BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - PENINGKATAN KEMAMPUAN MENARASIKAN HASIL WAWANCARA DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL KOMPONEN PEMODELAN DAN INKUIRI PADA SISWA KELAS VII B SMP NEGERI I KALIBAGOR TAHUN PELAJARAN 2009-2010 - repository perpustakaan

  dan keterampilan berbahasa paling akhir dikuasai pelajar bahasa setelah kemampuan mendengarkan, berbicara, dan membaca. Dibanding ketiga kemampuan berbahasa yang lain kemampuan menulis lebih sulit dikuasai bahkan oleh penutur asli bahasa yang bersangkutan sekaligus. Hal itu disebabkan kemampuan menulis menghendaki penguasaan berbagai unsur di luar bahasa itu sendiri yang menjadi karangan baik unsur bahasa maupun unsur isi haruslah terjalin sedemikian rupa sehingga menghasilkan tulisan yang baik.

  Fungsi utama dari tulisan adalah sebagai alat komunikasi yang tidak langsung. Menulis sangat penting bagi pendidikan karena memudahkan para pelajar berpikir secara kritis. Juga dapat memudahkan kita untuk memperdalam daya tanggap atau persepsi kita.

  Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan strategi pengembangan kurikulum untuk mewujudkan sekolah yang efektif, produktif, dan berprestasi. KTSP merupakan paradigma baru pengembangan kurikulum, yang memberikan otonomi luas pada setiap satuan pendidikan, dan pelibatan masyarakat dalam rangka mengefektifkan proses belajar mengajar di sekolah. Otonomi diberikan agar setiap satuan pendidikan dan sekolah memiliki

  1 keleluasaan dalam mengelola sumberdaya, sumber dana, sumber belajar, dan mengalokasikannya sesuai prioritas kebutuhan, serta lebih tanggap terhadap kebutuhan setempat, (Mulyasa. 2007: 20-21).

  KTSP adalah suatu ide tentang pengembangan kurikulum yang diletakkan pada posisi yang paling dekat dengan pembelajaran, yakni sekolah dan satuan pendidikan. Pemberdayaan sekolah dan satuan pendidikan dengan memberikan otonomi yang lebih besar, di samping menunjukkan sikap tanggap pemerintah terhadap tuntutan masyarakat juga merupakan sarana peningkatan kualitas, efisiensi dan pemerataan pendidikan. KTSP merupakan salah satu wujud reformasi pendidikan yang memberikan otonomi kepada sekolah dan satuan pendidikan untuk mengembangkan kurikulum sesuai dengan potensi, tuntutan, dan kebutuhan masing-masing. Otonomi dalam mengembangkan kurikulum dan pembelajaran merupakan potensi bagi sekolah untuk meningkatkan kinerja guru dan staf sekolah, menawarkan partisipasi langsung kelompok-kelompok terkait, dan meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap pendidikan, khususnya kurikulum. Pada sistem KTSP, sekolah memiliki “full authority dan responsibility” dalam menentapkan kurikulum dan pembelajaran sesuai dengan visi, misi, dan tujuan satuan pendidikan. Untuk mewujudkan visi, misi, dan tujuan tersebut, sekolah dituntut untuk mengembangkan standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam indikator kompetensi, mengembangkan setrategi, menentukan prioritas, mengendalikan pemberdayaan berbagai potensi sekolah dan lingkungan sekitar, serta mempertanggungjawabkannya kepada masyarakat dan pemerintah, (Mulyasa. 2007: 21).

  Dalam Kurukulum Tingkat Satuan Pendidikan mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas VII, terdapat kompetensi dasar mengubah teks wawancara menjadi narasi. Teks wawancara merupakan bentuk penyajian informasi berupa tanya jawab antara pewawancara dan narasumber.

  Untuk menceritakan atau menyampaikan kembali hasil wawancara kepada orang lain, teks wawancara perlu diubah dalam bentuk narasi. Narasi merupakan bentuk karangan pengisahan suatu cerita atau kejadian.

