Makalah LK II Intermediate tranning Kema
PERAN SEKTOR PERTANIAN UNTUK KEMANDIRIAN EKONOMI
DALAM MENJAGA STABILITAS PEREKONOMIAN NEGARA
Disusun untuk melengkapi persyaratan peserta Intermadiate Training (LK II)
HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
CABANG SEMARANG 21 – 27 AGUSTUS 2017
Disusun oleh:
IFAN FADLILLAH
HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
CABANG SURABAYA
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Allah SWT atas segala berkat, nikmat, dan karunia
yang telah diberikan-Nya penulis dimampukan untuk menyelesaikan makalah ini
sebagai salah satu syarat untuk dapat mengikuti Latihan Kader II (Intermediate
Training) Himpunan Mahasiswa Islam di Cabang Semarang.
Penulis juga ingin menyampaikan terima kasih kepada orang tua, yang
dengan penuh kerelaan hati mengizinkan penulis untuk melanjutkan jenjang
training di HMI. Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada kawankawan dan senior HMI Cabang Surabaya yang telah banyak memberikan
dukungan serta dorongan untuk menyelesaikan makalah dan mengikuti Latihan
Kader II HMI Cabang Semarang.
Penulis bermaksud menyampaikan kepada pembaca umumnya kepada
masyarakat Indonesia tentang pentingnya peran sektor pertanian dalam menjaga
stabilitas perekonomian bangsa. Karena seiring perkembangan zaman sektor
pertanian semakin di abaikan, padahal segala aspek kehidupan membutuhkan
hasil dari sektor pertanian yang merupakan bagian dari kebutuhan primer.
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat yang optimal dalam
proses peningkatan perekonomian Indonesia, sehingga pembaca dapat belajar
menciptakan dan mengembangkan sektor pertanian. Di lain sisi penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak
sebagai bahan penyempurna makalah ini.
Akhir kata penulis berharap semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat yang besar bagi semua pihak yang membutuhkan.
Surabaya, 02 Agustus 2017
Penulis,
Ifan Fadlillah
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ....................................................................................... i
DAFTAR ISI ..................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
1.1 Latar belakang............................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 2
1.3 Tujuan......................................................................................................... .2
1.4 Pembatasan Masalah ..................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................... 3
2.1 Pengertian Pertanian...................................................................................... 3
2.2 Pengertian Sistem Ekonomi........................................................................... 7
2.3 Sistem-sistem Ekonomi ................................................................................. 7
2.4 Sistem Ekonomi Indonesia ............................................................................ 9
2.5 Sejarah Perekonomian dan Pertanian Indonesia ........................................... 10
2.6 Peranan Sektor Pertanian Dalam Kemandirian Ekonomi ............................. 14
2.7 Masalah Dasar Ekonomi Pertanian .............................................................. 16
2.8 Langkah Yang Dilakukan Dalam Mengembangkan Sektor Pertanian Untuk
Menjaga Stabilitas Ekonomi ........................................................................ 17
BAB III PENUTUP ......................................................................................... 20
3.1 Kesimpulan ................................................................................................. 20
3.2 Saran........................................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 21
CURICULUM VITAE .................................................................................... 22
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia adalah negara agraris, dan pernah mendapat penghargaan dari FAO
(Food and Agriculture Organization) atas keberhasilannya dalam swasembada
beras. Hal itulah yang tak asing kita dengar atu pernah kita baca dari teks
pelajaran di bangku sekolah atau media cetak. Negara Indonesia merupakan
Negara yang terkenal akan sumber daya alamnya. Kerena hal tersebut masyarakat
Indonesia bermatapencaharian sebagai petani dengan potensi tanah Indonesia
yang termasuk kategori tanah yang subur.
Pertanian merupakan bagian dari sektor primer dalam menyongsong
perokonomian Indonesia. Artinya pertanian merupakan sektor utama yang turut
menyumbang hampir dari setengah perekonomian Negara. Oleh karena itu perlu
adanya peningkatan peningkatan dalam sektor pertanian sehingga mampu
bersaing di pasar dalam negeri maupun luar negeri.
Seiring perkembangan zaman, sektor pertanian semakin diabaikan oleh
kalangan umum, khususnya pemuda. Pendidikan di bidang pertanian dianggap
sebelah mata karena beranggapan prospek kerja serta nilai jual yang didapatkan
sangat kecil. Padahal di balik itu semua tersimpan keuntungan yang luar biasa
dalam bidang pertanian, karena segala aspek kehidupan dan kebutuhan pasti
membutuhkan hasil dari bidang pertanian, terutama dalam hal pangan.
Transformasi struktural perekonomian Indonesia menuju ke corak yang
industrual tidak dengan sendirinya melenyapkan nuansa agraritasnya. Berbagai
teori pertumbuhan ekonomi klasik dan studi Bank Dunia menunjukan,bahwa
sukses perkembangan sektor industri di suatu negara selalu diiringi dengan
perbaikan produktifitas dan pertumbuhan berkelanjutan di sektor pertanian.Selain
menyediakan kebutuhan pangan bagi penduduk serta menyerap tenaga kerja,
sektor pertanian juga merupakan pemasok bahan baku bagi sektor industri dan
menjadi sumber penghasil devisa.
Agar sektor pertanian dapat terus memberikan peran pada perekonian
Indonesia, perlu adanya suatu perencanaan pembangunan yang efisien di sektor
ini. Salah satunya adalah dengan melakukan investasi. Dengan adanya investasi di
1
sektor ini diharapkan akan memicu keaikan output serta input demand yang akan
berpengaruh terhadap kenaikan pendapatan, kesempatan kerja, serta mendorong
perekonomian Indonesia.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi pertanian?
2. Apa pengertian sistem ekonomi dan bagaimana sistem ekonomi yang ada
di Indonesia, serta bagaimana sejarah ekonomi yang ada di Indonesia?
3. Apa pentingnya peranan sektor pertanian terhadap kemandirian ekonomi?
4. Bagaimana langkah yang harus dilakukan dalam mengembangkan sektor
pertanian untuk menjaga stabilitas perekonomian?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui definisi pertanian.
2. Mengetahui pengertian sitem ekonomi dan bagaimana sistem ekonomi
yang ada di Indonesia, serta bagaimana sejarah ekonomi yang ada di
Indonesia.
3. Mengetahui pentingnya peranan sektor pertanian terhadap perekonomian.
4. Mengeahui langkah yang harus dilakukan dalam mengembangkan sektor
pertanian untuk menjaga stabilitas perekonomian.
1.4 Pembatasan Masalah
Untuk mempermudah pembahasan agar masalah yang dibahas tidak melebar
dan tidak terlalu luas sehingga dapat mengaburkan topic permasalahan yang
utama, maka penulis menganggap perlunya dibuat batasan masalah pada makalah
ini. Pembahasan makalah ini tidak mencakup pembahasan sektor pertanian secara
terkhusus dalam suatu daerah, dan tidak terkhusus pada suatu komoditas.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Sebagaimana telah dikatakan, ilmu ekonomi pertanian itu adalah suatu
ilmu yang mempelajari masalah pertanian dari sudut ekonomi. Sebelum
pembahasan dari ilmu tersebut, maka ada baiknya untuk mengetahui tentang apa
yang dimaksud pertanian tersebut. Hal ini perlu diketahui, karena istilah pertanian
dalam percakapan sehari-hari mempunyai arti yang berlainan dengan istilah yang
ada dalam ilmu pertanian.
2.1 Pengertian Pertanian
Pertanian adalah suatu jenis kegiatan produksi yang berlandaskan proses
pertumbuhan tumbuh-tumbuhan dan hewan (Soetriono & Suwandari, 2016).
Pertanian dalam arti sempit dinamakan dengan pertanian rakyat, dalam
percakapan sehari-hari yang dimaksud dengan pertanian ialah hanya sebatas
bercocok tanam. Pengertian tersebut oleh ilmu pertanian dianggap sempit, maka
pertanian menurut paham sehari-hari lazim disebut dengan “pertanian dalam arti
yang sempit”. Sedangkan menurut ilmu pertanian dalam arti luas, istilah pertanian
tidaklah saja meliputi pertanian dalam arti yang sempit, ia meliputi juga cabangcabang produksi seperti; peternakan, perikanan, kehutanan, perkebunan dan
sebagainya. Karena itu pertanian menurut ilmu pertanian lazim disebut orang
“pertanian dalam arti yang luas” (Tohir, 1965).
Untuk mengetahui bahwa suatu jenis cabang produksi itu adalah
perusahaan pertanian, meekipun demikian secara kasar (global) dapatlah
dikatakan suatu jenis perusahaan itu adalah usaha pertanian dalam arti yang luas,
jika usaha tersebut mengandung tanda-tanda, pertama dalam cabang produksi
yang dimaksudkan itu terdapat perubahan-perubahan zat dan atau bahan anorganis
menjadi bahan-bahan organis dengan bantuan tumbuh-tumbuhan atau hewan.
Kedua cabang produksi yang dimaksudkan itu mempunyai sifat reproduktif,
artinya usaha untuk memperbarui, usaha-usaha untuk pembaruan misalnya,
pembibitan, pembenihan, dan lain sebagainya. Jika kedua tanda tersebut tidak
terdapat, maka cabang produksi itu pada asasnya tidak dapat digolongkan dalam
3
pertanian. Berdasarkan uraian tersebut, maka cabang-cabang produksi seperti
perikanan laut, pengumpulan hasil lading atau hutan, sebenarnya tidak dapat
dimasukkan dalam golongan pertanian. cabang-cabang produksi tersebut lazim
disebut “usaha pengumpulan” (Tohir, 1965)
Secara garis besar, pengertian pertanian dapat diringkas menjadi:
1. Proses produksi
2. Petani atau pengusaha
3. Tanah tempat usaha tani
4. Usaha pertanian (farm business)
2.1.1 Proses Produksi
Tumbuh-tumbuhan merupakan pabrik pertanian primer.
Tumbuh-
tumbuhan mengambil CO2 dari udara melalui daun dan mengambil air beserta
unsur hara yang terkandung dari tanah melalui akar. Dari sini, tumbuhan
menggunakan energy sinar matahari kemudian dihasilkannya biji, buah, serat,
minyak, kayu, dan sebagaunya. Secara singkat, dapat dinyatakan bahwa
pertumbuhan tanaman ditentukan oleh factor genetic (Q) dan factor lingkungan
(X) (Soetriono & Suwandari, 2016).
Ternak dan ikan merupakan pabrik pertanian yang kedua. Tergantung
jenisnya, mereka makan berbagai jenis tumbuhan dan bagian tumbuhantumbuhan. Pertanian mulai mengambil peranan dalam pertumbuhan tanaman atau
hewan serta mengatur bagi pemenuhan kebutuhan manusia. Besar peranan
manusia dalam hal ini menentukan tingkat kemajuan pertanian (Soetriono &
Suwandari, 2016).
Sifat-sifat proses produksi biologi dalam pertanian mempunyai banyak implikasi
bagi pengembangan pertanian itu sendiri, antara lain:
a. Pertanian memerlukan tempat yang tersebar luas
b. Jenis usaha tani dan potensi prodeksi pertanian berbeda dari satu tempat ke
lain tempat
c. Kegiatan dan produksi pertanian bersifat musiman
4
d. Suatu perubahan dalam suatu tindakan memerlukan perubahan dalam hal
lain
e. Pertanian modern selalu berubah
2.1.2 Petani atau pengusaha
Perbedaan utama antara tumbuh-tumbuhan dan hewan liar dengan
pertanian adalah adanya manusia sebagai pelaku. Manusia yang berusaha
mengatur atau menghasilkan-tumbuh-tumbuhan dan hewan menggunakan
hasilnya, mengubah tempat tumbuhan dan hewan serta lingkungannya agar dapat
memenuhi kebutuhan manusia, manusia ini disebut petani atau pengusaha
pertanian. dalam kegiatan usaha tani, petani merangkap dua peranan yaitu sebagai
penggarap dan manajer (Soetriono & Suwandari, 2016).
Ilmu ekonomi pertanian ialah pengetahuan ini sifatnya kurang exakt.
Tugas yang utama dari ilmu ini adalah mempelajari masalah-masalah pertanian
dari sudut ekonomi. Sebagaimana kita telah memakluminya, masalah-masalah
ekonomi dari pertanian dapat ditinjau dari sudut masyarakat (atau umum) maupun
dari sudut pera pengusaha (petani) sendiri. Berdasarkan jurusan peninjauan
tersebut, maka ilmu ekonomi pertanian itu dalam garis besarnya dapat dibagi atas
dua bagian, yaitu “ilmu ekonomi pertanian umum” dan “ilmu ekonomi pertanian
khusus” (Tohir, 1965).
