Medication error dalam fase prescribing dan transcribing pada resep racikan : studi kasus di empat apotek di Kabupaten Sleman - USD Repository

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

MEDICATION ERROR DALAM FASE PRESCRIBING DAN
TRANSCRIBING PADA RESEP RACIKAN (STUDI KASUS DI EMPAT
APOTEK DI KABUPATEN SLEMAN)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi
(S. Farm.) Program Studi Farmasi

Disusun oleh:
Nama : Archie Tobias
NIM

: 108114188

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2014

i

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

MEDICATION ERROR DALAM FASE PRESCRIBING DAN
TRANSCRIBING PADA RESEP RACIKAN (STUDI KASUS DI EMPAT
APOTEK DI KABUPATEN SLEMAN)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi
(S. Farm.) Program Studi Farmasi


Disusun oleh:
Nama : Archie Tobias
NIM

: 108114188

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2014

i

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI


ii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

iii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

“Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu
bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil

pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri. Karena
kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk
melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah
sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya.”

Kupersembahkan Skripsi ini kepada:
“Tuhan Yesus yang merupakan Tuhan dan sahabatku yang selalu setia
menemaniku setiap saat”
“Keluargaku yang senantiasa memberikan dukungan dan kepercayaannya
kepadaku”
“Semua temanku dan pihak lain yang sudah membantuku selama ini”

iv

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI


PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus karena
kasih setia dan kemurahanNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Medication Error Dalam Fase Prescribing Dan Transcribing Pada
Resep Racikan (Studi Kasus Di Empat Apotek Di Kabupaten Sleman)”. Skripsi
ini disusun guna memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi
(S. Farm.) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Selama proses perkuliahan, penelitian dan penyusunan skripsi ini, penulis
telah mendapat banyak bantuan, dukungan, nasehat, bimbingan, saran dan kritik
dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis pada kesempatan ini ingin
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Tuhan Yesus Kristus yang telah setia menemani dan memampukan dalam
melalui segala proses yang sudah terjadi, juga menjadi penolong serta
penghibur yang setia baik dalam keadaan senang maupun keadaan susah.
2. Ipang Djunarko, M. Sc., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Phebe Hendra, M. Si., Ph. D., Apt. selaku wakil Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah banyak menolong dan
memberikan teladan yang sangat baik bagi penulis.

4. Yohanes Dwi Atmaka, M. Si., selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah
banyak menolong dan membimbing penulis selama proses perkuliahan
berlangsung.

v

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

5. Aris Widayati, M. Si., Ph.D., Apt., selaku dosen pembimbing tugas akhir yang
telah banyak memberikan bimbingan, kesabaran dan bantuan, baik selama
proses perkuliahan yang diampu beliau maupun dalam proses penyusunan
tugas akhir ini.
6. Maria Wisnu Donowati, M. Si., Apt., selaku dosen penguji yang telah banyak
memberikan kritik dan saran yang membangun pada penulis.
7. Dr. Rita Suhadi, M. Si., Apt. selaku dosen penguji yang telah banyak

memberikan kritik dan saran yang membangun pada penulis.
8. Para dosen di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma yang telah
memberikan bekal kepada penulis untuk praktek kefarmasiannya kelak dan
para karyawan serta seluruh staff di Fakultas Farmasi yang telah membantu
penulis selama masa perkuliahan berlangsung.
9. Para apoteker dan asisten apoteker yang telah menerima penulis dan
berpartisipasi dalam membantu proses pengerjaan skripsi ini hingga selesai.
10. Papa dan Mamaku tersayang yang selalu memberikan kasih sayang, dukungan,
semangat, perhatian dan doanya pada penulis hingga akhirnya proses
pengerjaan skripsi ini selesai.
11. Kakak-kakak dan adikku yang kusayangi yaitu Vania, Axel dan Lisya yang
telah banyak memberikan dorongan dan semangat dalam proses pengerjaan
skripsi ini.
12. Teman-teman seperjuangan dalam proses pengerjaan skripsi ini, yaitu Leo,
Haris, Septi, Vera, Lenny, Lelo dan Mala atas semangat dan bantuannya.

vi

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN

MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

13. Sahabat-sahabatku Suryo, Kenny, Jonas, Anwar, Aji, terima kasih atas bantuan
dan dukungan kalian selama ini.
14. Teman-teman yang telah banyak membantuku dalam mengurus mata kuliah,
Anas, Aji, Anwar, Ori, Jessie, Mirsha, Stien, Evan, Andika, Mega, Reri, terima
kasih atas bantuan dan partisipasi kalian yang sangat membantu penulis.
15. Semua pihak lain yang berkontribusi langsung sehingga membantu proses
pengerjaan skripsi ini hingga selesai.
Penulis menyadari bahwa tidak ada suatu karya buatan tangan manusia
yang benar-benar sempurna. Demikian juga dengan tugas akhir yang telah selesai
dikerjakan oleh penulis sehingga dalam hal ini, penulis sangat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari semua pihak agar kedepannya hasil skripsi
ini menjadi lebih baik. Harapan penulis yaitu agar skripsi ini dapat bermanfaat
bagi seluruh masyarakat dan meningkatkan pelayanan pengobatan yang dilakukan
oleh instansi kesehatan bagi masyarakat yang dilayani.


Yogyakarta, 11 Juli 2014

Penulis

vii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

viii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI

TERPUJI

ix

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................

i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ..........................................

ii


HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI .....................................................

iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................

iv

PRAKATA ..................................................................................................

v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ……………..

viii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .....................................................

ix

DAFTAR ISI ...............................................................................................

x

DAFTAR TABEL .......................................................................................

xii

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................

xiii

DAFTAR LAMPIRAN ...............................................................................

xiv

INTISARI ....................................................................................................

xv

ABSTRACT ..................................................................................................

xvi

BAB I PENGANTAR .................................................................................

