HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN ORANGTUA DAN TINGKAT INTERAKSI SOSIAL ANAK AUTIS

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN ORANGTUA DAN TINGKAT INTERAKSI SOSIAL ANAK AUTIS Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi Oleh: Indriyani Tunjungsari Nim : 099114134 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

2014

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  v

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  Hasil karya ini kupersembahkan untuk:

   Allah SWT yang selalu besertaku Papi, Mami, Cindy, Riska, Wahyu, dan Saskia

  

tercinta

   Seseorang yang kusayang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN ORANGTUA DAN TINGKAT

  

Indriyani Tunjungsari

ABSTRAK

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara penerimaan orangtua dan

tingkat interaksi sosial pada anak autis. Hipotesis yang diajukan yaitu terdapat korelasi yang

positif dan signifikan antara penerimaan orangtua dengan tingkat interaksi sosial anak autis.

Subyek yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 37 anak autis usia 6-11 tahun dan

melibatkan 74 orangtua anak-anak tersebut. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan

skala penerimaan orangtua dan observasi interaksi sosial anak autis dengan pencatatan kejadian.

Koefisien reliabilitas dalam skala penerimaan orangtua menggunakan Alpha Cronbach dengan

hasil koefisien 0.970, sedangkan skala interaksi sosial diolah dengan menggunakan reliabilitas

antarobserver dengan persentase reliabilitas sebesar 90.09%. Data dianalisis dengan menggunakan

korelasi Product-Moment Pearson. Hasilnya menunjukkan bahwa kedua variabel tersebut memiliki

koefisien korelasi sebesar 0.525 dengan signifikansi 0.000. Angka tersebut menunjukkan bahwa

kedua variabel memiliki korelasi yang positif dan signifikan.

  Kata kunci: Penerimaan Orangtua, Interaksi Sosial, Anak Autis

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  

THE RELATION BETWEEN PARENTAL ACCEPTANCE AND THE LEVEL

OF SOCIAL INTERACTION TO CHILDREN WITH AUTISM

Indriyani Tunjungsari

ABSTRACT

  This research is aim to find out the relation between parental acceptance and the level of

social interaction to children with autism. The hypothesis was proposed that there is a positive and

significant correlation between parental acceptance and the level of social interaction to autism

children. The amount of subjects in this research are 37 autism children with aged 6 to 11 years

old and involved their parents. Data collection in this research used Parental Acceptance Scale

and Social Interaction’s Event Recording Observation. Reliability Coefficient in parental

acceptance scale used Cronbach’s Alpha with coefficient result 0.970, whereas the social

interaction scale process used Interobserver Reliability with the reliability percentage 90.09%.

  

Data was analysis used Pearson Product-Moment correlation method. The result shows that both

of variables have a correlation coefficient’s value 0.525 with signification value 0.000. Keywords: Parental Acceptance, Social Interaction, Autism Children

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas karuniaNya penulis memperoleh gelar sarjana psikologi di Universitas Sanata Dharma. Penulis menyadari keterbatasan yang dimiliki, sehingga banyak bantuan yang berasal dari berbagai pihak dalam proses menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada: 1.

  Bapak Dr. T. Priyo Widiyanto M.Si. selaku Dekan Fakultas Psikologi.

  2. Bapak Cornelius Siswa Widyatmoko, M. Psi. selaku dosen Pembimbing Akademik. Terima kasih atas bantuan Bapak dari awal perkuliahan saya hingga terselesaikannya skripsi ini.

  3. Ibu Ratri Sunar Astuti, M. Si selaku Ketua Program Studi Psikologi.

  4. Ibu Agnes Indar Etikawati, M.Si., Psi. selaku Dosen Pembimbing Skripsi.

  Terima kasih telah membantu saya dalam proses menyelesaikan skripsi ini.

  5. Para penguji yang berkenan meluangkan waktunya, beserta seluruh Dosen Fakultas Psikologi yang telah membantu dan membagikan ilmunya kepada saya.

  6. Bu Nanik, Mas Gandung, Mas Muji, Mas Doni, dan karyawan Fakultas yang banyak membantu selama di saya berada di Fakultas Psikologi.

  7. Orangtua dan saudara saya yang selalu mendukung dan membantu dalam proses menyelesaikan skripsi ini, beserta semua keluarga yang tidak henti- hentinya mendukung dan mendoakan saya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  8. Eman A. Prianto yang setia mendukung dan memahami ketidakstabilan saya dalam proses menyelesaikan skripsi ini.

  9. Teman-teman kelas C angkatan 2009 yang selalu mendukung, membantu, dan 10.

  Para orangtua, guru, dan pihak sekolah autis yang berkenan membantu peneliti dalam proses pengambilan data, beserta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Terima kasih atas dukungan, doa, dan kerjasama kalian.

  Penulis percaya bahwa Tuhan akan selalu menyertai semua pihak yang telah membantu, mendoakan, menghibur, dan mendukung keseluruhan proses penulisan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis menerima kritik dan saran yang sifatnya membangun.

  Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi orang lain.