Ilmu ekonomi pertanian umum ini ditugaskan untuk menemukan
perhubungan ekonomis antara sebab dan akibat dari segala peristiwa yang
terdapat dalam pertanian dalam arti yang sangat luas. Sedangkan ilmu ekonomi
secara khusus, merupakan suatu ilmu yang mempelajari segala hal ihwal
perusahaan-perusahaan pertanian dalam arti yang luas dari sudut ekonomi dan
dari sudut pengusaha (Tohir, 1965).
2.1.3 Ciri-ciri Pertanian
Kelompok factor esensiil dan iklim suatu waktu dapat berkolerasi positif,
tetapi pada waktu lain dapat berkolerasi negative, sehingga ada tingkat tertentu di
mana factor-faktor yang termasuk di dalamnya berpengaruh paling baik terhadap
jumlah produk yang diberikan. Tingkat tertentu dari suatu factor yang
5
memberikan pengaruh paling baik terhadap jumlah produk yang diberikan disebut
tingkat optimum, karena pada tingkat tersebut jumlah produknya maksimum
(Soetriono & Suwandari, 2016).
Jadi, pertanian dapat dikatakan mulai ada bersamaan dengan mulai adanya
factor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman diatur atau ditangani oleh
manusia. Pengaturan faktor-faktor itu dinamakan teknologi, dan makin banyak
factor yang ditangani serta semakin intensif penanganannya sering dinamakan
“teknologi tinggi”. Sedang faktor-faktor yang berkolerasi positif maupun negative
diatur seoptimal mungin. Meningkatkan luas panen dapat dilakukan dengan
meningkatkan luas tanaman dan menekan kegagalan panen. Meningkatkan luas
panen dapat dilakukan dengan jalan memperluas lahan pertanian yang bisa disebut
dengan “ekstensifikasi”, atau meningkatkan frekkuensi tanam pada lahan yang
sama (Soetriono & Suwandari, 2016).
Lahan adalah suatu hamparan dari tanah. Sedangkan, tanah ialah produk
dari pelapukan batuan bercampur dengan produk dari dekomposis bahan organic,
dan merupakan media tumbuh tanaman (Soetriono & Suwandari, 2016).
2.1.4 Sasaran Usaha Pertanian
Sasarna pertanian ada dua, yaitu sasaran sebelum panen atau sasaran pra
panen dan sasaran sesudah panen atau sasaran pasca panen. Sasaran pra panen
adalah hasil pertanian yang setinggi-tingginya. Sasaran ini merupakan sasaran
tahap pertama atau sasaran fisis. Sasaran tahap kedua yaitu sasaran ekonomi atau
sasaran akhir ialah pendapatan atau keuntungan yang sebanyak-banyaknya tiap
satuan luas lahan yang diusahakan. Ada tindakan optimum fisis yang
pengaturannya dalam periode pra panen, dan ada tindakan optimum ekonomis
yang pengaturannya dapat dalam pra panen maupun periode pasca panen.
(Soetriono & Suwandari, 2016)
Turunnya pendapatan atau keuntungan akibat menaikkan tingkat
intensifikasi di atas tingkat optimum ekonomis karena nilai masukan yang
ditambahkan lebih besar daripada nilai tambahnya. Meningkatkan intensifikasi
6
dengan tujuan menaikkan hasil sekaligus menaikkan pendapatan hanya bisa
tercapai sebelum tingkat optimum ekonomis tercapai.
2.2 Pengertian sistem ekonomi
Menurut Dumairy (1996), sistem ekonomi adalah suatu sistem yang
mengatur serta menjalin hubungan ekonomi antar manusia dengan seperangkat
kelembagaan dalam suatu tatanan kehidupan. Sebuah system ekonomi terdiri atas
unsur-unsur manusia sebagai subjek, barang-barang ekonomi sebagai objek, serta
perangkat kelembagaan dimaksud meliputi lembaga-lembaga ekonomi (formal
maupun nonformal), cara kerja, mekanisme hubungan, hukum dan peraturanperaturan perekonomian, serta kaidah dan norma-norma lain (tertulis maupun
tidak tertulis), yang dipilih atau diterima atau ditetapkan oleh masyarakat di
tempat tatanan kehidupan yang bersangkutan berlangsung. Jadi dalam perangkat
kelembagaan ini termasuk juga kebiasaan, perilaku, dan etika masyarakat.
Sebagaimana mereka terapkan dalam berbagai aktifitas yang berkenaan dengn
pemanfaatan sumber daya bagi pemenuhan kebutuhan (Tambunan, 2014).
Dengan demikian system ekonomi dapat diartikan sebagai susunan
organisasi ekonomi yang mantap dan teratur. Dalam system ekonomi, dibahs pula
mengenai persoalan pengambilan keputusan dalam tata susunan organisasi
ekonomi untuk menjawab persoalan-persoalan ekonomi masyarakat dalam
mewujudkan tujuan nasional.
2.3 Sistem-sistem Ekonomi
2.3.1 Sistem Ekonomi Kapitalis
Dalam Sanusi, system ekonomi kapitalis adalah suatu suatu system
ekonomi di mana kekayaan yang produktif terutama dimiliki secara pribadi dan
produksi terutama dilakukan untuk dijual. Adapun tujuan pemilikan secara pribadi
ialah untuk memperoleh suatu keuntungan/laba yang cukup besar dari hasil
menggunakan kekayaan yang produktif. Jelas sekali bahwa motif mencari
7
keuntungan/laba, bersama-sama dengan lembaga warisan dipupuk oleh hokum
perjanjian sebagai mesin kapitalisme yang besar (Tambunan, 2014).
Terdapat enam asas yang dapat dilihat sebagai ciri dari system ekonomi
kapitalis, yaitu sebagai berikut:
a. Hak milik pribadi
b. Kebebasan berusaha dan kebebasan memilih
c. Motif kepentingan diri sendiri
d. Persaingan
e. Harga ditentukan oleh mekanisme pasar
f. Peranan terbatas pemerintah
2.3.2 Sistem Ekonomi Sosialis
Seperti yang dijelaskan di Dumairy (1996), system ekonomi sosialis
adalah kebalikan dari system ekonomi kapitalis. Bagi kalangan sosialis, pasar
justru harus dikendalikan melalui perencanaan terpusat. Adanya berbagai distorsi
dalam mekanisme pasar, menyebabkannya tidak mungkin bekerja secara efisien,
oleh karena itu, pemerintah atau Negara harus turut aktif bermain dalam
perekonomian. Satu hal yang penting untuk dicatat berkenaan dengan system
ekonomi sosialis bahwa system ini bukanlah system ekonomi yang tidak
memandang penting peranan kapital (Tambunan, 2014).
System ekonomi sosisalis dapat dibagi dalam dua subsistem, yaitu system
ekonomi dari Marxis, dan system ekonomi sosialisme demokrat. Sistem ekonomi
sosialis Marxis disebut juga system ekonomi komando, di mana seluruh unit
ekonomi, baik bagi produsen, konsumen, maupun pekerja, tidak diperkenankan
untuk mengambil keputusan secara sendiri-sendiri yang menyimpang dari
komando otoritas tertinggi, yakni partai. Dalam perkataan lain, pada system
ekonomi sosialis Marxis, ruang gerak bagi pelaku-pelaku ekonomi untuk
mengambil inisiatif sendiri dapat dikatakan tidak ada sama sekali. Dalam system
ekonomi sosialisme demokrat, seperti yang dianut oleh banyak Negara di Eropa
Barat (terutama jerman), dapat dikatakan bahwa kekuasaan otoritas tertinggi jauh
berkurang. Dalam system ini, di satu pihak ada kebebasan individu seperti dalam
8
system ekonomi kapitalis, misalnya produsen bebas memilih jenis dan berapa
banyak produksi yang akan dibuat, konsumen bebas memilih barang mana yang
dikehendaki, dan pekerja bebas menentukan jenis pekerjaan apa yag
diinginkannya. Dalam system ekonomi sosialisme demoktrat, peran pemerintah
lebih besar (Tambunan, 2003).
2.3.3 Sistem Ekonomi Campuran
System ekonomi campuran adalah system yang mengandung beberapa
elemen dari ekonomi kapitalis dan system ekonomi sosialis. Seperti telah
dikatakan sebelumnya, sekarang ini tidak ada satu pun (kecuali di Korea Utara)
Negara yang menerapkan system ekonomi sosialis ataunkapitalis 100%. Jadi,
system ini merupakan “campuran” antara kedua ekstrem system ekonomi tersebut
di atas dengan berbagai variasi kadar dominasinya.
Sanusi (2000) menjelaskan system ekonomi campuran sebagai berikut.
Dalam system ekonomi campuran di mana kekuasaan serta kebebasan berjalan
secara bersama walaupun dalam kadar yang berbeda-beda. Ada system ekonomi
campuran yang mendekati system kapitalis/liberalis karena kadar kebebasan yang
relatif besar atau persentase dari system kpitalisnya sangat besar. (Tambunan,
2003)
2.4 Sistem Ekonomi Indonesia
System ekonomi di Indonesia paling tidak secara konstitutional (mungkin
dalam praktek sehari-harinya sangat berbeda), perlu dipahami terlebih dahulu
ideology apa yang dianut oleh Indonesia. Dalam kata lain, kehidupan
perekonomian atau system ekonomi di Indonesia tidak terlepas dari prinsipprinsip dasar dari pembentukan Republik Indonesia yang tercantum dalam
Pancasila dan UUD 1945. Dumairy (1996) menegaskan sebagai berikut, ditinjau
berdasarkan system pemilikan sumber daya ekonomi atau factor-faktor produksi,
tak terdapat alasan untuk menyatakan bahwa system kita adalah kapitalis. Sama
halanya, tak pula cukup argumentasi untuk mengatakan bahwa kita menganut
system ekonomi sosialis. Indonesia mengakui pemilikan individual atas factor-
9
faktor produksi, kecuali untuk Negara. Hal ini diatur dengan tegas oleh pasal 33
UUD 1945. Jadi, secara konstitusional, system ekonomi Indonesia bukan
kapitalisme dan bukan pula sosialisme (Tambunan, 2014).
Arti keadilan social sebagaimana diutarakan di atas mengandung dua
makna penting. Pertama, prinsip pertumbuhan ekonomi dan pembagian
pendapatan yang adil. Pentingnya pertumbuhan ekonomi tercermin pada kalimat
berikut. “Sila keadilan social menghendaki adanya kemakmuran yang merata di
antara seluruh rakyat, bukan merata yang statis, melainkan merata yang dinamis
dan meningkat”. Sedangkan distribusi pendapatan yang adil tercermin pada
kalimat berikut. “Segala bentuk kepincangan social dan kepincangan dalam
pembagian kekayaan nasional kita yang ditiadakan”. Kedua, prinsip demokrasi
ekonomi yang dinyatakan dalam kalimat berikut. “Seluruh kekayaan alam
Indonesia, seluruh potensi bangsa diolah bersama-sama menurut kemampuan dan
bidang masing-masing, untuk kemudian dimanfaatkan bagi kebahagian yang
sebesar-besarnya bagi seluruh rakyat” (Djamin & Zulkarnain, 1993).
2.5 Sejarah Perekonomian dan Pertanian Indonesia
2.5.1 Sejarah Perekonomian Indonesia
a. Pemerintahan Orde Lama
Pada
tanggal
17
Agustus
1945,
Indonesia
memproklamasikan
kemerdekaannya. Namun demikian, tidak berarti dalam prakteknya Indonesia
sudah bebas dari Belanda dan bisa memberi perhatian sepenuhnya pada
pembangunan ekonomi. Hingga akhirnya pemerintah Belanda mengakui secara
resmi kemerdekaan Indonesia, selama decade 1950-an hingga pertengahan tahun
1965, Indonesia dilanda gejolak politik di dalam negeri dan beberapa
pemberontakan di sejumlah daerah, seperti Sumatra dan Sulawesi. Akibatnya,
selama pemerintahan Orde Lama, keadaan perekonomian Indonesia sangat buruk,
walaupun sempat mengalami pertumbuhan dengan laju rata-rata per tahun hamper
7% selama decade 1950-an, dan setelah itu turun drastic menjadi rata-rata per
tahun hanya 1,9% atau bahkan nyaris mengalami stagflasi selama 1965-1966.