  Menurut Akhadiah (1999:116) setiap gagasan pikiran atau konsep yang dimiliki seseorang pada prakteknya harus dituangkan ke dalam bentuk kalimat. Kalimat yang baik pertama kali haruslah memenuhi persyaratan gramatikal. Hal ini berarti kalimat itu harus disusun berdasarkan kaidah- kaidah yang berlaku. Kaidah-kaidah tersebut meliputi: (1) unsur-unsur penting yang harus dimiliki setiap kalimat, (2) aturan-aturan tentang ejaan yang disempurnakan, (3) cara memilih kata dalam kalimat (diksi). Kelengkapan unsur dalam sebuah kalimat sangat menentukan kejelasan sebuah kalimat. Oleh sebab itu sebuah kalimat harus memiliki paling kurang subjek dan predikat. Kalimat yang lengkap ini harus ditulis sesuai dengan aturan-aturan ejaan yang disempurnakan (EYD). Kata-kata yang dipergunakan dalam membentuk kalimat tadi haruslah dipilih dengan tepat. Dengan demikian kalimat menjadi jelas maknanya.

  Berdasarkan hasil wawancara ke lapangan pada tanggal 20 Desember 2009, di SMP N I Kalibagor dengan guru Bahasa Indonesia, dapat diketahui pembelajaran menulis narasi dari teks wawancara di SMP N I Kalibagor yang menjadi subjek penelitian ini, hasilnya belum optimal penyebabnya adalah (1) pembelajaran hanya menekankan hasil bukan proses, (2) siswa masih mengalami kesulitan dalam menulis narasi dari teks wawancara, (3) siswa belum bisa merubah kalimat langsung menjadi kalimat tidak langsung.

  Selain wawancara yang telah penulis lakukan kepada guru mata pelajaran bahasa Indonesia kelas VII, penulis juga melakukan pre test yaitu pengambilan data awal sebagai dasar untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa dalam menulis narasi dari teks wawancara. Setelah dilakukan pre test dan diketahui hasil rata-rata kelas mencapai 55,37, terbukti bahwa kemampuan menulis siswa masih sangat rendah dan belum mencapai KKM menulis yaitu 60.

  Sehubungan dengan hal itu pembelajaran menulis narasi dari teks wawancarapun dipandang perlu ditingkatkan. Peningkatan pembelajaran menarasikan hasil wawancara dalam penelitian ini diterapkan dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan dan inkuiri yang dilaksanakan pada siswa kelas VII B SMP N I Kalibagor karena seperti diuraikan di atas bahwa kemampuan siswa kelas VIIB dalam menarasikan hasil wawancara tergolong masih rendah.

  Oleh karena itu dalam suatu pembelajaran perlu adanya suatu pendekatan yang digunakan oleh guru untuk meningkatkan prestasi belajar siswa, pendekatan yang digunakan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa yaitu dalam hal menulis narasi dari teks wawancara adalah dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan dan inkuiri.

  Pembelajaran menarasikan hasil wawancara dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan dan inkuiri sengaja dipilih karena pendekatan kontekstual mempunyai unggulan yaitu (1) mendorong siswa mengkonstruksikan pengetahuan di benak mereka, (2) siswa belajar mengalami bukan menghafal, (3) menumbuhkan komunitas belajar, (4) guru tidak selamanya bercerita.

  Dalam pendekatan kontekstual ada beberapa komponen di antaranya adalah komponen inkuiri (menemukan) dan modelling (pemodelan). Inkuiri berarti menemukan, jadi siswa lebih aktif untuk menemukan pengetahuan- pengetahuan baru, bukan semata-mata menghafal materi dari guru.

  Pemodelan (modelling) adalah pemberian contoh dalam proses pembelajaran, sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan baru dari model atau contoh yang dihadirkan guru.

  Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa alasan peneliti memilih pendekatan kontekstual komponen pemodelan dan inkuiri sebagai pembelajaran dalam menarasikan hasil wawancara karena pendekatan kontekstual adalah sebuah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa yang dimilikinya dan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Dengan konsep itu pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa.

  Pendekatan kontekstual komponen pemodelan dan inkuiri merupakan pendekatan yang memungkinkan siswa untuk memperluas, menguatkan dan menerapkan pengetahuan serta keterampilan akademik dalam berbagai macam tataran kehidupan baik di sekolah maupun diluar sekolah.

  Berdasarkan permasalahan yang peneliti kemukakan di atas dapat diketahui bahwa pembelajaran menarasikan hasil wawancara perlu diadakan penelitian dengan judul Peningkatan Kemampuan Menarasikan Hasil

  Wawancara Dengan Pendekatan Kontekstual Komponen Pemodelan dan Inkuiri Pada Siswa Kelas VIIB SMP Negeri 1 Kalibagor Tahun Pelajaran 2009-2010 .

