Model Pemantauan Pelaksanaan SNP Berbant

EM (1) (2017)

Educational Management
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/eduman

MODEL PEMANTAUAN PELAKSANAAN SNP BERBANTUAN SISTEM
INFORMASI PENGAWAS SEKOLAH PADA SMA DI KABUPATEN
MANGGARAI BARAT
Sarifudin Wahyu Hardyanto, Suwito Eko Pramono
Prodi Manajemen Pendidikan, Program Pascasarjana, Universitas Negeri Semarang, Indonesia

Info Artikel
SejarahArtikel:
DiterimaAgustus 2017
DisetujuiAgustus 2017
DipublikasiAgustus
2017

Keywords:
Monitoring, SNP,
Information System,

School Supervisor

Abstrak
Tujuan dari penelitian ini adalah (1) menganalisis model faktual pemantauan pelaksanaan delapan SNP
yang dilakukan pengawas sekolah, (2) Menghasilkan dan menganalisis model pemantauan pelaksanaan
SNP berbantuan sistem informasi pengawas sekolah, dan (3) Menganalisis kelayakan model pemantauan
pelaksanaan SNP berbantuan sistem informasi pengawas sekolah spada SMA di Kabupaten Manggarai
Barat. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah R&D meliputi tahap pendahuluan,
pengembangan dan pengujian. Sumber data dalam penelitian ini adalah pengawas sekolah dan kepala
sekolah. Intrumen pengumpulan data adalah pedoman wawancara, panduan penelusuran dokumen,
lembar validasi. Teknik pengumpulan data adalah wawancara, penelusuran dokumen, Delphi exercise, dan
angket tertutup. Teknik analisis data dengan model interaktif, analisis kuantitatif dan deskriptif kualitatif.
Hasil penelitian 1) tahap pendahuluan berupa model faktual pemantauan SNP, 2) tahap pengembangan
berupa model hipotetik yaitu model konseptual yang telah divalidasi oleh ahli dan praktisi, dan 3) model
final pada tahap pengujian berupa model pemantauan pelaksanaan SNP berbantuan sistem informasi
pengawas sekolah. Kesimpulan penelitian ini adalah model pemantauan pelaksanaan SNP berbantuan
sistem informasi pengawas sekolah sangat praktis untuk digunakan pengawas sekolah. Disarankan kepada
para pengawas sekolah dan kepala sekolah di Kabupaten Manggarai Barat untuk menggunakan model ini
agar proses memantauan pelaksanaan pemenuhan SNP secara efektif dan efisien demi peningkatan mutu
pendidikan


Abstract
The objectives of this research were: (1) to analyze the factual model of monitoring the implementation of
eight SNPs by the school supervisor, (2) to produce and analyze the monitoring model of SNP
implementation assisted by school supervisory information system, and (3) to analyze the feasibility of
monitoring model of SNP implementation assisted school supervisory information system at High School
in West Manggarai Regency. The method used in this research was R & D included preliminary stage,
development and testing. Sources of data in this study were school supervisors and principals. Intruments
of data collection were interview guides, document search guides and validation sheets. Data collection
techniques were interviews, document tracking, Delphi exercise, and closed questionnaires. Data analysis
techniques used interactive models, quantitative analysis and qualitative descriptive. The results of research
showed: 1) the preliminary stage was the factual model of SNP monitoring, 2) the development stage in the
form of hypothetical model that was conceptual model that has been validated by expert and practitioner,
and 3) the final model in the testing phase was a monitoring model of the SNP implementation assisted by
school supervisory information system. The conclusion of this research was that Monitoring Model for
Implementation of National Education Standards (SNP) Assisted by School Supervisoyr Information
System was very practical to be used by school supervisor. It is suggested that school supervisors and school
principals in West Manggarai Regency use this model so that the process of monitoring SNP
implementation can be run effectively and efficiently in order to improve the quality of education.