10
Tahun 1965 dan 1966 laju pertumbuhan ekonomi atau produk domestic bruto
(PDB) masing-masing hanya sekitar 0,5% dan 0,6% (Tambunan, 2003).
b. Pemerintahan Orde Baru
Tepatnya sejak bulan Maret 1966 Indonesia memasuki pemerintahan Orde
Baru. Berbeda dengan pemerintahan Orde Lama, dalam Orde Baru ini perhatian
pemerintah lebih ditunjukan pada peningkatan kesejahteraan masyarakat lewat
pembangunan ekonomi dan social di tanah air. Pemerintahan Orde Baru menjalin
kembali hubungan baik dengan pihak Barat dan menjauhi pengaruh ideology
komunis. Indonesia juga kembali menjadi anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa
(PBB) dan lembaga-lembaga dunia lainnya, seperti Bank Dunia dan Dana
Moneter Internasional (IMF). Menjelang akhir tahun 1960-an, atas kerja sama
dengan Bank Dunia, IMF, dan ADB (Bank Pembangunan Asia) dibentuk suatu
kelompok konsorsium yang disebut Inter-Government Group on Indonesia
(IGGI), yang terdiri atas sejumlah Negara maju, termasuk Jepang dan Belanda,
dengan tujuan membiayai pembangunan ekonomi di Indonesia. Boleh dikatakan
bahwa Indonesia pada saat itu sangat beruntung (Tambunan, 2003).
Pada bulan April 1969 Repelita I (rencana pembangunan lima tahun
pertama) dimulai dengan penekanan utama pada pembangunan sektor pertanian
dan industri-industri yang terkait, seperti “Agroindustri”. Sebagai suatu
rangkuman, sejak masa Orde Lama hingga berakhirnya masa Orde Baru dapat
dikatakan ahwa Indonesia tlah mengalami dua orientasi kebijakan ekonomi yang
berbeda, yakni dari ekonomi tertutup yang berorientasi sosialis padan zaman
rezim Soekarno ke ekonomi terbuka berorientasi kapitalis pada masa
pemerintahan Soeharto. Perubahan orientasi kebijakan ekonomi ini membuat
kinerja ekonomi nasional pada masa pemerintahan Orde Baru menjadi jauh lebih
baik dibandingkan masa pemerintahan Orde Lama. (Tambunan, 2003).
c. Pemerintahan Transisi
Pada tanggal 14 dan 15 Mei 1997, nilai tukar baht Thailand terhadap dolar
AS mengalami suatu goncangan hebat akibat para investor asing mengambil
keputusan ‘jual’. Mereka mengambil sikap demikian karena tidak percaya lagi
11
terhadap prospek perekonomian Negara tersebut, paling tidak untuk jangka
pendek. Untuk mempertahankan nilai tukar baht agar tidak jatuh terus, pemerintah
Thailand melakukan intervensi dan didukung juga oleh bank sentral Singapura.
Akan tetapi, pada hari rabu, 2 Juli 1997, bank sentral Thailand terpaksa
mengumumkan bahwa nilai tukar baht dibebaskan dari ikatan dengan dolar AS,
sejak saat itu nasibnya diserahkan sepenuhnya kepada pasar.
Sekitar bulan September 1997, nilai tukar rupiah yang terus melemah
mulai menggoncang perekonomian nasional. Untuk mencegah agar keadaan tidak
tambah buruk, pemerintahan Orde Baru mengambil beberapa langkah kongkrit. Di
antaranya menunda proyek-proyek senilai Rp 39 triliun dalam upaya
mengimbangi keterbatasan anggaran belanja Negara yang sangat dipengaruhi oleh
perubahan nilai rupiah tersebut. Pada akhir bulan Oktober 1977, lembaga
keuangan internasional itu mengumumkan paket bantuan keuangannya pada
Indonesia yang mencapai 40 miliar dolar AS, 23 miliar di antaranya adalah
pertahanan lapis pertama (front –line defence). Sehari setelah pengumuman itu,
seiring dengan paket reformasi yang ditentukan oleh IMF, pemerintah Indonesia
mengumumkan pencabutan izin usaha 16 bank swasta yang dinilai tidak sehat. Ini
merupakan awal kehancuran perekonomian Indonesia (Tambunan, 2003).
d. Pemerintahan Reformasi
Pada pertengahan tahun 1999 dilakukan pemilihan umum, yang dimenangi
oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P). Bulan Oktober 1999
dilakukan SU MPR dan pemilihan presiden diselenggarakan pada tanggal 20
Oktober 1999. KH Abdurrahman Wahid atau biasa dipanggil Gus Dur terpilih
sebagai presiden RI keempat dan Megawati Soekarno Putri sebagai wakil
presiden. Pada tanggal 20 Oktober menjadi akhir pemerintahan transisi, dan awal
dari pemerintahan Gus Dur yang sering disebut juga pemerintahan reformasi.
Dalam
hal
ekonomi,
dibandingkan tahun
sebelumnya
(1999),
kondisi
perekonomian Indonesia mulai mewujudkan adanya perbaikan. Laju pertumbuhan
PDB mulai positif walaupun tidak jauh dari 0% dan pada tahun 2000 proses
pemulihan perekonomian Indonesia jauh lebih baik lagi, dengan laj pertumbuhan
hampir mencapai 5%. Selain pertumbuhan PDB, laju inflasi dan tingkat suku
12
bunga (SBI) juga rendah, mencerminkan bahwa kondisi moneter di dalam negeri
sudah mulai stabil (Tambunan, 2003).
e. Pemerintahan Gotong Royong
Setelah Presiden Wahid turun, megawati menjadi presiden Indonesia yang
kelima. Pemerintahan megawati mewarisi kondisi perekonomian Indonesia yang
jauh lebih buruk dari pada masa pemerintahan Gus Dur. Meskipun IHSG dan nilai
tukar rupiah meningkat cukup signifikan sejak diangkatnya Megawati menjadi
presiden melalui sidang Istimewa (SI) MPR, posisinya tetap belum kembali pada
tingkat pada saat Gus Dur terpilih menjadi presiden.
Keterpurukan kondisi ekonomi yang ditinggal Wahid kian terasa jika
dilihat dari perkembangan indikator ekonomi lainnya, seperti tingkat suku bunga,
inflasi, saldo neraca pembayaran, dan APBN. Suku bunga untuk Sertifikat Bank
Indonesia (SBI), misalnya pada awal pemerintahan Megawati mencapai di atas
17%, padahal saat awal pemerintahan Wahid hanya sekitar 13%. Bersamaan
dengan itu, tingkat suku bunga deposito perbankan juga ikut naik menjadi sekitar
18%, sehingga pada masa itu menimbulkan kembali kekhawatiran masyarakat dan
pelaku bisnis bahwa bank-bank akan kembali melakukan bleeding (Tambunan,
2003).
2.5.2 Sejarah Pertanian Indonesia
Menurut Van Der Kolff, di Indonesia juga terdapat tingkat kemajuan
pertanian seperti yang digambarkan oleh E. Hahn, yaitu mengembara, bertani
secara mencangkul, dan bertani dengan bajak (Tohir, 1965).
1. Tingkat mengembara. Orang Benua dari pulau-pulau Rempang, Galang
dan Batem dari daerah Riau adalah suatu suku yang masih hidup
mengembara. Orang-orang ini hidupnya dari pemberian alam seperti tikus,
katak, ular, monyet, babi hutan dan daun-daunan. Mereka ini belum
mengenal pertanian (bercocok tanam).
2. Tingkat bertani secara mencangkul (pertama) atas dasar umbi-umbian dan
daun-daunan. Pertanian secara demikian masih dikenal orang di pulaupulau Mentawai dan di Irian. Jenis-jenis tanaman yang diperusahakan
13
ialah sagu, kelapa, buah-buahan, pisang, keladi, alocasia, ubi, gadung,
kalebas, tebu, mentimun, dan sayur daun-daunan.
3. Tingkat bertani secara mencangkul (kedua) atas dasar gandum. Umumnya
diperusahakan orang tanaman padi, akan tetapi dibeberapa daerah jenis
gandum yang penting ialah jagung (di Timor) dan cantel atau jail (di
Toraja).
4. Tingkat bertani secara membajak. Boleh dikatakan bahwa daerah-daerah
pertanian yang penting di Indonesia telah mempunyai tingkatan tersebut.
Perlu kiranya dikemukakan disini, bahwa ada juga orang yang tidak dapat
menyetujui buah pikiran E. Hahn dan Van Der Kolff itu.
2.6 Peranan Sektor Pertanian Dalam Kemandirian Ekonomi
Mengikuti analisis klasik dari Kuznets (1994), pertanian di LDCs dapat
dilihat sebagai suatu sektor ekonomi yang sangat potensial dalam empat bentuk
kontribusinya terhadap pertumbuhan dan pembangunan ekonomi nasional, yaitu
sebagai berikut (Tambunan, 2003):
1. Ekspansi dari sektor-sektor ekonomi lainnya sangat tergantung pada
pertumbuhan output di sektor pertanian, baik dari sisi permintaan sebagai
sumber pemasukan makanan yang kontinu mengikuti pertumbuhan
penduduk, maupun dari sisi penawaran sebagai sumber bahan baku bagi
keperluan produksi di sektor-sektor lain seperti industri manufaktur dan
perdagangan (kontribusi produk).
2. Di Negara-negara agraris seperti Indonesia, pertanian berperan sebagai
sumber penting dari sektor-sektor ekonomi lainnya (kontribusi pasar).
3. Sebagai suatu sumber modal untuk investasi di sektor-sektor ekonomi
lainnya (kontribusi faktor-faktor produksi).
4. Sebagai sumber penting bagi surplus neraca perdagangan (sumber devisa),
baik lewat ekspor hasil-hasil pertanian maupun dengan peningkatan
produksi pertanian dalam negeri menggantikan impor/subtitusi impor
(kontribusi devisa).
14
2.6.1 Kinerja dan Peran Sektor Pertanian di Indonesia
1. Pertumbuhan Output Sejak Tahun 1970-an
Mungkin sudah merupakan suatu evolusi alamiah seiring dengan proses
industrialization, di mana pangsa output afregat (PDB) dari pertanian relative
menurun sedangkan dari industry manufaktur dan sektor-sektor sekunder lainnya
dan sektor tersier meningkat. Perubahan struktur ekonomi sepeerti ini juga terjadi
di Indonesia. Penurunan kontribusi output dari pertanian terhadap pembentukan
PDB ini bukan berarti bahwa volume produksi di sektor tersebut berkurang
(pertumbuhan negatif) selama periode tersebut, tetapi laju pertumbuhan outputnya lebih lambat dibandingkan laju pertumbuhan output di sektor-sektor lain. Hal
ini bisa terjadi karena secara rata-rata, elastisitas pendapatan dari permintaan
terhadap komoditas pertainan lebih kecil daripada elastisitas pendapatan dari
permintaan terhadap produk-produk dari sektor-sektor lain seperti barang-barang
industri. Jadi, dengan peningkatan pendapatan, laju pertumbuhan permintaan
terhadap komoditas pertanian lebih kecil daripada terhadap barang-barang industri
(Tambunan, 2003).
2. Pertumbuhan dan Diversifikasi Ekspor
Komoditas pertanian Indonesia yang diekspor cukup bervariasi mulai dari
getah karet, kopi, udang, rempah-rempah, mutiara, hingga berbagai macam sayur
dan buah. Di antara komoditas-komoditas tersebut, yang paling besar nilai
ekspornya adalah udang dengan rata-rata sedikit di atas 1 milliar dolar AS selama
periode yang sama (Tambunan, 2003).
3. Kontribusi Terhadap Kesempatan Kerja
Sudah diduga bahwa di suatu Negara agraris besar seperti Indonesia, di
mana ekonomi dalam negerinya masih didominasi oleh ekonomi pedesaan,
sebagian besar dari jumlah angkatan/tenaga kerja bekerja di pertanian. Apabila
dilihat pola perubahan kesempatan kerja di pertanian dan industri manufaktur
selama satu periode tersebut, pangsa kesempatan kerja dari sektor pertama
menunjukkan suatu tren pertumbuhan yang menurun, sedangkan di sektor kedua
meningkat. Perubahan struktur kesempatan kerja ini sesuai dengan apa yang
15
diprediksi oleh teori mengenai perubahan struktur ekonomi yang terjadi dalam
suatu proses pembangunan ekonomi jangka panjang (Tambunan, 2003).
4. Ketahanan pangan
Di Indonesia, ketahanan pangan merupakan salah satu topic yang sangat
penting, bukan saja dilihat dari nilai-nilai ekonomi dan sosial, tetapi masalah ini
mengandung konsekuensi politik yang sangat besar. Dapat dibayangkan apa yang
akan terjadi dengan kelangsungan suatu kabinet pemerintah atau stabilitas politik
di dalam negeri apabila Indonesia terancam kekurangan pangan atau kelaparan. Di
berbagai Negara banyak yang menggunakan ketahanan pangan sebagai alat politik
bagi seorang presiden untuk mendapatkan dukungan dari rakyatnya. Ketahanan
pangan menjadi tambah penting lagi terutama karena saat ini Indonesia
merupakan salah satu anggota Organisasi Perdagangan Dunia (WTO). Artinya, di
satu pihak, pemerintah harus memperhatikan kelangsungan produksi pangan di
dalam negeri demi menjamin ketahanan pangan, namun, di pihak lain Indonesia
tidak bisa menghambat impor pangan dari luar. Dalam kata lain, apabila Indonesia
tidak siap, keanggotaa di dalam WTO bisa membuat Indonesia menjadi sangat
tergantung pada impor pangan, dan ini dapat mengancam ketahanan pangan di
dalam negeri (Tambunan, 2003).
