BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - EVALUASI KERUSAKAN PERKERASAN JALAN DENGAN METODE PAVEMENT CONDITION INDEX (PCI) (Studi Kasus Project Package JNB 1 Construction of Road Kabupaten Aceh Barat) - Repository utu

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pengolahan data disajikan berdasarkan teori dan metode yang telah dikemukakan pada bab-bab sebelumnya. Hasil dan pembahasan pengolahan data meliputi perhitungan penilaian tingkat

  kerusakan jalan, tipe-tipe kerusakan, serta penjelasan mengenai teknis metode evaluasi kerusakan perkerasan jalan dengan cara mencari nilai Pavement

  

Condition Index (PCI), dalam bentuk matematis pada ruas Jalan Aceh Barat paket

  JNB1 Sta 199 + 500 – Sta 208 +150 sepanjang 8,650 Km yang menjadi objek studi kasus pada penelitian ini.

  Penilaian terhadap kondisi perkerasan jalan merupakan aspek yang paling penting dalam hal menentukan kegiatan pemeliharaan dan perbaikan jalan, sehingga menjadi acuan awal apakah pemeliharaan dalam penanganannya lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya atau pun lebih buruk dari pemeliharaan pada tahun sebelumnya. Kemudian urutan prioritas penanganan kerusakan jalan akan dilaksanakan berdasarkan nilai PCI, dimana pada unit penelitian yang memiliki nilai PCI terkecil memperoleh prioritas penanganan terlebih dahulu sehingga tingkat kerusakan perkerasan jalan dapat di minimalisasi pada tahun-tahun yang akan datang.

4.1 Hasil

4.1.1 Penentuan tiap segmen pada unit sampel dan jenis kerusakan perkerasan jalan

  Unit sampel adalah bagian atau seksi dari suatu perkerasan yang didefinisikan hanya untuk keperluan pemeriksaan. Pada paket JNB1 sepanjang 18 Km terdapat kerusakan perkerasan jalan sepanjang 8,650 Km dibagi tiap unit sampel masing-masing sepanjang 865 m, sehingga terdapat 10 segmen dan 29 unit sampel kerusakan. Dalam 10 segmen setelah dlihat jarak-jarak kerusakan dan dilakukan survey atau perhitungan unit sampel yang terparah kerusakannya terdapat dalam 7 segmen yaitu ada 21 unit sampel kerusakan yang disurvey (diperhitungkan).

  50 Km (arah Meulaboh – Banda Aceh) JNB1 = Sta 198 – Sta 216, sepanjang 18 Km dengan lebar jalan 9 m, yang paling banyak mengalami kerusakan ialah pada Sta 199+500 - Sta 208+150 (8650 m) sepanjang 8,650 Km terdapat 21 unit kerusakan. Pembagian tiap unit sampel 8650 Km / 865 m = 10 segmen kerusakan. (dapat dilihat pada Lampiran A.3.6 Halaman 64, untuk foto dokumentasi kerusakan jalan dapat dilihat pada Gambar A.3.5 Halaman 52, dan untuk perhitungan luas tiap unit sampel dapat dilihat pada data pengukuran tiap unit sampel kerusakan jalan Lampiran C.4.1 Halaman 67). Dengan rumus : P x L atau (P1 + P2 + P3) x (L1 + L2 + L3) = luas kerusakan.

  A. Segmen 1 (Sta 207+285 - Sta 208+150) Tidak terdapat unit sampel kerusakan.

  B. Segmen 2 (Sta 206+420 - Sta 207+285) Tidak terdapat unit sampel kerusakan.

  C. Segmen 3 (Sta 205+555 - Sta 206+420) Terdapat 3 unit sampel kerusakan dengan ukuran luas masing – masing sebagai berikut :

  I. Kerusakan A : Dalam jarak tempuh perjalanan sekitar 2,378 Km terdapat 1 unit sampel

  

2

kerusakan dengan Ukuran luas 86,959 M . Lihat gambar A.3.5 (3.A) Halaman 52.

  Jenis Kerusakan : Ambles (Depression) -

Tabel 4.1 Tingkat kerusakan aspal turun 4 cm dan identifikasi perbaikan Ambles (depression).

  Tingkat Kerusakan Identifikasi Kerusakan Pilihan Untuk Perbaikan Kedalaman maksimum Penambalan dangkal, parsial

  M ambles 1-2 in. (25-51mm) atau seluruh kedalaman.