© 2017 UniversitasNegeri Semarang
p-ISSN
e-ISSN



Alamatkorespondensi:
SMAN 3 Komodo, Labuan Bajo, 86754
E-mail: sarifudin@students.unnes.ac.id

1

yakni bahwa supervisi manajerial dan pembinaan
yang dilakukan pengawas sekolah untuk
meningkatkan kemampuan profesional kepala
sekolah sangat berperan dalam mewujudkan kepala
sekolah yang profesional dan berkualitas, serta
membantu kepala sekolah dalam mengelola
sekolah. Selain itu, melalui supervisi manajerial
pengawas sekolah memberikan kontribusi terhadap

peningkatan mutu beberapa standar nasional
pendidikan.
Kualitas satuan pendidikan yang dibuktikan
dengan perolehan nilai akreditasi sekolah memiliki
kaitan dengan pelaksanaan supervisi manajerial
pengawas sekolah. Melalui pelaksanaan supervisi
manajerial,
pengawas
sekolah
memantau
pemenuhan pelaksanaan SNP.
Rendahnya nilai pelaksanaan delapan SNP
merupakan implikasi dari rendahnya mutu SMA.
Hal ini disebabkan oleh pemantauan pelaksanaan
SNP yang tidak efektif (jarang dilakukan dan tidak
menyeluruh), sehingga pengawas sekolah tidak
dapat membuat program yang tepat bagi sekolah
binaannya dan tidak dapat melakukan prioritas
pembinaan sesuai kebutuhan sekolah binaannya.
Suhardan (2010:57) menjelaskan bahwa sebagai

seorang konsultan, supervisor harus memiliki data
yang akurat tentang semua masalah, kemudian
dianalisis dan dievaluasi untuk bahan layanan
supervisi. Data merupakan bahan untuk
meningkatkan mutu sekolah dan dari data tersebut
dapat diketahui berbagai masalah yang harus
dipecahkan. Hal tersebut diperkuat oleh Nafiul
(2013) dalam penelitian yang mengatakan bahwa
hasil analisis data menunjukkan kinerja 15
pengawas SMA dalam melaksanakan program
pengawasan delapan SNP berhasil kurang baik.
Rendahnya nilai pelaksanaan delapan SNP
juga disebabkan oleh karena tidak ada tindak lanjut.
Pengawas
yang
melakukan
pemantauan
pelakasanaan SNP hasilnya hanya disampaikan
kepada kepala sekolah dan tidak sosialisasikan
kepada guru dan staf tata usaha. Program tindak

lanjut merupakan kegiatan yang tepat dan
bermanfaat untuk meningkatkan pemenuhan
pelaksanaan delapan SNP.

Pendahuluan
Pengawas sekolah memiliki tanggung jawab
untuk tercapainya mutu pendidikan di sekolah yang
dibinanya (Sudjana, 2012a:20). Tanggung jawab
pengawas ini terwujud dalam tugas dan
kewajibannya sebagai seorang pengawas. Tugas
pokok pengawas sekolah adalah melakukan
pengawasan akademik dan pengawasan manajerial
pada satuan pendidikan (Sudjana, 2012a:16).
Dalam melaksanakan tugas pokok tersebut,
pengawas sekolah berkewajiban untuk: (1)
menyusun program pengawasan akademik dan
manajerial, (2) melaksanakan pengawasan
akademik dan manajerial sesuai program yang
sudah disusun, (3) mengevaluasi program
pengawasan akademik dan manajerial, (4)

melaksanakan pembimbingan dan pelatihan
profesional guru dan pembinaan kepala sekolah,
dan (5) menyusun laporan hasil pengawasan
akademik dan manajerial (Sudjana, 2012a:17-18).
Sudjana (2012a: 20) menyatakan bahwa
“pengawas sekolah bertanggung jawab atas
terlaksananya delapan standar nasional pendidikan
pada sekolah-sekolah yang menjadi binaanya”.
Tugas pemantauan pelaksaan delapan SNP
dilaksanakan oleh pengawas sekolah. Melalui
pelaksanaan tugas pemantauan ini akan didapatkan
informasi/laporan yang akurat dan aktual
mengenai ketercapaian pemenuhan standar
nasional pendidikan pada satuan pendidikan dan
dapat menjadi acuan untuk penyusunan program
supervisi.
Hasil penelitian terdahulu terkait dengan
pelaksanaan supervisi manajerial mengungkapkan
tentang proses supervisi dan manfaat supervisi.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Kotirde et al.

