10.1 Arahan Kebijakan Kelembagaan Bidang Cipta Karya - DOCRPIJM 150134987011. B 10 Aspek Kelembagaan

LAPORAN AKHIR

10.1

X-1

Arahan Kebijakan Kelembagaan Bidang Cipta Karya

Beberapa kebijakan berikut merupakan landasan hukum dalam pengembangan dan
peningkatan kapasitas kelembagaan RPI2-JM pada pemerintahan kabupaten/kota.
1.

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.
Dasar utama penyusunan perangkat daerah dalam bentuk suatu organisasi adalah
adanya urusan pemerintahan harus dibentuk ke dalam organisasi tersendiri. Besaran
organisasi perangkat daerah sekurang-kurangnya mempertimbangkan faktor
kemampuan keuangan, kebutuhan daerah, cakupan tugas yang meliputi sasaran tugas
yang harus diwujudkan, jenis dan banyaknya tugas, luas wilayah kerja dan kondisi
geografis, jumlah dan kepadatan penduduk, potensi daerah yang bertalian dengan
urusan yang akan ditangani, dan sarana dan prasarana penunjang tugas. Oleh karena
itu, kebutuhan akan organisasi perangkat daerah bagi masing-masing daerah tidak

senantiasa sama atau seragam.

2. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan
PP tersebut mencantumkan bahwa bidang pekerjaan umum merupakan bidang wajib
yang menjadi urusan pemerintah daerah, dan pemerintah berkewajiban untuk
melakukan pembinaan terhadap pemerintah kabupaten/kota. PP 38/2007 ini juga
memberikan kewenangan yang lebih besar kepada Pemerintah Kabupaten/Kota untuk
melaksanakan pembangunan di Bidang Cipta Karya. Hal ini dapat dilihat dari Pasal 7
Bab III, yang berbunyi “(1) Urusan wajib sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat
(2) adalah urusan pemerintahan yang wajib diselenggarakan oleh pemerintahan daerah
provinsi dan pemerintahan daerah kabupaten/kota, berkaitan dengan pelayanan
dasar.(2) Urusan wajib sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: antara lainnya
adalah bidang pekerjaan umum”.
Dari pasal tersebut, ditetapkan bahwa bidang pekerjaan umum merupakan bidang wajib
yang menjadi urusan pemerintah daerah, sehingga penyusunan RPI2-JM sebagai salah
satu perangkat pembangunan daerah perlu melibatkan Pemerintah, pemerintah provinsi
dan pemerintah kabupaten/kota.
3. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 41 tahun 2007 tentang Organisasi Daerah
Berdasarkan PP 41 tahun 2007, bidang PU meliputi bidang Bina Marga, Pengairan,

Cipta Karya dan Penataan Ruang.

Penyusunan Dokumen
Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah
(RPI2-JM)

LAPORAN AKHIR

X-2

Bidang PU merupakan perumpunan urusan yang diwadahi dalam bentuk dinas. Dinas
ditetapkan terdiri dari 1 sekretariat dan paling banyak 4 bidang, dengan sekretariat
terdiri dari 3 subbagian dan masing-masing bidang terdiri dari paling banyak 3 seksi.
4. Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang RPJMN 2015-2019
Dalam Perpres ini dijabarkan tentang upaya untuk meningkatkan kapasitas dan
akuntabilitas kinerja birokrasi diperlukan adanya upaya penataan kelembagaan dan
ketalalaksanaan, peningkatan kualitas sumber daya manusia aparatur, pemanfaatan
teknologi informasi dan komunikasi, penyempurnaan sistem perencanaan dan
penganggaran, serta pengembangan sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah
dan aparaturnya.