  • Jenis Kerusakan : Retak Diagonal (Diagonal Cracks)

  Penutupan retakan atau penambalan retakan.

  I. Kerusakan A : Dalam jarak tempuh perjalanan sekitar 2,702 Km terdapat 1 unit sampel kerusakan dengan ukuran luas 455,52 M

  D. Segmen 4 (Sta 204+690 - Sta 205+555) Terdapat 3 unit sampel kerusakan dengan ukuran masing –masing sebagai berikut :

  Diratakan dan diurug agar bahu sama dengan tinggi permukaan jalan.

  Beda elevasi antara pinggir perkerasan dan bahu jalan 1 – 2 in.(25 – 51 mm)

  Tingkat Kerusakan Identifikasi Kerusakan Pilihan Untuk Perbaikan L

Tabel 4.3 Tingkat kerusakan aspal turun 4 cm dan identifikasi perbaikan Pinggir Turun (Lane/Shoulder Drop-off).

  . Lihat gambar A.3.6 (3.C) Halaman 53

  

2

  III. Kerusakan C : Dalam jarak tempuh perjalanan sekitar 2,450 Km terdapat 1 unit sampel kerusakan dengan ukuran luas 286,358 M

  3. Retak sembarang lebar dengan beberapa inci disekitar retakan, pecah.

  2. Retak tak terisi lebih dari 3 in. (76 mm).

  1. Sembarang retak terisi atau tak terisi dikelilingi dengan retak acak, kerusakan sedang atau tinggi.

  Satu dari kondisi berikut yang terjadi :

  Perbaikan H

  Identifikasi Kerusakan Pilihan Untuk

  Tingkat Kerusakan

Tabel 4.2 Tingkat kerusakan aspal dan identifikasi perbaikan Retak Diagonal (Diagonal Cracks).

  2 . Lihat gambar A.3.6 (3.B) Halaman 53.

  II. Kerusakan B : Dalam jarak tempuh perjalanan sekitar 2,426 Km terdapat 1 unit sampel kerusakan dengan ukuran luas 525 M

  • Jenis Kerusakan : Pinggir Turun (Lane/Shoulder Drop-off)

  

2

. Lihat gambar A.3.7 (4.A) Halaman 54.

  • Jenis Kerusakan : Alur (Rutting).

Tabel 4.4 Tingkat kerusakan aspal turun 1 cm dan identifikasi perbaikan Alur (rutting).

  Tingkat Kerusakan Identifikasi Kerusakan Pilihan Untuk Perbaikan Kedalaman alur rata-rata Belum perlu diperbaiki.

  • – 1

1 L / / in. (6-13 mm) Mill dan lapisan

  4

  2 tambahan.

  II. Kerusakan B : Dalam jarak tempuh perjalanan sekitar 2,757 Km terdapat 1 unit sampel

  2 kerusakan dengan ukuran luas 50,05 M . Lihat gambar A.3.7 (4.B) Halaman 54.

  Jenis Kerusakan : Alur (Rutting) -

Tabel 4.5 Tingkat kerusakan aspal turun 2 cm dan identifikasi perbaikan Alur (rutting).

  Tingkat Kerusakan Identifikasi Kerusakan Pilihan Untuk Perbaikan

  1 Kedalaman alur rata-rata / 2 – 1 Penambalan dangkal,

  in. (13 – 25,5 mm). parsial atau di seluruh M kedalaman; mill dan lapisan tambahan.

  III. Kerusakan C : Dalam jarak tempuh perjalanan sekitar 3,447 Km terdapat 1 unit sampel

  

2

kerusakan dengan ukuran luas 184,184 M Lihat gambar A.3.8 (4.C) Halaman 55.

  • Jenis Kerusakan : Jalur/Bahu Turun (Lane/Shoulder Drop-off)

Tabel 4.6 Tingkat kerusakan aspal turun 1 cm dan identifikasi perbaikan Jalur/Bahu Turun (Lane/Shoulder Drop-off).

  Tingkat Kerusakan Identifikasi Kerusakan Pilihan Untuk Perbaikan Beda elevasi antara pinggir Perataan kembali dan perkerasan dan bahu jalan 1 – 2 bahu diurug agar elevasi

  L in.(25 – 51). sama dengan tinggi jalan.

  E. Segmen 5 (Sta 203+825 - Sta 204+690) Terdapat 10 unit sampel kerusakan, dari 10 unit sample tersebut hanya 4 unit

  I. Kerusakan A : Dalam jarak tempuh perjalanan sekitar 3,90 Km terdapat 1 unit sampel

  2 kerusakan dengan ukuran luas 612 M . Lihat gambar A.3.8 (5.A) Halaman 55.