(2015), diuangkapkan bahwa proses supervisi
sekolah menengah mencakup dua tahap yaitu
supervisi kepala sekolah dan supervisi guru. Setiap
tahap berfokus pada pencapaian output (hasil)
supervisi masing-masing tahap. Output dari
supervisi kepala sekolah adalah pada pencapaian
frekuensi dari norma, nilai, karakter, dan
persaingan gender di sekolah. Warun (2008) dalam
penelitiannya mengungkapkan manfaat supervisi,

2

Pemantauan delapan SNP selama ini
menggunakan instrumen pemantauan delapan SNP
berbasis kerta (hasil print out) yang terdiri dari
delapan eksemplar yang sesuai dengan standar
nasional yang ada.
Pengawas
sekolah
yang

melakukan
pemantauan menggunakan instrumen tersebut
dengan cara tidak langsung, yaitu pengawas
sekolah memberikan instrumen tersebut untuk diisi
sendiri (evaluasi diri) oleh sekolah dan setelah diisi
dikembalikan lagi kepada pengawas sekolah.
Instrumen yang telah diisi tersebut
seharusnya oleh pengawas dihitung jumlah skor
yang diperoleh dan selanjutnya di persentase
sehingga bisa ditentukan bahwa pelaksanaan setiap
SNP di sekolah binaannya tergolong kategori amat
baik, baik, cukup baik atau kurang baik akan tetapi
pengawas SMA tidak melakukan pemrosesan data
sehingga tidak mempunyai data yang akurat
tentang capaian pemenuhan SNP pada sekolah
binaannya.
Melaksanakan pemantauan pelaksanaan
delapan SNP dengan instrumen berbasis kertas
(print out) memiliki beberapa kelemahan, yaitu: 1)
Pengawas sekolah harus memiliki waktu khusus ke

sekolah binaannya masing-masing untuk membawa
instrumen pemantauan pelaksanaan delapan SNP;
2) Pengawas sekolah yang memiliki beberapa
sekolah binaan yang berjauhan maka pengantaran
instrumen pemantauan pelaksanaan delapan SNP
memerlukan waktu dan biaya khusus; 3)
Pengembalian instrumen yang telah diisi oleh pihak
sekolah kepala pengawas sekolah sering tidak tepat
waktu dan tidak utuh; dan 4) Perlu ketelitian
pengawas sekolah untuk menghitung skor dan
persentase masing-masing standar kemudian
mengkonversikannya kedalam bentuk tabel dan
grafik.
Wilayah perairan yang lebih luas dibanding
daratan dan juga di beberapa kecamatan
merupakan pegunungan dan rawa merupakan
tantangan dan hambatan tersendiri bagi para
pengawas SMA di Manggarai Barat dalam
menunaikan tugasnya, apalagi dengan keterbatasan
sarana

transportasi.
Sebagaimana
yang
diidentifikasi oleh Beeby yang dikutip oleh Maunah
et al. (2008:153) bahwa salah satu kendala supervisi

adalah kurang transportasi akibat kondisi geografis.
Sarana transportasi yang relatif terbatas untuk
menjangkau wilayah binaan yang luas dan kondisi
geografis yang sulit dijangkau. Berbagai persoalan
di atas menjadikan upaya pemantauan dari
pengawas SMA dirasakan kurang maksimal
dikarenakan kecilnya tingkat interaksi antara
pengawas dengan guru guru dan kepala sekolah.
Karena itu perlu terobosan dalam rangka
meningkatkan efektivitas kegiatan pengawasan,
khususnya dalam hal pemantauan pelaksanaan
SNP tengah minimnya interaksi antara kepala
sekolah dan pengawas.
Terbatasnya waktu dan biaya sebenarnya
bisa disiasati dengan pemanfaatan teknologi
informasi sebagai strategi pelengkap/komplemen
dalam proses pemantauan pelaksanaan SNP.
Banyak pilihan yang bisa diambil pengawas dalam
rangka mengembangkan teknologi informasi
sebagai sumber informasi dan media komunikasi
pengawasan. Hendarman (2015:76) menyatakan
bahwa dimensi kerja pengawas sekolah tidak hanya
semata-mata bersifat adminstratif, tetapi justru lebih
banyak pada dimensi pedagogik. Pengawas sekolah
mau tidak mau harus menguasai TIK secara
komprehensif dan memanfaatkan TIK secara
strategis, efektif, dan cepat. Penguasaan terhadap
TIK tersebut akan membuat tugas pengawas
sekolah menjadi lebih efektif dan efisien karena
dimungkinkan dapat melakukan interaksi secara
regular dan cepat tanpa harus bertemu secara
langsung dengan mitra mereka di sekolah, yaitu
kepala sekolah dan guru. Dengan menguasai TIK,
maka kerja sama antara pengawas dan unsur
pengelola sekolah dapat memperpendek rantai
permasalahan yang terjadi selama ini akibat lokasi
sekolah yang relatif tidak mudah dijangkau.
Permasalahan
yang
diajukan
dalam
penelitian ini adalah bagaimanakah model
pemantauan pelaksanaan SNP yang dilakukan
pengawas sekolah saat ini, bagaimanakah model
pemantauan pelaksanaan SNP yang sesuai dengan
kebutuhan pengawas sekolah, dan bagaimanakah
keefektifan model pemantauan pelaksanaan SNP
berbantuan SIPS? Tujuan penelitian ini adalah: 1).
bagaimanakah model pemantauan pelaksanakan
delapan SNP melalui supervisi pengawas sekolah

