TINJAUAN HUKUM PELAKSANAAN GANTI RUGI TERHADAP PENCABUTAN HAK ATAS TANAH UNTUK KEPENTINGAN PEMBANGUNAN REL KERETA API DI KABUPATEN BARRU

  

TINJAUAN HUKUM PELAKSANAAN GANTI RUGI TERHADAP

PENCABUTAN HAK ATAS TANAH UNTUK KEPENTINGAN

PEMBANGUNAN REL KERETA API DI

KABUPATEN BARRU

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar Sarjana Hukum

  

Jurusan Ilmu Hukum pada Fakultas Syari’ah dan Hukum

UIN Alauddin Makassar

OLEH :

Rezky Ameliah

  

NIM : 10500113239

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

2017

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

  Mahasiswa yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Rezky Ameliah NIM : 10500113239 Tempat/Tgl.Lahir : Barru, 10 Juli 1995 Jurusan : Ilmu Hukum Fakultas : Syariah dan Hukum Alamat : Jl. H. Sahrul Yasin Limpo, Gowa. Judul : Tinjauan Pelaksanaan Ganti Rugi Terhadap Pencabutan Hak

  Atas Tanah untuk Kepentingan Pembangunan Rel Kereta Api di Kabupaten Barru.

  Menyatakan dengan sesungguhnya dan penuh kesadaran bahwa skripsi ini benar adalah hasil karya sendiri. Jika dikemudian hari terbukti bahwa ini merupakan duplikat, tiruan, plagiat, atau dibuat oleh orang lain, sebagian atau seluruhnya, maka skripsi dan gelar yang diperoleh karenanya batal demi hukum.

  Samata, 12 Mei 2017 Penyusun, Rezky Ameliah NIM: 10500113239

  

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikumWr.Wb.

   ﻰﻠﻋو , ﻦﯿﻠﺳﺮﻤﻟاو ءﺎﯿــﺒﻧﻷا فﺮﺷا ﻰﻠﻋ م ﻼـﺴﻟاو ة ﻼﺼﻟاو ﻦﯿـﻤﻟﺎﻌﻟا بر ﺪﻤﺤﻟا ﺪـﻌﺑ ﺎﻣا .ﻦﯿﻌﻤﺟا ﮫﺒﺤﺻو ﮫـﻟا Rasa syukur yang sangat mendalam penyusun panjatkan kehadirat Allah swt.

  atas segala limpahan rahmat, hidayah, serta karunia-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan judul “Tinjauan Pelaksanaan Ganti Rugi Terhadap Pencabutan Hak Atas Tanah untuk Kepentingan Pembangunan Rel Kereta Api Di Kabupaten Barru” sebagai ujian akhir program Studi di Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah paa baginda Nabi Muhammad saw. yang menjadi penuntun bagi umat Islam.

  Saya menyadari bahwa, tidaklah mudah untuk menyelesaikan skripsi ini tanpa bantuan dan doa dari berbagai pihak. Penyusun mengucapkan terima kasih yang teristimewa untuk kedua orang tua saya Ayahanda tercinta Aminuddin dan Ibunda tercinta Hj. Sukarnaeni yang tak henti-hentinya mendoakan, memberikan dorongan moril dan materil, mendidik dan membesarkan saya dengan penuh cinta kasih sayang, serta adik-adik saya Rifkatul Mukarrama dan Rifdah Afiat atas semua perhatian dan kasih sayangnya. Ucapan terima kasih juga kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Musafir Pababbari, M.Si, selaku Rektor UIN Alauddin Makassar

  2. Bapak Prof. Dr. Darussalam Syamsuddin, M.Ag,selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum, Bapak Dr. H. Abd. Halim Talli, M.Ag, selakuWakil Dekan bidang Akademik dan pengembangan lembaga,Bapak Dr. Hamsir, SH.,M.Hum, selaku

  Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum dan Keuangan, Dr. H. M. Saleh Ridwan, M.Ag, selaku Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Segenap Pegawai Fakultas yang telah memberikan bantuan dalam penyelesaian skripsi ini.

  3. Teruntuk Ibu Istiqamah, SH., MH. dan Bapak Rahman Syamsuddin, SH., MH. selaku Ketua dan Sekertaris Jurusan Ilmu Hukum Fakultas Syariah dan Hukum UIN Alauddin Makassar yang selalu memberikan bimbingan, dukungan, nasehat, motivasi demi kemajuan penyusun.

  4. Teruntuk Bapak Dr. M. Saleh Ridwan, M.Ag dan Ibu St. Nurjannah, SH., MH Selaku pembimbing skripsi yang telah sabar memberikan bimbingan, dukungan, nasihat, motivasi demi kemajuan penyusun.

  5. Teruntuk Seluruh Bapak dan Ibu Dosen serta jajaran Staf Fakultas Syariah dan Hukum UIN Alauddin Makassar terkhusus Ibu Hera, Pak Rais dan Pak Amiruddin yang telah memberikan ilmu, membimbing penyusun dan membantu kelancaran sehingga dapat menjadi bekal bagi penyusun dalam penulisan skripsi ini dan semoga penyusun dapat amalkan dalam kehidupan di masa depan.

  6. Kepada Bapak Lurah Takkalasi, Bapak kepala Desa Lampoko, dan Bapak kepala Desa Garessi yang telah memberikan kesempatan kepada penyusun untuk melakukan penelitian, serta ucapan Terima Kasih kepada Masyarakat yang telah berpasrtisipasi dalam menyelesaikan penelitian.

  7. Teman-teman seperjuangan di Jurusan Ilmu Hukum terkhusus Angkatan 2013 “MEDIATOR” Fakultas Syariah dan Hukum UIN Alauddin Makassar.

  8. Kepada teman setiaku Kaharuddin yang telah memberikan doa, dukungan, perhatian serta kasih sayangnya dan terima kasih atas kesabaran yang tak henti- hentinya menyemangati dan memberikan motivasi selama penyusunan skripsi ini.

  9. Kepada Sahabat-sahabat saya yang tersayang Rahmatan SH, Rafiah Jamaluddin, St. Rahma Akbar, dan Winda Sari yang telah memberikan doa, semangat, dan terima kasih sebesar-besarnya atas bantuannya kepada saya selama penyusunan skripsi ini.

