HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DAN TINGKAT STRES ORANGTUA DARI ANAK AUTIS

  

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DAN

TINGKAT STRES ORANGTUA DARI ANAK AUTIS

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi salah satu syarat

  

Memperoleh gelar Sarjana Psikologi

Program Psikologi

  Oleh:

  

Agustin Tri Susilowati

NIM : 019114031

FAKULTAS PSIKOLOGI PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

  

2007

  Skripsi ini saya persembahkan untuk Bapak, Ibu, Kakakku Unyil & Noi, Adikku Thonkie & Wenny, dan seluruh anak istimewa yaitu anak-anak Autis.

  

”Akan lebih menarik apabila salah melakukan sesuatu ketimbang selalu

benar-kesalahan membuatmu mencari lebih jauh, dan belajar lebih

banyak”

  • -haward buten-

  

Samubarang kabeh katitahake endah ing wayah kang wus kapesthekake,

mlah atine padha kaparingan kalenggahan, nanging manungsa ora biasa

nyumurupi pakaryaning Allah wiwit-wiwitan nganti wekasan

  • -Kohelet 3: 11-

    Mulane aja padha sumelang ing bab dina sesuk, amarga dina sesuk iku

    kadunungan kasusahan dhewe, kasusahan sadina, wus cukup kanggo

    sadina ((

    -mateus 6:34-.

  

Padha bungaha sajroning pengarep-arep, disabar sajroning karupekan,

dimantep anggomu ndedonga! ((

  • -Rum 12:12-

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

  Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memeuat karya atau bagian karya orang laian, kecuali yang telah disebut dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

  Yogyakarta, 26 Januari 2007 Penulis

  Agustin Tri Susilowati

  

ABSTRAK

Agustin Tri Susilowati (2006). Hubungan antara Dukungan Sosial dan

.

Tingkat Stres Orangtua dari Anak Autis Fakultas Psikologi Universitas

Sanata Dharma

  Penelitian ini adalah penelitian korelasional, yang bertujuan untuk

mengetahui ada tidaknya hubungan antara dukungan sosial dan tingkat stres

orangtua dari anak autis. Penelitian ini menggunakan 2 skala yaitu Skala

Dukungan Sosial SDS) dan Skala Tingkat Stres (STS) yang masing-masing terdiri

dari 50 item. Pengujian validitas alat ukur menggunakan profesional judgement

dan uji reliabilitasnya dengan Alpha Cronbach. Koefisien reliabilitas Skala

Dukungan Sosial (SDS) sebesar 0,970 dan Skala Tingkat Stres (STS) sebesar

0,962.

  Metode pengambilan sampel penelitian adalah purpose sampling. Sampel

diambil sebanyak 50 subyek yang berasal dari orangtua anak autis dimana

anaknya sekolah di SLB Citra Mulia Mandiri atau SLB Negeri 1 Wonosari.

  Uji hipotesis penelitian ini menggunakan teknik korelasi Pearson Product

Moment dengan program SPSS versi 12.0 for windows. Hasil uji hipotesis

diperoleh koefisien korelasi -0,607. Hipotesis penelitian ini diterima dan

signifikan. Nilai negatif koefisien korelasi menunjukkan hubungan negatif. Jadi,

ada hubungan negatif antara dukungan sosial dan tingkat stres orangtua anak

autis. Semakin tinggi dukungan sosial yang diterima, maka semakin rendah

tingkat stres yang dirasakan dan sebaliknya.

  Kata kunci: Dukungan sosial, tingkat stres, dan orangtua anak Autis.

  

ABSTRACT

Agustin Tri Susilowati (2006). The Relationship between Social Supports and

the Stress Level from Parents of Children with Autisms. Faculty of

Psychology Sanata Dharma University.

  This research is a correlation research, which has purpose to know

whether there is a relation between social supports and stress level from parents

of children with autisms or not. This research using 2 scales those are: Social

Supports Scale and the Stress Level scale, which each of scale has 50 items.

Validation test scale use professional judgment and the reliability test with Alpha

Cronbach. The Reliability of Social Supports Scale is 0, 970 and the Stress Level

scale is 0, 962.

  This research using purpose sampling method. There were 50 subjects

who are parents of children with autisms that are studying in SLB Citra Mulia

Mandiri or SLB Negeri 1 Wonosari.

  Hypothesis test this research using correlation technique Person Product

Moment with SPSS version 12.0 program for windows. Hypothesis test resulted

  • -0,607 for correlation coefficient. Hypothesis of this research was accepted and

    significantly. The negative score in this correlation showed that there is a negative

    relationship between social supports and stress level from parents of children

    with autisms. The higher social supports will be, the lower stress level will be, or

    on its contrary.

