FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KEGAGALAN WIRAUSAHA DI KALANGAN MAHASISWA ( Studi Pada Mahasiswa FISIP Universitas Lampung )

(1)

(Studi Pada Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

di Universitas Lampung)

Oleh

BOBBY RAHMAN

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjanah Sosiologi

Pada Jurusan Sosiologi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2013


(2)

ABSTRACT

THE CAUSES FACTORS FAILURE OF ENTREPRENEURS AMONG THE STUDENTS

(A Study Of Students in The Faculty of Social and Political Science University Lampung)

BY :

BOBBY RAHMAN

The purpose of this research is to find factors caused the failure of entrepreneurship in the process so that the students could help young entrepreneurs to avoid failure and became a successful entrepreneur in reducing unemployment figures. This research was conducted in May-October 2013 at the Faculty of social science and political science University of Lampung. Type of this research is descriptive research using (describe) and the qualitative approach and the process of determination of informants based on purposif technique. Method of data collection is done by the method of interview, documentation and library studies, data collection techniquesdone by reduction of the data, the presentation of the data and the withdrawal of the conclusion. Failure in entrepreneurship is caused by two factors, i.e. factors in students which includes a quick sense of complacency, the advent of bored and lazy, Loss of entrepreneurship, lack of capital and the lack of planning or environmental factors or from the outside covering changing values tastes society, technological change and industrial competition.


(3)

ABSTRAK

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KEGAGALAN WIRAUSAHA DI KALANGAN MAHASISWA

( Studi Pada Mahasiswa FISIP Universitas Lampung ) Oleh

BOBBY RAHMAN

Tujuan dari penelitian ini adalahuntuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan kegagalan mahasiswa dalam proses berwirausaha sehingga bisa membantu wirausaha muda agar terhindar dari kegagalan dan menjadi wirausaha yang sukses sehingga dapat mengurangi angka pengangguran. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei-Oktober 2013 di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung. Tipe penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif (menggambarkan) dengan pendekatan kualitatif dan proses penentuan informan berdasarkan teknik purposif. Metode pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara, dokumentasi dan studi pustaka, Teknik pengolahan data dilakukan dengan cara reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Kegagalan dalam berwirausaha disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor dalam diri mahasiswa yang meliputi rasa cepat puas diri, menebalnya rasa bosan dan malas, hilangnya jiwa kewirausahaan, kekurangan modal dan lemahnya perencanaan maupun faktor lingkungan atau dari luar yang meliputi berubahnya nilai-nilai selera masyarakat, perubahan teknologi dan persaingan industri.


(4)

(5)

(6)

(7)

DAFTAR ISI

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulu ... 7

B. Tinjauan Tentang Kegagalan ... 12

1. Pengertian Kegagalan ... 12

2. Tanda-Tanda Kegagalan ... 12

C. Tinjauan Tentang Wirausaha ... 14

1. Pengertian Wirausaha ... 14

2. Ciri – Ciri dan Sifat Dasar Wirausaha ... 18

3. Strategi Memulai Wirausaha ... 20

D. Tinjauan Tentang Motivasi Mahasiswa dalam Wirausaha ... 21


(8)

1. Pengertian Mahasiswa ... 27

2. Karakteristik Mahasiswa ... 30

3. Tipe – Tipe Mahasiswa... 30

H. Tinjauan Tentang Kegagalan dalam Wirausaha... 32

III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian ... 40

B. Fokus Penelitian ... 41

C. Penentuan Informan... 42

D. Lokasi Penelitian ... 44

E. Teknik Pengumpulan Data ... 44

1. Wawancara ... 45

2. Dokumentasi ... 45

3. Studi Pustaka ... 45

F. Teknik Analisis Data ... 46

IV GAMBARAN UMUM A. Gambaran Wirausaha di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung ... 48

B. Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional ... 49


(9)

A.Hasil ... 67

1.Informan 1 ... 67

2. Informan 2 ... 70

3. Informan 3 ... 73

4. Informan 4 ... 76

5. Informan 5 ... 78

6. Informan 6 ... 81

7. Informan 7 ... 83

8. Informan 8 ... 85

9. Informan 9 ... 87

B. Pembahasan ... 89

1. Alasan Informan Berwirausaha ? ... 89

2. Faktor – Faktor Kegagalan dalam berwirausaha ... 95

VI . KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 109

B. Saran ... 111 DAFTAR PUSATAKA


(10)

Tabel

1. Motivasi Mahasiswa dalam Proses Berwirausaha ... 7

2. Analisi Faktor-Faktor Motivasi yang Mempengaruhi Minat Berwirausaha ... 9

3. Pembelajaran Kewirausahaan dan Minat Wirausaha Lulusan SMK... 10

4. Data Identitas Informan ... 43

5. Daftar Peserta PMW Universitas Lampung Tahun 2009 ... 52

6. Daftar Peserta PMW Universitas Lampung Tahun 2010 ... 55

7. Daftar Peserta PMW Universitas Lampung Tahun 2011 ... 57

8. Daftar Peserta PMW Universitas Lampung Tahun 2012 ... 62

9. Daftar Peserta PMW Universitas Lampung Tahun 2013 ... 63

10.Rekapitulasi Alasan Informan Tertarik Berwirausaha ... 94

11.Rekapitulasi Faktor-Faktor Penyebab Kegagalan Wirausaha di Kalangan Mahasiswa ... 97


(11)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Lelakang

Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki sumber daya alam yang melimpah. Namun sumber daya alam yang melimpah tersebut tidak dapat dinikmati oleh seluruh bangsa Indonesia karena potensi alam yang ada tidak dikelola secara baik, hal ini berkaitan erat dengan kurangnya tenaga ahli. Pada kenyataanya banyak SDM usia produktif namun tidak banyak yang memiliki keahlian yang berkualitas.

Selain itu kebijakan pemerintah yang tidak berpihak pada rakyat dapat menimbulkan pengangguran baru. Hal ini diperparah dengan kebijakan pemerintah yang lebih menekankan pada pertumbuhan ekonomi bukan pemerataan ekonomi menimbulkan banyak ketimpangan. Banyaknya angka pengangguran di Indonesia menimbulkan dampak ekonomi dan sosial, yaitu kemiskinan, ketidakstabilan sosial, meningkatnya kriminalitas. Sehingga secara tidak langsung berpengaruh terhadap pendapatan nasional.

Untuk itulah modal utama dalam meningkatkan kualitas SDM yaitu dengan meningkatkan mutu pendidikan dan keahlian yang diperlukan. Namun dalam realitasnya, SDM berpendidikan tinggi cenderung berfikiran untuk menyelesaikan pendidikannya dengan tujuan mendapatkan pekerjaan di perusahaan atau di


(12)

instansi. Pola pikir yang salah ini terjadi karena budaya yang ada di masyarakat menempatkan pegawai merupakan profesi yang lebih baik berdasarkan gengsi atau prestise. Pola pikir tersebut mengakibatkan banyak orang berlomba-lomba untuk mencari pekerjaan lain, padahal dengan ilmu dan keahlian yang dimiliki tersebut diharapkan dapat menjadi salah satu jalan keluar mengurangi angka pengangguran, salah satunya dengan cara dengan berwirausaha yang bertujuan untuk membuka lapangan pekerjaan bagi orang lain.

Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia tahun 2012 mencatat jumlah penduduk yang berwirausaha saat ini baru mencapai angka 0,18 persen dari jumlah 238 juta penduduk Indonesia. Idealnya, agar Indonesia bisa berdaya saing tinggi dibutuhkan paling sedikit 2 persen dari 238 juta orang penduduk Indonesia atau sekitar 4,76 juta orang wirausaha baru dengan beragam profesi dan keahlian. Jika dilihat dari negara-negara maju seperti, Amerika Serikat memiliki 12% pengusaha dari total penduduknya, Singapura 7%, Cina dan Jepang sekitar 10%, serta Malaysia sekitar 5% (Sumber: Okezone 2013)

Dari data di atas diketahui bahwa dalam berwirausaha Indonesia jauh tertinggal. Padahal upaya yang dilakukan pemerintah sudah cukup maksimal, salah satu contohnya yaitu sosialisasi mengenai kewirausahaan yang sudah dilakukan sejak bangku perkuliahan. Sehingga diharapkan agar mahasiswa memulai berwirausaha sejak dini tanpa harus menunggu selesainya masa pendidikan.

Dirjen Dikti mendukung program pengembangan kewirausahan di perguruan tinggi dengan menggulirkan program-program yang mendukung tumbuhnya bibit-bibit wirausahawan dari kalangan mahasiswa. Salah satu contohnya adalah


(13)

Program Mahasiswa Wirausaha (PMW) yang memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk berwirausaha dengan dukungan permodalan dan pembimbingan yang diharapkan mampu menjadi embrio wirausahawan baru dari kalangan kampus. Contoh lain yang juga digulirkan oleh Dirjen Dikti adalah Program Kreativitas Mahasiswa Wirausaha (PKMW). Berbagai pihak juga menggulirkan Beasiswa Wirausaha Mandiri yang diberikan kepada mahasiswa yang memiliki usaha sebagaimana digulirkan oleh Bank Mandiri.

Universitas Lampung sebagai salah satu perguruan tinggi penyelenggara pendidikan telah mengakomodasi pengembangan kewirausahaan dalam kurikulum pendidikan yang mewajibkan mata kuliah kewirausahaan untuk diselenggarakan disetiap program studinya. Mahasiswa juga meyambut gerakan kewirausahaan ini dengan memberikan respon positif. Hal ini nampak pada mulai banyaknya mahasiswa yang memulai berwirausaha.

Proses wirausaha dapat mulai dilakukan saat menjadi mahasiswa dengan melakukan usaha kecil mengembangkan produk dan jasa melihat kebutuhan mahasiswa di sekeliling. Hal tersebut dapat dilakukan dengan berjualan makanan, seperti pisang coklat, usaha pembudidayaan ikan lele, menjual pulsa, dodol pisang, roti, sampai berjualan jilbab, aksesoris jilbab, dan membuka bisnis foto angkatan, konveksi, dan lainnya.

Untuk memulai berwirausaha mahasiswa harus berani untuk menjalankan usahanya. Karena tidak sedikit mahasiswa yang takut untuk memulai wirausaha dikarenakan kekurangan modal dan tidak punya cukup keberanian, serta daya saing atau mental yang rendah. Beberapa mahasiswa yang berhasil mendapatkan


(14)

modal dari proposalnya juga banyak yang mengalami kegagalan kerena berwirausaha harus dengan perhitungan matang dan strategi yang baik, berani menerima resiko serta tidak mudah putus asa.

Berdasarkan wawancara yang dilakukan oleh penulis, dari 360 mahasiswa Sosiologi 2009-2012 terdapat 40 mahasiswa yang berwirausaha dan ternyata 24 mahasiswa diantaranya menemui kegagalan dalam berwirausaha.

Banyak mahasiswa yang berwirausaha menemui kegagalan karena hanya mengikuti perkembangan zaman dan tidak melakukan inovasi, mereka membuka

usaha dengan mengikuti apa yang mereka nilai sedang menjadi tren di

masyarakat. Padahal masyarakat sekarang sudah pintar, mereka sangat mudah tertarik pada sesuatu yang dianggab baru. Inilah yang menjadi tantangan bagi wirausaha, yaitu harus berusaha semaksimal mungkin mengikuti selera kosumen yang terus berkembang tanpa henti.

Mahasiswa memulai berwirausaha yang membuka usaha sendiri mencoba bekerja sama dengan teman sampai pada bekerja sama dengan pengusaha mereka lakukan untuk menjadi wirausaha. Berdasarkan apa yang telah dikemukaan di atas, maka perlu untuk mengadakan penelitian guna melihat apa saja faktor-faktor penyebab kegagalan berwirausaha di kalangan mahasiswa.