  10. Sahabat-sahabat saya di kampus Ahmad Alka, Eka Syamsur, Astri Isnaeni, Mardas, Farida Tahir, Nurannisa anas, M. Cakra Romokoy, Muh. Fachrizal Alamsyah, Nur Aulia Sari, Adrian Siregar, Nurjannah, Dhita Mita Ningsih dan teman-teman seperjuangan Ilmu Hukum “E” yang telah memberikan semangat dan bantuannya kepada saya selama penyusunan skripsi ini.

  11. Semua Pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuannya bagi penyusun dalam penyusunan penulisan skripsi ini baik secara materil maupun formil.

  Penyusun menyadari bahwa tidak ada karya manusia yang sempurna di dunia ini. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penyusun menerima kritik dan saran yang membangun sehingga dapat memperbaiki semua kekurangan yang ada dalam penulisan hukum ini.Semoga penulisan hukum ini dapat bermanfaat bagi siapapun yang membacanya. Amin Yaa Rabbal Alamin.

  Samata, 12 Mei 2017 Penyusun, Rezky Ameliah NIM: 10500113239

  DAFTAR ISI JUDUL .......................................................................................................................

  PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI.................................................................. i PENGESAHAN ...................................................................................................... ii KATA PENGANTAR ........................................................................................... iii DAFTAR ISI.......................................................................................................... vi PEDOMAN TRANSLITERASI .......................................................................... viii ABSTRAK ........................................................................................................... xvi

  BAB I PENDAHULUAN................................................................................1-15 A. Latar Belakang Masalah ......................................................................1 B. Fokus Penelitian Dan Deskripsi Fokus..............................................11 C. Rumusan Masalah .............................................................................12 D. Kajian Pustaka...................................................................................12 E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian .......................................................15 BAB II TINJAUAN TEORITIS ................................................................. ...16-57 A. Tinjauan Umum Ganti Rugi..............................................................16 B. Tinjauan Hukum Pengadaaan Tanah.................................................35 C. Tanah Dan Hak Atas Tanah ..............................................................38 D. Pencabutan Hak Atas Tanah .............................................................43 E. Kedudukan Undang-undang dalam Pelaksanaan Ganti Rugi Pencabutan Hak Atas Tanah .............................................................55 BAB III METODOLOGI PENELITIAN ....................................................... 58-62 A. Jenis Penelitian.................................................................................58

  B. Lokasi Penelitian ..............................................................................58

  C. Pendekatan Penelitian.......................................................................58

  D. Metode Pengumpulan Data ..............................................................59

  E. Instrumen Penelitian .........................................................................60

  F. Sumber Data......................................................................................60

  G. Analisis Data ....................................................................................62

  BAB IV PEMBERIAN GANTI RUGI ATAS TANAH DI KAB. BARRU .. 63-90 A. Sejarah dan Latar Belakang Pembangunan Rel Kereta Api di Kab. Barru ..........................................................................................................63

  B. Pelaksanaan Ganti Rugi Terhadap Pengadaan Tanah/Pencabutan Hak Atas Tanah untuk Kepentingan Pembangunan Rel Kereta Api di Kab.

  Barru .................................................................................................70

  C. Kendala-kendala yang Terjadi pada Masyarakat dalam Pemberian Ganti Rugi terhadap Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Pembanguna Rel Kereta Api di Kab. Barru ..................................................................84

  BAB V PENUTUP.......................................................................................... 91-92 A. Kesimpulan .........................................................................................91 B. Saran ....................................................................................................92 DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 93-97 LAMPIRAN-LAMPIRAN......................................................................................... DAFTAR RIWAYAT HIDUP

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN DAN SINGKATAN

A. Transliterasi Arab-Latin

  Daftar huruf bahasa Arab dan transliterasinya ke dalam huruf Latin dapat dilihat pada tabel berikut :

1. Konsonan

  dilambangk an Tidak dilambangkan

  ذ

  Nama Huruf Latin Nama

  ا Alif Tidak

  Sin S Es

  س

  Zai Z Zet

  ز

  Ra R Er

  ر

  Zal Z zet (dengan titik diatas)

  Dal D De

  ب

  خ Kha Kh ka dan ha د

  Huruf Arab

  ح

  Jim J Je

  ج

  ṡa ṡ es (dengan titik diatas)

  ث

  Ta T Te

  ت

  Ba B Be

  ḥa ḥ Ha (dengan titik dibawah)

  ش

  Qaf Q Qi

  ى

  Hamzah ̓̓ Apostrof

  و Wau W We ƿ Ha H Ha ء

  Nun N En

  ن

  Mim M Em

  م

  Lam L El

  ل

  Kaf K Ka

  ك

  ف Fa F Ef ق

  Syin Sy es dan ye

  Gain G Ge

  غ

  ‘ain ̒ apostrof terbalik

  ع

  ẓa ẓ zet (dengan titik dibawah)

  ظ

  ṭa ṭ te (dengan titik dibawah)

  ط

  ḍad ḍ de (dengan titik dibawah)

  ض

  dibawah)

  ص ṣad ṣ es (dengan titik

  Ya Y Ye Hamzah (ء) yang terletak di awal kata mengikuti vokalnya tanpa diberi tanda apa pun. Jika ia terletak di tengah atau di akhir, maka ditulis dengan tanda ( ̓ ).

  2. Vokal

  Vokal bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri atas vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong. Vokal tunggal bahasa Arab yang lambanya berupa tanda atau harakat, transliterasinya sebagai berikut:

  Tanda Nama Huruf Latin Nama

   َا fatḥah a A ِا

  Kasrah i

  I

   ُا

  ḍammah u U Vokal rangkap bahasa Arab yang lambangnya berupa gabungan antara harakat dan huruf, transliterasinya berupa gabungan huruf, yaitu:

  Tanda Nama Huruf Latin Nama

   َي

  fatḥah dan yā̓̓ ai a dan i

   َو fatḥah dan

  wau au a dan u Contoh: ﻒﯿﻛ : kaifa ل ﻮھ : haula

  3. Maddah

  Maddah atau vokal panjang yang lambangnya berupa harakat dan huruf, transliterasinya berupa huruf dan tanda, yaitu: Harakat Nama Huruf Nama dan dan Huruf tanda

  

َي… / َا Fatḥah dan alif ā a dan garis

…. atau yā̓̓ di atas ي

  Kasrah dan yā ī i dan garis di atas

  و

  ḍammah dan wau Ữ u dan garis di atas Contoh: ت ﺎﻣ : māta ﻰﻣر : ramā ﻞﯿﻗ : qīla ت ﻮﻤﯾ : yamūtu

4. Tā marbūṭah

  Tramsliterasi untuk tā’ marbūṭah ada dua yaitu: tā’ marbūṭah yang hidup atau mendapat harakat fatḥah, kasrah, dan ḍammah, transliterasinya adalah (t). sedangkantā’ marbūṭah yang mati atau mendapat harakat sukun, transliterasinya adalah (h).