  Jenis Kerusakan : Ambles (Depression) -

Tabel 4.7 Tingkat kerusakan aspal turun 10 cm dan identifikasi perbaikan Ambles (Depression).

  Tingkat Kerusakan Identifikasi Kerusakan Pilihan Untuk Perbaikan Kedalaman ambles > 2 in. Penambalan dangkal, (51 mm) parsial atau seluruh

  H kedalaman.

  II. Kerusakan B : Dalam jarak tempuh perjalanan sekitar 4 Km terdapat 1 unit kerusakan

  2 kerusakan dengan ukuran luas 505 M . Lihat gambar A.3.9 (5.B) Halaman 56.

  Jenis Kerusakan : Ambles (Depression) -

Tabel 4.8 Tingkat kerusakan aspal turun 13 cm dan identifikasi perbaikan Ambles (Depression).

  Tingkat Kerusakan Identifikasi Kerusakan Pilihan Untuk Perbaikan Kedalaman ambles > 2 in. Penambalan dangkal, parsial

  H (51 mm) atau seluruh kedalaman.

  III. Kerusakan C : Dalam jarak tempuh perjalanan sekitar 4,05 Km terdapat 1 unit sampel

  

2

kerusakan dengan ukuran luas 104,32 M . Lihat gambar A.3.9 (5.C) Halaman 56.

  Jenis Kerusakan : Ambles (Depression) -

Tabel 4.9 Tingkat kerusakan aspal turun 6 cm dan identifikasi perbaikan Ambles (Depression).

  Tingkat Kerusakan Identifikasi Kerusakan Pilihan Untuk Perbaikan Kedalaman ambles > 2 in. Penambalan dangkal,

  H (51 mm) parsial atau seluruh kedalaman.

  • Jenis Kerusakan : Ambles (Depression)

  2 . Lihat gambar A.3.10 (6.A) Halaman 57.

  II. Kerusakan B : Dalam jarak tempuh perjalanan sekitar 4,65 Km terdapat 1 unit sampel kerusakan dengan ukuran luas 114,46 M

  Belum perlu diperbaiki.

  Kegemukan hanya terjadi pada derajat rendah, dan nampak hanya beberapa hari dalam setahun. Tidak melekat pada sepatu atau roda kendaraan.

  Identifikasi Kerusakan Pilihan Untuk Perbaikan L

  Tingkat Kerusakan

Tabel 4.11 Tingkat kerusakan aspal dan identifikasi perbaikan kegemukan (Bleeding/Flusing).

  I. Kerusakan A : Dalam jarak tempuh perjalanan sekitar 4,65 Km terdapat 1 unit sampel kerusakan dengan ukuran luas 66 M

  F. Segmen 6 (Sta 202 +960 - Sta 203 + 825) Terdapat 6 unit sampel kerusakan, 4 unit sampel yang akan di survey dengan ukuran masing –masing sebagai berikut :

  (51 mm) Penambalan dangkal, parsial atau seluruh kedalaman.

  Tingkat Kerusakan Identifikasi Kerusakan Pilihan Untuk Perbaikan L Kedalaman ambles > 2 in.

Tabel 4.10 Tingkat kerusakan aspal turun 6 cm dan identifikasi perbaikan Ambles (Depression).

  2 . Lihat gambar A.3.10 (5.D) Halaman 57.

  IV. Kerusakan D : Dalam jarak tempuh perjalanan sekitar 4,05 Km terdapat 1 unit sampel kerusakan dengan ukuran luas 46,4 M

  • Jenis Kerusakan : Kegemukan (Bleeding/Flusing)

  

2

Lihat gambar A.3.11 (6.B) Halaman 58.

  • Jenis Kerusakan : Kegemukan (Bleeding/Flusing)
  • Jenis Kerusakan : Ambles (Depression)

  G. Segmen 7 (Sta202+095 - Sta 202+960) Terdapat 2 unit sampel kerusakan dengan ukuran luas masing –masing

  Belum perlu diperbaiki

  Penambalan di seluruh kedalaman.

  Kedalaman maksimum >1 – 2 in. (25,4

  Identifikasi Kerusakan Pilihan Untuk Perbaikan H

  Tingkat Kerusakan

Tabel 4.14 Tingkat kerusakan aspal dengan kedalaman 3 cm dan identifikasi perbaikan Lubang (Potholes).

