Unila yang diinginkan adalah yang menguntungkan, teratur, dan terkendali. Untuk ini semua civitas akademika FISIP Unila akan senantiasa berupaya membuat iklim kerja yang kondusif agar unit-unit di dalam FISIP Unila dapat beraktivitas secra optimal dalam menjalankan misinya, serta dapat mengembangkan kreativitasnya. Tetapi juga


(59)

terus-51

menerus diciptakan sistem agar seluruh kegiatan unit-unit di FISIP Unila dapat dikendalikan secara efektif.

a) Kesadaran yang tinggi akan pentingnya kualitas b) Setiap orang bertanggungjawab terhadap kualitas c) Perbaikan harus dilakukan secara terus menerus d) Etos kerja keras penuh pengertian

e) Bekerja dalam sistem kerja yang cerdas f) Bekerja secara efisien dan efektif g) Disiplin yang tinggi

h) Tidak mencari kambing hitam atas kesalahan i) Iklim kerja harmonis

C. Visi, Misi dan Tujuan FISIP 1) Visi

Visi, misi dan tujuan FISIP Universitas Lampung disusun dengan mengacu kepada visis, misi, dan tujuan Universitas Lampung serta dengan secara seksama memperhatikan dinamika masyarakat. Hal ini dimaksudkan agar FISIP mampu memberikan kontribusi yang cukup signifikan dlam proses pembangunan masyarakat secara keseluruhan. Visi, misi dan tujuan FISIP Universitas Lampung ini telah ditetapkan oleh Senat Fakultas, sehingga hal itu merupakan refleksi komitmen yang tinggi dari seluruh sivitas akademika bagi kemajuan institusi pendidikan pada khususnya dan masyarakat pada umumnya.


(60)

Visi, misi, dan tujuan FISIP ini selanjutnya disosialisasikan kepada seluruh dosen dan karyawan dengan tujuan untuk meningkatkan kinerja dan dedikasi masing-masing dosen dan karyawan guna mendukung tercapainya visi itu sendiri. Langkah ini dilakukan melalui berbagai metode dan media. Untuk lebih menjamin tercapainya visi, misi, dan tujuan yang telah ditetapkan juga dilakukan mekanisme pengawasan (control) secara Hirarkis baik pada tingkat jurusan / program studi maupun tingkat fakultas.

Universitas Lampung dalam Rencana Pembangunan jangka Panjang 2005-2025 telah menetapkan visi yakni, “ Pada tahun 2025 Unila menjadi Perguruan Tinggi Sepuluh Terbaik di Indonesia”. Berdasarkan pada visi Unila tersebut, maka FISIP Universitas Lampung menetapkan visi sebagai berikut :

“Pada Tahun 2025, FISIP Unila menjadi Pusat Pengembang Ilmu-ilmu Sosial Terbaik di Indonesia”

Visi tersebut ditetapkan sebagai arah jalan (road map) sekaligus merupakan bentuk kontribusi FISIP Unila menuju tercapainya visi Unila menuju tercapainya visi Unila. Pusat pengembangan ilmu-ilmu sosial yang dimaksud di sini adalah pusat penelitian dan kajian berbagai ilmu sosial politik yang mempunyai keunggulan baik secara komparatif maupun secara kompetitif. Pusat pengembangan ilmu-ilmu sosial difokuskan pada pengembangan kajian-kajian ilmu sosial


(61)

53

spesifik (uni) dan selanjutnya akan menjadi rujukan ilmuwan baik tingkat nasional maupun internasional. Sebagai pusat pengembangan ilmu sosial yang unggul, memiliki makna bahwa kajian-kajian yang dilakukan tidak sebatas pada aspek pengembangan ilmu murni melainkan juga aspek penerapan ilmu (applied science).

