TINJAUAN KRIMINOLOGIS TERHADAP KEJAHATAN PENCURIAN REL KERETA API DI PROPINSI LAMPUNG

(1)

ABSTRAK

TINJAUAN KRIMINOLOGIS TERHADAP KEJAHATAN PENCURIAN REL KERETA API DI PROPINSI LAMPUNG

OLEH

ALFINICKO CHARISMA ALBA

Kejahatan yang sering terjadi belakangan ini adalah kejahatan mengenai harta kekayaan, yaitu kejahatan pencurian. Salah satu bentuk kejahatan pencurian yang saat ini terjadi adalah kejahatan pencurian rel kereta api. Pencurian tersebut membuat banyak kekhawatiran kepada pihak PT. KAI dan masyarakat pengguna kendaraan umum kereta api ini karena dapat membahayakan laju lalu lintas kereta api. Adapun permasalahan dalam penulisan skripsi ini adalah : (1). Apakah faktor penyebab terjadinya kejahatan pencurian rel Kereta Api di Propinsi Lampung. (2). Bagaimanakah upaya penanggulangan terhadap kejahatan pencurian Rel Kereta Api di Propinsi Lampung.

Penelitian ini dilakukan menggunakan pendekatan masalah melalui pendekatan yuridis normatif dan yuridis empiris. Penelitian telah dilakukan pada bulan Desember 2014 hingga Januari 2015. Metode yang digunakan adalah wawancara langsung dan dianalisis secara kualitatif kemudian disajikan secara deskriptif yaitu menguraikan, menjelaskan, dan menggambarkan sesuai dengan permasalahan yang erat kaitannya dengan penelitian ini.

Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian diperoleh data kejadian pencurian rel kereta api selama 5 (lima) tahun terakhir sebanyak 3 (tiga) kali kejadian pencurian rel kereta api di Propinsi Lampung yaitu di Kec. Sungkai Selatan, Kec. Sungkai Utara dan Kec. Blambangan pagar. Faktor penyebab terjadinya pencurian rel kereta api di Propinsi Lampung terbagi menjadi dua yaitu faktor intrinsik (intern) dan faktor ekstrinsik (ekstern). Pada faktor intrinsik (intern) yang mempengaruhi terjadinya kejahatan pencurian rel kereta api adalah faktor tekanan ekonomi. Sedangkan pada faktor ekstrinsik (ekstern) yang mempengaruhi terjadinya kejahatan pencurian rel kereta api adalah faktor pendidikan, faktor lingkungan pergaulan, faktor pekerjaan, dan faktor lemahnya sistem keamanan lingkungan masyarakat. Upaya dalam penanggulangan kejahatan pencurian rel kereta api terbagi menjadi dua yaitu upaya penal dan upaya non penal. Upaya penal bersifat represif (penindakan) yaitu menangkap langsung pelaku dan memberikan hukuman sesuai KUHP dan upaya non penal bersifatpreventif


(2)

sistem keamanan dan mengadakan patroli rutin. Saran pada penelitian ini adalah (1). Untuk mencegah adanya kejahatan pencurian rel kereta api yang ada di propinsi Lampung ialah diharapkan agar pihak penegak hukum dapat bekerja sama dengan baik oleh pihak pemerintah atau dilembaga bidang tertentu untuk memberikan penyuluhan mengenai dampak dari kejahatan baik dalam lingkungan keluarga, maupun dalam lingkungan masyarakat itu sendiri. (2). Dalam upaya penanggulangan kejahatan pencurian rel kereta api, upaya penindakan (represif)

terlebih kepada lembaga pemasyarakatan, perlu adanya diberikan upaya pemembina narapidana, agar disuatu kelak nantinya, para narapidana telah menjalani proses pemasyarakatan (warga binaan), dapat memberikan manfaat bagi lingkungan sekitarnya


(3)

TINJAUAN KRIMINOLOGIS TERHADAP KEJAHATAN PENCURIAN

REL KERETA API DI PROPINSI LAMPUNG

Oleh

ALFINICKO CHARISMA ALBA

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar

SARJANA HUKUM

Pada

Bagian Hukum Pidana

Fakultas Hukum

Universitas Lampung

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2015


(4)

(5)

(6)

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kotabumi, pada tanggal 28 Februari 1993. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara pasangan Bapak Sentot Fatnur dan Ibu Nurhayati.

Penulis menamatkan pendidikan di Sekolah Dasar (SD) di SD Negeri Semuli Jaya dan selesai pada tahun2 005, Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP Negeri 1 Semuli Jaya yang diselesaikan

Pada tahun 2008, dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 3 Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2011. Tahun 2011 penulis tercatat sebagai mahasiswa pada Fakultas Hukum, Universitas Lampung melalui jalur Penjaringan Bibit Unggul Daerah (PBUD) dan mengambil Hukum Pidana. Pada Januari 2014 penulis melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik di Desa Labuhan Ratu 1 Kecamatan Labuhan Ratu, Kabupaten Lampung Timur.


(8)

Alhamdulillahirobilalamin

,

Sagala puji bagi Allah SWT. Tuhan yang telah memberikan kesempatan sehingga dapat ku selesaikan sebuah karya ilmiah ini dan kepada junjungan kita Nabi

Muhammad SAW yang kita harapkan Syafaatnya di hari akhir kelak. Aku persembahkan karya ini kepada :

Kedua orang tuaku :

Ayahanda Sentot Fatnur S. Pd dan Ibunda Alm. Nurhayati dan ibunda Nuraini S.Pd tercinta

yang selalu mencintai, menyayangi, mengasihi dan mendoakanku dengan tulus sebagai penyemangat dalam hidupku

Serta untuk kakak dan adikku yang senatiasa memberikan dukungan kepada ku sehingga skripsi ini dapat terselesaikan

Untuk sahabat dan teman-teman seperjuangan yang selalu memberikan dukungan dan motivasi serta menemaniku dalam suka maupun duka dalam mencapai

keberhasilanku

Almamater yang kubanggakan


(9)

MOTO

“Bacalah dengan nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segunmpal darah. Bacalah, danTuhanmulah

Yang Maha Pemurah. Yang mengajar denganQalam. Dialah yang mengajar manusia segala yang belum

diketahui” (Q.S Al-‘Alaq 1-5).

“Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi bangkit kembali setiap kali kita jatuh”

(Muhammad Ali)

“Pendidikan mempunyai akar yang pahit, tetapi berbuah manis”

(Aristoteles)

Tidak akan pernah ada pelangi tanpa adanya hujan, begitu juga suatu keberhasilan tanpa ada kegagalan.


(10)

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan dan penyusunan skripsi ini yang berjudul Tinjauan Kriminologis Terhadap Kejahatan Pencurian Rel Kereta Api Di Provinsi Lampung sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum di Universitas Lampung.

Terselesaikannya penulisan dan penyusunan skripsi ini mulai dari awal hingga akhir, yang turut memberikan bantuan, motivasi, bimbingan, ide dan dorongan bahkan fasilitas moril dan materiil dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini dengan kerendahan hati penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir Sugeng P. Harianto M.S selaku Rektor Universitas Lampung.

2. Bapak Prof. Dr. Heryandi, S.H., M. H selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Lampung. Bapak/Ibu WD I, WD II, WD III serta seluruh staf pegawai Fakultas Hukum Universitas Lampung yang telah membantu penulis.

3. Ibu Diah Gustiniati, S.H., M.H selaku Ketua Bagian Hukum Pidana dan Pembahas I, yang telah meluangkan waktunya serta memberikan arahan, bimbingan, saran dan kritikan kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.


(11)

4. Ibu Dr Erna Dewi, S.H., M.H selaku Pembimbing I, yang telah meluangkan waktunya serta memberikan arahan, bimbingan dan masukan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

5. Ibu Firganeffi S.H, M.H selaku Pembimbing II yang telah memberikan saran dan kritikan kepada penulis dalam penyusunan skripsi.

6. Bapak M. Farid S.H, M.H selaku Pembahas II yang telah memberikan saran dan kritikan kepada penulis dalam penyusunan skripsi.

7. Bapak Dr. Wahyu Sasongko, S.H., M.H selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah membantu penulis dan menjadi orang tua selama menuntut ilmu di Fakultas Hukum Universitas Lampung.

8. Seluruh Dosen Pengajar dan Staf Pegawai di Fakultas Hukum Universitas Lampung yang telah memberikan ilmunya selama penulis menempuh pendidikan di Fakultas Hukum Universitas Lampung.

9. Keluargaku : Ayahanda Sentot Fatnur dan Ibunda Nuraini tercinta yang selalu mendoakan keberhasilanku dan memberiku semangat, serta Kakak , Kakak Alfian Charisma Aldi, Kakak Melaini syafitri , Kakak Median fikriah, dan adik tersayang Alfi Rizky Charisma Alto, dan Adik Hamidah Nisfa , terimakasih untuk doa dan dukungannya selama ini.

10. Sahabat, teman dan kekasih tersayang “Cindy Yoeland Violita, S.Hut”yang telah memberikan motivasi, semangat dan dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

11. Saudara-saudaraku Hukum Angkatan 2011“Fiva Justicia” terimakasih atas kebersamaan baik dalam suka maupun duka.


(12)

Herwan Polsuska atas kekeluargaan dan informasi yang sangat membantu selama penelitian

14. Seluruh pihak yang tak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu penulisan skripsi ini dan mohon maaf atas segala kesalahan penulis.

Penulis sangat berterimakasih atas semua kebaikan yang telah diberikan kepada penulis selama ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat.

Bandar Lampung, 16 April 2015 Penulis,


(13)

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah………..……… 1

B. Permasalahan dan Ruang Lingkup……….………. 8

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian………... 9

D. Kerangka Teoristis dan Konseptual………..……….. 10

E. Sistematika Penulisan……….. 15

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian dan Teori Kriminologi……… 17

B. Pengertian dan Jenis Kejahatan………. 23

C. Pengertian dan Jenis Pencurian……….. 28

D. Tinjauan Umum Tentang Perkeretaapian……….. 36

E. Teori Tentang Faktor Penyebab Kejahatan………... 36


(14)

B. Lokasi Penelitian………. 41

C. Sumber dan Jenis Data……… 41

D. Penentuan Narasumber………... 43

E. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data………... 44

F. Analisis Data……… 45

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden……… 46

B. Faktor Penyebab Terjadinya Pencurian Rel Kereta Api di Propinsi Lampung…..………...……… 49

C. Upaya Penanggulangan Pencurian Rel Kereta Api di Propinsi Lampung 58 V. PENUTUP A. Simpulan………. 67

B. Saran……… 70

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(15)

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Jumlah Kasus Pencurian Rel Kereta Api di Propinsi Lampung Pada


(16)

Halaman


(17)

1. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Negara Indonesia adalah Negara yang terdiri dari berbagai macam suku, agama dan adat istiadat yang berbeda (plural). Sejak Negara ini memprokamirkan kemerdekaanya maka, Indonesia menjadi Negara kesatuan yang memiliki satu sistem hukum yang berlaku secara Nasional. Sistem hukum yang berasal dari Negara Belanda yaitu Eropa Continental atau sistem hukum civil law. Bukti adanya sistem hukum ini adalah dengan adanya Kitab Undang Hukum Pidana (KUHP) dan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPer) yang sampai saat ini masih tetap berlaku.1

Pidana merupakan sebuah nestapa (penderitaan) yang ditujukan kepada seseorang yang melakukan sebuah tindak pidana atau kejahatan. Pidana merupakan bagian dari hukum pidana materil, yang tujuannya agar dapat menjadi sarana pencegahan umum maupun khusus bagi anggota masyarakat agar tidak melanggar hukum pidana.2Sedangkan kejahatan merupakan salah satu kenyataan dalam kehidupan yang mana memerlukan penanganan secara khusus.

1

Muksalmina.2011.Sistem Hukum Civil Law ( Eropa Continental)

http://muksalmina.com/2011/01/11/histem-hukum-civil-law-eropa-continental. Diunduh Pukul 13.38. Wib.