Karena dengan meneliti faktor-faktor penyebab kegagalan dalam berwirausaha kita dapat mencari solusi dari permasalahan tersebut dan membantu mahasiswa yang berwirausaha untuk terhindar dari kegagalan atau bagi para mahasiswa yang sudah mengalamai kegagalan dapat bangkit dan membangun usahanya kembali


(15)

sehingga dapat membuka lapangan pekerjaan dan membantu mengurangi pengangguran di negara ini.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka masalah penelitian ini, yaitu : Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan kegagalan wirausaha di kalangan mahasiswa?

C. Tujuan Penelitian

Adapun Tujuan Penelitian ini yaitu :

Mengetahui Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan kegagalan mahasiswa dalam proses berwirausaha. Sehingga dapat membantu perkembangan wirausaha muda agar terhindar dari kegagalan dan menjadi wirausaha yang sukses.

D. Manfaat Penelitian

1. Secara teoritis

Hasil penelitian ini memberikan sumbangan pemikiran dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan bagi mahasiswa Sosiologi dalam disiplin ilmu Kewirausahaan dan Sosiologi Ekonomi.

2. Secara praktis

a. Hasil penelitian dapat menjadi sebuah acuan atau referensi bagi mahasiswa dalam melakukan penelitian mengenai faktor-faktor kegagalan wirausaha di kalangan mahasiswa dan sebagai masukan dalam rangka penyempurnaan konsep maupun implementasi praktik mahasiswa untuk menjadi pengusaha.


(16)

b. Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan serta informasi dan membuka wawasan bagi mahasiswa untuk tidak takut lagi memulai berwirausaha dan dapat menghindari kegagalan dalam berwirausaha sehingga dapat membuka lapangan kerja baru.


(17)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Hasil Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu dilakukan dengan tujuan untuk menjaga keaslian, menghindari duplikasi dan pengulangan penelitian atau kesalahan yang sama seperti yang dibuat oleh peneliti sebelumnya. Biasanya penelitian terdahulu yang digunakan adalah penelitian yang terkait langsung dengan penelitian yang sedang dilakukan.

Tabel 1: Penelitian Sebelumnya, Motivasi Mahasiswa Dalam Proses

Berwirausaha

1. Judul Motivasi Mahasiswa Dalam Proses Berwirausaha

(Studi pada mahasiswa fakultas ilmu sosial dan ilmu politik Universitas Lampung)

Penulis Puji Lestari Ningsih

Jurusan Sosiologi FISIP Universitas Lampung 2012

Kesimpulan 1. Penelitian ini menunjukkan hasil bahwa terdapat 2

faktor motivasi mahasiswa dalam proses berwirausaha, yaitu:


(18)

a. Faktor Internal

Keinginan dari diri sendiri, keterpaksaan kareana

kondisi minimnya ekonomi keluarga, serta

keinginan untuk mendapatkan penghasilan sendiri.

b. Faktor Eksternal

Pengaruh dari lingkungan sekitar seperti, teman

kampus, teman berkumpul, dosen yang

memberikan dorongan untuk memulai

berwirausaha

Komentar Penelitian ini hanya mengkaji tentang motivasi mahasiswa

dalam memulai proses berwirausaha saja yang terdiri dari faktor Internal maupun Eksternal. Namun tidak dibahas lebih lanjut bagaimana mahasiswa menjalankan usahanya dan apa saja kendala yang mereka hadapi dalam proses wirausaha serta bagaiman acara mereka menghadapi berbagai masalah dalam proses wirausaha.


(19)

Tabel 2: Penelitian Sebelumnya, Analisis Faktor-Faktor Motivasi yang Mempengaruhi Minat Berwirausaha

2. Judul Analisis Faktor-Faktor Motivasi yang Mempengaruhi Minat

Berwirausaha

(Studi pada mahasiswa S1 Fakultas Ekonomika dan Bisnis

Universitas Diponegoro Semarang)

Penulis Aditya Dion Mahesa

JurusanEkonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro 2012

Kesimpulan Hasil penelitiannya menjelasakan bahwa Motivasi

berwirausaha didasari oleh toleransi akan resiko, keberhasilan diri dalam berwirausaha, dan kebebasan dalam bekerja

berpengaruh positif terhadap keinginan mahasiswa menjadi wirausahawan.

Komentar Pada penelitian ini terdapat kesamaan dengan penelitian

sebelumnya, mereka hanya meneliti faktor-faktor apa saja yang mendorong mahasiswa berwirausaha.

Namun terdapat tidak ada penjelasan lebih lanjut mengenai bagaimana menjalankan usaha dengan baik dan benar serta

mengatasi masalah yang akan muncul. Seharusnya

permasalahan itu harus dipelajari sejak awal agar kegagalan biasa kita hindari. Karena masih banyak wirausaha muda yang mengalami kegagalan .


(20)

Tabel. 3. Penelitian Sebelumnya, Pembelajaran Kewirausahaan Dan Minat Wirausaha Lulusan SMK

2. Judul Pembelajaran Kewirausahaan Dan Minat Wirausaha Lulusan

SMK

Penulis Muladi Wibowo

Staf Pengajar Fakultas Ekonomi Universitas Islam Batik 2011

Kesimpulan Hasil penelitiannya menjelasakan bahwa Minat siswa SMK untuk berwirausaha setelah lulus sekolah bisa disebabkan oleh faktor internal, faktor eksternal, faktor pembelajaran dan faktor kesiapan instrumen. Kegiatan pembelajaran

kewirausahaan memberikan kontribusi yang paling

tinggi terhadap minat siswa SMK di Kota Surakarta untuk berwirausaha setelah lulus dari sekolah. Pembelajaran yang dianggap memberikan kontribusi minat siswa

meliputi praktek kerja industri, mata pelajaran kewirusahaan dan pelatihan sekolah dibidang kewirausahaan.

Implikasi dari penelitian ini perlu meningkatkan mutu pembelajaran yang berhubungan dengan kewirausahaan di SMK agar memiliki relevansi terhadap karakter lulusan SMK yang harusnya siap kerja dan berwirausaha, karena siswa mengganggap bahwa praktek kerja industri memberi manfaat siswa dalam praktek wirausaha, mata pelajaran kewirausahaan sangat dibutuhkan siswa, siswa juga membutuhkan pelatihan


(21)

motivasi dan pembentukan karakter di sekolah.

Komentar Pada penelitian ini terdapat kesamaan dengan penelitian

sebelumnya, mereka hanya meneliti faktor-faktor apa saja yang mendorong mahasiswa berwirausaha.

Namun dalam penelitian tersebut terdapat tidak ada penjelasan

cara mengatasi masalah yang akan muncul dalam

berwirausaha. Seharusnya permasalahan itu harus dipelajari sejak awal dari pengalamaan dan penelitian sebelumnya agar kegagalan biasa kita hindari. Karena masih banyak wirausaha muda baik mahasiswa maupun sisawa SMK yang mengalami kegagalan .

Dari Pemaparan hasil – hasil penelitian sebelumnya terdapat kesamaan yaitu mengkaji tentang motivasi kalangan muda baik mahasiswa atau siswa SMK dalam memulai proses berwirausaha. Motivasi wirausaha bisa disebabkan oleh faktor internal, faktor eksternal, faktor pembelajaran dan faktor kesiapan instrumen. Lingkungan pendidikan sebagai salah satu faktor eksternal merupakan ruang yang cukup efektif menghasilkan perilaku wirausaha.

Ini mendukung konsep yang dikemukakan oleh Drucker (1985) dalam bukunya

Innovation and Entrepreneurship mengemukakan perkembangan teori

kewirausahaan menjadi tiga tahapan. Tahap ketiga menyatakan bahwa teori yang mengutamakan hubungan antara perilaku wirausaha dengan hasilnya. Disebut dengan teori perilaku, yaitu yang mencoba memahami pola perilaku wirausaha.


(22)

Kewirausahaan dapat dipelajari dan dikuasai, karena kewirausahaan pilihan kerja dan pilihan karir. Artinya melalui kegiatan pembelajaran kewirausahaan sejak dini (masa kuliah atau sekolah) akan sangat menentukan terhadap pilihan karir untuk berwirausaha.

B. Tinjauan Tentang Kegagalan

1. Pengertian Kegagalan

Kegagalan ditakuti oleh semua orang, sebab kegagalan akan berdampak negatif dan membuat berantakan hasil-hasil yang sudah dicapai selama ini sehingga pekerjaan harus dimulai dari awal lagi. Artinya pekerjaan yang selama itu telah dilakukan dan telah mengeluarkan banyak biaya, tenaga waktu yang tidak sedikit ternyata gagal dan berantakan.

Menurut Bambang Trisno (2013) kegagalan berarti tidak sesuainya pekerjaan dan hasilnya seperti yang diinginkan. Ukuran kegagalan adalah hasil yang diharapkan dibandingkan dengan hasil senyatanya yang didapatkan. Ukuran kegagalan dapat dinyatakan secara kuantitatif seperti 20% gagal atau rugi Rp 10 Miliyar. Tapi dapat juga dinyatakan secara kualitatif seperti kegagalan fatal atau tragis. Dengan kata lain kegagalan dapat diukur. Ukuran-ukuran ini maksudnya untuk membantu menganalisis penyebab kegagalan dan dengan analisis ini kegagalan berikutnya di masa yang akan datang dapat dihindari.

2. Tanda - Tanda Kegagalan

Pastinya kegagalan akan ditakutkan semua orang, termasuk wirausahawan. Untuk itu wirausahawan sebaiknya memahami tanda-tanda kegagalan dan tanda-tanda kegagalan ini dapat diketahui sejak awal. Asal saja wirausahawan selalu waspada


(23)

dan selalu melakukan evaluasi serta pengendalian secara teratur dan berkala. Bila tidak, maka wirausahawan menjadi lengah dan akibatnya tanda-tanda kegagalan tidak diketahui dan kemudian berakibat dideritanya kegagalan.

Bambang Trisno (2013) menjelaskan tanda-tanda kegagalan itu meliputi dua hal sebagai berikut:

3. Tanda - Tanda Kegagalan dari Aspek Sikap Mental

Pada umumnya tanda-tanda kegagalan dari aspek sikap mental meliputi :

a. Rasa malas

b. Ragu-ragu

c. Rasa mampu mengatasi masalah.

d. Menganggap enteng masalah yang dihadapi

e. Rasa keenganan menepati kesepakatan

f. Keinginan untuk menunda pekerjaan yang sebenarnya dapat dikerjakan

dengan segera.

Apabila tanda-tanda di atas mulai ada dalam diri kita, maka cepat atau lambat kegagalan itu akan datang menghampiri kita.

4. Tanda - Tanda Kegagalan Aspek Materil

Wirausahawan sudah seharusnya selalu melakukan pengendalian terhadap kegiatan perusahaan secara berkala, baik harian, mingguan maupun bulanan. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui tingkat pelaksanaan program-program usaha sejauh mana telah melaksanakan sesuai dengan rencana. Dalam hubungan itu wirausahawan hendaknya mengetahui tanda-tanda bisnis usaha dan lingkungan yang mungkin merupakan peringatan dini kesulitan. Sering wirausahawan tidak menyadari apa yang terjadi dan tidak mau menerima hal yang tidak bisa


(24)

dihindarkan. Beberapa peringatan dini yang merupakan tanda-tanda kegagalan adalah sebagai berikut :

a. Kelalaian dalam manajemen keuangan, sehingga tak seorangpun yang bisa

menjelaskan bagaimana uang itu dibelanjakan.

b. Tidak bisa mendokumentasikan dan menjelaskan transaksi-transaksi besar.

c. Pelanggan diberikan potongan harga tinggi untuk mempercepat pembayaran

d. Kontrak yang diterima di bawah standar.

e. Bank meminta pelunasan utang-utangnya.

f. Orang-orang penting dalam usaha meninggalkan kita

g. Kurangnya bahan mentah untuk memenuhi pesanan.

h. Pajak upah dan gaji tidak dibayarkan.

i. Pemasok meminta pembayaran secara kontan.

j. Meningkatnya keluhan pelanggan mengenai kualitas produk/jasa.

k. Sikap dan produktivitas karyawan manurun sehingga banyak keluhan-keluhan

yang ditemukan tapi tidak dapat tanggapan.

