MAKALAH TENTANG PROFESI KEPENDIDIKAN S

Tugas Individu

MAKALAH TENTANG PROFESI
KEPENDIDIKAN
D
I
S
U
S
U
N
Oleh :

Nama

: Kintan Jenisa

NIM

: 5113111020


Jurusan
: Pend. Teknik
Bangunan
M.Kuliah : Profesi Kependidikan

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2014
1

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan
rahmat hidayah dan karuniaNya, sehingga dengan segenap kemampuan
yang

ada,

penulis

dapat


menyelesaikan

makalah

yang

berjudul

“Mendeskripsikan Peranan dan Tugas Guru Bidang Studi dalam Program
Bimbingan Konseling di Sekolah” ini.Tugas yang penulis buat ini, juga
sebagai salah satu syarat untuk memenuhi nilai mata kuliah Profesi
Kependidikan.
Pada kesempatan ini juga, izinkanlah penulis menyampaikan rasa
terimakasih yang sedalam-dalamnya :
1. Ibu

Masta

Ginting,M.Pd.,


selaku

dosen

mata

kuliah

Profesi

Kependidikan.
2. Para pembaca dan teman – teman sekalian.
Dengan ini kami mengharapkan, karya tulis ini dapat bermanfaat bagi
para pembaca khusunya kami pribadi. Dan dengan segala keterbatasan
ilmu yang dimiliki, penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak
kekurangannya. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan
kritiknya demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi
para pembacanya.


Medan, 12 Mei 2014

Kintan Jenisa

2

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................

i

DAFTAR ISI ...............................................................................................

ii

BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................................

1


B. Rumusan Masalah ...................................................................................

2

C. Tujuan Makalah.......................................................................................

2

BAB II : PEMBAHASAN
A. Hakikat Bimbingan Konseling..............................................................

3

B. Asas – asas Bimbingan Konseling .......................................................

5

C. Fungsi Bimbingan dan Konseling ........................................................

8


D.Tujuan Bimbingan Konseling ................................................................

10

E. Peran Guru Dalam Layanan Bimbingan dan Konseling ...................

11

BAB III : PENUTUP
A. Kesimpulan..............................................................................................

15

B. Saran..........................................................................................................

15

Daftar Pustaka ...........................................................................................


16

3

BAB I
PENDAHULAN
A. Latar Belakang
Sebagaimana kita ketahui bahwa selain sebagai pengajar dan pendidik guru juga
harus mampu membina relasi dengan organisasi profesi. Hal ini merupakan hal yang
harus dilakukan oleh seorang guru sebagaimana tuntutan yang telah ditentukan,
dimana setiap guru wajib menjadi anggota organisasi profesi serta mempunyai
kewenangan mengatur hal – hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru.
Melalui organisasi profesi ini diharapkan akan membawa dampak yaitu sebagai alat
pemersatu seluruh anggota profesi dalam kiprahnya menjalankan tugas serta dapat
meningkatkan kemampuan profesional dari anggotanya. Dari hal ini, tentu saja
membutuhkan kerjasama seluruh anggota profesi untuk memelihara, meningkatkan
mutu serta bertanggung jawab terhadap organisasi profesi itu.
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta perubahan
sosio-kultural yang terkadang sulit diprediksi, profesi pendidikan seakan-akan
dihadapkan pada dilema yang kompleks. Di satu pihak, masyarakat pengguna jasa

kependidikan menuntut akan kualitas layanan jasa kependidikan secara lebih baik,
tetapi di pihak lain para penyandang profesi kependidikan dihadapkan pada pelbagai
keterbatasan. Bahkan secara individual mereka dihadapkan pula pada suatu realitas
bahwa

kesejahteraannya

perlu

mendapat

perhatian

khusus.