Untuk mendukung penataan kelembagaan, secara beriringan telah ditempuh upaya
untuk memperkuat aspek ketatalaksanaan di lingkungan instansi pemerintah, seperti
perbaikan standar operasi dan prosedur (SOP) dan penerapan e-government di berbagai
instansi. Sejalan dengan pengembangan manajemen kinerja di lingkungan instansi
pemerintah, seluruh instansi pusat dan daerah diharapkan secara bertahap dalam
memperbaiki sistem ketatalaksanaan dengan menyiapkan perangkat SOP, mekanisme
kerja yang lebih efisien dan efektif, dan mendukung upaya peningkatan akuntabilitas
kinerja.
5. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 81 Tahun 2010 Tentang Grand Design
Reformasi Birokrasi 2010-2025
Tindak lanjut dari Peraturan Presiden ini, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara
telah mengeluarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 30
Tahun 2012 tentang Pedoman Pengusulan, Penetapan, dan Pembinaan Reformasi
Birokrasi pada Pemerintah Daerah. Berdasarkan peraturan menteri ini, reformasi
birokrasi pada pemerintah daerah dilaksanakan mulai tahun 2012, dengan dilakukan
secara bertahap dan berkelanjutan sesuai dengan kemampuan pemerintah daerah.
Permen ini memberikan panduan dan kejelasan mengenai mekanisme serta prosedur
dalam rangka pengusulan, penetapan, dan pembinaan pelaksanaan reformasi birokrasi
pemerintah daerah.
Upaya pembenahan birokrasi di lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya telah

dimulai sejak tahun 2005. Pembenahan yang dilakukan adalah menyangkut 3 (tiga)
pilar birokrasi, yaitu kelembagaan, ketatalaksanaan, dan Sumber Daya Manusia
(SDM). Untuk mendukung tercapainya good governance, maka perlu dilanjutkan dan
disesuaikan dengan program reformasi birokrasi pemerintah, yang terdiri dari sembilan
program, yaitu:
Penyusunan Dokumen
Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah
(RPI2-JM)

LAPORAN AKHIR

X-3

1) Program Manajemen Perubahan, meliputi: penyusunan strategi manajemen
perubahan dan strategi komunikasi K/L dan Pemda, sosialisasi dan internalisasi
manajemen perubahan dalam rangka reformasi birokrasi;
2) Program Penataan Peraturan Perundang-undangan, meliputi: penataan berbagai
peraturan perundang-undangan yang dikeluarkan/diterbitkan oleh K/L dan Pemda;
3) Program Penguatan dan Penataan Organisasi, meliputi: restrukturisasi tugas dan
fungsi unit kerja, serta penguatan unit kerja yang menangani organisasi, tata

laksana, pelayanan publik, kepagawaian dan diklat;
4) Penataan Tatalaksana, meliputi: penyusunan SOP penyelenggaraan tugas dan
fungsi, serta pembangunan dan pengembangan e-government;
5) Penataan Sistem Manajemen SDM Aparatur, meliputi: penataan sistem rekrutmen
pegawai, analisis dan evaluasi jabatan, penyusunan standar kompetensi jabatan,
asesmen individiu berdasarkan kompetensi;
6) Penguatan Pengawasan, meliputi: penerapan Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah (SPIP) dan Peningkatan peran Aparat Pengawasan Intern Pemerintah
(APIP);
7) Penguatan Akuntabilitas, meliputi: penguatan akuntabilitas kinerja instansi
pemerintah, pengembangan sistem manajemen kinerja organisasi dan penyusunan
Indikator Kinerja Utama (IKU);
8) Penguatan Pelayanan Publik, meliputi: penerapan standar pelayanan pada unit kerja
masing-masing, penerapan SPM pada Kab/Kota.
9) Monitoring, Evaluasi, dan Pelaporan.
10.2 Kondisi Kelembagaan Saat Ini
10.2.1 Kondisi Keorganisasian Bidang Cipta Karya
Peraturan mengenai instansi dan lembaga pemerintah di pemerintah daerah Kabupaten
Mukomuko adalah Peraturan Daerah Nomor 15 Tahun 2009 Tentang Perubahan Atas
Peraturan Daerah Nomor 16 Tahun 2007 Tentang Pembentukan Organisasi Dinas Daerah

di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Mukomuko. Adapun pembangunan Bidang Cipta
Karya dikelola oleh Dinas Pekerjaan Umum.
Dinas Pekerjaan Umum merupakan unsur pelaksana pemerintah daerah yang dipimpin oleh
kepala dinas yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Bupati melalui
Sekretaris Daerah. Dinas Pekerjaan Umum mempunyai tugas melaksanakan
penyelenggaraan pemerintahan daerah di bidang pekerjaan umum, penataan ruang, dan
perumahan. Dinas Pekerjaan Umum dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud
diatas menyelenggarakan fungsi:
a. Perumusan kebijakan teknis bidang pekerjaan umum dan penataan ruang;
b. Pelaksanaan tugas bidang pekerjaan umum dan penataan ruang;
c. Penyelenggaraan pelayanan umum bidang pekerjaan umum dan penataan ruang;
Penyusunan Dokumen
Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah
(RPI2-JM)

LAPORAN AKHIR

d.
e.