3

yang selama ini dilaksanakan?, 2) bagaimanakah
model pemantauan pelaksanaan delapan SNP yang
sesuai kebutuhkan pengawas sekolah pada SMA di
Kabupaten
Manggarai
Barat?,
dan
3)
bagaimanakah keefektifan model pemantauan
pelaksanaan SNP berbantuan Sistem Informasi
Pengawas Sekolah yang digunakan oleh pengawas
sekolah di Kabupaten Manggarai Barat?

pelaksanaan SNP berbantuan sistem informasi
pengawas sekolah, (b) Validasi desain, yaitu proses
kegiatan untuk menilai apakah rancangan produk,
dalam hal ini sistem kerja baru secara rasional akan
lebih efektif dari yang lama atau tidak (Sugiyono,
2013). Validator
terhadap
desain
model
pemantauan SNP berbantuan sistem informasi
pengawas sekolah adalah dua orang ahli dari
Perguruan Tinggi dan dua orang praktisi yaitu
pengawas dan kepala sekolah. Validasi desain
menggunakan instrumen berupa lembar validasi.
Penilaian
desain
model
oleh
validator
menggunakan Skala Likert, (c) perbaikan desain,
kelemahan-kelemahan model konseptual hasil
temuan validator dikurangi dengan cara
memperbaiki desain model sesuai dengan saransaran dari validator. Perbaikan desain model
dilakukan oleh peneliti dan dikonsultasikan
kembali dengan validator. Hasil perbaikan desain
model dinamakan model hipotetik, (3) Tahap
evaluasi, pada tahap ini peneliti melakukan uji coba
produk. Untuk mengetahui kepraktisan model
hipotetik dalam pelaksanaan pemantauan SNP,
model hipotetik diujicobakan secara terbatas pada
pengawas dan kepala sekolah yang telah ditentukan
sebagai sampel dalam penelitian ini. Subjek
ujicobanya adalah lima orang pengawas SMA dan
10 orang Kepala SMA di Kabupaten Manggarai
Barat. Hasil uji coba dilakukan dengan pemberian
kuesioner kepada pengawas dan kepala sekolah
menggunakan skala Likert dengan skor 5 (jika
sangat setuju), 4 (jika setuju), 3 (jika cukup setuju),
2 (jika kurang setuju) dan skor 1 (sangat tidak
setuju) terhadap item penyataan indikator.
Kepraktisan model disimpulkan dari analisis
kualitatif yaitu kesimpulan kualifikasi dari pendapat
subjek uji coba.

Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunalan dalam
penelitian adalah R&D. Menurut Sugiyono
(2011:407) metode penelitian dan pengembangan
adalah metode penelitian yang digunakan untuk
menghasilkan produk tertentu, dan menguji
efektifitas produk tersebut.. Penelitian dan
pengembangan ini meliputi tahap pendahuluan,
pengembangan, dan tahap pengujian. Langkahlangkah penelitian dan pengembangan dimodifiksi
Samsudi (2009:89), yang dikelompokkan menjadi
tiga langkah yaitu: (1) Tahap pendahuluan, peneliti
peneliti melakukan (a) observasi terhadap
pelaksanaan pemantauan SNP; (b) studi literatur,
(c) mengidentifikasi masalah-masalah yang
dihadapi dalam pelaksanaan pemantauan SNP; (d)
mengidentifikasi potensi-potensi pengembangan
model. Mengumpulkan informasi, langkah ini
untuk menemukan model faktual. Oleh karena itu
peneliti melakukan (a) wawancara dengan
pengawas sekolah sampel; (b) memberikan
kuesioner kepada kepala sekolah dan wakil kepala
sekolah sampel; dan (c) studi dokumentasi tentang
pelaksanaan SNP. (2) Tahap pengembangan,
peneliti melakukan (a) rancang model konseptual
untuk mengatasi kelemahan-kelemahan dari model
faktual dengan mendesain produk. Model
konseptual ini merupakan model pemantauan