Imbalan

jasa

kependidikan yang kurang sesuai menurut ukuran kebutuhan hidup realistis masih

menjadi topik diskusi keseharian masyarakat. Padahal masyarakat yakin betul bahwa
kelangsungan hidup bangsa ini akan sangat ditentukan oleh keberhasilan proses
sistem pendidikan.
Banyak orang yang menganggap bahwa menjadi seorang guru itu mudah.
Presepsi itu sungguh tidak benar adanya, karena seseorang guru mempunyai
tanggung jawab yang besar dalam mendidik dan mengajar. Tanggung jawab itulah
yang menjadi professionalitas seorang guru di mata masyarakat. Seorang guru tidak
sebatas mengajar di kelas tetapi juga harus menjadi teladan bagi muridnya.
Keteladanan tersebut akan menjadi tolak ukur keberhasilan seorang guru. Dalam
mentrasfer ilmu, seorang guru haruslah memperhatikan murid-murid secara bijak dan

4

cermat, karena antara murid yang satu dan lainnya berbeda karakter. Ada murid yang
cepat dalam menangkap pelajaran, ada juga murid yang lamban dalam memahami
pelajaran. Selain itu guru juga harus menjunjung tinggi etika dan norma dalam
mendidik.
Yang masih terasa membelenggu kalangan pendidikan antara lain gelar
pahlawan tanpa tanda jasa bagi para guru di Indonesia. Gelar ini bukan sesuatu yang
tidak baik, tetapi kalau penafsirannya tidak tepat akan menghasilkan implilkasi yang

justru menyudutkan para guru. Apa artinya gelar sebagus itu jika tidak memberikan
jaminan hidup yang layak?
Itulah sekelumit permasalahan yang sesungguhnya akan terasa amat sulit jika
dihadapi secara individual. Artinya, kalangan profesional kependidikan dipandang
perlu untuk membentuk suatu organisasi profesi dan masuk di dalamnya sebagai
anggota. Melalui fungsi pemersatu organisasi ini, penyandang profesi kependidikan
memiliki kekuatan dan kekuasaan dalam menjalankan tugas keprofesiannya. Bukan
hanya

itu,

suatu

organisasi

kependidikan

berupaya

meningkatkan


dn

mengembangkan karier, kemampuan, kewenangan profesional, martabat, dan
kesejahteraan tenaga kependidikan.
Banyak hal yang bermanfaat bagi penyandang profesi kependidikan dari
organisasi

profesinya

sendiri.

Sebab

itu,

disi

dipandang

penting

untuk

dibahas.Berikut ini dikemikakan hakikat, fungsi, tujuan, ruang lingkup, dan maammacam organisasi profesi kependidikan.

B. Rumusan Masalah
Adapun perumusan masalah dalam karya tulis ini diantaranya:
1. Bagaimana hakikat organisasi profesi kependidikan?
2. Apa sajakah jenis – jenis organisasi profesi kependidikan di Indonesia?
3. Bagaimanakah sikap profesional terhadap guru pengembangan organisasi
kependidikan di Indonesia?
4. Apakah peran organisasi kependidikan di Indonesia terhadap sikap yang
menunjang keprofesionalan?
5. Bagaimana analisis peranan organisasi profesi keguruan dewasa ini?

5

C. Tujuan Makalah
Adapun tujuan dalam karya tulis ini diantaranya:
1.

Untuk mengetahui hakikat organisasi profesi kependidikan?

2.

Untuk mengetahui jenis – jenis organisasi profesi kependidikan di Indonesia?

3.

Untuk mengetahui sikap profesional terhadap guru pengembangan organisasi
kependidikan di Indonesia?

4.

Untuk mengetahui peran organisasi kependidikan di Indonesia terhadap sikap
yang menunjang keprofesionalan.?

5.

Untuk mengetahui analisis peranan organisasi profesi keguruan dewasa ini?

BAB II
6

PEMBAHASAN
A.

Hakikat Organisasi Profesi Kependidikan

1. Hakikat Organisasi
Ada banyak pendapat yang mengemukan pengertian dari organisasi. Seperti
berikut ini:
a.

Organisasi Menurut Stoner

Organisasi adalah suatu pola hubungan-hubungan yang melalui mana orang-orang di
bawah pengarahan manajer mengejar tujuan bersama.
b.

Organisasi Menurut James D. Mooney

Organisasi adalah bentuk setiap perserikatan manusia untuk mencapai tujuan
bersama.
c.