C. Tinjauan Tentang Wirausaha

1. Pengertian Wirausaha

Kewirausahaan lebih dikenal dengan istilah entrepreneur. Orang yang pertama

kali menggunakan istilah entrepreneur adalah orang ekonomi Perancis yang

berasal dari Norwegia, Richard Cantillon sekitar tahun 1755. Entrepreneur berasal dari bahasa perancis, “entre” dan “prende”, yang asal katanya entreprenant yang artinya giat, mau berusaha, berani, penuh petualangan. Dalam perkembangannya istilah tersebut semakin populer dalam bahasa inggris, sekitar tahun 1878, dan


(25)

dipahami sebagai a contractor acting as intermediary between capital and labour. Definisi tersebut dapat diartikan bahwa seorang entrepreneur adalah pihak yang mengambil peran (menjembatani) antara pemilik modal dengan pekerja. Dengan kemampuan mengambil faktor-faktor produksi, lahan pekerjaan, tenaga kerja dan modal yang kemudian menggunakannya untuk produksi barang atau jasa dengan mengedepankan kreasi dan inovasi sehingga nilai tambah yang diciptakan meningkat, yang akhirnya akan berimplikasi pada kemakmuran. (Nugroho dalam Ciputra 2009)

Definisi wirausaha secara umum, wirausaha berasal dari kata wira yang artinya kesatria, pahlawan, penjual, unggul, gagah berani, dan kata usaha artinya adalah bekerja atau melakukan sesuatu. Dengan demikian wirausaha dapat diartikan orang tangguh yang sedang melakukan sesuatu. Definisi wirausaha berdasarkan keputusan menteri koperasi dan pembinaan pengusaha kecil nomor 961/KEP/M/XI/1995, disebutkan bahwa :

1. Wirausaha adalah orang yang mempunyai semangat, sikap, perilaku dan

kemampuan kewirausahaan.

2. Kewirausahaan adalah semangat, sikap, perilaku, dan kemampuan seseorang

dalam menangani usaha atau kegiatan yang mengarah pada upaya mencari, menciptakan serta menerapkan cara kerja, teknologi dan produk baru dengan meningkatkan efisiensi dalam rangka memberikan pelayanan yang lebih baik dan atau memperoleh keuntungan yang lebih besar.

Dewanti (dalam Arif dan Nian, 2010) menjelaskan wirausaha dengan mengaitkannya pada istilah bisnis. Bisnis dalam hal ini diartikan segala aktivitas untuk mendapatkan keuntungan untuk dapat memperbaiki kualitas hidup. Untuk


(26)

menampung seluruh aktivitas maka dibentuklah organisasi berupa perusahaan. Perusahaan tidak harus diartikan dalam arti besar, tapi bisa berawal dari usaha kecil yang ditampung dalam organisasi yang kecil, yang akhirnya akan berkembang menjadi organisasi yang besar.

Raymond W. Y Kao (dalam Arif dan Nian, 2010) menjelaskan lebih detail tentang kewirausahaan dan wirausaha. Kewirausahaan dapat diartikan sebagai sebuah proses. Yakni proses penciptaan sesuatu yang baru dan membuat sesuatu yang berbeda dari yang sudah ada, tujuannya adalah tercapainya kesejahteraan individu dan nilai tambah bagi masyarakat. Sedangkan wirausaha mengacu pada orang yang melaksanakan proses penciptaan kesejahteraan atau kekayaan dan nilai tambah, melalui peneloran dan penetasan gagasan, memadukan sumber daya dan merealisasikan gagasan tersebut menjadi nyata. Dengan kata lain, seorang wirausaha adalah orang yang mampu menetaskan gagasan menjadi realita.

Suryana (2006), merangkum beberapa pendapat dari berbagai ahli berkaitan dengan definisi kewirausahaan. Berdasarkan rangkuman pendapat dari berbagai ahli tersebut, beberapa hakikat penting kewirausahaan yaitu :

1. Kewirausahaan adalah suatu nilai yang diwujudkan dalam perilaku yang

dijadikan dasar sumber daya, tenaga penggerak, tujuan, siasat, kiat, proses, dan hasil bisnis. (Ahmad Sanusi, 1994)

2. Kewirausahaan adalah suatu kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang


(27)

3. Kewirausahaan adalah suatu proses penerapan kreativitas dan keinovasian dalam memecahkan persoalan dan menemukan peluang untuk memperbaiki kehidupan. Zimmerer, 1996 (dalam Suryana, 2006)

4. Kewirausahaan adalah suatu nilai yang diperlukan untuk memulai sesuatu usaha dan perkembangan usaha. Soeharto Prawiro, 1997 (dalam Suryana, 2006)

5. Kewirausahaan adalah suatu proses dalam mengerjakan sesuatu yang baru (creative) dan sesuatu yang berbeda (innovative) yang bermanfaat memberi nilai lebih.

6. Kewirausahaan adalah usaha menciptakan nilai tambah dengan jalan

mengkombinasikan sumber-sumber melalui cara-cara baru dan berbeda untuk memenangkan persaingan.

Keputusan seseorang untuk terjun dan memilih profesi sebagai seorang wirausaha didorong oleh beberapa kondisi. Kondisi- kondisi yang mendorong tersebut adalah :

1. Orang tersebut lahir dan atau dibesarkan dalam keluarga yang memiliki tradisi yang kuat di bidang usaha. (Confidence Modalities)

2. Orang tersebut berada dalam kondisi yang menekan, sehingga tidak ada pilihan lain baginya selain menjadi wirausaha (Tension Modalities)

3. Seseorang yang memang mempersiapkan diri untuk menjadi wirausaha

(Emotion Modalities). Suryana (2006)

Berdasarkan pernyataan-pernyataan di atas, kewirausahaan atau wirausaha identik dengan kata sebuah proses kemampuan seseorang dalam menciptakan bisnis atau usaha. Proses tersebut dilakukan seseorang dengan kreatif, dan inovasi, dengan


(28)

jalan ide dan meramu sumber daya untuk menemukan peluang dan berharap dapat menjadi perubahan ekonomi. Pada penelitian ini, kewirausahaan atau wirausaha yang dimaksud adalah dorongan dan keinginan mahasiswa dalam menciptakan bisnis atau usaha dengan kreatif dan inovasi dengan tujuan dapat memiliki bisnis atau usaha yang dapat membuka lapangaan pekerjaan dan merubah perekonomian.

2. Ciri - Ciri dan Sifat Dasar Wirausaha

Beberapa karakter dan sifat dasar wirausaha menurut beberapa ahli, yaitu :

Meredith (1996), mengemukakan ciri-ciri dan watak kewirausahaan sebagai berikut:

1. Percaya diri, dengan karakteristik watak yang selalu percaya diri mempunyai keyakinan, ketidaktergantungan, individualitas, dan optimisme.

2. Berorientasi pada tugas dan hasil, dengan karakteristik watak yang meliputi kebutuhan yang berprestasi, berorientasi laba, ketekunan, dan ketabahan, tekat kerja keras mempunyai dorongan kuat, energetik, dan inisiatif.

3. Pengambilan resiko, dengan karakteristik watak yang lebih pada kemampuan untuk mengambil resiko yang wajar dan suka tantangan.

4. Kepemimpinan, dengan karakteristik watak yang lebih pada berperilaku

sebagai pemimpin, bergaul dengan orang lain, menanggapi saran-saran dan kritik.

5. Keorisinalan, dengan karakteristik watak yang inovatif, kreatif, serta fleksibel.

6. Berorientasi ke masa depan, dengan karakteristik watak yang pandangannya ke


(29)

Selain itu, budayawan Gde Prama 1996 (dalam Arif dan Nian 2010), juga berpendapat bahwa sifat dasar dan kemampuan yang biasanya ada pada diri wirausaha, antara lain :

1. Wirausaha adalah seorang pencipta perubahan (the change creator). Perubahan

ibarat menu makan pagi, siang, dan sekaligus makan malan bagi seorang wirausaha.

2. Wirausaha selalu melihat perbedaan, baik antara orang maupun antara

fenomena kehidupan, sebagai peluang dibandingkan sebagai kesulitan.

3. Wirausaha cenderung mudah jenuh terhadap segala kemampuan hidup, untuk kemudian bereksprimen dengan pembaharuan-pembaharuan.

4. Wirausaha melihat pengetahuan dan pengalaman hanyalah alat untuk memacu

kreativitas, bukan sesuatu yang harus diulangi.

5. Wirausaha adalah seorang pakar tentang dirinya sendiri.

6. Wirausaha berani memaksa diri untuk menjadi pelayan bagi orang lain.

Verno A. Musselman 1989 (dalam Arif dan Nian, 2010), mengemukakan ciri-ciri orang pantas menjadi wirausaha adalah sebagai berikut:

1. Keinginan yang kuat berdiri sendiri.

2. Kemampuan untuk mengambil resiko.

3. Kemampuan untuk belajar dari pengalaman.

4. Memotivasi diri sendiri.

5. Semangat untuk bersaing.

6. Orientasi pada kerja keras. 7. Percaya pada diri sendiri.


(30)

8. Dorongan untuk berprestasi.

9. Tingkat energi yang tinggi.

10. Tegas.

3. Strategi Memulai Wirausaha

Beberapa hal yang perlu diperhatikan saat akan memulai berwirausaha, antara lain:

1. Menemukan ide usaha, menemukan ide usaha bagi sebagian orang

merupakan suatu pekerjaan yang sulit. Musrofi 2003 (dalam Arif dan Nian, 2010) memiliki cara yang menarik untuk memunculkan ide usaha yaitu menggunakan hobi sebagai sumber menemukan usaha.

2. Memahami minat pasar, untuk memahami minat pasar seseorang harus

bersinggungan dengan konsep-konsep yang terkait dengan manajemen pemasaran. Secara sederhana memahami minat pasar dapat diartikan bagaimana kita memahami kebutuhan dan keinginan dari masyarakat yang pada akhirnya dijadikan dasar mendisain produk/jasa yang akan ditawarkan pada masyarakat. (Kotler & Amstrong, 2006)

3. Perencanaan usaha yang matang. Berdasarkan hasil survei oleh lembaga

survei pada 2008, hampir seluruh kegagalan bisnis kecil maupun menengah disebabkan tidak adanya atau kurang efektifnya perencanaan bisnis.

4. Menghitung kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman atau sering disebut

dengan analisis SWOT, yang artinya berorientasi pada langkah awal untuk menemukan strategi yang tepat. Wheelen & Hunger, 2004 (dalam Arif dan Nian, 2010)


(31)

5. Mendesain strategi fungsional. Strategi kalau kita terjemahkan secara bebas adalah cara untuk mencapai tujuan, sedangkan fungsional mengacu pada aktivitas-aktivitas, biasanya fungsional berada pada sebuah perusahaan atau organisasi. Wheelen & Hunger, 2004 (dalam Arif dan Nian, 2010)

D. Tinjauan Tentang Motivasi Mahasiswa dalam Wirausaha

Manusia dalam menjalankan hidup pasti memiliki tujuan yang didorong oleh motivasi yang berasal dalam dirinya sendiri. Motivasi mahasiswa untuk berwirausaha menumbuhkan upaya untuk memulai bisnis sendiri yang akhirnya dapat menumbuhkan kerjasama antara orang lain dengan yang lainya. Menurut Webber, perilaku tersebut akan bermakna sosial jika diarahkan kepada orang lain atau membuat individu memikirkan dan memperhitungkan perbuatan orang lain sehingga akhirnya memperoleh kemantapan sosial dan keseragaman yang tepat (Veeger, 1993).

