Contoh PROPOSAL SKRIPSI individu.docx (1)

PROPOSAL SKRIPSI
ANALISIS KINERJA KEUNGAN DAERAH KOTA NGANJUK
DALAM PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah

“SEMINAR PROPOSAL SKRIPSI”
Dosen Pengampu :
Rokhmat Subagiyo, SE, MEI

Disusun Oleh:
Yuliatin Nurjanah

(17402153126)

SEMESTER VI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS SYARIAH
JURUSAN EKONOMI SYARIAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI TULUNGAGUNG
TAHUN 2018

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Pada dasarnya pembangunan ditujukan untuk mencapai kesejahteraan
masyarakat dan juga kemakmuran masyarakat. Dimana antar dimensi atau
tingkatan saling adanya keterkaitan. Di Indonesia sendiri telah dilaksanakannya
pembangunan sejak lebi dari 40 tahun yang lalu, dan pastinya juga menghasilkan
dampak negatif yang tidak dapat lagi untuk dihindari yang diakibatkan oleh
pembangunan tersebut.
Fokus sasaran strategi ialah mencapai sebuah pertumbuhan ekonomi yang
setinggi-tingginya dalam tempo yang sangat cepat. Strategi ini didasarkan pada
pemikiran teoritis yaitu dengan adanya pertumbuhan ekonomi yang tinggi, maka
kemiskinan dan keterbelakangan daerah pedesaan khususnya dapat teratasi
melalui mekanisme tetesan kebawan (trickle down effect) dari pusat-pusat
pertumbuhan.
Di era otonomi daerah, pembangunan local mestinya berbasis potensi local
daerah, dengan cara menetapkan skala prioritas pembangunan daerah. Otonomi
daerah di Indonesia sendiri didasarkan pada undang-undang no. 22 tahun. 1999
yang diperbarui dengan undang-undang n0.22 tahun. 2004 dan undang-undang
n0.25 tahun 1999 yang diperbarui dengan undang-undang no. 33 tahun. 2004

tentang perimbangan keungan anatara pemerintah pusat dan pemerintah daerah.

Secara umum otonomi daerah dapat diartikan sebagai suatu kewajiban yang
diberikan kepada daerah otonom untuk

dapat mengelola sendiri urusan

pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan undang-undang.
Dalam menjalankan pembangunan eonomi daerah maka diperlukannya sebuah
proses kolaborasi antara pemerintah daerah dan masyarakat dalam pengelolaan
sumber daya yang ada. Keberhasilan

dalam pembangunan ekonomi daerah

tersebut tentunya tidak terlepas dari kemampuan dalam bidang keungan.
Faktor keuangan merupakan faktor esensial dalam mengukur tingkat
kemampuan daerah dalam melaksanakan otonominya. Dimana daerah mampu
membiayai

penyelenggaraan


pemerintah

daerahnya

dengan

tingkat

ketergantungan kepada pemerintah pusat kecil. Pengelolaan keungan dan
anggaran daerah itu sendiri merupakan salah satu aspek penting bagi pemerintah
daerah dimana harus diatur secara hati-hati. Anggaran daerah merupakan
pemegang peranan penting dalam rangka peningkatan pelayanan publik dan
kesejahteraan masyarakat. salah satu diantaranya yaitu Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBD).
Oleh karena itu digunakannya analisis rasio terhadap realisasi APBD guna
untuk meningkatkan kualitas pengelolaan keuangan daerah. Disamping itu analis
rasio juga dapat digunakan untuk menilai efektivitas otonomi daerah. Sehingga
pemerintah daerah diharapkan dapat mengembangkan potensi daerahnya sendiri
dengan sumber dana yang ada dan mampu melaksanakan program pembangunan