Organisasi Menurut Chester I. Bernard

Organisasi merupakan suatu sistem aktivitas kerja sama yang dilakukan oleh dua
orang atau lebih.
Organisasi juga terbagi menjadi dua bagian yaitu organisasi formal dan
organisasi non-formal. Dimana organisasi formal adalah kumpulan dari dua orang
atau lebih yang mengikatkan diri dengan suatu tujuan bersama secara sadar serta
dengan hubungan kerja yang rasional. Contoh : Perseroan terbatas, Sekolah, Negara,
dan lain sebagainya. Sedangkan Organisasi informal adalah kumpulan dari dua orang
atau lebih yang telibat pada suatu aktifitas serta tujuan bersama yang tidak disadari.
Contoh : Arisan ibu-ibu sekampung, belajar bersama anak-anak SD, kemping ke
gunung pangrango rame-rame dengan teman, dan lain-lain.
2. Hakikat Profesi
Profesi melibatkan beberapa istilah yang berkaitan, yaitu : profesi,
profesionalitas, profesional, profesionalisasi, dan profesionalisme.Profesi menunjuk
pada suatu pelayanan atau jabatan yang menuntut keahlian, tanggung jawab, dan
kesetiaan terhadapnya. Profesionalitas menunjuk pada kualitas atau sikap pribadi
individu terhadap suatu pekerjaan. Dalam profesi digunakan teknik dan prosedur
intelektul yng harus dipelajari secara sengaja sehingga dapat diterapkan untuk
kemaslhatan orang lain. Profesional menunjuk pada penampilan seseorang yang

7

sesuai dengan tuntutan yang seharusnya dan menunjuk pada orangnya itu sendiri.
Profesionalisasi menunjuk pada proses menjadikan seseorang sebagai profesional.
Profesionalisme menunjuk pada (a) derajat penampilan seseorang sebagai
profesional; tinggi, rendah sedang, dan (b) sikap dan komitmen anggota profesi
untuk bekerja berdasarkan standar yang paling ideal dari kode etik profesinya.
Rokhman Natawidjaja mengemukakan beberapa kriteria sebagi ciri suatu
profesi :
a. Ada standar untuk kerja yang baku dan jelas
b. Ada lembga pendidikan khusus untuk pelakunya dengan programdan jenjang
pendidikan yang baku serta memiliki standar akademik yang memadai.
c. Ada organisasi yang mewadai para pelakunya.
d. Ada etika dan kode etik yang mengatur prilaku para pelakunya.
e. Ada sistem imbalan terhadap jasa layanannya yang adil dan baku
f.Ada pengakuan masyarakat terhadap pekerjaan itu sebagai suatu profesi.
Sampai pada suatu kesimpulan bahwa hakikat profesi adalah suatu pernyataan
atau suatu janji yang terbuka.Suatu profesi mengandung unsur pengabdian menurut
Oemar Hamalik, suatu profesi bukanlah dimaksudkan untuk mencari keuntungan
materi belaka, melainkan untuk pengabdian kepada masyarakat.Pengabdian seorang
profesional menunjuk pada pengutamaan kepentingan orang banyak daripada
kepentingan diri sendiri.
Suatu jabatan profesional harus mempunyai beberapa ciri pokok yaitu : (a)
pekerjaan itu dipersiapkan melalui proses pendidikan dan latihan secara formal; (b)
pekerjaan itu mendapat pengakuan dari masyarakat; (c) adanya pengawasan dari
suatu organisasi profesi seperti IDI, PGRI dan IPBI; (d) mempunyai kode etik
sebagai landasan dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab profesi tersebut.
Ciri suatu profesi. Pertama, pekerjaan itu mempunyai fungsi dan signifikansi
sosial karena diperlukan mengabdi kaepada masyarakat. Kedua, profesi menuntut
keterampilan tertentu yang diperoleh lewat pendidikan dan latihan yang “lama” dan
intensif serta dilakukan dalam lembaga tertentu yang secara sosial dapat
dipertanggungjawabkan. Ketiga, profesi didukung oleh suatu disiplin ilmu. Keempat,
ada kode etik yang menjadi pedoman perilaku anggotanya beserta sanksi yang jelas