1

A. Latar Belakang ....................................................................................

1

B. Perumusan Masalah ............................................................................

3

C. Keaslian Penelitian ..............................................................................

3

D. Manfaat Penelitian ..............................................................................

7

E. Tujuan Penelitian ................................................................................

8

1. Tujuan Umum .................................................................................

8

2. Tujuan Khusus ................................................................................

8

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA ........................................................

x

9

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

A. Peresepan Obat ...................................................................................

9

B. Pelayanan Resep Di Apotek ..........................................................

11

C. Resep Racikan ....................................................................................

12

D. Medication Error ................................................................................

14

E. Fase Prescribing ..............................................................................

17

F. Fase Transcribing ............................................................................

19

G. Faktor-Faktor Penyebab Medication Error ......................................

20

H. Cara Mengatasi Medication Error ..................................................

25

I. Keterangan Empiris ............................................................................

28

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ..................................................

29

A. Jenis dan Rancangan Penelitian ..........................................................

29

B. Variabel dan Definisi Operasional ......................................................

29

C. Subjek Penelitian ................................................................................

30

D. Bahan Penelitian .................................................................................

30

E. Lokasi dan Waktu Penelitian ..............................................................

31

F. Teknik Pengambilan Data ...................................................................

31

G. Instrumen Penelitian ...........................................................................

32

H. Tata Cara Penelitian ............................................................................

32

1. Observasi Awal ...............................................................................

33

2. Permohonan Izin dan Kerjasama ....................................................

33

3. Pengambilan Data ...........................................................................

34

4. Pengolahan Data .............................................................................

37

I. Analisis Hasil ......................................................................................

37

xi

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

J. Keterbatasan Penelitian .......................................................................

38

BAB IV HASIL dan PEMBAHASAN .......................................................

40

A. Pola Peresepan Obat ...........................................................................

40

B. Angka Kejadian Medication Error .....................................................

41

1. Fase Prescribing ............................................................................

41

2. Fase Transcribing ..........................................................................

42

C. Jenis Medication Error ..........................................................................

44

1. Fase Prescribing .............................................................................

44

a. Wrong Dose ................................................................................

45

b. Interaksi Obat .............................................................................

46

c. Kontraindikasi .............................................................................

48

2. Fase Transcribing ...........................................................................

51

a. Improper Dose / Quantity ..........................................................

52

b. Kegagalan dalam Mengantisipasi Prescribing Error ................

52

D. Aspek Kelengkapan Persyaratan Administratif .................................

54

E. Faktor-Faktor Penyebab Medication Error .........................................

57

F. Cara Mengatasi Medication Error ......................................................

59

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .....................................................

61

A. Kesimpulan .........................................................................................

61

B. Saran ...................................................................................................

62

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................

63

LAMPIRAN ................................................................................................

66

BIOGRAFI PENULIS .................................................................................

105

xii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR TABEL

Tabel I.

Indeks Medication Errors Untuk Kategori Error (berdasarkan
dampak) ....................................................................................

Tabel II.

15

Jenis-jenis Medication Errors (berdasarkan alur proses
pengobatan) ...............................................................................

16

Tabel III.

Jenis-Jenis Prescribing Error ...................................................

18

Tabel IV.

Golongan Obat pada Resep Racikan yang diterima oleh
pasien di Empat Apotek di Kabupaten Sleman ........................

41

Tabel V.a. Persentase Penilaian Aspek Kelengkapan Persyaratan
Administratif Resep Racikan Berdasarkan Jumlah
Kelengkapan Aspek Yang Dipenuhi ........................................

55

Tabel V.b. Persentase Penilaian Aspek Kelengkapan Persyaratan
Administratif Resep Racikan Berdasarkan Jumlah
Kelengkapan Aspek Yang Dipenuhi ........................................
Tabel VI.

55

Faktor-Faktor Penyebab Medication Error Berdasarkan
Sudut Pandang Pihak Apoteker dan Asisten Apoteker .............

58

Tabel VII. Cara-Cara Mengatasi Medication Error Berdasarkan Sudut
Pandang Pihak Apoteker dan Asisten Apoteker ......................

xiii

59

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.

Contoh Resep ..............................................................................

9

Gambar 2.

Contoh Resep Racikan ................................................................

10

Gambar 3.

Peta Kabupaten Sleman ...............................................................

34

Gambar 4. Persentase Angka Kejadian Medication Error Fase Prescribing
yang terjadi pada pelayanan resep racikan di empat apotek
Kabupaten Sleman bulan Februari dan Maret 2014 ....................

42

Gambar 5. Persentase Angka Kejadian Medication Error Fase Transcribing
yang terjadi pada pelayanan resep racikan di empat apotek
Kabupaten Sleman bulan Februari dan Maret 2014 ....................

43

Gambar 6. Persentase Kejadian Prescribing Error Pada Resep Racikan di
Empat Apotek di Kabupaten Sleman Bulan Februari dan Maret
2014 .............................................................................................

44

Gambar 7. Persentase Kejadian Transcribing Error Pada Resep Racikan di
Empat Apotek di Kabupaten Sleman Bulan Februari dan Maret
2014 .............................................................................................

xiv

52

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Izin Melaksanakan Studi Pendahuluan ........................

67

Lampiran 2. Surat Izin Penelitian BAPPEDA ...........................................

68

Lampiran 3. Ethical Clearance .................................................................

71

Lampiran 4. Data Resep Racikan ..............................................................

72

Lampiran 5. Kelengkapan Persyaratan Administratif Resep Racikan ......

87

Lampiran 6. Lembar Penjelasan Kepada Calon Subjek ............................

89

Lampiran 7. Lembar Persetujuan (Informed Consent) ..............................

91

Lampiran 8. Pedoman wawancara Fase Transcribing Medication Error
pada Resep Racikan untuk Pasien di Apotek-Apotek di
Kabupaten Sleman ...............................................................

92

Lampiran 9. Hasil Wawancara dengan Apoteker ......................................

