Evaluasi medication error resep racikan pasien pediatrik di farmasi rawat jalan rumah sakit Bethesda pada bulan Juli tahun 2007 : tinjauan fase dispensing.

(1)

INTISARI

Resep racikan diberikan kepada pasien pediatrik untuk mendapatkan dosis yang tepat. Resep racikan ini sangat berpotensi menimbulkan medication error (ME). Berdasarkan laporan dari United States Pharmacopeia Medication Errors Reporting Program, 377 kesalahan pada fase dispensing disebabkan oleh kesalahan dari pihak farmasi. Faktor sistem memegang peranan utama sebagai penyebab terjadinya ME.

Penelitian ini merupakan penelitian observasional deskriptif. Rancangan penelitian adalah cross sectional. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bentuk-bentuk dan presentase kejadian ME, serta mengetahui penyebab, usaha pencegahan, pengatasan, dan perbaikan yang sebaiknya dilakukan. Metode penelitian menggunakan observasi dan wawancara mendalam.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi kesalahan pada interpretasi (3,1%); pengambilan obat (6,8%); peracikan (4,6%); pelabelan (0,4%); kalkulasi dan rekalkulasi dosis (1,5%); dan pengemasan (0,2%); serta penyebutan nama pasien (0,2%). Penyebab ME di farmasi adalah kesalahan pada desain dan implementasi sistem. Usaha pencegahan yang telah dilakukan meliputi dilakukannya pemeriksaaan ulang, pencatatan ulang resep, adanya prosedur kerja, pengaturan letak obat, dan memperbaiki jadwal kerja. Usaha pengatasan berupa memberikan penjelasan kepada pasien dan menyelesaikan masalah. Usulan usaha perbaikan dapat berupa perubahan alur kerja, penambahan kolom berat badan pada resep, perubahan jadwal kerja, peningkatan sumber daya, dan penggantian obat berdasarkan persetujuan dokter.

Kata kunci : medication error, dispensing, transcribing, resep racikan, dan pasien pediatrik.


(2)

xi ABSTRACT

Many compounding prescription is prescibed to pediatric patient for getting the right dosage. The service of compounding prescription have a prone to medication error. According to the report of United States Pharmacopeia Medication Errors Reporting Program, 377 medication errors could be identified as pharmacy technician errors at dispensing phase. System factor play a major role in increasing the likelihood that an individual will make error.

This research is a descriptive-observational research. Design of this research is cross sectional. From this research, hopefully we can know the type of medication errors that are happened and how many precentase of it’s kind, factors cause medication error, prevention efforts, efforts to deal the problem, and recommendations to repair the system. To obtain that purposes, this research uses observation and indepth interview methods.

Based on the observation, the types of medication errors that were happened are error in interpretation (3,1%); labeling ( 0,4%); incorrect medicine (6,8%); dosage calculation (1,5%) packaging (0,2%); compounding (4,6%), and calling patient name (0,2%). Factors cause medication error at pharmacy are error in design and implementation of system. The prevention efforts that have done are checking, recording the prescription, work procedure, arranged medicine places, and arranged the work schedule. The efforts to deal medication error that were happen are giving some explanation to patient and finish the problems. Recommendations to repair the system are arranged work procedure, give a column weight patient in prescription, arranged work schedule, increase technology and human resources, and switch the medicine at prescription must have legalization from the medical doctor.

Key word : medication error, dispensing, transcribing, compounding prescription, dan pediatric patient.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(3)

EVALUASI MEDICATION ERROR RESEP RACIKAN PASIEN PEDIATRIK DI FARMASI RAWAT JALAN RUMAH SAKIT BETHESDA

PADA BULAN JULI TAHUN 2007 (TINJAUAN FASE DISPENSING)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)

Program Studi Ilmu Farmasi

Oleh :

Erline Yusticia Hinlandou NIM : 048114053

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2008


(4)

ii

EVALUASI MEDICATION ERROR RESEP RACIKAN PASIEN PEDIATRIK DI FARMASI RAWAT JALAN RUMAH SAKIT BETHESDA

PADA BULAN JULI TAHUN 2007 (TINJAUAN FASE DISPENSING)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)

Program Studi Ilmu Farmasi

Oleh :

Erline Yusticia Hinlandou NIM : 048114053

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2008

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(5)

(6)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(7)

Kupersembahkan karya ini untuk : Mama-Papaku, ungkapan rasa cinta dan baktiku

Almamaterku


(8)

vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma : Nama : Erline Yusticia Hinlandou

Nomor Mahasiswa : 048114053

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

Evaluasi Medication Error Resep Racikan Pasien Pediatrik di Farmasi Rawat Jalan Rumah Sakit Bethesda pada Bulan Juli Tahun 2007 (Tinjauan Fase Dispensing)

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, me-ngalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 30 Januari 2008

Yang menyatakan,

(Erline Yusticia Hinlandou)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(9)

vii PRAKATA

Puji syukur dan terima kasih ke hadirat Tuhan yang selalu menyertai, membimbing, dan memberikan kasih-Nya yang luar biasa besar kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi syarat memperoleh gelar sarjana Farmasi.

Mengingat semua proses pengambilan dan penulisan skripsi ini tidak akan berhasil tanpa bimbingan, bantuan, dan kerja sama dari berbagai pihak, maka melalui halaman ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Rita Suhadi, M.Si., Apt. selaku pemilik proyek, dekan Universitas Sanata Dharma, dan dosen pembimbing skripsi II.

2. Aris Widayati, M.Si., Apt selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan banyak bantuan dan bimbingan selama proses penulisan. 3. RS Bethesda atas kerja sama yang telah dilakukan

4. Apoteker RS Bethesda, terutama Bu Endang dan Bu Anna atas bimbingan dan dukungannya di lapangan

5. Petugas Farmasi Rawat Jalan RS Bethesda termasuk para asisten apoteker dan reseptir

6. Yosef Wijoyo, M.Si., Apt atas kesediaannya menjadi dosen penguji

7. Papa, mama, dan keluarga yang selalu memberi dukungan spiritual, moral, maupun materiil.

8. Teman-teman seperjuangan : Henny, Tata, Amanda, dan Novi yang selalu memberi semangat, pencerahan, dan menemani dalam segala suasana.


(10)

viii

9. Teman-teman yang selalu membantu dan mendukung: Maduma, Lina, Ndu2, Nina, Dipta, Nana, Keke, Ari, Iponk, Sari, Dea, Anita, Etolz, Desi, Wiwid, Yo2, dan Agung

10.Teman-teman proyek lain (carrot team, tea team, alga team, curcuma team) 11.FKK Angkatan 2004 atas kebersamaan dan semangat yang diberikan 12.Seluruh pihak yang membantu semua proses terlaksana dengan baik

Selama proses pembuatan skripsi ini, penulis menyadari banyak kekurangan, mengingat keterbatasan kemampuan penulis. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari segenap pembaca.

Yogyakarta, 30 Januari 2008

Penulis

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(11)

(12)

INTISARI

Resep racikan diberikan kepada pasien pediatrik untuk mendapatkan dosis yang tepat. Resep racikan ini sangat berpotensi menimbulkan medication error (ME). Berdasarkan laporan dari United States Pharmacopeia Medication Errors Reporting Program, 377 kesalahan pada fase dispensing disebabkan oleh kesalahan dari pihak farmasi. Faktor sistem memegang peranan utama sebagai penyebab terjadinya ME.

Penelitian ini merupakan penelitian observasional deskriptif. Rancangan penelitian adalah cross sectional. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bentuk-bentuk dan presentase kejadian ME, serta mengetahui penyebab, usaha pencegahan, pengatasan, dan perbaikan yang sebaiknya dilakukan. Metode penelitian menggunakan observasi dan wawancara mendalam.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi kesalahan pada interpretasi (3,1%); pengambilan obat (6,8%); peracikan (4,6%); pelabelan (0,4%); kalkulasi dan rekalkulasi dosis (1,5%); dan pengemasan (0,2%); serta penyebutan nama pasien (0,2%). Penyebab ME di farmasi adalah kesalahan pada desain dan implementasi sistem. Usaha pencegahan yang telah dilakukan meliputi dilakukannya pemeriksaaan ulang, pencatatan ulang resep, adanya prosedur kerja, pengaturan letak obat, dan memperbaiki jadwal kerja. Usaha pengatasan berupa memberikan penjelasan kepada pasien dan menyelesaikan masalah. Usulan usaha perbaikan dapat berupa perubahan alur kerja, penambahan kolom berat badan pada resep, perubahan jadwal kerja, peningkatan sumber daya, dan penggantian obat berdasarkan persetujuan dokter.

Kata kunci : medication error, dispensing, transcribing, resep racikan, dan pasien pediatrik.

x

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(13)

xi ABSTRACT

Many compounding prescription is prescibed to pediatric patient for getting the right dosage. The service of compounding prescription have a prone to medication error. According to the report of United States Pharmacopeia Medication Errors Reporting Program, 377 medication errors could be identified as pharmacy technician errors at dispensing phase. System factor play a major role in increasing the likelihood that an individual will make error.

This research is a descriptive-observational research. Design of this research is cross sectional. From this research, hopefully we can know the type of medication errors that are happened and how many precentase of it’s kind, factors cause medication error, prevention efforts, efforts to deal the problem, and recommendations to repair the system. To obtain that purposes, this research uses observation and indepth interview methods.

Based on the observation, the types of medication errors that were happened are error in interpretation (3,1%); labeling ( 0,4%); incorrect medicine (6,8%); dosage calculation (1,5%) packaging (0,2%); compounding (4,6%), and calling patient name (0,2%). Factors cause medication error at pharmacy are error in design and implementation of system. The prevention efforts that have done are checking, recording the prescription, work procedure, arranged medicine places, and arranged the work schedule. The efforts to deal medication error that were happen are giving some explanation to patient and finish the problems. Recommendations to repair the system are arranged work procedure, give a column weight patient in prescription, arranged work schedule, increase technology and human resources, and switch the medicine at prescription must have legalization from the medical doctor.

Key word : medication error, dispensing, transcribing, compounding prescription, dan pediatric patient.