  Kalau pada kata yang berakhir dengan tā’ marbūṭah diikuti oleh kata yang menggunakan kata sandang al- serta bacaan kedua kata itu terpisah, maka tā’ marbūṭah itu ditransliterasikan dengan ha (h).

  Contoh: ل ﺎﻔط ﻻا ﺔﺿ ور : rauḍah al-aṭfāl ﺔﻠﺿ ﺎﻔﻟا ﺔﻨﯾﺪﻤﻟا : al-madīnah al-fāḍilah ﺔﻤﻜﺤﻟا : rauḍah al-aṭfāl

  5. Syaddah (Tasydīd)

  Syaddah atau tasydīd yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan sebuah tanda tasydīd ( ﹼ), dalam transliterasi ini dilambangkan dengan perulangan huruf (konsonan ganda) yang diberi tanda syaddah.

  Contoh: ﺎﻨﺑر : rabbanā ﺎﻨﯿﺠﻧ : najjainā ﻖﺤﻟا : al-ḥaqq ﻢﻌﻧ : nu”ima وﺪﻋ : ‘duwwun Jika huruf ى ber-tasydid di akhir sebuah kata dan didahului oleh huruf kasrah ( ـــــ), maka ia ditransliterasi seperti huruf maddah menjadi ī.

  Contoh: ﻲﻠﻋ : ‘Ali (bukan ‘Aliyy atau ‘Aly) ﻲﺑﺮﻋ : ‘Arabī (bukan ‘Arabiyy atau ‘Araby)

  6. Kata Sandang

  Kata sandang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan huruf لا (alif lam ma’arifah). Dalam pedoman transliterasi ini, kata sandang ditransliterasi seperti biasa, al-,baik ketika ia diikuti oleh huruf syamsyiah maupun huruf qamariah. Kata sandang tidak mengikuti bunyi huruf langsung yang mengikutinya. Kata sandang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya dan dihubungkan dengan garis mendatar ( - ).

  Contoh : ﺲﻤﺸﻟا : al-syamsu (bukan asy-syamsu) ﺔﻟ ﺰﻟاﺰﻟا : al-zalzalah (az-zalzalah) ﺔﻔﺴﻠﻔﻟا : al-falsafah دﻼﺒﻟا : al- bilādu 7. Hamzah.

  Aturan transliterasi huruf hamzah menjadi apostrof ( ‘ ) hanya berlaku bagi hamzah yang terletak di tengah dan akhir kata. Namun, bila hamzah terletah di awal kata, ia tidak dilambangkan, karena dalam tulisan Arab ia berupa alif.

  Contoh : نوﺮﻣﺎﺗ : ta’murūna عﻮﻨﻟا : al-nau’ ءﻲﺷ : syai’un تﺮﻣا : umirtu

8. Penulisan Kata Arab yang Lazim Digunakan dalam Bahasa Indonesia

  Kata, istilah atau kalimat Arab yang ditransliterasi adalah kata, istilah atau kalimat yang belum dibakukan dalam bahasa Indonesia. Kata, istilah atau kalimat yang sudah lazim dan menjadi bagian dari perbendaharaan bahasa Indonesia, atau sering ditulis dalam tulisan bahasa Indonesia, atau lazim digunakan dalam dunia akademik tertentu, tidak lagi ditulis menurut cara transliterasi di atas. Misalnya, kata al-Qur’an (dari al-Qur’ān), Alhamdulillah, dan munaqasyah. Namun, bila kata-kata tersebut menjadi bagian dari satu rangkaian teks Arab, maka harus ditransliterasi secara utuh. Contoh:

  Fī Ẓilāl al-Qur’ān Al-Sunnah qabl al-tadwīn

  9. Lafẓ al-jalālah ( )

  Kata “Allah” yang didahului partikel seperti huruf jarr dan huruf lainnya atau berkedudukan sebagai muḍā ilaih (frasa nominal), ditransliterasi tanpa huruf hamzah.

  Contoh: ﷲ ﻦﯾد dīnullāh ﷲ ﺎﺑ billāh Adapun tā’ marbūṭah di akhir kata yang disandarkan kepada lafẓ al- jalālah, ditransliterasi dengan huruf (t).contoh: ﻢﮭﮭﻠﻟا ﺔﻤﺣر ﻲﻓ hum fī raḥmatillāh

  10. Huruf Kapital

  Walau sistem tulisan Arab tidak mengenal huruf capital (All caps), dalam transliterasinya huruf-huruf tersebut dikenai ketentuan tentang penggunaan huruf capital berdasarkan pedoman ejaan Bahasa Indonesia yang berlaku (EYD). Huruf capital, misalnya, digunakan untuk menulis huruf awal nama diri (orang, tempat, bulan) dan huruf pertama permulaan kalimat. Bila nama diri didahului oleh kata sandang (al-), maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap dengan huruf awal nama diri tersebut, bukan huruf awal kata sandangnya. Jika terletak pada awal kalimat, maka huruf A dari kata sandang tersebut menggunakan huruf kapital (Al-). Ketentuan yang sama juga berlaku untuk huruf awal dari judul referensi yang didahului oleh kata sandang al-, baik ketika ia ditulis dalam teks maupun dalam catatan rujukan (CK, DP, CDK, dan DR). contoh:

  Wa mā Muḥammadun illā rasūl Inna awwala baitin wuḍi’a linnāsi lallaẓī bi bakkata mubārakan Syahru Ramaḍān al-lażī unzila fih al-Qur’ān Naṣīr al-Dīn al-Ṭūsī Abū Naṣr al-Farābī Al-Gazālī Al-Munqiż min al-Ḋalāl Jika nama resmi seseorang menggunakan kata Ibnu (anak dari) dan

  Abū (bapak dari) sebagai nama kedua terakhirnya, maka kedua nama terakhir itu harus disebutkan sebagai nama akhir dalam daftar pustaka atau daftar referensi. Contoh:

  Abū al-Walīd Muḥammad ibn Rusyd, ditulis menjadi: Ibnu Rusyd, Abū al-Walīd Muḥammad (bukan: Rusyd, Abū al-Walīd Muḥammad Ibnu)

  Naṣr Ḥāmid Abū Zaīd, ditulis menjadi: Abū Zaīd, Naṣr Ḥāmid (bukan: Zaīd, Naṣr Ḥāmid Abū).