  2 . Lihat gambar A.3.12 (6.D) Halaman 59.

  IV. Kerusakan D : Dalam jarak tempuh perjalanan sekitar 4,711 Km terdapat 1 unit sampel kerusakan dengan ukuran luas 1,44 M

  Kedalaman maksimum amblas ½ - 1 in. (13 – 25 mm)

Tabel 4.12 Tingkat kerusakan aspal dan identifikasi perbaikan kegemukan (Bleeding/Flusing).

  Tingkat Kerusakan Identifikasi Kerusakan Pilihan Untuk Perbaikan L

Tabel 4.13 Tingkat kerusakan aspal turun 20 cm dan identifikasi perbaikan Ambles (Depression).

  2 . Lihat gambar A.3.11 (6.C) Halaman 58.

  III. Kerusakan C : Dalam jarak tempuh perjalanan sekitar 4,687 Km terdapat 1 unit sampel kerusakan dengan ukuran luas 56,42 M

  Belum perlu diperbaiki.

  Kegemukan hanya terjadi pada derajat rendah, dan nampak hanya beberapa hari dalam setahun. Tidak melekat pada sepatu atau roda kendaraan.

  Perbaikan L

  Tingkat Kerusakan Identifikasi Kerusakan Pilihan Untuk

  • Jenis Kerusakan : Lubang (Potholes)
    • – 50,8 mm) dan luas atau diameter rata- rata lubang 18 – 30 in (457 – 762 mm)

  • Jenis Kerusakan : Lubang (Potholes)

  2 . Lihat gambar A.3.13 (7.B) Halaman 60.

  H. Segmen 8 (Sta 201+230 - Sta 202+095) Tidak terdapat unit sampel kerusakan.

  Penambalan di seluruh kedalaman.

  (25,4 – 50,8 mm) dan luas atau diameter rata-rata lubang 18 – 30 in (457 – 762 mm)

  Identifikasi Kerusakan Pilihan Untuk Perbaikan H Kedalaman maksimum >1 – 2 in.

  Tingkat Kerusakan

Tabel 4.16 Tingkat kerusakan aspal dengan kedalaman 4 cm dan identifikasi perbaikan Lubang (Potholes).

  II. Kerusakan B : Dalam jarak tempuh perjalanan sekitar 5,560 Km terdapat 1 unit sampel kerusakan dengan ukuran luas 2,64 M

  Penambalan di seluruh kedalaman.

  (25,4 – 50,8 mm) dan luas atau diameter rata-rata lubang 18 – 30 in (457 – 762 mm)

  Identifikasi Kerusakan Pilihan Untuk Perbaikan H Kedalaman maksimum >1 – 2 in.

  Tingkat Kerusakan

Tabel 4.15 Tingkat kerusakan aspal dengan kedalaman 5 cm dan identifikasi perbaikan Lubang (Potholes).

  2 . Lihat gambar A.3.12 (7.A) Halaman 59.

  I. Kerusakan A: Dalam jarak tempuh perjalanan sekitar 5,220 Km terdapat 1 unit sampel kerusakan dengan ukuran luas 0,735 M

  • Jenis Kerusakan : Lubang (Potholes)

  I. Segmen 9 (Sta 200+365 - Sta 201+230) Terdapat 4 unit sampel kerusakan dengan ukuran luas masing –masing sebagai berikut :

  • Jenis Kerusakan : Ambles (Depression)

  2 . Lihat gambar A.3.14 (9.B) Halaman 61.

  Tingkat Kerusakan Identifikasi Kerusakan Pilihan Untuk Perbaikan H Kedalaman amblas > 2 in.

Tabel 4.19 Tingkat kerusakan aspal turun 1,50 cm dan identifikasi perbaikan Ambles (Depression).

  2 . Lihat gambar A.3.14 (9.C) Halaman 61.

  III. Kerusakan C : Dalam jarak tempuh perjalanan sekitar 7,226 Km terdapat 1 unit sampel kerusakan dengan ukuran luas 72 m

  Kedalaman dangkal, parsial atau seluruh kedalaman.

  Kedalaman maksimum amblas 1 - 2 in. (25 - 51 mm).

  Tingkat Kerusakan Identifikasi Kerusakan Pilihan Untuk Perbaikan M

Tabel 4.18 Tingkat kerusakan aspal turun 4 cm dan identifikasi perbaikan Ambles (Depression).

  II. Kerusakan B : Dalam jarak tempuh perjalanan sekitar 7,15 Km terdapat 1 unit sampel kerusakan dengan ukuran luas 12,42 M

  Belum perlu diperbaiki.