(14)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... iii

HALAMAN PENGESAHAN... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI... vi

PRAKATA... vii

PERNYATAAN KEASL.IAN KARYA... ix

INTISARI... x

ABSTRACT... xi

DAFTAR ISI... xii

DAFTAR TABEL... xv

DAFTAR DIAGRAM... xvii

DAFTAR LAMPIRAN... xviii

BAB I. PENGANTAR... 1

A. Latar Belakang... 1

1. Permasalahan... 3

2. Keaslian Penelitian... 3

3. Manfaat Penelitian... 5

B. Tujuan penelitian... 5

1. Tujuan Umum... 5

2. Tujuan Khusus... 5

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(15)

xiii

BAB II. PENELAHAAN PUSTAKA... 6

A. Patient Safety... 6

B. Medication Error... 6

1. Definisi ME... 6

2. Tipe ME... 7

3. Fase ME... 8

C. Faktor Penyebab ME... 9

D. Medication Error pada Pediatrik... 9

E. Cara Pencegahan ME pada Pasien Pediatrik... 10

F. Resep... 11

G. Pelayanan Resep ... 12

H. Keterangan Empirik... 13

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN... 15

A. Jenis dan Rancangan Penelitian... 15

B. Definisi Operasional ... 15

C. Subyek dan Obyek Penelitian... 17

D. Teknik Sampling... 18

E. Waktu dan Tempat Penelitian ... 19

1. Observasi... 19

2. Wawancara Mendalam... 20

F. Instrumen Penelitian ... 20

G. Tata Cara Penelitian ... 21


(16)

xiv

2. Pengumpulan Data... 22

a. Observasi ... 22

b. In-depth interview (wawancara mendalam) ... 22

3. Pengolahan Data ... 23

a. Data Kualitatif... 23

b. Data Kuantitatif... 23

H. Keterbatasan dalam Penelitian... 24

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 26

A. Frekuensi Penulisan dan Pelayanan Resep Racikan Pediatrik... 26

B. Bentuk- bentuk ME... 27

C. Faktor-faktor Penyebab Terjadinya ME... 41

D. Usaha Pencegahan dan Pengatasan ME... 47

1. Usaha Pencegahan ... 47

2. Usaha Pengatasan... 49

E. Usulan Usaha Perbaikan ... 51

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN... 55

A. Kesimpulan ... 55

B. Saran ... 56

DAFTAR PUSTAKA... 57

LAMPIRAN... 61

BIOGRAFI PENULIS... 108

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(17)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel I . Persyaratan Pengkajian Resep...12 Tabel II. Bentuk-bentuk ME yang Pernah Terjadi di Rumah Sakit Bethesda...28 Tabel III. Bentuk, Macam, Jumlah, dan Presentase Kesalahan pada Tahap Interpretasi di Instalasi Farmasi Rawat Jalan RS Bethesda Bulan Juli...32 Tabel IV. Bentuk, Macam, Jumlah, dan Presentase Kesalahan pada Tahap Pelabelan di Instalasi Farmasi Rawat Jalan RS Bethesda Bulan Juli 2007...34 Tabel V. Bentuk, Macam, Jumlah, dan Presentase Kesalahan pada Tahap Kalkulasi dan Rekalkulasi Dosis di Instalasi Farmasi Rawat Jalan RS Bethesda Bulan Juli 2007... 34 Tabel VI. Macam dan Presentase Pengambilan Kekuatan Obat yang Salah di Farmasi Rawat Jalan RS Bethesda pada Bulan Juli 2007...35 Tabel VII. Macam dan Presentase Kesalahan Pengambilan Jumlah Obat yang Tidak Sesuai Resep yang Belum Sampai ke Tangan Pasien di Farmasi Rawat Jalan RS Bethesda pada Bulan Juli 2007... 36 Tabel VIII. Macam dan Presentase Kesalahan Pengambilan Jumlah Obat yang Tidak Sesuai Resep yang Sampai ke Tangan Pasien di Farmasi Rawat Jalan RS Bethesda pada Bulan Juli 2007...37


(18)

xvi

Tabel IX. Macam dan Presentase Kesalahan Peracikan yang Mempengaruhi Dosis di Farmasi Rawat Jalan RS Bethesda pada Bulan Juli 2007...38 Tabel X. Macam dan Presentase Kesalahan dalam Peracikan Membuat Bentuk Sediaan di Farmasi Rawat Jalan RS Bethesda pada Bulan Juli 2007...39 Tabel XI. Macam dan Presentase Kesalahan Pengemasan di Farmasi Rawat

Jalan RS Bethesda pada Bulan Juli 2007... 40 Tabel XII. Macam dan Presentase Kesalahan Penyebutan Nama Pasien di Farmasi Rawat Jalan RS Bethesda pada Bulan Juli 2007... 40 Tabel XIII. Upaya Pencegahan ME oleh Dokter di RS Bethesda... 47 Tabel XIV. Upaya Pencegahan ME yang Telah Dilakukan oleh Pihak Farmasi Rawat Jalan RS Bethesda... 48 Tabel XV. Upaya Pengatasan ME yang Telah Dilakukan di RS Bethesda....50 Tabel XVI. Usulan Upaya Perbaikan yang Sebaiknya Dilakukan oleh RS

Bethesda...51

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(19)

xvii

DAFTAR DIAGRAM

Diagram 1. Jumlah Penulisan dan Pelayanan Resep Racikan dan Non Racikan Pasien Pediatrik di Farmasi Rawat Jalan RS Bethesda Periode Juli 2007………...………...…………..26 Diagram 2. Bentuk-bentuk dan Presentase Kejadian ME Bulan Juli 2007 di Instalasi Farmasi Rawat Jalan RS Bethesda...29 Diagram 3. Presentase Kelengkapan Resep di Instalasi Farmasi Rawat Jalan RS


(20)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Jumlah Populasi Resep Pediatrik Bulan Juli 2007 di Rumah Sakit

Bethesda...62

Lampiran 2. Bentuk, Presentase, dan Frekuensi Kejadian ME yang Sampai ke Tangan Pasien dan yang Belum Sampai ke Tangan Pasien...63

Lampiran 3. Jumlah dan Presentase Kelengkapan Resep Racikan Pediatrik pada Bulan Juli 2007 di Rumah Sakit Bethesda...64

Lampiran 4. Jumlah Kelengkapan Aturan Waktu Minum Resep Racikan Pediatrik pada Bulan Juli 2007 di Rumah Sakit Bethesda...65

Lampiran 5. Jumlah Informasi Yang Diberikan Selama Penyerahan Obat Resep Racikan Pediatrik pada Bulan Juli 2007 di Rumah Sakit Bethesda...66

Lampiran 6. Hasil Wawancara Asisten Apoteker...67

Lampiran 7. Hasil Wawancara Dokter...77

Lampiran 8. Hasil Wawancara dengan Apoteker ...82

Lampiran 9. Hasil Wawancara dengan Pasien...85

Lampiran 10. Kejadian ME Yang Ditemukan Pada Resep Pasien Pediatrik Bulan Juli 2007 Di Rumah Sakit Bethesda ...94

Lampiran 11. Kelengkapan Resep...107

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(21)

1 BAB I PENGANTAR

A. Latar Belakang

Medication error(ME) merupakan masalah serius dan penting yang sudah timbul sejak dulu. The National Coordinating Council for Medication Error Reporting and Prevention (NCC MERP) mendefinisikan ME adalah suatu kejadian dapat dicegah yang mampu menyebabkan kesalahan dalam pemakaian obat atau kejadian membahayakan pasien di mana masih dalam pengawasan profesi kesehatan, pasien, atau konsumen (Anonim, 2000b). Medication error dapat menyebabkan kerugian pada pasien dan kehilangan kepercayaan terhadap sistem pelayanan kesehatan sehingga dapat merusak hubungan pasien dengan tenaga profesional kesehatan (Cox, 2000).

Sejak tahun 1992, Food and Drug Administration (FDA) telah menerima sekitar 20.000 laporan terjadinya ME. Laporan ini merupakan laporan dari sukarelawan, sehingga dimungkinkan jumlah ME yang sebenarnya jauh lebih tinggi (Anonim, 2003).

Faktor sistem memegang peranan utama sebagai penyebab terjadinya ME. Desain sistem yang kurang baik dapat mengakibatkan ME oleh petugas dan kesulitan mendeteksi adanya kesalahan sehingga dapat mengakibatkan ME sampai ke tangan pasien. Usaha pencegahan ME harus fokus pada akar permasalahan yaitu pada desain dan implementasi sistem. Kurangnya standarisasi, ketersediaan informasi yang kurang memadai, dan jadwal kerja yang buruk dapat menunjang individu melakukan kesalahan (Cohen, 1999).


(22)

2

Pelayanan kefarmasian pada masa kini telah berkembang ke patient oriented. Oleh sebab itu, tuntutan tanggung jawab terhadap pasien menjadi lebih besar. Tingginya rasa tanggung jawab ini seharusnya dapat untuk meminimalkan rasa malu dan saling menyalahkan yang timbul akibat adanya kesalahan yang diketahui (Cohen, 1999).

The United States Pharmacopeia Center for the Advancement of Patient Safety (USP CAPS) mengindentifikasi bahwa banyak ME terjadi pada populasi spesifik yaitu umur kelahiran sampai 16 tahun. Laporan ME ini dipresentasikan kepada USP Safe Medication Use and Pediatric Expert Committees untuk dievaluasi. Dari hasil evaluasi tersebut, USP merekomendasikan untuk mencegah ME yang terjadi pada populasi pediatrik (Anonim, 2003).

Kelompok pediatrik memiliki respon yang berbeda terhadap obat dibandingkan orang dewasa. Apalagi pada pasien neonatal, perhitungan dosis harus lebih cermat karena resiko toksisitasnya yang tinggi. Anak kecil memerlukan dosis per kilogram yang lebih besar daripada orang dewasa karena kecepatan metabolismenya yang lebih tinggi. Dosis anak dihitung dapat berdasarkan berat badan, umur, dan luas permukaan tubuh. Keanekaragaman dosis inilah yang menjadi penyebab banyak obat yang sudah jadi diracik atau direkonstitusi kembali (Anonim, 2000a).

Selama periode 5 tahun (1995-1999), dari 377 ME yang dilaporkan kepada United States Pharmacopeia Medication Errors Reporting Program (USP MERP) dapat diidentifikasi sebagai kesalahan petugas farmasi. Medication error oleh petugas farmasi ditemukan terus-menerus pada fase dispensing (Anonim, 2005c).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(23)

Penelitian ini lebih fokus kepada fase dispensing karena bertujuan meminimalkan kesalahan petugas farmasi pada fase tersebut.

Penelitian dilakukan di Rumah Sakit (RS) Bethesda. Rumah sakit ini telah melakukan kerjasama dengan Universitas Sanata Dharma dalam bidang penelitian. Penelitian ini termasuk dalam penelitian program hibah berjudul Evaluasi Patient Safety Terapi dengan Sediaan Racikan pada Pasien di Bangsal Anak Rumah Sakit Bethesda Juli-Agustus 2007 (Suhadi, 2007). Penelitian ini merupakan permintaan dari pihak RS tersebut. Rumah sakit ini termasuk dalam RS swasta tipe utama dengan akreditasi ISO 9000 dan merupakan salah satu RS swasta terbesar di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Rumah sakit ini mempunyai 8 apoteker dan telah menjalankan beberapa kegiatan pelayanan farmasi klinis.

1. Permasalahan

a. Apa saja bentuk-bentuk ME dan berapakah presentase kejadiannya selama proses dispensing?

b. Faktor-faktor apa saja yang menjadi penyebab timbulnya ME?

c. Upaya pencegahan dan pengatasan ME apa saja yang selama ini telah dilakukan?

d. Apa sajakah upaya perbaikan yang sebaiknya dilakukan? 2. Keaslian Penelitian

Penelitian ME sudah pernah dilakukan sebelumnya oleh Lisby, Nielsen dan Mainz (2004) dengan judul Errors in The Medication Process: Frequency,


(24)

4

Type, and Potential Clinical Consequences at Aarhus University Hospital, Denmark. Hasil yang didapatkan melalui penelitian ini adalah terjadi ME sebanyak 1065 dari 2467 potensi ME. Frekuensi ME pada tiap fase meliputi prescribing: 167/433 (39%), transcription: 310/558 (56%), dispensing: 22/538 (4%), dan administration: 166/412 (41%). Tipe ME yang paling sering terjadi adalah pemberian obat yang tidak diresepkan dan pengobatan yang tidak diberikan (omission drug).

Selain itu, Hartayu dan Widayati (2006) juga telah mengulas tentang ME melalui penelitian Kajian Kelengkapan Resep Pediatri yang Berpotensi Menimbulkan ME di Rumah Sakit dan 10 Apotek di Yogyakarta. Melalui penelitian ini diketahui bahwa frekuensi tertinggi ketidaklengkapan resep yang dapat memicu terjadinya ME adalah tidak tercantumnya berat badan (RS I: 65,71%; RS II: 100%; Apotek: 98,53%) dan umur pasien (RS I: 49,84%; RS II: 100%; Apotek: 14,05%).