2


(18)

Hal tersebut dikarenakan kejahatan akan menimbulkan keresahan dalam kehidupan masyarakat pada umumnya. Oleh karena itu, selalu diusahakan berbagai upaya dalam menanggulangi kejahatan tersebut, meskipun dalam kenyataan akan sulit untuk memberantas kejahatan secara tuntas karena pada dasarnya kejahatan akan senantiasa berkembang pada seiring perkembangan masyarakat.3

Tindak kejahatan diartikan sebagai sesuatu perbuatan yang melanggar hukum, atau melanggar undang-undang, yang dapat merugikan masyarakat secara moril maupun secara materil, baik dilihat dari segi kesusilaan, kesopanan dan ketertiban masyarakat. Kejahatan yang dibuat setiap tahun tidak terhitung banyaknya dan jutaan penjahat telah dihukum. Korban kejahatan selain mengalami kerugian perekonomian juga mengalami kerugian kesusilaan dan kesusahan.4

Hukum pidana adalah hukum yang dibutuhkan oleh suatu masyarakat untuk menjamin baik kebebasan atau hak pribadi mereka atau pun ketertiban dari gangguan para arbiter, ulah golongan atau pemerintah.5Akibat dari pada itu mereka harus mendapat sanksi tegas dari Negara. Sanksi pidana tersebut dapat berupa kurungan , penjara ,denda, atau pidana mati ini sesuai dengan Pasal 10 KUHP. Pidana terdiri atas dua yaitu pidana pokok dan pidana

3

Prodjodikoro, W .2002. Tindak-tindak Pidana Tertentu di Indonesia.Jakarta: PT. Reflika Aditama..hlm 15

4

Hanum, L. 2008.Pediksi jumlah kejahatan tahun 2008 -2010 pada poltabes medan dan

sekitarnya.http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/28450/5/Chapter%20I.Diunduh pukul

19.10 Wib

5

Husin, K dan Husin, B R. 2012.Sistem Peradilan Pidana Indonesia,Lampung: Lembaga Penelitian Universitas Lampung. hlm 23


(19)

3

tambahan6. Pidana pokok meliputi : a) Pidana Mati, b) Pidana Penjara, c) Pidana Kurungan, d) Pidana Denda dan e) Pidana tutupan ( ditambahkan ke dalam KUHP dengan Undang- Undang No. 20 Tahun 1946). Sedangkan pidana tambahan meliputi : a) Pencabutan hak-hak tertentu, b) Perampasan barang- barang tertentu dan c) Pengumuman putusan Hakim.

Sanksi dapat dibedakan menjadi 2 (dua) jenis, yaitu sanksi formal dan sanksi informal. Sanksi formal merupakan sanksi yang dirumuskan dan ditetapkan dalam peraturan perundang- undangan secara tertulis dan dapat di paksakan berlakunya. Sedangkan sanksi informal dirumuskan secara tidak tertulis seperti kebiasaan/adat sehingga tidak dapat di paksakan.7

Menurut “Encylopedie“, dikatakan bahwa kesengsaraan itu merupakan ibu dari kejahatan.8 Menurut Beccaria kesengsaraan dan putus asa akan menimbulkan pencurian sebagai suatu kejahatan9. Orang miskin terdesak hingga putus asa, dan kejahatan adalah jalan untuk mendapatkan nafkah.10Pandangan mengenai kesenjangan ekonomi sosial banyak mempengaruhi kejahatan di masyarakat. Didalam buku kriminologi yang disusun oleh Ny. L. Moeljatno dikatakan bahwa “sistem ekonomilah yang terutama bertanggung jawab untuk adanya kriminalitas”11. Pada kenyataannya kejahatan itu akan selalu dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Manusia dalam kehidupannya pasti akan selalu

6

Andrisman, T. 2011. Hukum Pidana “Asas- Asas Dasar Aturan Umum Hukum Pidana Indonesia”.Bandar Lampung. hlm. 9

7

Ibid., hlm 3 8

Bonger, WA.1977.Pengantar Tentang Kriminologi, Pembangunan.Ghalia Indonesia.. hlm.51. 9 Ibid.,hlm.53 10 Ibid., hlm.55 11


(20)

mempunyai keinginan untuk memenuhi kebutuhan pangan, sandang, dan papan. Jika kebutuhan akan hal itu tidak terpenuhi, maka dalam diri manusia pikiran yang akan timbul ialah ingin memenuhi kebutuhannya itu walaupun dengan mengandalkan segala cara dan bahkan cara-cara yang tidak benar. Cara-cara yang tidak benar itu dinamakan kejahatan.

Kejahatan dalam kehidupan manusia tidak dapat dihilangkan tetapi hanya akan bisa dikurangi, karena jika masalah-masalah ekonomi sosial itu masih ada dan pemerintah tidak dapat untuk mengatasinya, maka dalam kehidupan manusia niat jahat itu akan selalu muncul. Kejahatan yang sering terjadi belakangan ini adalah kejahatan mengenai harta kekayaan, yaitu kejahatan pencurian. Pasal 362- 367 kitab undang –undang hukum pidana tentang pencurian. Sesuai Pasal tersebut pencurian hanya dapat dijatuhkan pidana sesuai dengan undang- undang ini. Pencurian dipandang dari segi kriminologi maksudnya mencakup hal-hal sebagai berikut 12 yaitu: 1) maksud pencurian, 2) sebab- sebab pencurian, 3) bagaimana dilakukannya pencurian, 4) akibat pencurian dan 5) tipe- tipe pelaku pencurian.

Adanya pembangunan ekonomi sosial yang tidak merata akan menimbulkan kesenjangan dan kemiskinan yang terjadi di daerah-daerah terpencil atau pedesaan. Terjadinya kesenjangan dan kemiskinan di daerah pedesaan tersebut, sekarang ini banyak masyarakat di desa yang melakukan urbanisasi ke kota untuk mengadu nasib supaya hidup lebih layak lagi. Di kota yang sudah padat akan

12

Sinaga .R.2011.Penerapan Hukum Pidana terhadap pencurian dalam keluarga kajian aspek hukum pidana dan kriminologi dalam kasus no

(.490/Pid.b/2007/PN).http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/30176/4/Chapter%20I di unduh pukul 00.24 Wib.


(21)

5

penduduk itu sudah tidak akan mampu menampung arus urbanisasi yang ada, maka akan terjadi kesenjangan pangan, sandang, dan papan.Terjadinya kesenjangan pangan, sandang, dan papan itu juga akan mengakibatkan ketegangan sosial dan bahkan ledakan sosial yang akan menimbulkan masalah pengangguran. Pengangguran akan mengakibatkan masalah sosial yang berdampak negatif. Banyak gelandangan serta banyak jenis kejahatan seperti pencurian, perampokan, penjambretan, dan sebagainya, yang pada gilirannya akan menyengsarakan masyarakat.

Saat ini semakin banyak ditemukan tindak pidana, salah satu bentuk tindak pidana yang menjadi fenomena saat ini adalah pencurian. Contoh kasus yang terjadi pada tanggal 10 agustus 2014 di desa Padang ratu Sungkai utara sekitar pukul 17.00 Wib. Seorang pemuda (NA) pencurian batang besi (rel kereta api) yang diangkut dengan truck bernomor polisi BE 9879 JE di Sungkai Utara berhasil di bekuk jajaran kepolisian sektor Sungkai Utara Kabupaten Lampung Utara13 . Pencurian rel kereta api milik PT. Kereta Api Indonesia (PT.KAI) di Blambangan pagar oleh Putra Irawan 33 tahun pada tanggal 4 September 2012 sekitar pukul 22.00 Wib dijalan rel kereta api jalur 1 Km 77+700 sampai 78+700 Kabupaten Lampung Utara14.

Kasus pencurian akhir-akhir ini banyak terjadi dan membuat keresahan saja. Bagaimana tidak, berbagai macam trik dilakukan dalam melakukan aksinya dengan jumlahnya yang besar dengan sasaran pencurian yang tak lagi terfokus kerumah-rumah di malam hari melainkan justru dilakukan disiang hari ditempat 13

BandarLampung News Selasa, 21 Oktober Pukul 9.18 Wib 14


(22)

keramaian, seperti fasilitas perkeretaapian, bank, toko emas, swalayan, dengan hasil rampokan yang tidak tanggung-tanggung jumlahnya. Hal ini menunjukan bagaimana kreatifnya seseorang dalam melakukan tindak kejahatan pencurian. Tampaknya para pelaku pencurian juga sudah tidak takut lagi akan ancaman hukuman atau pidana yang dapat menjerat mereka, jika terbukti melakukan pencurian, yaitu penjara minimal 5 (lima) tahun untuk pencurian biasa, atau penjara maksimal 9 (Sembilan) tahun untuk apabila pencurian tersebut didahului atau diikuti dengan kekerasaan , dan bahkan hukuman mati atau penjara seumur hidup jika pencurian tersebut dilakukan 2 orang atau lebih menimbulkan luka berat dan meninggalnya seseorang. Sepertinya ancaman itu sudah tidak membuat takut para pelaku. Angka pencurian semakin meningkat dan cara –cara yang digunakannya pun semakin canggih.

Pencurian merupakan tindak kriminalitas yang sangat menggangu kenyamanan masyarakat. Untuk itu perlu tindakan konsisten dalam menegakkan hukum, sehingga terjadi kerukunan . Kemiskinan yang banyak mempengaruhi prilaku pencurian ialah kenyataan yang terjadi di masyarakat. Pada dasarnya ada beberapa hal yang menyebabkan seseorang melakukan suatu tindakan pencurian yang mana hal tersebut sangatlah merugikan seseorang dan membuat kepanikan serta menimbulkan kesengsaraan orang lain yakni :15

1) Motivasi Intrinsik (Intern) a. Faktor intelegensia b. Faktor usia

15

C.S.T. Kansil. 1984.Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia.Balai Pustaka. Jakarta, , hlm. 257.


(23)

7

c. Faktor jenis kelamin

d. Faktor kebutuhan ekonomi yang terdesak 2) Motivasi Ekstrinsik (Ekstern)

a. Faktor pendidikan b. Faktor pergaulan c. Faktor lingkungan

Efek-efek pencurian dalam sebuah perkara atau perbuatan pasti ada efek didalamanya hukum sebab akibat yang itu tidak bisa lepas dan selalu mengikuti. Pencurian pada dasarnya adalah perbuatan jahat, maka di balik perbuatan tersebut adanya efek yang merugikan terhadap orang lain maupun terhadap diri sendiri. Efek terhadap pelakunya :

a) Efek yang akan di alami bagi pelaku pencurian atas perbuatanya tersebut antara lain, mengalami kegelisahan batin karena pelaku pencurian akan selalu dikejar-kejar rasa bersalah dan takut jika perbuatanya terbongkar, mendapat hukuman yang berat apabila ia tertangkap yang sesuai dengan hukum yang di tetapkan, mencemarkan nama baik karena jika ia terbukti mencuri sudah pasti namanya tercemar di mata masyarakat.

b) Efek terhadap korban pencurian

Efek dari pencurian bagi korban diantaranya adalah dapat menimbulkan kerugian harta, kekecewaan yang menimpa korban karena kehilangan hartanya, keresahan jiwa dan ketakutan kerana harta merasa terancam.

Salah satu kejahatan yang terjadi akhir – akhir ini dan sangat menggangu keamanan tansportasi kereta api yaitu banyaknya pencurian rel kereta api.


(24)

Pencurian membuat banyak kekhawatiran kepada petugas petugas PT. KAI dan masyarakat pengguna kendaraan umum kereta api ini karena dapat membahayakan laju lalu lintas kereta api. Kenekatan seseorang sudah tidak memikirkan keselamatan banyak orang lagi hanya demi mementingkan diri sendiri semata. Karena itulah penulis melakukan penelitian untuk penulisan skripsi yang berjudul “Tinjauan Kriminologis Terhadap Kejahatan Pencurian Rel Kereta Api di Provinsi Lampung”.