  

The keywords are: social supports, stress level, and parents of children with

autisms.

KATA PENGANTAR

  Puji dan syukur penulis kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala rahmat

dan karunia serta pertolonganNya yang telah diberikan, sehingga penyusunan

skripsi ini dapat diselesaikan dengan baiak.

  Selama penyusunan skripsi ini penulis telah menerima banyak masukkan

dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena ini pada kesempatan ini penulis

mengucapakan banyak terima kasih kepada pihak-pihak berikut ini:

  

1. Ibu ML. Anantasari, S.Psi. M.Si, selaku dosen pembimbing skripsi yang telah

memberi bimbingan dan petunjuk dari awal hingga terselesainya skripsi ini.

  

2. Ibu A. Tanti Arini, S.Psi dan bapak C. Wijoyo Adinugroho, S.Psi sekalu dosen

penguji skripsi yang telah membantu saya untuk lebih memahami hasil penelitian saya.

  

3. Bapak Eddy Suhartanto, S.Psi, M.Si selaku dekan fakultas Psikologi yang

telah mengizinkan penelitian ini berlangsung.

  

4. Direktur & Pengurus Diklat RSJD Soejarwadi Klaten yang telah mengizinkan

mengadakan ujicoba alat tes. Bu Eko, Bu Harmi (bimbingannya), Bapak Wayan, Bu Anik, Bu Ulfa, Bapak Muchlis, Bapak Haryono, Bu Santi & Bu Pras Terimakasi atas keramahan dan informasinya.

  

5. Ibu Maryani, Bapak Eko & PakDhe, Bu Ninis dan seluruh Staf pengajar,

Bapak Samidi terimakasih atas dukungan dan partisipasinya. Orangtua anak autis yang telah berpartisipasi dan membantu saya mengenal lebih jauh tentang anak autis. Mama Ilham, Mama & Mapa Josua, Mama Mario, Mama Aji, Mama Putri, Papa e Rian dan seluruh orangtua yang gak bisa aku sebut satu persatu. Anak-anak istimewa yang tak kan pernah kulupakan: Roy (kamu ramah sekali), puput, Sarah, Henry, Josua, Ilham, Aji, Mario, Wira, Antonie (makasi pelukannya), Bagas, Rian, & Jefri.

  

6. Bu Eni & Staf pengajar SLB Citra Mulia Mandiri Yogyakarta.. Terimakasih

sudah diizinkan untuk melakukan penelitian, keramahan, dan informasinya.

  Seluruh orangtua yang berperanserta dalam penelitian ini.

  

7. Bu Tri, Bu Susi, Bu Prita dan seluruh Guru SLB Negeri 1 Wonosari…..

  Terimakasih sudah diizinkan untuk melakukan penelitian, keramahan, dan informasinya. Mama Ihsan makasih informasinya. Seluruh orangtua yang berperanserta dalam penelitian ini.

  

8. My family: Bapak&Ibu Terimakasih atas segala pengorbanan yang diberikan

kepadaku. Terimakasih atas limpahan kasih sayang yang telah membentukku menjadi sekarang ini I love you…….. saudara-saudaraku yang cantik dan cakep: mb. Sulis (Unyil), mb. Tina (Nokieman), Caturrrrrr (Thonkiecie) dan adik kecilku yang tlah hilang Wenny (Kucrut) I love u all.

  

9. Sikung (alm) & Mbah Uti terimakasi atas doa-danya dan wejangannya. Bu’D

Sri, P’D Mul, P’D Hanono & Bu’D Tegal, P’D Haryadi & Bu’D Warni, Om Agus & Bulik Dayan, Lik Hesti & Lik Mardi, Lik Titik & Lik Tamir, Lik Doso & mb Yayuk (he..he..he.. akhirnya aku bisa, matur nuwun gih). Buat sepupu-sepuku yang cantik & cakep (Trah Sastro):mb Siwi & Joko Gedek, mb Nunuk & m’ Agung “Jumingun ‘, m’ Joko “Jokek” & mb Nur, m’Nungku “Nungkek” & mb Nana, mb Yayan & m’ Eko “Lemot”, m’Caryo “Kngacir” & mb Melta, m’Wida, m’Rio “Kasino”, Rian, Gayuh “Momo”, Rut “Gondut” , Fredi “Kompret”, Beta “Kobet” (makasi ya dah nganter-nganter aku kemana-mana), Ida “Idut”, Adi “Tison” (Alm.), Wisnu “Nonot”, Ari Olive” dan Dwi ”Klinting”. (he…he..he.. kalian tu berharga banget buat hidupku dan sumber inspirasiku. I love u all). Keponakanku yang cuakep dan cuantik: Praz “Manthuk”, Ian “Ichunk”, Arin “G. Ampel”, Fanny “G.