  / 2 – 1 in. (13 - 25 mm).

  1

  Kedalaman maksimum amblas

  Tingkat Kerusakan Identifikasi Kerusakan Pilihan Untuk Perbaikan L

Tabel 4.17 Tingkat kerusakan aspal turun 2 cm dan identifikasi perbaikan Ambles (Depression).

  2 . Lihat gambar A.3.13 (9.A) Halaman 60.

  I. Kerusakan A : Dalam jarak tempuh perjalanan sekitar 7,15 Km terdapat 1 unit sampel kerusakan dengan ukuran luas 22,99 M

  • Jenis Kerusakan : Ambles (Depression)
  • Jenis Kerusakan : Ambles (Depression)

  (51 mm) Kedalaman dangkal, parsial atau seluruh IV. Kerusakan D : Dalam jarak tempuh perjalanan sekitar 7,340 Km terdapat 1 unit sampel

  2 kerusakan dengan ukuran luas 36,5 M . Lihat gambar A.3.15 (9.D) Halaman 62.

  Jenis Kerusakan : Ambles (Depression) -

Tabel 4.20 Tingkat kerusakan aspal turun 4,40 cm dan identifikasi perbaikan Ambles (Depression).

  Tingkat Kerusakan Identifikasi Kerusakan Pilihan Untuk Perbaikan Kedalaman amblas > 2 in. Kedalaman dangkal,

  H (51 mm) parsial atau seluruh kedalaman. J. Segmen 10 (Sta 199+500 Sta 200+365)

  Dalam jarak tempuh perjalanan sekitar 8,550Km terdapat 1 unit sampel

  2 kerusakan dengan ukuran luas 65,78 M . Lihat gambar A.3.15 (10) Halaman 62.

  • Jenis Kerusakan : Jalur/Bahu turun (Lane/Shoulder Drop-off).

Tabel 4.21 Tingkat kerusakan aspal turun 3 cm dan identifikasi perbaikan Jalur/Bahu turun (Lane/Shoulder Drop-off).

  Tingkat Kerusakan Identifikasi Kerusakan Pilihan Untuk Perbaikan L Beda elevasi antara pinggir Perataan kembali dan perkerasan dan bahu jalan 1 – bahu diurug agar elevasi

  2 in. (25 – 51 mm) sama dengan tinggi jalan.

IV.2 Pembahasan

4.2.1 Analisis data nilai pavement condition indeks (PCI)

  Untuk jalan dengan perkerasan aspal (termasuk aspal di atas perkerasan beton) dan jalan tanpa perkerasan, unit sampel didefinisikan sebagai luasan sekitar

  2

  762 ± 305 m (2500 ± 1000 sq.ft). Untuk mengetahui tingkat kerusakan harus diikuti sedekat mungkin, pada saat melakukan survey PCI. Tulisan “Rendah” (low, L), “Sedang” (medium, M), atau “Tinggi” (high, H).

A. Kerapatan (density)

  Kerapatan adalah persentase luas atau panjang total dari satu jenis kerusakan terhadap luas atau panjang total bagian jalan yang di ukur, bisa dalam sq.ft atau m

  Jenis-jenis kerusakan jalan Kerapatan (Density) %

  0,1 %

  Alur (Rutting) 18,2 % 2 % Bahu turun (Lane/Shoulder Drop-off) 9,9 % Kegemukan (Bleeding/Flushing) 7,2 % Lubang (Potholes)

  11,4 %

  Ambles (Depression) 3,1 % 3,9 % 54,8 % Retak Diagonal (Diagonal Cracks) 21 % Pinggir turun (Lane/Shoulder Drop-off)

  (high)

  H

  (medium)

  L (low) M

Tabel 4.22 Kerapatan (density) pada beberapa jenis dan tingkat keparahan kerusakan.

  2

  ) (Perhitungan kerapatan/Density, dapat dilihat pada Lampiran C.4.2 Halaman 80).

  2

  ) A s = luas total unit sampel (m

  2

  = Luas total dari satu jenis perkerasan untuk setiap tingkat keparahan kerusakan (m

  d

  Dengan: A

  Ad As x 100 %

  , atau dalam feet atau meter. Dengan demikian, kerapatan kerusakan dapat dinyatakan dalam persamaan : Kerapatan (density) (%) =

B. Nilai pengurangan (deduct value)

  Nilai Pengurang (deduct value) adalah suatu nilai pengurang untuk setiap jenis kerusakan jalan yang diperoleh dari kurva hubungan kerapatan (density) dan tingkat kerapatan (serverity level) kerusakan. Nilai pengurangan dipakai sebagai tipe faktor pemberat yang mengindikasikan derajat pengaruh kombinasi tiap-tiap tipe kerusakan, tingkat keparahan kerusakan dan kerapatannya.