B. Permasalahan dan Ruang Lingkup Penelitian

1. Permasalahan

Berdasarkan uraian pada latar belakang terkait dengan pencurian khususnya dalam menghadapi kejahatan pencurian Rel Kereta Api, maka permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Apakah faktor penyebab terjadinya kejahatan pencurian rel Kereta Api di Propinsi Lampung ?

2. Bagaimanakah upaya penanggulangan terhadap kejahatan pencurian Rel Kereta Api di Propinsi Lampung?

2. Ruang Lingkup Penelitian

Mengingat luasnya cakupan yang akan dibahas dalam penelitian ini, maka penulis pun membatasi ruang lingkup pada pembahasan substansi Hukum Pidana , baik Hukum Pidana materil, hukum Pidana formil maupun hukum pelaksanaan pidana mengenai objek kajian terkait dengan kejahatan pencurian rel kereta api di Propinsi Lampung dan penyelesaian hukum kepada Kitab Undang–Undang


(25)

9

Hukum Pidana dan Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2007 Tentang Perkeretaapian. Lokasi penelitian yaitu di PT. KAI Bandar Lampung dan Polresta Bandar Lampung dilaksanakan pada bulan Desember 2014.

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

a. Untuk mengetahui faktor yang menyebabkan terjadinya kejahatan pencurian rel kereta api di Propinsi Lampung.

b. Untuk mengetahui upaya yang dilakukan dalam menanggulangi terjadinya kejahatan pencurian Rel Kereta Api di Propinsi Lampung

2. Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian dapat dilihat dari dua aspek , yaitu: a. Kegunaan Teoritis dan Konseptual

Penulisan ini diharapkan memberikan tambahan pengetahuan bagi penulis dan pemahaman kepada masyarakat, dapat memperkaya konsep atau teori yang membantu perkembangan ilmu pengetahuan hukum pidana khususnya mengenai sebab – sebab terjadinya kejahatan atau tinjauan kriminologis. Serta diharapkan dapat bermanfaat untuk memberikan sumbangan pemikiran bagi para pihak – pihak yang merasa tertarik dalam masalah yang ditulis dalam penelitian ini.

b. Kegunaan Praktis

Kegunaan praktis dari hasil penelitian ini adalah dapat memberikan jawaban atas persoalan– persoalan kriminologi serta menjadi referensi khusus bagi mahasiswa


(26)

yang menggeluti ilmu hukum pidana, mengingat perkembangan ilmu hukum yang mengalami banyak permasalahan dan membutuhkan suatu pemecahan untuk menjelaskan semua itu, tentunya diperlukan suatu konstruksi pemikiran sehingga dapat memecahkan bersama sebagai sarana memperluas wawasan bagi penulis.

D. Kerangka Teoristis dan Konseptual

1. Kerangka Teoristis

Kerangka Teoristis adalah konsep konsep yang sebenarnya merupakan abstraksi dari hasil penelitian yang pada dasarnya bertujuan untuk menidentifikasi terhadap dimensi sosial yang dianggap relevan oleh peneliti. 16 Teori yang digunakan didalam penulisan skripsi ini adalah teori-teori yang berhubungan dengan pengaturan upaya penanggulangan pencurian rel kereta api berdasarkan hukum positif yang berlaku di Indonesia.

Teori tentang sebab- sebab kejahatan meliputi :17 1) Motivasi Intrinsik (Intern)

a. Faktor kebutuhan ekonomi yang terdesak b.Faktorintelegence

b. Faktor usia

c. Faktor jenis kelamin 2) Motivasi Ekstrinsik (Ekstern)

a. Faktor pendidikan b. Faktor pergaulan

16

Soekanto, S. 1986.Pengantar Penelitian Hukum. UI-Press. Jakarta. hlm.124.

17

C.S.T. Kansil. 1984.Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia.Balai Pustaka. Jakarta, , hlm. 257.


(27)

11

c. Faktor lingkungan d. Faktor Pekerjaan

e. Faktor Lemahnya Sistem Keamanan Lingkungan Masyarakat

Upaya atau kebijakan untuk melakukan Pencegahan dan Penanggulangan Kejahatan (PPK) termaksuk bidang “kebijakan kriminal” (“criminal policy”). Kebijakan kriminal ini pun tidak terlepas dari kebijakan yang lebih luas, yaitu “kebijakan sosial” (“social policy”) yang terdiri dari “ kebijakan atau upaya-upaya untuk kesejateraan sosial (“social-walfare policy”) dan kebijakan atau upaya-upaya untuk perlindungan masyarakat (“social-defance policy”).18 Dengan demikian, sekiranya kebijakan penanggulangan kejahatan (politik criminal) dilakukan dengan menggunakan sarana “penal” (hukum pidana). Maka kebijakan hukum pidana khususnya pada tahap kebijakan yudikatif atau aplikatif harus memperhatikan dan mengarah pada tercapainya tujuan dari kebijakan social itu, berupa “social welfare” dan “social defence” (Berikut Skema Tujuan Kebijakan Sosial).

18

Nawawi, Arif, Barda. 2011. Masalah Penegakan Hukum dan Kebijakan Penanggulangan Kejahatan. PT. Citra Aditya Bakti. Bandung. Hlm 73.

Sosial-Welfare Policy Sosial Policy Sosial-Defance Policy Goal SW/SD Criminal Policy Penal Non Penal -Formulasi -Aplikasi -Eksekusi


(28)

Bertolak dari skema diatas, dapat diidentifikasikan hal-hal pokok sebagai berikut:19

a. Pencegahan dan penanggulangan kejahatan harus menunjang tujuan social welfaredansocial defence

b. Pencegahan dan penanggulangan kejahatan harus dilakaukan dengan pendekatan integral, ada keseimbangan “sarana penal” dan sarana “non penal”. Dilihat dari sudut politik kriminal kebijakan paling strategis melalui sarana non penal karena lebih bersifat preventif dan kebijakan penal memiliki keterbatasan atau kelmahan yaitu bersifat fragmentaris/simplistic/tidak struktural/fungsional.

c. Pencegahan dan penanggulangan kejahatan dengan sarana penal merupakan “penal policy” atau “penal law enforcement policy” yang funsionalisasi/ operasionalisasi melelui tahap:

1). Formulasi( kebijakan legislatif)

2). Aplikasi (kebijakan yudikatif atau yudisial) 3). Eksekusi( kebijakan eksekutif/ administratif)

Makna di terbitkannya UU Nomor 23 Tahun 2007 tentang perkereta apian Republik Indonesia adalah untuk perkereta apian diselenggarakan dengan tujuan untuk memperlancar perpindahan orang dan/ atau barang secara missal dengan se lamat dan aman,nyaman,cepat,lancar, dan tepat,tertib dan teratur, efesien, serta menunjang pemerataan ,pertumbuhan, stabilitas, pendorong,dan penggerak pembangunan nasional. Undang-undang ini memberikan pemahaman kepada masyarakat bahwa dalam penyelenggaraan perkereta apian diperlukan adanya

19


(29)

13

acuan tertentu yang harus dipenuhi sehingga masyarakat akan mendapatkan pelayanan yang baik secara profesional.

2. Konseptual

Konseptual menggambarkan hubungan antara konsep-konsep khusus yang merupakan sekumpulan pengertian yang berkaitan dengan istilah yang ingin diteliti atau diketahui.20 Beberapa istilah yang memiiki arti luas dipersempit sehingga dapat memfokuskan permasalahan. Sebaliknya, sbeberapa istilah mengalami proses perluasan makna dengan tujuan mencari titik temu antara konsep tertentu antara konsep dengan penerapannya dalam praktek.

Demikian pula dengan generalisasi esensi dari konsep-konsep tertentu yang memiliki kesamaan-kesaman pada intinya, dijadikan suatu pengertian khusus, yang akan memudahkan menulusuri maksud penulis. Pengertian-pengertian khusus tersebut antara lain:

Menurut Moelyatno perbuatan pidana adalah perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum, larangan dimana disertai dengan ancaman (sanksi) yang berupa pidana tertentu bagi siapa yang melanggar larangan tersebut.21Kriminologi adalah ilmu pengetahuan ilmiah tentang: a) perumusan sosial pelanggaran hukum, penyimpangan sosial,kenakalan, dan kejahatan; b) pola-pola tingkah laku yang termasuk dalam kategori penyimpangan sosial , pelanggaran hukum dan kejahatan yang ditelusuri pada munculnya suatu peristiwa kejahatan,serta kedudukan dan korban kejahatan dalam hukum dan masyarakat; d) pola reaksi sosial formal,

20

Soekanto, S. 1986,.Pengantar Penelitian Hukum. UI-Press. Jakarta. Hlm.124 21

Sianturi, S.R dan Kante, E.Y. 2002.Asas-Asas HukumPidana di Indonesia dan Penerapannya. Satria Grafika. Jakarta. hlm 209


(30)

informal terhadap penjahat, kejahatan dan korban kejahatan. Dalam pengertian tersebut termasuk melakukan penelitian ilmiah terhadap pelanggaran hak- hak asasi manusia, serta usaha Negara dalam mewujudkan hak- hak asasi manusia dan kesejahteraan sosial.22

a. Kejahatan

Perbuatan yang anti sosial yang oleh Negara ditentang dengan sadar melalui penjatuhan hukuman. Kejahatan adalah perbuatan yang melanggar hukum pidana.23

b. Pencurian

Pencurian menurut Kitab Undang Undang Hukum Pidana adalah Barang siapa mengambil barang sesuatu, yang seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain, dengan maksud untuk dimiliki secara melawan hukum, diancam karena pencurian, dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau pidana denda paling banyak sembilan ratus rupiah.24

c. Kereta Api

Kereta api adalah setiap kendaraan yang mempergunakan tenaga mesin sebagai intinya untuk bergerak atau berjalan, kendaraan ini biasanya dipergunakan untuk pengangkutan orang dan barang atau sebagai alat transportasi. Kereta api sebagai sarana transportasi atau sebagai alat pengangkutan memegang peranan penting dalam menentukan kemajuan perekonomian suatu bangsa.25

22

Mustopa, M. 2007kriminologi.FISIP UI PRESS. Depok hlm.14.

23

B. Simanjuntak: 73.dalamHendar, S. 2011.Analisis Kriminologis Terhadap Kejahatan perkosaan yang dilakukan antar anak.Universitas Lampung.Bandar Lampung. hlm.11 24

Dikutip dari www.anggarajusticia/tindak_pidana_pencurian.htlm diakses tanggal 25 September 2014 Pukul 11.07 WIB

25


(31)

15

d. Rel Kereta Api

Rel adalah logam batang untuk landasan jalan kereta api atau kendaraan sejenis seperti trem dan sebagainya. Rel mengarahkan/memandu kereta api tanpa memerlukan pengendalian. Rel merupakan dua batang logam kaku yang sama panjang dipasang pada bantalan sebagai dasar landasan. Rel-rel tersebut diikat pada bantalan dengan menggunakan paku rel, sekrup penambat, atau penambat (seperti penambat pandrol).26

E. Sistematika Penulisan

Penulisan Sistematika penulisan ini memuat keseluruhan yang akan disajikan dengan tujuan mempermudah pemahaman konteks skripsi ini, maka penulis menyajikan penulisan dengan sistematika sebagai berikut :

1. PENDAHULUAN

Bab ini terdiri atas latar belakang dari permasalahan yang diselidiki, masalah yang dijadikan fokus studi, ruang lingkup permasalahan, tujuan dan kegunaan penelitian, kerangka teoritis dan konseptual yang dipergunakan, serta sistematika penulisan

2. TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisi mengenai pengertian kriminologi pengertian kejahatan jenis pencurian pengertian perkeretaapian,teori terjadinya kejahatan dan upaya penanggulangannya, memahami dan memperjelas masalah yang akan diselidiki mengenai pencurial rel kereta api.