Pada dasarnya manusia hidup saling membutuhkan satu dengan yang lain, sehingga manusia disebut sebagai makhluk sosial. Manusia hidup saling ketergantungan, mereka selalu saling menguntungkan, sama halnya dalam wirausaha karena manusia berinteraksi dengan orang lain dan bisa belajar dari orang lain. Usaha dalam berwirausaha melahirkan kerjasama untuk membangun usaha bersama, sekaligus berkompetisi meraih kesuksesan dalam bidang yang ditekuni. Hal tersebut juga didorong dengan adanya motivasi yang tinggi. Dorongan untuk mencapai prestasi yang tinggi disebut motivasi berpestasi. Motivasi berpestasi sangat menentukan tingkah seseorang dalam berwirausaha.


(32)

Individu dengan motivasi yang tinggi tentunya akan berkerja keras untuk meraih yang terbaik.

Menurut Surahmad (1982), motivasi yang mendasari mahasiswa terlihat dalam keaktifannya terbagi menjadi dua hal, yaitu :

a. Motivasi instrinsik

Motivasi ini terdiri dari kesadaran politik dan kemampuan. Kesadaran politik adalah suatu tingkatan kesadaran manusia di mana dia paham, sadar dan mengerti akan posisinya dalam melakukan sesuatu. Kesadaran ini dimulai dari mendengar, melihat, mengerti dan menyikapinya atas dasar realita yang ada. Realitas tersebut bisa berupa kondisi masyarakat atau yang dialami sendiri, sedangkan kemampuan dalam hal ini berhubungan dengan intelektualitas dan skill yang dimiliki mahasiswa yang selama ini bergelut dengan teori-teori mulai membutuhkan wadah sebagai sarana memprakarsai teori-teori yang dimiliki dengan praktik yang yanta. Apabila praktik tersebut sesuai atau tidak di lapangan, namun harus di uji.

b. Motivasi ekstrinsik

Motivasi ini dimulai dari peer group dan simbol penggerak. Peer group adalah lingkungan sosial diluar individu dimana proses sosialisasi dan transformasi dapat berjalan. Dalam hal ini, mahasiswa terdapat di lingkungan kampus dimana tempat mereka berkumpul, dan beraktifitas.

Dari pernyataan diatas, dapat ditarik kesimpulan tentang motivasi mahasiswa dalam wirausaha dipengaruhi oleh kesadaran akan kebutuhan diri sendiri dan didorong oleh lingkungan sosial tempat mereka beraktifitas dan dengan melihat


(33)

realita mereka mulai termotivasi untuk berinovasi melakukan sesuatu dengan berwirausaha.

E. Tinjauan Tentang Proses Wirausaha

Menurut Noore (Bygrave, 1996), proses kewirausahaan di awali dengan inovasi. Inovasi tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor baik yang berasal dari pribadi maupun luar pribadi, seperti pendidikan, sosiologi, organisasi, kebudayaan, dan lingkungan. Faktor-faktor tersebut berbentuk locus of control, kreativitas, keinovasian, implementasi, dan pertumbuhan yang kemudian berkembang menjadi wirausaha yang besar. Secara internal, keinovasian dipengaruhi oleh faktor yang berasal dari individu, seperti locus of control, toleransi, pendidikan, nilai-nilai, dan pengalaman. Sedangkan faktor yang berasal dari lingkungan yang mempengaruhi diantaranya model, peran, aktivitas, dan peluang. Oleh karena itu inovasi berkembang menjadi kewirausahaan melalui proses yang dipengaruhi lingkungan, organisasi dan keluarga (Suryana 2001).

Secara ringkas model proses kewirausahaan menurut Alma (2007) mencakup tahap-tahap sebagai berikut :

a. Proses inovasi

b. Proses pemicu

c. Proses pelaksanaan

d. Proses pertumbuhan

Dapat ditarik kesimpulan dari pernyataan-pernyatan diatas bahwa proses wirausaha melalui beberapa tahan, seperti tahap inovasi yang menjadi pemicu


(34)

dilaksanakannya wirausaha. Dengan kata lain proses wirausaha yakni mulai proses mencari peluang usaha baru, mencari momen yang tepat untuk memulai bisnis, mulai dengan memaksimalkan kemampuan yang ada dan berproses menuju tangga sukses.

F. Kewirausahaan dalam Perspektif Sosiologi

Menurut Loekman Soetrisno (1997), masalah kewirausahaan dan kaitannya dengan perkembangan ekonomi suatu bangsa untuk pertama kali diangkat oleh seorang sosiolog Jerman yang bernama Max Webber. Webber melihat bahwa sesudah Eropa mengalami proses Reformasi Protestan, di benua itu muncul suatu jenis manusia baru. Manusia baru ini menurut Webber mempunyai budaya yang berbeda dalam sikap bekerja dan terhadap hidup pada umumnya. Manusia Eropa baru ini kebanyakan adalah pemeluk agama Kristen Protestan yang merupakan manusia pekerja keras, hidup sederhana, dan sangat mendambakan kemandirian. Sifat inilah yang kemudian mampu mendorong munculnya Eropa sebagai benua kapitalis industrial. Dengan kata lain, Webber melihat bahwa sifat kewirausahaan itu muncul sebagai akibat dari suatu reformasi budaya.

Sebelum muncul gerakan Reformasi Protestan, benua Eropa masih didominasi oleh Gereja Roma Katolik, orang-orang Eropa masih sangat berpengaruh oleh ajaran-ajaran agama Roma Katolik yang mengajarkan kesetiaan total pada ajaran agama, dengan cara mengabdikan seluruh hidupnya pada tuhan. Pemeluk agama ini juga sangat tergantung pada imam Gereja Roma Katolik dalam upaya pencapaian kehidupan surgawi. Sebaliknya, agama Protestan mengajarkan pada para pemeluk agamanya bahwa tugas utama manusia adalah bekerja


(35)

sebaik-baiknya dalam setiap tugas yang diberikan oleh Tuhan kepada mereka sebagai manusia. Bekerja sebaik-baiknya bagi orang Protestan merupakan manifestasi dari kebaktian mereka pada Tuhan. Gereja Protestan juga mengajarkan bahwa tuhan sudah menentukan siapa-siapa dari manusia yang boleh naik surga dan adalah tugas setiap orang dalam berupaya keras untuk masuk dalam kelompok yang terpilih itu dengan cara hidup sederhana.

Dua ajaran pokok inilah yang mendorong timbulnya etos kerja keras serta hidup sederhana di kalangan para pemeluk agama itu. Karena pemeluk agama Protestan harus bekerja keras, namun dilarang menggunakan hasil kerja keras mereka untuk hidup yang berlebih-lebihan, maka pemeluk agama ini cenderung untuk menggunakan hasil kerja keras mereka untuk tujauan perluasan usaha mereka yang dari segi ajaran agama merupakan pekerjaan yang mulai karena hal itu membantu sesama manusia.

Lebih lanjut Loekman Soetrisno (1997) mengatakan bahwa memasuki abad 21, kewirausahaan sewajarnya harus menjadi proses pembangunan di negara kita. Pendapat ini mempunyai beberapa alasan. Pertama, abad 21 adalah abad perdagangan, dalam arti bahwa pada abad yang akan datang kesejahteraan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kemampuan untuk memperdagangkan barang-barang yang mereka produksi di pasar internasional yang bersifat kompetitif.

Dalam kelas ini, bukan lagi kelas pedagang konvensional yang kita butuhkan, melainkan suatu kelas pedagang jenis baru yang tidak hanya menjual barang mereka, tetapi juga memiliki kemampuan dan keberanian untuk bersaing dengan


(36)

pedagang lain di pasar internasional. Dengan kata lain, dibutuhkan kelas pengusaha modern yang berdagang berdasarkan teknik berdagang yang canggih.

Alasan yang kedua, dari kepentingan dalam dunia usaha dibutuhkan seorang wirausahawan untuk mengefektifkan dana-dana pembangunan, dan untuk

menciptakan suatu sistem ekonomi nasional yang sustainable. Bangsa yang yang

tidak memiliki kelompok wirausaha yang kuat akan mengalami pemborosan dana pembangunan. Karena bangsa itu tidak dapat memanfaatkan dana untuk menciptakan kegiatan-kegiatan ekonomi yang mampu menjadi sumber dana pembangunan baru. Suatu bangsa yang tidak memiliki kelas wirausaha yang banyak tidak akan mampu menciptakan suatu sistem pembangunan yang sustainable, baik dari segi lingkungan, sosial, ekonomi, maupun politik.

Menurut Loekman Soetrisno (1997) seorang pengusaha yang tidak memiliki jiwa kewirausahaan akan melihat bahwa sumber daya alam yang dimiliki oleh bangsanya bukan sebagai asset yang harus dijaga untuk kelestarian usaha mereka, melainkan sebagai alat untuk mencapai keuntungan atau kekayaan dengan cepat. Akibat tindakan pengusaha seperti ini membuat lingkungan menjadi rusak, sumber alam menjadi terkuras, dan bangsa itu secara keseluruhan menjadi miskin.

Kemiskinan yang diderita oleh suatu bangsa karena ulah beberapa pengusaha dapat menimbulkan ketegangan dalam masyarakat, antara kelompok yang merasa dirugikan dan pengusaha itu sendiri. Apabila pengusaha itu kebetulan berasal dari etnis yang berbeda dengan etnis masyarakat yang merasa dirugikan oleh pengusaha, maka hal ini dapat membakar terjadinya konflik antar suku, yang


(37)

sosial suatu bangsa, kewirausahaan dalam pengembangan dunia usaha merupakan hal yang sangat krusial.

Perusahaan yang dikembangkan tanpa semangat kewirausahaan akan

menyebabkan perusahaan itu berkembang secara tidak stabil. Ketidakstabilan perusahaan akan mendorong timbulnya berbagai upaya dari pengusaha untuk membuat usaha stabil dengan cara menekan upah buruh, ,mengurangi tenaga buruh dan sebagainya, yang akan mengakibatkan pengangguran dan eksploitasi terhadap buruh.

Sebaliknya, seorang pengusaha yang memiliki kewirausahaan tinggi akan mengusahakan stabilitas usahanya melalui penguatan kualitas, manajerial perusahaannya, dan perbaikan kesejahteraan sosial pada buruhnya. Dengan demikian, seorang pengusaha yang mempunyai kemampuan kewirausahaan tinggi akan merasa sangat berkepentingan untuk menciptakan lingkunagn kerja yang sehat dari segi sosial dalam perusahannya.

G. Tinjauan Tentang Mahasiswa

1. Pengertian Mahasiswa

Mahasiswa adalah seseorang yang sedang menuntut ilmu atau sedang menjalankan proses belajar di Perguruan Tinggi Negeri maupun Swasta. Sedangkan menurut Peraturan Akademik Universitas Lampung yang dimaksud Mahasiswa adalah Peserta didik laki-laki atau perempuan yang terdaftar dan belajar di Unila setelah lulus seleksi masuk yang diselenggarakan secara resmi oleh Universitas Lampung (Unila, 2009:3).


(38)

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990), mahasiswa adalah orang yang belajar atau menuntut ilmu di perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta. Sedangkan menurut Adnan dan Arfan Pradiansyah (1999), mahasiswa merupakan kelompok generasi muda elit dari masyrakat yang mempunyai sifat dan watak keberanian dan kepeloporan. Berperan sebagai kekuatan moral dan berfungsi sebagai kontrol sosial serta sebagai anak-anak pembaharu bangsa.

Jadi dapat disimpulkan bahwa mahasiswa adalah orang yang belajar atau menuntut ilmu di perguruan tinggi baik negeri maupun swasta yang memiliki jiwa kepeloporan, intelektual, dan merupakan kelompok elit di lingkungan masyarakat yang akan menjadi anak-anak pembaharu bangsa.