  Berikut adalah hasil dari perhitungan nilai pengurang yang diperoleh dari kurva menurut jenis dan tingkat kerusakan perkerasan jalan yaitu : 70; 33; 25; 20; 16; 7; 5; 4; dan 3. (Nilai dapat dilihat pada tabel data survey kondisi kerusakan perkerasan jalan pada paket JNB 1 Lampiran tabel B.4.1 Halaman 65, dan Grafik-grafik Nilai Pengurang untuk hitungan PCI-Jalan dengan permukaan aspal Lampiran C.4.3 Halaman 82).

  C. Nilai pengurang total (Total Deduct Value, TDV)

  Nilai pengurang total atau TDV adalah jumlah total dari nilai pengurang

  

(deduct value) yang dipakai sebagai tipe faktor pemberat yang telah di indikasikan

  derajat pengaruh kombinasi tiap jenis kerusakan, dan tingkat keparahan kerusakan yang ada pada masing-masing unit penelitian, Nilai pengurang total, TDV = 70 + 33 + 25 + 20 + 16 + 7 + 5 + 4 + 3 = 183.

  D. Nilai pengurang terkoreksi (Corrected Deduct Value)

  Nilai pengurang terkoreksi atau CDV diperoleh dari kurva hubungan antara nilai pengurang total (TDV) dan nilai pengurangan (DV) dengan memilih kurva yang sesuai. CDV yang digunakan adalah nilai pengurang (DV) individual yang lebih besar dari 2, jadi semua nilai DV di perhitungkan = 70; 33; 25; 20; 16; 7; 5; 4; dan 3, dengan nilai CDV 292,4; 92,3; 41,5; 30,4; 20,7; 4,1; 4; 2,4. (dapat dilihat pada Lampiran Tabel B.4.2 Halaman 66 dan Grafik Nilai Koreksi Kurva dengan Perkerasan dan Permukaan Aspal Lampiran C.4.3 Halaman 82).

  Angka

E. Nilai PCI

  Nilai PCI pada setiap tingkat kerusakan yaitu :

  pengurang tertinggi (HDV)

  98 Angka

  m i = 3,76

  30

  70 100

  2

  • PCIs = 100 – 292,4 = -192,4
  • PCIs = 100 – 92,3 = 7,7
  • PCIs = 100 – 41,5 = 58,5
  • PCIs = 100 – 30,4 = 69,6
  • PCIs = 100 – 20,7 = 79,3
  • PCIs = 100 – 7 = 93
  • PCIs = 100 – 4,1 = 95,9
  • PCIs = 100 – 4 = 96
  • PCIs = 100 – 2,4 = 97,6 Dengan: PCIs = Pavement Condition Index untuk setiap unit sampel atau unit penelitian, CDV = Corrected Deduct Value untuk setiap unit sampel. Nilai PCI perkerasan secara keseluruhan pada ruas jalan tertentu adalah :

  21

  Dengan: PCIr = nilai PCI rata-rata dari seluruh area penelitian PCLs = nilai PCI untuk setiap unit sampel N = jumlah unit sampel

  (dapat dilihat pada tabel Rekapitulasi Nilai PCI dan Kondisi Jalan Lampiran tabel B.4.2, Halaman 66).

  405,2

  ∑

  =

  PCLs N

  ∑

  PCIr =

  = 19 % Nilai kondisi : Sangat buruk (very poor) Pada lokasi penelitian yaitu pada ruas jalan paket JNB1, Kabupaten Aceh Barat Provinsi Aceh, dari Sta 198+000 – Sta 216+000 sepanjang 18 Km dengan lebar jalan 9 m, pada jarak tempuh perjalanan 9,350 Km mulai terdapat kerusakan perkerasan jalan dari Sta 199+500 – 208+150 pada kecepatan 50 Km sampai 40 Km. Setelah melakukan survey lapangan ternyata dalam 18 Km pada JNB1 terdapat 29 unit sampel kerusakan sepanjang 8,650 Km. Kemudian unit sampel yang di peroleh di bagi dalam 10 segmen, jika dalam satu segmen terdapat lebih dari 4 unit sampel maka hanya 4 sampel saja yg di perhitungkan, sedangkan selebihnya diabaikan karena unit sampel yang jumlahnya > 40, hanya 4 yang diperiksa. dan jika unit sampel kurang dari 4, maka seluruh unit-unit sampel tersebut di perhitungkan semua.