26

http://id.wikipedia.org/wiki/Rel. Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas di akses pukul 15.29 wib


(32)

3. METODE PENELITIAN

Bab ini memuat tentang metode yang digunakan dalam penulisan skripsi ini, yang menjelaskan mengenai langkah-langkah yang digunakan dalam pendekatan masalah, metode pengumpulan data yang merupakan penjelasan tentang darimana data itu diperoleh dan pengolahan data serta metode analisis dan pembahasan.

4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini menguraikan hasil penelitian yang telah dilakukan dan bab ini juga memberikan jawaban mengenai permasalahan yang penulis teliti yaitu mengenai Tinjauan kriminologis pencurian rel kereta api di propinsi Lampung.

5. PENUTUP


(33)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian dan Teori Kriminologi

Berdasarkan sudut sifat dan objeknya maka dalam membahas pengertian kriminologi asal mula perkembangan kriminologi tidak dapat disangkal berasal dari penyelidikan C. Lomborso (1876).Bahkan Lomborso menurut Pompe dipandang sebagai salah satu tokoh revolusi dalam sejarah hukum pidana, disamping Cesare Baccaria. Namun ada pendapat lain yang mengemukakan bahwa penyelidikan secara ilmiah tentang kejahatan justru bukan dari Lomborso melainkan dari Adolhe Quetelet, seorang Belgia yang memiliki keahlian dibidang Matematika. Bahkan, dari dialah berasal “statistic kriminil” yang kini dipergunakan terutama oleh pihak kepolisian di semua negara dalam memberikan deskripsi tentang perkembangan kejahatan di negaranya.27

Kriminologi termasuk cabang ilmu pengetahuan yang berkembang pada tahun 1850 bersama-sama dengan ilmu sosiologi, antropologi, dan psikologi.Nama kriminologi pertama kali ditemukan oleh P.Topinard (1830-1911), seorang ahli antropologi Prancis.28 Nama kriminologi yang ditemukan oleh P.Topinard (1830-1911) seorang ahli antropologi Prancis, secara harfiah Kriminologi berasal dari kata “Crimen” yang berarti kejahatan atau penjahat dan “logos” yang berarti ilmu

27

Atmasasmita, R. 2010.Teori dan Kapita Selekta Kriminologi, Refika Aditama, Bandung, hlm 9 28


(34)

pengetahuan, maka kriminologi dapat berarti ilmu yang mempelajari tentang penjahat dan kejahatan.

Beberapa sarjana memberikan pengertian berbeda terhadap kriminologi, Michael dan Adler berpendapat bahwa, kriminologi adalah keseluruhan mengenai perbuatan dan sifat dari para penjahat, lingkungan mereka dan cara mereka secara resmi diperlakukan oleh lembaga-lembaga penertib masyarakat dan oleh para masyarakat. Sedangkan Wood mengatakan bahwa kriminologi meliputi keseluruhan pengetahuan yang diperoleh berdasarkan teori atau pengalaman, yang bertalian dengan perbuatan jahat dan penjahat, termasuk di dalamnya reaksi dari masyarakat terhadap perbuatan jahat dan para penjahat.29

Selanjutnya Moeljatno berpendapat bahwa kriminologi adalah untuk mengerti apa sebab-sebab sehingga seseorang berbuat jahat. Apakah memang karena bakatnya adalah jahat ataukah didorong oleh keadaan masyarakat disekitarnya (milieu) baik keadaan sosiologis maupun ekonomis. Jika sebab-sebab itu diketahui, maka disamping pemidanaan, dapat diadakan tindakan-tindakan yang tepat, agar orang tadi tidak lagi berbuat demikian, atau agar orang-orang lain tidak akan melakukannya. Karena itulah terutama di negeri-negeri angelsaks, Kriminologi dibagi menjadi tiga bagian30 yaitu 1) Criminal biology, yang menyelidiki dalam diri orang itu sendiri akan sebab-sebab dari perbuatannya, baik dalam jasmani maupun rohani. 2)Criminal sosiologi, yang mencoba mencari sebab-sebab dalam lingkungan masyarakat dimana penjahat itu berbeda (dalam milieunya) dan 3)

29

Santoso, Topo dan Zulfa, A. E, 2001.Kriminologi. RajaGrafindo Persada. Jakarta, hlm 12. 30


(35)

19

Criminal policy, yaitu tindakan-tindakan apa yang disekitarnya harus dijalankan supaya orang lain tidak berbuat demikian.

Menurut A.S. Alam ruang lingkup pembahasan kriminologi meliputi tiga hal pokok31, yaitu Pertama adalah proses pembuatan hukum pidana dan acara pidana (making laws). Pembahasan dalam proses pembuatan hukum pidana (process of making laws) meliputi a) Definisi kejahatan, b) Unsur-unsur kejahatan, c) Relativitas pengertian kejahatan, d) Penggolongan kejahatan dan e) Statistik kejahatan. Kedua Etiologi kriminal, yang membahas yang membahas teori-teori yang menyebabkan terjadinya kejahatan (breaking of laws).

Sedangkan yang dibahas dalam etiologi kriminal (breaking of laws) meliputi : a) Aliran-aliran (mazhab-mazhab) kriminologi, b) Teori-teori kriminologi dan c) Berbagai perspektif kriminologi. Ketiga adalah reaksi terhadap pelanggaran hukum, (reacting toward the breaking of laws). Reaksi dalam hal ini bukan hanya ditujukan kepada pelanggar hukum berupa tindakan represif tetapi juga reaksi terhadap calon pelanggar hukum berupa upaya-upaya pencegahan kejahatan (criminal prevention). Selanjutnya yang dibahas dalam bagian ketiga adalah perlakuan terhadap pelanggar-pelanggar hukum (Reacting Toward the Breaking laws) meliputi : a) Teori-teori penghukuman, b) Upaya-upaya penanggulangan/pencegahan kejahatan baik berupa tindakan pre-emtif, preventif, represif, dan rehabilitatif.

Kriminologi lahir dan kemudian berkembang menduduki posisi yang penting sebagai salah satu ilmu pengetahuan yang interdisiplin dan semakin menarik,

31


(36)

bergerak dalam dua “roda besar” yang terus berputar dalam perubahan pola-pola kriminalitas sebagai fenomena sosial yang senantiasa dipengaruhi oleh kecepatan perubahan sosial dan teknologi. Roda-roda yang bergerak itu adalah penelitian kriminologi dan teori-teori kriminologi.32

Dalam perkembangannya tentang kejahatan atau kriminologi terus menimbulkan berbagai pendapat dari berbagai pakar kriminolog dan pakar ilmu hukum. Setidaknya berikut ini akan dikemukakan beberapa penyebab kejahatan 33 yaitu pertama adalah Anomie (ketiadaan norma) atau strain (ketegangan).Teori anomie dan penyimpangan budaya memusatkan perhatian pada kekuatan-kekuatan sosial (social force) yang menyebabkan orang melakukan aktivitas kriminal.Teori ini berasumsi bahwa kelas sosial dan tingkah laku kriminal saling berhubungan.Pada penganut teori anomie beranggapan bahwa seluruh anggota masyarakat mengikuti seperangkat nilai-nilai budaya, yaitu nilai-nilai budaya kelas menengah yakni adanya anggapan bahwa nilai budaya terpenting adalah keberhasilan dalam ekonomi.

Karena orang-orang kelas bawah tidak mempunyai sarana-sarana yang sah (legitimate means) untuk mencapai tujuan tersebut seperti gaji tinggi, bidang usaha yang maju dan lain-lain, mereka menjadi frustasi dan beralih menggunakan sarana-sarana yang tidak sah (illegitimate means).

32

Dirdjosisworo, S 1994.Sinopsis Kriminologi Indonesia. Mandar Madju,. Jakarta. hlm.108-143 33


(37)

21

Kedua adalahCultural Deviance (penyimpangan budaya).Sangat berbeda dengan teori itu, teori penyimpangan budaya mengklaim bahwa orang-orang dari kelas bawah memiliki seperangkat nilai-nilai yang berbeda, yang cenderung konflik dengan nilai-nilai kelas menengah. Sebagai konsekuensinya, manakalah orang-orang kelas bawah mengikuti sistem nilai mereka sendiri, mereka mungkin telah melanggar norma-norma konvensional dengan cara mencuri, merampok dan sebagainya.

Ketiga adalahSocial Control (kontrol sosial).Sementara itu pengertian teori kontrol sosial merujuk kepada pembahasan delinquency dan kejahatan yang dikaitkan dengan variable-variabel yang bersifat sosiologis, antara lain struktur keluarga, pendidikan dan kelompok domain. Terdapat empat unsur kunci dalam teori kontrol sosial mengenai perilaku kriminal yang meliputi34: a) Kasih Sayang, kasih sayang ini meliputi kekuatan suatu ikatan yang ada antara individu dan saluran primer sosialisasi, seperti orang tua, guru dan para pemimpin masyarakat. Akibatnya, itu merupakan ukuran tingkat terhadap mana orang-orang yang patuh pada hukum bertindak sebagai sumber kekuatan positif bagi individu.b) Komitme, sehubungan dengan komitmen ini, kita melihat investasi dalam suasana konvensional dan pertimbangan bagi tujuan-tujuan untuk hari depan yang bertentangan dengan gaya hidup delinkuensi. c) Keterlibatan, merupakan ukuran kecenderungan seseorang untuk berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan konvensional mengarahkan individu kepada keberhasilan yang dihargai masyarakat.

34

Travis, Hirschi.1969,Causes of Delinquency(Berkeley and Los Angeles: University of California Press, hlm 16-34)


(38)

Kemudian yang d) Kepercayaan.akhirnya kepercayaan memerlukan diterimanya keabsahan moral norma-norma sosial serta mencerminkan kekuatan sikap konvensional seseorang. Keempat unsur ini sangat mempengaruhi ikatan sosial antara seorang individu dengan lingkungan masyarakatnya yaitu

1) Teori Sosiologi (Sociology Theory)

Teori sosiologi mengupas kejahatan dari sisi sosiologi.Pengupasan ini menimbulkan ilmu baru yang disebut criminal sociology.Ilmu ini meneliti pengaruh keadaan masyarakat terhadap timbulnya serta akibat kejahatan. Kejahatan tidak terlepas dari kondisi aspek masyarakat : ekonomi, politik, dan kebudayaan. Aspek ini menyebabkan pergeseran dan perubahan norma yang terdapat dalam masyarakat35.

2) Teori Psikoanalitik (Psyco Analytic Theory)

Menurut Sigmund Freud, penemu psikonanalisa, hanya sedikit berbicara tentang orang-orang kriminal36. Ini dikarenakan perhatian Freud hanya tertuju pada neurosis dan faktor-faktor di luar kesadaran yang tergolong kedalam struktur yang lebih umum mengenai tipe-tipe ketidakberesan atau penyakit seperti ini. Seperti yang dinyatakan oleh Alexander dan Staub , kriminalitas merupakan bagian sifat manusia37. Dengan demikian, dari segi pandangan psikoanalitik, perbedaan primer antara kriminal dan bukan kriminal adalah

35

Rockles, Sutherland. 1950dalam Simanjuntak, B. 1981. Pengantar Kriminalogi dan Patologi Sosial edisi ke-2.TARSITO. Bandung

36

Bertens, K. 2006.PsikoanalisisSigmund Freud. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama dalam(http://id.wikipedia.org/wiki/Psikoanalisis) di unduh pukul 21.32 wib

37

Staub.1978,the psychology of good end evil: why children and adult group help and harm other.,university press, cambrige.(http://id.wikipedia.org/wiki/Psikoanalisis) di unduh pukul 22.03wib


(39)

23

bahwa non kriminal ini telah belajar mengontrol dan menghaluskan dorongan-dorongan dan perasaan anti-sosialnya.