  Yogyakarta, 13 April 2014 Penulis

  (Indriyani Tunjungsari)

  PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................. iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................. v

ABSTRAK ................................................................................................... vi

ABSTRACT ................................................................................................ vii

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ............... viii

KATA PENGANTAR ................................................................................. ix

DAFTAR ISI ............................................................................................... xi

DAFTAR TABEL ....................................................................................... xiv

DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xv

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xvi

  

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1

A. Latar Belakang .................................................................................. 1 B. Rumusan Masalah ............................................................................. 10 C. Tujuan Penelitian .............................................................................. 10 D. Manfaat Penelitian............................................................................. 10

  1. Manfaat Teoritis ..................................................................... 10

  2. Manfaat Praktis ...................................................................... 10

  BAB II LANDASAN TEORI ...................................................................... 11 A. Penerimaan Orangtua ........................................................................ 11 1. Definisi Penerimaan Orangtua .................................................... 11 2.

  3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Orangtua ........... 15 B. Autisme ............................................................................................. 16 1.

  Definisi Autisme.......................................................................... 16 2. Penyebab Autisme ....................................................................... 18 3. Kriteria Diagnostik Autisme ........................................................ 23 C. Interaksi Sosial Pada Anak Autis ....................................................... 26 1.

  Definisi Interaksi Sosial ............................................................... 26 2. Hambatan Interaksi Sosial pada Anak Autis................................. 26 3. Faktor-faktor yang dapat meningkatkan interaksi sosial anak autis ................................................................................... 29

  4. Upaya Penanganan untuk Menyejahterakan Anak Autis .............. 31 D. Dinamika Hubungan antara Penerimaan Orangtua dan Tingkat Interaksi

  Sosial Anak Autis .............................................................................. 35 E. Hipotesis ........................................................................................... 39

  BAB III METODE PENELITIAN ............................................................. 40 A. Jenis Penelitian .................................................................................. 40 B. Identifikasi Variabel Penelitian .......................................................... 40 C. Definisi Operasional Variabel Penelitian ........................................... 41 1. Penerimaan Orangtua................................................................... 41 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  2. Interaksi Sosial ............................................................................ 41 D. Subyek Penelitian .............................................................................. 43 E.

  Persiapan Alat Ukur .......................................................................... 45 Penerimaan Orangtua................................................................... 45 2. Interaksi Sosial ............................................................................ 50 F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ....................................................... 53 1.

  Tahap Persiapan .......................................................................... 53 2. Tahap Pelaksanaan ...................................................................... 54 3. Tahap Analisis Data..................................................................... 56

  

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................. 57

A. Pelaksanaan Penelitian ...................................................................... 57 B. Data Identitas Subyek ........................................................................ 57 C. Deskripsi Data Penelitian .................................................................. 58 1. Deskripsi Data Penerimaan Orangtua ........................................... 58 2. Deskripsi Data Interaksi Sosial .................................................... 59 D. Hasil Penelitian ................................................................................. 59 1. Uji Asumsi .................................................................................. 59 2. Uji Hipotesis................................................................................ 61 E. Pembahasan ...................................................................................... 62

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 66

A. Kesimpulan ....................................................................................... 66 B. Saran ................................................................................................. 66 1. Bagi Orangtua dan Guru .............................................................. 66

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  2. Bagi Penelitian Selanjutnya ......................................................... 67

  

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 68

LAMPIRAN ................................................................................................ 75

  DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Tabel Perbedaan Perkembangan Interaksi Sosial Anak NormalTabel 3.1. Blue Print Skala Penerimaan Orangtua .................................. 47Tabel 3.2. Blue Print Alat Pencatatan Data Interaksi Sosial .................... 51Tabel 3.3. Hasil Reliabilitas Indikator Interaksi Sosial ............................ 52Tabel 4.1. Data Siswa SLB Autis dan Hiperaktif CMM Yogyakarta dan

  SLBN Balikpapan .................................................................. 58

Tabel 4.2. Data Mean Teoritik dan Empirik Penerimaan Orangtua ......... 58Tabel 4.4. Rerata dari Aspek Penerimaan Orangtua ................................ 59 Tabel 4.5.

  Rerata dari Aspek Interaksi Sosial .......................................... 59

Tabel 4.6. Uji Normalitas ....................................................................... 60Tabel 4.7. Uji Linearitas ......................................................................... 61Tabel 4.8. Uji Hipotesis .......................................................................... 62

  

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Grafik Peningkatan Kasus Autisme di Amerika ........................... 2

Gambar 3 Skema Hubungan Penerimaan Orangtua dan Tingkat Interaksi

  Sosial Anak Autis ....................................................................... 37

  DAFTAR LAMPIRAN 1.

   Lampiran 1 Skala Penerimaan Orangua ................................................ 76

Lampiran 2 Seleksi Aitem Skala Penerimaan Orangtua ........................ 84

  3. Lampiran 3 Uji Reliabilitas Skala Penerimaan Orangtua ...................... 87 4. Lampiran 4 Uji Reliabilitas Observasi Interaksi Sosial ......................... 89 5. Lampiran 5 Scatterplot ......................................................................... 91 6. Lampiran 6 Q-Q Plot ........................................................................... 93 7.

   Lampiran 7 Keterangan Penelitian ....................................................... 95

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Para orangtua mengharapkan putra putrinya terlahir dengan sehat dan

  normal. Namun karena beberapa faktor, anak dapat terlahir atau berkembang dengan hambatan atau gangguan tertentu yang salah satunya adalah Autisme.