X-4

Pembinaan dan pengembangan bidang pekerjaan umum dan penataan ruang; dan
Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas dan fungsinya.

Susunan organisasi Dinas Pekerjaan Umum terdiri dari:
a. Kepala Dinas;
b. Sekretariat terdiri dari:
1). Subbagian Umum;
2). Subbagian Kepegawaian;
3). Subbagian Keuangan; dan
4). Subbagian Perencanaan dan Evaluasi.
c. Bidang Bina Marga terdiri dari:
1). Seksi Pembangunan dan Peningkatan Jalan;
2). Seksi Pemeliharaan Jalan; dan
3). Seksi Pembangunan dan Pemeliharaan Jembatan.
d. Bidang Permukiman terdiri dari:
1). Seksi Prasarana dan Sarana Dasar;
2). Seksi Bangunan Gedung; dan
3). Seksi Drainase.

e. Bidang Penataan Bangunan terdiri dari:
1). Seksi Tata Bangunan dan Lingkungan;
2). Seksi Perizinan Bangunan; dan
3). Seksi Pengendalian Bangunan.
f. Bidang Kebersihan dan Pertamanan terdiri dari:
1). Seksi Persampahan;
2). Seksi Pertamanan; dan
3). Seksi Pengelolaan Air Limbah.
g. Bidang Perumahan terdiri dari:
1). Seksi Pengembangan Perumahan;
2). Seksi Pembangunan dan Pengendalian Perumahan; dan
3). Seksi Kemitraan dan Pemberdayaan Perumahan.
h. Unit Pelaksana Teknis; dan
i. Kelompok Jabatan Fungsional.
Secara diagramatis bentuk struktur organisasi Dinas Pekerjaan Umum dapat dilihat pada
Gambar X.1.

Penyusunan Dokumen
Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah
(RPI2-JM)


X-5

LAPORAN AKHIR

Gambar X.1
Struktur Organisasi Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Mukomuko
Kepala Dinas
Sekretariat
Kelompok Jabatan
Fungsional
Sub Bagian
Umum

Bidang
Jalan

Sub Bagian
Program


Bidang
Cipta Karya

Sub Bagian
Keuangan dan Aset

Bidang
Tata Ruang

Seksi
Pemeliharaan Jalan

Seksi
Bangunan dan Gedung

Seksi
Penyusunan Tata Ruang

Seksi
Rehabilitasi dan Peningkatan

Jalan

Seksi
Perumahan dan Pemukiman

Seksi
Pemanfaatan Tata Ruang

Seksi
Pembangunan Jalan

Seksi
Sanitasi

Seksi
Pengendalian dan
PengawasanTata Ruang

UPT
UPT

10.2.2 Kondisi Ketatalaksanaan Bidang Cipta Karya
Sebagaimana ditetapkan dalam Program Reformasi Birokrasi, penataan tata laksana
merupakan salah satu prioritas program untuk peningkatan kapasitas kelembagaan. Tata
laksana organisasi yang perlu dikembangkan adalah menciptakan hubungan kerja antar
perangkat daerah dengan menumbuhkembangkan rasa kebersamaan dan kemitraan dalam
melaksanakan beban kerja dan tanggung jawab bagi peningkatan produktifitas dan kinerja.
Secara internal, keorganisasian urusan pemerintah bidang Cipta Karya, perlu mengembangkan hubungan fungsional sesuai dengan kompetensi dan kemandirian dalam
melaksanakan tugas, fungsi dan wewenang untuk masing-masing bidang/seksi. Selanjutnya
juga perlu dikembangkan hubungan kerja yang koordinatif baik antar bidang/seksi di
dalam keorganisasian urusan Cipta Karya, maupun untuk hubungan kerja lintas
dinas/bidang dalam rangka menghindari tumpang tindih atau duplikasi program dan
kegiatan secara substansial dan menjamin keselarasan program dan kegiatan antar
perangkat daerah. Dalam tabel berikut ditampilkan hubungan Kerja Instansi Bidang Cipta
Karya.
Penyusunan Dokumen
Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah
(RPI2-JM)

X-6

LAPORAN AKHIR

Tabel 10.1
Hubungan Kerja Instansi Bidang Cipta Karya
No

Instansi

Peran Instansi dalam
Pembangunan Bidang CK

1.