4

Gambar 1 Alur penelitian dan Pembangan Model Pemantauan SNP Berbantuan SIPS

Sumber data ata subjek penelitian ini adalah
pengawas sekolah, kepala sekolah dan validator.
Penentuan sampel menggunakan teknik purposive
sampling. Instrumen dan teknik pengumpulan data
menggunakan pedoman wawancara, kuesioner
dan ceklis. Uji keabsahan data dengan tianggulasi
sumber dan metode. Teknik analisis data
menggunakan analisis kualitatif dan kuantitatif.

bagi pengawas SMA. Berdasarkan surat tugas
tersebut pengawas sekolah menyusun program
tahunan dan program semester yang meliputi
supervisi akademik dan supervisi manajerial serta
pelaksanaan tugas lainnya. Penyusunan program
dilakukan dengan memperhatikan kalender
akademik dari sekolah binaan pengawas
bersangkutan.
Berpedoman pada program supervisi
tersebut pengawas pembina melakukan supervisi
manajerial kepada sekolah binaan. Pelaksanaan
supervisi manajerial dalam hal ini pemantauan
delapan standar diawali dengan pemberian
informasi kepada sekolah binaan tentang rencana
pelaksanaan pemantauan delapan standar pada
semester tersebut. Informasi disampaikan melalui
kegiatan pertemuan rutin bulanan MKKS SMA.
Informasi juga diberikan pengawas kepada kepala
sekolah binaan dengan cara komunikasi melalui
telpon baik dengan menelpon atau dengan sms.
Pengawas sekolah menyerahkan instrumen
tersebut untuk diisi oleh sekolah. Untuk
menghindari
kesalahan
dalam
pengisian,
pengawas sekolah menjelaskan cara pengisiannya
kepada kepala sekolah dan disepakati jadwal
penyerahannya sekaligus visitasi pengawas
sekolah.
Setelah
penerimaan
instrumen
pemantauan SNP oleh kepala sekolah, maka
kepala sekolah dengan bantuan wakil kepala
sekolah akan melakukan evaluasi diri terhadap
pelaksanaan SNP di sekolahnya
dalam
semester/tahun yang sedang berjalan.

Hasil Penelitian dan Pembahasan
1. Model Faktual
Subjek penelitian (sumber data) dari
pengawas sekolah adalah Drs. Halu Karolus (Sub
Korwas SMA/SMK Kabupaten Manggarai Barat)
dan Said Sosimus, S.Pd. (seorang pengawas SMA).
Subjek penelitian dari unsur kepala sekolah berasal
dari tiga sekolah yang peneliti anggap mewakili
SMA di Kabupaten Manggarai Kepala SMAN 2
Komodo, Kepala SMAN 4 Komodo, dan Kepala
Muhammadiyah Boleng.
Untuk
mendapatkan
model
faktual
pemantauan
pelaksanaan
SNP
peneliti
menggunakan teknik wawancara, kuesioner dan
observasi dokumen yang dapat di jelaskan sebagai
berikut:
Pada awal tahun ajaran Kepala UPT
Wilayah VII Dinas pendidikan provinsi NTT
menerbitkan surat tugas bagi pengawas SMA pada
masing-masing kabupaten di wilayah VII
(Kabupaten Manggarai, Kabupaten Manggarai
Barat dan Kabupaten Manggarai Timur). Surat
tugas tersebut berisi pembagian sekolah binaan

5

Pada hari dan tanggal yang telah disepakati
pengawas sekolah melakukan visitasi ke sekolah
untuk melihat bukti fisik dan wawancara. Visitasi
dilakukan pengawas berdasarkan hasil evaluasi diri
dari kepala sekolah. Instrumen hasil evaluasi diri
kepala sekolah dipegang pengawas. Pengawas
melakukan wawancara dan melihat bukti fisik
untuk beberapa indikator pemenuhan SNP sebagai
klarifikasi atas hasil evaluasi diri kepala sekolah
terhadap pelaksanaan SNP.
Pemrosesan hasil klarifikasi (visitasi)
dilakukan secara manual oleh masing-masing
pengawas dengan menghitung perolehan skor
yaitu dijumlah biasa dengan menghitung
banyaknya centang pada setiap kolom, kemudian
menjumlahnnya menjadi skor total perolehan pada
setiap instrumen SNP. Persentase perolehan
dihitung dengan membagi skor perolehan dengan
skor maksimal kemudian dikalikan 100%. Tetapi
kebanyakan
pengawas
tidak
melalukan
pemrosesan hasil sehingga persentase ketercapai
masing-masing SNP pada sekolah binaannya tidak
diketahui secara pasti.
Laporan hasil disajikan dalam bentuk tabel
dan diagram serta dalam bentuk deskripsi hasil
pelaksanaan delapan standar. Laporan itu
disampaikan pengawas kepada Kepala UPT
Wilayah VII Dinas Pendidikan Provisni NTT.
Berdasarkan laporan tersebut, pengawas sekolah
membuat program tindak lanjut, yang biasanya
masuk dalam program kerja pengawas semester
berikutnya.