95

Lampiran 10. Hasil Wawancara dengan Asisten Apoteker ......................... 101

xv

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

INTISARI
Resep racikan memerlukan keahlian, baik dalam perhitungan dosis
maupun teknik pencampuran obat. Maka proses peresepan obat ini menjadi faktor
yang sangat penting dalam pengobatan pasien karena proses-proses yang
dilakukan dalam meresepkan suatu obat haruslah dilakukan dengan seteliti dan
sedetail mungkin agar tidak terjadi kesalahan (medication error) dalam
pengobatan.
Penelitian ini merupakan penelitan observasional dengan rancangan
penelitian berupa studi kasus. Studi kasus pada penelitian ini bertujuan untuk
menghitung angka kejadian medication error pada fase prescribing dan
transcribing resep racikan, mengetahui jenis medication error yang terjadi pada
fase prescribing dan transcribing serta cara mengatasi medication error tersebut
yang ada di empat apotek di Kabupaten Sleman pada bulan Februari dan Maret
2014.
Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan terdapat kejadian
medication error sebesar 50 % pada fase prescribing dan 59 % pada fase
transcribing. Golongan obat yang paling banyak diterima dalam resep yaitu
golongan kortikosteroid sebesar 67,6 %, anti asma sebesar 29,4 %, anti jamur &
anti histamin sebesar 26,5 dan 23,5 %. Terdapat kejadian wrong dose sebesar 12
%, interaksi obat sebesar 15 %, kontraindikasi sebesar 23 %. Persentase kejadian
improper dose / quantity sebesar 6 % dan kegagalan dalam mengantisipasi
prescribing error sebesar 53 %.
Kata kunci : Resep racikan, medication error, fase prescribing, fase
transcribing

xvi

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

ABSTRACT
Compounded prescription requires expertise, both in the calculation of
drug dosage and mixing techniques. Then the prescribing’s process of these drugs
becomes a very important factor in the treatment of patient because these
processes that been carried out in prescribing a drug should be done with as much
detail as precisely as possible to avoid errors (medication error) in the treatment.
This study is an observasional study with case study design. Case study
that were performed in this study aimed to calculate the incidence of medication
errors in prescribing and transcribing phase of compounded prescription, find out
the type of medication errors that occur in prescribing and transcribing phase and
how to overcome those medication errors in the existing four pharmacies in
Sleman district in February and March 2014.
The results obtained showed that there were incidence of medication
errors up to 50 % in prescribing phase and 59 % in transcribing phase. Classes of
drugs most widely accepted in the prescription were corticosteroid group up to
67.6 %, 29.4 % for anti-asthmatic, anti-fungal & anti-histamine amounted to 26.5
and 23.5 %. There were incidences of wrong dose by 12 %, drug interaction up to
15 %, contraindication by 23 %. Incidence’s percentage of improper dose /
quantity by 6 % and the failure to anticipate prescribing errors by 53 %.
Key words : Compounded prescriptions, medication error, prescribing
phase, transcribing phase

xvii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

BAB I
PENGANTAR
A. Latar Belakang
Peresepan obat merupakan hal yang tidak asing lagi di dunia pengobatan,
khususnya di dunia kefarmasian. Resep sendiri adalah permintaan tertulis dari
dokter kepada apoteker / farmasi pengelola apotek untuk memberikan obat jadi
atau meracik obat dalam bentuk tertentu sesuai dengan keahliannya, takaran dan
jumlah obat sesuai dengan yang diminta, kemudian menyerahkannya kepada yang
berhak / pasien (Syamsuni, 2005).
Resep racikan adalah resep yang memerlukan apoteker mencampur
berbagai bahan menjadi suatu bentuk sediaan obat. Resep racikan mengandung
nama dan kuantitas tiap bahan yang diperlukan (Siregar, 2004). Resep racikan
memerlukan keahlian, baik dalam perhitungan dosis maupun teknik pencampuran
obat sehingga proses peresepan obat ini menjadi faktor yang sangat penting dalam
pengobatan pasien karena proses-proses yang dilakukan dalam meresepkan suatu
obat haruslah dilakukan dengan seteliti dan sedetail mungkin agar tidak terjadi
kesalahan dalam pengobatan.
Medication error merupakan suatu bentuk error dalam bidang
kedokteran dan kefarmasian, yang selama ini selalu luput dari perhatian,
cenderung diabaikan, atau bahkan dianggap tidak pernah terjadi (Dwiprahasto,
2004). Kesalahan peresepan dapat memberikan risiko yang berarti bagi pasien.
Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1027 / MENKES / SK / IX / 2004
menyebutkan bahwa medication error adalah kejadian yang merugikan pasien,

1

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
2

akibat pemakaian obat selama dalam penanganan tenaga kesehatan, yang
sebetulnya dapat dicegah.
Medication error merupakan kerugian nyata pada pasien dalam waktu,
uang dan kualitas hidup. Medication error dapat terjadi dalam proses penamaan,
peresepan (prescribing), pembacaan resep (transcribing), penyiapan (dispensing)
dan administrasi (administration) obat. Pihak pasien sendiri juga dapat
menyebabkan

kesalahan

karena

gagal

mematuhi

instruksi

pengobatan

(Pennsylvania Health Care Cost Containment Council, 2004).
Administrasi pengobatan adalah proses multi kompleks yang meliputi
tahap prescribing, transcribing, dispensing dan administration dan monitoring
respon pasien. Kesalahan (error) pada pengobatan dapat terjadi pada setiap tahap.
Meskipun banyak kesalahan muncul di tahap prescribing, sebagian kesalahan
dicegah oleh apoteker, perawat, atau staf kesehatan lainnya (Anderson dan
Townsend, 2010).
Tingkat kesalahan pengobatan atau medication error di Indonesia cukup
tinggi. Studi yang dilakukan FK UGM antara 2001-2003 menunjukkan
medication error mencapai 5,07 %. Sebanyak 0,25 % dari jumlah

tersebut

berakhir fatal hingga kematian. Dampak dari kesalahan proses pengobatan ini
cukup beragam, mulai dari keluhan ringan hingga kejadian serius yang
memerlukan perawatan rumah sakit atau bahkan kematian (Dwiprahasto, 2004).
Tindakan nyata yang dapat dilakukan untuk mencegah medication error
oleh seorang farmasis adalah melakukan skrining resep yang dapat ditinjau dari
kelengkapan resep yang meliputi identitas dokter, identitas pasien, nama obat,

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
3

regimen dosis, serta kelengkapan administratif yang lain (Menteri Kesehatan
Republik Indonesia, 2004).
Berdasarkan hal-hal diatas, maka penulis akan meneliti tentang resep
racikan yang ada di apotek-apotek di wilayah Kabupaten Sleman, khususnya pada
saat fase prescribing dan transcribing. Melalui penelitian ini diharapkan
medication error yang terjadi dalam peresepan obat racikan yang ada di apotekapotek di kabupaten Sleman ini dapat diketahui dan untuk kedepannya dapat
diminimalisir sehingga proses pengobatan yang terjadi pada pasien dapat
terlaksana dengan baik dan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan.
B. Perumusan Masalah
1. Berapa angka kejadian medication error fase prescribing dan transcribing
pada resep racikan yang ada di empat apotek di Kabupaten Sleman pada bulan
Februari dan Maret 2014?
2. Apa saja jenis medication error yang terjadi dalam fase prescribing dan
transcribing yang ada di empat apotek di Kabupaten Sleman?
3. Bagaimana cara mengatasi medication error yang terjadi pada peresepan obat
racikan yang ada di empat apotek di Kabupaten Sleman?
C. Keaslian Penelitian
Penelitian yang telah dilaksanakan yang terkait dengan penelitian ini antara
lain:
1.