Bappeda Kab.
Mukomuko

a. Perumusan kebijakan teknis bidang
perencanaan pembangunan daerah;
b. Pelaksanaan tugas bidang
perencanaan pembangunan daerah;
c. Pembinaan perencanaan
pembangunan daerah;
d. Pengoordinasian perencanaan
pembangunan daerah

2.

Dinas Pekerjaan
Umum Kab.
Mukomuko

a. Perumusan kebijakan teknis bidang
pekerjaan umum dan penataan
ruang;
b. Pelaksanaan tugas bidang
pekerjaan umum dan penataan
ruang;
c. Penyelenggaraan pelayanan umum
bidang pekerjaan umum dan
penataan ruang;
d. Pembinaan dan pengembangan
bidang pekerjaan umum dan
penataan ruang; dan

Unit/Bagian yang
Menangani Pembangunan
Bidang CK
Bidang Sarana dan
Prasarana Wilayah

Bidang Cipta Karya

Dalam pembangunan bidang Cipta Karya kedua lembaga ini sudah cukup tepat untuk
mengawal pelaksanaan pembangunannya. Bappeda sebagai lembaga perencanaan daerah
secara keseluruhan memiliki kemampuan mengarahkan pembangunan sesuai dengan arah
pembangunan sesuai visi misi daerah. Sedangkan Dinas Pekerjaan Umum memiliki
kemampuan secara teknis bagaimana pembangunan daerah tersebut dilaksanakan.
10.2.3 Kondisi Sumber Daya Manusi (SDM) Bidag Cipta Karya
Dalam kaitannya dengan Reformasi Birokrasi, penataan sistem manajemen SDM aparatur
merupakan program ke-5 dari Sembilan Program Reformasi Birokrasi, yang perlu
ditingkatkan tidak hanya dari segi kuantitas tetapi juga kualitas. Ada dua lembaga yang
akan dilihat kondisi SDM-nya yaitu Dinas Pekerjaan Umum serta Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah. Selengkapnya tentang komposisi pegawai dalam unit kerja Bidang
Cipta Karya dan Bappeda dapat diperlihatkan seperti pada Tabel 10.2.
Tabel 10.2
Komposisi Satgas RPI2JM dalam Unit Kerja Bidang Cipta Karya
Unit Kerja

Golongan

Jenis Kelamin

Latar Belakang
Pendidikan

Jabatan
Fungsional

Bappeda Kabupaten
Mukomuko

-

Dinas Pekerjaan Umum
Kab. Mukomuko

-

Penyusunan Dokumen
Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah
(RPI2-JM)

LAPORAN AKHIR

10.3

X-7

Analisis Kelembagaan

Dengan mengacu pada kondisi eksisting kelembagaan perangkat daerah, bagian ini
menguraikan analisis permasalahan kelembagaan Pemerintah kabupaten/kota yang
menangani bidang Cipta Karya.
10.3.1. Analisis Keorganisasian Bidang Cipta Karya
Berdasarkan struktur organisasi, tugas dan fungsi organisasi sudah sesuai dengan peraturan
yang berlaku. Namun demikian ada beberapa hal yang menjadi kendala dalam
penyelenggaraan tupoksi kiciptakaryaan, diantaranya yaitu :
a. Koordinasi antar lembaga yang belum dilakukan dengan efektif
b. Belum tersedianya database keciptakaryaan yang terpadu dan mudah diakses
c. Peningkatan pertumbuhan masalah yang harus ditangani
d. Pertumbuhan kebutuhan pembiayaan
e. Tuntutan publik terhadap ketersediaan infrastruktur cipta karya
10.3.2. Analisis Ketatalaksanaan Bidang Cipta Karya
Mengenai ketatalaksanaan Bidang Cipta Karya, dalam penyusunan keorganisasian yang
ada di Kabupaten Mukomuko sudah mengacu pada ketentuan yang ada dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007. Peraturan Pemerintah tersebut juga diterjemahkan
dalam bentuk kedudukan, fungsi dan tugas dalam pelaksanaan RPI2Jmsebagai berikut:
1. Badan Perencanaan Pembangunan, Penelitian dan Pengembangan
Kedudukan Badan Perencanaan Pembangunan, Penelitian dan Pengembangan
merupakan unsur pelaksana teknis bidang perencanaan pembangunan, penelitian dan
pengembangan, dipimpin oleh seorang kepala badan yang berada di bawah dan
bertanggungjawab kepada bupati dan secara teknis administratif mendapat pembinaan
dari sekretaris daerah.
Adapun tugas dan fungsinya adalah sebagai berikut:
1) Perencanaan pembangunan, penelitian dan pengembangan mempunyai tugas
melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah dibidang
perencanaan pembangunan, penelitian dan pengembangan serta melaksanakan
kewenangan dekonsentrasi, desentrasisasi dan pembantuan.
2) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud di atas, Badan Perencanaan
Pembangunan, Penelitian dan Pengembangan menyelenggarakan fungsi:
 perumusan kebijakan teknis sesuai dengan lingkup tugasnya
 Penunjang penyelenggara pemerintah daerah
 Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan bupati sesuai dengan tugas dan
fungsinya.