Faktor-faktor yang berperan dalam timbulnya kejahatan, Walter Lunden berpendapat bahwa gejala yang dihadapi negara-negara yang sedang berkembang adalah sebagai berikut:

a. Gelombang urbanisasi remaja dari desa ke kota-kota jumlahnya cukup besar dan sukar dicegah.

b. Terjadi konflik antara norma adat pedesaan tradisional dengan norma-norma baru yang tumbuh dalam proses dan pergeseran sosial yang cepat, terutama di kota-kota besar.

c. Memudarkan pola-pola kepribadian individu yang terkait kuat pada pola kontrol sosial tradisionalnya, sehingga anggota masyarakat terutama remajanya menghadapi “samarpola” (ketidaktaatan pada pola) untuk menentukan prilakunya.

B. Pengertian dan Jenis Kejahatan

1. Pengertian Kejahatan

Kejahatan adalah suatu persoalan yang selalu melekat dimana masyarakat itu ada. Kejahatan selalu akan ada seperti penyakit dan kematian yang selalu berulah seperti halnya dengan musim yang berganti-ganti dari tahun ketahun. Segala daya upaya dalam menghadapi kejahatan dapat menekan atau mengurangi meningkatnya jumlah kejahatan dan memperbaiki penjahat agar dapat kembali sebagai warga masyarakat yang baik. Kejahatan adalah suatu nama atau cap yang


(40)

diberikan orang untuk menilai perbuatan-perbuatan tertentu sebagai perbuatan jahat. Dengan demikian, maka si pelaku disebut sebagai penjahat. Pengertian tersebut bersumber dari manusia, sehingga ia memiliki pengertian yang sangat relatif, yaitu tergantung pada manusia yang memberikan penilaian itu.

Tentang definisi dari kejahatan itu sendiri tidak terdapat kesatuan pendapat diantara para sarjana, R. Soesilo membedakan pengertian kejahatan secara yuridis dan pengertian kejahatan secara sosiologis.Ditinjau dari segi yuridis, pengertian kejahatan adalah suatu perbuatan tingkah laku yang bertentangan dengan undang undang.Ditinjau dari segi sosiologis, maka yang dimaksud dengan kejahatan adalah perbuatan atau tingkah laku yang selain merugikan si penderita, juga sangat merugikan masyarakat yaitu berupa hilangnya keseimbangan, ketentraman dan ketertiban.38

Selanjutnya adapun beberapa definisi kejahatan menurut beberapa pakar39 yaitu sebangai berikut :

1) J.M. Bemmelem memandang kejahatan sebagai suatu tindakan anti sosial yang menimbulkan kerugian, ketidakpatutan dalam masyarakat, sehingga dalam masyarakat terdapat kegelisahan, dan untuk menentramkan masyarakat, negara harus menjatuhkan hukuman kepada penjahat.

2) M.A. Elliot mengatakan bahwa kejahatan adalah suatu problem dalam masyarakat modem atau tingkah laku yang gagal dan melanggar hukum dapat dijatuhi hukurnan penjara, hukuman mati dan hukuman denda dan seterusnya.

38

Syahruddin. 2003. Kejahatan dalam Masyarakat dan Upaya Penanggulangannya. Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. hlm 1

39


(41)

25

3) W.A. Bonger mengatakan bahwa kejahatan adalah perbuatan yang sangat anti sosial yang memperoleh tantangan dengan sadar dari negara berupa pemberian penderitaan.

4) Paul Moedikdo Moeliono kejahatan adalah perbuatan pelanggaran norma hukum yang ditafsirkan atau patut ditafsirkan masyarakat sebagai perbuatan yang merugikan, menjengkelkan sehingga tidak boleh dibiarkan (negara bertindak).

5) J.E. Sahetapydan B. Marjono Reksodiputro dalam bukunya “Paradoks Dalam Kriminologi” menyatakan bahwa, kejahatan mengandung konotasi tertentu, merupakan suatu pengertian dan penamaan yang relatif, mengandung variabilitas dan dinamik serta bertalian dengan perbuatan atau tingkah laku (baik aktif maupun pasif), yang dinilai oleh sebagian mayoritas atau minoritas masyarakat sebagai suatu perbuatan anti sosial, suatu pemerkosaan terhadap skala nilai sosial dan atau perasaan hukum yang hidup dalam masyarakat sesuai dengan ruang dan waktu.

2. Jenis Kejahatan.

Kejahatan dapat digolongkan atas beberapa penggolongan yaiu pertama adalah penggolongan kejahatan yang didasarkan pada motif pelaku. Hal ini dikemukakan menurut pandangan Bonger 40 sebagai berikut : 1) Kejahatan ekonomi (economic crimes), misalnya penyelundupan. 2) Kejahatan seksual (economic crimes), misalnya perbuatan zina, Pasal 284 KUHP. 3) Kejahatan politik (politic crimes), misalnya pemberontakan Partai Komunis Indonesia, DI /TII dan lain sebagainya.

40

Alam, AS 1985.Kejahatan dan Sistem Pemidanan. Fakultas Hukum. UNHAS. Ujung Pandang. hlm 5.


(42)

4) Kejahatan diri (moscellaneus crimes), misalnya penganiayaan yang motifnya dendam.

Kedua adalah penggolongan kejahatan yang didasarkan kepada berat ringannya suatu ancaman pidana yang dapat dijatuhkan, yaitu: 1) Kejahatan, yakni semua pasal-pasal yang disebut di dalam Buku II KUHP, seperti pembunuhan, pencurian dan lain-lain. 2) Pelanggaran, yakni semua pasal-pasal yang disebut di dalam Buku III KUHP, misalnya saksi di depan persidangan memakai jimat pada waktu ia harus memberikan keterangan dengan sumpah, dihukum dengan hukuman kurung selama-lamanya 10 hari dan denda Rp. 750,-. 3) Penggolongan kejahatan untuk kepentingan statistik, oleh sebagai berikut : a) Kejahatan terhadap orang (crimes against person), misalnya pembunuhan, penganiayaan dan lain-lain.

b) Kejahatan terhadap harta benda (crimes against property), misalnya pencurian, perampokan dan lain-lain. c) Kejahatan terhadap kesusilaan umum (crimes against piblicdecency), misalnya perbuatan cabul.

Ketiga adalah penggolongan kejahatan untuk membentuk teori. Penggolongan didasarkan akan adanya kelas-kelas kejahatan dan beberapa menurut proses penyebab kejahatan itu, yaitu cara melakukan kejahatan teknik-teknik dan organisasinya dan timbul kelompok-kelompok yang mempunyai nilai-nilai tertentu. Kelas-kelas tersebut sebagaimana ditulis oleh A.S. Alam 41 sebagai berikut : a) Profesional crimes, yaitu kejahatan yang dilakukan sebagai mata pencaharian tetapnya dan mempunyai keahlian tertentu untuk profesi itu, misalnya pemalsuan uang, tanda tangan dan pencopet. b) Organized crimes, yaitu suatu

41


(43)

27

kejahatan yang terorganisir, misalnya pemerasan , perdagangan narkotika dan obat-obatan terlarang. c) Occasional crimes, yaitu suatu kejahatan karena adanya suatu kesepakatan, misalnya pencurian di rumah secara bersama.

Keempat adalah penggolongan kejahatan yang dilakukan oleh nilai-nilai sosiologi yang dikemukakan oleh 42 sebagai berikut :a) Violent personal crimes, yaitu kejahatan kekerasan terhadap orang, misalnya pembunuhan (murder), pemerkosaan (rape) dan penganiayaan (assault). b) Occasional property crimes, yaitu kejahatan harta benda karena kesepakatan, misalnya pencurian rel kereta api, pencurian di toko-toko besar. c) Occupational crimes, yaitu kejahatan karena kedudukan atau jabatan, misalnya korupsi.

d) Politic crimes, yaitu kejahatan politik, misalnya pemberontakan sabotase, perang gerilya dan lain-lain. e) Public order crimes, yaitu kejahatan terhadap ketertiban umum yang biasa disebut dengan kejahatan tanpa korban, misalnya pemabukan, wanita melacurkan diri. f) Convensional crimes, yaitu kejahatan konvensional, misalnya perampokan (robbory), pencurian kecil-kecilan (larceny), dan lain-lain. g) Organized crimes, yaitu kejahatan yang terorganisir, misalnya perdagangan wanita untuk pelacuran, perdagangan obat bius. h) Professional crimes, yaitu kejahatan yang dilakukan sebagai profesinya, misalnya pemalsuan uang, pencopet, dan lain-lain.

Selanjutnya untuk mengetahui kejahatan yang terjadi di masyarakat, diperlukan adanya statistik kejahatan.Statistik kejahatan merupakan statistik yang paling sempurna. Adapun hal-hal yang menyebabkan kesulitan di dalam menyusun

42


(44)

statistik kejahatan 43 adalah sebagai berikut : a) Tidaklah mungkin mengetahui dengan pasti jumlah kejahatan yang terjadi di dalam setiap daerah peradilan pada suatu waktu tertentu. b) Kadang-kadang suatu tindakan dicap sebagai kejahatan, sebaliknya bukan kejahatan oleh peneliti lain. dan c) Merupakan kenyataan sehari-hari bahwa banyak kejahatan yang terjadi tanpa diketahui oleh yang berwenang.

C. Pengertian dan Jenis Pencurian

1. Pengertian Pencurian

Tindak pidana pencurian merupakan salah satu tindak pidana yang berkaitan dengan tindak pidana terhadap harta kekayaan orang.Tindak pidana pencurian ini diatur dalam BAB XXII Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), yang dirumuskan sebagai tindakan mengambil barang seluruhnya atau sebagian milik orang lain, dengan tujuan memilikinya secara melanggar hukum44. Pengertian pencurian menurut hukum beserta unsur-unsurnya dirumuskan dalam Pasal 362 Kitab Undang-undang Hukum Pidana, adalah berupa rumusan pencurian dalam bentuk pokoknya yang berbunyi:

Barang siapa mengambil sesuatu benda yang seluruhnya atau sebagian milik orang lain dengan maksud untuk memiliki secara melawan hukum, diancam karena pencurian, dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau denda paling banyak Rp. 900; (sembilan ratus rupiah).

Adapun unsur-unsur tindak pidana pencurian ada 2 (dua), yaitu: a) Unsur-unsur subyektif terdiri dari: 1) Perbuatan mengambil, 2) Obyeknya suatu benda, 3) 43

Ibid.,hlm 9. 44

Prodjodikoro, W. 2008, Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia, Refika Aditama, Jakarta, hlm 10.


(45)

29

Unsur keadaan yang meyertai atau melekat pada benda yaitu benda tersebut sebagian atau keseluruhan milik orang lain.b) Unsur obyektifnya, terdiri dari:1) Adanya maksud, 2) Yang ditujukan untuk memiliki dan 3) Dengan melawan hukum.

Suatu perbuatan atau peristiwa baru dapat dikualifikasikan sebagai pencurian apabila terdapat unsur tersebut di atas unsur subyektif dan unsur objektif. Unsur subyektif terdiri dari :

1) Unsur perbuatan mengambil

Perbuatan mengambil yang menjadi unsur subyektif di dalam delik pencurian seharusnya ditafsirkan setiap perbuatan untuk membawa sesuatu benda di bawah kekuasaannya yang nyata dan mutlak. Tindak pidana pencurian dalam bentuk pokok seperti yang diatur Pasal 362 KUHP terdiri dari unsur subjektif yaitu dengan maksud untuk menguasai benda tersebut secara melawan hukum dan unsur-unsur objektif yakni, barang siapa, mengambil, sesuatu benda dan sebagian atau seluruhnya kepunyaan orang lain45. Jadi di dalam delik pencurian dianggap sudah selesai jika pelaku melakukan perbuatan “mengambil” atau setidak-tidaknya ia sudah memindahkan suatu benda dari tempat semula. Dalam praktek sehari-hari dapat terjadi seorang mengambil suatu benda, akan tetapi karena diketahui oleh orang lain kemudian barang tersebut dilepaskan, keadaan seperti ini sudah digolongkan perbuatan mengambil.