2.7 Masalah Dasar Ekonomi Pertanian
Inti dari masalah ekonomi adalah ‘kelangkaan’.tidak semua sumberdaya
yang tersedia cukup untuk menghasilkan semua barang dan jasa yang dibutuhkan
manusia, sehingga perlu ditentukan produk apa yang akan dihasiilkan (‘What’),
bagaimana cara memproduksinya (‘How’), dan untuk siapa barang tersebut
diproduksi (‘For Whom’). Produk hasil pertanian mempunyai karakteristik yang
tidak sama dengan produk industri. Sifat produknya yang mudah rusak, musiman
dan sangat bergantung pada factor alam membuat petani/produsen produk
pertanian harus melakukan pertimbangan matang sebelum memproduksi
komoditas tertentu (Antriyandarti, 2012).
Dalam aktivitas ekonomi, para pelaku ekonomi saling berinteraksi satu
dengan yang lain. Produsen memerlukan input (tanah, tenaga kerja, sumberdaya
16
alam) untuk berproduksi, konsumen memerlukan barang atau jasa. Rumah tangga
petani mempunyai peran sebagai konsumen sekaligus produsen. Demikian juga
masyarakat dapat juga berperan sebagai produsen, penyedia atau pemilik factor
produksi (tenaga kerja, tanah, modal). Interaksi antara pelaku ekonomi (dalam
bentuk perekonomian sederhana) menimbulkan terjadinya aliran barang/jasa dan
uang.
Produsen dan konsumen berinteraksi dalam menentukan tingkat harga dan
kuantitas, baik input maupun output. Diasumsikan hanya terdapat dua pasar, yaitu
pasar input (factor produksi) dan pasar output (hasil produksi). Produksi
menetapkan harga produk yang akan dijual berdasarkan biaya factor produksi
(input) yang digunakan. Harga produk yang terjadi di pasar menunjukkan
keseimbangan antara permintaan konsumen (rumah tangga) dan penawaran
produsen (perusahaan). Sedangkan harga factor produksi (input) di pasar
menunjukkan keseimbangan penawaran rumah tangga dengan permintaan
produsen (perusahaan). Untuk produk hasil pertanian, beberapa komoditas
mendapat intervensi dari pemerintah dalam penentuan harganya, seperti beras.
Demikian pula harga input pertanian seperti pupuk urea juga diintervensi oleh
pemerintah (Antriyandarti, 2012).
2.8 Langkah Yang Dilakukan Dalam Mengembangkan Sektor Pertanian
Untuk Menjaga Stabilitas Ekonomi
Berbagai macam cara yang dapat dilakukan dalam mengembangkan sektor
pertanian untuk perekonomian Indonesia yang lebih baik, dimulai dari diri kita
sendiri yang mestinya harus mencintai Negara kita yang kaya akan sumber daya
alamnya yang identic dengan agraris, serta mempelajari ilmu-ilmu yang berkaitan
dengan ekonomi pertanian. Dengan demikian maka dapat diaplikasikan dalam
kehidupan sehari-hari, dimulai dari hal terkecil seperti mendukung dan
mengkonsumsi produk pertanian dalam negeri. Ada beberapa langkah yang dapat
kita lakukan bersama untuk mengembangkan perekonomian Negara melalui
sektor pertanian.
1. Peluang Memperkuat Swasembada Pangan
17
Upaya mewujudkan ketahanan pangan nasional selalu menjadi salah satu
prioritas pembangunan nasional pada setiap periode pemerintahan. Salah satu
langkah kebijakan yang diambil adalah dengan meningkatkan kemampuan
produksi dalam negeri untuk produksi pangan utama dan mengurangi
ketergantungan terhadap impor dan menghindari terjadinya krisis pangan yang
dapat berdampak luas. Target meningkatkan kemandirian pangan menjadi
program pemerintah yang terus diupayakan dengan berbagai cara (Pertanian,
2015).
Kunci
pencapaian kemandirian pangan adalah dengan pemanfaatan
sumberdaya pertanian secara optimal dengan penerapan teknologi maju, dengan
kebijakan dan arah investasi pertanian yang tepat. Investasi pertanian harus
diarahkan pada titik-titik krusial yang memiliki multiplier terbesar dalam jangka
panjang. Misalnya pengembangan potensi lahan kering dan lahan rawa pasang
surut, dapat menjadi salah satu focus kebijaka untuk meningkatkan kemampuan
produksi swasembada pangan terutama komoditas padi kedepan (Pertanian,
2015).
Upaya ini harus dilakukan dengan dukungan kebijakan dan program yang
komprehensif, yang meliputi pemetaan dan karakterisasi potensi sumber daya,
investasi terutama terkait dengan:
a. Irigasi dan pengelolaan air
serta infrastruktur lainnya terutama
aksesibilitas.
b. Pengembangan system usaha tani, dengan penerapan teknologi budidaya
spesifik lokasi termasuk mekanisasi pertanian dan pengembangan varietas
unggul.
c. Fasilitas dan pemberdayaan masyarakat menuju learning society.
Optimalisasi pemanfaatan sumberdaya pertanian, terutama lahan pada sektor
non pangan untuk produksi pangan juga perlu mendapatkan perhatian. Potensi
pemanfaatan lahan perkebunan untuk produksi pangan ternyata cukup
menjanjikan karena luas perkebunan yang cukup besar terutama Luar Jawa.
Dalam perspektif kedepan, pengembangan teknologi maju akan menjadi salah
satu kunci peningkatan produksi pangan secara berkelanjutan. Penelitian nano
18
teknologi dan aplikasinya pada sektor pertanian, telah memberikan harapan
peningkatan efektivitas dan efisiensi pada penggunaan pupuk dan pestisida dalam
mengembangkan nano pupuk dan nano pestisida. Di samping itu, teknologi nano
juga memiliki potensi besar dalam meningkatkan kualitas dan daya simpan
produk pertanian (Pertanian, 2015).
2. Memperkuat Daya Saing Produk Pertanian
Ada empat dimensi daya saing yang dirangkum untuk dijadikan landasan
untuk menetapkan langkah-langkah strategis yang diperlukan untuk memperkuat
daya saik produk-produk pertanian. Lingkup sorotan dimensi-dimensi tersebut
meliputi (Pertanian, 2014):
1. Wawsan daya saing dan kinerja pembangunan pertanian.
2. Kinerja daya saing berbagai kategori produk pertanian.
3. Daya saing dalam prespektif kawasan yaitu yang menyangkut antar
Negara dalam satu kawasan dan daya saing daerah dalam suatu Negara.
4. Dukungan sumber daya seperti sumber daya alam, sumber daya manusia,
dan sumber daya genetika.
Keempat dimensi tersebut tidak berdiri sendiri, tetapi menpunyai kaitan antara
satu terhadap yang lain. Pemahaman wawasan daya saing tidak saja menyangkut
aspek ekonomi yang dapat saja menjadi perangkap untuk masuk dalam arus
liberalisasi perdagangan tetapi juga tetap memperhatikan kepentingan politik
dalam negeri yang mengutamakan kesejahteraan rakyat. Termasuk aspek budaya
adalah upaya memajukan budaya kreatif disamping dukungan berbagai sumber
daya yang diperlukan (Pertanian, 2014).
19
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
- Pertanian adalah suatu jenis kegiatan produksi yang berlandaskan proses
pertumbuhan tumbuh-tumbuhan dan hewan. Pertanian dalam arti sempit
dinamakan dengan pertanian rakyat, dalam percakapan sehari-hari yang dimaksud
dengan pertanian ialah hanya sebatas bercocok tanam. Sedangkan menurut ilmu
pertanian dalam arti luas, istilah pertanian tidaklah saja meliputi pertanian dalam
arti yang sempit, ia meliputi juga cabang-cabang produksi seperti ; peternakan,
perikanan, kehutanan, perkebunan dan sebagainya.
- Sistem ekonomi adalah suatu sistem yang mengatur serta menjalin hubungan
ekonomi antar manusia dengan seperangkat kelembagaan dalam suatu tatana
kehidupan. Kehidupan perekonomian atau system ekonomi di Indonesia tidak
terlepas dari prinsip-prinsip dasar dari pembentukan Republik Indonesia yang
tercantum dalam Pancasila dan UUD 1945.
- Peranan penting sektor pertanian dapat dilihat sebagai suatu sektor ekonomi
yang sangat potensial dalam empat bentuk kontribusinya terhadap pertumbuhan
dan pembangunan ekonomi nasional.
- Langkah sederhana awal yang dapat kita lakukan untuk mengembangkan sektor
pertanian untuk menjaga stabilitas perekonomian Negara adalah dengan
memperkuat swasembada pangan dan memperkuat daya saing produk pertanian.
Dengan teknologi yang maju dan berkelanjutan.
3.2 Saran
Pemuda merupakan harapan emas untuk meneruskan cita-cita bangsa,
mensejahterkan kehidupan masyarakat, dan memakmurkan rakyat. Salah satu
langkah yang dapat dikukan adalah melalui sektor pertanian yang mempunyai
peran penting dalam ketahanan pangan. Sebagai pemuda janganlah menganggap
sektor pertanian sebagai suatu hal yang remeh, dan mengabaikannya, atau bahkan
menjauhi hal-hal berbau pertanian karena dianggap jorok. Hal-hal semacam itu
yang perlu kita waspadai, karena pangan dapat menjadi senjata politik yang
mampu memperbudak rakyat.
Mencintai produk-produk pertanian utamanya dalam negeri merupakan
langkah kecil untuk membantu kesejahteraan para petani/produsen, dengan
demikian membantu modal untuk mereka dan mengurangi impor pangan. Karena
Negara kita adalah Negara agraris yang kaya akan sumber daya alamnya, terkenal
dengan sebutan Macan Asia. Namun sebutan itu kini tidak sesuai dengan realita
yang ada, maka penulis mengajak semua untuk bersama-sama kita munculkan
kembali Macan Asia tersebut yang mampu menerkam dunia dan membawa
kesejahteraan bagi rakyatnya.
20
DAFTAR PUSTAKA
Antriyandarti, E., 2012. Ekonomi Mikro Untuk Ilmu Pertanian. 1 ed. Yogyakarta:
Nuha Litera.
Djamin & Zulkarnain, 1993. Perekonomian Indonesia. 2 ed. Jakarta: Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia.
Pertanian, K., 2014. Memperkuat Daya Saing produk Pertanian. Jakarta: Badan
Litbang Pertanian.
Pertanian, K., 2015. Memperkuat Kemampuan Swasembada Pangan. Jakarta:
Badan Litbang Pertanian.
Soetriono & Suwandari, A., 2016. Pengantar Ilmu Pertanian. Malang: Intimedia.
Tambunan, T. T., 2003. Perekonomian Indonesia "beberapa masalah penting". 1
ed. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Tambunan, T. T., 2014. Perekonomian Indonesia. 3 ed. Bogor: Ghalia Indonesia.
Tohir, K. A., 1965. Pengantar Ilmu Pertanian. Bandung: W. Van Hoeve.
21
CURICULLUM VITAE
Nama
: Ifan Fadlillah
Tempat / Tanggal Lahir
: Lamongan, 22 Oktober 1996
Alamat
: Jl. Nginden VI, no 86, Sukolilo, Surabaya.
Asal Cabang
: HMI Cabang Surabaya
Fak / Progdi / Stambuk
: Pertanian / Agroteknologi / 2015
Universitas
: Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jatim
No HP
: 0812 4975 7159
Alamat email
: [email protected]
Riwayat Pendidikan
1. MI Muhammadiyah 04 Latek, Lamongan
2. MTs Muhammadiyah 15 Lamongan
3. SMK Harapan Aweida Mimika, Papua
Jenjang Training Di HMI
1. LK 1 HMI Komisariat Perkapalan SN, Cabang Surabaya tahun 2016
2. Laksus 1 LTMI Cabang Surabaya tahun 2016
Pengalaman Organisasi
Di HMI
1. Dept. Administrasi Lembaga Teknologi Mahasiswa Islam Cabang
Surabaya Periode 2017-2018
2. Sekretaris Umum HMI Cabang Surabaya Komisariat Jenderal Sudirman
UPN periode 2017-2018
Di Luar HMI
1. Anggota Bidang Minat dan Bakat Ikatan Mahasiswa Agroteknologi UPN
Jatim periode 2015-2016
2. Wakil Ketua Ikatan Mahasiswa Lamongan UPN Jatim periode 2015-2016
22
3. Anggota Bidang Keorganisasian Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas
Pertanian periode 2016-2017
4. Anggota UKM Musik Satya Palapa UPN Jatim
23
DALAM MENJAGA STABILITAS PEREKONOMIAN NEGARA
Disusun untuk melengkapi persyaratan peserta Intermadiate Training (LK II)
HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
CABANG SEMARANG 21 – 27 AGUSTUS 2017
Disusun oleh:
IFAN FADLILLAH
HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
CABANG SURABAYA
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Allah SWT atas segala berkat, nikmat, dan karunia
yang telah diberikan-Nya penulis dimampukan untuk menyelesaikan makalah ini
sebagai salah satu syarat untuk dapat mengikuti Latihan Kader II (Intermediate
Training) Himpunan Mahasiswa Islam di Cabang Semarang.