B. Daftar Singkatan

  Beberapa singkatan yang dibakukan adalah: swt. : subḥānahū wa ta’ālā saw. : ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam M : Masehi QS…/…: 4 : QS al-Baqarah/2: 4 atau QS Āli ‘Imrān/3: 4 HR : Hadis Riwayat

  Nama : Rezky Ameliah NIM : 10500113239 Judul : TINJAUAN HUKUM PELAKSANAAN PEMBERIAN GANTI RUGI TERHADAP PENGADAAN TANAH UNTUK KEPENTINGAN PEMBANGUNAN REL KERETA API DI KABUPATEN BARRU

ABSTRAK

  Pokok permasalahan yang akan diteliti pada skripsi ini yaitu bagaimana tinjauan hukum pelaksanaan pemberian ganti rugi terhadap pencabutan Hak atas tanah untuk kepentingan pembangunan Rel Kereta Api di Kabupaten Barru. Kemudian dijabarkan kedalam submasalah yaitu bagaimana pelaksanaan pemberian ganti rugi terhadap pencabutan hak atas tanah untuk kepentingan pembangunan Rel Kereta Api di Kab. Barru dan apa kendala yang terjadi pada masyarakat dalam pemberian ganti rugi terhadap pencabutan hak atas tanah untuk kepentingan pembangunan Rel Kereta Api di Kab. Barru.

  Penelitian ini merupakan jenis penelitian Field Research kualitatif. Penelitian ini akan dilakukan dengan wawancara terhadap masyarakat yang tanahnya diambil untuk pembangunan Rel Kereta Api di Kab. Barru. Metode yang digunakan adalah penelitian lapangan.

  Berdasarkan hasil penelitian tersebut terjawab pelaksanaan penyelenggaraan pengadaan tanah pembangunan Rel Kereta Api di Kab. Barru sesuai dengan prosedur peraturan pencabutan hak atas tanah dan pelaksanaan pemberian ganti rugi dari pemerintah untuk masyarakat dilakukan melalui mediasi atau musyawarah sehingga sampai kepada kesepakatan antara masyarakat dan pemerintah dan tidak terjadi kendala yang begitu serius hanya saja kendala teknis yang terjadi dimasyarakat yaitu kelengkapan berkas yang dimiliki masyarakat belum semuanya terpenuhi dan dari segi hukum kurangnya kesadaran masyarakat terhadap kepentingan umum.

  Implikasi dari penelitian ini adalah : 1) Berharap agar pemerintah dalam proses pembayaran ganti rugi tidak ada kendala karena masyarakat yang tanahnya teralokasi untuk proyek pembangunan Rel Kereta Api juga memerlukan Dana untuk keperluan lain. 2) Untuk masyarakat diharapkan agar bisa lebih menanggapi pentingnya kepemilikan atas tanah secara sah menurut hukum, seperti pendaftaran tanah bagi tanah yang belum terdaftar ataupun yang sudah terdaftar sebelumnya dengan melakukan pendaftaran kembali atas namanya agar mudah dalam membuktikan diri sebagai pemilik yang sah secara hukum.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam masa pembangunan masalah pertanahan merupakan salah satu hal

  yang sangat penting peranannya bagi keberhasilan pembangunan baik pembangunan yang dilaksanakan oleh pihak pemerintah maupun masyarakat atau pihak swasta dan pelaksanaannya seringkali menimbulkan masalah yang rumit penyelesaiannya, yaitu persoalan pengambilan tanah milik penduduk atau masyarakat untuk keperluan proyek pembangunan yang biasa disebut dengan pengadaan Hak atas Tanah dan segi

  1 normatif disebut dengan pengadaan tanah untuk pembangunan.

  Tanah mempunyai peranan yang penting karena tanah merupakan sumber kesejahteraan, kemakmuran, dan kehidupan. Hal ini memberikan pengertian bahwa merupakan tanggung jawab nasional untuk mewujudkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat sebagaimana dalam pasal 33 ayat (3) Undang-undang Dasar 1945 yang menyatakan ”Bumi air dan kekayaan alam yang terkandug didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat”.

  Begitu penting dan bergantungnya proses kehidupan manusia pada tanah sehingga tidak mengherankan bila setiap manusia selalu berusaha memperoleh tanah untuk kepentingan hidupnya. Tanah menjadi barang yang sangat berharga dan menjadi incaran oleh banyak orang dengan berbagai alasan kebutuhan yang ada.

  Keadaan yang demikian menyebabkan harga tanah akan terus meningkat. Kondisi ini 1 Soedharyo Soimin, Status Hak dan Pengadaan Tanah (Jakarta: Sinar Grafika, 1993), h. 82. lahir dikarenakan sifat tanah yang statis, yaitu luas tanah relatif tidak bertambah, sedangkan manusia yang membutuhkan tanah jumlahnya semakin lama semakin bertambah. Dapat dibayangkan bagaimana terbatasnya lahan atau tanah yang tersedia dibandingka dengan jumlah permintaan akan tanah yang terus meningkat sejalan dengan bertambahnya jumlah penduduk di muka bumi ini. Berbagai kepentingan yang ada sulit terealisasi karena tidak tersedianya tanah bagi seluruh pihak yang memerlukan. Tanah tidak bisa memenuhi kebutuhan manusia secara adil dan merata yang pada akhirnya seringkali terjadi banyak benturan berbagai kepentingan antara para pihak, baik individu, badan hukum, ataupun pemerintah sekalipun.

  Sebagai wujud nyata dari Pasal 33 ayat (3) Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 yang menyatakan bahwa : “Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat”, disebutkan dalam Pasal 2 ayat (1) Undang Undang Nomor 5 Tahun 1960, tentang Peraturan Dasar Pokok - Pokok Agraria yang lebih dikenal dengan Undang Undang Pokok Agraria (UUPA), disebutkan bahwa : “ Bumi, air dan ruang angkasa termasuk kekayaan alam yang terkandung didalamnya pada tingkat yang lebih tinggi dikuasai oleh Negara sebagai organisasi kekuasaan seluruh rakyat”.