  B. Perumusan Masalah

  Berdasarkan latarbelakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan masalah yaitu apakah ada peningkatan kemampuan menarasikan hasil wawancara siswa kelas VII B SMP Negeri I Kalibagor setelah diajar dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan dan inkuiri.

  C. Tujuan Penelitian

  Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah dengan menggunakan pendekatan kontekstual komponen pemodelan dan inkuiri dapat meningkatkan kemampuan menarasikan hasil wawancara pada siswa kelas VII B SMP Negeri I Kalibagor.

  D. Manfaat Penelitian

  Dalam penelitian ini ada 2 manfaat

  1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat:

  a. menambah wawasan tentang pembelajaran bahasa Indonesia khususnya pembelajaran menarasikan hasil wawancara.

  b. menambah setrategi-setrategi baru dalam pembelajaran bahasa Indonesia khususnya dalam pembelajaran menarasikan hasil wawancara.

  2. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat:

  a. menjadikan pembelajaran menulis narasi akan lebih menarik dan diminati siswa karena pendekatan kontekstual komponen pemodelan dan inkuiri yang digunakan guru tepat dan dapat menumbuhkan kreativitas anak b. meningkatkan kemampuan siswa dalam menarasikan hasil wawancara.

  E. Sistematika Penulisan

  Sistematika penulisan dalam penelitian ini terdiri dari lima bab:

  Bab I Pendahuluan. Bab ini memberikan arah pembicaraan yang meliputi: latar belakang masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian.

  Bab II Landasan Teori. Dalam bab ini dibicarakan teori-teori yang menjadi landasan penulisan skripsi, yang meliputi: pengertian menulis, tujuan menulis, pengertian narasi, macam-macam narasi, pengertian wawancara, macam-macam wawancara, pengertian pendekatan kontekstual komponen pemodelan dan inkuiri, pembelajaran menarasikan hasil wawancara dengan menggunakan pendekatan kontekstual komponen pemodelan dan inkuri, kerangka pemikiran dan hipotesis tindakan.

  Bab III Rancangan Penelitian. Dalam bab ini dibicarakan tentang waktu penelitian, subjek penelitian, desain penelitian, proses tindakan kelas, data dan cara pengumpulan data, instrumen penelitian, teknik analisis data, serta indikator keberhasilan.

  Bab IV Hasil penelitian dan pembahasan. Dalam bab ini dibahas secara keseluruhan deskripsi dan analisis data tantang peningkatan kemampuan menarasikan hasil wawancara dengan menggunakan pendekatan kontekstual komponen pemodelan dan inkuiri.

  Bab V Kesimpulan dan saran. Bab ini membicarakan kesimpulan dan saran pada guru, siswa, dan sekolah yang terkait dengan proses pembelajaran menarasikan hasil wawancara.

Dokumen yang terkait

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERWAWANCARA MELALUI TEKNIK PEMODELAN PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI I TEGINENENG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 13 74

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERWAWANCARA MELALUI TEKNIK PEMODELAN PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI I TEGINENENG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

4 37 79

KEMAMPUAN MENULIS NARASI BERDASARKAN TEKS WAWANCARA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 3 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

1 11 59

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PENGALAMAN PRIBADI MELALUI STRATEGI INKUIRI PADA SISWA KELAS VII B SMP NEGERI 2 BANDAR SEMESTER 2 TAHUN PELAJARAN 2016/2017

0 0 12

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN PERILAKU MENYONTEK PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI - Repository Unja

0 2 10

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - BAB I PENDAHULUAN

0 0 17

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - HUBUNGAN ANTARA SELF EFFICACY DENGAN MINAT MEMBACA SISWA DI PERPUSTAKAAN SD NEGERI 1 SAMBIRATA - repository perpustakaan

0 1 7

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - PENGARUH ANTARA KEMAMPUAN GURU DALAM PENGELOLAAN KELAS DAN PENGAJARAN TERHADAP PRESTASI BELAJAR PPKn SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 SARONGGI - Repositori STKIP PGRI Sumenep

0 0 11

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - STUDI DESKRIPTIF RESPON SOSIAL PADA REMAJA DI SMK NEGERI KALIBAGOR - repository perpustakaan

0 0 8

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - ANALISIS FAKTOR PREDISPOSISI PERILAKU IBU DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI PUSKESMAS GOMBONG I KABUPATEN KEBUMEN TAHUN 2015 - repository perpustakaan

0 0 11