  Istilah autisme dipakai pertama kali oleh Leo Kanner pada tahun 1943. Kanner (dalam Davison dkk dalam Kuwanto & Natalia, 2001) mengemukakan bahwa anak autis tidak mampu mengadakan interaksi sosial dan seolah-olah hidup dalam dunianya sendiri. Ia memperkirakan bahwa hal ini disebabkan oleh gangguan metabolisme bawaan yang menimbulkan kegagalan untuk berinteraksi. Gangguan autisme dapat berdampak buruk terhadap kemampuan seseorang untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang-orang di sekelilingnya. Karakteristik gangguan autisme dalam DSM-IV TR adalah adanya gangguan perkembangan dalam interaksi sosial dan komunikasi, serta aktivitas dan ketertarikan yang sangat terbatas (APA, 1994). Terdapat ciri-ciri sebagai kriteria untuk mendiagnosa autis yang terkenal dengan sebutan “Wing’s Triad of Autism” atau Trias Autisme antara lain interaksi sosial, bahasa dan komunikasi, pikiran dan imajinasi (Wing dkk dalam Yuwono, 2009).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  2 Jumlah anak yang terdeteksi autis semakin lama semakin meningkat. Adapun grafik peningkatannya dari tahun 1996 hingga 2007 di Amerika adalah sebagai berikut:

  Gambar 1 Grafik Peningkatan Kasus Autisme di Amerika s ti u a k a n a :1

3 Tahun peningkatan

  Grafik tersebut menunjukkan peningkatan yang sangat signifikan yaitu 7 hingga 8 kali lipat dimana pada awal tahun 2006 dinyatakan bahwa ada 15 kasus/ 1000 orang/ tahun (Growup Clinic, 2012) dari yang sebelumnya hanya ada 2 kasus/ 1000 orang/ tahun. Studi terbaru menyebutkan bahwa kembali terjadi peningkatan kasus menjadi 1/ 110 orang/ tahun di Amerika pada 2010 (American Academy of Pediatric, 2012., Autistica , tanpa tahun). Sementara untuk di Indonesia tercatat 475.000 orang dengan ciri-ciri autistik pada tahun 2004 (Kompas, 20 Juli 2005 dalam Ginanjar, 2007 ).

  Penyebab dari autis sendiri belum dapat diketahui secara pasti. Para ahli berpendapat bahwa ada banyak faktor yang menyebabkan munculnya autisme pada anak, mulai dari genetik, gangguan metabolisme, gangguan pada syaraf pusat, infeksi virus pada ibu yang mengandung, gangguan pencernaan, hingga keracunan logam berat. Beberapa sumber menyebutkan bahwa autisme

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  3 disebabkan oleh faktor lingkungan misalnya vaccination. Pemberian vaksin pada sejumlah anak justru menimbulkan kerugian yang dampaknya sangat besar, yaitu gangguan neurobiologis yang mengarah pada autisme. Namun, ilmiah yang cukup rumit dan panjang (Yuwono, 2009).

  Salah satu gejala autisme yang akan disoroti dalam penelitian ini adalah gangguan pada aspek interaksi sosial. Perilaku interaksi sosial menjadi kelemahan utama pada anak autis. Kelemahan berinteraksi sosial akan menghambat dan membatasi anak autis dari lingkungannya (Alimin, Homdijah & Sugiarmin, 2009., Sugiarto, Prambahan, Sarwindah & Pratitis, 2004., Yuwono, 2009). Pandangan ini beralasan karena aspek interaksi sosial mempengaruhi anak autis dalam belajar dan berperilaku. Adanya hambatan berinteraksi menghalangi proses transaksi sosial anak autis yang merupakan kerangka untuk memandang dunia yang ada.

  Interaksi sosial adalah proses dimana individu membentuk hubungan dengan seseorang atau lebih, sehingga individu yang satu akan mempengaruhi, mengubah atau memperbaiki perilaku individu yang lain atau sebaliknya (Bonner dalam Gerungan, 1996). Dengan menunjukkan minat sosial, anak akan belajar memahami, berempati, dan melakukan interaksi dengan orang lain (Hurlock, 1989). Hal ini juga akan meningkatkan tugas- tugas perkembangan yang mungkin belum berkembang secara optimal pada anak (Yuwono, 2009). Interaksi sosial merupakan jembatan penghubung antara anak dan dunia di sekelilingnya karena terkait dengan cara anak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  4 membangun hubungan dengan orang lain. Pada anak normal, interaksi sosial berhubungan dengan perkembangan komunikasi dan bahasa anak (Lenawaty, Widyorini & Roswita, tanpa tahun., Supartini, 2009., Alimin, Homdijah &

  Anak dengan spektrum autisme gagal menunjukkan keakraban yang lazim pada orangtua maupun orang lain misalnya kontak mata dan tersenyum.