  Hak menguasai negara dimaksudkan bahwa negara berhak pula untuk ikut campur tangan dalam pengertian bahwa setiap pemilik atau pemegang hak atas tanah tidaklah terlepas dari hak menguasai negara tersebut karena kepentingan umum tidaklah berarti bahwa kepentingan individu atau kelompok itu dapat dikorbankan begitu saja dengan dalih kepentingan umum.

  Seringkali dalam kegiatan pengadaan tanah, terutama pembangunan yang membutuhkan luas tanah yang sangat besar terhadap berbagai jenis status tanah, dibutuhkan kecermatan dari panitia pengadaan tanah untuk memperoleh tanah tersebut. Bahkan jika pembangunan tersebut adalah proyek pembangunan jalan yang harus melewati sebagian atau seluruh batas tanah milik rakyat, tentu akan memperbesar resiko kemungkinan terjadinya konflik atau perbedaan pendapat antara pemegang hak atas tanah dengan panitia pengadaan tanah. Persoalan tentang tanah dalam pembangunan adalah persoalan yang menarik, mengingat pembangunan nasional sangat membutuhkan tanah tetapi kebutuhan tersebut tidak mudah untuk dipenuhi.

  Tanah adalah sumber daya alam yang merupakan kebutuhan primer manusia. Hampir tidak ada kegiatan manusia yang tidak berkaitan dengan tanah. Menjadi persoalan, ketika pembangunan harus dilakukan, sementara itu ketersediaan Negara (tanah yang dikuasai langsung oleh Negara) sangat terbatas. Demi terlaksananya pembangunan, terpaksa tanah yang sudah dipunyai atau dikuasai oleh rakyat, digunakan untuk memenuhi kebutuhan pembangunan fisik. Dalam perolehan tanah

  2 untuk keperluan pembangunan itulah tidak jarang terjadi “benturan”.

2 Suparjo Sujadi, ed., Pergulatan Pemikiran Dan Aneka Gagasan Seputar Hukum Tanah

  Pada masa sekarang ini sangat sulit melakukan pembangunan untuk kepentingan umum di atas tanah negara. Kenyataan menunjukkan bahwa pembangunan membutuhkan tanah, tetapi disisi lain tanah Negara yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan tersebut semakin terbatas, karena tanah yang ada sebagian telah dikuasai/dimiliki oleh masyarakat dengan suatu hak. Agar momentum pembangunan tetap dapat terpelihara, khususnya pembangunan berbagai fasilitas untuk kepentingan umum yang memerlukan bidang tanah, maka upaya hukum dari pemerintah untuk memperoleh tanah-tanah tersebut dalam memenuhi pembangunan antara lain

  3 dilakukan melalui pendekatan pembebasan hak maupun pencabutan hak.

  Pengambilan tanah-tanah penduduk untuk kepentingan pembangunan atau penyelenggaran kepentingan umum dapat dilakukan dengan 3 (tiga) cara. Tiga cara tersebut antara lain meliputi pelepasan atau penyerahan hak atas tanah (pembebasan tanah), pencabutan hak atas tanah dan perolehan tahan secara langsung (jual beli,

  4 tukar-menukar atau cara lain yang disepakati secara suka rela).

  Pengadaan tanah merupakan perbuatan pemerintah untuk memperoleh tanah untuk berbagai kepentingan pembangunan, khususnya bagi kepentingan umum. Pada prinsipnya pengadaan tanah dilakukan dengan cara musyawarah antar pihak yang memerlukan tanah dan pemengang hak atas tanah yag tanahnya diperlukan untuk kegiatan pembangunan agar tercapai kesepakatan, salah satu kesepakatan yanag ingin

  5 dicapai dalam musyawarah adalah masalah ganti rugi.

  3 Chaisi Nasucha, Politik Ekonomi Pertanahan Dan Sumber Perpajakan Atas Tanah (Jakarta: Kesaint Blanc, 1994), h. 74. 4 Oloan Sitorus dan Dayat Limbong, Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum (Yogyakarta: Mitra Kebijakan Tanah, 2004), h. 14. 5 Abdurrahman, Masalah Pencabutan Hak-Hak Atas Tanah dan Pembebasan Tanah di

  Pembangunan oleh pemerintah, khususnya pembangunan fisik mutlak memerlukan tanah. Tanah yang diperlukan itu, dapat berupa tanah yang dikuasai secara langsung oleh negara (tanah negara) atau tanah yang sudah dipunyai dengan suatu hak oleh suatu subyek hukum (tanah hak). Jika tanah yang diperlukan untuk pembangunan itu berupa tanah negara, pengadaan tanahnya tidaklah sulit, yaitu pemerintah dapat langsung mengajukan permohonan hak atas tanah tersebut untuk selanjutnya digunakan untuk pembangunan. Namun demikian, tanah negara saat ini jarang ditemukan, oleh karena itu tanah yang diperlukan untuk pembangunan umumnya adalah tanah hak yang dapat berupa Hak Milik, Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan, dan Hak Pakai.

  Dengan adanya kewenangan Pemerintah Daerah dalam mengelola pembangunan dan pemerintahan yang makin besar dan menentukan sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah, kewenangan di bidang pertanahan di serahkan pada pemerintah daerah sebagaimana tercantum dalam Pasal 11 ayat (2). Namun pelaksanaannya menjadi terhambat, karena pemerintah pusat menunda penyerahan kewenangan di bidang pertanahan pada daerah kabupaten atau kota.

  Selanjutnya Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Dareah menetapkan kewenangan pemerintah daerah di bidang pertanahan mewajibkan pemerintah kabupaten / kota untuk menyelenggarakan urusan dibidang pertanahan sebagai bagian dari otonomi daerah, maka Pemerintah Daerah berwenang untuk mengelola pembangunan dan pemerintahan dengan tujuan meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.

  Pengadaan tanah bagi kegiatan pembangunan untuk kepentingan umum oleh pemerintah atau pemerintah daerah dapat dilakukan dengan cara pelepasan atau penyerahan hak atas tanah atau pencabutan hak atas tanah. Pengadaan tanah selain bagi pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum oleh pemerintah atau pemerintah daerah dilaksanakan dengan jual beli, tukar menukar, atau cara lain yang disepakati secara sukarela oleh pihak-pihak yang bersangkutan.