Penelitian kali ini berbeda dengan penelitian yang telah dilakukan di atas. Perbedaan tersebut lebih pada tempat, waktu, tujuan penelitian, dan metode pengambilan data. Penelitian ini lebih bertujuan untuk mengetahui frekuensi kejadian ME (bukan potensi kesalahan) di Farmasi Rawat Jalan RS Bethesda selama fase dispensing periode Juli 2007. Selain itu, penelitian ini juga bermaksud mengetahui penyebab terjadinya ME, upaya pencegahan dan pengatasan yang telah dilakukan, dan usaha perbaikan yang sebaiknya dilakukan. Metode penelitian yang digunakan adalah observasi dan wawancara yang dilakukan secara cross sectional.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(25)

3. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut : a. manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah ilmu pengetahuan dalam bidang kefarmasiaan.

b. manfaat praktis

Hasil yang diperoleh diharapkan dapat digunakan sebagai dasar dalam penyusunan prosedur baru pencegahan ME di Instalasi Rawat Jalan RS Bethesda.

B. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Secara umum, tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi ME yang terjadi selama proses dispensing di Farmasi Rawat Jalan RS Bethesda tanpa menganalisis kerasionalan resep maupun obat yang diberikan ke pasien.

2. Tujuan Khusus

Secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk :

a. mengetahui bentuk-bentuk ME dan presentase kejadiannya selama fase dispensing

b. mengetahui penyebab terjadinya ME yang muncul

c. mengetahui usaha pencegahan dan pengatasan ME yang selama ini telah dilakukan


(26)

6 BAB II

PENELAHAAN PUSTAKA

A. Definisi Patient Safety

Patient safety adalah bebas dari kejadian merugikan yang tidak disengaja selama masa pengobatan; aktivitas untuk mencegah atau mengatasi adverse outcome yang ditimbulkan selama proses pengobatan (Anonim, 2005b).

Menurut Aspden, Corrigan., Wolcott, dan Erickson (2004) dan Anonim (2004a), patient safety didefinisikan

“the identification, analysis and management of patient-related risks and incidents, in order to make patient care safer and minimise harm to patients.”

B. Medication Error

1. Definisi ME

The National Coordinating Council for Medication Error Reporting and Prevention (Anonim, 2000b) mengemukakan bahwa

“medication error as any preventable event that may cause or lead to inappropriate medication use or patient harm while the medication is in the control of the health care professional, patient, or consumer”. Kejadian yang dimaksud adalah yang berhubungan dengan praktek profesional kesehatan, produk kesehatan, prosedur, dan sistem meliputi: prescribing, komunikasi, pelabelan, pengemasan, peracikan, dispensing, distribusi, pemberian, edukasi, monitoring, dan penggunaan (Anonim, 2000b).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(27)

2. Tipe ME

Ada beberapa tipe ME menurut Siregar dan Kumolosasi (2005), Koyle dan Butkus (2002), dan Anonim (1998) yaitu:

a. produk yang rusak adalah produk yang stabilitas fisika dan kimianya telah berubah karena penyimpanan yang kurang baik, terpapar cahaya, suhu yang tidak sesuai.

b. dosis berlebih adalah melipatkan dosis dengan melakukan pemberian pada waktu yang berbeda

c. kesalahan peresepan adalah kesalahan seleksi obat, dosis, bentuk sediaan, mutu, rute, konsentrasi, kecepatan pemberian, atau instruksi untuk menggunakan obat yang diorder oleh dokter yang tidak benar; resep atau order obat yang tidak terbaca yang menyebabkan kesalahan yang sampai pada pasien.

d. dosis atau kekuatan yang tidak tepat adalah dosis atau kekuatan obat yang diberikan berbeda dengan yang diresepkan, termasuk pemberian jumlah obat yang tidak tepat.

e. rute pemberian yang salah f. waktu pemberian yang salah

g. bentuk sediaan yang salah adalah bentuk sediaan obat yang diberikan berbeda dengan yang diresepkan

h. preparasi yang salah adalah preparasi/ formulasi yang salah dari produk obat (salah merekonstitusi atau melarutkan obat)


(28)

8

j. unauthorized drug adalah obat yang tidak disahkan (diresepkan) oleh dokter, diberikan kepada pasien yang salah

k. omission drug adalah pengobatan yang tidak diberikan, tidak termasuk penolakan pasien, keputusan klinik (kontraindikasi) atau alasan lain (karena alasan pasien akan melakukan tes laboratorium sehingga obat tidak diberikan) l. salah pasien

m. obat yang diberikan salah n. pembacaan yang salah

o. kesalahan monitoring (termasuk kontraindikasi) 3. Fase ME

Fase pada proses pengobatan yaitu :

a. fase prescribing adalah segala tindakan yang meliputi membuat keputusan medis, memilih obat dan regimen obat, dokumentasi pada rekam medik, dan tindakan pengesahan penulis resep untuk melakukan permintaan obat terhadap farmasi (Aspden, Wolcott, Bootman, dan Cronenwett, 2007).

b. fase dispensing merupakan kegiatan pelayanan yang dimulai pada tahap interpretasi, validasi, menyiapkan/meracik obat, memberikan label/etiket, penyerahan obat dengan pemberian informasi obat yang memadai disertai sistem dokumentasi (Anonim, 2004a).

c. fase pemberian adalah fase pemberian obat ke pasien yang dilakukan oleh pasien sendiri, perawat, atau caregiver

(

Anonim, 2005b).

d. fase monitoring adalah kegiatan mengevaluasi efek samping dan efek terapi yang timbul melalui respon emosional, fisik, dan psikologis pada pasien

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(29)

setelah pemberian obat serta mencatat (mendokumentasikan) semua penemuan terkait tersebut (Aspden, dkk., 2007).

B. Faktor Penyebab Medication Error

Faktor penyebab medication error dapat berupa : 1) komunikasi yang buruk, baik secara tertulis dalam bentuk kertas resep maupun secara lisan (antara pasien, dokter dan apoteker), 2) sistem distribusi obat yang kurang mendukung (sistem komputerisasi, sistem penyimpanan obat, dan lain sebagainya), 3) sumber daya manusia (kurang pengetahuan, pekerjaan yang berlebihan), 4) kurangnya edukasi ke pasien, 5) kurangnya peran pasien dan keluarganya (Cohen, 1999), 6) nama obat yang hampir sama, 7) kesalahan pada penulisan dan penempelan label, 8) kesalahan pengemasan yaitu kemasan dan bentuk sediaan yang kurang tepat (Thomas, 2001), 9) cara dispensing obat yang baik (CDOB) tidak diterapkan, dan 10) pelaksanaan sistem formularium yang belum memadai (Siregar dan Kumolosasi, 2004).

C. Medication Error pada Pediatrik

Tenaga kesehatan profesional sering tidak dapat mempersiapkan dan memberikan dosis dari formulasi yang tersedia di pasaran yang sesuai seperti yang dibutuhkan pasien pediatrik. Akibatnya bentuk sediaan obat untuk pasien pediatrik sering diubah. Tablet mungkin dihancurkan (digerus), kapsul dibuka dan diminum bersama makanan atau minuman. Situasi ini dapat meningkatkan permasalahan kelarutan dan bioavailabilitas. Walaupun dilakukan reformulasi,


(30)

10

masalah dapat timbul dari kekurangan informasi tentang stabilitas, sterilitas produk, dan bioavailabilitas (Cohen, 1999).

Walaupun pabrik obat memproduksi obat dengan konsentrasi untuk dewasa dan anak-anak, masih timbul potensi kesalahan. Produk anak-anak dan dewasa biasanya disimpan bersebelahan pada rak. Jika farmasis atau pelanggan tidak membaca label, maka dia akan memilih obat dengan konsentrasi yang salah (Cohen, 1999).

Resiko pelayanan resep pada pasien pediatrik salah satunya adalah kesalahan perhitungan dosis. Kesalahan perhitungan dosis disebabkan kurang teliti dan tulisan resep yang tidak jelas yang mengakibatkan kesalahan intepretasi. Resiko ini dapat diminimalisasi dengan memeriksa kembali, dan menstandarisasi dosis yang diminta (Cohen, 1999).

Bayi dan anak-anak memiliki resiko ME yang tinggi karena beberapa faktor yaitu perubahan perkembangan fisiologis (mempengaruhi disposisi obat), perhitungan dosis yang bersifat individual berdasarkan berat badan, kurangnya bentuk sediaan obat dan konsentrasi obat di pasaran, dan kurangnya informasi dan pelabelan untuk pediatrik pada berbagai obat (Bell, 2003).

D. Cara Pencegahan ME pada Pasien Pediatrik

Cara yang paling efektif mengurangi kesalahan adalah pencegahan. Semua dosis dan rute pemberian harus diperiksa dua kali oleh dua petugas kesehatan profesional. Perhatian harus difokuskan pada kemungkinan kesalahan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(31)

menghitung, kesalahan desimal, dan kesalahan konsentrasi pada penggunaan sediaan oral atau sediaan parenteral pada sediaan pediatrik (Cohen, 1999).

E. Resep

Surat Keputusan Menteri Kesehatan No. 922/MenKes/Per/x/1993, Bab I, pasal 1h. (Lestari, 2002) menyebutkan bahwa

”resep adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, dokter hewan kepada Apoteker Pengelola Apotek untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi penderita sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.”

Hal yang terpenting dalam menuliskan resep adalah bahwa tulisan harus jelas sehingga mudah dimengerti. Penulisan resep yang menimbulkan ketidakjelasan, keraguan, atau salah pengertian mengenai nama obat serta takaran yang harus diberikan, sedapat mungkin harus dihindari. Kebiasaan buruk di kalangan dokter dalam menulis resep dengan tulisan yang tidak jelas, kadang-kadang menyebabkan pengobatan yang tidak efektif dan tidak aman, masa sakit memanjang, membahayakan, dan menimbulkan kekhawatiran pasien, serta menyebabkan pembengkakan biaya (Anonim, 1994).

Pengkajian resep, menurut Surat Keputusan .Menteri Kesehatan No.1197/MENKES/SK/X/2004, Bab VI, pasal 6, merupakan kegiatan dalam pelayanan kefarmasian yang dimulai dari seleksi persyaratan administrasi, persyaratan farmasi dan persyaratan klinis baik untuk pasien rawat inap maupun rawat jalan.


(32)

12

Tabel I . Persyaratan Pengkajian Resep No. Persyaratan

Administrasi

Persyaratan Farmasi Persyaratan Klinis 1 Nama, umur, jenis

kelamin dan berat badan pasien

Bentuk dan kekuatan sediaan

Ketepatan indikasi, dosis dan waktu penggunaan obat 2 Nama, nomor izin,

alamat dan paraf dokter

Dosis dan jumlah obat Duplikasi pengobatan

3 Tanggal resep Stabilitas dan ketersediaan

Alergi, interaksi dan efek samping obat 4 Ruangan/unit asal

resep

Aturan, cara dan teknik penggunaan

Kontraindikasi

5 Efek aditif

F. Pelayanan Resep

Proses pelayanan resep mencakup kegiatan-kegiatan berikut: 1) membaca dan mengerti isi resep

Tahap ini merupakan tahap penterjemahan (interpretasi) resep dokter. Bila resep tidak jelas atau lengkap, farmasis dapat berkomunikasi langsung dengan dokter yang meresepkan (Aspden, dkk., 2007).