  Pada anak autis, interaksi sosial merupakan kesulitan nyata yang dihadapi pada tahap awal perkembangan. Jika anak kurang mampu berinteraksi, hal ini akan menghambat mereka untuk memperoleh pengetahuan yang lebih luas melalui pengalamanan sosial dengan orang lain. Anak autis yang bersekolah tentunya akan mempunyai interaksi yang sulit dengan guru maupun teman- teman di sekolah, sehingga anak tidak akan memiliki pengetahuan sosial karena mereka kurang mampu terlibat dalam kegiatan sosial dengan teman sebayanya (Yuwono, 2009). Sebagai hasilnya, anak kurang mampu berkembang dengan baik.

  Tidak adanya interaksi sosial pada anak autis ditandai dengan munculnya paling sedikit dua gejala, yaitu gangguan dalam perilaku nonverbal misalnya kontak mata, ekspresi wajah, postur tubuh, dan gestur untuk mengatur interaksi sosial, kegagalan dalam mengembangkan relasi teman sebaya yang sesuai dengan tingkat perkembangan, kurangnya spontanitas untuk berbagi kesenangan, minat, atau prestasi dengan orang lain (misalnya: kurang dalam menunjukkan, membawa, atau menunjuk obyek yang menarik), dan terakhir kurangnya hubungan timbal balik sosial atau

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  5 emosi (APA, 1994). Anak autis tidak mampu membaca sinyal sosial seperti tersenyum atau bahasa nonverbal orang lain, sehingga mereka tidak belajar untuk meniru dan kurang mampu merespon perilaku yang kita harapkan. berkembang dengan baik antara lain diet terkait dengan zat-zat yang tidak sesuai dengan kebutuhan anak, psikoterapi perilaku terkait dengan komunikasi, interaksi sosial dan emosi, dan peran serta orangtua antara lain penerimaan, dukungan, dan pola asuh yang diterapkan pada anak (Wijayakusuma, 2004). Diperlukan usaha atau dukungan orang-orang terdekat untuk membantu anak autis berinteraksi sosial. Oleh karena itu, penerimaan orangtua menjadi hal yang penting dalam menentukan keterampilan sosial yang dipelajari oleh anak autis demi kesejahteraan mereka.

  Orangtua merupakan sosok pertama yang dikenal anak sejak masa kelahiran, sehingga orangtua berperan penting dalam perkembangan anak- anak mereka. Pusat Terapi Anak Ceria Jakarta (dalam Yuwono, 2009) mengatakan bahwa 10% orangtua memiliki keterlibatan dalam proses “penyembuhan” anak autis. Sisanya adalah orangtua yang kurang memungkinkan atau terlibat langsung dalam membantu perkembangan anaknya dikarenakan kesibukan para orangtua tersebut. Hasilnya, mereka cenderung menanggapi anak autis mereka dengan cara-cara yang kurang tepat atau “sebisanya”. Bahkan sebagian lebih terkesan “membiarkan/ mengabaikan” karena kurang memahami kondisi anak mereka karena

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  6 keterbatasan pengetahuan, keterampilan, serta pengalaman dalam mengasuh anak terutama yang berkebutuhan khusus. Hal ini tentu tidak baik mengingat anak autis butuh “perhatian ekstra” dari orangtua mereka. Jika orangtua akan membawa pengaruh buruk bagi perkembangan anak autis secara keseluruhan. Keterlibatan orangtua dalam upaya penanganan membawa pengaruh besar bagi kesejahteraan anak autis. Penerimaan dan dukungan yang penuh pada anak serta pola asuh yang tepat mampu membuat anak autis tumbuh dengan optimal. Sehingga diharapkan para orangtua mampu membuka diri serta menerima keberadaan dan kondisi anak sebelum memberikan penanganan yang tepat bagi anak mereka.

  Penerimaan merupakan aspek dasar yang memberikan dampak besar pada anak autis agar mampu berkembang dengan positif. Orang tua sebagai

  partner terdekat yang menunjukkan penerimaan akan membantu

  menyejahterakan anak autis. Oleh karena itu orang tua menjadi sosok kunci dalam keberhasilan anak autis untuk mencapai tahap perkembangan yang optimal dalam hal ini adalah pada aspek interaksi sosial. Bentuk penerimaan orangtua adalah keadaan dimana orangtua mampu memahami keadaan anak apa adanya (positif-negatif, kekurangan-kelebihan), memahami kebiasaan- kebiasaan anak, menyadari apa yang anak bisa lakukan dan tidak bisa lakukan, memahami penyebab perilaku buruk maupun perilaku baik anak, membentuk ikatan batin yang kuat, serta mengupayakan alternatif penanganan untuk anak (Puspita, 2004). Selain itu, penerimaan ditandai

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  7 dengan sikap positif, adanya pengakuan atau penghargaan terhadap nilai-nilai individual tetapi menyertakan pengakuan terhadap tingkah lakunya (Chaplin, 2000). Penerimaan orangtua mulai terjadi saat masa awal kehamilan anak. autis kemudian merencanakan seperti apa akan menangani anak autis mereka (Rachmayanti & Zulkaida, 2008).