4.2.2 Jenis-jenis kerusakan

  Dalam 10 segmen, hanya 7 segmen yang terdapat beberapa kerusakan sebanyak 21 unit sampel kerusakan jalan. Adapun hasil dari uraian di atas, terdapat beberapa jenis kerusakan perkerasan jalan pada paket JNB 1, yaitu diantaranya :

  1) Ambles (Depression)

  Ambles adalah penurunan perkerasan yang terjadi pada area terbatas yang mungkin dapat diikuti dengan retakan. (Shahin 1994).

  Faktor penyebab kerusakan : -

  a. Beban lalu lintas berlebihan;

  b. Penurunan sebagian perkerasan akibat lapisan di bawah perkerasan mengalami penurunan.

  2) Retak Diagonal (Diagonal Cracks).

  Retak diagonal adalah retak yang tidak bersambungan satu sama lain yang arahnya diagonal terhadap perkerasan. (Shahin 1994).

  Faktor penyebab kerusakan : -

  a. Terjadi beda penurunan antara timbunan, galian atau bangunan; b. Desakan akar pohon-pohonan dan retakan dengan celah yang semakin besar akan memungkinkan air masuk ke lapis pondasi dan tanah dasar, sehingga melemahkan lapisan pendukung perkerasan.

  3) Pinggir Turun (Lane/Shoulder Drop-off)

  Pinggir turun adalah kerusakan berupa bagian bahu turun relatif terhadap permukaan perkerasan jalan. (Shahin 1994).

  Faktor penyebab kerusakan : -

  a. Akibat beda penurunan antara bahu jalan dan perkerasan;

  b. Tebal rencana bahu yang tidak tepat; c. Pemadatan bahu jalan atau drainase tidak baik.

  4) Alur (Rutting)

  Alur adalah deformasi permukaan perkerasan aspal dalam bentuk turunnya perkerasan ke arah memanjang pada lintasan roda kendaraan. Permukaan jalan yang berbentuk alur-alur terjadi oleh akibat beban arus lalu lintas yang berulang- ulang pada lintasa roda sejajar dengan as jalan. (Shahin 1994).

  Faktor penyebab kerusakan : -

  a. Pemadatan lapis permukaan (base) kurang, sehingga akibat beban lalu lintas lapis pondasi memadat lagi; b. Kualitas campuran aspal rendah, ditandai dengan gerakan arah lateral dan ke bawah dari campuran aspal di bawah beban roda berat; c. Tanah dasar lemah atau agregat pondasi (base) kurang tebal, pemadatan kurang, atau terjadi pelemahan akibat air tanah yang masuk; d. Terjadi kenaikan perkerasan secara berlebihan di sepanjang sisi alur.

  5) Bahu Turun (Lane/Shoulder Drop-off)

  Jalur/bahu turun adalah perbedaan elevasi antara pinggir perkerasan dan bahu jalan. Hal ini tidak dipertimmbangkan penting bila selisih tinggi bahu dan perkerasan kurang dari 10 sampai 15 mm. (Shahin 1994).

  Faktor penyebab kerusakan -

  a. Lebar perkerasan kurang; b. Bahu jalan dibangun dengan material yang kurang tahan terhadap erosi dan abrasi; c. Penambahan permukaan tanpa diikuti penambahan permukaan bahu jalan; d. Air masuk ke dalam lapis pondasi.

  6) Kegemukan (Bleeding/Flushing)

  Kegemukan adalah hasil dari aspal pengikat yang berlebihan, yang bermigrasi ke atas permukaan perkerasan. Kelebihan kadar aspal atau terlalu rendahnya kadar udara dalam campuran, dapat mengakibatkan kegemukan. Kegemukan juga mengakibatkan tenggelamnya agregat (parsial maupun keseluruhan) kedalam pengikat aspal yang menyebabkan berkurangnya kontak antara ban kendaraan dan batuan. (Shahin 1994).

  • Faktor penyebab kerusakan :

  a. Pemakaian kadar aspal yang tinggi pada campuran aspal;

  b. Kadar udara dalam campuran terlalu rendah;

  c. Pemakaian terlalu banyak aspal pada pekerjaan prime coat atau tack coat; d. Pada tambalan terlalu banyaknya aspal di bawah permukaan tambalan.