2) Misi

Untuk mencapai visi tersebut, FISIP Unila memiliki misi :

1. Menyelenggarakn Tri Dharma Perguruan Tinggi berkualitas 2. Mengembangkan kajian-kajian ilmu sosial spesifik dan menjadi

rujukan pada tingkat nasional dan internasional

3. Mengembangkan organisasi dan tata kelola yang baik berbasis penguatan jurusan / program studi

4. Mewujudkan budaya akademik yang berorientasi pada pengembangan ilmu

5. Mengembangkan kesadaran berdemokrasi yang berkeadaban dan meningkatkan keberdayaan masyarakat

3) Tujuan

1. Menghasilkan lulusan yang berkualitas, dan memiliki kepekaan terhadap masalah-masalah sosial

2. Dihasilkannya temuan IPTEK berkualitas yang dapat diterapkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat

3. Dihasilkannya kajian-kajian ilmu sosial yang spesifik dan menjadi rujukan pada tingkat nasional dan internasional


(62)

4. Terwujudnya penguatan jurusan / program studi

5. Terwujudnya budaya akademik yang berorientasi pada pengembangan ilmu

6. Terwujudnya kehidupan masyarakat yang demokratis dan sejahtera


(63)

55

D. Kode Etik Mahasiwa

PERATURAN

REKTOR UNIVERSITAS LAMPUNG No.3188/ H26 / DT / 2013

Tentang

TATA PERGAULAN WARGA UNIVERSITAS LAMPUNG DAN SANKSI SERTA PENGHARGAAN DI UNIVERSITAS LAMPUNG

BAB III

ETIKET BAGI WARGA UNILA Norma umum

Pasal 4

1) Setiap orang di lingkungan UNILA wajib mengindahkan sopan-santun 2) Dalam melaksanakan sopan-santun, prioritas dilakukan berdasarkan

3 (tiga) hal berikut :

1. Yang berstatus sosial lebih tinggi 2. Yang berusia lebih tua

3. Wanita

Norma Khusus Pasal 5

1) Norma yang menjadi pegangan mahasiswa/i UNILA adalah sebagai berikut:

1. Berpakaian yang sopan yaitu yang dapat diterima masyarakat khususnya masyarakat UNILA a.l, rapi, bersih, bersepatu, tidak menonjolkan yang dianggap masyarakat UNILA suatu


(1)

113

B. Saran

Berdasarkan simpulan di atas, maka dapat diberikan saran kepada :

1. Bagi mahasiswa dan mahasiswi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP) Universitas Lampung, melalui hasil penelitian ini disarankan untuk lebih selektif dalam gaya berbusana. Sebaiknya gaya berbusana dan penampilan yang dikenakan sesuai dan sewajarnya sebagai mahasiswa dan mahasiswi, tidak usah terlalu berlebihan serta mengikuti aturan yang telah ditetapkan Universitas dan Fakultas. Namun, demikian gaya berbusana yang dipilih juga tidak meniadakan unsur untuk mendorong rasa percaya diri dan kepuasan diri mahasiswa atau mahasiswi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP) Universitas Lampung.

2. Bagi pihak instansi yang terkait yaitu Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP) Universitas Lampung, hendaknya lebih mempertegas dan memberikan tindakan nyata sesuai dengan kaidah atau kode etik tata cara berpakaian dan berbusana di lingkungan perkuliahan, yang berlaku di Universitas dan Fakultas. Sehingga mahasiswa dan mahasiswi tidak berbusana yang bermewah-mewah dan berfoya-foya dalam bergaya hidup, ingin terlihat up to date, menjadi

trendsetter busana dalam lingkungan sosialnya, tidak menonjolkan

kelas ekonomi dan status sosial seseorang atau menandakan kelas ekonomi dan status sosial seseorang.