8

dan tegas terhadap pelanggar kode etik. Kelima, sebagai konsekuensi profesi secara
perorangan ataupun kelompok memperoleh imbalan finansial atau materiil.
Sesuai dengan hakikat profesi dan ciri-cirinya, dapatlah diterima bahwa jabatan
kependidikan / keguruan merupakan suatu profesi. Pekerjaan sebagai guru muncul
dari kepercayaan masyarakat dan mengabdikan diri pada masyarakat. Pekerjaan itu
menuntut keterampilan tertentu yang dipersiapkan melalui proses pendidikan dan
latihan yang relatif lama, serta dilakukan dalam lembaga tertentu yang dapat
dipertanggungjawabkan. Seperti IKIP, FKIP di berbagai universitas dan sekolah
tinggi serta LPTK lainnya. Profesi keguruan didukung oleh suatu disiplin ilmu, yaitu
ilmu keguruan dan ilmu pendidikan. Profesi ini juga memiliki kode etik dan
organisasi profesinya. Dari pekerjaan ini seorang guru memperoleh imbalan finansial
dari masyarakat sebagai konsekuensi dari layanan yang diberikannya.
Organisasi profesi adalah suatu wadah perkumpulan orang – orang yang
memiliki suatu keahlian khusus yang merupakan ciri khas dari bidang keahlian
tertentu. Dikatakan ciri khas oleh karena bidang tersebut diperoleh bukan secara
kebetulan oleh sembarang orang, tetapi diperoleh melalui suatu jalur khusus. Dalam
prakteknya sebagai pekerjaan profesional yang melayani masyarakat tentunya
memerlukan satu wadah organisasi yang anggotanya adalah orang–orang yang
memiliki pekerjaan atau keahlian yang sejenis.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa organisasi profesi kependidikan
adalah sebuah wadah perkumpulan orang – orang yang memiliki suatu keahlian dan
keterampilan mendidik yang dipersiapkan melalui proses pendidikan dan latihan
yang relatif lama, serta dilakukan dalam lembaga tertentu yang dapat
dipertanggungjawabkan.

9

3. Tujuan Organsasi Profesi Pendidikan
Salah satu tujuan organisasi ini adalah mempertinggi kesadaran sikap, mutu
dan kegiatan profesi guru serta meningkatkan kesejahteraan guru.
Sebagaimana dijelaskan dalam PP No. 38 tahun 1992, pasal 61, ada lima misi
dan tujuan organisasi kependidikan, yaitu: meningkatkan dan/atau mengembangkan
(a) karier, (b) kemampuan, (c) kewenangan profesional, (d) martabat, dan (e)
kesejahteraan seluruh tenaga kependidikan. Sedangkan visinya secara umum ialah
terwujudnya tenaga kependidikan yang profesional.
Organissi profesi sebagaimana telah disebutkan dalam UU RI pasal 40 ayat 1
mempunyai tujuan untuk memajukan profesi, meningkatkan kompetensi, karier,
wawasan pendidikan, perlindungan profesi, kesejahteran, dan pengabdian dalam
masyarakat.Sebagaimana dijelaskan dalam PP No. 38 tahun 1992, pasal 61, ada lima
misi dan tujuan organisasi kependidikan, yaitu : meningkatkan dan/atau
mengembangkan. Sedangkan visinya secara umum ialah terwujudnya tenaga
kependidikan yang profesional.
a. Meningkatkan dan/atau mengembangkan karier anggota, merupakan upaya dalam
mengembangkan karier anggota sesuai dengan bidang pekerjaan yang diembannya.
Karier yang dimaksud adalah perwujudan diri seorang pengemban profesi secara
bermakna, baik bagi dirinya maupun bagi orang lain (lingkungannya) melalui
serangkaian aktivitas. Organisasi profesi berperan sebagai fasilitator dan motifator
terjadinya peningkatan karier setiap anggota. Adalah kewajiban organisasi profesi
kependidikan untuk mampu memfasilitasi dan memotifasi anggotanya mencapai
karier yang diharapkan sesuai dengan tugas yang diembannya.
b. Meningkatkan dan/atau mengembangkan kemampuan anggota, merupkan upaya
terwujudnya kompetensi kependidikan yang handal. Dengan kekuatan dan
kewibawaan organisasi, para pengemban profsi akan memiliki mkekuatan moral
untuk senantiasa meningkatkan kemampuannya.
c. Meningkatkan dan/atau mengembangkan kewenangan profesional anggota,
merupakan upaya para profsional untuk menmpatkan anggota suatu profesi sesuai
dengan

kemampuannya.