Penulis juga ingin menyampaikan terima kasih kepada orang tua, yang
dengan penuh kerelaan hati mengizinkan penulis untuk melanjutkan jenjang
training di HMI. Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada kawankawan dan senior HMI Cabang Surabaya yang telah banyak memberikan
dukungan serta dorongan untuk menyelesaikan makalah dan mengikuti Latihan
Kader II HMI Cabang Semarang.
Penulis bermaksud menyampaikan kepada pembaca umumnya kepada
masyarakat Indonesia tentang pentingnya peran sektor pertanian dalam menjaga
stabilitas perekonomian bangsa. Karena seiring perkembangan zaman sektor
pertanian semakin di abaikan, padahal segala aspek kehidupan membutuhkan
hasil dari sektor pertanian yang merupakan bagian dari kebutuhan primer.
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat yang optimal dalam
proses peningkatan perekonomian Indonesia, sehingga pembaca dapat belajar
menciptakan dan mengembangkan sektor pertanian. Di lain sisi penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak
sebagai bahan penyempurna makalah ini.
Akhir kata penulis berharap semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat yang besar bagi semua pihak yang membutuhkan.
Surabaya, 02 Agustus 2017
Penulis,
Ifan Fadlillah
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ....................................................................................... i
DAFTAR ISI ..................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
1.1 Latar belakang............................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 2
1.3 Tujuan......................................................................................................... .2
1.4 Pembatasan Masalah ..................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................... 3
2.1 Pengertian Pertanian...................................................................................... 3
2.2 Pengertian Sistem Ekonomi........................................................................... 7
2.3 Sistem-sistem Ekonomi ................................................................................. 7
2.4 Sistem Ekonomi Indonesia ............................................................................ 9
2.5 Sejarah Perekonomian dan Pertanian Indonesia ........................................... 10
2.6 Peranan Sektor Pertanian Dalam Kemandirian Ekonomi ............................. 14
2.7 Masalah Dasar Ekonomi Pertanian .............................................................. 16
2.8 Langkah Yang Dilakukan Dalam Mengembangkan Sektor Pertanian Untuk
Menjaga Stabilitas Ekonomi ........................................................................ 17
BAB III PENUTUP ......................................................................................... 20
3.1 Kesimpulan ................................................................................................. 20
3.2 Saran........................................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 21
CURICULUM VITAE .................................................................................... 22
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia adalah negara agraris, dan pernah mendapat penghargaan dari FAO
(Food and Agriculture Organization) atas keberhasilannya dalam swasembada
beras. Hal itulah yang tak asing kita dengar atu pernah kita baca dari teks
pelajaran di bangku sekolah atau media cetak. Negara Indonesia merupakan
Negara yang terkenal akan sumber daya alamnya. Kerena hal tersebut masyarakat
Indonesia bermatapencaharian sebagai petani dengan potensi tanah Indonesia
yang termasuk kategori tanah yang subur.
Pertanian merupakan bagian dari sektor primer dalam menyongsong
perokonomian Indonesia. Artinya pertanian merupakan sektor utama yang turut
menyumbang hampir dari setengah perekonomian Negara. Oleh karena itu perlu
adanya peningkatan peningkatan dalam sektor pertanian sehingga mampu
bersaing di pasar dalam negeri maupun luar negeri.
Seiring perkembangan zaman, sektor pertanian semakin diabaikan oleh
kalangan umum, khususnya pemuda. Pendidikan di bidang pertanian dianggap
sebelah mata karena beranggapan prospek kerja serta nilai jual yang didapatkan
sangat kecil. Padahal di balik itu semua tersimpan keuntungan yang luar biasa
dalam bidang pertanian, karena segala aspek kehidupan dan kebutuhan pasti
membutuhkan hasil dari bidang pertanian, terutama dalam hal pangan.
Transformasi struktural perekonomian Indonesia menuju ke corak yang
industrual tidak dengan sendirinya melenyapkan nuansa agraritasnya. Berbagai
teori pertumbuhan ekonomi klasik dan studi Bank Dunia menunjukan,bahwa
sukses perkembangan sektor industri di suatu negara selalu diiringi dengan
perbaikan produktifitas dan pertumbuhan berkelanjutan di sektor pertanian.Selain
menyediakan kebutuhan pangan bagi penduduk serta menyerap tenaga kerja,
sektor pertanian juga merupakan pemasok bahan baku bagi sektor industri dan
menjadi sumber penghasil devisa.
Agar sektor pertanian dapat terus memberikan peran pada perekonian
Indonesia, perlu adanya suatu perencanaan pembangunan yang efisien di sektor
ini. Salah satunya adalah dengan melakukan investasi. Dengan adanya investasi di
1
sektor ini diharapkan akan memicu keaikan output serta input demand yang akan
berpengaruh terhadap kenaikan pendapatan, kesempatan kerja, serta mendorong
perekonomian Indonesia.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi pertanian?
2. Apa pengertian sistem ekonomi dan bagaimana sistem ekonomi yang ada
di Indonesia, serta bagaimana sejarah ekonomi yang ada di Indonesia?
3. Apa pentingnya peranan sektor pertanian terhadap kemandirian ekonomi?
4. Bagaimana langkah yang harus dilakukan dalam mengembangkan sektor
pertanian untuk menjaga stabilitas perekonomian?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui definisi pertanian.
2. Mengetahui pengertian sitem ekonomi dan bagaimana sistem ekonomi
yang ada di Indonesia, serta bagaimana sejarah ekonomi yang ada di
Indonesia.
3. Mengetahui pentingnya peranan sektor pertanian terhadap perekonomian.
4. Mengeahui langkah yang harus dilakukan dalam mengembangkan sektor
pertanian untuk menjaga stabilitas perekonomian.
1.4 Pembatasan Masalah
Untuk mempermudah pembahasan agar masalah yang dibahas tidak melebar
dan tidak terlalu luas sehingga dapat mengaburkan topic permasalahan yang
utama, maka penulis menganggap perlunya dibuat batasan masalah pada makalah
ini. Pembahasan makalah ini tidak mencakup pembahasan sektor pertanian secara
terkhusus dalam suatu daerah, dan tidak terkhusus pada suatu komoditas.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Sebagaimana telah dikatakan, ilmu ekonomi pertanian itu adalah suatu
ilmu yang mempelajari masalah pertanian dari sudut ekonomi. Sebelum
pembahasan dari ilmu tersebut, maka ada baiknya untuk mengetahui tentang apa
yang dimaksud pertanian tersebut. Hal ini perlu diketahui, karena istilah pertanian
dalam percakapan sehari-hari mempunyai arti yang berlainan dengan istilah yang
ada dalam ilmu pertanian.
2.1 Pengertian Pertanian
Pertanian adalah suatu jenis kegiatan produksi yang berlandaskan proses
pertumbuhan tumbuh-tumbuhan dan hewan (Soetriono & Suwandari, 2016).
Pertanian dalam arti sempit dinamakan dengan pertanian rakyat, dalam
percakapan sehari-hari yang dimaksud dengan pertanian ialah hanya sebatas
bercocok tanam. Pengertian tersebut oleh ilmu pertanian dianggap sempit, maka
pertanian menurut paham sehari-hari lazim disebut dengan “pertanian dalam arti
yang sempit”. Sedangkan menurut ilmu pertanian dalam arti luas, istilah pertanian
tidaklah saja meliputi pertanian dalam arti yang sempit, ia meliputi juga cabangcabang produksi seperti; peternakan, perikanan, kehutanan, perkebunan dan
sebagainya. Karena itu pertanian menurut ilmu pertanian lazim disebut orang
“pertanian dalam arti yang luas” (Tohir, 1965).
Untuk mengetahui bahwa suatu jenis cabang produksi itu adalah
perusahaan pertanian, meekipun demikian secara kasar (global) dapatlah
dikatakan suatu jenis perusahaan itu adalah usaha pertanian dalam arti yang luas,
jika usaha tersebut mengandung tanda-tanda, pertama dalam cabang produksi
yang dimaksudkan itu terdapat perubahan-perubahan zat dan atau bahan anorganis
menjadi bahan-bahan organis dengan bantuan tumbuh-tumbuhan atau hewan.
Kedua cabang produksi yang dimaksudkan itu mempunyai sifat reproduktif,
artinya usaha untuk memperbarui, usaha-usaha untuk pembaruan misalnya,
pembibitan, pembenihan, dan lain sebagainya. Jika kedua tanda tersebut tidak
terdapat, maka cabang produksi itu pada asasnya tidak dapat digolongkan dalam
3
pertanian. Berdasarkan uraian tersebut, maka cabang-cabang produksi seperti
perikanan laut, pengumpulan hasil lading atau hutan, sebenarnya tidak dapat
dimasukkan dalam golongan pertanian. cabang-cabang produksi tersebut lazim
disebut “usaha pengumpulan” (Tohir, 1965)
Secara garis besar, pengertian pertanian dapat diringkas menjadi:
1. Proses produksi
2. Petani atau pengusaha
3. Tanah tempat usaha tani
4. Usaha pertanian (farm business)
2.1.1 Proses Produksi
Tumbuh-tumbuhan merupakan pabrik pertanian primer.
Tumbuh-
tumbuhan mengambil CO2 dari udara melalui daun dan mengambil air beserta
unsur hara yang terkandung dari tanah melalui akar. Dari sini, tumbuhan
menggunakan energy sinar matahari kemudian dihasilkannya biji, buah, serat,
minyak, kayu, dan sebagaunya. Secara singkat, dapat dinyatakan bahwa
pertumbuhan tanaman ditentukan oleh factor genetic (Q) dan factor lingkungan
(X) (Soetriono & Suwandari, 2016).
Ternak dan ikan merupakan pabrik pertanian yang kedua. Tergantung
jenisnya, mereka makan berbagai jenis tumbuhan dan bagian tumbuhantumbuhan. Pertanian mulai mengambil peranan dalam pertumbuhan tanaman atau
hewan serta mengatur bagi pemenuhan kebutuhan manusia. Besar peranan
manusia dalam hal ini menentukan tingkat kemajuan pertanian (Soetriono &
Suwandari, 2016).
Sifat-sifat proses produksi biologi dalam pertanian mempunyai banyak implikasi
bagi pengembangan pertanian itu sendiri, antara lain:
a. Pertanian memerlukan tempat yang tersebar luas
b. Jenis usaha tani dan potensi prodeksi pertanian berbeda dari satu tempat ke
lain tempat
c. Kegiatan dan produksi pertanian bersifat musiman
4
d. Suatu perubahan dalam suatu tindakan memerlukan perubahan dalam hal
lain
e. Pertanian modern selalu berubah
2.1.2 Petani atau pengusaha
Perbedaan utama antara tumbuh-tumbuhan dan hewan liar dengan
pertanian adalah adanya manusia sebagai pelaku. Manusia yang berusaha
mengatur atau menghasilkan-tumbuh-tumbuhan dan hewan menggunakan
hasilnya, mengubah tempat tumbuhan dan hewan serta lingkungannya agar dapat
memenuhi kebutuhan manusia, manusia ini disebut petani atau pengusaha
pertanian. dalam kegiatan usaha tani, petani merangkap dua peranan yaitu sebagai
penggarap dan manajer (Soetriono & Suwandari, 2016).
Ilmu ekonomi pertanian ialah pengetahuan ini sifatnya kurang exakt.
Tugas yang utama dari ilmu ini adalah mempelajari masalah-masalah pertanian
dari sudut ekonomi. Sebagaimana kita telah memakluminya, masalah-masalah
ekonomi dari pertanian dapat ditinjau dari sudut masyarakat (atau umum) maupun
dari sudut pera pengusaha (petani) sendiri. Berdasarkan jurusan peninjauan
tersebut, maka ilmu ekonomi pertanian itu dalam garis besarnya dapat dibagi atas
dua bagian, yaitu “ilmu ekonomi pertanian umum” dan “ilmu ekonomi pertanian
khusus” (Tohir, 1965).