  Tegal” , Mirecle “Etel gretel” & Ngacir Jr. Bravo Trah Sastro Suyono…Sing rukun ya.. (he..he..he..).

  10. Dnee & MASlow (makasi ya dah menemani aku di saat suka & duka). Dyna pembimbing spiritualku yang selalu mendoakanku disetiap waktu. Dewi (aneh ya wi kita kok bisa ketemu lagi ), Evi (inget ma taruhan kita yang dulu ye…), Nining (kapan kita bisa diskusi lagi). Ita & Elis (akhirnya aku bisa nyusul kalian he..he..he..).

  

11. Temen-temen kos: Ci Anol, mb. Dewi, Yanti & m’Doni, mb. Hebi, mb. Tutik & dedeknya, mb icha, Tiwi, Wiwin, mb Tutik& mb Utri, mb. Pipit, mb Sari & mb Een, mb Yanti &Tutik, mb Lia. Makasi dah ngisi hari-hariku di Yogya…. Fajar (makasi dukungan & informasinya). Otir (makasi dah nganter ke SLB ya).

  12. M’Muji (kenapa kalo ketemu ngledek trus. But makasi dah bri semangat dari

ledekannya), m’Doni terimakasih dah mo photokopiin bahanku yang seabrek.

m’ Gandung & mb. Nanik makasi banyak ya. Special buat p’ gie, makasih ya atas keramahnya dan bantuanya.

  13. Teman-teman KKN: Anita “Nyit-nyit”, Dessy “Gapuro”, Ilko “Ilce”, Ngadiono “Ngat-ngat”, Uun “Paman Dolit”, & Maria “Putri Balsem”.

  He…he…he.. akhirnya aku bisa nyusul kalian… 14. Anak-anak kelas A: Eli, Etik, Farah (yang telah mau menemani belu ketika mo

ujian makasie ya ). Tias (bogor), Sisca, Sapti, Rani, Dewi, Yuni, Nopek, Lina,

  Wilis, Nina, Silva, Anas, Lala, Dedy, Tyo, Adi, Kris, Eko, Kobo, Pati, Jule, Vera, Agus, Fedriyan, Andre, Diana, Tari, Vinda, Nana, Selly, Ela, Mansya, Via, Uul, Anita, Chintia, Tias, Awan, Ariska, Bayu, Tejo, Debby, Nuke, Yayak, Hastin, Lintang, Merlin, & Ita. (Maaf kalo ada yang kelewatan)

Makasi dukungan dan saya sangat menikmati perjuangan kita dulu. Teman-

teman beda kelas: Icha, Rani, Ninik, Iin, Lia, Anes, mb Ajeng, Dhini, dan

lain-lain. Pokoknya yang kenal sama Belu Berarti itu temanku he....he...he...

  

15. Teman-temen Gerejaku: Ika, Endah, m’ Aan & mb Sari, m Aga, m Wawan,

Noel, Bom-Bom, Fafan, Lia, m’Ujup & mb Lia, Adit, Adit Puguh & Bagus,

Ijub, Fajar, Adi, Anggun, Lukas, Natalia, Gama dll. Abiz banyak banget.

Temen Komselku: Kak Ina, Vera, Kak Lisbet, & Ci Dessy. Terimakasi doa-

doanya.

  

16. Pihak SMP Kristen 1 Klaten yang telah memberi saya kelonggaran untuk

menyelesaikan kuliah saya dan yang telah mendukung saya.

  

17. Semua pihak yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat

saya sebutkan.

  

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul……………………………………………………………….. i

  

Halaman Persetujuan Pembimbing................................................................... ii

Halaman Pengesahan.………………………………………………………... iii

Halaman Persembahan..................................................................................... iv

Halaman Moto.................................................................................................. v

Pernyataan Keaslian Karya.............................................................................. vii

Abstrak............................................................................................................. viii

Abstract............................................................................................................ ix

Kata Pengantar................................................................................................. x

Daftar Isi.......................................................................................................... xiii

Daftar Gambar............................................................................................... xvi

Daftar Tabel ................................................................................................. xvii

Daftar Lampiran........................................................................................... xviii

  

BAB I. PENDAHULUAN.............................................................................. 1

A. Latar Belakang...……………………………………………………. 1 B. Rumusan Masalah.……………………………………………….…. 6 C. Tujuan Penelitian.…………………………………………….…….. 6 D. Manfaat Penelitian…………………………………………………... 6