Pada tahap perencanaan, pemantauan
pelaksanaan SNP dijadwalkan secara khusus
walaupun dalam program tetap merupakan bagian
dari supervisi manajerial.
Pegawas sekolah berkoordinasi dengan
kepala sekolah dan memberikan informasi tentang
pelaksanaan pemantauan pemenuhan SNP, kepala
sekolah login ke sistem dengan memnngunakan
username dan password yang telah diberikan
admin/kepala sekolah selanjutnya melengkapi
data data profil sekolahnya serta melakukan
pengisian instrumen Evaluasi Diri Online (EDO)
terhadap pelaksanaan delapan SNP, pengawas
sekolah melakukan login ke sistem menggunakan
username dan password yang diberikan admin
selanjutnya mendownload hasil isian instrumen
EDO yang telah dilakukan oleh kepala sekolah dan
dibawa saat melakukan melakukan visitasi ke
sekolah binaanya untuk klarifikasi. Kepala sekolah
dapat melihat dan mencetak laporan hasil isian
instrumen EDO yang telah dilakukannya dalam
bentuk tabel dan grafik persentase pemenuhan
masing-masing standar SNP.
Tindak lanjut dari hasil pelaksanaan
pemantauan SNP, dapat dilakukan pengawas
sekolah melalui pertemuan MKKS atau
dimasukkan menjadi program pengawas untuk
program
supervisi
pada
semester/tahun
berikutnya. Model konseptual selanjutnya
divalidasi oleh para ahli dan praktisi.Validator
model ini adalah dua orang ahli (akademisi) dari
Unnes yaitu Prof. Dr. Tri Joko Raharjo, M.Pd. dan
Dr. Achmad Rifa’i RC, M.Pd. Validator dari
praktisi yaitu Drs. Paulus Hansko (pengawas SMA
Kabupaten Manggarai Barat) dan Agustinus
Bayuwarta, S.Pd. Validator memberikan penilaian
pada setiap indikator pada instrumen validasi
berdasarkan Skala Likert dengan memberikan skor
1–5.

2. Model Konseptual
Untuk mengatasi kelemahan-kelemahan
pada model faktual peneliti membuat desain model
konseptual pemantauan pelaksanaan standar
nasional pendidikan (SNP) berbantuan sistem
informasi pengawas sekolah (SIPS) sebagai
berikut.

6

Tabel 1 Hasil Penilaian Validator Terhadap Model Konseptual

sekolah tidak bisa melihat persentase hasil isian
EDO sekolahnya sebelum di validasi oleh
pengawas sekolah.

3. Model Hipotetik
Berdasarkan saran/masukan validator
beberapa perbaikan yang dilakukan terhadap
model konseptual sehingga menjadi model
hipotetik sebagai berikut ini : (1) kepala sekolah
yang sudah mengisi instrumen evaluasi diri online
(EDO) terhadap pelaksanaan SNP pada waktu
yang ditentukan maka tidak dapat mengisi
kembali, (2) kepala sekolah yang belum mengisi
instrumen evaluasi diri online (EDO) terhadap
pelaksanaan SNP pada waktu yang ditentukan
maka tidak dapat mengisi kembali kecuali seijin
pengawas pembina yang sebelumnya telah
berkoordinasi dengan admin sistem informasi
pengawas sekolah, (3) pengawas sekolah dapat
mengganti hasil isian instrumen yang telah
dilakukan oleh kepala sekolah apabila ada yang
tidak sesuai saat melakukan klarifikasi, (4) kepala

4.