  Proyek Pembangunan jalan yang dilakukan pemerintah merupakan suatu proyek yang terlebih dahulu direncanakan dalam penetapan rencana pembangunan untuk kepentingan umum dan sesuai dengan Rencana Umum Tata Ruang Kota. Panitia Pengadaan tanah dibentuk untuk membuat dan menyusun pengadaan tanah bagi pelaksanaan pembangunan dengan melakukan berbagai kegiatan pendahuluan

  6 dalam pelepasan / penyerahan hak atas tanah.

  Disamping itu, tanah-tanah yang diperlukan dalam pembangunan rel kereta api di Kab. Barru sebagian besar merupakan sawah yang merupakan mata pencaharian dari pemilik tanah atau pemegang hak atas tanah tersebut. Untuk itu perlu adanya pendekatan yang dapat diterima dan dimengerti masyarakat. Maka perlu ditanamkan pengertian kepada masyarakat khususnya pemegang hak atas tanah

6 Abdurrahman, Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum, (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 1994),hal 79.

  bahwa tanah mempunyai fungsi sosial seperti yang ditegaskan dalam Pasal 6 UUPA yang menyatakan “Semua hak atas tanah mempunyai fungsi sosial”.

  Disamping itu perlu adanya peran serta masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan yaitu untuk dapat bekerjasama dengan pemerintah sebagaimana ketentuan Pasal 18 UUPA “Untuk kepentingan umum, termasuk kepentingan Bangsa

  

dan Negara serta kepentingan bersama dari rakyat, hak-hak atas tanah dapat

dicabut dengan memberi ganti Rugi yang layak dan menurut cara yang diatur dalam

Undang-Undang”.

  Oleh sebab itu dalam rangka penyelesaian masalah tersebut dilakukan musyawarah antara panitia pengadaan tanah, pemegang hak atas tanah dan instansi pemerintah yang memerlukan tanah. Musyawarah dilaksanakan sebagai suatu proses atau kegiatan saling mendengar dengan sikap saling menerima pendapat dan keinginan yang didasarkan atas kesukarelaan antara pihak pemegang hak atas tanah dengan pihak yang memerlukan tanah untuk memperoleh kesepakatan mengenai ganti Rugi.

  Masalah ganti rugi ini menjadi komponen paling sensitif alam proses pengadaan tanah. Negosiasai mengenai bentuk dan besarnya ganti rugi seringkali menjadi proses yang paling panjang dan berlarut-larut, akibatnya tidak ada titik temu yang disepakati oleh para pihak yang bersangkutan. Tim penilai pertanahan yang ditunjuk sebagai penilai atau penaksir ganti rugi bertanggung jawab atas nilai ganti rugi yang ditawarkan.

  Seringkali pengadaan tanah pembangunan untuk kepentingan umum menimbulkan pro dan kontra didalam masyarakat dengan berbagai alasannya, sehingga membuat proses pelaksanaannya menjadi berlarut-larut. Sementara itu hak atas tanah oleh individu merupakan hal yang perlu mendapat perhatian secara seimbang oleh pemerintah. Dapat dikatakan bahwa banyak kasusu pengadaan atas tanah untuk kepentingan pembangunan maka bentuk dan besaran ganti rugi menjadi persoalan utama. Seringkali terjadi warga yang tanahnya terkena dalam rencana pembangunan dalam kenyataannya menolak untuk bentuk dan besaran ganti rugi bahkan menolak untuk negosiasi apapun juga dengan berbagai alasan pribadi.

  Meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mempermudah masyarakat dalam bermobilisasi, pemerintah telah membangun jalan jalur rel kereta api.

  Secara garis besar pelaksanaan pengadaan tanah bagi pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum meliputi beberapa tahapan, yaitu :

  1. Tahap penetapan lokasi;

  2. Tahap penyuluhan;

  3. Tahap penentuan lokasi dan inventarisasi;

  4. Tahap pengumuman hasil inventarisasi;

  5. Tahap musyawarah dan penetapan bentuk dan besarnya ganti Rugi;

  6. Tahap pelaksanaan pemberian ganti Rugi; 7. Tahap pelepasan atau penyerahan dan permohonan hak atas tanah.

  Keputusan Presiden Nomor 55 Tahun 1993 sebagaimana telah diganti dengan Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun 2006 tentang Perubahan Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum yang secara prinsip sama prosedurnya, memberikan suatu Landas hukum bagi pemerintah untuk mengatasi berbagai kesulitan pertanahan ketika pemerintah melakukan proyek pembangunan untuk kepentingan umum, dan memberi perlindungan terhadap warga masyarakat pemegang hak atas tanah terhadap kemungkinan adanya tindakan sewenang-wenang dari penguasa dengan dalih untuk kepentingan umum serta mengarahkan pelaksanaan pengadaan tanah yang dilakukan dengan memperhatikan peran tanah dalam kehidupan manusia.

  Pelaksanaan pelepasan tanah guna membangun jalan jalur rel kereta api meliputi lima wilayah, yakni Kota Makassar, Kabupaten Maros, Kabupaten Pangkep, Kabupaten Barru, dan Kota Pare-Pare. Total seluruhnya yang direncanakan sepanjang 145 km. Wilayah Kabupaten Barru harus membebaskan tanah proyek jalan jalur rel kereta api dimulai dari perbatasan Kabupaten Barru hingga perbatasan Kota Pare- Pare yang membutuhkan biaya sampai 30 Miliyar termasuk pembuatan stasiun, berlum termasuk pembebasan lahan.

  Pembangunan rel kereta api tahap awal dari Makassar- Pare-Pare, akan dilengkapi dengan lima stasiun utama. Stasiun utama akan dibangun disetiap Ibu Kota Kabupaten yang dilintasi rel sepanjang 145 km. Selain itu adapula stasiun penyangga.

  Proyek jalan jalur rel kereta api ini dimulai sejak perencanaan pada tahun 2014, sedangkan pada tahun 2015 pemasangan rel pertama telah dilakukan pada hari jum’at 13 November 2015 di Desa Lalabata, Kecamatan Tanete Rilau, Kabupaten Barru. Pemasangan rel disaksikan oleh Dirjen Perkeretaapian Kementrian Perhubungan (Kemenhub) Hermanto Dwiatmoko dan Gubernur Sulawesi Selatan.