BAB II. LANDASAN TEORI………………………………………………. 9

A. Stres………………………………………………………………….. 9

  1. Pengertian Stres…………………………………………………. 9

  2. Indikator Stres ……………………………………….………….. 11

  3. Penilaian Kognitif terhadap Stres …………...…………………. 14

  4. Sumber Stres ……………………………………………….…... 15

  

B. Orangtua…………………………………………………………….. 17

  3. Sumber Dukungan Sosial …………………………………….... 33

  1. Dukungan Sosial…...……………………………......................... 45 a Penyusunan Butir Pernyataan…...………..…......................... 45 b Pemberi Skor…..……………………………......................... 46

  

E. Metode Pengumpulan Data……………………….…......................... 45

  2. Stres….…................…………………………….......................... 44

  1. Dukungan Sosial…...……………………………......................... 43

  BAB III. METODOLOGI PENELITIAN…………………………………… 41 A. Jenis Penelitian………………………………………………………. 41

B. Variabel Penelitian…………………………………………………... 41

C. Subyek Penelitian dan Pengambilan………………………………… 42

D. Definisi Operasional…………………………………......................... 42

  

G. Hipotesis…...………………………………………………………… 38

  

F. Dukungan Sosial dan Tingkat Stres Orangtua dari Anak Autis……... 34

  4. Manfaat Dukungan Sosial ………..……………………………. 34

  2. Aspek Dukungan Sosial ……………………………………….... 32

  1. Pengertian Orangtua……………………………………………. 17

  1. Pengertian Dukungan Sosial……………………………………. 31

  

E. Dukungan Sosial…………………………………………………….. 31

  

D. Faktor Penyebab Stres Orangtua dari Anak Autis…….…......……… 25

  3. Kriteria Autis………………………………………………....... 24

  2. Penyebab Autis…………………………………………………. 22

  1. Pengertian Autis………………………………………………… 21

  

C. Autis………………………………………………………………… 21

  2. Penyesuaian Diri Orangtua……………………………………... 17

  2. Tingkat Stres…..……...…………………………......................... 47 a Penyusunan Butir Pernyataan………………......................... 47 b Pemberi Skor…..……………………………......................... 49

  F. Pengujian Validitas dan Reliabilitas…..…………………………...... 49

  1. Uji Validitas…..…………………………………......................... 49

  2. Uji Analisa Data…..………………….…………......................... 50

  3. Uji Reliabilitas…..………………………………......................... 50

  G. Metode Analisis Data…..……………………………......................... 51

  

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN…..……………...... 53

A. Persiapan Penelitian…..……………………………........................... 53

  1. Perizinan…..………………………………….…......................... 53

  2. Pelaksanaan Uji Coba Penelitian…..……..…………………....... 53

  3. Skala Dukungan Sosial…..……………………............................ 54

  4. Skala Tingkat Stres…..…….……………………......................... 55

  B. Pelaksanaan Penelitian…..…..………………………......................... 57

  C. Hasil Penelitian…..…………………………….................................. 57

  1. Uji Asumsi…..……………………………................................... 57 a Uji Normalitas…..…………..………………......................... 57 b Uji Linearitas…..……………………………......................... 58

  2. Uji Hipotesis…..…………………………………........................ 59

  D. Pembahasan…..…………………………………...…......................... 60

  

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN…..……………………………........ 66

A. Kesimpulan…..……………………………........................................ 66 B. Saran…..……………………………................................................... 67

Daftar Pustaka…..…………………………………...………......................... 69

LAMPIRAN…..……………………………................................................... 72

  

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kerangka Alur Pemikiran Penelitian.............................................. 39

  

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Blue Print Sebelum Uji Coba Skala Dukungan Sosial...................... 46

Tabel 2. Spesifikasi item Skala Dukungan Sosial Sebelum Uji Coba............. 46

Tabel 3. Penskoran Item Favorabel dan Unfavorabel …..………................... 47

Tabel 4. Blue Print Sebelum Uji Coba Skala Tingkat Stres…………............ 48

Tabel 5. Spesifikasi item Skala Tingkat Stres Sebelum Uji Coba ….............. 48

Tabel 6. Penskoran Item Favorabel dan Unfavorabel.……………................. 49

Tabel 7. Nomor-Nomor Item yang Sahih dan Gugur Skala Dukungan Sosial 54

Tabel 8. Blue Print Skala Dukungan Sosial (Setelah Uji Coba)....….............. 55

Tabel 9. Nomor-Nomor Item yang Sahih dan Gugur Skala Tingkat Stres...... 55

Tabel 10. Blue Print Skala Tingkat Stres (Setelah Uji Coba)....….................. 56

Tabel 11. Rangkuman Hasil Uji Normalitas …..…………....…..................... 58

  