Organisasi

profesi

keendidikan

bertujuan

untuk

megembangkan dan meningkatkan kemampuan kepada anggotanya melaluai
pendidikan atau latihan terprogram.

10

d. Meningkatkan dan/atau mengembangkan martabat anggota, merupakan upaya
organisasi profesi kependidikan agar anggotanya terhindar dari perlakuan tidak
manusiawi dari pihak lain dan tidak melakukan praktik melecehkan nilai-nilai
kemanusiaan. Dengan memasuki organisasi profesi keendidikan anggota sekaligus
terlindungi dari perlakuan masyarakat yang tidak mengindahkan martabat
kemanusiaan dan berupaya memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan
standar etis yang disepakati.
e. Meningkatkan dan/atau mengembangkan kesejahteraa, merupakan upaya
organisasi profesi keendidikan untuk meningkatkan kesejahteraanlahir batin
anggotanya. Dalam teori Maslow, kesejahteraan ini mungkin menempati urutan
pertama berupa kebutuhan fisiologis yang harus dipenuhi. Banyak kiprah organisasi
profesi keendidikan dalam meningkatkan kesejahteraan anggota. Asprasi anggota
melalui organisasi terhadap pemerintah akan lebih terindahkan dibandingkan
individu.
Selain itu organisasi profesi guru juga mempunyai kewenangan:
a.

Menetapkan dan menegakkan kode etik guru.

b.

Memberikan bantuan hukum kepada guru.

c.

Memberikan perlindungn profesi guru.

d.

Melakukan pembinaan dan pengembangan profesi guru.

e.

Memajukn pendidikan nasional.

B.

Jenis-jenis Organisasi Profesi Kependidikan
Secara kuantitas, tidak berlebihan jika banyak kalangan pendidik menyatakan

bahwa organisasi profesi kependidikan di indonesia berkembang pesat bagaikan
tumbuhan di musim penghujan. Sampai sampai ada sebagian pengemban profesi
pendidikan yang tidak tahu menahu tentang organisasi kependidikan itu. Yang lebih
dikenal kalangan umum adalah PGRI.
Disamping PGRI yang salah satu organisasi yang diakui oleh pemerintah juga
terdapat organisasi lain yang disebut Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP)
yang didirikan atas anjuran Departeman Pendidikan dan Kebudayaan. Sayangnya,
organisasi ini tidak ada kaitan yang formal dengan PGRI. Selain itu ada juga

11

organisasi profesional guru yang lain yaitu ikatan serjana pendidikan indonesia
(ISPI), yang sekarang suda mempunyai nanyak devisi yaitu Ikatan Petugas
Bimbingan Belajar (IPBI), Himpunan Serjana Administrasi Pendidikan Indonesia
(HSPBI), Himpunan Sarjana adminustrasi Pendidikan Indonesia (HISAPIN) dan
lain-lain, hubungannya secara formal dengan PGRI juga belum tampak secara nyata,
sehingga belum didapatkan kerjasama yang saling menunjang dalam meningkatkan
mutu anggotanya.
Berikut ini jenis-jenis organisasi profesi kependidikan yang ada di Indonesia:
1. Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI)
PGRI lahir pada 25 November 1945, setelah 100 hari proklamasi
kemerdekaan Indonesia. Cikal bakal organisasi PGRI adalah diawali dengan nama
Persatuan Guru Hindia Belanda (PGHB) tahun 1912, kemudian berubah nama
menjadi Persatuan Guru Indonesia (PGI) tahun 1932.
Tujuan utama pendirian PGRI adalah:
a. Membela dan mempertahankan Republik Indonesia (organisasi perjuangan)
b. Memajukan pendidikan seluruh rakyat berdasar kerakyatan (organisasi profesi)
Pendirian PGRI sama dengan EI: “education as public service, not commodity”
c. Membela dan memperjuangkan nasib guru khususnya
Makna Visi PGRI adalah:
a. Makna dari terwujudnya PGRI sebagai Organisasi Perjuangan :
1. Wahana mewujudkan cita-cita Proklamasi Kemerdekaan Negara Kesatuan
Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
2. Wahana untuk membela, mempertahankan, dan melestarikan Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
3. Wahana untuk meningkatkan integritas bangsa dalam menjamin terpeliharanya
keutuhan, kesatuan, dan persatuan bangsa.
4. Berperan aktif memperjuangkan tercapainya tujuan nasional dalam mencerdaskan
kehidupan bangsa.
5. Wadah bagi para guru dalam memperoleh, mempertahankan, meningkatkan, dan
membela hak asasinya baik sebagai pribadi, anggota masyarakat, warga negara, dan
pemangku profesi kependidikan.