Kajian Penulisan Resep: Tinjauan Aspek Legalitas dan Kelengkapan Resep
di Apotek-Apotek KotaMadya Yogyakarta (Rahmawati dan Oetari, 2002).
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah resep-resep yang dilayani

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
4

di apotek-apotek di daerah kotamadya Yogyakarta telah memenuhi asas
legalitas sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. Penelitian ini
meneliti juga tulisan tangan dokter yang berpotensi dapat menimbulkan
interpretasi sehingga berpeluang menimbulkan kesalahan pengobatan
(medication error). Penelitian ini dilakukan dengan jalan mengumpulkan
contoh resep, yang diambil secara acak (α = 5% dan d = 3), dari 12 apotek di
kotamadya Yogyakarta. Kuesioner dan wawancara juga dilakukan terhadap
responden (24 apoteker dan 59 asisten apoteker) untuk mendukung data
pokok. Hasil penelitian deskriptif yang didapatkan menunjukkan bahwa resep
yang memenuhi persyaratan yang berlaku adalah 39,8 %. Ketidaklengkapan
tersebut disebabkan antara lain karena tidak adanya paraf, nomor ijin praktek
dokter, tanggal resep. Tulisan tangan dokter yang kurang dapat dibaca sangat
menyulitkan sehingga berpotensi menimbulkan kesalahan interpretasi
terutama pada nama obat, dosis, aturan pakai, dan cara pemberian, yang
selanjutnya dapat menyebabkan kesalahan pengobatan.
2.

Medication Errors In OutPatients Of A Government Hospital In Yogyakarta
Indonesia (Perwitasari, Abror dan Wahyuningsih, 2010). Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui kejadian medication errors termasuk prescribing
error, pharmaceutical error dan dispensing error dan kejadian jenis error
yang paling banyak terjadi. Penelitian ini memeriksa peresepan dari 229
pasien rawat jalan. Ditemukan 226 peresepan dengan medication errors. Dari
226 medication errors, 99,12 % adalah prescribing errors, 3,02 % adalah
pharmaceutical errors dan 3,66 % adalah dispensing errors. Jenis

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
5

prescribing error yang paling sering terjadi adalah penulisan perintah dalam
resep yang tidak lengkap. Perintah dokter dalam peresepan merupakan
tahapan umum dimana kesalahan paling sering terjadi (99,12 %).
Pharmaceutical errors yaitu termasuk over dose dan under dose obat.
Dispensing errors yaitu termasuk penyiapan obat yang tidak benar dan
informasi obat yang tidak lengkap. Medication Error masih menjadi masalah
utama pada pasien rawat jalan di kota Yogyakarta.
3.

Medication Errors in an Internal Intensive Care Unit of a Large Teaching
Hospital: A Direct Observation Study (Vazin dan Delfani, 2012). Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengungkapkan frekuensi, jenis dan konsekuensi
dari semua jenis kesalahan di ICU sebuah rumah sakit pendidikan yang besar.
Studi observasional ini dilakukan dalam 11 kamar tidur ICU dari rumah sakit
universitas di Shiraz. Data yang didapatkan kemudian dievaluasi dan
dimasukan dalam sebuah formulir yang didesain untuk tujuan ini. Selama
periode evaluasi, total 442 errors dari 5785 peluang untuk terjadinya error
(7,6 %) terjadi. Dari hasil tersebut, ada 9,8 % administration errors, 6,8 %
prescribing errors, 3,3 % transcription errors dan 2,3 % dispensing errors.
Secara total, 45 intervensi dilakukan, 40 % hasil intervensi menghasilkan
perbaikan dari kesalahan yang terjadi. Penyebab paling utama yang
diobservasi yaitu: pelanggaran aturan, penyimpangan slip dan memori dan
kurangnya pengetahuan obat.

4.

Study and Evaluation of Medication Errors in A Tertiary Care Teaching
Hospital – A Baseline Study (Karna, Sharma, Inamdar dan Bhandari, 2012).

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
6

Catatan pasien rawat inap dari enam unit departemen kedokteran ditinjau
selama mereka tinggal di rumah sakit. Kesalahan pengobatan yang terdeteksi
didokumentasikan dan dievaluasi. Sebanyak 500 kasus pasien dipilih, di
antaranya 77,4% adalah laki-laki dan 22,6% adalah perempuan. 38,5% dari
mereka berada di kelompok usia 40-60 tahun. 167 kesalahan pengobatan
terdeteksi pada 127 pasien. Kesalahan pengobatan maksimum (31) terdeteksi
di bulan Desember tahun 2010. Keseluruhan kejadian medication error yang
ditemukan menjadi 33,4%. Sebanyak 167 kesalahan pengobatan yang
diamati, di antaranya 30,5% adalah kesalahan dalam perintah pengobatan dan
penulisan, 23,3% adalah kesalahan dalam pengobatan dispensing dan 46,1%
adalah kesalahan perawat dalam administrasi obat. Penyebab kesalahan
pengobatan yaitu 61,6% adalah karena perawat, 22,1% adalah karena
Apoteker dan 16,1% adalah karena dokter. Mayoritas kesalahan pengobatan
termasuk pada obat kelas SSP (19,7%). Pada evaluasi kasus yang parah,
mayoritas kesalahan pengobatan 89,8% digolongkan sebagai category Error,
No harm, diikuti oleh 7,7% dalam category No Error dan sisa 2,3% dalam
category Error, Harm. Penelitian ini menyimpulkan bahwa 33,4 %
medication error terdeteksi selama masa studi dan mengungkapkan bahwa
apoteker dapat memainkan peran utama dalam mencegah kesalahan ini
dengan deteksi secara dini.
5.