DAFTAR LAMPIRAN

  

1. Skala Uji Coba..………….………………………………........................ 74

  

2. Data Uji Coba…..…...……………………….…………......................... 83

  

3. Uji Beda dan Reliabilitas Item…..…..…………………......................... 114

  a. Uji Beda dan Reliabilitas Item Skala Dukungan Sosial…..……….. 115

  b. Uji Beda dan Reliabilitas Item Skala Dukungan Sosial……..…….. 123

  

4. Skala Penelitian…..……………………...…………............................... 132

  

5. Data Penelitian…..……………………………………........................... 140

  

6. Uji Asumsi…..…………………………..…………............................... 162

  a. Uji Normalitas…..…………………………….................................. 163

  b. Uji Linearitas…..………………………………............................... 164

  

7. Uji Hipotesis…..……………………………........................................... 165

  

8. Perizinan…..………………………….………………............................ 167

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap orangtua pasti bahagia bila anak mereka lahir dengan selamat, sehat

  tanpa kekurangan apapun. Mereka mengharapkan anaknya berkembang sempurna, akan tetapi tidak semua dapat berkembang sempurna. Ada anak-anak yang mengalami gangguan perkembangan, salah satunya autis.

  Istilah autis diperkenalkan oleh seorang Psikolog Austria, yang bernama Leo Kanner pada tahun 1943 (Attwood, 2005). Autis merupakan ketidakmampuan berinteraksi dengan orang lain, mengalami gangguan berbahasa yang ditunjukan dengan penguasaan yang tertunda, ecolalia, mutism, pembalikan kalimat, aktivitas bermain yang repetitif dan stereotipik, rute ingatan kuat dan keinginan obsetif untuk mempertahankan keteraturan dalam lingkungan. Autis digolongkan dalam gangguan pervasif atau Pervasive Developmental Disorders (Safaria, 2005).

  Autis memiliki ciri-ciri seperti berikut ini: menghindari kontak mata, tidak suka dipeluk, mengisolasi diri, tidak menyukai suara tertentu, menyukai kegiatan yang rutin dan bila terjadi perubahan sedikit akan membuatnya merasa gelisah, cemas dan tantrum. Anak menyukai gerakan yang ritmik, seperti berputar, ganguan dalam bahasa, mereka tidak mampu memahami arti bahasa verbal maupun nonverbal (Coleman & Broen, 1997).

  Orangtua kadang kurang peka dengan gangguan perkembangan ini. Mereka menganggap gangguan ini sebagai keterlambatan perkembangan biasa. Namun, ketika perkembangan anak tidak menunjukkan kemajuan bahkan mengalami kemunduran mereka baru sadar bahwa anaknya mengalami gangguan dalam perkembangan. Orangtua melakukan banyak pemeriksaan pada anaknya (Danuadmaja, 2003).

  Orangtua mengalami syok bercampur perasaan sedih, takut, kuatir, cemas, dan marah ketika mendengar hasil pemeriksaan yang menyatakan anaknya mengalami gangguan autis. Perasaan tidak percaya bahwa anaknya mengalami autis kadang-kadang menyebabkan orangtua mencari dokter lain untuk menyangkal diagnosa dokter terdahulu, bahkan sampai berulang kali berganti dokter. Mereka dihadapkan pada fakta yang objektif dari beberapa sumber.

  Mereka merasa terpukul dan terpaksa menerima kepahitan yang menimpa anaknya. Bagaimana tidak, jika anak yang mereka sangat cintai menderita gangguan yang menyebabkan tidak berkembang secara kognitif, emosi, dan sosial seperti anak-anak yang lain (Safaria, 2005).

  Reaksi emosional orangtua yang muncul ketika pertama kali mengetahui anak memiliki gangguan autis adalah hal yang wajar. Setiap orangtua yang menghadapi diagnosis autis bagi anaknya pasti menunjukkan reaksi emosi yang harus diterima. Bila orangtua tidak memahami dan menyadari emosi-emosi dalam dirinya, akan membuat mereka tidak mampu mengendalikan reaksi emosinya.

  Mereka terjebak dalam lingkaran gejolak emosi-emosi, sehingga mereka mengalami banyak dampak negatif, baik fisik maupun psikologis. Mereka mengalami depresi, kecemasan, kekuatiran, perasaan putus asa, atau stres yang dapat menimbulkan pengaruh secara fisik dengan memunculkan penyakit stres seperti maag, migran, stroke, lesu, dan letih (Safaria, 2005).