  Pelaksanaan dan pembebasan tanah dengan memberikan ganti rugi, melalui berbagai macam proses dimulai dari pendataan, penilaian, dan pelaksanaan. Namun tidak secara serentak dalam pembebasan lahan jalan jalur rel kereta api yang Wilayah ditiap Kecamatan, prosesnya melalui beberapa tahapan. Sejak tahun 2014 sampai sekarang ini pembebasan lahan dan pembangunan fisik jalan jalur rel kereta api baru

  7 mencapai 50%.

  Jalur sepanjang kurang lebih 145 km ini merupakan tahap pertama dari pembangunan jalur kereta api Trans sulawesi dari kota makassar menuju pare-pare. Dan kabupaten barru menjadikan dirinya dalam sejarah di mana kabupaten barru menjadi tempat pertama kalinya pembangunan jalur rel kereta api di luar pulau jawa dan sumatera. Dari perjalanan mulai tahun 2014 sampai sekarang proses pencabutan atau pengadaan tanah untuk kepentingan pembangunan rel kereta api tersebut mempunyai banyak problematika atau masalah yang dapat diteliti mulai dari pelaksanaan pembangunan rel kereta api dan kendala-kendala d yang dapat terjadi dalam masyarakat sejak di mulainya pembangunan rel kereta api.

  7

  Maka dari itu permasalahan di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian sebagai tugas akhir atau skripsi dengan judul “TINJAUAN HUKUM PELAKSANAAN PEMBERIAN GANTI RUGI TERHADAP PENCABUTAN HAK ATAS TANAH UNTUK KEPENTINGAN PEMBANGUNAN REL KERETA API DI KABUPATEN BARRU”.

B. Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus

  1. Fokus Penelitian Fokus pada penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana pelaksanaan ganti rugi yang diberikan pemerintah terhadap pencabutan hak atas tanah untuk kepentigan pembangunan rel kereta api di Kabupaten Barru. Pada penelitian ini juga peneliti akan mengkaji apa kendala yang terjadi pada masyarakat dalam pemberian ganti rugi untuk kepentingan pembangunan rel kereta api di Kabupaten Barru.

  2. Deskripsi Fokus Ganti rugi dalam lapangan hukum perdata adalah pemberian prestasi yang setimpal akibat suatu perbuatan yang menyebabkan kerugian diderita oleh salah satu pihak yang melakukan kesepakatan/konsensus.

  Pencabutan Hak atas Tanah adalah sebagai tindak lanjut dalam hal usaha pemerintah untuk memperoleh tanah dari rakyat melalui pmbebasan tanah (musyawarah) tidak berhasil.

  Pembangunan adalah segala upaya yanng dilakukan secara terencana dalam melakukan perubahan dengan tujuan utama memperbaiki dan meningkatkan taraf hidup masyarakat, meningkatkan kesejahteraan dan meningkatkan kualitas manusia.

  Rel adalah logam batang untuk landasan jalan kereta api atau kendaraan sejenis seperti trem dan sebagainya.

  Kereta api adalah salah satu alat trasportasi yang dapat mengangkut penumpamg dalam jumlah besar (masal), memiliki kenyamanan keselamatan perjalanan yang lebih baik dan lebih sedikit halangannya dibandingkan dengan trasportasi lain.

  C. Rumusan Masalah

  Dari latar belakang masalah di atas dapat di kemukakan beberapa rumusan masalah yaitu:

  1. Bagaimana Pelaksanaan Ganti rugi Terhadap Pencabutan Hak atas Tanah untuk Kepentingan Pembangunan Rel Kereta Api di Kabupaten Barru?

  2. Apa Kendala-Kendala yang Terjadi pada Masyarakat dalam Pemberian ganti rugi terhadap Pencabutan Hak atas Tanah untuk kepentingan pembangunan rel kereta api di kabupaten barru?

  D. Kajian Pustaka

  Sebelum melakukan penelitian mengenai Tinjauan Pelaksanaan Ganti Rugi Terhadap Pencabutan Hak atas Tanah untuk Kepentingan Pembangunan Rel Kereta Api di Kabupaten Barru, peneliti menemukan referensi yang berkaitan dan menjadi bahan perbandiingan sekaligus pedoman dalam penelitian ini, diantaranya:

  Pertama, buku yang berjudul “Hukum agraria” oleh Supriadi, SH., M,Hum. Yang membahas tentang Hukum agraria secara umum termasuk pengertian agraria, pengertian Tanah, sumber-sumber hukum tanah di indonesia dan Pencabutan Hak

  8 atas Tanah sedangkan dalam penelitian ini lebih membahas tentang Tanah.

  8

  Kedua, buku yang berjudul “Peralihan Hak atas Tanah” oleh Adrian Sutedi, S.H., M.H. dalam buku ini membahas beberapa masalah pertanahan di Indonesia seperti beberapa landasan hak milik atas tanah, hakikat hak milik atas tanah, peranan dan kedudukan Hak milik atas tanah serta dampaknya dalam pembangunan. Sedangkan pada penelitian ini, masalah yang akan dibahas mengenai pelaksanaan ganti rugi terhadap pencabutan hak atas tanah untuk kepentinngan pembangunan rel

  9 kereta api.

  Ketiga, buku yang berjudul “Hukum Agraria Dalam Presfektif” oleh Bachsan Mustafa, SH. Buku ini memaparkan megenai defenisi dari Hukum Agraria. Pembahasannya mengenai hukum agraria , penerapannya di masyarakat dan kaitan- kaitannya dengan Undang-undang Dasar 1945. Lebih lanjutnya buku ini mengatakan “Hukum Agraria adalah keseluruhan kaedah-kaedah hukum baik tertulis maupun

  

10

yang tidak tertulis yang mengatur Agraria.

  Keempat, buku yang berjudul “Hak-Hak atas Tanah” oleh Kartini Muljadi dan Gunawan Winjaya. Buku ini menjelaskan atau memberikan konstribusi positif dan Praktis terhadap kejelasan hak-hak atas tanah dalam UU Pokok Agraria yang telah diundangkan dan diberlakukan selama lebih dari empat dasawarsa, dalam buku ini menyajikan hak-hak atas tanah yang terdiri dari hak milik, hak guna usaha, hak guna bangunan dan hak pakai dalam sebuah kemasan konprehensif dan sistematik.