ekonomi yang inovatif guna mewujudkan peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Akibatnya pemerintah daerah memaksimalkan mekanisme pembiayaan
pelaksanaan otonomi daerah melalui pajak daerah, retribusi daerah seperti Badan
Usaha Milik Daerah dan Pendapatan Asli Daerah.
Berdasarkan latar belakang diatas diketahui bahwa sebenarnya pendapatan asli
daerah (PAD) merupakan salah satu faktor yang penting dalam pelaksanaan roda
pemerintah suatu daerah yang berprinsip otonomi yang nyata, luas dan
bertanggung jawab. Semakin besar PAD maka semakin besar pula jumlah
keuangan pada daerah tersebut.
Oleh sebab itu penelitian mengambil objek penelitian pada pemerintah daerah
Nganjuk dengan alasan daerah tersebut sebagai daerah otonom dalam urusan
desentralisasi berusaha untuk meningkatkan kemampuan keuangan daerah.
Dengan pengambilan objek tersebut diharapkan peneliti mampu mengetahui
kemampuan dalam pengelolaan keuangan daerah dalam mendukung pelaksanaan
otonomi daerah.
B. Rumusan Masalah
Masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
Bagaimana kinerja keungan Pemerintah Daerah Kota Nganjuk dalam
pelaksanaan Otonomi Daerah ?


C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada rumusan masalah dalam penelitian ini, maka tujuan
penelitian sebagai berikut :
Untuk mengetahui dan menganalisis kinerja keuangan daerah dalam
mendukung Otonomi Daerah di kota Nganjuk.

D. Kegunaan Penelitian
1. Kegunaan Teoritis
Penelitian ini berguna sebagai sumbangan pemikiran dalam hal
tingkat kemampuan Keungan Daaerah di Pemerintah Kota Kediri dalam
rangka mendukung pelaksanaan otonomi daerah.
2. Kegunaan Praktis
a. Bagi Fakultas dan Jurusan
Menambah referensi yang sejenis mengenai penelitian yang serupa
sehingga lebih mempermudah untuk penelitian selanjutnya, yang dapat
digunakan oleh dosen ataupun mahasiswa di Jurusan Ekonomi Syariah
IAIN Tulungagung.
b. Bagi Pemerintah Daerah
Hasil dari penelitian ini di harapkan mampu memberikan masukan

dan pertimbangan dalam pembuatan kebijakan yang berkaitan dengan
Pendapatan Asli Daerah, serta dapat menjadi sebuah masukan bagi
perencanaan pembangunan dan pengambilan keputusan pembangunan

dalam rangka untuk meningkatkan pelaksanaan dari otonomi daerah
itu sendiri.
c. Bagi Peneliti
Salah satu upaya untuk mendapatkan pengalaman dan pengetahuan
yang berharga dalam menulis karya ilmiah dan memperdalam bidang
yang diteliti yaitu Ekonomi Syariah.
d. Bagi Peneliti Selanjutnya
Dapat berguna sebagai bahan referensi dalam bidang ekonomi
syariah yang mengenai manajemen keungan daerah pada umumnya
dan manajeemen pengelolaan keungan daerah pada khususnya.

E. Ruang Lingkup Dan Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian ini ruang lingkup yang dijadikan objek yaitu badan
pendapatan daerah kota Nganjuk,dengan penentuan variabelnya yaitu Analisi
Kinerja Kenuangan Daerah selaku Varibel Independen (sebagai variabel yang
berpengaruh atau yang menyebabkan terjaddi pada variabel dependen, atau dapat

disebut sebagai variabel bebas), dan Pelaksanaan Otonomi Daerah sebagai
Variabel Dependen (sebagai variabel yang dipengaruhi atau variabel yang
menjadi akibat , biasanya disebut juga dengan variabel terikat).
Selain itu penelitian ini juga diberikan keterbatasan atau batasan dari
penelitian tersebut dengan tujuan agar memudah penelitian dan lebih spesifik
dalam melakukan penilitian yaitu disini penulis mencantumkan kota daerah yang

akan dijadikan objek penelitian adalah kantor daerah yang mengelola keungan
daerah di Kota Ngaanjuk.
F. Penegasan Istilah
1. Analisis adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa (karangan,
perbuatan,

dan

sebagainya)

untuk mengetahui

keadaan


yang

sebenarnya (sebab –musebab, duduk perkaranya, dan sebagainya).
2. Otonomi adalah pemerintah sendiri, daerah hak, wewenang dan
kewajiban daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya
sendiri sessuai dengan peraturan perundang-undang yang berlaku.

BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kinerja Keaungan Daerah
Kinerja ialah pencapaian atas apa yang direncanakan, baik oleh pribadi
maupun organisasi.1 Apabila pencapaian sesuai dengan yang direncanakan, maka
kinerja telah terlaksana dengan baik. Kinerja merupakan sebuah istilah yang
difokuskan pada kualitas jasa dan outcome sebagai hasil yang dicapai oleh
individu, organisasi/populasi diluar organisasi yang menjadi sasaran program atau
kegiatan.2
Sedangkan keuangan daerah dapat diartikan sebagai semua hak dan kewajiban
yang dapa dinilai dengan uang, demikian pula segala sesuatu baik berupa ang
maupun barang yang dapat dijadikan kekayaan daerah sepanjang belum dimiliki

oleh Negara atau daerah yang lebih tinggi serta pihak-pihak lain sesuai peaturan
perundang-undang yang berlaku.3
Jadi kenerja keuangan merupakan suatu kinerja yang menggunakan indicator
keuangan. Sedangkan analisis keuangan itu sendiri pada dasarnya digunakan
untuk menilai kinerja pada masa lalu dengan berbagai analisis. Salah satu alat
yang digunakan untuk menganalisis kinerja keungan pemerintah daerah itu seniri
yaitu dengan melakukan analisis rasio terhadap APBD.

1

2
3

Yoyo Sudaryo, Dkk. 2017. Keuangan Di Era Otonomi Daerah. Yogyakarta:
Cv. Andi Offst. aa.8
Ihyaua Uaum. 2012. Audit Sector Publik. Jakarta. Bumi Akfara. aa.19
Abdua aaim Dan Muhammad Syam Kufuf. 2012. Akuntansi Sector Public :
Keuangan Daerah. Jakarta : Saasmba Empat. aa. 19

Analisis rasio keuangan pada APBD ini dapat dilakukan dengan dua cara,

yang pertama dengan membandingkan periode sekarang dengan periode
sebelumnya sehingga dapat diketahui kecenderungannya. Yang kedua dengan
membandingkan dengan daerah lain yang terdekat yang memiliki potensi daerah
yang hamper serupa. Hal tersebut bertujuan untuk mengetahui posisi keuangan
daerah itu sendiri dengan pemerintahan pada daerah lainnya.
Tujuan dari pengukuran kinerja keuangan itu sendiri yaitu :
1. Lebih memperbaiki kinerja pemerintah daerah dari periode sebelumsebelumnya
2. Membantu pemerintah daerah untuk mengalokasikan sumber daya dan
juga untuk membantu dalam pengambilan keputusan
3. Dan mewujudkan pertanggung jawaban publik dan membangun
komunikasi yang baik dengan kelembagaan
Dalam bentuk APBD yang baru, pendapatan dapat dibagi menjadi tiga
diantaranya adalah : Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan, dan
Pendapatan lain-lain dari daerah ersebut yang sah.4 Dari masing-masing
pendapatan memiliki sumber pendapatan sendiri-sendiri sesuai dengan UU No. 33
Tahun 2004 Pasal 5, yaitu :
1. Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Terdiri dari pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan
daerah yang dipisahkan, dan lain-lain PAD yang sah
4


Abdua haaim. 2007. Akuntansi keuangan daerah, sdifi 3. Jakarta: Saasmba
smpat. aa. 23

2. Dana Perimbangan
Terdiri dari Dana Bagi Hasil (PBB,BPHTB, dan Sumber Daya Alam),
Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK)
3. Lain-lain pendapatan daerah yang sah
Diantaranya adalah hibah dan dana darurat