Penyusunan Dokumen
Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah
(RPI2-JM)

LAPORAN AKHIR

2.

3.

X-8

Kantor Lingkungan Hidup
Kedudukan Kantor lingkungan hidup merupakan unsur pelaksana teknis bidang
lingkungan hidup, dipimpin oleh seorang kepala badan yang berada dibawah dan
bertanggungjawab kepada bupati dan secara teknis administratif mendapat pembinaan
dari sekretaris daerah.
Tugas dan fungsi diantaranya:
1) Kantor Lingkungan Hidup mempunyai tugas melaksanakan kewenangan
dekonsentrasi, desentrasisasi dan pembantuan.
2) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud di atas, Kantor Lingkungan
Hidup menyelenggarakan fungsi:
 perumusan kebijakan teknis sesuai dengan lingkup tugasnya
 Penunjang penyelenggara pemerintah daerah
 Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan bupati sesuai dengan tugas dan
fungsinya.
Dinas Pekerjaan Umum
Kedudukan Dinas Pekerjaan umum merupakan unsur pelaksana teknis bidang
pekerjaan umum, dipimpin oleh seorang kepala badan yang berada di bawah dan
bertanggungjawab kepada bupati melalui sekretaris daerah.
Sedangkan tugas dan fungsinya adalah:
1) Dinas pekerjaan umum mempunyai tugas melaksanakan kewenangan
dekonsentrasi, desentrasisasi dan pembantuan.
2) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud di atas, dinas pekerjaan umum
menyelenggarakan fungsi:
 perumusan kebijakan teknis sesuai dengan lingkup tugasnya
 Menyelenggarakan pelayanan umum sesuai lingkup tugasnya
 Pembinaan pelaksanaan tugas sesuai lingkup tugasnya
 Pembinaan terhadap unit pelaksana teknis dinas dalam lingkup tugasnya
 Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan bupati sesuai dengan tugas dan
fungsinya.

10.3.3. Analisis Sumber Daya Manusia (SDM) Bidang Cipta Karya
Analisis Sumber Daya Manusi (SDM) Bidang Cipta Karya menunjukkan adanya beberapa
kendala diantaranya :
a. Jumlah dan kualitas SDM keciptakaryaan yang belum mencukupi. Luasan daerah
layanan dan banyaknya unit kegiatan membutuhkan penyesuaian jumlah dan kapasitas
SDM.
b. Terjadinya rolling pegawai (perpindahan) yang tidak diikuti dengan regenerasi. Hal ini
menjadi kendala karena berpengaruh dalam terbentuknya koordinasi antar SDM.