2) memasukkan data ke komputer

Selama proses fase ini, resep obat dimasukkan ke data komputer oleh farmasis atau petugas farmasi kemudian mencetak label. Pemasukkan data ke sistem komputer database farmasi dapat digunakan untuk melakukan skrining resep secara klinis sehingga dapat diketahui apakah terjadi interaksi obat, duplikasi pengobatan, alergi, atau dosis yang melebihi kadar efek maksimum (Anonim, 2005a dan Aspden, dkk., 2007).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(33)

3) preparasi

Pada fase ini paling banyak ditemukan kesalahan petugas farmasi. Preparasi terdiri dari tahap penghitungan jumlah obat yang diresepkan, pengambilan obat, peracikan, pengemasan kembali, dan pelabelan pada kemasan obat (Anonim, 2005a dan Aspden, dkk., 2007).

4) menyerahkan obat dan memberikan informasi

Penyerahan obat ke pasien di bawah pengawasan apoteker berperan penting dalam upaya agar pasien mengerti dan menggunakan obat secara benar seperti yang dianjurkan. Kekeliruan dalam penyediaan obat dan penyerahan obat ke pasien sering mengakibatkan kerugian bagi pasien (Anonim, 2000a).

Menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan No.1027/MenKes/SK/IX/ 2004, tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, menyebutkan bahwa

”Sebelum obat diserahkan pada pasien harus dilakukan pemeriksaan akhir terhadap kesesuaian antara obat dengan resep. Penyerahan obat dilakukan oleh apoteker disertai pemberian informasi obat dan konseling kepada pasien dan tenaga kesehatan.”

Menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan No.1027/MenKes/SK/IX/ 2004, tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, menyebutkan bahwa

”Apoteker harus memberikan informasi yang benar, jelas, dan mudah dimengerti, akurat, tidak bias, etis, bijaksana, dan terkini. Informasi obat pada pasien sekurang-kurangnya meliputi: cara pemakaian obat, cara penyimpanan obat, jangka waktu pengobatan, aktivitas serta makanan dan minuman yang harus dihindari selama terapi.”

J. Keterangan Empirik

Hasil penelitian kali ini diharapkan dapat memberikan gambaran bentuk-bentuk dan presentase ME yang terjadi selama proses dispensing. Selain itu,


(34)

14

diharapkan dapat mengetahui penyebab ME, upaya pencegahan dan pengatasan yang telah dilaksanakan, serta usaha perbaikan yang sebaiknya dilakukan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(35)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian termasuk observasional deskriptif. Observasional berarti observasi terhadap berbagai variabel obyek menurut keadaan apa adanya, tanpa ada manipulasi atau intervensi peneliti. Penelitian ini bertujuan melakukan eksplorasi deskriptif terhadap suatu fenomena, fenomena dalam penelitian ini adalah kejadian ME, tanpa mencoba menganalisis bagaimana dan mengapa fenomena tersebut terjadi (Pratiknya, 2001). Penelitian ini tidak menganalisis dan mengkategorikan dampak dari setiap kejadian ME. Rancangan penelitian adalah cross sectional karena pengamatan kejadian ME, kelengkapan resep, dan pemberian informasi ke pasien pada tiap subyek dilakukan sekali saja dan evaluasi kesalahan dilakukan langsung pada saat observasi.

B. Definisi Operasional

Batasan makna dan penafsiran pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. medication error adalah kesalahan yang dilakukan oleh pembaca resep pada

fase dispensing tanpa memperhatikan tahap validasi dan pemberian harga. 2. kesalahan pembaca resep adalah bila pembaca resep melakukan kesalahan

dalam satu tahap pelayanan resep dan kesalahan tersebut belum dibetulkan sampai satu tahap tersebut selesai dilakukan.


(36)

16

3. fase dispensing meliputi tahap interpretasi, kalkulasi dosis, pelabelan (pengetikan dan penempelan label), rekalkulasi dosis, pengambilan obat, (peracikan), pengemasan, pemeriksaan ulang, dan penyerahan obat serta pemberian informasi.

4. kesalahan interpretasi diasumsikan sebagai kesalahan pengetikan di komputer.

5. pembaca resep adalah semua petugas Farmasi Rawat Jalan RS Bethesda yang memiliki kewenangan menangani resep, yaitu apoteker dan asisten apoteker di bawah pengawasan apoteker.

6. pasien pediatrik adalah pasien dari dokter yang praktek di Klinik Kesehatan Anak RS Bethesda.

7. responden adalah orang tua pasien pediatrik, dokter, dan pembaca resep yang diwawancarai dengan metode wawancara mendalam.

8. waktu minum adalah aturan khusus dalam mengkonsumsi obat yang meliputi sebelum makan dan sesudah makan.

9. racikan adalah obat dengan rute pemberian per oral, yang sudah siap dikonsumsi, direkonstitusi ulang menjadi bentuk sediaan baru yaitu kapsul, pulveres, dan sirup.

10. racikan standar RS Bethesda (RSB) adalah obat dari resep racikan dokter, yang berdasarkan kebijakan RS dan sudah melalui kesepakatan dengan dokter, telah diracik dan dikemas terlebih dahulu dengan variasi dosis tertentu oleh pihak RS bagian produksi sebelum resep diterima Instalasi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(37)

Farmasi Rawat Jalan RS Bethesda yang bertujuan untuk mempercepat proses pelayanan resep.

11. racikan non-standar adalah obat dari resep racikan dokter yang diracik atau direkonstitusi ulang setelah resep diterima Farmasi Rawat Jalan RS Bethesda dan telah diperintahkan untuk diracik (biaya obat telah dibayar oleh pasien).

12. kesalahan yang belum sampai ke tangan pasien adalah kesalahan yang sudah dibetulkan sebelum obat diserahkan ke pasien atau kesalahan yang belum dibetulkan oleh pembaca resep dan belum diketahui kesalahan ini berlanjut sampai obat diserahkan ke pasien atau tidak karena obat belum diambil pasien pada waktu observasi.

C. Subyek dan Obyek Penelitian

Subjek penelitian pada pengambilan data dengan wawancara mendalam di RS Bethesda ini adalah responden yang terdiri dari dokter yang praktek di Klinik Kesehatan Anak, asisten apoteker yang bekerja di Farmasi Rawat Jalan, apoteker penangggung jawab Farmasi Rawat Jalan, dan orang tua pasien pediatrik. Kriteria orang tua pasien pediatrik yang diwawancarai adalah orang tua dari pasien pediatrik yang membeli obat berdasarkan resep racikan di Farmasi Rawat Jalan RS Bethesda, pelayanan resepnya diobservasi oleh peneliti dan maksimal dalam 1 bulan terakhir pernah membeli obat berdasarkan resep di Farmasi Rawat Jalan RS Bethesda.


(38)

18

Obyek penelitian yang digunakan selama observasi adalah resep racikan pasien pediatrik yang diterima Farmasi Rawat Jalan RS Bethesda pada bulan Juli tahun 2007.

D. Teknik Sampling

Teknik sampling yang digunakan pada observasi resep racikan pediatrik adalah teknik sampling incidental. Segala obyek yang secara kebetulan/insidental bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang obyek yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data (Sugiyono, 2007). Sumber data yang dimaksud adalah resep racikan pediatrik. Menurut Sevilla, Ochave, Punsalan, Regala, dan Uriarte (1988), ukuran minimum sampel yang dapat diterima pada penelitian deskriptif adalah 10 % dari populasi. Populasi resep racikan pediatrik bulan Juli 2007 adalah 954 resep maka jumlah minimum sampel yang harus didapatkan adalah 96 resep. Jumlah sampel yang didapat selama masa observasi sebanyak 456 resep. Jumlah ini sudah melebihi batas minimum sampel. Pengambilan sampel untuk wawancara dengan cara sampling kuota. Cara ini merupakan teknik untuk menentukan sampel dari populasi yang memiliki ciri-ciri tertentu sampai jumlah (kuota) yang diinginkan (Sugiyono, 2007). Sampling hanya dilakukan terhadap asisten apoteker. Berdasarkan Sevilla, Ochave, Punsalan, Regala, dan Uriarte (1988), untuk populasi yang sangat kecil diperlukan sampel minimum 20 % dari populasi pada penelitian deskriptif. Populasi asisten apoteker yang bekerja di Farmasi Rawat Jalan RS Bethesda sebanyak 16 orang.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(39)

Jumlah sampel ditetapkan 6 orang. Jumlah sampel ini sudah melebihi 20 % dari populasi dan dirasa sudah cukup mewakili populasi.

Wawancara terhadap orang tua pasien hanya bersifat sebagai pendukung data dan bukan merupakan tujuan utama penelitian. Oleh sebab itu, wawancara ini hanya dilakukan kepada 16 orang dan dianggap sudah dapat mewakili populasi. Wawancara mendalam juga dilakukan terhadap populasi dokter yang praktek di Klinik Kesehatan Anak yang berjumlah 4 orang dan apoteker penanggung jawab Farmasi Rawat Jalan RS Bethesda sebanyak 1 orang.

E. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Observasi

Observasi dilaksanakan selama 1 bulan dari tanggal 4 Juli sampai 4 Agustus 2007 di Farmasi Rawat Jalan RS Bethesda terhadap pelayanan resep racikan untuk pasien pediatrik. Waktu observasi ini sedikit berbeda dengan judul karena terjadi kendala perijinan penelitian sehingga waktu penelitian menjadi sedikit bergeser. Penelitian tidak dilakukan pada hari Sabtu sore dan hari Minggu. Dokter yang membuka praktek di Klinik Kesehatan Anak hanya bekerja pada hari Senin sampai Sabtu pagi. Observasi dilakukan di Unit Farmasi Timur Atas pada pukul 10.30-13.30 WIB dan di Farmasi Timur Bawah pada pukul 18.30-20.30WIB. Hal ini dilakukan karena berdasarkan orientasi, resep pasien pediatrik yang diterima dari Farmasi Timur Atas pada pagi hari lebih banyak daripada di Farmasi Timur Bawah. Klinik Kesehatan Anak terletak di lantai 1 dekat Farmasi Timur Atas sehingga kemungkinan pasien menebus resep di farmasi timur atas


(40)

20

lebih banyak daripada di Farmasi Timur Bawah. Pada sore hari, Farmasi Timur Atas tutup sehingga semua resep diterima Farmasi Rawat Jalan Timur Bawah. 2. Wawancara mendalam

Wawancara mendalam terhadap orang tua pasien pediatrik dilaksanakan selama 2 minggu sebelum masa observasi berakhir. Wawancara kepada pasien dilakukan ketika pasien menunggu penyerahan obat dan atas persetujuan pasien. Wawancara mendalam terhadap dokter dan pembaca resep dilakukan setelah masa observasi berakhir dan berdasarkan persetujuan dari pihak dokter dan pembaca resep.

F. Instrumen Penelitian

Instumen penelitian adalah formulir yang terdiri dari kolom-kolom berisi tahap pelayanan resep, kolom kelengkapan resep, dan pedoman wawancara. Pembuatan kolom tahap-tahap pelayanan resep dibuat sesuai hasil orientasi. Kolom kelengkapan resep dibuat berdasarkan pengkajian resep pada KEPMENKES RI No. 1197/MENKES/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit.

Penyusunan pedoman wawancara meliputi langkah-langkah berikut : 1. penyusunan pedoman wawancara mendalam untuk pewawancara

Pedoman wawancara harus dapat merangkum item-item pertanyaan mengenai bentuk-bentuk, penyebab, usaha pencegahan, usaha pengatasan ME, dan usaha perbaikan yang sebaiknya dilakukan. Pedoman wawancara berisi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(41)

prosedur dalam wawancara dan semua pertanyaan yang berhubungan dengan tujuan yang hendak dicapai pada penelitian ini

2. penyusunan lembaran kolom hasil wawancara mendalam untuk raportur Semua pertanyaan yang telah disusun oleh pewawancara diketik sedemikian sehingga setiap pertanyaan mempunyai kolom jawaban tersendiri. Hal ini untuk mempermudah peneliti membaca hasil wawancara.