  Kelima, skripsi yang berjudul “Pelaksanaan Penetapan Ganti Rugi dan

  

Bentuk Pengawasan Panitia Pengadaan Tanah pada proyek Pembangunan Terminal

9 10 Adrian Sutedi, Peralihan Hak atas Tanah (Jakarta: Sinar Grafika, 2013), h. 272.

  Bachsan Mustafa, Hukum Agraria Dalam Presfektif (Bandung: Remaja Karya CV, 1997), h.

  

Bumiayu” yang diselesaikan pada Tahun 2007 oleh TATIT JANUAR HABIBI.

  Dalam skripsinya dibahas mengenai Pengadaan Tanah untuk pembangunan dalam skripsi ini juga kebanyakan mengambil ruang lingkup dan teori dan dasar hukum tentang pengadaan tanah untuk pembangunan. Sedangkan dalam penelitian kali ini, peneliti tidak hanya meneliti dari segi pengadaan tanah untuk pembangunan, akan tetapi permasalahan-permasalahan yang terjadi dalam pelaksanaan ganti rugi dalam

  11 pembangunan rel kereta api.

  Keenam, Tesis yang berjudul “Diferensiasi Pelaksanaan Pembebasan dan

  

Pencabutan Hak atas Tanah Di Indonesia” oleh Dian Cahayani pada program

  Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta yang diselesaikan pada tahun 2015. Dalam Tesis ini membahas tentang perbedaan atau diferensiasi pelaksanaan pembebasan dan pencabutan hak atas tanah di Indonesia menurut ketentuan hukum yang berlaku di Indonesia, pemerintah memang diberikan wewenang untuk mengambil alih tanah penduduk keperluan pembangunan. Tetapi

  12 pengambilan itu tidak boleh dilakukan dengan sewenang-wenang.

E. Tujuan dan Kegunaan

  1. Tujuan Penelitian

  a. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan Pemberian Ganti rugi Terhadap Pencabutan Hak atas Tanah untuk Kepentingan Pembangunan Rel Kereta Api 11 di Kabupaten Barru.

  Tatit Januar Habibi, Pelaksanaan Penetapan Ganti Rugi dan bentuk Pengawasan Panitia Pengadaan TanahPada Proyek Pembangunan Terminal Bumiayu (Semarang: skripsi, 2007), h. 138. 12 Dian Cahayani, Diferensiasi pelaksanaan pembebasan dan pencabutan hak atas tanah di

  b. Untuk mengetahui apa Kendala-Kendala yang Terjadi pada Masyarakat dalam Pemberian Ganti Rugi Terhadap Pencabutan Hak atas Tanah untuk Kepentingan Pembangunan Rel Kereta Api di Kabupaten Barru.

  2. Kegunaan Hasil Penelitian

  a. Kegunaan Teoritis, maka penulis berharap penulisan ini dapat memberikan

  sumbangan pemikiran bagi ilmu pengetahuan yang berguna untuk perkembangan ilmu pengetahuan hukum dan khususnya hukum perdata yang menyangkut dengan hukum pertanahan/ hukum agraria

  b. Kegunaan Praktis, Dari hasil penulisan skripsi ini, diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk menambah ilmu pengetahuan bagi pembaca/masyarakat sehingga pembaca/masyarakat mengetahui bagaimana pelaksanaan ganti rugi yang diberikan oleh pemerintah dalam pencabutan hak atas tanah untuk kepentingan pembangunan rel kereta api di Kabupaten Barru.

  c. Dapat digunakan sebagai salah satu referansi mahasiswa dalam penelitian.

BAB II TINJAUAN TEORETIS A. Tinjauan Umum Ganti Rugi

1. Pengertian Ganti Rugi

  Ganti rugi dalam lapangan hukum perdata adalah pemberian prestasi yang setimpal akibat suatu perbuatan yang menyebabkan kerugian diderita oleh salah satu pihak yang melakukan kesepakatan/konsensus.

Dokumen yang terkait

TINJAUAN KRIMINOLOGIS TERHADAP KEJAHATAN PENCURIAN REL KERETA API DI PROPINSI LAMPUNG

1 25 68

IMPLIKASI PENCABUTAN HAK ATAS TANAH TERHADAP PERLINDUNGAN HAK ASASI MANUSIA

0 0 10

PENURUNAN STRUKTUR REL KERETA API DI ATAS TANAH LUNAK DENGAN PERKUATAN GEOSINTETIK

0 6 120

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMILIK TANAH ATAS GANTI KERUGIAN DALAM PENGADAAN TANAH BAGI KEPENTINGAN UMUM (Studi Kasus Putusan Mahkamah Agung Nomor 3451 KPdt2017)

1 5 16

PEMBEBASAN HAK ATAS TANAH UNTUK KEPENTINGAN SWASTA DI KOTAMADYA SURABAYA ( SUATU TINJAUAN YURIDIS DARI ASPEK PEMBERIAN GANTI RU GI)

0 0 86

PELAKSANAAN GUGATAN GANTI KERUGIAN AKIBAT PERBUATAN MELAWAN HUKUM ATAS PENGUASAAN TANAH TANPA HAK (Studi Kasus Putusan Nomor : 13/Pdt.G/2010/PN.Wkb)

0 0 58

DAMPAK PEMBANGUNAN REL KERETA API TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MASYARAKAT DI KELURAHAN MANGEMPANG KECAMATAN BARRU KABUPATEN BARRU

0 1 101

TINJAUAN HUKUM ISLAM TENTANG GANTI RUGI HAK RAKYAT DALAM PENGADAAN TANAH UNTUK KEPENTINGAN UMUM (Studi Analisis Tentang Undang-Undang Nomor 2 TAhun 2012 Tentang Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum) - Raden Intan Repository

0 0 121

PELAKSANAAN GANTI RUGI PENGADAAN TANAH UNTUK KEPENTINGAN UMUM DALAM PERSPEKTIF HUKUM EKONOMI ISLAM DAN HUKUM UUPA (Studi Kasus Pembuatan Tol Sumatera Di Wilayah Bakauheni Kabupaten Lampung Selatan) - Raden Intan Repository

0 0 127

TINJAUAN HUKUM GANTI RUGI TERHADAP PEMBEBASAN HAK ATAS TANAH UNTUK KEPENTINGAN UMUM DI KOTA MAKASSAR (Studi Kasus Perluasan TPA Tamangapa)

0 0 84