  Puspita (2005) mengutarakan hal yang sama tentang kondisi psikologis dari orangtua dari anak autis. Setiap orangtua mengalami proses yang sangat sulit untuk dapat menerima kenyataan. Banyak orang yang sebelum sampai pada tahap penerimaan diri mengalami ketidak berdayaan, depresi, dan sering berkembang menjadi stres berkepanjangan ataupun sakit secara fisik.

  Proses penerimaan diri orangtua membutuhkan waktu yang relatif lama, bahkan dapat berlangsung bertahun-tahun. Orangtua mengalami jatuh bangun untuk menyelesaikan tiap-tiap tahap. Mereka merasakan perasaan yang tidak menyenangkan sehingga mereka sering merasa sangat lelah dan stres. Penelitian ini menggunakan subjek orangtua yang memiliki masa pendampingan terhadap anaknya antara 1 sampai 6 tahun, sebab orangtua masuk pada fase awal dari penerimaan diri. Orangtua dipenuhi perasaan cemas, takut, kecewa, marah, sedih, gelisah, merasa bersalah, dan perasaan negatif lain yang campur aduk. Perasaan negatif yang campur aduk membuat mereka terkena stres.

  Sarafino (dalam Smet, 1994) berpendapat stres adalah suatu kondisi hasil transaksi antara individu dengan lingkungan yang menimbulkan persepsi antara tuntutan-tuntutan yang berasal dari situasi dengan sumber-sumber daya sistem biologis, psikologis dan sosial dari seseorang.

  Dampak dari stres dapat dikurangi dengan cara menciptakan lingkungan yang mendukung. Dukungan dari keluarga dan teman akan menciptakan suasana yang menyenangkan. Dukungan sosial menurut Johson dan Johson (dalam Taifur, 2003) adalah keberadaan orang lain yang dapat diandalkan untuk dimintai bantuan, dorongan, dan penerimaan apabila individu mengalami kesulitan atau masalah.

  Dukungan sosial sangat penting dalam berbagai aspek kehidupan individu, mengingat individu adalah makhluk sosial yang selalu berhubungan satu sama lain. Kurang atau tidak tersedianya dukungan sosial akan menjadi individu merasa tidak berharga dan terisolasi. Keadaan tersebut memungkinkan terjadinya berbagai masalah dalam kehidupan. Sebaliknya dukungan sosial akan memberi pengalaman pada individu bahwa dirinya dicintai, dihargai, dan diperhatikan (Neizel, dkk, 1998).

  Dukungan sosial terdiri dari dukungan emosi, instrumental, informatif dan penghargaan/penilaian (Smet, 1994). Dukungan sosial dari lingkungan di sekitar akan memberi pengaruh positif bagi diri individu. Sarason (dalam Taifur, 2003) menemukan bahwa individu yang memiliki dukungan sosial tinggi akan memiliki pandangan yang optimis terhadap kehidupan. Dukungan sosial dapat meningkatkan kepercayaan diri (Balimulia, 2003) dan kepuasan hidup (Tavipamartiwi, 2002). Potensi di atas sangat dibutuhkan oleh individu menghadapi kondisi yang stressful.

  Taylor (dalam Smet, 1994) menyatakan bahwa tingkat stres dapat mempengaruhi kondisi kesehatan. Orang yang tingkat stres tinggi memiliki kemungkinan mengalami ganguan fisik maupun psikologis, sedang dukungan sosial memiliki hubungan secara tidak langsung dengan tingkat stres. Adanya dukungan sosial dapat membantu orangtua menghadapi persoalan, sehingga memberi pengaruh positif dengan kondisi kesehatannya.

  Penelitian ini memilih dukungan sosial sebagai variabel bebas karena peneliti ingin membuktikan dukungan sosial masih berfungsi bagi orangtua anak autis dalam menghadapi stressor. Orangtua anak autis mengalami masalah yang terlalu berat dan sering membuat mereka menjadi stres, sehingga dukungan sosial belum tentu cukup membantu mereka dalam mengatasi stres.

  Penelitian ini menggunakan subjek orangtua anak autis, karena mereka sangat rentan terkena stres. Stres dapat disebabkan oleh masalah-masalah mereka yang belum terselesaikan dan masalah-masalah baru, sehingga mereka membutuhkan dukungan sosial dari orang disekitarnya untuk menopang mereka dalam mengatasi masalah. Dukungan sosial sebagai faktor eksternal dapat membantu mereka untuk bertahan hidup dalam dunia yang penuh dengan

  Stres dapat mempengaruhi kondisi kesehatan orangtua anak autis. Orangtua yang tingkat stresnya tinggi memiliki kemungkinan terkena penyakit fisik maupun psikis. Kondisi seperti ini sangat tidak menguntungkan bagi diri sendiri maupun anak autis, karena anak autis sangat membutuhkan perhatian dan energi yang ekstra. Perhatian yang ekstra ini hanya terjadi bila orangtua memiliki kondisi yang prima. Permasalahan di atas menunjukkan pentingnya dilakukan penelitian lebih lanjut tentang hubungan antara dukungan sosial dan tingkat stres orangtua dari anak autis.