Model Final
Model hipotetik pemantauan pelaksananaan
SNP berbantuan sistem informasi pengawas
sekolah
selanjutnya
diujicobakan
kepada
pengawas dan kepala sekolah. Subjek uji coba
dalam penelitian ini adalah 5 orang pengawas
SMA pada dan 10 orang kepala SMA di
Kabupaten Manggarai Barat. Berdasarkan hasil uji
coba tersebut peneliti melanjutkan dengan uji
persepsi untuk mengetahui kepraktisan model
hipotetik. Model dikatakan layak apabila skor
minimal hasil uji kepraktisan minimal 3,41
(Widoyoko, 2014: 111)

Tabel 2 Rekapitulasi Hasil Uji Kepraktisan Terhadap Pengawas Sekolah

Tabel di atas menunjukkan semua
pengawas menyatakan menyatakan model
termasuk dalam klasifikasi sangat layak dengan

skor rata-rata yang diperoleh adalah 4,8.
Berdasarkan hasil uji kepraktisan penggunaan
model pemantauan pelaksanaan SNP berbantuan

7

SIPS terhadap pengawas sekolah disimpulkan
pengawas sekolah sangat setuju jika model
tersebut digunakan.
Tabel 3 Rekapitulasi Hasil Uji Kepraktisan Terhadap Kepala Sekolah

bahwa pengawas sekolah sebagai pihak pengguna
model sangat setuju untuk menggunakan model
tersebut
dalam
menjalankan
tugasnya
melaksanakan pemantauan 8 standar (SNP) pada
sekolah binaannya. Hal ini sesuai dengan tujuan
penelitian untuk menghasilkan model yang sesuai
dengan kebutuhan pengawas sekolah saat ini.
Kepala sekolah sebagai pihak yang berhubungan
dan bekerja langsung dengan pengawas sekolah
dalam pelaksanaan pemantauan SNP menyatakan
tanggapan yang sangat positip (sangat setuju)
dengan model ini.

Tabel di atas menunjukkan semua kepala
sekolah menyatakan menyatakan model termasuk
dalam klasifikasi sangat layak dengan skor rata-rata
yang diperoleh adalah 4,7. Kepala sekolah sangat
setuju dan mendukung apabila pengawas sekolah
menggunakan model tersebut dalam melaksanakan
pemantauan SNP di sekolah mereka masingmasing.
Hasil uji coba model pemantauan
pelaksanaan SNP berbantuan SIPS menunjukkan
persepsi pengawas sekolah dan kepala sekolah
terhadap model ini sangat positif (sangat efektif
untuk digunakan). Hasil uji coba ini menunjukkan

8

Gambar 2 Model Final Pemantauan Pelaksanaan SNP Berbantuan SIPS
Dari gambar tersebut dapat diuraikan proses
pelaksanaan
pemantauan
pelaksaan
SNP
berbantuan sistem informasi pengawas sekolah
sebagai berikut :
1. Pengawas sekolah melalukan koordinasi
dengan dinas kepemudaan dan olahraga
tentang pengesahan jadwal pelaksanaan, surat
tugas dan berkas-berkas administrasi lainnya
yang diperlukan (langkah 1)
2. Pengawas sekolah berkoordinasi dengan
admin tentang kesiapan sistem (langkah 2)
3. Pegawas sekolah berkoordinasi dengan kepala
sekolah dan memberikan informasi tentang
pelaksanaan pemantauan pemenuhan SNP
(langkah 3)
4. Admin menginput/memasukkan data ke
dalam sistem, berupa data pokok, data sekolah
dan pengawas, user akses, informasi yang
mencakup berita dan pengumuman, berkas
download. Pada langkah ini admin
memberikan User ID dan Password login
kepada masing-masing pengawas sekolah dan
kepala sekolah (langkah 4)

hasil isian instrumen EDO yang telah
dilakukan sekolah binaannya. Pengawas
sekolah bisa merubah isian instrumen EDO
apabila ada yang tidak sesuai setelah dilakukan
klarifikasi dan selanjutnya divalidasi (langkah
7)
8. Kepala sekolah dapat melihat dan mencetak
laporan hasil isian instrumen EDO yang telah
dilakukannya dan telah diklarifikasi serta
divalidasi oleh pengawas sekolah dalam bentuk
tabel dan grafik persentase pemenuhan masingmasing standar SNP (langkah 8)
9. Pengawas sekolah mendapatkan informasi dari
sistem
hasil
pelaksanaan
pemantauan
pemenuhan SNP dari masing-masing sekolah
binaan (langkah 9)