45

P.A.F Lamintang dan Theo Lamintang.2009,Delik-Delik Khusus Kejahatan Terhadap Harta KekayaanEdisi Kedua, (Jakarta : Sinar Grafika), hlm. 2.


(46)

2) Unsur benda

Pengertian benda yang dimaksud di dalam Pasal 362 KUHP adalah benda berwujud yang menurut sifatnya dapat dipindahkan. Di dalam kenyataan yang menjadi obyek pencurian tidak hanya benda berwujud yang sifatnya dapat dipindahkan oleh karena itu pengertian benda tersebut berkembang meliputi setiap benda baik itu merupakan benda bergerak maupun tidak bergerak, baik berupa benda benda berwujud maupun tidak berwujud dan benda-benda yang tergolong res nullius dalam batas-batas tertentu. Pengertian benda menurut Pasal 362 KUHP memang tidak disebutkan secara rinci, sebab tujuan pasal ini adalah untuk melindungi harta kekayaan orang.

3) Unsur-unsur atau seluruhnya milik orang lain

Benda tersebut tidak perlu seluruhnya milik orang lain cukup sebagian saja. Siapakah yang diartikan dengan orang lain dalam unsur sebagian atau seluruhnya milik orang lain. Orang lain itu diartikan sebagai bukan petindak. Dengan demikian maka pencurian dapat terjadi terhadap benda-benda milik badan hukum, misal milik negara.

Kemudian unsur-unsur obyektif yaitu : 1) Maksud dan tujuan

Maksud untuk memiliki terdiri dari dua unsur, yakni unsur maksud (kesengajaan sebagai maksud), berupa unsur kesalahan dalam pencurian dan unsur memiliki, kedua unsur ini dapat dibedakan dan tidak terpisahkan. Maksud dari perbuatan mengambil barang milik orang lain itu ditujukan untuk memilikinya. Dari penggabungan dua unsur itulah yang menunjukkan bahwa dalam tindak pidana pencurian, pengertian memiliki tidak mensyaratkan


(47)

31

beralihnya hak milik atas barang yang dicuri ke tangan petindak, dengan alasan pertama tidak dapat mengalihkan hak milik dengan perbuatan melawan hukum, dan kedua yang menjadi unsur pencurian ini adalah maksudnya subyektif saja.

2) Menguasai bagi dirinya sendiri

Pengertian menguasai bagi dirinya sendiri yang terdapat pada Pasal 362 KUHP maksudnya adalah menguasai sesuatu benda seakan-akan ia pemilik dari benda tersebut. Pengertian seakan-akan di dalam penjelasan tersebut memiliki arti bahwa pemegang dari benda itu tidak memiliki hak seluas hak yang dimiliki oleh pemilik benda yang sebenarnya.

2. Jenis-jenis Pencurian

Dalam KUHP dijelaskan ada beberapa jenis macam tidak pidana pencurian yaitu Pencurian Biasa ( Pasal 362 KUHP ). Pencurian biasa ini terdapat didalam KUHP yang dirumuskan dalam Pasal 362 KUHP yang berbunyi : ”Barang siapa yang mengambil barang, yang sama sekali atau sebagian kepunyaan orang lain, dengan maksud untuk memiliki barang itu dengan melawan hukum, dipidana karena mencuri dengan pidana selama-lamanya lima tahun atau dengan denda sebanyak-banyaknya sembilan ribu rupiah”.

Dari pengertian Pasal 362 KUHP, maka unsur dari pencurian ini adalah sebagai berikut:46

46


(48)

a) Tindakan yang dilakukan adalah ”mengambil”

Mengambil untuk dikuasainya maksudnya untuk penelitian mengambil barang itu dan dalam arti sempit terbatas pada penggerakan tangan dan jari-jarinya, memegang barangnya dan mengalihkannya kelain tempat, maka orang itu belum dapat dikatakan mencuri akan tetapi ia baru mencoba mencuri.

b) Yang diambil adalah ”barang”

Yang dimaksud dengan barang pada detik ini pada dasarnya adalah setiap benda bergerak yang mempunyai nilai ekonomis. Pengertian ini adalah wajar, karena jika tidak ada nilai ekonomisnya, sukar dapat diterima akal bahwa seseorang akan membentuk kehendaknya mengambil sesuatu itu sedang diketahuinya bahwa yang akan diambil itu tiada nilai ekonomisnya.

c) Status barang itu ”sebagian atau seluruhnya menjadi milik orang lain.”

Barang yang dicuri itu sebagian atau seluruhnya harus milik orang lain, misalnya dua orang memiliki barang bersama sebuah sepeda itu, dengan maksud untuk dimiliki sendiri. Walaupun sebagian barang itu miliknya sendiri, namun ia dapat dituntut juga dengan pasal ini.

d). Tujuan perbuatan itu adalah dengan maksud untuk memiliki barang itu dengan melawan hukum (melawan hak). Maksudnya memiliki ialah : melakukan perbuatan apa saja terhadap barang itu seperti halnya seorang pemilik, apakah itu akan dijual, dirubah bentuknya, diberikan sebagai hadiah kepada orang lain, semata-mata tergantung kepada kemauannya.

Kedua adalah Pencurian dengan Pemberatan.Dinamakan juga pencurian dikualifikasi dengan ancaman hukuman yang lebih berat jika dibandingkan


(49)

33

dengan pencurian biasa, sesuai dengan Pasal 363 KUHP maka bunyinya sebagai berikut :”Dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya tujuh tahun”.

Kemudian yang ketiga adalah Pencurian Ringan.Pencurian ini adalah pencurian yang dalam bentuk pokok, hanya saja barang yang dicuri tidak lebih dari dua ratus lima puluh ribu. Yang penting diperhatikan pada pencurian ini adalah walau harga yang dicuri tidak lebih dari dua ratus lima puluh ribu rupiah namun pencuriannya dilakukan dalam sebuah rumah atau pekarangan yang tertutup yang ada rumahnya, dan ini tidak bisa disebut dengan pencurian ringan. Pencurian ringan dijelaskan dalam Pasal 364 KUHP yang bunyinya sebagai berikut : ”Perbuatan yang diterangkan dalam Pasal 363 Ayat 1 Butir 5 yaitu “Pencurian yang untuk masuk ke tempat melakukan kejahatan, atau untuk sampai pada barang yang diambil, dilakukan dengan merusak, memotong atau memanjat, atau dengan memakai anak kunci palsu, perintah palsu atau pakaian jabatan palsu.asal saja tidak dilakukan dalam sebuah rumah atau dalam pekarangan yang tertutup yang ada rumahnya, dan jika harga barang yang dicuri itu tidak lebih dari dua ratus lima puluh ribu rupiah dipidana karena pencurian ringan, dengan pidana penjara selama-lamanya 3 bulan atau sebanyak-banyaknya sembilan ratus rupiah”.

Sesuai jenis perinciannya, maka pada pencurian ringan hukuman penjaranya juga ringan dibanding jenis pencurian lain. diketahui bahwa pencurian ringan diancam dengan hukuman penjara selama-lamanya tiga bulan dan denda sebanyak sembilan ribu rupiah.

Keempat yaitu Pencurian dengan kekerasan.Sesuai dengan Pasal 365 KUHP maka bunyinya adalah sebagai berikut:


(50)

a) Diancam dengan pidana penjara selama-lamanya sembilan tahun dipidana pencurian yang didahului, disertai atau diikuti dengan kekerasan atau ancaman kekerasan pada orang, dengan maksud untuk menyediakan atau memudahkan pencurian itu atau jika tertangkap tangan, supaya ada kesempatan bagi dirinya sendiri atau bagi yang turut serta melakukan kejahatan itu untuk melarikan diri atau supaya barang yang dicurinya tetap tinggal di tempatnya.

b) Dipidana penjara selama-lamanya dua belas tahun dijatuhkan :

Ke-1 : Jika perbuatan itu dilakukan pada waktu malam dalam sebuah rumah atau dipekarangan tertutup yang ada rumahnya, atau di jalan umum atau di dalam kereta api atau trem yang sedang berjalan.

Ke-2 : Jika perbuatan itu dilakukan bersama-sama oleh dua orang atau lebih. Ke-3 : Jika yang bersalah masuk ke tempat melakukan kejahatan itu dengan

memakai anak kunci palsu, perintah palsu atau pakaian jabatan palsu. Ke-4 : Jika perbuatan itu berakibat ada orang luka berat.

c) Dijatuhkan pidana penjara selama-lamanya lima tahun jika perbuatan itu berakibat ada orang mati.

d) Pidana mati atau penjara seumur hidup atau penjara sementara selama-lamanya dua puluh tahun dijatuhkan jika perbuatan itu berakibat ada orang luka atau mati dan perbuatan itu dilakukan bersama-sama oleh dua orang atau lebih dan lagi pula disertai salah satu hal yang diterangkan dalam No.1 dan No.3.

d) Yang dimaksud dengan kekerasan menurut Pasal 89 KUHP yang berbunyi ”Yang dimaksud dengan melakukan kekerasan”, yaitu membuat orang jadi pingsan atau tidak berdaya lagi. Sedangkan melakukan kekerasan menurut Soesila mempergunakan tenaga atau kekuatan jasmani tidak kecil secara tidak


(51)

35

sah misalnya memukul dengan tangan atau dengan segala senjata, menyepak, menendang, dan sebagainya. Masuk pula dalam pengertian kekerasan adalah mengikat orang yang punya rumah, menutup orang dalam kamar dan sebagainya dan yang penting kekerasan itu dilakukan pada orang dan bukan pada barang.

e) Ancaman hukumannya diperberat lagi yaitu selama-lamanya dua belas tahun jika perbuatan itu dilakukan pada malam hari disebuah rumah tertutup, atau pekarangan yang didalamnya ada rumah, atau dilakukan pertama-tama dengan pelaku yang lain sesuai yang disebutkan dalam Pasal 88 KUHP atau cara masuk ke tempat dengan menggunakan anak kunci palsu, membongkar dan memanjat dan lain-lain.

Kecuali jika itu perbuatan menjadikan adanya yang luka berat sesuai dengan Pasal 90 KUHP yaitu 47: 1) Luka berat berarti : a) Penyakit atau luka yang tak dapat diharapkan akan sembuh lagi dengan sempurna atau yang mendatangkan bahaya maut. b) Senantiasa tidak cukap mengerjakan pekerjaan jabatan atau pekerjaan pencahariaan. c) Tidak dapat lagi memakai salah satu panca indra, d) Mendapat cacat besar, e) Lumpuh (kelumpuhan), f) Akal (tenaga paham) tidak sempurna lebih lama dari empat Minggu, g) Gugurnya atau matinya kandungan seseorang perempuan, 2) Jika pencurian dengan kekerasan itu berakibat dengan matinya orang maka ancaman diperberat lagi selama-lamanya lima belas tahun, hanya saja yang penting adalah kematian orang tersebut tidak dikehendaki oleh pencuri, 3) Hukuman mati bisa dijatuhkan jika pencurian itu mengakibatkan matinya orang luka berat dan perbuatan itu dilakukan oleh dua orang atau lebih bersama-sama

47


(52)

atau sesuai dengan Pasal 88 KUHP yaitu : ”Mufakat jahat berwujud apabila dua orang atau lebih bersama-sama sepakat akan melakukan kejahatan itu.”

D. Tinjauan Umum Tentang Perkeretaapian

Pengertian perkeretaapian Indonesia, menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian Pasal 1 Ayat 1 dan Ayat 2 Perkeretaapian adalah satu kesatuan sistem yang terdiri atas sarana , prasarana, dan sumber daya manusia, serta norma, kreteria, persyaratan, dan prosedur untuk menyelenggarakan transportasi kerta api.