3. uji validitas isi

Uji validitas perlu dilakukan untuk mengetahui kejelasan tujuan dan lingkup informasi yang hendak diungkap, yaitu sejauh mana item-item pertanyaan dapat mencakup seluruh kawasan isi obyek yang hendak diukur. Uji validitas isi dilakukan dengan menanyakan kelayakan pertanyaan kepada dosen pembimbing dan pembimbing lapangan. Jika belum terpenuhi dan sesuai, peneliti harus merevisi ulang pertanyaan yang belum tepat.

G. Tata Cara Penelitian 1. Orientasi

Orientasi dilakukan selama 3 hari untuk belajar membaca resep dan mengamati setiap tahap pelayanan resep. Orientasi ini berguna untuk menentukan strategi pengambilan data yang tepat. Selanjutnya dilakukan simulasi pengambilan data. Hasil orientasi penelitian ini kemudian dikonsultasikan kepada pembimbing. Apabila sudah memenuhi kriteria yang diinginkan maka penelitian pun dimulai berdasarkan surat ijin penelitian dari RS Bethesda.


(42)

22

2. Pengumpulan Data a. Observasi

Proses observasi yang dilakukan adalah mengamati dan mencatat semua bentuk-bentuk ME pada setiap tahap pelayanan resep. Pengamatan ME ini dilaksanakan oleh 2 orang. Selanjutnya mengamati kelengkapan resep dengan menggunakan formulir yang telah dibuat. Peneliti juga mencatat semua item obat dan informasi lain yang tercantum dalam resep serta profil pasien pediatrik yang sudah diobservasi dan menghitung jumlah populasi resep racikan dan non-racikan pasien pediatrik yang masuk ke farmasi rawat jalan selama masa observasi (1 bulan). Perhitungan jumlah populasi resep digunakan untuk melihat apakah sampel sudah mencukupi dan mengetahui pola peresepan obat.

b. In-depth interview (wawancara mendalam)

Wawancara mendalam terhadap pembaca resep dan dokter bertujuan untuk mengkonfirmasi bentuk-bentuk ME yang pernah terjadi pada fase dispensing dan untuk mengetahui faktor-faktor yang menjadi penyebab, usaha pencegahan, usaha pengatasan ME, dan usaha perbaikan yang sebaiknya dilakukan. Wawancara mendalam terhadap orang tua pasien pediatrik lebih bertujuan untuk melihat pemahaman orang tua pasien terhadap informasi yang telah diberikan saat penyerahan obat.

Data yang didapat melalui wawancara merupakan data kualitatif. Data hasil wawancara berupa tulisan dan telah dikonfirmasikan kembali kepada setiap responden.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(43)

3. Pengolahan Data a. Data kualitatif

Data yang didapatkan dengan wawancara mendalam digunakan untuk mengidentifikasi faktor-faktor penyebab, usaha pencegahan, usaha pengatasan ME, dan usaha perbaikan yang sebaiknya dilakukan.

b. Data kuantitatif

Data kuantitatif didapatkan dari : 1) populasi resep

Hasil pencatatan populasi resep racikan dan non-racikan setiap harinya dapat digunakan sebagai latar belakang frekuensi penulisan dan pelayanan resep racikan pediatrik.

2) kejadian ME

Pengolahan data dilakukan dengan mengelompokkan bentuk-bentuk ME yang terjadi pada setiap kategori. Selanjutnya menghitung frekuensi dan besarnya presentase jumlah kesalahan pembaca resep pada setiap kategori bentuk ME dari jumlah total resep pasien pediatrik yang dapat diobservasi. Hasil perhitungan presentase disajikan dalam diagram. Frekuensi dan deskripsi kejadian ME disajikan dalam tabel. Kesalahan dalam satu bentuk ME pada satu resep dihitung satu kesalahan dengan pertimbangan satu lembar resep merupakan satu paket pengobatan.

3) kelengkapan resep

Berdasarkan pengisian formulir kelengkapan resep, dihitung jumlah total kelengkapannya untuk setiap variabel. Selanjutnya dihitung


(44)

24

presentasenya dari jumlah total resep pediatrik yang dapat diobservasi. Presentase hasil perhitungan disajikan dalam bentuk diagram.

4) kelengkapan informasi saat penyerahan obat

Data kelengkapan informasi dilihat dari hasil observasi pada tahap penyerahan obat dan dari hasil wawancara mendalam terhadap pembaca resep. Data menunjukkan informasi apa saja yang diberikan selama ini kepada pasien. Selanjutnya menghitung frekuensi kelengkapan informasi yang diberikan.

H. Keterbatasan dalam Penelitian

Masalah yang dihadapi adalah observasi harus dilakukan tanpa mempengaruhi kerja pembaca resep. Secara psikologis, orang yang sedang bekerja bila diamati akan timbul persepsi yang berbeda-beda untuk setiap individu. Kondisi psikologis ini kemungkinan mempengaruhi kerja pembaca resep. Walaupun sudah dilakukan orientasi, ternyata cara kerja peneliti tetap dapat mempengaruhi keefektifan kerja pembaca resep. Pada perhitungan kelengkapan resep, ada beberapa resep yang tidak tercatat karena resep diambil di luar waktu observasi. Profil pasien juga tidak semua dapat diketahui karena rekam medik terkadang dibawa ke rawat inap sehingga tidak dapat dibaca. Pemberian informasi ke pasien tidak dapat diikuti semua disebabkan resep diambil di luar waktu observasi, alur pelayanan resep yang sangat cepat, keadaan lingkungan yang membuat terkadang pemberian informasi menjadi kurang terdengar jelas.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(45)

Wawancara harus dilakukan secara cepat dan terburu. Hal ini disebabkan sebagian besar pasien hanya ingin wawancara dilakukan sebelum penyerahan obat. Padahal pelayanan resep dari dokter tertentu sangat cepat karena tanpa melalui tahap peracikan (pasien mendapatkan racikan standar). Selain itu kriteria pasien yang diwawancarai adalah pasien yang pelayanan resepnya dapat diikuti oleh peneliti. Dalam hal ini, kesulitan utama peneliti adalah waktu wawancara yang terbatas.

Peneliti tidak dapat membedakan kesalahan pada tahap interpretasi atau pada validasi karena tahap ini dilakukan bersamaan dan oleh orang yang sama. Kesalahan tahap interpretasi pada penelitian ini dilihat dari praktek pengetikan di komputer (memasukkan data) karena pengetikan di komputer dianggap merupakan perwujudan dari interpretasi pembaca resep. Sebenarnya kesalahan pada pengetikan belum tentu kesalahan pada interpretasi. Kesalahan pada tahap ini dapat berupa kesalahan menekan tombol atau salah memilih tampilan di monitor komputer karena terburu-buru. Kesulitan peneliti adalah pembaca resep bekerja tanpa bicara (pembacaan dilakukan dalam hati) sehingga tidak diketahui bagaimana interpretasi pembaca resep sebenarnya.


(46)

26

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Frekuensi Penulisan dan Pelayanan Resep Racikan Pediatrik Frekuensi penulisan dan pelayanan resep racikan untuk pasien pediatrik sangat tinggi setiap harinya. Melalui hasil observasi, diketahui penulisan dan pelayanan resep racikan setiap harinya jauh lebih banyak dibandingkan dengan resep non racikan. Jumlah penulisan dan pelayanan resep racikan selama masa observasi mencapai 3,7 kali lebih banyak daripada resep non racikan.

Jumlah Penulisan dan Pelayanan Resep Racikan dan Non Racikan 0 10 20 30 40 50 60

4 Ju

li

6 Ju

li

9 Ju

li

11 J

uli

13 J

uli

16 J

uli

18 J

uli

20 J

uli

23 J

uli

25 J

uli

27 J

uli

30 J

uli

1 A

gust

3 A

gst

Tanggal Penulisan dan Pembuatan Resep Racikan dan Non Racikan J u m lah P e n u li sa n d an P el a y a n a n R e s e p resep racikan resep non-racikan

Diagram 1. Jumlah Penulisan dan Pelayanan Resep Racikan dan Non Racikan Pasien Pediatrik di Farmasi Rawat Jalan RS Bethesda

Periode Juli 2007

Berdasarkan hasil wawancara dengan dokter, penulisan resep racikan ini memang dapat ditujukan untuk mendapatkan dosis yang tepat bagi setiap individu pasien pediatrik. Dosis ini disesuaikan dengan berat badan, kondisi penyakit, dan hasil diagnosa. Selain itu, pemberian resep racikan ini dari segi ekonomis, lebih

26

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(47)

murah daripada bentuk sediaan sirup. Alasan lain adalah lebih efisien, misalnya untuk beberapa jenis obat dapat diracik menjadi satu sehingga pasien lebih nyaman untuk meminumnya.

Dilihat dari segi pelayanan resep, resep racikan tidak efisien waktu dan memiliki potensi ME yang lebih besar. Hal ini disebabkan pelayanan resep racikan memiliki tahap yang lebih panjang daripada resep non racikan yaitu harus melalui perhitungan jumlah obat, peracikan, dan pengemasan kembali. Perhitungan jumlah obat dan peracikan dapat berpengaruh pada dosis obat yang diberikan, sedangkan pengemasan akan mempengaruhi kestabilan obat dan dosis obat. Ketepatan dosis sangat diperlukan bagi pasien pediatrik terutama pasien neonatal karena resiko toksisitasnya yang tinggi (Anonim, 2000a). Proses yang lebih panjang tersebut membuat pelayanan resep menjadi lama dan harus melakukan analisis resep yang lebih yaitu harus memperhatikan interaksi farmasetik dan perhitungan dosis. Farmasi harus mendahulukan keselamatan pasien daripada kecepatan pelayanan resep.

B. Bentuk- bentuk ME

Medication error adalah kejadian yang merugikan pasien selama dalam penanganan tenaga kesehatan, yang sebetulnya dapat dicegah. Bentuk-bentuk ME dapat dilihat pada tahap-tahap pelayanan resep. Melalui observasi, dapat diketahui tahap-tahap yang berlangsung dalam proses pelayanan resep adalah sebagai berikut : pengetikan di komputer (interpretasi, pemberian harga, validasi, dan kalkulasi dosis) → pengetikan dan penempelan label → rekalkulasi dosis dan


(48)

28

pengambilan obat → (peracikan) → pengemasan → pemeriksaan ulang → penyerahan obat dan pemberian informasi.

Berikut ini adalah bentuk-bentuk ME yang pernah terjadi di RS Bethesda berdasarkan hasil wawancara.

Tabel II. Bentuk-bentuk ME yang Pernah Terjadi di RS Bethesda No Bentuk-bentuk ME yang Pernah Terjadi di RS Bethesda

1 Kesalahan pengambilan nama obat 2 Kesalahan pengambilan jumlah obat 3 Penyerahan obat ke pasien yang salah 4 Kesalahan membuat bentuk sediaan obat 5 Kesalahan pengambilan kekuatan obat 6 Kesalahan pengetikan di komputer 7 Kesalahan membaca nama obat 8 Kesalahan membaca kekuatan obat 9 Kesalahan membaca jumlah obat

Berdasarkan hasil wawancara, diketahui penyebab ME pada tahap pengambilan dan penyerahan obat kepada pasien yang pernah terjadi di RS Bethesda. Terdapat 2 kejadian penyerahan obat ke pasien yang salah dan pasien tersebut tidak dapat diketahui keberadaannya sehingga pihak farmasi tidak dapat mengatasi kesalahan tersebut. Kejadian ini kemungkinan disebabkan kesalahan pada saat memanggil nama pasien. Empat dari 6 asisten apoteker yang diwawancarai pernah salah memanggil nama pasien. Tetapi juga tidak menutup kemungkinan pasien salah mendengar. Kesalahan pada pengambilan obat disebabkan peletakan obat yang berdekatan dan pengembalian obat pada tempat yang salah.