Menurut Kode Etik Universitas Lampung (Unila, 2009: 67) yang merupakan hak dan kewajiban mahasiswa adalah sebagai berikut:

a. Hak Mahasiswa

1. Memperoleh pendidikan, pengajaran dan layanan bidang akademik yang

sebaik-baiknya sesuai dengan minat, kemampuan, dan bakat.

2. Memanfaatkan fasilitas akademik dan umum di Unila untuk memperlancar

proses pembelajaran.

3. Mendapat bimbingan dari dosen yang bertanggung jawab atas program

studi yang diikutinya dalam rangka penyelesaian studi.

4. Memperoleh layanan informasi tentang program studi yang diikutinya dan

hasil belajarnya.

5. Menyelesaikan studi lebih awal dari ketentuan lama studi yang ditetapkan


(39)

6. Menggunakan kebebasan akademik secara bertanggung jawab.

7. Alih program studi di lingkungan Unila dengan memenuhi persyaratan

yang ditentukan dan apabila daya tampung program studi yang bersangkutan masih memungkinkan.

8. Pindah program studi ke luar Unila, tetapi setelah pindah tidak diizinkan kembali ke Unila.

9. Memperoleh layanan kesejahteraan sesuai dengan ketentuan

perundang-undangan yang berlaku.

10. Ikut serta dalam kegiatan dan menjadi pimpinan organisasi kemahasiswaan

Unila.

11. Memanfaatkan jalur perwakilan/organisasi kemahasiswaan untuk

mengurus kepentingan mahasiswa, baik akademik maupun nonakademik.

12. Memperoleh pelayanan khusus bagi yang menyandang cacat sesuai dengan

kemampuan Unila.

13. Membela diri jika terkena tuduhan melanggar Peraturan Akademik dan Kode Etik Mahasiswa sebelum dikenakan sanksi.

14. Naik banding jika sanksi telah dijatuhkan.

b. Kewajiban Mahasiswa

1. Belajar tekun sampai menyelesaikan program studi yang diikutinya.

2. Menanggung biaya penyelenggaraan pendidikan, kecuali bagi mahasiswa

yang dibebaskan dari kewajiban tersebut berdasarkan keputusan Rektor.

3. Menjunjung tinggi, mengindahkan, dan melaksanakan Norma Umum dan

Etika Umum warga Unila.


(40)

5. Mengindahkan dan melaksanakan Etika Mahasiswa Unila.

2. Karakteristik Mahasiswa

Damanhuri (1985), mengatakan bahwa mahasiswa mempunyai karakter sebagai berikut :

1. Mereka adalah kelompok orang muda. Oleh karena itu, berkarakteristik yang

diwarnai oleh sifat pada umumnya tidak selalu puas terhadap lingkungan dimana mereka menginginkan berbagai perubahan dengan cepat dan mendasar.

2. Mereka adalah yang menjalani sistem pendidikan tinggi, oleh karenanya nafas

dan sifat akademik akan memberi ciri khas yang kuat dengan gerak langkahnya, yakni sikap objektif, rasional, kritis, dan skeptif.

3. Mereka adalah kelompok yang relatif “independen” karena belum memiliki

keterkaitan finansial, birokratis, terhadap pihak manapun, karenanya ciri spontanitas dan lugas dalam bersikap memberi pandangan sangat kuat.

4. Mereka adalah kelompok yang menjadi subsistem masyarakan secara

keseluruhan, baik secara lokal, regional, nasional maupun internasional. Oleh karenanya, dengan menata konstelasi yang berkembang dengan latar belakang kemudahan, keilmuan, dan keindependensian.

3. Tipe-tipe Mahasiswa

Adnan dan Arfan Pradiansyah (1999) membagi mahasiswa dalam 5 tipe, diantaranya:


(41)

1. Kelompok idealis konfrontif. Mereka adalah kelompok yang aktif dalam diskusi (organisasi)/ lembaga swadaya masyarakat (LSM). Kegiatan mereka senantiasa bernuansa pemikiran kritis mengenai perkembangan politik, ekonomi, sosial serta teori-teori yang mendasaari.

2. Kelompok idealis realistis. Kelompok ini juga aktif dalam berbagai diskusi (organisasi)/ LSM. Kelompok ini banyak menggagas ide-ide perbaikan kehidupan berbangsa dan bernegara.

3. Kelompok oportunis. Berbeda dengan keduanya di atas, kelompok ini

cenderung untuk membela pemerintah dan berpihak pada pemerintah.

4. Kelompok profesional. Mereka adalah mahasiswa berorientasi

profesionalisme dan kurang berminat terhadap masalah-masalah ekonomi, sosial, politik maupun berorganisasi. Mereka memilih segera menyelesaikan studi secepatnya, kemudian memperoleh pekerjaan yang dapat menjamin masa depan.

5. Kelompok glamor. Mereka ini hampir sama dengan kelompok profesional

yang kurang berminat terhadap masalah-masalah ekonomi, sosial, politik maupun berorganisasi. Bedanya kelompok ini memiliki ciri yang menonjol yaitu penampilannya cenderung glamor dan gaya hidup mengikuti mode.

Dapat disimpulkan dari pandangan dan pemikiran di atas, bahwa mahasiswa adalah kelompok generasi muda yang mempunyai watak kritis, kebenarian, kepeloporan sebagai wujud dan respon terhadap krisis yang timbul dan sedang dihadapi masyarakat yang diperolehnya memalui proses belajar.


(42)

H. Tinjauan Tentang Kegagalan dalam Wirausaha

Menurut Zimmerer (dalam Suryana, 2006 ) ada beberapa faktor yang menyebabkan wirausaha gagal dalam menjalankan usaha barunya:

Tidak kompeten dalam manajerial.

Tidak kompeten atau tidak memiliki kemampuan dan pengetahuan mengelola usaha merupakan faktor penyebab utama yang membuat perusahaan kurang berhasil.

Kurang berpengalaman baik dalam kemampuan mengkoordinasikan, keterampilan mengelola sumber daya manusia, maupun kemampuan mengintegrasikan operasi perusahaan.

Kurang dapat mengendalikan keuangan. Agar perusahaan dapat berhasil dengan baik, faktor yang paling utama dalam keuangan adalah memelihara aliran kas. Mengatur pengeluaran dan penerimaan secara cermat. Kekeliruan

memelihara aliran kas menyebabkan operasional perusahan dan

mengakibatkan perusahaan tidak lancar. Gagal dalam perencanaan.

Perencanaan merupakan titik awal dari suatu kegiatan, sekali gagal dalam perencanaan maka akan mengalami kesulitan dalam pelaksanaan.

Lokasi yang kurang memadai.

Lokasi usaha yang strategis merupakan faktor yang menentukan keberhasilan usaha. Lokasi yang tidak strategis dapat mengakibatkan perusahaan sukar beroperasi karena kurang efisien.


(43)

Pengawasan erat berhubungan dengan efisiensi dan efektivitas. Kurang pengawasan mengakibatkan penggunaan alat tidak efisien dan tidak efektif. Sikap yang kurang sungguh-sungguh dalam berusaha.

Sikap yang setengah-setengah terhadap usaha akan mengakibatkan usaha yang dilakukan menjadi labil dan gagal. Dengan sikap setengah hati, kemungkinan gagal menjadi besar.

Ketidakmampuan dalam melakukan peralihan/transisi kewirausahaan.

Wirausaha yang kurang siap menghadapi dan melakukan perubahan, tidak akan menjadi wirausaha yang berhasil. Keberhasilan dalam berwirausaha hanya bisa diperoleh apabila berani mengadakan perubahan dan mampu membuat peralihan setiap waktu.

Selain faktor-faktor yang membuat kegagalan wirausahawan, Zimmerer (dalam Suryana 2006) mengemukakan beberapa potensi yang membuat seseorang mundur dari kewirausahaan, yang disebabkan berikut ini.

1. Pendapatan yang Tidak Menentu

Baik pada tahap awal maupun tahap pertumbuhan, dalam bisnis tidak ada jaminan

untuk terus memperoleh pendapatan yang berkesinambungan. Dalam

kewirausahaan, sewaktu-waktu dapat mengalami kerugian dan keuntungan. Tingkat kepastian dalam bisnis berpotensi mundurnya seseorang dari kewirausahan.

2. Kerugian Akibat Hilangnya Modal Investasi

Tingkat kegagalan bagi usaha baru sangatlah tinggi. Tingkat kegagalan/mortalitas usaha kecil di Indonesia mencapai 78% (Wirasasmita, 1998 dalam Suryana,


(44)

2006). Kegagalan investasi dapat mengakibatkan seseorang mundur dari dunia kewirausahaan. Padahal, bagi wirausahawan, kegagalan sebaiknya dijadikan pelajaran berharga.

3. Berwirausaha Memerlukan Kerja Keras dan Waktu yang Lama

Wirausahawan biasanya bekerja sendiri dari mulai pembelian, pengolahan, penjualan, dan pembukuan. Apabila tidak dibarengi dengan kesabaran dan ketabahan dalam menggeluti berbagai masalah dan tantangan dapat berpeluang mundurnya seseorang dari kewirausahaan. Bagi wirausahawan yang berhasil pada umumnya menjadikan tantangan sebagai peluang yang harus dihadapi dan ditekuni.

4. Kualitas Kehidupan yang Tetap Rendah Meskipun Usahanya Mantap

Kualitas kehidupan yang tidak segera meningkat dalam usaha, akan mengakibatkan seseorang menjadi putus asa dan mungkin mundur dari kewirausahaan. Wirausahawan sejati tentunya tidak akan mudah pasrah, justru keadaan yang dihadapi mendorongnya untuk terus mengadakan perbaikan-perbaikan dan memacu untuk maju terus pantang mundur.

Berdasarkan beberapa pengertian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa

kegagalan dalam kewirausahaan mempunyai dampak yang serius. Kita harus bisa

mencermati faktor-faktor tesebut dengan teliti dan berusaha mencari jalan keluar dari setiap permasalahn yang ada. Seperti diketahui, pada umumnya seorang berangkat menjadi wirausahawan dengan modal sikap diri pada tingkat tertentu agar terhindar dari kegagalan. Sikap mental faktor yang dimiliki pada tingkat


(45)

tersebut bukanlah suatu yang sudah final, tapi harus terus dipupuk dan dikembangkan sehingga mencapai kualitas manusia sempurna, dimana aspek-aspek sikap mental tersebut sudah mencapai tingkatan yang tertinggi. Sebagai contoh misalnya sikap percaya diri wirausahawan. Sikap ini bila tidak dipupuk akan merosot menjadi sikap ragu-ragu dan sebaliknya sikap ini dapat meningkat sehingga sikap percaya dirinya lebih tebal. Contoh lain misalnya kejujuran atau sikap amanah/dapat dipercaya. Sikap ini juga dapat luntur sehingga wirausahawan bisa berbuat ingkar dari kesepakatan yang telah dibuat atau sebaliknya sikap ini lebih meningkat sehingga wirausahawan menjadi lebih terpercaya.

Setelah kita ketahui faktor-faktor kegagalan usaha, maka kita harus memperhatikan faktor-faktor tersebut dan berusaha untuk menghindarinya apabila faktor-faktor tersebut dilanggar akibatnya wirausahawan kemungkinan akan menggali krisis diri sementara perusahaan akan gagal dan kemungkinan pailit/bangkrut. Di samping itu, faktor penyebab kegagalan wirausahawan pada umumnya dikarenakan 2 (dua) faktor, yaitu : (a) faktor eksternal, (b) faktor internal. Secara rinci unsur-unsur kedua faktor tersebut adalah :

a. Faktor Eksternal

Faktor eksternal pada umumnya dicirikan dengan keadaan lingkungan perusahaan yang dapat berakibat kegagalan perusahaan apabila keadaan lingkungan tersebut kurang menguntungkan/mendukung bagi perusahaan. Unsur-unsur faktor eksternal tersebut antara lain yaitu :

Berubahnya Nilai - Nilai Selera Masyarakat

Perubahan selera masyarakat diimplikasikan dari semakin tingginya kesadaran masyarakat akan nilai-nilai manusiawi, atau semakin dewasanya masyarakat


(46)

implikasinya terhadap dunia pendidikan dan pendapat masyarakat sehingga selera konsumsi mereka berubah.