Kereta api adalah sarana perkeretaapin dengan tenaga gerak, baik berjalan sendiri maupun dirangkaikan dengan sarana perkeretaapian lainnya, yang akan ataupun sedang bergerak dijalan rel yang terkait dengan perjalan rel kereta api.48

Berdasarkan pengertian perkeretaapian di atas, jelaslah bahwa yang dimaksud dengan kereta api adalah setiap kendaraan yang mempergunakan tenaga mesin sebagai intinya untuk bergerak atau berjalan, kendaraan ini biasanya dipergunakan untuk pengangkutan orang dan barang atau sebagai alat transportasi. Kereta api sebagai sarana transportasi atau sebagai alat pengangkutan memegang peranan penting dalam menentukan kemajuan perekonomian suatu bangsa.

E. Teori Tentang Faktor Penyebab Pencurian

Pada dasarnya ada beberapa hal yang menyebabkan seseorang melakukan suatu tindakan pencurian (penjarahan) dimana hal ini dapat merugikan seseorang dan

48


(53)

37

membuat kepanikan serta menimbulkan kesengsaraan pada orang lain. Faktor penyebab pencurian yaitu:49

1. Motivasi Intrinsik (Intern) a. Faktor intelegensia b. Faktor usia

c. Faktor jenis kelamin

d. Faktor kebutuhan ekonomi yang terdesak 2. Motivasi Ekstrinsik (Ekstern)

a. Faktor pendidikan b. Faktor pergaulan c. Faktor lingkungan

F. Upaya Penanggulangan Kejahatan

Kejahatan merupakan suatu bentuk penyimpangan yang terjadi di masyarakat.Seseorang melakukan kejahatan pastilah dilatarbelakangi oleh beberapa faktor sehingga mereka melakukan hal tersebut. Negara sebagai organisasi kekuasaan pastilah akan memberikan sanksi kepada mereka yang melakukan kejahatan. Ini dilakukan dengan membuat sebuah regulasi terhadap larangan melakukan kejahatan.Sanksi yang diberikan kepada mereka biasanya berupa nestapa (penderitaan) seperti hilangnya hak kemeredekaan mereka atau dipenjara. Ini merupakan suatu bentuk penanggulangan kejahatan yang dilakukan oleh negara agar menciptakan kehidupan yang aman dan tentram. Secara teori ada beberapa cara dalam melakukan upaya penanggulangan kejahatan, yaitu :

49

C.S.T. Kansil, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1984, hlm. 257.


(54)

a) Upaya Preventif

Preventif adalah upaya pencegahan yang dilakukan agar kejahatan tidak terjadi.Karena seperti yang kita ketahui bersama kejahatan merupakan suatu fenomena kompleks yang terjadi disekeliling kita dan sangat meresahkan masyarakat. Dibandingkan upaya represif, upaya preventif jauh lebih baik karena sebelum terjadinya kejahatan, upaya-upaya tersebut dipikirkan agar bagaimana kejahatan tersebut tidak terjadi. Banyak cara yang dilakukan untuk bagaimana kejahatan tersebut tidak terjadi, salah satunya melakukan sosialisi tentang suatu peraturan perundang-undangan bahwa apabila seseorang melakukan kejahatan akan diancam dengan sanksi pidana yang dapat membuat mereka dipenjara. Karena landasan tersebut masyarakat merasa takut untuk melakukan kejahatan.

Kemudian juga, seperti yang kita ketahui bersama salah satu faktor terjadinya kejahatan karena kesenjangan sosial, yaitu banyaknya angka kemiskinan didaerah tersebut sehingga upaya-upaya yang dilakukan, seperti pemerintah atau pemerintah daerah membuka suatu lapangan kerja bagi mereka agar tidak melakukan hal-hal yang menyimpang, dan masih banyak lagi upaya-upaya preventif yang dapat dilakukan agar kejahatan tersebut tidak terjadi.

b) Upaya Represif

Represif biasa disebut dengan upaya tindakan atau penanggulangan, dalam arti ketika kejahatan itu telah terjadi, upaya yang harus dilakukan agar setelah seseorang melakukan kejahatan mereka tidak melakukan kejahatan mereka tidak melakukannya lagi. Hal demikian biasanya dilakukan seperti bagaimana


(55)

39

biasanya dilakukan seperti bagaimana memikirkan untuk menyembuhkan penjahat tersebut. Orang yang melakukan kejahatan secara tidak langsung akan di penjara atau dimasukkan dalam rumah tahanan, diharapkan didalam rumah tahanan tersebut mereka dibina sebaik mungkin agar mereka tidak melakukan kejahatan setelah melakukan perbuatan tersebut.


(56)

A. Pendekatan Masalah

Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah, yang di dasarkan pada metode, sistematika dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk mempelajari satu atau beberapa gejala hukum tertentu dengan cara menganalisanya.50Untuk membahas permasalahan yang terdapat dalam penelitian ini dilakukan dua pendekatan, yaitu pendekatan yuridis normatif dan pendekatan yuridis empiris guna untuk mendapatkan suatu hasil penelitian yang benar dan objek.

1. Pendekatan Yuridis Normatif

Pendekatan yuridis normatif yaitu pendekatan dengan cara menelaah kaidah-kaidah, norma-norma, aturan-aturan, yang berhubungan dengan masalah yang akan diteliti. Pendekatan tersebut dimaksud untuk mengumpulkan berbagai macam peraturan perundang-undangan,toeri-teori dan literatur- literatur yang erat hubungannya dengan masalah yang akan diteliti.

2. Pendekatan Yuridis Empiris

Pendekatan yuridis empiris yaitu pendekatan penelitian dengan cara meneliti dan mengumpulkan data primer yang diperoleh secara langsung melalui penelitian dengan cara observasi terhadap permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini.

50


(57)

41

B. Lokasi Penelitian

Penelitian merupakan hal terpenting dari seluruh rangkaian penulisan suatu karya ilmiah. Dengan penelitian akan menjawab objek permasalahan yang diuraikan di rumusan masalah. Untuk memperoleh informasi yang merupakan data penulisan maka penulis memilih lokasi penelitian di Propinsi Lampung bertempat di PT. KAI Bandar Lampung, Polresta Bandar Lampung, Polisi khusus kereta api (Polsuska), dan Polres Kotabumi.

C. Sumber dan Jenis Data

Untuk dilakukan penelitian ini diperlukan data-data yang terkait dengan permasalahan yang diteliti. Pada umumnya penelitian hukum terdapat dua jenis data, yang pertama disebut data primer dan yang kedua disebut data sekunder. Data primer dalam penelitian hukum adalah data yang di peroleh terutama dari hasil penelitian empiris, yaitu penelitian yang dilakukan langsung dilapangan, sedangkan data sekunder dalam penelitian hukum adalah data yang diperoleh dari hasil penelaahan kepustakaan atau berbagai literature atau bahan pustaka yang berkaitan dengan masalah atau materi penelitian,yang sering disebut bahan hukum.51

Adapun sumber data penelitian skripsi ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh dari penelitian langsung di lapangan. Metode yang digunakan adalah wawancara kepada narasumber mengenai faktor terjadinya pencurian rel kereta api dan upaya menanggulangi

51

Fajar , MN dan Achmad, Y. 2010.Dualisme penelitian hukum normative dan empiri.pustaka pelajar.Yogjakarta.


(58)

kejahatan pencurian rel kereta api. Kemudian data primer dilengkapi dengan data sekunder. Data sekunder melalui studi kepustakaan dengan cara membaca, mengutip, mempelajari dan menelaah teori-teori hukum pidana, asas- asas hukum pidana, dasar hukum dan doktrin-doktrin yang terdapat dalam literatur- literatur atau bahan- bahan yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti.

Data sekunder atau data kepustakaan atau dikenal dengan bahan hukum dalam penelitian hukum seperti ada kesepakatan yang tidak tertulis dari para ahli peneliti hukum, bahwa bahan hukum itu berupa berbagai literatur yang dikelompokan ke dalam bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, bahan hukum tersier. 52Data sekunder terdiri dari 3 (tiga) bahan hukum, yaitu:

1. Bahan Hukum Primer

Data sekunder atau data kepustakaan atau dikenal sebagai bahan hukum, dalam penelitian hukum ini berupa berbagai literatur yang dikelompokan dalam bahan hukum primer terdiri atas peraturan perundang- undangan, yurisprudensi, atau keputusan pengadilandan traktat, antara lain terkait dengan peraturan perundang-undangan, yaitu:

a. Kitab Undang- undang Hukum Pidana (KUHP) Pasal 362- Pasal 367 KUHP b. Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2007 Tentang

Perkeretaapian

52


(59)

43

2. Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder yaitu bahan hukum yang dapat memberikan penjelasaan terhadap bahan hukum primer yang berupa literatur- literatur hukum maupun literatur lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini.

3. Bahan Hukum Tersier

Bahan hukum tersier adalah bahan hukum yang memberikan petunjuk dan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, antara lain kamus hukum, Kamus Bahasa Indonesia, petikan berita dari majalah dan surat kabar/ media cetak serta pendapat- pendapat para sarjana. Buku-buku teks literatur hukum, karya ilmiah /jurnal ilmiah, surat kabar (Koran), pamplet,brosur, dan berita di internet yang berkaitan dengan kejahatan pencurian rel kereta api di propinsi lampung

D. Penentuan Narasumber

Teknik yang digumakan untuk mengumpulkan data primer dalam penelitian ini adalah wawancara53terhadap para nara sumber/informan.

Wawancara ini dipandu denganinterview guideyang disusun secara terbuka. Adapun narasumber/responden/informan yang diwawancarai adalah:

1. Penyidik Polisi di Polresta Bandar Lampung = 1 orang 2. Polisi Khusus Kereta Api Bandar Lampung = 1 orang

Lexy J.Moleong berpendapat bahawa wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan kepada terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu, dalam Lexy J.Moleong.op.cit., hlm. 186. Sedangkan, S. Nasution membedakan dua macam wawancara (interviu), yaitu berstruktur dan tidak berstruktur, dalam S. Nasution,Metode research ( penelitian Ilmiah),Bumi Aksara, Jakarta, 2011,hlm.117


(60)

3. AnggotaReskrim POLRES Lampung Utara = 1 orang 4. Petugas PT. KAI = 1 orang 5. Tokoh masyarakat = 1 orang 6. Akademisi = 1 orang

Jumlah 6 orang

E. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data

1. Prosedur Pengumpulan Data

Untuk melengkapi data guna pengujian hasil peneletian ini digunakan prosedur pengumpulan data yang terdiri dari data sekunder, yaitu pengumpulan data sekunder dilakukan dengan cara mengadakan studi kepustakaan (library research). Studi kepustakaan dimaksudkan untuk memperoleh arah pemikikiran dan tujuan penelitian yang dilakukan dengan cara membaca, mengutip, dan menelaah literatur- literatur yang menunjang, serta bahan- bahan ilmiah lainya yang mempunyai hubungan dengan permasalahan yang akan dibahas.

2. Prosedur Pengolahan Data

Setelah data terkumpul dilakukan kegiatan merapihkan dan menganalisis data. Kegiatan ini meliputi seleksi data dengan cara memeriksa data yang diperoleh melalui kelengkapannya dan pengelompokan data secara sistematis. Kegiatan pengolahan data dilakukan sebagai berikut:

a. Editing data, yaitu meneliti data yang keliru, menambah dah melengkapi data yang kurang lengkap


(61)

45

c. Sistematisasi data, yaitu penempatan data pada tiap pokok bahasan secara sistematis hingga memudahkan interprestasi data.

F. Analisis Data

Kegunaan analisis data adalah usaha untuk menemukan jawaban atas pertanyaan permasalahan serta hal hal yang dihasilkan Data yang diperoleh melalui kegiatan penelitian dianalisis secara kualitatif kemudian disajikan secara deskriptif, yaitu dengan menguraikan, menjelaskan dan menggambarkan sesuai dengan permasalahan yang erat kaitannya dengan penelitian ini. Sehingga dari permasalahan yang ada disusun dalam bentuk kalimat ilmiah secara sistematis berupa jawaban permasalahan dari hasil penelitian yang dirumuskan dari hal-hal yang umum ke hal- hal yang khusus.