  Orangtua dapat memilih untuk menerima, atau sebaliknya menolak kehadiran anak autis mereka. Menjadi hal yang lazim jika orangtua menjadi kaget, kecewa, merasa bersalah, marah, menolak, dan malu ketika mendapati anaknya memiliki gangguan perkembangan yaitu autis (Kubbler-Ross dalam Sarasvati, 2004). Emosi yang dimunculkan oleh orangtua kebanyakan sifatnya adalah emosi negatif (Safaria, 2005). Emosi negatif tersebut membuat orangtua menyembunyikan anak autis dari masyarakat dan membatasi ruang lingkup sosialnya sebagai bentuk penolakan akan rasa malu terhadap kehadiran anak tersebut (Marijani, 2003). Penolakan orangtua pada anak mereka ditandai dengan adanya sikap dingin dan tidak menunjukkan kasih sayang, bermusuhan dan agresif, acuh tak acuh dan mengabaikan, serta menolak dan membeda-bedakan (Rohner, Khaleque & Cournoyer, 2007).

  Berbagai penolakan pada anak dapat menghambat anak untuk berkembang secara optimal. Tentu hal ini membawa dampak yang negatif bagi orangtua sendiri maupun bagi anak penyandang autis. Dampaknya, anak menjadi menutup diri dari lingkungannya dan semakin memperburuk keadaan anak autis. Kepercayaan diri yang rendah dalam diri anak terbentuk sebagai

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  8 hasil dari pengalaman mereka dengan orangtua dan orang dewasa lainnya yang membuat kasih sayang mereka bersyarat di masa awal kanak-kanak.

  Artinya, anak belajar bahwa penerimaan mereka bergantung pada hanya dengan ekspresi tertentu. Ketika kasih sayang dan cinta tampak bersyarat, anak memunculkan dorongan dan perasaan negatif, dan konsep diri dan kepercayaan diri mereka menjadi terdistorsi/ menyimpang (Rogers dalam Karen, Verno & Vernoy, 2000). Orangtua yang menolak anak tidak mampu membangun serta melestarikan hubungan baik dengan anak tersebut.

  Kegagalan orangtua dalam menunjukan penerimaan pada anak mereka menyebabkan anak menjadi kurang percaya diri dan memandang diri mereka tidak berharga sehingga anak memilih untuk menutup diri dari lingkungannya dan menghambat perkembangan anak secara sosial.

  Untuk membantu anak mengembangkan potensi mereka secara penuh, orangtua harus menciptakan atmosfir penghargaan tanpa syarat, dimana terdapat setting yang mana anak menyadari bahwa mereka akan diterima tanpa mempermasalahkan apapun yang mereka katakan dan lakukan. Anak yang mendapat penerimaan dari orangtua secara ideal mengembangkan suatu pola gambaran diri yang konsisten dan tumbuh menjadi pribadi yang positif (Rogers, dalam Karen, Verno & Vernoy, 2000). Penerimaan orangtua memiliki pengaruh yang signifikan pada perkembangan sosial anak (Lamb, 1997., Rohner, 1998., Hurley, 1965., Bowlby, 1969., Rothbaum, 1988., Hart, Dewolf, Wozniak & Burts, 1992., Booth dkk, 1994). Anak yang diterima

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  9 umumnya bersosialisasi dengan baik, kooperatif, ramah, loyal, stabil secara emosi, dan gembira (Hurlock, 1989., Gulay, 2011). Anak yang diterima akan lebih mudah menyesuaikan diri, memiliki perkembangan sosial dan Gill, 1986., Rohner, 2000., Rohner, Varan & Koberstein, 2010., Khaleque & Rohner, 2011a., Khaleque, Rohner & Rahman, 2011b., Ansari & Qureshi, 2013).

  Penelitian di atas dilakukan pada populasi anak normal. Dari uraian tersebut tampak bahwa penerimaan orangtua bisa mendukung perkembangan pada populasi anak normal. Namun, apakah penerimaan orangtua memang memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat interaksi sosial anak autis? Penelitian ini akan menjadi berbeda karena diteliti pada anak autis, dimana anak autis itu sendiri memiliki salah satu hambatan pada aspek interaksi sosial. Dengan demikian, penelitian ini dilakukan pada anak autis mengingat interaksi sosial merupakan hambatan utama yang mereka bawa sejak lahir. Ini berarti anak autis tidak menunjukkan adanya ketertarikan untuk menjalin relasi dengan orang lain seperti kurangnya minat sosial, hubungan timbal balik serta spontanitas dalam bermain. Dengan kata lain, anak autis menjauhkan diri secara sosial dengan cara menyendiri dan tidak peduli dalam sebagian besar situasi. Belum ada penelitian yang secara spesifik meneliti penerimaan orangtua yang dikaitkan dengan salah satu aspek dari trias autisme. Oleh karena itu, peneliti ingin melihat bagaimana hal tersebut bisa saling berhubungan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  10

  B. Rumusan Masalah

  Apakah ada hubungan positif dan signifikan antara penerimaan C.

   Tujuan Penelitian

  Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada hubungan antara penerimaan orangtua dan tingkat interaksi sosial anak autis.

  D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

  a. Sebagai masukan atau informasi untuk area Psikologi Klinis mengenai hubungan antara penerimaan orangtua dan tingkat interaksi sosial yang dimunculkan oleh anak autis dalam kesehariannya.