Ilmu ekonomi pertanian umum ini ditugaskan untuk menemukan
perhubungan ekonomis antara sebab dan akibat dari segala peristiwa yang
terdapat dalam pertanian dalam arti yang sangat luas. Sedangkan ilmu ekonomi
secara khusus, merupakan suatu ilmu yang mempelajari segala hal ihwal
perusahaan-perusahaan pertanian dalam arti yang luas dari sudut ekonomi dan
dari sudut pengusaha (Tohir, 1965).
2.1.3 Ciri-ciri Pertanian
Kelompok factor esensiil dan iklim suatu waktu dapat berkolerasi positif,
tetapi pada waktu lain dapat berkolerasi negative, sehingga ada tingkat tertentu di
mana factor-faktor yang termasuk di dalamnya berpengaruh paling baik terhadap
jumlah produk yang diberikan. Tingkat tertentu dari suatu factor yang
5
memberikan pengaruh paling baik terhadap jumlah produk yang diberikan disebut
tingkat optimum, karena pada tingkat tersebut jumlah produknya maksimum
(Soetriono & Suwandari, 2016).
Jadi, pertanian dapat dikatakan mulai ada bersamaan dengan mulai adanya
factor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman diatur atau ditangani oleh
manusia. Pengaturan faktor-faktor itu dinamakan teknologi, dan makin banyak
factor yang ditangani serta semakin intensif penanganannya sering dinamakan
“teknologi tinggi”. Sedang faktor-faktor yang berkolerasi positif maupun negative
diatur seoptimal mungin. Meningkatkan luas panen dapat dilakukan dengan
meningkatkan luas tanaman dan menekan kegagalan panen. Meningkatkan luas
panen dapat dilakukan dengan jalan memperluas lahan pertanian yang bisa disebut
dengan “ekstensifikasi”, atau meningkatkan frekkuensi tanam pada lahan yang
sama (Soetriono & Suwandari, 2016).
Lahan adalah suatu hamparan dari tanah. Sedangkan, tanah ialah produk
dari pelapukan batuan bercampur dengan produk dari dekomposis bahan organic,
dan merupakan media tumbuh tanaman (Soetriono & Suwandari, 2016).
2.1.4 Sasaran Usaha Pertanian
Sasarna pertanian ada dua, yaitu sasaran sebelum panen atau sasaran pra
panen dan sasaran sesudah panen atau sasaran pasca panen. Sasaran pra panen
adalah hasil pertanian yang setinggi-tingginya. Sasaran ini merupakan sasaran
tahap pertama atau sasaran fisis. Sasaran tahap kedua yaitu sasaran ekonomi atau
sasaran akhir ialah pendapatan atau keuntungan yang sebanyak-banyaknya tiap
satuan luas lahan yang diusahakan. Ada tindakan optimum fisis yang
pengaturannya dalam periode pra panen, dan ada tindakan optimum ekonomis
yang pengaturannya dapat dalam pra panen maupun periode pasca panen.
(Soetriono & Suwandari, 2016)
Turunnya pendapatan atau keuntungan akibat menaikkan tingkat
intensifikasi di atas tingkat optimum ekonomis karena nilai masukan yang
ditambahkan lebih besar daripada nilai tambahnya. Meningkatkan intensifikasi
6
dengan tujuan menaikkan hasil sekaligus menaikkan pendapatan hanya bisa
tercapai sebelum tingkat optimum ekonomis tercapai.
2.2 Pengertian sistem ekonomi
Menurut Dumairy (1996), sistem ekonomi adalah suatu sistem yang
mengatur serta menjalin hubungan ekonomi antar manusia dengan seperangkat
kelembagaan dalam suatu tatanan kehidupan. Sebuah system ekonomi terdiri atas
unsur-unsur manusia sebagai subjek, barang-barang ekonomi sebagai objek, serta
perangkat kelembagaan dimaksud meliputi lembaga-lembaga ekonomi (formal
maupun nonformal), cara kerja, mekanisme hubungan, hukum dan peraturanperaturan perekonomian, serta kaidah dan norma-norma lain (tertulis maupun
tidak tertulis), yang dipilih atau diterima atau ditetapkan oleh masyarakat di
tempat tatanan kehidupan yang bersangkutan berlangsung. Jadi dalam perangkat
kelembagaan ini termasuk juga kebiasaan, perilaku, dan etika masyarakat.
Sebagaimana mereka terapkan dalam berbagai aktifitas yang berkenaan dengn
pemanfaatan sumber daya bagi pemenuhan kebutuhan (Tambunan, 2014).
Dengan demikian system ekonomi dapat diartikan sebagai susunan
organisasi ekonomi yang mantap dan teratur. Dalam system ekonomi, dibahs pula
mengenai persoalan pengambilan keputusan dalam tata susunan organisasi
ekonomi untuk menjawab persoalan-persoalan ekonomi masyarakat dalam
mewujudkan tujuan nasional.
2.3 Sistem-sistem Ekonomi
2.3.1 Sistem Ekonomi Kapitalis
Dalam Sanusi, system ekonomi kapitalis adalah suatu suatu system
ekonomi di mana kekayaan yang produktif terutama dimiliki secara pribadi dan
produksi terutama dilakukan untuk dijual. Adapun tujuan pemilikan secara pribadi
ialah untuk memperoleh suatu keuntungan/laba yang cukup besar dari hasil
menggunakan kekayaan yang produktif. Jelas sekali bahwa motif mencari
7
keuntungan/laba, bersama-sama dengan lembaga warisan dipupuk oleh hokum
perjanjian sebagai mesin kapitalisme yang besar (Tambunan, 2014).
Terdapat enam asas yang dapat dilihat sebagai ciri dari system ekonomi
kapitalis, yaitu sebagai berikut:
a. Hak milik pribadi
b. Kebebasan berusaha dan kebebasan memilih
c. Motif kepentingan diri sendiri
d. Persaingan
e. Harga ditentukan oleh mekanisme pasar
f. Peranan terbatas pemerintah
2.3.2 Sistem Ekonomi Sosialis
Seperti yang dijelaskan di Dumairy (1996), system ekonomi sosialis
adalah kebalikan dari system ekonomi kapitalis. Bagi kalangan sosialis, pasar
justru harus dikendalikan melalui perencanaan terpusat. Adanya berbagai distorsi
dalam mekanisme pasar, menyebabkannya tidak mungkin bekerja secara efisien,
oleh karena itu, pemerintah atau Negara harus turut aktif bermain dalam
perekonomian. Satu hal yang penting untuk dicatat berkenaan dengan system
ekonomi sosialis bahwa system ini bukanlah system ekonomi yang tidak
memandang penting peranan kapital (Tambunan, 2014).
System ekonomi sosisalis dapat dibagi dalam dua subsistem, yaitu system
ekonomi dari Marxis, dan system ekonomi sosialisme demokrat. Sistem ekonomi
sosialis Marxis disebut juga system ekonomi komando, di mana seluruh unit
ekonomi, baik bagi produsen, konsumen, maupun pekerja, tidak diperkenankan
untuk mengambil keputusan secara sendiri-sendiri yang menyimpang dari
komando otoritas tertinggi, yakni partai. Dalam perkataan lain, pada system
ekonomi sosialis Marxis, ruang gerak bagi pelaku-pelaku ekonomi untuk
mengambil inisiatif sendiri dapat dikatakan tidak ada sama sekali. Dalam system
ekonomi sosialisme demokrat, seperti yang dianut oleh banyak Negara di Eropa
Barat (terutama jerman), dapat dikatakan bahwa kekuasaan otoritas tertinggi jauh
berkurang. Dalam system ini, di satu pihak ada kebebasan individu seperti dalam
8
system ekonomi kapitalis, misalnya produsen bebas memilih jenis dan berapa
banyak produksi yang akan dibuat, konsumen bebas memilih barang mana yang
dikehendaki, dan pekerja bebas menentukan jenis pekerjaan apa yag
diinginkannya. Dalam system ekonomi sosialisme demoktrat, peran pemerintah
lebih besar (Tambunan, 2003).
2.3.3 Sistem Ekonomi Campuran
System ekonomi campuran adalah system yang mengandung beberapa
elemen dari ekonomi kapitalis dan system ekonomi sosialis. Seperti telah
dikatakan sebelumnya, sekarang ini tidak ada satu pun (kecuali di Korea Utara)
Negara yang menerapkan system ekonomi sosialis ataunkapitalis 100%. Jadi,
system ini merupakan “campuran” antara kedua ekstrem system ekonomi tersebut
di atas dengan berbagai variasi kadar dominasinya.
Sanusi (2000) menjelaskan system ekonomi campuran sebagai berikut.
Dalam system ekonomi campuran di mana kekuasaan serta kebebasan berjalan
secara bersama walaupun dalam kadar yang berbeda-beda. Ada system ekonomi
campuran yang mendekati system kapitalis/liberalis karena kadar kebebasan yang
relatif besar atau persentase dari system kpitalisnya sangat besar. (Tambunan,
2003)
2.4 Sistem Ekonomi Indonesia
System ekonomi di Indonesia paling tidak secara konstitutional (mungkin
dalam praktek sehari-harinya sangat berbeda), perlu dipahami terlebih dahulu
ideology apa yang dianut oleh Indonesia. Dalam kata lain, kehidupan
perekonomian atau system ekonomi di Indonesia tidak terlepas dari prinsipprinsip dasar dari pembentukan Republik Indonesia yang tercantum dalam
Pancasila dan UUD 1945. Dumairy (1996) menegaskan sebagai berikut, ditinjau
berdasarkan system pemilikan sumber daya ekonomi atau factor-faktor produksi,
tak terdapat alasan untuk menyatakan bahwa system kita adalah kapitalis. Sama
halanya, tak pula cukup argumentasi untuk mengatakan bahwa kita menganut
system ekonomi sosialis. Indonesia mengakui pemilikan individual atas factor-
9
faktor produksi, kecuali untuk Negara. Hal ini diatur dengan tegas oleh pasal 33
UUD 1945. Jadi, secara konstitusional, system ekonomi Indonesia bukan
kapitalisme dan bukan pula sosialisme (Tambunan, 2014).
Arti keadilan social sebagaimana diutarakan di atas mengandung dua
makna penting. Pertama, prinsip pertumbuhan ekonomi dan pembagian
pendapatan yang adil. Pentingnya pertumbuhan ekonomi tercermin pada kalimat
berikut. “Sila keadilan social menghendaki adanya kemakmuran yang merata di
antara seluruh rakyat, bukan merata yang statis, melainkan merata yang dinamis
dan meningkat”. Sedangkan distribusi pendapatan yang adil tercermin pada
kalimat berikut. “Segala bentuk kepincangan social dan kepincangan dalam
pembagian kekayaan nasional kita yang ditiadakan”. Kedua, prinsip demokrasi
ekonomi yang dinyatakan dalam kalimat berikut. “Seluruh kekayaan alam
Indonesia, seluruh potensi bangsa diolah bersama-sama menurut kemampuan dan
bidang masing-masing, untuk kemudian dimanfaatkan bagi kebahagian yang
sebesar-besarnya bagi seluruh rakyat” (Djamin & Zulkarnain, 1993).
2.5 Sejarah Perekonomian dan Pertanian Indonesia
2.5.1 Sejarah Perekonomian Indonesia
a. Pemerintahan Orde Lama
Pada
tanggal
17
Agustus
1945,
Indonesia
memproklamasikan
kemerdekaannya. Namun demikian, tidak berarti dalam prakteknya Indonesia
sudah bebas dari Belanda dan bisa memberi perhatian sepenuhnya pada
pembangunan ekonomi. Hingga akhirnya pemerintah Belanda mengakui secara
resmi kemerdekaan Indonesia, selama decade 1950-an hingga pertengahan tahun
1965, Indonesia dilanda gejolak politik di dalam negeri dan beberapa
pemberontakan di sejumlah daerah, seperti Sumatra dan Sulawesi. Akibatnya,
selama pemerintahan Orde Lama, keadaan perekonomian Indonesia sangat buruk,
walaupun sempat mengalami pertumbuhan dengan laju rata-rata per tahun hamper
7% selama decade 1950-an, dan setelah itu turun drastic menjadi rata-rata per
tahun hanya 1,9% atau bahkan nyaris mengalami stagflasi selama 1965-1966.