Menurut hasil wawancara, ME yang berakibat memperparah penyakit pasien pernah terjadi. Kesalahan banyak terjadi pada tahap dispensing yaitu kurang lengkapnya pemberian informasi pada saat penyerahan obat sehingga

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(49)

terjadi kesalahpahaman. Pada label tertulis sampai habis, pasien mengira obat tersebut adalah antibiotik, kemungkinan petugas farmasi tidak menjelaskan kegunaan dari obat tersebut sehingga obat tidak diminum sampai habis akibatnya kondisi pasien semakin parah dan harus menjalani rawat inap. Kasus lain adalah penggantian obat yang salah pada pasien pediatrik. Penggantian obat seharusnya dengan dosis dan kekuatan yang sama atau disesuaikan tetapi kasus yang terjadi pasien mendapatkan obat dengan dosis lebih besar sehingga jantung pasien berdebar-debar. Dampak negatif penggunaan obat yang tidak tepat dapat menurunkan mutu pelayanan pengobatan misalnya meningkatnya efek samping, meningkatnya kegagalan pengobatan, dan meningkatkan resistensi antimikroba (Anonim, 2000a)

Berdasarkan hasil observasi didapatkan hasil bentuk-bentuk ME beserta presentase kejadiannya.

Bentuk-Bentuk dan Presentase Kejadian ME

3.1 6.8

4.6

0.2 0.2 0.4 1.5 0 1 2 3 4 5 6 7 8 .

Bentuk-bentuk Kejadian ME

P re s e n ta s e K e ja d ia n M E Kesalahan interpretasi Kesalahan Pengambilan Obat Kesalahan Peracikan Kesalahan Pengemasan Kesalahan Penyebutan Nama Pasien Kesalahan Pelabelan

Kesalahan Kalkulasi dan Rekalkulasi Dosis

Diagram 2. Bentuk-bentuk dan Presentase Kejadian ME Bulan Juli 2007 di Instalasi Farmasi Rawat Jalan RS Bethesda


(50)

30

Dari hasil yang didapatkan, presentase kesalahan paling tinggi terjadi pada pengambilan jumlah obat yang tidak sesuai resep. Empat dari 6 asisten apoteker yang diwawancarai mengatakan bahwa tingkat kesibukan yang tinggi (ramai) dapat menjadi penyebab. Faktor kesibukan ini dapat mengurangi konsentrasi pembaca resep dan meningkatkan rasa terburu-buru dalam pelayanan. Rasa terburu-buru inilah yang dapat membuat kurangnya koordinasi pemeriksaan ulang jumlah obat pada resep racikan sehingga kesalahan pada tahap ini lebih sering terjadi.

Instalasi Farmasi Rawat Jalan RS Bethesda membuat target waktu pelayanan resep yaitu 15 menit untuk resep non racikan dan 45 menit untuk resep racikan. Berdasarkan hasil wawancara, dapat disimpulkan bahwa target waktu dalam pelayanan resep bukan merupakan beban bagi pembaca resep, yang dapat berpotensi menimbulkan ME. Pembaca resep bekerja secepatnya tanpa memperhatikan target waktu tersebut. Kesalahan pengambilan jumlah obat dapat menyebabkan penggunaan obat yang tidak tepat, tidak aman, tidak efektif, dan tidak ekonomis (Anonim, 2000a).

Hasil observasi menunjukkan peracikan yang mempengaruhi dosis juga sering terjadi dikarenakan kurangnya kompetensi petugas farmasi dan optimalisasi teknologi. Peracikan yang mempengaruhi dosis adalah peracikan yang dapat menyebabkan pemberian dosis tidak tepat. Dari pihak sumber daya manusia sendiri adalah kurang hati-hati dan terburu-buru. Dampaknya bagi pasien adalah dosis pemberian yang tidak tepat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(51)

Kesalahan pada tahap interpretasi cukup tinggi, hasil observasi menunjukkan, hal ini dikarenakan kurangnya konsentrasi sehingga dapat mengakibatkan kesalahan memilih tampilan di komputer, salah menekan tombol, dan tidak teliti. Kurangnya konsentrasi disebabkan beban kerja yang tinggi (harus berhubungan langsung dengan pasien, melakukan kalkulasi dosis, dan validasi resep), kondisi petugas yang kurang mendukung, dan suasana kerja yang ramai (tingkat kesibukan tinggi). Kelengkapan program komputer yang kurang memadai dalam pilihan frekuensi aturan pakai berpotensi menyebabkan ME. Kesalahan pada fase ini menyebabkan tidak efisien, waktu, tenaga, dan biaya.

Berikut merupakan bentuk-bentuk ME pada fase dispensing yang ditemui selama masa penelitian :

1. kesalahan interpretasi

Dari hasil observasi diketahui bahwa pengetikan di komputer mencakup tahap interpretasi, validasi, pemberian harga, dan kalkulasi dosis. Medication error pada penelitian ini tanpa melihat kesalahan pada tahap validasi dan pemberian harga. Kesalahan pada kalkulasi dosis dilihat pada penulisan hasil perhitungan dosis di resep. Kesalahan pembaca resep pada tahap interpretasi dapat dilihat dari praktek pengetikan di komputer yang merupakan perwujudan dari interpretasi pembaca resep.

Melalui observasi, dapat diketahui bahwa penyebab kesalahan pada tahap ini adalah kurangnya konsentrasi pembaca resep, tingkat kesibukan yang tinggi dan kurangnya sumber daya manusia. Kurangnya konsentrasi ini lebih disebabkan beban kerja yang tinggi yang meliputi penerimaan resep di mana petugas harus


(52)

32

mampu berinteraksi dengan pasien, mengkalkulasi dosis, interpretasi, dan validasi resep.

Tabel III. Bentuk, Macam, Jumlah, dan Presentase Kesalahan pada Tahap Interpretasi di Instalasi Farmasi Rawat Jalan RS Bethesda Bulan Juli 2007 No Bentuk

Kesalahan Macam Kesalahan Jumlah Kesalah an Presentase Kesalahan (n=456) (%) 1 Pengetikan

Nama Obat

Profilas ½ + Pronicy ¼ pulv diketik profilas ½ + Meptin ¼

kaps 1

Total 1 0,2

2 Pengetikan Kekuatan

Obat Rifampisin 200 mg diketik 300 mg 1 Profilas ½ +Pronicy ½ pulv diketik profilas ½ + Pronicy ¼ 1 Racikan Pamol 200 mg + Dexamethasone 2/3 tab + Adona 1/3 tab + vit K 1/3 tab dibaca dan diketik racikan Pamol 150 mg + Dexamethasone 1/2 tab + Adona 1/4 tab + vit K 1/4 tab 1 Dekstrometophan 2 mg diketik 3

mg 1

Total 4 0,9

3 Pengetikan

Jumlah Obat Salah ketik jumlah histrin 1 Pronicy 8 tab dibaca 3 tab 1 Racikan seharusnya 15 bungkus

diketik 26 bungkus 1

Total 3 0,7

4 Pengetikan Bentuk Sediaan

Obat Pulv diketik kapsul 2

Kapsul diketik pulveres 4

Total 6 1,3

Total 14 3,1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(53)

Sistem kerja program komputer yang digunakan oleh Instalasi Farmasi Rawat Jalan RS Bethesda adalah hanya dengan mengetik huruf depan nama obat, akan tampil di monitor seluruh nama obat yang tersedia. Kesalahan yang terjadi pada pengetikan nama obat adalah kesalahan memilih nama obat yang tampil di monitor karena terburu-buru. Kesalahan pengetikan kekuatan dan jumlah obat merupakan kesalahan dalam menekan tombol angka pada komputer.

Melalui pengamatan, dapat diketahui bahwa ME yang terjadi mengakibatkan ketidakefisienan waktu, tenaga, dan biaya, serta ketidakpatuhan pasien. Kesalahan dalam pengetikan (memasukkan data) dapat berlanjut ke tahap pelayanan resep berikutnya. Hal ini berpotensi kesalahan akan sampai ke tangan pasien. Oleh sebab itu, kompetensi petugas farmasi yang bertugas di pekerjaan kefarmasian sangat dibutuhkan dalam memberikan pelayanan kefarmasian dengan optimal.

2. pelabelan

Kesalahan yang terjadi adalah pembaca resep salah memilih aturan pakai dan lupa memberi waktu minum. Sistem kerja komputer berdasarkan hasil observasi pada pengetikan label adalah mengetik aturan pakai dengan kode tertentu kemudian akan muncul di monitor pilihan aturan pakai. Pengetikan nama dan jumlah obat, serta identitas pasien sudah dilakukan pada awal fase dispensing yaitu saat pengetikan di komputer. Tidak semua frekuensi aturan pakai pemberian obat tersedia pada tampilan komputer tersebut. Bila aturan pakai obat tersebut tidak tersedia, maka akan dipilih aturan pakai yang mirip aturan pakai pada resep, setelah label dicetak, tulisan dibetulkan secara manual. Hal tersebut berpotensi


(54)

34

menimbulkan ME. Tingkat kesibukan yang tinggi membuat pembaca resep sering lupa membetulkan kembali hasil cetakan.

Tabel IV. Bentuk, Macam, Jumlah, dan Presentase Kesalahan pada Tahap Pelabelan di Instalasi Farmasi Rawat Jalan RS Bethesda Bulan Juli 2007 No Bentuk

Kesalahan Macam Kesalahan Jumlah Kesalah an Presentase Kesalahan (n=456) (%) 1. Pengetikan

Aturan Pakai

Racikan kurang keterangan malam

sebelum tidur 1

Sirup racikan 3x1 sdt ditulis sdm 1

Total 2 0,4

3. kalkulasi dan rekalkulasi dosis

Tabel V. Bentuk, Macam, Jumlah, dan Presentase Kesalahan pada Tahap Kalkulasi dan Rekalkulasi Dosis

di Instalasi Farmasi Rawat Jalan RS Bethesda Bulan Juli 2007 No Bentuk

Kesalahan Macam Kesalahan Jumlah Kesalah an Presentase Kesalahan (n=456) (%) 1. Kalkulasi

Dosis

Racikan pamol 225 mg + luminal 7,5mg sebanyak 15, pamol yang diracik dihitung 1,75 tab

seharusnya 6,75 tab 1

Homoclomin 2,5 mg sebanyak 15, dihitung 3 1/4 tab seharusnya 3

3/4tab 1

Histrin 1/2 tab sebanyak 30 dihitung 15 1/2 seharusnya 15 1 Profilas 1/2 tab sebanyak 30 racikan, dihitung 5 tab seharusnya

15 tab 1

Rifampisin 200mg sebanyak 30 pulv dihitung 15 tab seharusnya 10 tab. Ini karena salah entry (200mg

dientry 300mg) 1

Rhinofed 1/15 tab sebanyak 30 pulv dihitung 4 tab seharusnya 2

tab 1

Ketoconazole diambilkan 2,5 1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(55)

seharusnya 1,25 (salah hitung)

Total 7 1,5

Kesalahan pada tahap ini dapat diawali pada tahap pengetikan di komputer (memasukkan data). Sistem kerja komputer di Instalasi Farmasi Rawat Jalan Bethesda adalah dengan memasukkan kekuatan obat akan diketahui jumlah obat yang harus diambil. Jika terjadi kesalahan memasukkan kekuatan obat maka akan terjadi kesalahan kalkulasi dosis. Kesalahan perhitungan dosis dapat menyebabkan kesalahan pada pengambilan jumlah obat. Dengan demikian, pasien tidak mendapatkan terapi yang diharapkan. Penyebab kesalahan ini adalah kurangnya konsentrasi pada saat perhitungan, tidak dilakukan rekalkulasi, dan kesalahan pengetikan yang tidak diperiksa ulang.