2. Manfaat Praktis

  a. Sebagai sumbangan kepada orangtua dan tenaga profesional mengenai penerimaan orangtua dan tingkat interaksi sosial, sehingga bisa membantu anak untuk mengembangkan potensinya.

  b. Membantu orangtua dan tenaga profesional untuk lebih memahami bahwa penerimaan orangtua memiliki dampak yang besar bagi kesejahteraan anak autis.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB II LANDASAN TEORI Penerimaan Orangtua 1. Definisi Penerimaan Orangtua Penerimaan orangtua berarti kemampuan untuk menyatakan atau

  menjawab atau mengakui apa yang anak katakan tanpa mencoba untuk merubahnya. Ini juga berarti mendengarkan anak dan tidak meresponnya dengan pandangan orangtua, dengan saran atau anjuran, dengan strategi penyelesaian masalah, atau menggurui apa yang anak katakan. Selain itu, orangtua yang menerima berarti tidak merespon anak dengan mencela dan mengkritik (Eugster, 2007). Penerimaan orangtua mengacu pada kehangatan, kasih sayang, perawatan, kenyamanan, perhatian, pemeliharaan, dukungan, atau cinta yang dialami anak dengan orangtua atau pengasuh mereka (Rohner, Khaleque & Cournoyer, 2007).

2. Indikator Penerimaan Orangtua

  Menurut Rohner (2005) penerimaan merupakan perilaku yang ditandai dengan adanya kehangatan, kasih sayang, perawatan, serta membuat orang yang diterima merasa nyaman. Skema penerimaan orangtua menurut Rohner ditunjukkan pada gambar di bawah ini:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  12

  Gambar 2 Indikator Penerimaan dan Penolakan Orangtua

  Pada gambar di atas, Rohner (2005) memberi gambaran mengenai dimensi kehangatan orangtua yang mencakup penerimaan dan penolakan orangtua. Pada aspek kehangatan/ afeksi, terdapat penerimaan secara fisik dan verbal. Pada dimensi penolakan, terdapat empat aspek diantaranya adalah perilaku dingin secara fisik dan verbal, perilaku agresif/ bermusuhan secara fisik dan verbal, mengabaikan, dan membeda-bedakan anak.

  Astuti (2007) mengatakan bahwa orangtua menerima dengan memberikan cinta, dukungan melalui perhatian, menjaga, merawat, mendidik, menjaga perkataan atau tidak berkata buruk, sabar atau tidak memaksakan kehendak, dan bahagia dalam mengasuh anak. Sedangkan menurut Porter (dalam Hurlock dalam Astuti, 2007) ciri-ciri orangtua yang menerima adalah ketika orangtua tidak mengalami gangguan emosional ketika anak menunjukkan penolakan tetapi justru menerima dan mengarahkan anak, mendorong anak untuk bebas mengekspresikan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  13 emosinya, membangun komunikasi terbuka, dan mendengarkan dengan pikiran yang tenang terhadap konflik yang dialami anak. Hurlock (1989) mengatakan bahwa orangtua yang menerima melakukan aktivitas bersama dalam pekerjaan rumah sehari-hari, memberikan sesuatu yang dibutuhkan, memperhatikan perkembangan prestasi dan minat anak serta memberikan kepercayaan, tidak mengharapkan terlalu banyak dan bertutur manis pada anak.

  Berdasarkan penjelasan beberapa ahli di atas, penerimaan bisa ditunjukkan melalui ungkapan secara fisik, verbal, dan psikologis yang dirangkum dalam beberapa aspek sebagai berikut:

  1. Penerimaan secara fisik mencakup ekspresi fisik orangtua kepada anak misalnya ditandai dengan memeluk, membelai, mencium, tersenyum, dan indikasi lainnya yang terkait dengan tindakan yang menunjukkan kasih sayang.

  2. Penerimaan dalam bentuk ekspresi verbal ditandai dengan memuji, mengatakan hal-hal yang baik terkait dengan suatu hal, mengatakan hal-hal yang baik pada anak, atau gestur tertentu berdasarkan kultur tertentu.

  3. Penerimaan secara psikologis mengacu pada dukungan, perhatian, ketertarikan pada ruang lingkup anak, pencarian informasi terkait dengan perkembangan kemampuan yang dimiliki anak.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  14 Untuk memperjelas batasan mengenai penerimaan orangtua, Rohner

  (2005) mencantumkan indikasi untuk penolakan orangtua. Penolakan orangtua kepada anak mencakup empat aspek, yaitu adanya sikap dingin diantaranya:

  1. Secara fisik, sikap ini ditandai dengan kurangnya pelukan, ciuman, kedekatan dengan anak. Secara verbal, sikap ini ditandai dengan kurangnya pujian dan perkataan yang baik terhadap anak.

  2. Aspek penolakan orangtua lainnya muncul berupa adanya perilaku bermusuhan atau agresi secara fisik dan atau verbal. Secara fisik, muncul perilaku orangtua dimana mereka memukul, menendang, melukai, mendorong, dan mencubit anak. Sedangkan secara verbal, perilaku yang muncul berupa kutukan, sindiran, meremehkan, dan mengatakan hal yang tidak baik dan tanpa dipikirkan dahulu kepada anak.