(62)

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan dan diuraikan oleh penulis, maka dapat disimpulkan yaitu :

1. Faktor yang menyebabkan terjadinya kejahatan pencurian rel kereta api di Propinsi Lampung yang terjadi pada tahun 2012 di desa Ketapang Kec. Sungkai Selatan dan Sungkai Utara, dan pada tahun 2013 di Kecamatan Belambangan Pagar di pengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor intrinsik (intern) dan faktor ekstrinsik (ektern), yaitu :

a. Faktor Intrinsik (Intern)

Faktor interisik (intern) yang menyebabkan terjadinya kejahatan pencurian rel kereta api di Propinsi Lampung adalah faktor tekanan ekonomi, moral juga mempengaruhi suatu perbuatan pencurian yang tidak memikirkan keselamatan orang lain menyangkut keselamatan banyak orang, Kebutuhan yang semakin tinggi dan harga bahan pangan yang melonjak naik mendorong para pelaku untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan keluarganya. Seseorang yang memiliki tingkat kesejahteraan ekonomi yang rendah lebih sangat rentan terhadap kasus pencurian.


(63)

68

b. Faktor Ekstrinsik (Ekstern)

Faktor ekstrinsik (ektern) yang menyebabkan terjadinya kejatan pencurian rel kereta api di Propinsi Lampung yaitu :

1) Faktor Pendidikan

Faktor pendidikan menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi kejahatan pencurian rel kereta api di Propinsi Lampung, hal ini dikarenakan rendahnya tingkat pendidikan masyarakat yang berada di Kec. Sungkai Selatan, Sungkai Utara dan Belambangan Pagar yang mayoritas lulusan Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) sehingga berpengaruh terhadap tingkah laku dan pola pikir seseorang, baik dalam keluarga maupun didalam masyarakat.

2) Faktor Lingkungan Pergaulan

Lingkungan pergaulan juga secara tidak langsung mempengaruhi tingkah laku dan pola pikir seseorang. Jika lingkungan pergaulan membawa dampak positif maka akan terhindar dari niat jahat untuk melakukan kejahatan ,begitu sebaliknya jika lingkungan pergaulan yang kurang baik dapat menimbulkan kejahatan salah satunya adalah kejahatan pencurian dalam kasus ini adalah kejahatan pencurian rel kereta api di Kec. Sungkai Selatan, Sungkai Utara dan Belambangan Pagar

3) Faktor Pekerjaan

Faktor pekerjaan juga menentukan pendapatan seseorang.Faktor pekerjaan tidak lepas dari faktor pendidikan dengan kondisi masyarakat yang berada di Kec. Sungkai Selatan, Sungkai Utara dan Belambangan Pagar yang secara mayoritas berpendidikan rendah dengan minim keahliaan


(1)

68

b. Faktor Ekstrinsik (Ekstern)

Faktor ekstrinsik (ektern) yang menyebabkan terjadinya kejatan pencurian rel kereta api di Propinsi Lampung yaitu :

1) Faktor Pendidikan

Faktor pendidikan menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi kejahatan pencurian rel kereta api di Propinsi Lampung, hal ini dikarenakan rendahnya tingkat pendidikan masyarakat yang berada di Kec. Sungkai Selatan, Sungkai Utara dan Belambangan Pagar yang mayoritas lulusan Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) sehingga berpengaruh terhadap tingkah laku dan pola pikir seseorang, baik dalam keluarga maupun didalam masyarakat.

2) Faktor Lingkungan Pergaulan

Lingkungan pergaulan juga secara tidak langsung mempengaruhi tingkah laku dan pola pikir seseorang. Jika lingkungan pergaulan membawa dampak positif maka akan terhindar dari niat jahat untuk melakukan kejahatan ,begitu sebaliknya jika lingkungan pergaulan yang kurang baik dapat menimbulkan kejahatan salah satunya adalah kejahatan pencurian dalam kasus ini adalah kejahatan pencurian rel kereta api di Kec. Sungkai Selatan, Sungkai Utara dan Belambangan Pagar

3) Faktor Pekerjaan

Faktor pekerjaan juga menentukan pendapatan seseorang.Faktor pekerjaan tidak lepas dari faktor pendidikan dengan kondisi masyarakat yang berada di Kec. Sungkai Selatan, Sungkai Utara dan Belambangan Pagar yang secara mayoritas berpendidikan rendah dengan minim keahliaan


(2)

mengakibatkan banyaknya pengangguran sehingga mempengaruhi tingkat pendapatan seseorang dan mengakibatkan rendahnya perekonomian masyarakat rendah lebih sangat rentan terhadap kasus pencurian.

4) Faktor Lemahnya Sistem Keamanan Lingkungan Masyarakat,

Lemahnya sistem keamanan lingkungan masyarakat di Kec. Sungkai Selatan, Sungkai Utara dan Belambangan Pagar mengakibatkan terjadinya kejahatan pencurian rel kereta api. Tanpa di sadari sistem keamanan masyarakat merupakan suatu hal yang penting untuk dilaksanakan guna menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat. Sekaligus menjaga fasiltas kereta api yang bersifat untuk masyarakat umum yang merupakan aset negara dan untuk kepentingan bersama.

2. Upaya yang dilakukan oleh aparat penegak hukum dalam menanggulangi terjadinya kejahatan pencurian rel kereta api di Propinsi Lampung yang terjadi di Desa Ketapang Kec. Sungkai Selatan dan Sungkai Utara pada tahun 2012, dan di Kecamatan Belambangan Pagar yang terjadi pada tahun 2013 yaitu terdiri atas dua upaya, upaya penal dan upaya non penal.

1). Upaya penal yang dilakukan adalah dari proses hukum mulai dari tahap penyelidikan, penyidikan sampai tahap putusan ,memasukan pelaku kejahatan di rumah tahanan (rutan) seperti contoh kasus pencurian yang telah di putus dengan nomor putusan No. 290/Pid.B/2013/PN.KB yang dapat dilihat pada tabel halaman 49 dan memberikan hukuman kepada pelaku sesuai dengan putusan tetap hakim sesuai Pasal 363 KUHP dengan ancaman 7 (tujuh) tahun penjara.


(3)

70

2). Upaya Non Penal, upaya non penal yang dilakukan adalah melakukan penyuluhan, pembinaan pada generasi muda, membentuk sistem keamanan dan mengadakan patroli rutin. Upaya non penal dapat juga dilakukan dengan cara pemberdayaan masyarakat dan memberikan bantuan bantuan kepada masyarakat khususnya masyarakat yang tinggal disepanjang jalur perlintasan kereta api serta upaya non penal yang dilakukan oleh perangkat desa adalah bekerja sama dengan Polsek setempat dan ikut serta dalam melakukan pembinaan dan penyuluhan kepada masyarakat.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas maka dalam hal ini penulis dapat memberikan saran yaitu :

1. Untuk mencegah adanya kejahatan pencurian rel kereta api yang ada di propinsi Lampung ialah diharapkan agar pihak penegak hukum dapat bekerja sama dengan baik oleh pihak pemerintah atau dilembaga bidang tertentu untuk memberikan penyuluhan mengenai dampak dari kejahatan baik dalam lingkungan keluarga, maupun dalam lingkungan masyarakat itu sendiri.

2. Dalam upaya penanggulangan kejahatan pencurian rel kereta api, upaya penindakan (represif) terlebih kepada lembaga pemasyarakatan, perlu adanya diberikan upaya pemembina narapidana, agar disuatu kelak nantinya, para narapidana telah menjalani proses pemasyarakatan (warga binaan), dapat memberikan manfaat bagi lingkungan sekitarnya


(4)

Alam, A.S 1985. Kejahatan dan Sistem Pemidanaan. Fakultas Hukum. UNHAS. Ujung Pandang.

--- Kejahatan dan Sistem Pemidanan. Fakultas Hukum. UNHAS. Ujung Pandang.

--- dan Ilyas A. 2010.Pengantar Kriminologi. Pustaka Refleksi. Makassar. ---. 2010. Pengantar Kriminologi. Makassar: Pustaka Refleksi.

Andrisman, T. 2011. Hukum Pidana “ Asas- Asas Dasar Aturan Umum Hukum Pidana Indonesia”.Bandar Lampung.

---. 2007.Hukum pidana. Unila Press. Bandar Lampung

Atmasasmita, R. 2010. Teori dan Kapita Selekta Kriminologi. Refika Aditama. Bandung.

Bertens, K. 2006. Psikoanalisis Sigmund Freud. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Bonger, W. A. 1977. Pengantar Tentang Kriminologi, Pembangunan. Ghalia Indonesia.

Dirdjosisworo, S. 1994.Sinopsis Kriminologi Indonesia. Mandar Madju. Jakarta. Fajar, M. N dan Achmad, Y.2010. Dualisme Penelitian Hukum Normative Dan

Empiri.Pustaka Pelajar. Jogjakarta.

Hendar, S. 2011. Analisis Kriminologis Terhadap Kejahatan perkosaan yang dilakukan antar anak. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Husin, K dan Husin, B. R. 2012. Sistem Peradilan Pidana Indonesia, Lampung: Lembaga Penelitian Universitas Lampung.


(5)

Kansil. C. S. T. 1984. Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia .Balai Pustaka. Jakarta.

Lamintang P.A.F dan Lamintang, T. 2009. Delik-Delik Khusus Kejahatan Terhadap Harta Kekayaanedisi kedua. Sinar Grafika. Jakarta.

Moeljatno.1992.Kriminologi. PT Bina Aksara. Jakarta.

---. 2008. Asas-Asas Hukum Pidana. PT Bina Aksara. Jakarta Mustopa, M. 2007.Kriminologi.FISIP UI PRESS. Depok.

Nasution, S. 2011.Metode research(penelitian Ilmiah). Bumi Aksara. Jakarta.

Prodjodikoro, W .2002. Tindak-tindak Pidana Tertentu di Indonesia. PT. Reflika Aditama. Jakarta.

Rineka Cipta Nawawi, Arif, Barda. 2011. Masalah Penegakan Hukum dan Kebijakan Penanggulangan Kejahatan. PT. Citra Aditya Bakti. Bandung.

Rockles, Sutherland. 1950. Dikemukakan pada kongres di Paris. Perancis

Santoso, Topo dan Zulfa, A. E 2001.Kriminologi. RajaGrafindo Persada. Jakarta Sianturi, S. R dan Kante, E. Y. 2002. Asas-Asas HukumPidana di Indonesia dan

Penerapannya. Satria Grafika. Jakarta.

Simanjuntak, B. 1981. Pengantar Kriminalogi dan Patologi Sosial edisi ke-2. TARSITO. Bandung

Soekanto, S. 1986,.Pengantar Penelitian Hukum. UI-Press. Jakarta. ---.Pengantar Penelitian Hukum. UI Press. Jakarta.

---, S. 2004. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Syahruddin. 2003. Kejahatan dalam Masyarakat dan Upaya Penanggulangannya. Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

Travis, H. 1969.Causes of Delinquency. University of California Press. Berkeley and Los Angeles.


(6)

Bandarlampung News Selasa, 21 Oktober Pukul 9.18 WIB.

Dikutip dari www.anggarajusticia/tindak_pidana_pencurian.htlm diakses tanggal 25 September 2014 Pukul 11.07 WIB

Direktori Mahkamah Agung Republik Indonesia , Putusan No, 290/Pid.B/2013/PN.KB.

Hanum, L. 2008.Pediksi jumlah kejahatan tahun 2008 -2010 pada poltabes medan dansekitarnya.http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/28450/5/Chapt er%20I.Diunduh Pukul 19.10 WIB.

Sinaga .R. 2011.Penerapan Hukum Pidana Terhadap Pencurian Dalam Keluarga Kajian Aspek Hukum Pidana Dan Kriminologi Dalam Kasus No (.490/Pid.b/2007/PN).http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/30176/ 4/Chapter%20I .

Muksalmina. 2011.Sistem Hukum Civil Law (Eropa Continental)

http://muksalmina.com/2011/01/11/histem-hukum-civil-law-eropa-continental. Diunduh pukul 13.38 Wib