Perubahan-perubahan itu akan berdampak negatif apabila usaha tidak tanggap dan lambat menyesuaikan diri. Dampak negatif yang paling fatal adalah bangkrutnya usaha.

Perubahan Teknologi

Seperti diketahui, di abad sekarang ini telah terjadi perkembangan dramatis dibidang teknologi menjadikan perusahaan dapat berproduksi dan beroperasi dengan efesien dan efektif. Perusahaan-perusahaan yang cepat menyesuaikan diri mengikuti perubahan tersebut akan lebih unggul dalam persaingan dan sebaliknya perusahaan yang lambat menyesuaikan diri akan terpuruk yang pada ujungnya akan bangkrut.

Persaingan Industri

Tajam dan kerasnya persaingan dapat berakibat tersingkirnya perusahaan karena tidak mampu/kalah bersaing. Ketidakmampuan bersaing ini akan berakibat bangkrutnya perusahaan.

Perubahan pada Penyalur, Kreditur dan Penyuplai Bahan Baku

Penyalur, kreditur, dan penyuplai bahan baku sebagai perusahaan mempunyai kemungkinan merubah kebijaksanaan-kebijaksanaan perusahaannya. Perubahan kebijaksanaan mereka sudah barang tentu akan berpengaruh terhadap perusahaan. Pengaruh negatif dari berubahnya kebijaksanaan-kebijaksanaan perusahaan tersebut mempunyai kemungkinan/berakibat pada bangkrutnya perusahaan.


(47)

Faktor eksternal di atas cukup efektif berpengaruh terhadap perusahaan. Namun perusahaan hanya mampu menyesuaikan diri terhadap pengaruh tersebut dan tidak mampu mempengaruhinya karena sifat faktor eksternal ini tidak terkontrol (di luar kendali) bagi perusahaan.

b. Faktor Internal

Kendatipun berbeda dengan faktor yang tidak terkontrol itu, faktor internal lebih berisifat terkontrol (dalam kendali) bagi perusahaan. Namun apabila perusahaan lengah, faktor internal juga dapat berakibat fatal dengan bangkrutnya usaha kita. Unsur-unsur faktor internal itu adalah sebagai berikut :

Faktor Internal yang Berada Pada Diri Wirausahawan

Seperti dikemukakan, kewirausahaan mempuyai 2 (dua) aspek yaitu aspek sikap mental wirausahawan dan aspek perusahaan. Kedua aspek ini mempunyai pengaruh terhadap pailitnya perusahaan, yaitu :

1. Rasa Cepat Puas Diri

Proses cepat puas diri biasanya dialami pengusaha setelah mereka meraih keberhasilan sesaat. Keberhasilan ini menimbulkan kebanggaan dan apabila rasa bangga tersebut berlebihan sehingga menimbulkan cepat puas diri. Implikasi cepat puas diri menimbulkan kelengahan, menurunnya kreativitas, tumpulnya inovasi dan lain-lain yang kesemuanya itu kemudian daya saing ini berkelanjutan akibatanya fatal, yaitu kemungkinan perusahaan mengalami kebangkrutan.

2. Timbulnya Rasa Malas

Wirausahawan sebagai manusia juga mempunyai rasa malas. Bila sikap ini menebal akan mengakibatkan intensitas dan frekeuensi aktivitas wirausahawan


(48)

menurun yang berakibat pada lemahnya kemampuan inovasi, kreativitas dan lain-lain. Apabila ini terjadi dalam jangka waktu yang lama, akan menjadikan kegiatan perusahaan juga menurun yang pada gilirannya akan berakibat pada perusahaan. Akibat pada tahap akhir berupa kerugian yang apabila terus menerus diderita berakibat pada kebangkrutan.

Pupusnya Sikap Kewirausahaan

Sikap mental kewirausahaan orang seseorang dapat menebal bila dipupuk, dipelihara dan dikembangkan. Tapi juga sebaliknya dapat pupus apabila tidak terpelihara dan dikembangkan serta semakin menebalnya rasa enggan, malas, dan puas diri. Oleh karena itu dengan pupusnya sikap kewirausahaan pada diri kita maka usaha yang kita bangun cenderung negatif sehingga merugi yang kemudian menjadi pailit/bangkrut.

Lemahnya Perencanaan

Karena perencanaan yang lemah, belum adanya rencana bisnis yang tertulis, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Maka jalannnya bisnis menjadi tidak jelas.. Kita seharusnya mengambil langkah yang jelas dalam hal prioritas di setiap area dari pekerjaan kita dan tetap menentukan strategi apa yang paling penting dalam waktu sekarang ini. Kita harus memilih mana yang harus dilakukan sekarang dan mana yang harus dilakukan nanti. Jadi kita harus merencanakan bisnis kita sebaik mungkin.


(49)

Faktor Internal Perusahaan

Faktor-faktor internal perusahaan biasanya meliputi aspek-aspek pemasaran, produksi, SDM dan administrasi umum. Kekeliruan dalam merumuskan kebijaksanaan dan program perusahaan akan berakibat, awalnya, dideritanya kerugian. Selanjutnya apabila kerugian diderita dalam jangka waktu yang relatif panjang pada akhirnya tutupnya perusahaan. Faktor penyebab kegagalan aspek-aspek internal perusahaan ini pada dasarnya dicirikan dengan semakin lemahnya daya saing perusahaan sehingga secara perlahan-lahan perusahaan terpuruk dan kemudian berakibat pada kehancuran perushaan. Aspek-aspek yang menjadijkan lemahnya perusahaan antara lain adalah :

a. Semakin ditinggalkannya produk kita oleh konsumen. Indikatornya adalah

menurunnya penjualan. (kualitas produk rendah, penyajian produk kurang disukai).

b. Produktivitas semakin rendah, akibatnya kemerosotan SDM.

c. Biaya operasi semakin tinggi karena operasi perusahaan tidak efisien dan efektif.

Kurang harmonisnya/terganggu hubungan dengan supllier, kreditur, penyalur karena kebijaksaan perusahaan yang kurang fleksibel mengakibatkan operasi perusahaan seperti kegiatan produksi terganggu tersalurnya produk perusahaan ke pasar. Apabila gangguan ini dialami dalam waktu yang realtif panjang mustahil usaha kita dapat bertahan lama.


(50)

III. METODE PENELITIAN

A. Tipe Penelitian

Masyuhuri dan Zainuddin (2008), menyebutkan bahwa metode penelitian merupakan suatu pengkajian dalam mempelajari peraturan-peraturan yang terdapat dalam penelitian. Sedangkan tipe penelitian merupakan cara utama yang digunakan untuk mencapai tujuan dengan menggunakan teknik serta alat-alat tertentu. Tipe penelitian ini merupakan penelitian yang bertipe deskriptif (menggambarkan) dengan pendekatan kualitatif, yakni jenis penelitian yang berupaya menggambarkan suatu fenomena atau kejadian dengan apa adanya (Moloeng, 2005). Hal tersebut didasarkan karena penelitian ini menghasilkan data-data berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.

Menurut Nawawi dan Hadari (1993), penelitian kualitatif objeknya adalah manusia, objek itu diteliti sebagaimana adanya atau dalam keadaan sewajarnya dan secara naturalistik (natural setting.) Dalam proses penelitian kualitatif, data yang didapatkan berisi perilaku dan keadaan individu secara keseluruhan. Penelitian kualitatif menunjukan pada prosedur riset yang menghasilkan data kualitatif, ungkapan atau catatan orang itu sendiri.


(51)

Penelitian ini berbentuk kualitatif karena data-data yang dikumpulkan di lapangan adalah data-data yang berbentuk kata dan perilaku, kalimat, skema, dan gambar dengan latar alami, manusia sebagai instrumen. Kemudian data-data tersebut digunakan untuk menjelaskan dan mendeskripsikan fenomena sosial yang diteliti.

B. Fokus Penelitian

Pentingnya fokus penelitian dalam penelitian kualitatif adalah untuk membatasi studi dan bidang kajian penelitian. Tanpa adanya fokus penelitian, maka peneliti akan terjebak pada melimpahnya volume data yang diperolehnya di lapangan. Karena itu, fokus penelitian memiliki peranan yang sangat penting dalam membimbing dan mengarahkan jalannya penelitian. Melalui fokus penelitian ini, suatu informasi di lapangan dapat dipilih sesuai dengan konteks permasalahan. Sehingga rumusan masalah dan fokus penelitian saling berkaitan karena permasalahan penelitian dijadikan acuan penentuan fokus penelitian, meskipun fokus dapat berubah dan berkurang sesuai dengan data yang ditentukan di lapangan.

Lexy J. Moleong (2000) dalam bukunya mengatakan bahwa tujuan dari membuat fokus penelitian adalah:

1. Untuk membatasi studi agar tidak melebar.


(52)

Dengan adanya fokus penelitian, akan dihindari pengumpulan data yang melebar. Oleh karena itu penelitian ini difokuskan pada:

a. Alasan mengapa tertarik berwirausaha

b. Proses dalam berwirausaha

c. Faktor-faktor penyebab kegagalan dalam berwirausaha

C. Penentuan Informan

Informan dalam penelitian ini dilakukan secara purpose sampling (sampling bertujuan), artinya infoman dipilih berdasarkan pertimbangan bahwa informan mengetahui dan terlibat langsung dalam kegiatan berwirausaha terutama di kawasan Universitas Lampung.

Dalam memilih informan, menurut Spradly (dalam Faisal, 1990) supaya lebih terbukti perolehan informasinya, ia mengajukan beberapa kriteria yang perlu dipertimbangkan antara lain, yaitu:

1. Subyek yang telah lama dan intensif dengan suatu kegiatan atau aktivitas yang menjadi sasaran atau perhatian dan biasanya ditandai oleh kemampuan memberikan informasi di luar kepala tentang sesuatu yang ditanyakan peneliti.

2. Subyek yang masih terkait secara penuh dan aktif pada lingkungan atau kegiatan yang menjadi sasaran atau perhatian peneliti.

3. Subyek yang mempunyai cukup banyak informasi, banyak waktu, dan


(53)

Adapun kriteria informan yang dipilih dalam penelitian ini adalah:

1. Informan yang terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial Ilmu

Politik Universitas Lampung

2. Mahasiswa yang sedang atau pernah berwirausaha

3. Mempunyai pengetahuan yang cukup luas mengenai masalah yang

sedang diteliti

Informan yang ditentukan peneliti adalah para Mahasiswa yang berwirausaha di FISIP Universitas Lampung yang terdiri dari 9 orang, yaitu sebagai berikut:

Tabel. 4. Data Identitas Informan Identitas

Informan

Jurusan Angkatan Umur Usaha yang dijalani

Informan I Sosiologi 2009 22 Jual Pulsa

Informan II Sosiologi 2009 22 Budidaya Ikan Lele

Informan III Sosiologi 2010 20 Advertising

dan Agen pulsa

Informan IV Sosiologi 2010 21 Pisang Coklat dan Lumpia

Jamur

Informan V Ilmu

Komunikasi

2009 22 On Line Shop (Pakaian)

Informan VI Ilmu

Komunikasi

2009 19 Konter Pulsa dan Oriflame

Informan VII Ilmu

Administrsi Bisnis

2009 22 Jus Aneka Buah

Informan VIII

Ilmu Pemerintahan

2009 23 On Line Shop (Tas)

Informan IX Ilmu

Administrsi Negara

2009 21 Usaha Lekker, Rental


(54)

Dalam penelitian ini, peneliti bertemu langsung dengan para informan/narasumber di kampus, hal ini dikarenakan kesibukan masing – masing para informan, dan keterbatasan waktu serta dana peneliti, waktunya juga menyesuaikan dengan waktu kosong para informan. Setelah wawancara selesai peneliti meminta izin untuk melihat dan menganbil dokumentasi dalam bentuk foto tempat usaha para informan.

D. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian merupakan tempat dimana peneliti melakukan penelitian terutama dalam menangkap fenomena atau peristiwa yang sebenarnya terjadi dari obyek yang diteliti dalam rangka mendapatkan data-data dalam penelitian yang akurat. Penelitian ini akan dilakukan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung (Unila). Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja dengan pertimbangan bahwa mahasiswa FISIP Universitas Lampung ada yang menjalankan wirausaha baik yang pernah mengalami kegagalan lalu bangkit kembali membangun usahanya maupun yang mengalami kegagalan dan tidak melanjutkan kembali usahanya.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan bagian yang paling penting dalam setiap bentuk penelitian. Oleh karena itu, berbagai hal yang merupakan bagian dari keseluruhan proses pengumpulan data harus benar-benar dipahami oleh setiap peneliti. Adapun teknik pengumpulan data yang akan dipergunakan peneliti adalah sebagai berikut :


(55)

1. Wawancara

Wawancara adalah metode pengambilan data dengan cara menanyakan sesuatu kepada seseorang responden, caranya adalah dengan bercakap-cakap secara tatap muka. Wawancara dipergunakan untuk memperoleh data-data mengenai faktor-faktor penyebab kegagalan wirausaha di kalangan mahasiswa. Wawancara akan dilakukan dengan menggunakan pedoman wawancara yaitu pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada informan.

2. Dokumentasi

Teknik dokumentasi dipergunakan untuk menghimpun berbagai data sekunder yang memuat informasi tertentu yang bersumber dari dokumen-dokumen yang tertulis. Data-data tersebut berupa buku-buku, majalah, koran, artikel, foto, maupun dokumentasi yang dilakukan pihak lain. Dokumentasi yang diperoleh dalam penelitian ini berupa foto-foto proses berwirausaha mahasiswa dilokasi berlangsungnya mahasiswa menjalani usahanya. Hal ini dilakukan untuk menambah dan memperkuat informasi yang didapat dari hasil wawancara.

3. Studi Pustaka

Pengumpulan data yang dipergunakan pada teknik ini, disesuaikan dengan sumber-sumber data yang dibutuhkan. Misalnya dari buku, majalah, koran, artikel, maupun tulisan ilmiah yang terkait dengan tulisan ini.


(56)

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis kualitatif. Analisis data kualitatif digunakan untuk menjelaskan, mendeskripsikan serta menafsirkan hasil penelitian dengan susunan kata dan kalimat sebagai jawaban atas permasalahan yang diteliti. Teknik analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan analisis kualitatif, yang meliputi tiga tahapan sebagai berikut (Moleong, 2005).

1. Reduksi data,

Reduksi data yaitu proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data yang muncul catatan tertulis dari lapangan.

Reduksi data merupakan suatu bentuk aplikasi yang meragamkan,

mengelompokkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisir data sehingga kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi. Cara yang dipakai dalam reduksi data dapat melalui seleksi ketat dari ringkasan atau uraian singkat dan menggolongkan ke dalam suatu pola yang lebih luas.

2. Penyajian data (display data).

Penyajian data dibatasi sebagai sekumpulan informasi yang tersusun dan memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan serta cara yang utama bagi analisa kualitatif. Dalam penyajian ini sangat membutuhkan kemampuan interpretatif yang baik pada peneliti sehingga dapat menyajikan data secara lebih baik. Penyajian data dilakukan dengan menggunakan kalimat-kalimat yang berisi penjelasan atau anilisis terhadap hal-hal yang dibahas dalam penelitian. Penyajian data dimaksudkan agar lebih mempermudah bagi peneliti untuk dapat melihat


(57)

gambaran secara keseluruhan atau bagian-bagian tertentu dari data penelitian. Hal ini merupakan pengorganisasian data ke dalam suatu bentuk tertentu sehingga kelihatan jelas sosoknya lebih utuh.

Data-data tersebut kemudian dipilih untuk disortir menurut kelompoknya dan disusun sesuai dengan kategori yang sejenis untuk ditampilkan agar selaras dengan permasalahan yang dihadapi, termasuk kesimpulan-kesimpulan sementara diperoleh pada waktu data direduksi.

3. Penarikan Kesimpulan

Langkah terakhir yang dilakukan dalam analisi data adalah penarikan kesimpulan, sehingga hasil wawancara dengan informan dapat ditarik kesimpulannya sesuai dengan masalah dan tujuan penelitian. Pada tahap ini data yang telah dihubungkan satu dengan lainnya sesuai dengan konfigurasi ditarik suatu kesimpulan dari data tersebut.


(58)

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Hasil pembahasan ini menunjukan bahwa faktor-faktor penyebab kegagalan wirausaha di kalangan mahasiswa dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai

berikut :

1. Dari wawancara yang penulis lakukan, dapat diambil kesimpulan alasan

mahasiswa berwirausaha adalah untuk mendapatkan penghasilan tambahan guna memenuhi kebutuhan hidupnya maupun untuk memenuhi keperluan kuliahnya. Selain itu mahasiswa berwirausaha juga karena melihat orang-orang disekitarnya yang sukses berwirausaha sehingga memotivasi mereka untuk ikut berwirausaha

2. Jenis wirausaha yang rata-rata mahasiswa pilih, ternyata sebagian besar

berdasarkan dari hobi. Alasannya adalah agar bisa mejalankan usaha sekaligus menyalurkan hobi.

3. Dari wawancara yang dilakukan, ternyata semua informan pernah mengalami

kegagalan. Baik yang disebabkan oleh faktor intrinsik (dari dalam diri) yang : meliputi rasa cepat puas diri, munculnya rasa bosan dan malas, hilangnya jiwa kewirausahaan, kekurangan modal dan lemahnya perencanaan maupun faktor


(59)

ekstrinsik (faktor lingkungan atau dari luar) yang meliputi berubahnya nilai-nilai selera masyarakat, perubahan teknologi dan persaingan industri.

4. Faktor yang sering muncul dalam kegagalan berwirausaha di kalangan

mahasiswa adalah soal manajemen waktu. Mahasiswa sulit membagi antara waktu kuliah dan waktu untuk menjalankan usaha. Jadwal perkulihaan yang tidak menentu serta tugas kuliah yang terus bertambah membuat mereka kekurangan waktu untuk menjalankan usahanya. Selain itu kurangnya pengalaman juga sangat berpengaruh pada mahasiswa yang berwirausaha, sudah seharusnya mahasiswa yang ingin menjalankan suatu usaha hendaknya dibekali dengan pengetahuan tentang usaha yang akan dia bangun, agar mempermudah jalan usahnya nanti.

5. Faktor ekstrinsik yang sangat mempengaruhi adalah berubahnya nilai-nilai selera

masyarakat. Masyarakat zaman sekarang ini cepat bosan dan sangat mudah tertarik dengan sesuatu hal yang dianggab baru. Jadi para wirausahawan harus bisa melakukan inovasi dalam setiap produk yang akan diperdagankan. Kita harus melakukan perubahan dan jangan terpaku pada satu barang saja. Misalnya mahasiswa yang mempunyai usaha dalam bidang makanan seharusnya selalu mencoba menemukan menu baru yang bisa membuar konsumen tertarik dan tidak bosan. Dengan cara seperti itu kita bisa bertahan dalam persaingan dunia usaha yang semakin kejam.


(60)

6. Dari data yang didapatkan ternyata dari sembilan informan hanya empat orang yang bisa bangkit dari kegagalan sisanya memutuskan untuk beristirahat sampai waktu yang tidak ditentukan. Mereka berhenti atau beristirahat dengan alasan mengumpulkan modal untuk membuka usahanya kembali dan ingin menambah pengetahuan mereka lagi khususnya dalam bidang usaha yang mereka pilih.

B. Saran

Bedasarkan informasi yang telah diungkapkan dalam pembahasan maka peneliti juga merumuskan beberapa saran bagi mahasiswa yang akan dan sedang melakukan wirausaha dan juga bagi orang yang ingin melakukan penelitian lanjutan, berikut beberapa saran yang dapat diuraikan :

1. Saran bagi mahasiswa yang akan dan sedang melakukan wirausaha agar :

a. Mahasiswa diharapkan dapat membaca peluang untuk membuka lapangan

pekerjaan untuk menyelesaikan masalah minimnya lapangan kerja, Bukan hanya memikirkan setelah kuliah hendak mencari kerja dimana. Kita harus merubah pemikiran job seeker menjadi job maker

b. Menjadi seorang wirausaha merupakan salah satu solusi dari permasalahan tidak mendapatkan pekerjaan. Menjadi wirausaha diharapkan akan membuka lapangan pekerjaan untuk mereka yang sedang mencari pekerjaan. Membuka wirausaha menjadikan mahasiswa lebih mandiri dan belajar bagaimana manajemen waktu serta bagaiman mengelola suatu usaha.


(61)

c. Sebelum menjadi wirausaha, mahasiswa dihapakan membekali dirinya dengan pengetahuan yang cukup tentang usaha yang akan dibangun, mempunyai perencanaan yang matang, pengelolaan keuangan yang tidak tercampur antara uang usaha dan uang pribadi serta manajemen waktu yang baik.

d. Apabila mengalami kegagalan, hendaknya jangan mudah putus asa. Evaluasi

usaha kita dan cari tahu penyebab kegagalannya serta pelajari bagaimana cara penanggulannya. Kita harus belajar dari pengalaman orang lain yang pernah mengalami kejadian serupa maupun pengalaman kita sendiri agar bisa menghindari kegagalan selanjutnya. Jadikan kegagalan sebagai cambuk dalam diri kita agar bisa lebih maju lagi.

2. Saran untuk penelitian lanjutan, Semoga skripsi ini bisa menjadi bahan acuan apabila ada mahasiswa lain yang ingin melakukan penelitian yang lebih mendalam lagi terkait tentang penelitian yang saya lakukan.


(62)

DAFTAR PUSTAKA

Adnan dan Pardiyansyah Arfan. 1999. Kisah Perjuangan Reformasi. Jakarta :

Pustaka Sinar Harapan

Ahmad, Sanusi. 1974. Menelaah Potensi Peruguruan Tinggi untuk Membina

Program Kewirausahaan dan Mengantar Perwirausaha Muda, Makalah

Seminar. Bandung : KOPMA-IKIP

Ahmadi, Abu. 2007. Psikologi Sosial. Jakarta. Rineka Cipta.

Alma,B. 2007. Kewirausahaan. Edisi Revisi. Bandung : Alfabeta

Arif dan Nian. 2010. Berani Hidup Kaya, Jurus Jitu Menjadi Entrepreneur Andal.

Yogyakarta : Pustaka Timur

Damanhuri, DS. 1985. Menerobos Kritis. Jakarta : Intisari

Hasibuan, HM. 2001. Manajemen Dasar, Pengertian, Masalah. Jakarta. Bumi

Aksara.

Kamus Besar bahasa Indonesia (edisi 3). 2005. Jakarta Balai Pustaka.

Kolter, Philip, Marketing Management, 10 edition. (Terj : Benjamin Molan. Manajemen Pemasaran Edisi Milienium jilid 1). Jakarta : Prehallindo,2002

Masyhuri dan Zainuddin. 2008. Metodologi Penelitian Pendekatan Praktis dan

Aplikatif. Bandung. Refika Aditama.