Evaluation of medication error incidence rate in medical ICU of Shahid
Faghihi hospital (Fereidooni dan Vazin, 2012). Penelitian ini bertujuan untuk
mengungkap frekuensi, tipe dan konsekuensi dari semua jenis error dalam

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
7

sebuah ICU dari rumah sakit pendidikan yang besar. Kemunculan error
dideteksi dengan metode observasi langsung yang disamarkan. 1 murid
farmasi mengamati 307 dosis dalam 46 shift-6 jam. Dalam tiap shift
pengamatan, pengamat memilih 1 pasien, dan memikirkan perintah penulisan
resep untuk pasien dan kemudian mengikuti perawat dalam mempersiapkan
dan mengadministrasikan obat. Semua pengamatan dicatat dalam sebuah
kumpulan data. Dalam 307 dosis, 245 medication errors (79,8 %)
teridentifikasi, (53,1 administration errors, 24,1 % prescription errors dan
2,6 % transcription errors). Medication errors paling banyak terjadi saat
tahap teknik administrasi (20,84 %) dan monitoring (16,67 %). Sekitar 85 %
dari kesalahan pada semua tahap mengarah pada efek yang tidak
membahayakan pasien.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian yang ada diatas yaitu
pada penelitian ini, peneliti akan mengkaji pada fase-fase yang terjadi dalam
medication error, khususnya pada fase prescribing dan transcribing resep racikan
yang ada di empat apotek di Kabupaten Sleman.
D. Manfaat Penelitian
1. Dapat mengetahui jenis medication error yang terjadi dalam fase prescribing
dan transcribing obat racikan yang ada di empat apotek di kabupaten Sleman
pada bulan Februari dan Maret 2014.
2. Dapat menjadi pedoman untuk penelitian selanjutnya dan juga meningkatkan
taraf keamanan dalam peresepan obat racikan yang dilakukan di empat apotek
di kabupaten Sleman.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
8

E. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk meningkatkan keamanan dalam proses peresepan obat racikan yang
dilakukan dengan mengurangi medication error yang terjadi selama peresepan
obat dan meningkatkan mutu pelayanan pengobatan yang ada di empat apotek
di kabupaten Sleman.
2. Tujuan Khusus
a. Menghitung angka kejadian dan jenis medication error dalam fase
prescribing pada resep racikan yang ada di empat apotek di Kabupaten
Sleman pada bulan Februari dan Maret 2014.
b. Menghitung angka kejadian dan jenis medication error yang terjadi dalam
fase transcribing pada resep racikan yang ada di empat apotek di Kabupaten
Sleman pada bulan Februari dan Maret 2014.
c. Mengetahui cara mengatasi medication error yang terjadi pada peresepan
obat racikan yang ada di empat apotek di Kabupaten Sleman.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Peresepan Obat
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1027/Menkes/SK/IX/2004, resep adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter
gigi, dokter hewan kepada Apoteker, untuk menyediakan dan menyerahkan obat
bagi pasien sesuai peraturan yang berlaku.
Dr. Supriyadi
SIP. No. 228/K/84
Jl. Budi Kemulyaan No. 8A Telp. 736533
Jakarta
Jakarta, 22-09-2013
R/

Acetosal
500 mg
Codein HCl
20 mg
C.T.M
4 mg
S.L
qs.
m.f. pulv. dtd. No. XV
da in caps.
S.t.d.d caps I
Paraf / tanda tangan dokter

Pro:

Tn Marzuki (Dewasa)
Jl. Merdeka No. 10 Jakarta
Gambar 1. Contoh Resep (Syamsuni, 2005)

Penulisan obat di dalam resep disusun berdasarkan urutan berikut.
1. Obat pokoknya ditulis dulu, yang disebut remidium cardinale (basis)
2. Remidium adjuvantia/ajuvans, yaitu bahan atau obat yang menunjang
kerja bahan obat utama
3. Corrigens, yaitu bahan atau obat tambahan untuk memperbaiki warna,
rasa, dan bau obat utama.

9

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
10

4. Constituents/vehiculum/excipiens, yaitu bahan tambahan yang dipakai
sebagai bahan pengisi dan pemberi bentuk untuk memperbesar
volume obat. Bahan-bahan tersebut seperti laktosa pada serbuk serta
amilum dan talk pada bedak tabur. Contohnya,
R/

Cedilanid tab. No. I
Diuretin tab. No. ¼
m.f. pulv. dtd. No. XII

Gambar 2. Contoh Resep Racikan (Syamsuni, 2005)
Cedilanid digunakan untuk mengobati dekompensasi. Umumnya, pada
penderita dekompensasi jantung sering pula timbul udem yang dapat dihilangkan
dengan diuretin sebagai diuretikum. Jadi obat pokok untuk kausalnya adalah
cedilanid (remidium cardinale) dan udem dihilangkan dengan diuretin (remidium
corrigens actonis) (Syamsuni, 2005).
Resep harus ditulis dengan jelas dan lengkap, jika resep tidak jelas atau
tidak lengkap, maka apoteker harus menanyakannya kepada dokter penulis resep
tersebut. Resep yang lengkap memuat hal-hal sebagai berikut:
1. Nama, alamat, dan nomor izin praktik dokter, dokter gigi, atau dokter
hewan;
2. Tanggal penulisan resep (inscriptio);
3. Tanda R/ pada bagian kiri setiap penulisan resep (invocatio);
4. Nama setiap obat dan komposisinya (prescriptio/ordonatio);
5. Aturan pemakaian obat yang tertulis (signatura);

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
11

6. Tanda tangan atau paraf dokter penulis resep sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku (subscriptio);
7. Jenis hewan serta nama dan alamat pemiliknya untuk resep dokter
hewan
8. Tanda seru dan / atau paraf dokter untuk resep yang melebihi dosis
maksimalnya (Syamsuni, 2005).
B. Pelayanan Resep Di Apotek
Pelayanan resep dimulai dari penerimaan, pemeriksaan ketersediaan,
pengkajian resep, penyiapan perbekalan farmasi termasuk peracikan obat,
pemeriksaan, penyerahan disertai pemberian informasi. Pada setiap tahap alur
pelayanan resep, dilakukan upaya pencegahan terjadinya kesalahan pemberian
obat (medication error) dengan melaksanakan aktivitas sesuai standar prosedur
operasional dan melakukan dokumentasi aktivitas. Tujuannya yaitu untuk
menganalisa adanya masalah terkait obat; bila ditemukan masalah terkait obat
harus dikonsultasikan kepada dokter penulis resep (Mashuda, 2011).
Apoteker melakukan skrining resep meliputi :
1. Persyaratan administratif yang terdiri dari :
a)