(2)

114

3. Peran orangtua disarankan untuk membantu anak-anaknya yaitu mahasiswa dan mahasiswi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP) Universitas Lampunng, sebagai remaja hedonis untuk mengambil dan memberikan keputusan dalam gaya berbusana yang sewajarnya masih bisa diikuti dan dibeli. Sedangkan lingkungan pergaulan atau teman sebagai lingkungan sekunder, tidak terlalu memberikan pengaruh besar terhadap gaya berbusana, karena mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP) Universitas Lampung memiliki konsep tentang dirinya sendiri.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

A.M, Sardiman. 2007 .Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Anselm Strauss & Juliet Corbin, 2003. Dasar-Dasar Penelitian Kualitatif. Alih bahasa oleh Muammad Shodiq & Imam Muttaqin. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Arikunto, S. 1989. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta :Bina Aksara.

__________. 2002 . Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT. Rineka Cipta

__________. 2006 . Metodologi Penelitian . Yogyakarta : Bina Aksara Branden, N. 2001.Kiat Jitu Meningkatkan Harga Diri. Jakarta : Delapratasa. C. Wright Mills. 1992. Sociologists: His Political Perspective and Its Pragmatic

Sources. Sara Garrigan-Burr: University of California, Riverside

Davidoff. 1991. Psikologi Suatu Pengantar. Edisi Kedua. Alih Bahasa: Marni Juniati. Jakarta: Erlangga

Darmodihardjo Darji. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi III terbitan

pertama. Jakarta, Balai Pustaka.

Diponegoro, A.M. 2004. Analisis Faktor Kepuasan Hidup Remaja. Phronesis.Volume 6. Universitas Ahmad Dahlan

Dr. Fuad Farid Ismail, Dr. Abdul Hamid Mutawali. 2012 .Cara Mudah Blajar

Filsafat. Yogyakarta: IRCISOD

Drs. A. Susanto, M.Pd. 2011 .Filsafat Ilmu: Suatu kajian dalam dimensi

Ontologis, Epistomologis dan Aksiologis. Jakarta: Bumi Aksara

Ernawati Dkk. 2008. Tata Busana Untuk SMK JIlid I. Jakarta : Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan.

G. Stanley Hall. 2008 .Adolescence: Its Psychology and Its Relations to Physiology, Anthropology, Sociology, Sex, Crime, and Religion 1931,

Volume 1. Read Books: Harvard University

Gromada, Jennifer 2009. Introduction, Modernism/Modernity, Vol. 16 No. 3, hal. 599-600. Johns Hopkins University Press. Baltimore.


(4)

Gunarsa Singgih D. 1991 .Psikologi praktis: anak, remaja dan keluarga .Jakarta: BPK Gunung Mulia

Hurlock .1990 . Perkembangan Anak Jilid 2. Alih Bahasa: dr.Med Meitasari Tjandrarasa. Jakarta: Erlangga

________. 1992. Developmental Psycology : A Life Span Approach, fifth edition. Mc Graw Hill.

Ibrahim, Idi Subandy. 2007 .Budaya Populer Sebagai Komunikasi (Dinamika

Popscape dan Mediascape di Indonesia Kontemporer). Yogyakarta:

Jalasutra

Khodijah, Nyanyu . 2006. Psikologi Belajar . Palembang : IAIN Raden Fatah Press

Kun Maryati, Juju Suryawati.2006.Sosiologi untuk SMA/MA Kelas X (Jilid 1).

Jakarta: Erlangga

_______________________.2006.Sosiologi untuk SMA/MA Kelas X (Jilid 1). Jakarta: Erlangga

Kunto, A.A. 1999. Remaja tentang Hedonisme :Kecil Bahagia, Muda

Foya-foya, Tua Kaya Raya, Mati Masuk Surga.Yogyakarta : PT. Kanisius

Kotler, Philip. 2004. Manajemen Pemasaran: Analisis, Perencanaan,

implementasi dan Kontrol, Edisi Sebelas. Alih Bahasa, Hendra Teguh.