B. Otonomi Daerah
Otonom sendiri diambil dari bahasa Yunani : autos berarti sendiri dan nomos
berarti peraturan atau perundang-undang. Jadi otonom berarti mengatur sendiri ,
atau memerintah sendiri, dalam arti luas adalah hak untuk mengatur atau
mengurus rumah tangga daeah sendiri. Sedangkan daerah ialah satu kesatuan
masyarakat hokum yang mempunyai batasan-batasan wilayah.5
Pemerintah

daerah

sebagai

sebuah institusi

publik

dalam

kegiatan

pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan memerlukan sumber dana atau
modal untuk dapat membiayai pengeluaran pemerintah tersebut (goverment
expenditure) terhadap barang-barang publik (public goods) dan jasa pelayanan.
Tugas ini berkaitan erat dengan kebijakan anggaran pemerintah yang meliputi
penerimaan dan pengeluaran. Untuk mengetahui bahwa suatu daerah otonom
dapat mengurus rumah tangga sendiri ada beberapa tolak ukur yaitu :6

5

6

Winarno Suryo Adifubrata. 2003. Perkembangan Otonomi Daerah Di
Indonesia. Ssmarang : CV. Anska Iam
Giftivsa Rondonuwo. 2016. Anaisis Kinerja Keuangan Pemerintah Provinsi
Sulawesi Utara Tahun Anggaran 2009-2014. Jurnal Riset Bisnis Dan
Manajemen. Voa 4 No.2 2016 :189-200

1. Kemampuan structural
2. Kemampuan aparatur pemerintah daerah
3. Kemampuan mendorong partisipasi masyarakat
4. Kemampuan keuangan daerah
Tujuan dari kebijakan otonomi daerah ada dua, diantaranya adalah tujuan
umum dan tujuan khusus. Tujuan umunya adalah untuk meningkatkan kualitas
keadilan, demokrasi, dan kesejahteraan bagi seluruh unsur bangsa yang beragam
didalam NKRI. Adapun tujuan khususnya yaitu:
1. Meningkatkan keterlibatan dan partisipasi masyarakat
2. Meberikan pendidikan politik kepada masyarakat
3. Memberikan kesempatan masyarakat untuk memilih pemimpin mereka
secara langsung dan demokratis
4. Membangun saling kepercayaan7
Beberapa

faktor

yang

mempengaruhi

pelaksanaan

otonomi

daerah,

diantaranya adalah :
1. Manusia peaksananya harus baik
Manusia merupakan faktor esensial dalam penyelenggaraan pemerintah
daerah. Disini manusia adalah penggerak dari proses mekanise dan sistem
dari pemerintah itu sendiri.

2. Keuangan harus cukup dan baik
7

Syamfudin arif, Dkk. 2006. Membangun Format Baru Otonomi Daerah.
Jakarta : LIPI Prsff. aa.161

Keuangan disini berhubungan dengan segala hal yang bersangkutan
dengan keuangan, diantaranya yaitu sumber pendapatan, jumlah uang yang
cukup, dan pengelolaan keuangan.
3. Peralatan yang cukup dan baik
Disini berartikan setiap benda atau alat yang dapat digunakan untuk proses
berjalannya pemerintah daerah.8

C. Analisis Kinerja Keuangan Daerah
Sejalan dengan tujuan analisis rasio keuangan maka ada beberapa indikator
untuk melihat keberhasilan kinerja pengelolaan keuangan daerah. Salah satu
indikator keberhasilan kinerja pengelolaan keuangan adalah keberhasilan dalam
peningkatan pertumbuhan ekonomi. Dengan adanya pertumbuhan ekonomi
diharapkan hal ini akan membuka kesempatan bagi daerah untuk mengurangi
jumlah pengangguran serta menurunkan jumlah masyarakat miskin.
Penggunaan analisa rasio pada sektor publik khususunya terhadap APBD
belum banyak dilakukan sehingga secara teori belum ada kesepakatan secara bulat
mengenai nama dan kaidah pengukurannya. Meskipun demikian dalam rangka
pengelolaan keuangan daerah yang transparan, jujur, demokratis, efektif, efisien
dan akuntabel, analisis rasio terhadap APBD perlu dilaksanakan meskipun kaidah
perakuntasian dalam APBD berbeda dengan laporan keuangan di sektor privat.
Adapun rasio-rasio tersebut meliputi:9
8