10
Tahun 1965 dan 1966 laju pertumbuhan ekonomi atau produk domestic bruto
(PDB) masing-masing hanya sekitar 0,5% dan 0,6% (Tambunan, 2003).
b. Pemerintahan Orde Baru
Tepatnya sejak bulan Maret 1966 Indonesia memasuki pemerintahan Orde
Baru. Berbeda dengan pemerintahan Orde Lama, dalam Orde Baru ini perhatian
pemerintah lebih ditunjukan pada peningkatan kesejahteraan masyarakat lewat
pembangunan ekonomi dan social di tanah air. Pemerintahan Orde Baru menjalin
kembali hubungan baik dengan pihak Barat dan menjauhi pengaruh ideology
komunis. Indonesia juga kembali menjadi anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa
(PBB) dan lembaga-lembaga dunia lainnya, seperti Bank Dunia dan Dana
Moneter Internasional (IMF). Menjelang akhir tahun 1960-an, atas kerja sama
dengan Bank Dunia, IMF, dan ADB (Bank Pembangunan Asia) dibentuk suatu
kelompok konsorsium yang disebut Inter-Government Group on Indonesia
(IGGI), yang terdiri atas sejumlah Negara maju, termasuk Jepang dan Belanda,
dengan tujuan membiayai pembangunan ekonomi di Indonesia. Boleh dikatakan
bahwa Indonesia pada saat itu sangat beruntung (Tambunan, 2003).
Pada bulan April 1969 Repelita I (rencana pembangunan lima tahun
pertama) dimulai dengan penekanan utama pada pembangunan sektor pertanian
dan industri-industri yang terkait, seperti “Agroindustri”. Sebagai suatu
rangkuman, sejak masa Orde Lama hingga berakhirnya masa Orde Baru dapat
dikatakan ahwa Indonesia tlah mengalami dua orientasi kebijakan ekonomi yang
berbeda, yakni dari ekonomi tertutup yang berorientasi sosialis padan zaman
rezim Soekarno ke ekonomi terbuka berorientasi kapitalis pada masa
pemerintahan Soeharto. Perubahan orientasi kebijakan ekonomi ini membuat
kinerja ekonomi nasional pada masa pemerintahan Orde Baru menjadi jauh lebih
baik dibandingkan masa pemerintahan Orde Lama. (Tambunan, 2003).
c. Pemerintahan Transisi
Pada tanggal 14 dan 15 Mei 1997, nilai tukar baht Thailand terhadap dolar
AS mengalami suatu goncangan hebat akibat para investor asing mengambil
keputusan ‘jual’. Mereka mengambil sikap demikian karena tidak percaya lagi
11
terhadap prospek perekonomian Negara tersebut, paling tidak untuk jangka
pendek. Untuk mempertahankan nilai tukar baht agar tidak jatuh terus, pemerintah
Thailand melakukan intervensi dan didukung juga oleh bank sentral Singapura.
Akan tetapi, pada hari rabu, 2 Juli 1997, bank sentral Thailand terpaksa
mengumumkan bahwa nilai tukar baht dibebaskan dari ikatan dengan dolar AS,
sejak saat itu nasibnya diserahkan sepenuhnya kepada pasar.
Sekitar bulan September 1997, nilai tukar rupiah yang terus melemah
mulai menggoncang perekonomian nasional. Untuk mencegah agar keadaan tidak
tambah buruk, pemerintahan Orde Baru mengambil beberapa langkah kongkrit. Di
antaranya menunda proyek-proyek senilai Rp 39 triliun dalam upaya
mengimbangi keterbatasan anggaran belanja Negara yang sangat dipengaruhi oleh
perubahan nilai rupiah tersebut. Pada akhir bulan Oktober 1977, lembaga
keuangan internasional itu mengumumkan paket bantuan keuangannya pada
Indonesia yang mencapai 40 miliar dolar AS, 23 miliar di antaranya adalah
pertahanan lapis pertama (front –line defence). Sehari setelah pengumuman itu,
seiring dengan paket reformasi yang ditentukan oleh IMF, pemerintah Indonesia
mengumumkan pencabutan izin usaha 16 bank swasta yang dinilai tidak sehat. Ini
merupakan awal kehancuran perekonomian Indonesia (Tambunan, 2003).
d. Pemerintahan Reformasi
Pada pertengahan tahun 1999 dilakukan pemilihan umum, yang dimenangi
oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P). Bulan Oktober 1999
dilakukan SU MPR dan pemilihan presiden diselenggarakan pada tanggal 20
Oktober 1999. KH Abdurrahman Wahid atau biasa dipanggil Gus Dur terpilih
sebagai presiden RI keempat dan Megawati Soekarno Putri sebagai wakil
presiden. Pada tanggal 20 Oktober menjadi akhir pemerintahan transisi, dan awal
dari pemerintahan Gus Dur yang sering disebut juga pemerintahan reformasi.
Dalam
hal
ekonomi,
dibandingkan tahun
sebelumnya
(1999),
kondisi
perekonomian Indonesia mulai mewujudkan adanya perbaikan. Laju pertumbuhan
PDB mulai positif walaupun tidak jauh dari 0% dan pada tahun 2000 proses
pemulihan perekonomian Indonesia jauh lebih baik lagi, dengan laj pertumbuhan
hampir mencapai 5%. Selain pertumbuhan PDB, laju inflasi dan tingkat suku
12
bunga (SBI) juga rendah, mencerminkan bahwa kondisi moneter di dalam negeri
sudah mulai stabil (Tambunan, 2003).
e. Pemerintahan Gotong Royong
Setelah Presiden Wahid turun, megawati menjadi presiden Indonesia yang
kelima. Pemerintahan megawati mewarisi kondisi perekonomian Indonesia yang
jauh lebih buruk dari pada masa pemerintahan Gus Dur. Meskipun IHSG dan nilai
tukar rupiah meningkat cukup signifikan sejak diangkatnya Megawati menjadi
presiden melalui sidang Istimewa (SI) MPR, posisinya tetap belum kembali pada
tingkat pada saat Gus Dur terpilih menjadi presiden.
Keterpurukan kondisi ekonomi yang ditinggal Wahid kian terasa jika
dilihat dari perkembangan indikator ekonomi lainnya, seperti tingkat suku bunga,
inflasi, saldo neraca pembayaran, dan APBN. Suku bunga untuk Sertifikat Bank
Indonesia (SBI), misalnya pada awal pemerintahan Megawati mencapai di atas
17%, padahal saat awal pemerintahan Wahid hanya sekitar 13%. Bersamaan
dengan itu, tingkat suku bunga deposito perbankan juga ikut naik menjadi sekitar
18%, sehingga pada masa itu menimbulkan kembali kekhawatiran masyarakat dan
pelaku bisnis bahwa bank-bank akan kembali melakukan bleeding (Tambunan,
2003).
2.5.2 Sejarah Pertanian Indonesia
Menurut Van Der Kolff, di Indonesia juga terdapat tingkat kemajuan
pertanian seperti yang digambarkan oleh E. Hahn, yaitu mengembara, bertani
secara mencangkul, dan bertani dengan bajak (Tohir, 1965).
1. Tingkat mengembara. Orang Benua dari pulau-pulau Rempang, Galang
dan Batem dari daerah Riau adalah suatu suku yang masih hidup
mengembara. Orang-orang ini hidupnya dari pemberian alam seperti tikus,
katak, ular, monyet, babi hutan dan daun-daunan. Mereka ini belum
mengenal pertanian (bercocok tanam).
2. Tingkat bertani secara mencangkul (pertama) atas dasar umbi-umbian dan
daun-daunan. Pertanian secara demikian masih dikenal orang di pulaupulau Mentawai dan di Irian. Jenis-jenis tanaman yang diperusahakan
13
ialah sagu, kelapa, buah-buahan, pisang, keladi, alocasia, ubi, gadung,
kalebas, tebu, mentimun, dan sayur daun-daunan.
3. Tingkat bertani secara mencangkul (kedua) atas dasar gandum. Umumnya
diperusahakan orang tanaman padi, akan tetapi dibeberapa daerah jenis
gandum yang penting ialah jagung (di Timor) dan cantel atau jail (di
Toraja).
4. Tingkat bertani secara membajak. Boleh dikatakan bahwa daerah-daerah
pertanian yang penting di Indonesia telah mempunyai tingkatan tersebut.
Perlu kiranya dikemukakan disini, bahwa ada juga orang yang tidak dapat
menyetujui buah pikiran E. Hahn dan Van Der Kolff itu.
2.6 Peranan Sektor Pertanian Dalam Kemandirian Ekonomi
Mengikuti analisis klasik dari Kuznets (1994), pertanian di LDCs dapat
dilihat sebagai suatu sektor ekonomi yang sangat potensial dalam empat bentuk
kontribusinya terhadap pertumbuhan dan pembangunan ekonomi nasional, yaitu
sebagai berikut (Tambunan, 2003):
1. Ekspansi dari sektor-sektor ekonomi lainnya sangat tergantung pada
pertumbuhan output di sektor pertanian, baik dari sisi permintaan sebagai
sumber pemasukan makanan yang kontinu mengikuti pertumbuhan
penduduk, maupun dari sisi penawaran sebagai sumber bahan baku bagi
keperluan produksi di sektor-sektor lain seperti industri manufaktur dan
perdagangan (kontribusi produk).
2. Di Negara-negara agraris seperti Indonesia, pertanian berperan sebagai
sumber penting dari sektor-sektor ekonomi lainnya (kontribusi pasar).
3. Sebagai suatu sumber modal untuk investasi di sektor-sektor ekonomi
lainnya (kontribusi faktor-faktor produksi).
4. Sebagai sumber penting bagi surplus neraca perdagangan (sumber devisa),
baik lewat ekspor hasil-hasil pertanian maupun dengan peningkatan
produksi pertanian dalam negeri menggantikan impor/subtitusi impor
(kontribusi devisa).
14
2.6.1 Kinerja dan Peran Sektor Pertanian di Indonesia
1. Pertumbuhan Output Sejak Tahun 1970-an
Mungkin sudah merupakan suatu evolusi alamiah seiring dengan proses
industrialization, di mana pangsa output afregat (PDB) dari pertanian relative
menurun sedangkan dari industry manufaktur dan sektor-sektor sekunder lainnya
dan sektor tersier meningkat. Perubahan struktur ekonomi sepeerti ini juga terjadi
di Indonesia. Penurunan kontribusi output dari pertanian terhadap pembentukan
PDB ini bukan berarti bahwa volume produksi di sektor tersebut berkurang
(pertumbuhan negatif) selama periode tersebut, tetapi laju pertumbuhan outputnya lebih lambat dibandingkan laju pertumbuhan output di sektor-sektor lain. Hal
ini bisa terjadi karena secara rata-rata, elastisitas pendapatan dari permintaan
terhadap komoditas pertainan lebih kecil daripada elastisitas pendapatan dari
permintaan terhadap produk-produk dari sektor-sektor lain seperti barang-barang
industri. Jadi, dengan peningkatan pendapatan, laju pertumbuhan permintaan
terhadap komoditas pertanian lebih kecil daripada terhadap barang-barang industri
(Tambunan, 2003).
2. Pertumbuhan dan Diversifikasi Ekspor
Komoditas pertanian Indonesia yang diekspor cukup bervariasi mulai dari
getah karet, kopi, udang, rempah-rempah, mutiara, hingga berbagai macam sayur
dan buah. Di antara komoditas-komoditas tersebut, yang paling besar nilai
ekspornya adalah udang dengan rata-rata sedikit di atas 1 milliar dolar AS selama
periode yang sama (Tambunan, 2003).
3. Kontribusi Terhadap Kesempatan Kerja
Sudah diduga bahwa di suatu Negara agraris besar seperti Indonesia, di
mana ekonomi dalam negerinya masih didominasi oleh ekonomi pedesaan,
sebagian besar dari jumlah angkatan/tenaga kerja bekerja di pertanian. Apabila
dilihat pola perubahan kesempatan kerja di pertanian dan industri manufaktur
selama satu periode tersebut, pangsa kesempatan kerja dari sektor pertama
menunjukkan suatu tren pertumbuhan yang menurun, sedangkan di sektor kedua
meningkat. Perubahan struktur kesempatan kerja ini sesuai dengan apa yang
15
diprediksi oleh teori mengenai perubahan struktur ekonomi yang terjadi dalam
suatu proses pembangunan ekonomi jangka panjang (Tambunan, 2003).
4. Ketahanan pangan
Di Indonesia, ketahanan pangan merupakan salah satu topic yang sangat
penting, bukan saja dilihat dari nilai-nilai ekonomi dan sosial, tetapi masalah ini
mengandung konsekuensi politik yang sangat besar. Dapat dibayangkan apa yang
akan terjadi dengan kelangsungan suatu kabinet pemerintah atau stabilitas politik
di dalam negeri apabila Indonesia terancam kekurangan pangan atau kelaparan. Di
berbagai Negara banyak yang menggunakan ketahanan pangan sebagai alat politik
bagi seorang presiden untuk mendapatkan dukungan dari rakyatnya. Ketahanan
pangan menjadi tambah penting lagi terutama karena saat ini Indonesia
merupakan salah satu anggota Organisasi Perdagangan Dunia (WTO). Artinya, di
satu pihak, pemerintah harus memperhatikan kelangsungan produksi pangan di
dalam negeri demi menjamin ketahanan pangan, namun, di pihak lain Indonesia
tidak bisa menghambat impor pangan dari luar. Dalam kata lain, apabila Indonesia
tidak siap, keanggotaa di dalam WTO bisa membuat Indonesia menjadi sangat
tergantung pada impor pangan, dan ini dapat mengancam ketahanan pangan di
dalam negeri (Tambunan, 2003).