4. pengambilan obat

a. Pengambilan Kekuatan Obat yang Salah

Tabel VI. Macam dan Presentase Pengambilan Kekuatan Obat yang Salah di Farmasi Rawat Jalan RS Bethesda pada Bulan Juli 2007

No

Macam Pengambilan Kekuatan Obat yang Salah

Jumlah kesalah

an

Presentase kesalahan (n=456)

(%) 1. Racikan Pamol 200 mg + Dexamethasone 2/3 tab

+ Adona 1/3 tab + vit K 1/3 tab dibaca dan diketik racikan Pamol 150 mg + Dexamethasone 1/2 tab + Adona 1/4 tab + vit K 1/4 tab 1 2. Profilas ½ + Pronicy ½ diambilkan profilas ½ +

Pronicy ¼ 1

Total 2 0,4

Medication error pada tahap ini dimulai pada tahap pengetikan di komputer (memasukkan data). Hasil pengamatan menunjukkan bahwa penyebab ME pada tahap ini adalah pengambilan kekuatan obat yang tidak berdasarkan


(56)

36

pembacaan langsung dari resep. Pengambilan kekuatan obat berdasarkan hasil cetakan pengetikan label.

Kesalahan pengambilan obat dapat menyebabkan dosis obat yang diberikan kepada pasien salah. Dosis obat akan berpengaruh terhadap bioavailabilitas obat. Dosis obat yang kurang dari kadar efek minimum akan menyebabkan obat tidak memberikan efek. Dosis yang melebihi kadar efek maksimum dapat memberikan efek toksik.

b. Pengambilan Jumlah Obat yang Tidak Sesuai Resep

Tabel VII. Macam dan Presentase Kesalahan Pengambilan Jumlah Obat yang Tidak Sesuai Resep yang Belum Sampai ke Tangan Pasien

di Farmasi Rawat Jalan RS Bethesda pada Bulan Juli 2007 No

Macam kesalahan

Jumlah kesalah

an

Presentase kesalahan (n=456)

(%) 1. Luminal hanya diberi 6,5 harusnya 7,5 1

2. Pehadoxin seharusnya diambil 60 hanya

diambil 30 1

3. Eritromisin kurang 1 seharusnya 7,5 hanya

diberi 6,5 1

4. Racikan sebanyak 15 hanya diambilkan 10 1 5. Thiamphenicol seharusnya 7,5 diambilkan

9,5 1

6. Pamol luminal kurang 2 (hanya diberi 13) 1

7. Racikan kelebihan 1 1

8. Racikan dengan jumlah obat 10 diambilkan

5 1

9. Cetrizin belum diambilkan 1

10. Pehadoxin kurang 1 1

11. Telfast 20 diambilkan 30 1 12. Ketoconazole diambilkan 2,5 seharusnya

1,25 1

13. Cobazym di resep tertulis 15 mendapat 10 1 14. Homoclomin diberikan 4 seharusnya diberi

3 1

Total 14 3,1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(57)

Tabel VIII. Macam dan Presentase Kesalahan Pengambilan Jumlah Obat yang Tidak Sesuai Resep yang Sampai ke Tangan Pasien

di Farmasi Rawat Jalan RS Bethesda pada Bulan Juli 2007 No Macam kesalahan Jumlah kesalah an Presentase kesalahan (n=456) (%) 1. Histrin 3,75 tab diambilkan 4,75 tab 1

2. Pehadoxin tertulis 37,5 tab diambilkan 38,5 tab 1 3. Pehadoxin seharusnya diambil 36,5 tab tetapi

diambilkan 37,5 tab dan Histrin diambilkan 7 tab

seharusnya 7,5 tab 1

4. Racikan pamol luminal seharusnya diambilkan 10

tetapi diberikan 15 1

5. Rifampisin 7,5 tab diambilkan 8,5 tab 1 6. Interhistin seharusnya 5 tab hanya diberi 3 tab

(kurang 2) 1

7. Salbutamol 11,25 tab diberikan 11,5 tab 1 8. Racikan tertulis 10 diambilkan 8 (kurang 2) 1 9. Profilas + Pronicy di resep ditulis 10 hanya diberi 8 1 10 Salah mengentry maka salah hitung, seharusnya

rifampisin yang diambil 10 diambilkan 15 1 11. Racikan pamol 225 mg + luminal 7,5mg sebanyak

15, pamol yang diracik dihitung 1,75 tab

seharusnya 6,75 tab sehingga yang diberikan 1,75

tab 1

12. Homoclomin 2,5 mg sebanyak 15, dihitung 3 ¼ tab seharusnya 3 ¾ tab sehingga diberikan 3 ¼ tab 1 13. Histrin ½ tab sebanyak 30 dihitung 15 ½

seharusnya 15 1

14. Profilas 1/2 tab sebanyak 30 racikan, dihitung 5 tab

seharusnya 15 tab sehingga diberikan 5 tab 1 15. Rhinofed 1/15 tab sebanyak 30 pulv dihitung 4 tab

seharusnya 2 tab, diberikan 4 tab 1

Total 15 3,3

Melalui pengamatan, diketahui penyebab kesalahan pengambilan jumlah obat adalah kurang ketelitian pembaca resep. Keadaan pelayanan resep yang sedang ramai dan jumlah sumber daya manusia yang terbatas membuat pembaca resep terburu-buru dalam bekerja sehingga tidak meminta rekan kerjanya untuk mengadakan pemeriksaan ulang. Penyebab lain adalah kesalahan pada saat


(1)

Sir Meptin (1) 2 dd ¾ cth bila batuk 5 2th

10bl 25hr

Perempuan 12,5 kg

Rifampicin 200 mg + Pehadoxin 125 mg + Pronicy 1/10 tab (30) 1 dd 1 1/2 jam ac Profilas 1/4 tab + Histrine 1/4 tab + Cobazym 1/4 tab (30) 1 dd 1 sore

Kontrol, obat habis, tak ada keluhan Tgl 7 Juni 2007 terdiagnosis TB dan bronkitis

Rifampisin 200mg sebanyak 30 pulv dihitung 15 tab seharusnya 10 tab. Ini karena salah entry (200mg dientry 300mg)

6 1th 15hr

Perempuan 9370

gr

Livit sir (1) 1 dd 1 sir 1 cth

Rifampisin 125 mg + Pehadoxin 100 mg + Pronicy 1/10 tab (30) 1 dd 1 ac ½ jam pagi Profilas 1/4 tab +Histrin1/5 tab +Cobazym 1/5 cap

+ Rhinofed 1/15 tab (30) 1 dd 1 sore Dilantin 15 mg (60) 2 dd 1 pulv

Pct 100 mg + diazepam 15 mg (10) 4 dd 1 bila panas

Pilek pusing, panas 2 hr

Riwayat : kejang demam kompleks Diagnosa: rhinofaringitis akut bakterial

Rhinofed 1/15 tab sebanyak 30 pulv dihitung 4 tab seharusnya 2 tab

7 2 bl 6hr

Perempuan 4880 gram

Setiap ½ jam C I (5)

Ketoconazole 25 mg (10) 1 dd1 Tanalbin 100 mg (10) 3 dd1 Kanamycin 50 mg (10) 3 dd 1

ASI + PASI Ketoconazole diambilkan 2,5 seharusnya 1,25 (salah hitung)

10. KESALAHAN DALAM PROSES PERACIKAN MEMBUAT BENTUK SEDIAAN

No Umur

Jenis

kelamin BB Resep

Anamnesis dan

diagnosis Kejadian

1 8th 4bl 3hr

Laki-laki 22,5 kg

Pehadoxin 250 mg (30) 1 dd 1 cap Rifampisin 250 mg (30) 1 dd 1 cap

Kontrol tak ada keluhan ; riwayat : asma sesak

Kapsul dibuat pulveres, kesalahan disadari ketika penyerahan

2 9th 11 bl 16 hr

Laki-laki 44kg Profilas ½ tab + Ryzem ½ tab(10) 1 dd 1 cap HS

Bronsolvan 75mg+Cortidex ½ tab+Salbron ½ tab (15) 3 dd 1 cap

Batuk pilek 4 hr, Panas - , Riwayat: asma

Kapsul dibuat pulveres, kesalahan disadari ketika penyerahan

3 8 th Sir Thymi 50 cc + aquadest 25 cc +

interhistrin 3 tab + bricasma 3 tab + GG 3 tab+ profilas 3 tab (1) 3x 7,5 cc

Aminophilin 125 mg + Dexamethasone 2/3 tab + meptin ¼ tab (12) 1 dd 1 cap


(2)

Spiramycin 1,5M IU tab F.C (15) 3 dd 1 tab tiap 8 jam ½ jam sblm makan

11. PERACIKAN YANG MEMPENGARUHI DOSIS

No Umur

Jenis

kelamin BB Resep

Anamnesis dan

diagnosis Kejadian

1 1th 3bl 28 hr

Perempuan 7790 gr

Colistin 100.000 IU + Cobazym 1/5 cap (15) 3 dd 1 sp hbs

Sir Livit (1) 1 dd ½ cth sore

Kontrol habis opname (GEA dehidrasi)

Racikan ada yang tumpah sedikit

2 4th 7bl 10hr

Perempuan 14,5kg Acyclovir 200 mg (10) 3 dd 1 bkgs Pamol 150 mg + luminal 15 mg (10) 3 dd 1 prn

Imboost Force sir (1) 2 dd 1 C

Batuk, pilek, panas, rahang kanan bengkak

Racikan acyclovir tumpah sedikit

3 2th 5bl 26 hr

Perempuan Dilantin PD 20 mg (90) 3 dd 1 bgks Rivotril tab (15) 1 dd ¼ tab Depakene sir botol (2) 2 dd ½ cth Pct 100 mg (15) 3 dd 1

Kontrol obat habis,diagnosa kejang demam

Tumpah sedikit pada saat peracikan kemudian diambil lagi

4 2th 8bl 3hr

Perempuan 11,5 kg

Erithrocin 125 mg + luminal 15 mg + homoclomin 2 mg (15) 3 dd 1 pulv Proris sir (1)

Panas mulai kemarin, sudah minum sanmol dan imboost force, batuk-, pilek-, perut sakit +, panas III, diagnosa : palpitasi

Ada yang tumpah ketika membungkus

5 Perempuan Rhinofed tab 50 mg (12) 3 dd 1

Antalgin 300 mg + Dexamethasone 2/3 tab + vit K 1/3tab + Adona 1/3 tab (12) 3 dd 1 caps Chloramfenikol 250 mg (20) 3 dd 2 caps

Racikan ketika dimasukkan ke dalam kapsul ada yang tumpah, ada yang sisa dimasukkan ke kapsul yang kira-kira masih kosong atau kertas setelahnya

6 4,5 th

Perempuan 18 kg Sir Meptin 2 dd ¾ cth prn batuk

Rifampisin + Pehadoxin 200 mg +Pronicy 1/15 tab (15) 1 dd 1 ac ½ jam pagi PZA 200mg + Cobazym 1/3 cap (30) 2 dd 1 Profilas ½ tab + Histrin 2/5 tab (15) 1 dd 1 sore