Penyusunan Dokumen
Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah
(RPI2-JM)

X-9

LAPORAN AKHIR

10.3.4. Analisis SWOT Kelembagaan
Masalah ketersediaan infrastruktur di Indonesia dalam waktu lima tahun diyakini akan
terselesaikan jika ada kemauan kuat dari pemerintah dan dilakukan dengan all out. Sejalan
dengan itu pemerintah menganjurkan agar pengurangan berbagai masalah dimulai dari
sumbernya. Pemerintah juga memberi waktu lima tahun untuk pemerintah daerah sebagai
penanggung jawab untuk menyelesaikan masalah Cipta Karya di daerahnya.
Selama ini pemerintah daerah masih banyak yang menganggarkan untuk infrastruktur
relatif kecil, yang sudah barang tentu belum cukup, bahkan untuk operasional, belum lagi
untuk investasinya. Dengan kondisi demikian maka, harus mencari dan mengembangkan
sumbersumber pembiayaan lain. Namun selama ini minat masih terdapat keraguan dalam
berinvestasi karena dianggap masih belum jelas nilai keuntungan yang akan didapat.
Untuk menemukan berbagai program yang perlu dilakukan, maka dilakukan analsis SWOT
seperti dalam Tabel 10.3.
Tabel 10. 3
Analisis SWOT Kelembagaan Bidang Cipta Karya

Internal

Eksternal

Kekuatan (S)
1. Visi dan misi daerah
2. Ketersediaan dokumen
perencanaan yang lengkap
3. Kemitraan pemerintah, swasta
dan masyarakat
4. Peran sektor swasta

1.
2.
3.
4.
5.

1.
2.
3.
4.
5.

Peluang (O)
Pelaksanaan otonomi daerah
Ketersediaan DAK
Pertumbuhan ekonomi daerah
Perkembangan aktivitas bisnis
Pertumbuhan penduduk

Ancaman (T)
1. Peningkatan pertumbuhan
masalah yang harus ditangani
2. Kenaikan harga barang
kebutuhan sarana cipta karya
3. Pertumbuhan kebutuhan
pembiayaan
4. Tuntutan publik terhadap
ketersediaan infrastruktur cipta
karya
Sumber: Analisis

1.

2.

1.

2.

Strategi S-O:
Kemitraan pemerintah dengan
swasta maupun dengan
masyarakat dalam
pembangunan bidang CK
Perencanaan dan penilaian
(valuation) pembiayaan
investasi dari sumber-sumber
pemerintah, swasta dan
masyarakat
Strategi S-T:
Optimalisasi dan peningkatan
efektivitas pelaksanaan fungsi
organisasi
Peningkatan kapasitas
kelembagaan untuk mencari
sumber pembiayaan di luar
APBD kabupaten

1.
2.

3.

1.

Kelemahan (W)
Jumlah dan kualitas SDM
Keterbatasan dana pemerintah
kabupaten
Koordinasi antar lembaga
Keterbatasan jumlah dan
kualitas sarana dan prasarana
Dampak gempa bumi
Strategi W-O:
Peningkatan kapasitas
kelembagaan
Penguatan lembaga untuk
peningkatan partisipasi swasta
dan masyarakat
Pernguatan UPTD untuk
manajemen aset dan
monitoring & evaluasi
infrastruktur Cipta Karya
Strategi W-T:
Peningkatan Sumber Daya
Manusia, baik secara kualitas
maupun kuantitas untuk
pengembangan kemitraan
pemerintah, swasta dan
masyarakat

Penyusunan Dokumen
Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah
(RPI2-JM)