Nama, SIP dan alamat dokter

b) Tanggal penulisan resep
c)

Tanda tangan/paraf dokter penulis resep

d) Nama, alamat, umur, jenis kelamin, dan berat badan pasien
e)

Nama obat, potensi, dosis, jumlah yang diminta

f)

Cara pemakaian yang jelas

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
12

g) Informasi lainnya
2. Kesesuaian

farmasetik:

bentuk

sediaan,

dosis,

potensi,

stabilitas,

inkompatibilitas, cara dan lama pemberian
3. Pertimbangan klinis: adanya alergi, efek samping, interaksi, kesesuaian (dosis,
durasi, jumlah obat dan lain-lain). Jika ada keraguan dalam resep hendaknya
dikonsultasikan kepada dokter penulis resep dengan memberikan pertimbangan
dan alternatif seperlunya, bila perlu menggunakan persetujuan setelah
pemberitahuan (Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2004).
Permintaan obat secara lisan hanya dapat dilayani dalam keadaan
emergensi dan itupun harus dilakukan konfirmasi ulang untuk memastikan obat
yang diminta benar, dengan mengeja nama obat serta memastikan dosisnya.
Informasi

obat

yang

penting

harus

diberikan

kepada

petugas

yang

meminta/menerima obat tersebut. Petugas yang menerima permintaan harus
menulis dengan jelas instruksi lisan setelah mendapat konfirmasi (Direktorat Bina
Farmasi Komunitas Dan Klinik, 2008).
C. Resep Racikan
Farmasi peracikan adalah seni dan ilmu mempersiapkan obat pribadi
untuk pasien. Obat racikan yang "dibuat dari awal" – bahan-bahan individu
dicampur dalam kekuatan dan bentuk dosis yang tepat yang diperlukan oleh
pasien. Metode ini memungkinkan apoteker peracikan untuk bekerja dengan
pasien dan resep untuk menyesuaikan obat untuk memenuhi kebutuhan spesifik
pasien (Professional Compounding Centers of America, 2014).

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
13

Definisi peracikan pada bidang farmasi kadang-kadang dapat keliru
dengan rekonstitusi karena peracikan dapat melibatkan penggerusan tablet
menjadi serbuk untuk mempersiapkan suspensi. Rekonstitusi, penambahan pelarut
yang kompatibel seperti saline, dekstrosa atau air steril pada sebuah produk, tidak
selalu jatuh dalam lingkup peracikan. Misalnya, dalam pengaturan farmasi
komunitas, amoksisilin, antibiotik umumnya diresepkan untuk Otitis Media pada
populasi anak, tersedia dalam bentuk serbuk. Apoteker diwajibkan untuk
merekonstitusi serbuk pada saat penyiapan obat. Tindakan ini tidak menjadi keliru
dengan peracikan karena dilakukan sesuai dengan instruksi pabrik. Sekali lagi,
pencampuran produk yang tersedia secara komersial dengan pelarut yang
kompatibel sesuai instruksi pabrik tidak diklasifikasikan sebagai peracikan dalam
bidang farmasi (Lam, 2011).
Seluruh produk racikan dapat dilihat kurang lebih sebagai obat yang
belum disetujui karena konten dan / atau formulasi menyimpang dari obat-obat
sejenis yang disetujui Food And Drug Administration (FDA). Hal ini
menimbulkan kekhawatiran tentang keamanan dan keefektifan ketika mengubah
formulasi atau menggabungkan beberapa bahan. Jadi, disamping manfaat, produk
racikan juga membawa risiko yang melekat. Tanpa penelitian yang luas, pelatihan
peresepan untuk produk racikan bergantung terutama pada pertimbangan
profesional atau studi observasional yang tersedia dan laporan kasus. Namun,
potensi risiko tidak dapat diabaikan. Misalnya, banyak produk racikan digunakan
untuk populasi khusus seperti neonatus, pediatrik dan pasien geriatri dengan profil

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
14

farmakokinetik dan farmakodinamik yang berbeda dengan orang dewasa normal
(Lam, 2011).
Dengan demikian, faktor klinis harus dievaluasi secara hati-hati sebelum
peresepan dan penyiapan obat. Agen sistemik seperti produk parenteral dan
inhalasi menimbulkan risiko kontaminasi mikroba yang lebih tinggi jika proses
peracikan tidak dilakukan dalam kondisi steril. Konsekuensinya dapat melibatkan
masalah kesehatan yang parah atau bahkan kematian (Lam, 2011).
D. Medication Error
Berbagai istilah dan definisi telah digunakan dalam penelitian medication
error selama 45 tahun terakhir. Dalam membandingkan studi, penting untuk
mencatat definisi yang digunakan. Pada masa lampau, istilah medication error
mengacu pada kesalahan administrasi obat (administration errors); hari ini; istilah
tersebut mengacu pada kesalahan-kesalahan pada setiap tahap proses penggunaan
obat Definisi medication error meliputi kesalahan dalam proses pemberian
perintah atau pemberian obat. Kesalahan dalam pemberian perintah untuk
pengobatan umumnya disebut dengan prescribing error (Cohen, 2007).
Menurut Kepmenkes Nomor 1027/Menkes/SK/IX/2004, medication
error adalah kejadian yang merugikan pasien akibat pemakaian obat selama
dalam penanganan tenaga kesehatan yang sebetulnya dapat dicegah. Terdapat 2
macam penggolongan untuk medication error, yaitu kategori error berdasarkan
dampak dan jenis-jenis medication error yang terjadi berdasarkan alur proses
pengobatan yang terjadi. Penggolongannya dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
15