5. Pengawas memasukkan/memperbaiki data

12.Pengawas sekolah dan koordinator pengawas

10.Admin mendapatkan informasi dari sistem
hasil pelaksanaan pemantauan pemenuhan
SNP semua sekolah (langkah 10)
11.Koordinator pengawas berkoordinasi admin
untuk mendaptkan informasi tentang hasil
pelaksanaan pemantauan pemenuhan SNP
semua sekolah (langkah 11)
(korwas) menindaklanjuti hasil pelaksanaan
pemantauan pemenuhan SNP untuk dilakukan
perbaikan program dan rekomendasi terhadap
masing-masing yang belum memenuhi kriteria
minimal baik pada setiap SMA yang menjadi
binaanya sehingga pada akhirnya sekolah

data profil (langkah 5)

6. Kepala sekolah memasukkan data profil
sekolahnya serta melakukan pengisian
instrumen Evaluasi Diri Online (EDO)
terhadap pelaksanaan delapan SNP (langkah 6)
7. Pengawas sekolah melakukan visitasi ke
sekolah binaanya untuk klarifikasi terhadap

9

binaanya siap untuk diakreditasi (langkah 12,
3)
13.Pengawas sekolah yang mendapatkan data
langsung dari sistem dan koordinator
pengawas yang mendapatkan data dari admin
dan pengawas sekolah diteruskan kepada dinas
sebagai laporan (langkah 9, 11,13,14,15)

3. Validator ahli dan praktisi: Prof. Dr. Tri Joko
Rahardjo, M.Pd; Dr Achmad Rifa’I RC, M.Pd;
Drs. Paulus Hansko; dan Agustinus
Bayuwarta.
4. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu
persatu yang telah banyak membantu selama
penelitian sehingga dapat terlaksana dengan
baik dan lancar.

Simpulan
Daftar Pustaka

Model pemantauan pelaksanaan standar
nasional pendidikan (SNP) yang dilakukan
pengawas sekolah selama ini aadalah model biasa
(print out).
Model pemantauan pelaksanaan SNP yang
dibutuhkan pengawas sekolah adalah model
pemantauan SNP berbantuan sistem informasi
pengawas sekolah (SIPS).
Model pemantauan pelaksaanaan SNP
berbantuan SIPS sangat praktis untuk digunakan.

Hendarman. (2015). Revolusi Mental Pengawas
Sekolah. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Kotirde, I. Y., & Yunos, J. B. M. (2015). The
processes of supervisions in secondary
schools educational system in nigeria.
Procedia - Social and Behavioral Sciences,
204(November
2014),
259–264.
https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2015.08.1
49
Maunah, B., & Muhammad, R. (2008). Supervisi
pendidikan Islam: teori dan praktik. STAIN
Tulungagung Press.
Nafiul, L. (2013). Kinerja Pengawas PAI SMA di
Kota Semarang Tahun 2012. IAIN Walisongo
Semarang, Semarang.
Samsudi. (2009). Desain Penelitian Pendidikan.
Semarang: UNNES Press.
Sudjana, N. (2012). Pengawas dan Kepengawasan:
Memahamai Tugas Pokok, Fungsi, Peran dan
Tanggung Jawab Pengawas Sekolah (1st ed.).
Bekasi: Binamitra Publishing.
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif,
Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Suhardan, D. (2010). Supervisi Profesional: Layanan
dalam Meningkatkan Mutu Pembelajaran di Era
Otonomi Daerah. Bandung: Alfabeta.
Warun. (2008). Implementasi Supervisi Manajerial
Pengawas TK/SD dalam Meningkatkan
Kemampuan Profesional Kepala SD (Studi Kasus
di Kecamatan Banjarharja, Kabupaten Brebes).
Universitas Negeri Semarang.
Widoyoko, E. P. (2014). Teknik Penyusunan
Instrumen Penelitian. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.

Saran
Disarankan kepada para pengawas sekolah
dan kepala sekolah di Kabupaten Manggarai Barat
untuk menggunakan model ini agar proses
memantauan pelaksanaan pemenuhan SNP secara
efektif dan efisien demi peningkatan mutu
pendidikan
Ucapan Terima Kasih
Ucapan terima kasih kami sampaikan
kepada:
1. Direktur Jendral GTK Kementrian Pendidikan
dan Kebudayaan yang telah memberikan
kesempatan untuk mengikuti program
beasiswa hingga selesai.
2. Prof. Dr.rer.nat. Wahyu Hardyanto, M.Si
pembimbing I dan Dr. Suwito Eko Pramono,
M.Pd pembimbing II yang telah meluangkan
waktu dan kesempatan untuk membimbing
dan memotivasi dalam penyelesaian tesis ini.

10