2.7 Masalah Dasar Ekonomi Pertanian
Inti dari masalah ekonomi adalah ‘kelangkaan’.tidak semua sumberdaya
yang tersedia cukup untuk menghasilkan semua barang dan jasa yang dibutuhkan
manusia, sehingga perlu ditentukan produk apa yang akan dihasiilkan (‘What’),
bagaimana cara memproduksinya (‘How’), dan untuk siapa barang tersebut
diproduksi (‘For Whom’). Produk hasil pertanian mempunyai karakteristik yang
tidak sama dengan produk industri. Sifat produknya yang mudah rusak, musiman
dan sangat bergantung pada factor alam membuat petani/produsen produk
pertanian harus melakukan pertimbangan matang sebelum memproduksi
komoditas tertentu (Antriyandarti, 2012).
Dalam aktivitas ekonomi, para pelaku ekonomi saling berinteraksi satu
dengan yang lain. Produsen memerlukan input (tanah, tenaga kerja, sumberdaya
16
alam) untuk berproduksi, konsumen memerlukan barang atau jasa. Rumah tangga
petani mempunyai peran sebagai konsumen sekaligus produsen. Demikian juga
masyarakat dapat juga berperan sebagai produsen, penyedia atau pemilik factor
produksi (tenaga kerja, tanah, modal). Interaksi antara pelaku ekonomi (dalam
bentuk perekonomian sederhana) menimbulkan terjadinya aliran barang/jasa dan
uang.
Produsen dan konsumen berinteraksi dalam menentukan tingkat harga dan
kuantitas, baik input maupun output. Diasumsikan hanya terdapat dua pasar, yaitu
pasar input (factor produksi) dan pasar output (hasil produksi). Produksi
menetapkan harga produk yang akan dijual berdasarkan biaya factor produksi
(input) yang digunakan. Harga produk yang terjadi di pasar menunjukkan
keseimbangan antara permintaan konsumen (rumah tangga) dan penawaran
produsen (perusahaan). Sedangkan harga factor produksi (input) di pasar
menunjukkan keseimbangan penawaran rumah tangga dengan permintaan
produsen (perusahaan). Untuk produk hasil pertanian, beberapa komoditas
mendapat intervensi dari pemerintah dalam penentuan harganya, seperti beras.
Demikian pula harga input pertanian seperti pupuk urea juga diintervensi oleh
pemerintah (Antriyandarti, 2012).
2.8 Langkah Yang Dilakukan Dalam Mengembangkan Sektor Pertanian
Untuk Menjaga Stabilitas Ekonomi
Berbagai macam cara yang dapat dilakukan dalam mengembangkan sektor
pertanian untuk perekonomian Indonesia yang lebih baik, dimulai dari diri kita
sendiri yang mestinya harus mencintai Negara kita yang kaya akan sumber daya
alamnya yang identic dengan agraris, serta mempelajari ilmu-ilmu yang berkaitan
dengan ekonomi pertanian. Dengan demikian maka dapat diaplikasikan dalam
kehidupan sehari-hari, dimulai dari hal terkecil seperti mendukung dan
mengkonsumsi produk pertanian dalam negeri. Ada beberapa langkah yang dapat
kita lakukan bersama untuk mengembangkan perekonomian Negara melalui
sektor pertanian.
1. Peluang Memperkuat Swasembada Pangan
17
Upaya mewujudkan ketahanan pangan nasional selalu menjadi salah satu
prioritas pembangunan nasional pada setiap periode pemerintahan. Salah satu
langkah kebijakan yang diambil adalah dengan meningkatkan kemampuan
produksi dalam negeri untuk produksi pangan utama dan mengurangi
ketergantungan terhadap impor dan menghindari terjadinya krisis pangan yang
dapat berdampak luas. Target meningkatkan kemandirian pangan menjadi
program pemerintah yang terus diupayakan dengan berbagai cara (Pertanian,
2015).
Kunci
pencapaian kemandirian pangan adalah dengan pemanfaatan
sumberdaya pertanian secara optimal dengan penerapan teknologi maju, dengan
kebijakan dan arah investasi pertanian yang tepat. Investasi pertanian harus
diarahkan pada titik-titik krusial yang memiliki multiplier terbesar dalam jangka
panjang. Misalnya pengembangan potensi lahan kering dan lahan rawa pasang
surut, dapat menjadi salah satu focus kebijaka untuk meningkatkan kemampuan
produksi swasembada pangan terutama komoditas padi kedepan (Pertanian,
2015).
Upaya ini harus dilakukan dengan dukungan kebijakan dan program yang
komprehensif, yang meliputi pemetaan dan karakterisasi potensi sumber daya,
investasi terutama terkait dengan:
a. Irigasi dan pengelolaan air
serta infrastruktur lainnya terutama
aksesibilitas.
b. Pengembangan system usaha tani, dengan penerapan teknologi budidaya
spesifik lokasi termasuk mekanisasi pertanian dan pengembangan varietas
unggul.
c. Fasilitas dan pemberdayaan masyarakat menuju learning society.
Optimalisasi pemanfaatan sumberdaya pertanian, terutama lahan pada sektor
non pangan untuk produksi pangan juga perlu mendapatkan perhatian. Potensi
pemanfaatan lahan perkebunan untuk produksi pangan ternyata cukup
menjanjikan karena luas perkebunan yang cukup besar terutama Luar Jawa.
Dalam perspektif kedepan, pengembangan teknologi maju akan menjadi salah
satu kunci peningkatan produksi pangan secara berkelanjutan. Penelitian nano
18
teknologi dan aplikasinya pada sektor pertanian, telah memberikan harapan
peningkatan efektivitas dan efisiensi pada penggunaan pupuk dan pestisida dalam
mengembangkan nano pupuk dan nano pestisida. Di samping itu, teknologi nano
juga memiliki potensi besar dalam meningkatkan kualitas dan daya simpan
produk pertanian (Pertanian, 2015).
2. Memperkuat Daya Saing Produk Pertanian
Ada empat dimensi daya saing yang dirangkum untuk dijadikan landasan
untuk menetapkan langkah-langkah strategis yang diperlukan untuk memperkuat
daya saik produk-produk pertanian. Lingkup sorotan dimensi-dimensi tersebut
meliputi (Pertanian, 2014):
1. Wawsan daya saing dan kinerja pembangunan pertanian.
2. Kinerja daya saing berbagai kategori produk pertanian.
3. Daya saing dalam prespektif kawasan yaitu yang menyangkut antar
Negara dalam satu kawasan dan daya saing daerah dalam suatu Negara.
4. Dukungan sumber daya seperti sumber daya alam, sumber daya manusia,
dan sumber daya genetika.
Keempat dimensi tersebut tidak berdiri sendiri, tetapi menpunyai kaitan antara
satu terhadap yang lain. Pemahaman wawasan daya saing tidak saja menyangkut
aspek ekonomi yang dapat saja menjadi perangkap untuk masuk dalam arus
liberalisasi perdagangan tetapi juga tetap memperhatikan kepentingan politik
dalam negeri yang mengutamakan kesejahteraan rakyat. Termasuk aspek budaya
adalah upaya memajukan budaya kreatif disamping dukungan berbagai sumber
daya yang diperlukan (Pertanian, 2014).
19
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
- Pertanian adalah suatu jenis kegiatan produksi yang berlandaskan proses
pertumbuhan tumbuh-tumbuhan dan hewan. Pertanian dalam arti sempit
dinamakan dengan pertanian rakyat, dalam percakapan sehari-hari yang dimaksud
dengan pertanian ialah hanya sebatas bercocok tanam. Sedangkan menurut ilmu
pertanian dalam arti luas, istilah pertanian tidaklah saja meliputi pertanian dalam
arti yang sempit, ia meliputi juga cabang-cabang produksi seperti ; peternakan,
perikanan, kehutanan, perkebunan dan sebagainya.
- Sistem ekonomi adalah suatu sistem yang mengatur serta menjalin hubungan
ekonomi antar manusia dengan seperangkat kelembagaan dalam suatu tatana
kehidupan. Kehidupan perekonomian atau system ekonomi di Indonesia tidak
terlepas dari prinsip-prinsip dasar dari pembentukan Republik Indonesia yang
tercantum dalam Pancasila dan UUD 1945.
- Peranan penting sektor pertanian dapat dilihat sebagai suatu sektor ekonomi
yang sangat potensial dalam empat bentuk kontribusinya terhadap pertumbuhan
dan pembangunan ekonomi nasional.
- Langkah sederhana awal yang dapat kita lakukan untuk mengembangkan sektor
pertanian untuk menjaga stabilitas perekonomian Negara adalah dengan
memperkuat swasembada pangan dan memperkuat daya saing produk pertanian.
Dengan teknologi yang maju dan berkelanjutan.
3.2 Saran
Pemuda merupakan harapan emas untuk meneruskan cita-cita bangsa,
mensejahterkan kehidupan masyarakat, dan memakmurkan rakyat. Salah satu
langkah yang dapat dikukan adalah melalui sektor pertanian yang mempunyai
peran penting dalam ketahanan pangan. Sebagai pemuda janganlah menganggap
sektor pertanian sebagai suatu hal yang remeh, dan mengabaikannya, atau bahkan
menjauhi hal-hal berbau pertanian karena dianggap jorok. Hal-hal semacam itu
yang perlu kita waspadai, karena pangan dapat menjadi senjata politik yang
mampu memperbudak rakyat.
Mencintai produk-produk pertanian utamanya dalam negeri merupakan
langkah kecil untuk membantu kesejahteraan para petani/produsen, dengan
demikian membantu modal untuk mereka dan mengurangi impor pangan. Karena
Negara kita adalah Negara agraris yang kaya akan sumber daya alamnya, terkenal
dengan sebutan Macan Asia. Namun sebutan itu kini tidak sesuai dengan realita
yang ada, maka penulis mengajak semua untuk bersama-sama kita munculkan
kembali Macan Asia tersebut yang mampu menerkam dunia dan membawa
kesejahteraan bagi rakyatnya.
20
DAFTAR PUSTAKA
Antriyandarti, E., 2012. Ekonomi Mikro Untuk Ilmu Pertanian. 1 ed. Yogyakarta:
Nuha Litera.
Djamin & Zulkarnain, 1993. Perekonomian Indonesia. 2 ed. Jakarta: Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia.
Pertanian, K., 2014. Memperkuat Daya Saing produk Pertanian. Jakarta: Badan
Litbang Pertanian.
Pertanian, K., 2015. Memperkuat Kemampuan Swasembada Pangan. Jakarta:
Badan Litbang Pertanian.
Soetriono & Suwandari, A., 2016. Pengantar Ilmu Pertanian. Malang: Intimedia.
Tambunan, T. T., 2003. Perekonomian Indonesia "beberapa masalah penting". 1
ed. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Tambunan, T. T., 2014. Perekonomian Indonesia. 3 ed. Bogor: Ghalia Indonesia.
Tohir, K. A., 1965. Pengantar Ilmu Pertanian. Bandung: W. Van Hoeve.
21
CURICULLUM VITAE
Nama
: Ifan Fadlillah
Tempat / Tanggal Lahir
: Lamongan, 22 Oktober 1996
Alamat
: Jl. Nginden VI, no 86, Sukolilo, Surabaya.
Asal Cabang
: HMI Cabang Surabaya
Fak / Progdi / Stambuk
: Pertanian / Agroteknologi / 2015
Universitas
: Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jatim
No HP
: 0812 4975 7159
Alamat email
: [email protected]
Riwayat Pendidikan
1. MI Muhammadiyah 04 Latek, Lamongan
2. MTs Muhammadiyah 15 Lamongan
3. SMK Harapan Aweida Mimika, Papua
Jenjang Training Di HMI
1. LK 1 HMI Komisariat Perkapalan SN, Cabang Surabaya tahun 2016
2. Laksus 1 LTMI Cabang Surabaya tahun 2016
Pengalaman Organisasi
Di HMI
1. Dept. Administrasi Lembaga Teknologi Mahasiswa Islam Cabang
Surabaya Periode 2017-2018
2. Sekretaris Umum HMI Cabang Surabaya Komisariat Jenderal Sudirman
UPN periode 2017-2018
Di Luar HMI
1. Anggota Bidang Minat dan Bakat Ikatan Mahasiswa Agroteknologi UPN
Jatim periode 2015-2016
2. Wakil Ketua Ikatan Mahasiswa Lamongan UPN Jatim periode 2015-2016
22
3. Anggota Bidang Keorganisasian Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas
Pertanian periode 2016-2017
4. Anggota UKM Musik Satya Palapa UPN Jatim
23