Jofsf Riwu Kaho. 2007. Prospek Otonomi Daerah. Jakarta : PT Raja Grafndo
Psrfada. aa.64
9
Yoyo Sudaryo, Dkk. 2017. Keuangan Di Era Otonomi Daerah. Yogyakarta: Cv.
Andi Offst. aa. 11

1. Rasio Kemandirian Keuangan Daerah
Rasio ini menunjukkan tingkat kemampuan suatu daerah dalam
membiayai sendiri kegiatan pemerintah, pembangunan dan pelayanan
kepada masyarakat yang telah membayar pajak dan retribusi sebagai
sumber pendapatan yang diperlukan daerah.
2. Rasio Efektivitas terhadap PAD
Ditetapkan berdasarkan dari potensi riil yang ada pada daerah
tersebut.
3. Rasio Efisiensi Keuangan Daerah
Rasio yang menggambarkan perbandingan antara output dan input
atau realisasi pengeluaran dengan realisasi penerimaan yang di dapat
daerah.
4. Rasio-rasio Keserasian Belanja Daerah
Rasio

yang

menggambarkan

bagaimana

pemerintah

mengalokasikan dana untuk belanja pembangunan/operasional secara
optimal.

D. Penelitian Terdahulu
Terdapat 3 penelitian terdahulu yang mana dalam penelitiannya
menggunakan variabel yang diangkat oleh peneliti. Diantaranya Rasio

Kemandirian Keuangan Daerah, Rasio derajat desentralisasi fiscal, Rasio indeks
kemampuan rutin, Rasio keserasian, dan Rasio pertumbuhan. Dari 5 rasio tersebut
peneliti terdahulu menggunakan metode penelitian deskriptif kuantitatif dengan
menggunakan analisis kinerja keuangan. Selain itu juga ditunjang dengan
menggunakan beberapa jurnal. Penelitian terdahulu disajikan dalam bentuk tabel
dibawan ini:
Lokasi
No

Peneliti

Judul Penelitian

Hasil Penelitian
Penelitian

Analisis

Kinerja
Badan

Keuangan Daeah
Rivaldo

analisis

rasio

kinerja

Pengelolaan
Kota

Kediri

Adyaka
1.

Hasil

keungan

kota

Kediri

Pendapatan,
Dalam

menunjukan

Kurniawan

Keuangan
Elaksanaan

(2017)

tingkat

Dan
kemandirian

keungan

yang

Aset Daerah Kota
Otonomi Daerah

positif.
Kediri

2.

David Efendi

Tahun 2012-2015
Analisis

Pemda Kabupaten

Rasio

Perkembangan

Nganjuk

daerah pemerintah Kabupaten

kemandirian

Kemampuan

Nganjuk

Keuangan Daerah

diantara 0 %-25

Dalam

% yaitu sebesar 8,80%. Artinya

Mendukung

angka tersebut memiliki status

Pelaksanaan

rendah

Otoda

Desentralisasi Fiskal Pemerintah

Di

Kabupaten

Nganjuk

memiliki

keuangan

sekali.

Kabupaten

Dan

Nganjuk

rata-rata

Derajat

selama

enam tahun memiliki rata-rata

sebesar 8,08%. hal ini berarti
bahwa kemampuan pemerintah
Kabupaten

Nganjuk

dalam

rangka
meningkatkan Pendapatan Asli
Daerah

guna

pembangunan
3.

Manado

membiayai
masih

sangat

kurang
Kota Manado masih sedikit

Nikmahastuti

Analisis

Kota

Rahman

Perbandingan

Dan

lebih unggul dengan

Kemampuan

Kota Bitung

rata-rata pertumbuhan mencapai

Keuangan Daerah

2 % setiap tahunnya

Di

dibandingkan

Provinsi

dengan

Kota

Sulawesi Utara

Bitung yang hanya mencapai 1

(Studi Pada Kota

% tingkat

Manado Dan Kota

pertumbuhan tiap tahun dan

Bitung

berada di bawah 10 % tingkat

Tahun
2012)