Tabel I. Indeks Medication Errors Untuk Kategori Error (Berdasarkan
Dampak) (Direktorat Bina Farmasi Komunitas Dan Klinik, 2008)
Errors
Kategori
Hasil
No error
A
Kejadian atau yang berpotensi untuk terjadinya kesalahan
Error, no
B
Terjadi kesalahan sebelum obat mencapai pasien
harm
C
Terjadi kesalahan dan obat sudah diminum/digunakan
pasien, tetapi tidak membahayakan pasien
D
Terjadinya kesalahan, sehingga monitoring ketat harus
dilakukan, tetapi tidak membahayakan pasien
Error,
Terjadi kesalahan hingga terapi dan intervensi lanjut
harm
E
diperlukan dan kesalahan ini memberikan efek yang
buruk yang sifatnya sementara
Terjadi kesalahan dan mengakibatkan pasien harus
F
dirawat lebih lama di rumah sakit serta memberikan efek
buruk yang sifatnya sementara
G
Terjadi kesalahan yang mengakibatkan efek buruk yang
bersifat permanen
H
Terjadi kesalahan dan hampir merenggut nyawa pasien
contoh syok anafilaktik
Error,
I
Terjadi kesalahan dan pasien meninggal dunia
death
Keterangan :
Harm
Penurunan fungsi secara fisik, emosional, fisiologis atau struktur tubuh dan/atau
menghasilkan suatu rasa sakit.
Monitoring
Untuk mengobservasi atau melakukan pencatatan fisiologis yang relevan atau
tanda-tanda psikologis.
Intervensi
Dapat termasuk perubahan dalam terapi atau perawatan medis aktif. Hal ini juga
dapat berupa dukungan pada sistem kardiovaskuler dan respirasi (contoh : CPR,
intubasi, dll).

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
16

Tabel II. Jenis-jenis Medication Errors (Berdasarkan Alur Proses
Pengobatan) (Direktorat Bina Farmasi Komunitas Dan Klinik, 2008)
Tipe Medication Errors
Keterangan
Unauthorized drug
Obat yang terlanjur diserahkan kepada pasien padahal
diresepkan oleh bukan dokter yang berwenang
Improper dose/quantity Dosis, strength atau jumlah obat yang tidak sesuai
dengan yang dimaksud dalam resep
Wrong dose
Penyiapan / formulasi atau pencampuran obat yang
preparation method
tidak sesuai
Wrong dose form
Obat yang diserahkan dalam dosis dan cara pemberian
yang tidak sesuai dengan yang diperintahkan di dalam
resep
Wrong patient
Obat diserahkan atau diberikan pada pasien yang
keliru yang tidak sesuai dengan yang tertera di resep
Omission error
Gagal dalam memberikan dosis sesuai permintaan,
mengabaikan penolakan pasien atau keputusan klinik
yang mengisyaratkan untuk tidak diberikan obat yang
bersangkutan
Extra dose
Memberikan duplikasi obat pada waktu yang berbeda
Prescribing error
Obat diresepkan secara keliru atau perintah diberikan
secara lisan atau diresepkan oleh dokter yang tidak
berkompeten
Wrong administration Menggunakan cara pemberian yang keliru termasuk
technique
misalnya menyiapkan obat dengan teknik yang tidak
dibenarkan (misalkan obat i.m diberikan secara i.v)
Wrong time
Obat diberikan tidak sesuai dengan jadwal pemberian
atau diluar jadwal yang ditetapkan

Menurut JCAHO (cit; Direktorat Bina Farmasi Komunitas Dan Klinik,
2008) menetapkan tentang keamanan terhadap titik kritis dalam proses
manajemen obat : sistem seleksi (selection), sistem penyimpanan sampai
distribusi (storage, distribution), sistem permintaan obat, interpretasi dan
verifikasi (ordering and transcribing), sistem penyiapan, labelisasi/etiket,
peracikan, dokumentasi, penyerahan ke pasien disertai kecukupan informasi
(preparing dan dispensing), teknik penggunaan obat pasien (administration),
pemantauan efektifitas penggunaan (monitoring). Didalamnya termasuk sistem
kerjasama

dengan

tenaga

kesehatan

terkait

baik

kompetensi

maupun

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
17

kewenangannya, sistem pelaporan masalah obat dengan upaya perbaikan,
informasi obat yang selalu tersedia, keberadaan apoteker dalam pelayanan, adanya
prosedur khusus obat dan alat yang memerlukan perhatian khusus karena dampak
yang membahayakan (Direktorat Bina Farmasi Komunitas Dan Klinik, 2008).
E. Fase Prescribing
Prescribing adalah proses yang dilakukan oleh seorang dokter, perawat
atau profesional yang terdaftar lainnya memberikan kewenangan penggunaan obat
atau pengobatan untuk pasien dan memberikan instruksi tentang bagaimana dan
kapan pengobatan tersebut harus digunakan. Meskipun istilah tersebut biasanya
mengacu pada perintah untuk pengobatan, konsep yang sama dapat mencakup tes
laboratorium, perawatan psikologis, dan usaha untuk membantu mengoptimalkan
kesehatan dan kesejahteraan (Anonim, 2012).
Peresepan (prescribing) obat-obatan merupakan keahlian penting yang
diperlukan oleh dokter. Untuk setiap keputusan peresepan, potensi manfaat perlu
diimbangi terhadap risiko yang membahayakan. Resep harus menggunakan
pengetahuan klinis dan keahlian improvisasi untuk menerapkan seperangkat
peraturan (misalnya kontra-indikasi, faktor risiko) untuk keputusan peresepan
tertentu. Tantangan peresepan telah meningkat seiring dengan pengembagan obatobat baru, dan pasien yang lebih tua dan sakit parah terobati (Anonim, 2012).
Peresepan obat dapat membantu orang tetap sehat atau mengelola kondisi
jangka panjang atau situasi darurat. Namun, seperti dengan komponen kesehatan
yang lain, resep juga memiliki kesalahan dan dapat menyebabkan hal-hal
berbahaya yang tidak diinginkan. Kesalahan pengobatan adalah salah satu isu