Sir livit 1 dd 1 cth

Sering batuk, foto thorax

memperlihatkan mixed TB pneumonia

Racikan yang PZA + cobazym tumpah sedikit


(3)

7 1th 15hr Perempuan 9370 gr

Livit sir (1) 1 dd 1 sir 1 cth

Rifampisin 125 mg + Pehadoxin 100 mg + Pronicy 1/10 tab (30) 1 dd 1 ac ½ jam pagi Profilas 1/4 tab +Histrin1/5 tab +Cobazym 1/5 cap

+ Rhinofed 1/15 tab (30) 1 dd 1 sore Dilantin 15 mg (60) 2 dd 1 pulv

Pct 100 mg + diazepam 15 mg (10) 4 dd 1 bila panas

Pilek pusing, panas 2 hr

Riwayat : kejang demam kompleks Diagnosa: rhinofaringitis akut bakterial

Racikan rifampsin + pehadoxin + pronicy tumpah sedikit

8 7 th Laki-laki Xepadergin 1/3 mg (90) 3 dd 1 Bio ATP 1/3 tab (90) 3 dd 1

Racikan bio ATP tumpah sedikit

9 1th 7bl 25 hr

Laki-laki 11 kg Sir ventolin exp (1) 3 dd 1 cth prn batuk sesak Rifampisin 175 mg + Pehadoxin 125 mg +Pronicy 1/15 tab (15) 1 dd 1 ac ½ jam pg PZA 125 mg + Cobazym 1/3 cap (30) 2 dd 1 Profilas 1/3 tab + Histrin ¼ tab (15) 1 dd 1 sore

Kontrol rutin, Opname tgl 10-12 Juni ’07 dg diagnosa utama demam kejang sederhana

Racikan Profilas + histrin tumpah sedikit kemudian dimasukkan kembali (racikan sedikit sekali)

10 7th 6bl 28hr

Laki-laki 33kg Erythrocin 250 mg + Aminofilin 60 mg + DMP 8 mg + Dexamethasone 1/3 tab (15) 3 dd 1 Salbuvent exp (1) 3 dd 1 cth

Combivent vial (1)

Sesak napas mulai tadi pagi, batuk, panas hr II Diagnosis : ASMA, ISPA

Racikan banyak yang tumpah

11 8 bl 6 hr

Perempuan 6660 gr

Pamol 75 mg + Dexamethasone 1/3 tab + Adona 1/6 tab + vit K 1/6 tab (12) 3 dd 1 Cotrimoxasole + metronidasole (12) 3 dd 1 Tanalbin (12) 3 dd 1

Ketoconasole (10) 1 dd 1

3 hr panas, BAB kental sehari + 4 kali, agak panas

Cotrimoksasole 1,92 tab diambilkan 2 tab

12 5th 1bl 19hr

Perempuan 18,5 kg

Curvit Cl sir (1) 1 dd 1cth

Rifampisin 300 mg + Pehadoxin 200 mg + Pronicy 1/10 tab (30) 1 dd 1 ac ½ jam pagi Profilas 1/2 tab +Histrin 2/5 tab +Cobazym 2/5 cap (30) 1 dd 1 sore

Sir Meptin (1) 2 dd ¾ cth bila batuk

Kontrol III, tgl 7 Mei 2007 terdiagnosa : TB

Racikan rifampisin + pehadoxin + pronicy tumpah sedikit

13 11 bl 4 hr

Perempuan Sir Curmunos (1) 2 dd ½ cth

Rifampisin 150 mg + Pehadoxin 100 mg + Pronicy 1/10 tab (30) 1 dd 1 ac ½ jam pg

Kontrol, Sesak +, 3 hr batuk +, diagnosa : batuk ASMA

Ada racikan yang tumpah sedikit di packaging


(4)

Profilas ¼ tab + Histrin 1/5 tab + Cobazym 1/5 cap + Rhinofed 1/15 tab (30) 1 dd 1 sore

14 25 th Codein 20 mg + Dexamethasone 2/3 tab +

Interhistin 1/3 tab + Antalgin 250 mg (12) 3 dd 1

Ciprofloxasin (8) 2 dd 1

Racikan belum homogen

15 6th Laki-laki 16 kg Sir Curvit Cl(1) 1x1 cth

Sir combantrin 7 cc (1) 1x7 cc jam 20.00 Sir Rimactan 200 cc (1) da 100 cc => 1x 13 cc ac ½ jam

Sir Piravit 100 cc (1) 1x 8 cc ac ½ jam pagi PZA 175 mg + Cobazym 1/3 cap (30) 2x1 Profilas 2/5 tab + Histrin 1/3 tab (15) 1x1 sore

Kontrol batuk –; 27-4-07

Diagnosa utama = bronkopneumonia, Diagnosa sekunder = TB

Combantrin 7 cc diberi 7,5 cc

16 10bl Perempuan 7140 gr

Diagnosa tanggal 30 Juni ’07 : HEPB 3

Vitaflur Puyer (10) 1 dd 1 campur susu

Tablet ketika diracik kurang 1 (ketinggalan) kemudian diracik kembali

17 2 th 3 bl 4 hr

Laki-laki 12,5 kg

Konsultasi keluar cacing kremi Sir combantrin 5 cc (1) 1 dd 5 cc Curvit Cl (I) 1 dd 1 cth

Combantrin 5 cc diberikan combantrin 7,5 cc. Setelah dimasukkan ke dalam kemasan baru, dikeluarkan lagi menurut perkiraan peracik.

12. KESALAHAN PENYEBUTAN NAMA PASIEN

No Umur

Jenis

kelamin BB Resep

Anamnesis dan

diagnosis Kejadian

1 1 th 2bl 2hr

Perempuan Pamol 1/5 (100) + luminal 10 mg (10) 3 dd 1 bungkus prn

Lactacyd liquid (1) 2dd 1 Mercotin 2 dd 1gtt

Mulai kemarin badan panas, batuk, pilek +. Muntah -. Diagnosis : ISPA dan demam


(5)

Lampiran 11. KELENGKAPAN RESEP

Tgl Pe Identi tas Pasien Identit as Dokter Tgl Penuli Ruangan Pelayanan Farma si Jmlh R/ ngamtn Nama Umur Jns Klmn BB Nama Ortu Almt Nama SIP Alamat Paraf san Resep Unit Asal BSO Kekuatan Dosis Jmlh Aturan Diamati

4 Juli 27 25 21 1 2 21 27 3 3 2 25 27 27 27 27 27 27

5 Juli 21 20 18 2 18 21 19 21 21 21 21 21 21

6 Juli 21 21 17 1 7 17 21 18 21 21 21 21 21 21

7Juli 10 8 8 2 8 10 8 1 10 10 10 10 10 10

9 Juli 29 29 27 27 29 1 1 28 29 29 29 29 29 29

10 Juli 18 16 16 2 16 18 16 1 18 18 18 18 18 18

11 Juli 16 16 12 6 12 16 2 2 14 16 16 16 16 16 16

12 Juli 25 23 22 5 22 25 1 1 23 25 25 25 25 25 25

13 Juli 17 17 16 4 16 17 1 1 17 17 17 17 17 17 17

14 Juli 16 12 13 5 13 16 13 16 16 16 16 16 16

16 Juli 27 26 26 11 26 27 26 27 27 27 27 27 27

17 Juli 29 26 25 2 25 29 1 1 27 29 29 29 29 29 29

18 Juli 14 14 14 7 14 14 14 14 14 14 14 14 14

19 Juli 14 14 13 3 13 14 1 1 14 14 14 14 14 14 14

20 Juli 15 15 14 3 14 15 1 1 15 15 15 15 15 15 15

21 Juli 7 6 6 6 7 6 7 7 7 7 7 7

23 Juli 8 7 7 7 8 7 8 8 8 8 8 8

24 Juli 10 9 6 1 6 10 8 10 10 10 10 10 10

25 Juli 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6

26 Juli 9 7 7 3 7 9 7 9 9 9 9 9 9

27 Juli 9 9 7 2 7 9 9 9 9 9 9 9 9

28 Juli 14 13 14 1 14 14 13 14 14 14 14 14 14

30 Juli 17 16 13 1 13 17 1 1 1 16 17 17 17 17 17 17

31 Juli 20 17 17 17 20 17 20 20 20 20 20 20

1 Agst 14 14 14 1 14 14 14 14 14 14 14 14 14

2 Agst 18 15 14 3 14 18 16 1 18 18 18 18 18 18

3 Agst 13 13 12 3 12 13 1 1 13 13 13 13 13 13 13

4 Agst 12 11 11 5 11 12 12 12 12 12 12 12 12


(6)

BIOGRAFI PENULIS

Erline Yusticia Hinlandou, putri pertama anak kedua

dari pasangan Sonny Hindarto dan Lani Budi

Herawati. Penulis merupakan anak kedua dari 2

bersaudara. Lahir di Yogyakarta pada tanggal 10

Maret 1986. Pendidikan Dasar ditempuh dari tahun

1992 - 1998 di Sekolah Dasar Pangudi Luhur I

Yogyakarta. Jenjang Sekolah Lanjutan Tingkat

Pertama dijalani di SLTP Stella Duce I Jogjakarta dan lulus pada tahun 2001.

Pendidikan Sekolah Menengah Umum dilalui di SMU Stella Duce I Yogyakarta

dan lulus pada tahun 2004. Saat ini penulis masih terdaftar sebagai mahasiswi


Dokumen yang terkait

Identifikasi Medication Error pada fase Prescribing, Transcribing, dan Dispensing di Depo Farmasi Rawat Inap Penyakit Dalam Gedung Teratai, Isntalasi Farmasi RSUP Fatmawati Periode 2013

43 215 72

TINJAUAN KELENGKAPAN RESEP DAN EVALUASI DOSIS PADA PASIEN ANAK RAWAT JALAN DI INSTALASI TINJAUAN KELENGKAPAN RESEP DAN EVALUASI DOSIS PADA PASIEN ANAK RAWAT JALAN DI INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SUKOHARJO PERIODE BULAN OKTOBER-DESEMBER 2010

0 1 15

Evaluasi penggunaan Asam Valproat pada pasien Epilepsi Pediatrik di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta.

0 3 47

Medication error dalam fase dispensing dan fase administration pada resep racikan (studi kasus) di empat apotek di Kabupaten Sleman periode Februari dan Maret 2014.

3 20 115

Kajian medication error pada resep racikan pasien pediatrik di unit farmasi Rumah Sakit "X" bulan Juli 2007 (tinjauan fase dispensing).

0 1 20

IDENTIFIKASI MEDICATION ERROR DALAM PROSES PRESCRIBING, TRANSCRIBING DAN DISPENSING RESEP RACIKAN DI PUSKESMAS KABUPATEN BANYUMAS WILAYAH SELATAN

0 1 17

Evaluasi medication error resep racikan pasien pediatrik di farmasi rawat jalan rumah sakit Bethesda pada bulan Juli tahun 2007 : tinjauan fase dispensing - USD Repository

0 0 126

Evaluasi komposisi, indikasi, dosis, dan interaksi obat resep racikan untuk pasien pediatri Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta periode Juli 2007 - USD Repository

0 0 148

Medication error fase prescribing dan fase transcribing pada resep racikan untuk pasien pediatrik di rawat inap di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta periode Februari 2014 - USD Repository

0 1 119

Medication error resep obat racikan pasien pediatri rawat inap di RSUP Dr. Sardjito pada periode Februari 2014 (tinjauan fase dispensing dan fase administration) - USD Repository

0 1 116