  7) Lubang (Potholes)

  Lubang adalah lekukan permukaan perkerasan akibat hilangnya lapisan aus dan material lapis pondasi (base). Lubang bisa terjadi akibat galian utilitas atau tambalan di area perkerasan yang telah ada. (Shahin 1994).

  • Faktor penyebab kerusakan :

  a. Campuran material lapis permukaan yang kurang baik;

  b. Air masuk ke dalam lapis pondasi lewat retakan di permukaan perkerasan yang tidak segera ditutup; c. Tercabutnya aspal pada lapisan aus akibat melekat pada ban kendaraan.

  Berdasarkan hasil dari perhitungan tingkat dan jenis kerusakan yang telah di uraikan, diketahui nilai PCI kondisi kerusakan perkerasan jalan pada paket JNB1, nilai PCI antara 11 sampai 25, dengan nilai rata-rata kerusakan 19 %, kondisi perkerasan ternyata di ketahui sangat buruk (very poor). Untuk urutan prioritas penanganan kerusakan jalan dilaksanakan berdasarkan nilai PCI, dimana pada urutan penilaian memiliki nilai PCI terkecil yaitu pada segmen 5A, 5B, 5C,

  5D dan segmen 9C, 9D dengan nilai PCI -192,4 % dengan kondisi Gagal(failed), (dapat dilihat pada Lampiran Tabel B.4.2 Halaman 66) memperoleh penanganan prioritas terlebih dahulu.

Dokumen yang terkait

EVALUASI TINGKAT KERUSAKAN PERKERASAN JALAN DENGAN METODE PAVEMENT CONDITION INDEX (Studi Kasus: Jalan M.H. Thamrin, Ajung, Jember)

1 13 17

ANALISA KONDISI KERUSAKAN JALAN PADA LAPIS PERMUKAAN MENGGUNAKAN METODE PAVEMENT CONDITION INDEX (PCI)

28 117 160

EVALUASI TINGKAT KERUSAKAN JALAN DENGAN METODE EVALUASI TINGKAT KERUSAKAN JALAN DENGAN METODE PAVEMENT CONDITION INDEX (PCI) SEBAGAI DASAR PENENTUAN PERBAIKAN JALAN (STUDI KASUS : JALAN SETURAN RAYA).

3 13 13

PENDAHULUAN EVALUASI TINGKAT KERUSAKAN JALAN DENGAN METODE PAVEMENT CONDITION INDEX (PCI) SEBAGAI DASAR PENENTUAN PERBAIKAN JALAN (STUDI KASUS : JALAN SETURAN RAYA).

0 2 5

TINJAUAN PUSTAKA EVALUASI TINGKAT KERUSAKAN JALAN DENGAN METODE PAVEMENT CONDITION INDEX (PCI) SEBAGAI DASAR PENENTUAN PERBAIKAN JALAN (STUDI KASUS : JALAN SETURAN RAYA).

0 2 24

LANDASAN TEORI EVALUASI TINGKAT KERUSAKAN JALAN DENGAN METODE PAVEMENT CONDITION INDEX (PCI) SEBAGAI DASAR PENENTUAN PERBAIKAN JALAN (STUDI KASUS : JALAN SETURAN RAYA).

0 3 17

KESIMPULAN DAN SARAN EVALUASI TINGKAT KERUSAKAN JALAN DENGAN METODE PAVEMENT CONDITION INDEX (PCI) SEBAGAI DASAR PENENTUAN PERBAIKAN JALAN (STUDI KASUS : JALAN SETURAN RAYA).

0 3 37

ANALISIS TINGKAT KERUSAKAN JALAN LENTUR DENGAN METODE PAVEMENT CONDITION INDEX (PCI) STUDI KASUS RUAS JALAN POROS LAMASI-WALENRANG KABUPATEN LUWU

0 0 8

EVALUASI NILAI KONDISI PERKERASAN JALAN NASIONAL DENGAN METODE PAVEMENT CONDITION INDEX (PCI) DAN METODE FALLING WEIGHT DEFLECTOMETER (FWD) (Studi Kasus: Ruas Jalan Klaten-Prambanan)

0 2 9

EVALUASI TINGKAT KERUSAKAN JALAN MENGGUNAKAN METODE PAVEMENT CONDITION INDEX (Studi Kasus : Jalan Purwokerto – Ajibarang Kabupaten Banyumas)

0 1 18