Meredith G, Geoffrey. 1996. Kewirausahaan : Teori dan Praktik, Jakarta : Pustaka Binaman Presindo


(63)

Rangkuti, Freddy, 2000.Business Plan : Teknik Membuat Perencanaan Bisnis & Analisis Kasus, Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama

Singaribun dan Sofyan Efendi.1998. Metode Penelitian Sosial. Jakarta : LP#ES

Soetrisno, Loekman. 1997. Kemiskinan, Perempuan, dan Pemberdayaan. Yogyakarta

: Kanisius

Supardi. 2002. Dasar-dasar Perilaku organisasi. Yogyakarta : UII Press

Suryana. 2006. Kewirausahaan, Jakarta : Selemba Empat

Universitas Lampung. 2009. Peraturan Akademik Dan Kode Etik. Bandar Lampung;

Universitas Lampung.

Veeger, KJ. 1993. Pengantar Sosiologi, Buku Panduan mahasiswa. Jakarta. PT

Gramedia.

Winardi. 2003. Entrepreneur & Entrepreneurship. Jakarta : Kencana. Sumber lain :

http://bambang.trisno.staff.mercubuana.ac.id/dl.php. Diakses pada 19 Desember 2012, pukul 13.05

www.unila.ac.id. Diakses pada tanggal 18 Januari 2013, pukul 08.05

http://economy.okezone.com/read/2012/10/13/320/703503/idealnya-jumlah-wirausaha-di-indonesia-4-76-jt-orang. Diakses pada tanggal 5 Februari 2013, pukul 21.05


(1)

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Hasil pembahasan ini menunjukan bahwa faktor-faktor penyebab kegagalan wirausaha di kalangan mahasiswa dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai

berikut :

1. Dari wawancara yang penulis lakukan, dapat diambil kesimpulan alasan mahasiswa berwirausaha adalah untuk mendapatkan penghasilan tambahan guna memenuhi kebutuhan hidupnya maupun untuk memenuhi keperluan kuliahnya. Selain itu mahasiswa berwirausaha juga karena melihat orang-orang disekitarnya yang sukses berwirausaha sehingga memotivasi mereka untuk ikut berwirausaha 2. Jenis wirausaha yang rata-rata mahasiswa pilih, ternyata sebagian besar

berdasarkan dari hobi. Alasannya adalah agar bisa mejalankan usaha sekaligus menyalurkan hobi.

3. Dari wawancara yang dilakukan, ternyata semua informan pernah mengalami kegagalan. Baik yang disebabkan oleh faktor intrinsik (dari dalam diri) yang : meliputi rasa cepat puas diri, munculnya rasa bosan dan malas, hilangnya jiwa kewirausahaan, kekurangan modal dan lemahnya perencanaan maupun faktor


(2)

110

ekstrinsik (faktor lingkungan atau dari luar) yang meliputi berubahnya nilai-nilai selera masyarakat, perubahan teknologi dan persaingan industri.

4. Faktor yang sering muncul dalam kegagalan berwirausaha di kalangan mahasiswa adalah soal manajemen waktu. Mahasiswa sulit membagi antara waktu kuliah dan waktu untuk menjalankan usaha. Jadwal perkulihaan yang tidak menentu serta tugas kuliah yang terus bertambah membuat mereka kekurangan waktu untuk menjalankan usahanya. Selain itu kurangnya pengalaman juga sangat berpengaruh pada mahasiswa yang berwirausaha, sudah seharusnya mahasiswa yang ingin menjalankan suatu usaha hendaknya dibekali dengan pengetahuan tentang usaha yang akan dia bangun, agar mempermudah jalan usahnya nanti.

5. Faktor ekstrinsik yang sangat mempengaruhi adalah berubahnya nilai-nilai selera masyarakat. Masyarakat zaman sekarang ini cepat bosan dan sangat mudah tertarik dengan sesuatu hal yang dianggab baru. Jadi para wirausahawan harus bisa melakukan inovasi dalam setiap produk yang akan diperdagankan. Kita harus melakukan perubahan dan jangan terpaku pada satu barang saja. Misalnya mahasiswa yang mempunyai usaha dalam bidang makanan seharusnya selalu mencoba menemukan menu baru yang bisa membuar konsumen tertarik dan tidak bosan. Dengan cara seperti itu kita bisa bertahan dalam persaingan dunia usaha yang semakin kejam.


(3)

6. Dari data yang didapatkan ternyata dari sembilan informan hanya empat orang yang bisa bangkit dari kegagalan sisanya memutuskan untuk beristirahat sampai waktu yang tidak ditentukan. Mereka berhenti atau beristirahat dengan alasan mengumpulkan modal untuk membuka usahanya kembali dan ingin menambah pengetahuan mereka lagi khususnya dalam bidang usaha yang mereka pilih.

B. Saran

Bedasarkan informasi yang telah diungkapkan dalam pembahasan maka peneliti juga merumuskan beberapa saran bagi mahasiswa yang akan dan sedang melakukan wirausaha dan juga bagi orang yang ingin melakukan penelitian lanjutan, berikut beberapa saran yang dapat diuraikan :

1. Saran bagi mahasiswa yang akan dan sedang melakukan wirausaha agar :

a. Mahasiswa diharapkan dapat membaca peluang untuk membuka lapangan pekerjaan untuk menyelesaikan masalah minimnya lapangan kerja, Bukan hanya memikirkan setelah kuliah hendak mencari kerja dimana. Kita harus merubah pemikiran job seeker menjadi job maker

b. Menjadi seorang wirausaha merupakan salah satu solusi dari permasalahan tidak mendapatkan pekerjaan. Menjadi wirausaha diharapkan akan membuka lapangan pekerjaan untuk mereka yang sedang mencari pekerjaan. Membuka wirausaha menjadikan mahasiswa lebih mandiri dan belajar bagaimana manajemen waktu serta bagaiman mengelola suatu usaha.


(4)

112

c. Sebelum menjadi wirausaha, mahasiswa dihapakan membekali dirinya dengan pengetahuan yang cukup tentang usaha yang akan dibangun, mempunyai perencanaan yang matang, pengelolaan keuangan yang tidak tercampur antara uang usaha dan uang pribadi serta manajemen waktu yang baik.

d. Apabila mengalami kegagalan, hendaknya jangan mudah putus asa. Evaluasi usaha kita dan cari tahu penyebab kegagalannya serta pelajari bagaimana cara penanggulannya. Kita harus belajar dari pengalaman orang lain yang pernah mengalami kejadian serupa maupun pengalaman kita sendiri agar bisa menghindari kegagalan selanjutnya. Jadikan kegagalan sebagai cambuk dalam diri kita agar bisa lebih maju lagi.

2. Saran untuk penelitian lanjutan, Semoga skripsi ini bisa menjadi bahan acuan apabila ada mahasiswa lain yang ingin melakukan penelitian yang lebih mendalam lagi terkait tentang penelitian yang saya lakukan.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Adnan dan Pardiyansyah Arfan. 1999. Kisah Perjuangan Reformasi. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan

Ahmad, Sanusi. 1974. Menelaah Potensi Peruguruan Tinggi untuk Membina Program Kewirausahaan dan Mengantar Perwirausaha Muda, Makalah

Seminar. Bandung : KOPMA-IKIP

Ahmadi, Abu. 2007. Psikologi Sosial. Jakarta. Rineka Cipta. Alma,B. 2007. Kewirausahaan. Edisi Revisi. Bandung : Alfabeta

Arif dan Nian. 2010. Berani Hidup Kaya, Jurus Jitu Menjadi Entrepreneur Andal. Yogyakarta : Pustaka Timur

Damanhuri, DS. 1985. Menerobos Kritis. Jakarta : Intisari

Hasibuan, HM. 2001. Manajemen Dasar, Pengertian, Masalah. Jakarta. Bumi Aksara.

Kamus Besar bahasa Indonesia (edisi 3). 2005. Jakarta Balai Pustaka.

Kolter, Philip, Marketing Management, 10 edition. (Terj : Benjamin Molan. Manajemen Pemasaran Edisi Milienium jilid 1). Jakarta : Prehallindo,2002 Masyhuri dan Zainuddin. 2008. Metodologi Penelitian Pendekatan Praktis dan

Aplikatif. Bandung. Refika Aditama.

Meredith G, Geoffrey. 1996. Kewirausahaan : Teori dan Praktik, Jakarta : Pustaka Binaman Presindo


(6)

Nawawi, H dan MH Mimi. 1993. Penelitian Terapan. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada

Rangkuti, Freddy, 2000.Business Plan : Teknik Membuat Perencanaan Bisnis & Analisis Kasus, Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama

Singaribun dan Sofyan Efendi.1998. Metode Penelitian Sosial. Jakarta : LP#ES Soetrisno, Loekman. 1997. Kemiskinan, Perempuan, dan Pemberdayaan. Yogyakarta

: Kanisius

Supardi. 2002. Dasar-dasar Perilaku organisasi. Yogyakarta : UII Press Suryana. 2006. Kewirausahaan, Jakarta : Selemba Empat

Universitas Lampung. 2009. Peraturan Akademik Dan Kode Etik. Bandar Lampung; Universitas Lampung.

Veeger, KJ. 1993. Pengantar Sosiologi, Buku Panduan mahasiswa. Jakarta. PT Gramedia.

Winardi. 2003. Entrepreneur & Entrepreneurship. Jakarta : Kencana. Sumber lain :

http://bambang.trisno.staff.mercubuana.ac.id/dl.php. Diakses pada 19 Desember 2012, pukul 13.05

www.unila.ac.id. Diakses pada tanggal 18 Januari 2013, pukul 08.05

http://economy.okezone.com/read/2012/10/13/320/703503/idealnya-jumlah-wirausaha-di-indonesia-4-76-jt-orang. Diakses pada tanggal 5 Februari 2013, pukul 21.05


Dokumen yang terkait

Persepsi Mahasiswa Tentang Donor Darah (Studi Etnografi tentang Persepsi Mahasiswa FISIP USU tentang Donor Darah)

16 157 111

Persepsi Mahasiswa Terhadap Standar Jurnalistik Citizen Journalism (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP USU Angkatan 2008, 2009, dan 2010 Terhadap Standar Jurnalistik Artikel Tentang Tewasnya Osama Bin Laden di WWW.K

6 41 112

Talk Show Dan Sikap Mahasiswa (Studi Korelasional Tentang Pengaruh Tayangan “Apa Kabar Indonesia Malam” di tvOne terhadap Sikap Mahasiswa FISIP USU)

0 71 232

Fenomena Plagiat Dengan Memanfaatkan Situs Google Pada Mahasiswa FISIP USU “ (Studi Kasus pada Skripsi Mahasiswa Departemen Sosiologi)

12 257 57

Pemberitaan Terorisme dan Sikap Mahasiswa (Studi Korelasional tentang hubungan antara Pemberitaan Terorisme di tvOne dan Sikap Mahasiswa FISIP USU)

0 25 181

Pemberitaan ISIS dan Sikap Mahasiswa (Studi Korelasional Tentang Hubungan Antara Pemberitaan ISIS di TV One dan Sikap Mahasiswa FISIP USU)

0 25 117

FAKTOR PENYEBAB MARAKNYA JUDI BOLA DIKALANGAN MAHASISWA (STUDI PADA MAHASISWA FISIP UNIVERSITAS LAMPUNG)

1 22 57

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KEGAGALAN WIRAUSAHA DI KALANGAN MAHASISWA ( Studi Pada Mahasiswa FISIP Universitas Lampung )

1 91 89

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MAHASISWA BERWIRAUSAHA (Studi Mahasiswa Universitas Lampung)

3 17 67

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat Wirausaha di Kalangan Mahasiswa Fakultas Ekonomi Program Studi Akuntansi Universitas Kristen Maranatha Bandung.

0 0 21