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
18

keamanan pada pasien yang paling umum dan kesalahan peresepan (prescribing
errors) adalah salah satu jenis yang paling umum dari kesalahan pengobatan
(Anonim, 2012).
Prescribing errors dapat muncul dalam berbagai bentuk, tapi umumnya
melibatkan dosis yang tidak tepat, detail yang tidak terbaca atau perintah
pengobatan yang tidak tepat atau obat-obatan yang dapat berinteraksi dengan
pengobatan lain yang telah dijalani (Anonim, 2012).
Definisi prescribing error

yaitu ketidaktepatan pemilihan obat

(berdasarkan indikasi, kontraindikasi, alergi-alergi yang diketahui, terapi
pengobatan yang sudah ada, dan faktor lainnya), dosis, bentuk sediaan, jumlah,
rute, konsentrasi, tingkat administrasi, atau instruksi-instruksi untuk penggunaan
produk obat yang diperintahkan atau diwenangkan oleh dokter (atau prescriber
yang sah); penulisan resep obat yang tidak terbaca atau perintah pengobatan yang
mengarah pada kesalahan yang mencapai pasien (American Society of HealthSystem Pharmacists, 2014).
Beberapa jenis prescribing error dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel III. Jenis-Jenis Prescribing Error (General Medical Council, 2012)
No. Jenis Prescribing Error
1.
Obat yang tidak perlu
2.
Obat yang tidak tepat
3.
Duplikasi
4.
Kesalahan alergi
5.
Kesalahan kontraindikasi
6.
Kesalahan dosis / kekuatan obat
7.
Kesalahan interaksi
8.
Kesalahan formulasi
9.
Kesalahan frekuensi
10. Kesalahan waktu pemberian obat
11. Ketidaklengkapan informasi

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
19

F. Fase Transcribing
Transcribing didefinisikan sebagai "tindakan dimana produk-produk obat
ditulis dari satu bentuk arah untuk diadmnistrasikan / diberikan pada yang lain.
Hal – hal ini termasuk surat perintah pengobatan, surat pengalihan, menyalin
grafik administrasi pengobatan pasien ke grafik baru, baik yang ditulis tangan atau
yang dihasilkan oleh komputer” (Manchester Community Health, 2011).
Tujuan dari farmasis yang bertugas sebagai transcriber yaitu untuk
memastikan obat ditulis penjelasannya / diartikan dengan benar dan aman dan
untuk memastikan bahwa para profesional lain yang bekerja di wilayah klinis
menyadari bahwa mereka mampu untuk melakukan transcribing dengan baik.
Transcriber mengambil tanggung jawab penuh untuk menuliskan penjelasan /
mengartikan pengobatan secara aman dan akurat, dan harus merasa percaya diri
untuk melakukannya (National Health Society, 2013).
Kebijakan dalam transcribing pengobatan adalah sebagai berikut :
1. Tidak ada pengobatan baru yang dapat diresepkan dibawah kebijakan ini.
2. Farmasis mengambil tanggung jawab penuh untuk menulis penjelasan /
mengartikan pengobatan secara aman dan akurat, dan harus merasa percaya
diri unutk melakukannya.
3. Obat-obat terkontrol, insulin, warfarin, sitotoksik and dan obat-obat lain yang
dipertimbangkan dengan resiko tinggi harus ditulis penjelasannya / diartikan
hanya pada saat transcriber secara penuh yakin bahwa pengobatan ini tidak
berbahaya bagi pasien jika diadministrasikan dan lingkup pengobatan ini
berada dalam area kompetensi mereka.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
20

4. Pengobatan tidak boleh ditulis penjelasan / diartikan apabila:
a. Detail terkait dengan obat tidak terbaca, tidak jelas, rancuh dan tidak
lengkap.
b. Pasien membantah / memperdebatkan tentang bukti-bukti yang tertulis
c. Obat-obat tersebut dinilai dikontraindikasikan oleh kondisi medis pasien
atau dimana interaksi obat atau permasalahan lain tercatat.
d. Dirasakan bahwa obat berkontribusi pada alasan-alasan tertentu untuk
diberikan pada pasien, dokter perlu diinformasikan (National Health
Society, 2013).
G. Faktor Penyebab Medication Error
Kesalahan kadang-kadang dapat terjadi ketika dokter memerintahkan
obat baru atau ketika ada perubahan dosis obat yang telah diambil pasien. Hal ini
bisa terjadi karena beberapa nama obat mungkin sound-alike / terdengar mirip
(ketika penulis resep melakukan peresepan) atau look-alike / terlihat mirip (ketika
apoteker membaca tulisan tangan pada resep atau mengambil obat yang salah dari
rak obat) (Institute for Safe Medication Practices, 2004).
Penyebab medication error

Dokumen yang terkait

Medication error dalam fase dispensing dan fase administration pada resep racikan (studi kasus) di empat apotek di Kabupaten Sleman periode Februari dan Maret 2014.

3 20 115

Evaluasi medication error resep racikan pasien pediatrik di farmasi rawat jalan rumah sakit Bethesda pada bulan Juli tahun 2007 : tinjauan fase dispensing.

0 1 128

Kajian medication error pada resep racikan pasien pediatrik di unit farmasi Rumah Sakit "X" bulan Juli 2007 (tinjauan fase dispensing).

0 1 20

Analisis investasi penambahan aktiva tetap : studi kasus pada PDAM Kabupaten Sleman - USD Repository

0 0 117

Sistem informasi transmigrasi : studi kasus pada Dinas transmigrasi Kabupaten Sleman D.I. Yogyakarta - USD Repository

0 0 108

Perkembangan dan prediksi penerimaan pajak reklame : studi kasus pada Pemerintah Kabupaten Sleman - USD Repository

0 0 138

Analisis efektivitas dan efisiensi pemungutan pajak bumi dan bangunan di Kabupaten Sleman tahun anggaran 2002-2006 : studi kasus pada pemerintahan Kabupaten Sleman - USD Repository

0 0 96

Persepsi akuntan pendidik dan akuntan publik terhadap etika profesi akuntan Insonesia : studi kasus pada empat perguruan tinggi dan empat KAP di Yogyakarta - USD Repository

0 0 103

Persepsi apoteker pengelola apotek di Kota Yogyakarta terhadap perannya dalam pelayanan resep selama di apotek - USD Repository

0 0 137

Evaluasi medication error resep racikan pasien pediatrik di farmasi rawat jalan rumah sakit Bethesda pada bulan Juli tahun 2007 : tinjauan fase dispensing - USD Repository

0 0 126