Jakarta: Penerbit PT. Prenhallindo

Margono S. Drs. 2007. Metologi Penelitian Pendidikan Komponen MKDK. Jakarta : PT. Rineka Cipta

Maslow, Abraham H. 1984 .Motivasi dan Kepribadian .Jakarta Pustaka Binaman Pressindo

Miles, M.B & Huberman, A.M. 1992. Analisis Data Kualitatif : Penerjemah Tjetjep Rohendi R. Universitas Indonesia Press.

Moleong, L. J . 2000 . Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosda karya. _____________. 2004 . Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja

Rosdakarya.

Novianti, Langgersari Elsari. 2009. Gaya Berpakaian Remaja. Bandung: Universitas Padjadjaran.

Papalia, D E., Olds, S. W., & Feldman, Ruth D. 2001. Human development(8th


(5)

Piliang, Yasraf Amir. 2004. Dunia yang Dilipat, Tamasya Melampaui

Batas-batas Kebudayaan. Yogyakarta: Jalasutra

Rahardjo, W., Silalahi, Y.B. 2007. Perilaku Hedonis Pada Pria Metroseksual

Serta Pendekatan Dan Strategi Yang Digunakan Untuk

Mempengaruhinya. Pesat. Volume 2. Jakarta : Universitas Gunadarma

Roesma, Joy dan Nadia Mulya 2013. “KOCOK! UNCUT: The Untold Stories

of Arisan Ladies and Socialites”. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Sarwono, S.W. 1988.Psikologi Remaja . Jakarta: Grasindo Sakinah. 2002 .Media Muslim Muda. Solo: Elfat

Singarimbun, Masri, Sofian Effendi (Ed.). 1989. Metode Penelitian Survai. Ed ke-2. Jakarta : Pustaka LP3ES Indonesia

_________________________. 1999. Analisa Data Kualitatif. Jakarta Universitas Indonesia

Sofyan S. Willis, 2010.Remaja dan masalahnya.Bandung:Alfabeta

Soekanto, Soerjono. 1986 .Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: UI Press

Suryabrata, Sumadi. 2000. Psikologi Kepribadian . Yogyakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Sugiyono, 2003. Metode Penelitian Bisnis.. Bandung: Alfabeta

________. 2007. Metode Penelitian Bisnis. Bandung :Pusat Bahasa Depdiknas ________. 2008 . Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta

Susanto, A.B. 2001. Potret-Potret Gaya Hidup Metropolis. Jakarta : Kompas Media Nusantara.

Susanto, Inge, et al. 1993 . Buku Ajar Parasitologi Kedokteran. Jakarta: Balai Penerbit FKUI

Swastha, B.H.D. 1998. Manajemen Penjualan. Yogyakarta : BPFE.

T. Tani Handoko,1992. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia, Yogyakarta: Andi

Usman, Husaini dan Setiadi Akbar , Purnomo. 1996 . Metodologi Penelitian


(6)

Wijokongko, Y. 1995. Peran Gaya Hidup Dalam Riset Konsumen. Pranata: Semarang : Universitas Katolik Soegijapranta

Winardi. 1995 .Teori Struktur Modal. Bandung : Mandar Maju

Sumber internet :

(http://bahasa.kemdiknas.go.id/kbbi/index.php/akses pada tanggal 17/10/2013/07:15pm)

(http://dodidnurianto.blogspot.com/2010/06/jenis-jenis-motif-pada-manusia.html/akses pada tanggal6/08/2013/09:37pm)

(http://ekspresionline.com/2012/05/04/kebutuhan-remaja-pengaruh perilaku konsumtif hedonis korupsi/akses pada tanggal 28/08/2013/3:45pm)

(http://rohisalkautsar.wordpress.com/2011/02/04/wow ternyata kita sudah remaja/akses pada tanggal 20/10/2013/09:45pm)

(http://sriekopujirahayu.wordpress.com/2012/10/17/modernisasi-dan-perubahan-perilaku-berbusana-remaja/akses pada tanggal 11/09/2013/03:50pm)