2008-

kemandirian.
Berdasarkan penghitungan yang
dilakukan

melalui

berbagai

analisis rasio, didapati bahwa
kemampuan Kota Manado dan
Bitung masih amat kecil dan
tergolong kurang mampu untuk
membiayai pengeluaran rutin
yang

dilakukan,

hal

ini

dikarenakan tingkat kemampuan
Pendapatan Asli
Daerah (PAD) dalam menopang
total pendapatan daerah masih
berada pada tingkatan di bawah
20 %
dan pertumbuhan yang hanya
mencapai

2

menyebabkan

%

per

tahun

sebagian besar

pendapatan
daerah masih bergantung pada
dana transfer dari pemerintah
pusat.

E. Kerangka Konseptual
Analisis kinerja keungan daerah kota Nganjuk dalam pelaksanaan otonomi
daerah. Variabel penelitian :
(X) Kinerja Keungan Daerah
(Y) Otonomi Daerah
Rumusan Masalahnya :
Bagaimana kinerja keungan pemerintah daerah dalam pelaksanaan otonomi daerah ?
Berikut dikemukakan kerangka fikiran :

(X) Kinerja Keungan

Daerah

(Y)Otonomi Daerah

Sumber : Subagiyo, Metode Penelitian….,hal. 37

Pola pengaruh dalam penelitian diatas dapat dijelaskan sebagai berikut :
Untuk mengetahui dan menganalisis kinerja keungan daerah dalam
mendukung pelaksanaan otonomi daerah di Kota Nganjuk.

BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Dari jenis penelitian ini tergolong penelitian diskriptif kuantitatif. Penelitian
diskriptif adalah suatu metode yang dipakai untuk menggali informasi untuk dapat
melakukan penggambaran variable dan data demografi dari sebuah sampel. Ukuran
yang dipakai bisa berupa gambar, tabel, frekuensi, dan varian koefisien korelasi antar
variabl penelitian.10 Tujuan dari penelitian diskriptif sendiri yaitu untuk membuat
gambaran secara sistematis dan akurat antar hubungan fenomena yang akan diteliti.
Penelitian diskriptif juga dapat diartikan sebagai suatu metode penelitian yang
menggambarkan semua data atau keadaan suatu obyek/subyek penelitian kemudian
dianalisis dibandingkan dengan kenyataan dilapangan dan setelah itu mencoba untuk
memberi pemecahan masalahnya.11penelitian ini digolongkan dalam jenis penelitian
diskriptif kuantitatif karena analisis diskriptif disini didasarkan pada data melalui
angka yang dapat membantu data yang terlihat. Penelitian ini berusaha untuk
mendapatkan gambaran dan menganaisis kinerja keuangan di daerah Nganjuk dalam
pelaksanaan otonomi daerah.

10

11

Rokhmat Subagiyo. 2017. Metode Penelitian Ekonomi Islam. Jakat : Aaimf
Pubaifhing. aa. 101
Rsftu Kartiko Widi. 2010. Asas Metodoloi Penelitian (Sebuah Pengenalan Dan
Penentuan Langkah Demi Langkah Pelaksanaan Penelitian). Edifi Psrtama.
Yogyakarta : Graha Iamu. aa. 84

B. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di daerah kabupaten Nganjuk dengan pengambilan data
dari PEMDA Kabupaten Nganjuk.
C. Jenis Dan Sumber Data
Data memiliki tipe atau jenis yang berbeda-beda. Adapun dari jenis data
diantaranya yaitu12 :
1. Data kuantitatif adalah data yang yang diinput dari informasi satuan angka,
bersifat bula/utuh atau kontinyu.
2. Data kulitatif adalah informasi data yang diperoleh dari yang bukan
merupakan satuan angka. Akan tetapi berupa kalimat, kata, atau gambar. Data
kualitatif dalam penelitian ini menggunkan data mengenai sejarah perusahaan,
visi misi, struktur organisasi, dan informai yang akan dibutuhkan dalam
penelitian.