  3. Penolakan berupa adanya sikap yang acuh tak acuh atau mengabaikan anak. Sikap ini ditandai dengan ketidakhadiran orangtua secara fisik dan psikologis, serta tidak memerhatikan kebutuhan anak.

  4. Aspek penolakan orangtua kepada anak yang terakhir adalah adanya sikap membeda-bedakan yang ditandai dengan anak yang merasa tidak dicintai, tidak dihargai, dan tidak dipedulikan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  15

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Orangtua

  Ada beberapa faktor yang mempengaruhi proses penerimaan orangtua terhadap anak autisme menurut Rachmayanti & Zulkaida (2008).

  a. Dukungan keluarga. Orangtua akan terhindar dari merasa ”sendirian”, sehingga menjadi lebih ”kuat” dalam menghadapi ”cobaan” karena dapat bersandar pada keluarga besar mereka.

  b.

  Keuangan keluarga yang memadai. Dengan kemampuan finansial yang lebih baik, makin besar pula kemungkinan orang tua untuk dapat memberikan beberapa terapi sekaligus, sehingga proses ”penyembuhan” juga akan semakin cepat.

  c. Latar belakang agama yang kuat. Kepercayaan yang kuat kepada Tuhan membuat orang tua yakin bahwa mereka diberikan cobaan sesuai dengan porsi yang mampu mereka hadapi.

  d.

  Dokter ahli yang simpatik. Apalagi jika dokter memberikan dukungan dan pengarahan kepada orangtua (atas apa yang sebaiknya mereka lakukan selanjutnya).

  e. Tingkat pendidikan orangtua. Semakin tinggi tingkat pendidikan, relatif makin cepat pula orangtua menerima kenyataan dan segera mencari penyembuhan.

  f. Status perkawinan yang harmonis. Hal ini memudahkan suami isteri untuk bekerja saling bahu membahu, dalam menghadapi cobaan hidup yang mereka alami.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  16 g.

  Sikap masyarakat umum. Makin rendahnya pengetahuan masyarakat umum akan kondisi kebutuhan khusus anak-anak ini, makin sulit bagi mereka untuk menerima ”kelainan” pada anak-anak ini. Namun, pada masyarakat yang sudah lebih ”menerima”, mereka berusaha memberikan dukungan secara tidak berlebihan dengan menanyakan secara halus apakah orang tua perlu bantuan, memberikan senyuman kepada sang anak, dsb.

  h.

  Kematangan usia orangtua. Hal ini memperbesar kemungkinan orang tua untuk menerima diagnosa dengan relatif lebih tenang.

  Dengan kedewasaan yang mereka miliki, pikiran serta tenaga mereka difokuskan pada mencari jalan keluar yang terbaik. i. Sarana penunjang, seperti pusat-pusat terapi, sekolah khusus, dokter ahli, dan pusat konseling keluarga, merupakan saran penunjang yang sangat dibutuhkan oleh orang tua dalam mengasuh anak-anak dengan kebutuhan khusus.

B. Autisme 1. Definisi Autisme

  Autistik berasal dari kata “Autos” yang berarti “Aku”. Dalam pengertian yang harfiah dapat berarti terpusat pada diri sendiri (Monks dalam Yuwono, 2009). Berk (2003) menuliskan autistik dengan istilah “absorbed in the self” (keasyikan dalam dirinya sendiri). Sedangkan Wall (2004) menyebutnya sebagai “aloof or withdrawn” yang diartikan sebagai

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  17 anak yang tidak tertarik pada dunia di sekitarnya. Kanner (dalam Yuwono, 2009) adalah orang yang pertama kali menggunakan istilah autis untuk menunjukkan suatu gejala psikosis pada anak-anak yang unik dan sendiri antara lain ekspresi wajah yang kosong seolah-olah sedang melamun, kehilangan pikiran dan tidak gampang bagi orang lain untuk berkomunikasi dan menarik perhatian mereka (Yuwono, 2009).

  Anak autis adalah anak yang mengalami gangguan perkembangan pervasif yang ditandai dengan tiga ciri utama, yaitu pengasingan yang ekstrim (extreme isolation) dan adanya ketidakmampuan untuk berhubungan dengan orang lain. Kedua, kebutuhan patologis akan kesamaan dan mutism atau cara berbicara yang tidak komunikatif termasuk ecolalia dan kalimat-kalimat yang tidak sesuai dengan situasi (Kanner dalam Kerig & Wenar, 2005).

  Pada buku DSM IV-TR (1994) dijelaskan bahwa autisme adalah keabnormalan yang jelas dan gangguan perkembangan dalam interaksi sosial, komunikasi, dan adanya keterbatasan pada aktivitas dan minat. Gejala yang muncul pada tiap anak berbeda, sehingga manifestasi pada autisme dapat berganti-ganti didasarkan pada usia kronologis dan tingkat perkembangan individu autis.

  Safaria (2005) mengatakan autisme adalah ketidakmampuan berinteraksi dengan orang lain, gangguan berbahasa (mutism, ecolalia, penguasaan bahasa yang tertunda, pembalikan kalimat), memiliki aktifitas

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  18 bermain yang stereotipik dan berulang, memiliki rute ingatan yang kuat dan obsesif untuk mempertahankan keteraturan dalam lingkungannya.

  Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa hambatan pada aspek interaksi sosial, komunikasi, dan perilaku. Anak autis sulit untuk membangun interaksi dengan orang lain dikarenakan keterpusatan mereka terhadap diri sendiri. Hal ini juga menyebabkan komunikasi mereka menjadi terbatas dan kurang “terasah”. Selain itu, anak autis memiliki perilaku yang dianggap kurang normal pada anak seusia mereka yaitu adanya pengulangan kata, penggunaan kosakata yang tidak tepat, serta adanya rutinitas yang mereka lakukan secara terus-menerus.

2. Penyebab Autisme

  Secara spesifik, faktor-faktor penyebab anak autistik belum ditemukan secara pasti, meskipun secara umum ada kesepakatan yang membuktikan ada keragaman tingkat penyebabnya. Hal ini termasuk adanya faktor genetik yang berperan dalam menurunnya autisme, gangguan metabolisme dan gangguan syaraf pusat, infeksi pada masa kehamilan, keracunan logam berat, hingga struktur otak yang tidak normal (Yuwono, 2009).

  Ada dugaan bahwa anak autis disebabkan oleh adanya faktor lingkungan misalnya vaccination. Beberapa orangtua melaporkan bahwa anak merek a “normal” sebelum diberikannya vaccination. Setelah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  19 diberikan vaksinasi, tampak adanya perubahan terkait dengan perkembangan anak mereka. Mereka mengaku mendapati anak mereka dengan ciri-ciri autistik setelah diberikannya vaccination. Namun hal ini

  Menurut Nakita (dalam Yusuf, 2003), ada dua penyebab yang melatar belakangi munculnya autisme, antara lain: a. Faktor Psikogenik

  Autisme diperkirakan muncul sebagai hasil dari pola asuh yang salah. Banyak kasus autisme dialami oleh keluarga menengah dan berpendidikan yang orangtuanya bersikap dingin dan kaku pada anak. Kanner mengatakan bahwa perilaku orangtua yang demikian kurang menstimulasi anak, sehingga perkembangan komunikasi dan interaksi sosial anak menjadi terhambat. Pendapat Kanner ini disebut dengan Teori Psikogenik, dimana penyebab autisme berasal dari faktor-faktor psikologis.

  b. Faktor Biologis dan Lingkungan Penelitian tentang faktor organik menunjukkan bahwa terdapat kelainan atau keterlambatan dalam tahap perkembangan anak autis, sehingga kemudian autisme digolongkan dalam gangguan perkembangan yang mendasari pengklasifikasian dan diagnosis dalam DSM IV-TR. Pada anak autis, jumlah neurotransmitter berbeda dengan orang normal, dengan prevalensi sekitar 30-50% individu dengan autisme mengalami peningkatan serotonin dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  20 darah. Kemudian berkembanglah penelitian yang mengarahkan perhatian pada faktor biologis, antara lain kondisi kehamilan ibu, kondisi lingkungan, perkembangan perinatal, komplikasi persalinan, zat-zat kimia yang sifatnya beracun misalnya seperti asap pabrik, asap knalpot mobil, hingga zat yang terkandung dalam tambalan gigi ibu saat kehamilan. Zat pada tambalan gigi ibu menguap di dalam mulut yang kemudian uapannya dihirup oleh ibu secara tidak sadar. Hal ini mengakibatkan uapan tersebut terkandung pada tulang ibu. Pertumbuhan janin menjadi bayi di dalam kandungan menjadi terkontaminasi oleh uap dari zat berbahaya tersebut.

  Hal lain diungkapkan oleh Acocella (dalam Lubis, 2009), dikatakan bahwa ada tiga perspektif yang dapat digunakan untuk menjelaskan penyebab autisme, antara lain:

  a. Perspektif Psikodinamika Dikatakan bahwa autisme disebabkan oleh karena adanya penolakan dari orangtua. Hal ini menyebabkan anak mampu merasakan perasaan negatif dari orangtua mereka. Anak merasa perilaku mereka hanya berdampak kecil bagi orangtua mereka yang tidak responsif. Sehingga, anak meyakini bahwa mereka tidak diinginkan. Hal ini memungkinkan anak untuk menciptakan “benteng kekosongan/ autisme” untuk melindungi diri mereka dari kekecewaan dan penderitaan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  21 b. Perspektif Biologis

  1) Pendekatan Biologis

  Dalam sebuah penelitian, antara 11 pasang monozigot yang merupakan gen autisme. Pada kelompok monozigot, 4 dari 11 memiliki gen autisme sedangkan pada dizigot tidak ada. Walaupun demikian, monozigot kembar tidak didiagnosa sebagai autisme, hanya mengalami gangguan bahasa atau kognisi.

  2) Pendekatan Kromosom

  Kromosom yang dapat menyebabkan autisme yaitu kromosom XXY dan sindrom fragile X. Namun, kromoson

  XXY tidak menunjukkan hubungan yang sekuat sindrom fragile X .

  3) Pendekatan Biokimia Anak autis memiliki dopamin dan serotonin yang tinggi.

  Hal ini membuat perilaku-perilaku tertentu pada anak autis muncul sebagai akibat dari neurotransmitter yang berlebih di dalam tubuh mereka. 4)