LAPORAN AKHIR

10.4

X-10

Rencana Pengembangan Kelembagaan

Berdasarkan strategi yang dirumuskan dalam analisis SWOT sebelumnya, maka dapat
dirumuskan tiga kelompok strategi meliputi strategi pengembangan organisasi, strategi
pengembangan tata laksana, dan strategi pengembangan sumber daya manusia.
Berdasarkan strategi-strategi tersebut, dapat dikembangkan rencana pengembangan
kelembagaan di daerah seperti dijelaskan sebagai berikut ini.
10.4.1. Rencana Pengembangan Keorganisasian
Rencana pengembangan Keorganisasian sebagaimana hasil analisis dan evaluasi tugas dan
fungsi satuan organisasi dapat diupayakan dengan :
1) Optimalisasi dan peningkatan efektivitas pelaksanaan fungsi organisasi pelaksana
pembangunan bidang cipta karya
2) Peningkatan kapasitas kelembagaan dalam menentukan social cost and benefit sharing
untuk pembangunan infrastruktur bidang cipta karya
3) Penguatan lembaga untuk peningkatan partisipasi masyarakat dalam pembangunan
cipta karya
4) Penguatan UPTD untuk manajemen aset dan monitoring & evaluasi infrastruktur Cipta
Karya
5) Menyusun tupoksi sesuai dengan analisis jabatan dan beban kerja dalam rangka
mendayagunakan dan meningkatkan kapasitas kelembagaan satuan organisasi di
masing-masing unit kerja di lingkungan Pemerintah Daerah, khususnya bidang Cipta
Karya
10.4.2. Rencana Pengembangan Ketatalaksanaan
Rencana pengembangan ketatalaksanaan sebagai analisis SWOT yang dilakukan, dapat
diupayakan dengan :
1) Pembentukan lembaga yang menangani program-program kemitraan pemerintah
dengan swasta maupun dengan masyarakat dalam pembangunan bidang cipta karya
2) Peningkatan kemampuan dalam perencanaan dan penilaian (valuation) pembiayaan
investasi dari sumber-sumber pemerintah, swasta dan masyarakat
3) Peningkatan prasarana dan sarana kerja pendukung pembangunan bidang cipta karya,
khususnya untuk pengadaan alat pengelolaan sampah dan drainase
4) Peningkatan efektivitas ketatalaksanan penyelenggaraan pembangunan bidang cipta
karya
5) Peningkatan kualitas prasarana dan sarana kerja pendukung pembangunan bidang cipta
karya
6) Kerjasama pemerintah swasta untuk pengadaan rumah sehat
7) Pembagian kerja dan program yang jelas antar unit dalam instansi ataupun lintas
instansi di lingkungan Pemerintah Daerah, khususnya di bidang Cipta Karya
Penyusunan Dokumen
Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah
(RPI2-JM)

LAPORAN AKHIR

X-11

10.4.3. Rencana Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM)
Pengembangan Sumber Daya Manusia dalam lembaga pembangunan bidang cipta karya
melalui perencanaan karier setiap pegawai sesuai dengan kompetensi individu dan
kebutuhan organisasi. Perencanaan pegawai dilakukan dengan mengacu pada analisis
jabatan yang terintegrasi sesuai dengan kebutuhan organisasi. Selain itu, rencana
pengembangan SDM dapat dilakukan dengan peningkatan jenjang pendidikan serta
mendukung pembinaan kapasitas pegawai melalui pelatihan. Sesuai dengan lingkup
kegiatan bidang Cipta Karya, dalam rangka peningkatan kualitas SDM terdapat beberapa
pelatihan yang diadakan oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian PU yang dapat
dilaksanakan antara lain.
1. Bimbingan Teknis Pengelolaan Bangunan Gedung dan Rumah Negara Pusat, Barat
dan Timur serta sertifikasi Pengelola Teknis
2. Bimbingan Teknis Penyelenggaraan Bangunan Gedung Negara
3. Bimbingan Teknis Pengelolaan Rumah Negara Golongan III
4. Training of Trainers (TOT) Bidang Penyelenggaraan Penataan Bangunan dan
Lingkungan
5. Training of Trainers (TOT) Sosialisasi Peraturan Perundangan-undangan Bangunan
Gedung dan Lingkungan
6. Pelatihan Pengadaan Barang dan Jasa Dit. PBL
7. Peningkatan Kapasitas SDM Dit. PBL bekerjasama dengan Pusat Pembinaan
Kompetensi dan Pelatihan Konstruksi
8. Pembinaan Teknis Peningkatan Kemampuan dalam Bidang Keprotokolan
9. Pembinaan Teknis Peningkatan Kemampuan dalam Bidang Tata Persuratan
10. Pembinaan Teknis Peningkatan Kemampuan Pemeliharaan dan Pengamanan
Infrastruktur Publik Bidang Cipta Karya
11. Pembinaan Teknis Peningkatan Kemampuan Aparatur Negara dalam Tanggap Darurat
Bencana
12. Pembinaan Teknis Percepatan Proses Hibah/Alih Status Barang Milik Negara
13. Pembinaan Teknis Penerapan Aplikasi SIMAK BMN
14. Pembinaan Teknis Pengembangan Kompetensi Pegawai
15. Pembinaan Teknis Pemetaan Kompetensi Pegawai
16. Diklat Pejabat Inti Satker (PIS)
17. Diklat Jabatan Fungsional

Penyusunan Dokumen
Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah
(RPI2-JM)