D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data disini dapat diartikan sebagai cara atau metode untuk
mendapatkan data dengan sebenarbenarnya agar hasil penelitian sangan berguna dan
12

Rokhmat Subagiyo. 2017. Metode Penelitian Ekonomi Islam. Jakata: Aaimf
Pubaifhing. aa. 74

efektif.

Teknik

pengumpulan

data

disini

menggunakan

metode

interview

(wawancara) dan metode observasi langsung di lapangan .
E. Analisis Data
Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif komparatif. Deskriptif
komparatif adalah suatu jenis metode penelitian yang ingin mencari jawaban secara
mendasar tentang sebab akibat dengan menganalisis faktor-faktor terjadinya atau
munculnya fenomena tertentu.13langkah-langkah analisis dyaitu :
1. Menghitung dengan rasio keungan yang diantaranya yaitu rasio kemandirian
keungan daerah, rasio derajat desentralisasi fiscal, rasio indeks kemampuan
rutin, rasio pertumbuhan, rasio keserasian, dan rasio efekifitas dan efisiensi
PAD
2. Menginterprestasikan hasil perhitungan dari rasio-rasio diatas.
3. Membandingkan rasio keungan dengan pola hubungan tingkat kemampuan
keuangan daerah
4. Melakukan pemahaman terhadap masing-masing rasio
5. Kesimpulan dan rekomendasi
Dari langkah-langkah analisis tersebut maka akan didapatkan hasil dari analisis
keuangan daerah dalam pelaksanaan otonomi daerah di Kabupaten Nganjuk.

13

Muhammad Nazir. 2003. Metode Penelitian. Jakarta : Ghaaia Indonsfia.

aa. 31

DAFTAR PUSTAKA
Adisubrata ,Winarno Suryo. 2003. Perkembangan Otonomi Daerah Di Indonesia.
Semarang : CV. Aneka Ilmu
Ananda, Candra Fajri. 2017. Pembangunan Ekonomi Daerah : Dinamika Dan
Strategi Pembangunan. Malang : UB Press
Halim, Abdul Dan Muhammad Syam Kusufi. 2012. Akuntansi Sector Public :
Keuangan Daerah. Jakarta : Salemba Empat.
Halim, Abdul. 2007. Akuntansi Keuangan Daerah, Edisi 3. Jakarta : Salemba Empat.
Haris, Syamsudin, Dkk. 2006. Membangun Format Baru Otonomi Daerah. Jakarta :
LIPI Press.
Jusmawati. 2011 (Online).
Kabupaten

Analisis Kinerja Keuangan Daerahpemerintah

Soppengterhadap

Efisiensi Pendapatan

Asli

Daerah.

Https://Www.Scribd.Com/Doc/133595011/Analisis-Kinerja-Keuangan-Daerah
(Diakses 28/-5/2018)
Kaho, Josef Riwu. 2007. Prospek Otonomi Daerah. Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada.
Nazir, Muhammad. 2003. Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia.

Rondonuwo, Giftivel. 2016. Anaisis Kinerja Keuangan Pemerintah Provinsi
Sulawesi Utara Tahun Anggaran 2009-2014. Jurnal Riset Bisnis Dan
Manajemen. Vol 4 No.2 2016 :189-200
Subagiyo, Rokhmat. 2017. Metode Penelitian Ekonomi Islam. Jakata : Alims
Publishing.
Sudaryo, Yoyo, Dkk. 2017. Keuangan Di Era Otonomi Daerah. Yogyakarta. CV.
Andi Offset
Sudaryo, Yoyo, Dkk. 2017. Keuangan Di Era Otonomi Daerah. Yogyakarta. Cv.
Andi Offset.
Sumarsono, Hadi, Dkk. 2017. Indigenous Ekonomi Pembangunan Daerah. Malang :
Gunung Samudera
Ulum, Ihyaul. 2012. Audit Sector Publik. Jakarta : Bumi Aksara.
Widi, Restu Kartiko. 2010. Asas Metodoloi Penelitian (Sebuah Pengenalan Dan
Penentuan Langkah Demi Langkah Pelaksanaan Penelitian). Edisi Pertama.
Yogyakarta : Graha Ilmu.