B. Rumusan Masalah

  Berdasar latar belakang di atas, peneliti membuat rumusan masalah penelitian sebagai berikut: Adakah hubungan antara dukungan sosial dengan tingkat stres orangtua dari anak autis? C. Tujuan Penelitian.

  Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara dukungan sosial dan tingkat stres orangtua dari anak autis.

D. Manfaat Penelitian

  1. Manfaat Teoritis

  a. Menambah wacana yang terkait dengan ilmu psikologi, yang berfokus pada pembahasan tentang dukungan sosial dan tingkat stres orangtua dari anak autis.

  b. Penelitian ini seyogyanya dapat digunakan sebagai literatur dalam pelaksanaan penelitian yang relevan di masa yang akan datang.

  2. Manfaat Praktis

  a. Bagi peneliti Penulis dapat mengetahui hubungan antara dukungan sosial dan tingkat stres orangtua dari anak autis.

  b. Bagi orangtua dari anak autis.

  Jika penelitian ini terbukti, diharapkan dapat meningkatkan kesadaran orangtua dari anak autis untuk saling mendukung sehingga dapat membantu mengurangi tekanan yang dihadapi dan mencari pemecahan masalahnya.

  c. Bagi masyarakat Jika penelitian ini terbukti, diharapkan kesadaran masyarakat untuk memberi dukungan sosial kepada orangtua dari anak autis meningkat.

BAB II LANDASAN TEORI A. Stres 1. Pengertian stres Stres adalah situasi yang menuntut seseorang di luar batas kemampuannya

  untuk beradaptasi (Handoyo, 2001). Pendapat senada disampaikan oleh Robbins (2003) stres adalah kondisi dinamik yang didalamnya individu dikonfrontasikan dengan suatu peluang, kendala (constraints) atau tuntutan (demands) yang terkait dengan apa yang sangat diinginkan hasilnya, dan dipersepsikan sebagai tidak pasti dan penting. Halonen dan Santrock (1999) menyatakan stres merupakan respon individu terhadap keadaan atau kejadian yang mengancam (stressor) dan menganggu kemampuan koping.

  Sarafino (1997) mendefinisikan stres menurut 3 sudut pandang antara lain sebagai berikut: a. Stres sebagai stimulus

  Individu melihat dalam referensi orang terhadap sumber atau penyebab kegelisahan dan tekanan sebagai kejadian atau keadaan yang menyebabkan stres. Keadaan atau kejadian yang membuat kita merasa terancam atau terganggu, sehingga menghasilkan perasaan tertekan disebut b. Stres sebagai respon Sarafino memfokuskan pada reaksi terhadap stressor. Individu secara cepat akan merespon stimulus yang diterimanya. Respon yang dihasilkan dapat berupa fisik, seperti: jantung berdebar, mulut kering, perut mual, berkeringat, maupun psikologi berupa perilaku, kognitif, dan emosional.

  Cannon dalam teori Fight or flight menyatakan bahwa tubuh melakukan reaksi untuk melawan tekanan yang berbahaya. Tubuh secara cepat terangsang dan termotivasi melalui sistem saraf simpatik dan endorin, sehingga individu selalu merespon setiap stimulus yang diterimanya. Respon dapat berupa menghindar (flight) atau menghadapi (fight) (Sarafino, 1997).

  Pendapat senada disampaikan oleh Selye tahun 1936 (dalam Sarafino, 1997) menyatakan bahwa oragnisme dihadapkan stressor akan mendorong dirinya sendiri untuk melakukan tindakan. Usaha diatur oleh kelenjar adrenalin yang akan mengaktifkan sistem saraf simpatik. Selye membagi 3 tahap yang disebut General Adaption System (GAS), yaitu: (1) Tahap reaksi alarm (alarm reaction) merupakan upaya mempersiapkan diri untuk melawan stres. (2) Tahap resisten (resistance reaction) merupakan tahap tubuh melakukan penyesuaian pada keadaan yang menimbulkan stres. (3) Tahap kelelahan (exhoustion reaction) terjadi ketika tubuh sudah tidak mampu lagi untuk memberi respon dalam melawan keadaan stres (Sarafino, 1997).

  Jadi dapat disimpulkan stres merupakan reaksi individu terhadap stimulus yang mengancam. Respon yang dilakukan disebut dengan ketegangan (strain).

  c. Stres sebagai transaksi Stres adalah hubungan antara individu dengan lingkungan yang merupakan kelanjutan dari interaksi dan penyesuaian diri. Stres tidak hanya stimulus atau respon, namun sebuah proses yang mana individu sebagi agen aktif yang dapat mempengaruhi dampak dari stressor terhadap perilaku, kognitif, dan emosional.

  Sarafino (1997) menyimpulkan bahwa stres merupakan suatu kondisi hasil transaksi orang atau lingkungan membawa individu merasa ketidaksesuaian-nyata atau tidak-dengan tuntutan dari situasi dan sumber daya biologis, psikologi atau sistem sosial.

  Pengertian stres yang digunakan dalam penelitian ini adalah suatu keadaan yang menuntut dan membebani individu baik secara fisiologis maupun psikologis yang menimbulkan tegangan, sehingga membuat individu berusaha untuk mengatasi.

2. Indikator stres Indikator stres menurut Robbins (2003) adalah sebagai berikut.

  a. Fisiologis yang berupa sakit kepala, tekanan darah naik, sakit liver.

  b. Psikologis yang berupa gelisah, depresi penurunan kepuasan.

  Cox (dalam Handoyo, 2001; Gibson, 1984) mengemukakan indikator stres adalah sebagai berikut.

  a. Fisiologis yaitu menyebabkan gangguan pada kesehatan fisik yang berupa penyakit yang sudah diderita sebelumnya atau memicu timbulnya penyakit tertentu.

  b. Kognitif yaitu ketidakmampu mengambil keputusan, kurang kosentrasi dan peka terhadap ancaman.

  c. Perilaku yaitu peningkatan konsumsi alkohol dan rokok, tidak nafsu makan/makan berlebihan, penyalahgunaan obat-obatan, menurun semangat untuk berolahraga yang berakibat pada pola diet dan timbulnya beberapa penyakit. Stres dapat meningkatkan intensitas kecelakaan baik di rumah, di tempat kerja, dan di jalan.

  d. Psikologi yaitu kegelisahan, kelesuan, kebosanan, depresi, kelelahan, kekecewaan, kehilangan kesabaran, harga diri yang rendah dan agresi.

  Sarafino (1997) memecahan gejala psikologi menjadi lebih spesifik lagi menjadi gejala emosional. Ia membagi 4 tanda individu mengalami stres antaralain sebagai berikut:

  a. Fisiologis yaitu detak jantung dan pernafasan rata-rata meningkat dengan segera, gemetar terutama pada kaki dan tangan. migran, sakit kepala, pegal di leher, darah tinggi, gangguan makan dan kebiasaan tidur. b. Emosional yaitu marah-marah, sedih, cemas, phobia, depresi, tidak bahagia, mood (suasana hati) yang buruk, putus asa, tampak lesu dan pasif, konsep diri rendah serta suka menyalahkan diri.

  c. Kognitif yaitu ganguan dalam pola berpikir.

  d. Interpersonal yaitu sikap permusuhan, menarik diri, tidak ramah, mudah tersinggung, acuh dan mendiamkan orang lain, kepercayaan menurun, mudah mengingkari janji, senag mencari kesalahan orang lain, menutup diri, agresif, dan tidak peka terhadap lingkungan sekitar.

  Jadi, dari beberapa pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa indikator stres yaitu sebagai berikut: a. Fisiologis berupa sakit kepala, migran, detak jantung meningkat, tekanan darah naik, pucat, pernafasan rata-rata meningkat (terengah-engah), gemetar pada kaki dan tangan, berkeringat, pegal pada leher dan punggung, insomnia, lelah, dan gangguan pencernaan.

  b. Emosional berupa gelisah, cemas, kuatir, kecewa, panik, bosan, lesu, marah, sedih, mood (suasana hati) yang buruk, depresi, putus asa, tidak sabar, menyalahkan diri, dan rendah diri.

  c. Kognitif berupa gangguan dalam pola berpikir, susah kosentrasi, terfokus pada satu hal saja sehingga susah diajak berpikir yang lain, mudah lupa, pola berpikir yang kaku, dan tidak mampu mengambil keputusan. d. Perilaku berupa peningkatan konsumsi alkohol, rokok, obat-obatan, tidak nafsu makan, makan berlebihan, menarik diri, penurunan semangat olahraga, sukar tidur, banyak tidur, malas, dan penurunan produktifitas.

  e. Interpersonal berupa sikap permusuhan, menarik diri, tidak ramah, mudah tersinggung, acuh dan mendiamkan orang lain, kepercayaan menurun, mudah mengingkari janji, senag mencari kesalahan orang lain, menutup diri, agresif, dan tidak peka terhadap lingkungan sekitar.