12

6. Wahana untuk memberikan perlindungan dan membela kepentingan guru dan
tenaga kependidikan yang berhubungan dengan persoalan-persoalan hukum.
b. Makna dari terwujudnya PGRI sebagai Organisasi Profesi :
1. Wahana memperjuangkan peningkatan kualifikasi dan kompetensi bagi guru.
2. Wahana mempertinggi kesadaran dan sikap guru dan tenaga kependidikan dalam
meningkatkan mutu profesi dan pelayanan kepada masyarakat.
3. Wahana menegakkan dan melaksanakan kode etik dan ikrar guru Indonesia.
4. Wahana untuk melakukan evaluasi pelaksanaan sertifikasi, lisensi, dan akreditasi
bagi pengukuhan kompetensi profesi guru.
5. Wahana pembinaan bagi Himpunan Profesi dan Keahlian Sejenis di bidang
pendidikan yang menyatakan diri bergabung atau bermitra dengan PGRI.
6. Wahana untuk mempersatukan semua guru dan tenaga kependidikan di semua
jenis, jenjang, dan satuan pendidikan guna mneningkatkan pengabdian dan peran
serta dalam pembangunan nasional.
7. Wahana untuk mewujudkan pengabidan secara nyata melalui anak lembaga dan
badan khusus.
8. Wahana untuk mengadakan hubungan kerjasama dengan lembaga-lembaga
pendidikan, organisasi yang bergerak dalam bidang pendidikan, dan atau organisasi
kemasyarakatan umumnya dalam rangka peningkatan mutu pendidikan dan
kebudayaan.
c. Makna dari terwujudnya PGRI sebagai Organisasi Ketenagakerjaan :
1. Wahana untuk memperjuangkan terwujudnya hak-hak guru dan tenaga
kependidikan
2. Wahana untuk memperjuangkan kesejahteraan guru yang berupa: imbal jasa, rasa
aman, hubungan pribadi, kondisi kerja dan kepastian karier.
3. Wahana untuk mewujudkan prinsip dan pendekatan ketenagakerjaan dalam upaya
meningkatkan harkat dan martabat guru melalui peningkatan kesejahteraan anggota.
4. Wahana untuk memperkuat kedudukan, wibawa dan martabat guru serta
kesetiakawanan organisasi.
5. Wahana untuk membela dan melindungi guru sebagai pekerja.
6. Wahana untuk membina dan meningkatkan hubungan kerjasama dengan
organisasi ketenagakerjaan baik lokal, regional maupun global.

13

d. Makna dari terwujudnya PGRI sebagai Organisasi yang Mandiri :
1. Menjalin kerjasama dengan semua pihak atas dasar kemitrasejajaran, saling
menghormati dan berdiri di atas semua golongan.
2. Menggali dan mengembangkan potensi baik sumber daya manusia maupun
sumber daya keuangan dan sumber daya organisasi lainnya yang tidak tergantung
dari pihak manapun.
3. Membangun transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan keuangan
organisasi dengan menempatkan iuran anggota sebagai sumber utama pembiayaan
organisasi.
e. Makna dari terwujudnya PGRI sebagai Organisasi yang Non Partisan :
1. PGRI tidak menjadi bagian dari partai politik manapun dan tidak berafiliasi
dengan partai manapun.
2. PGRI memberikan kebebasan kepada anggotanya untuk menentukan pilihan
politiknya secara merdeka.
3. PGRI selalu menjalin hubungan baik dengan seluruh partai dan komponen
masyarakat dalam memajukan pendidikan nasional.
Misi PGRI adalah:
a. Menjaga, mempertahankan, dan meningkatkan persatuan dan kesatuan bangsa,
membela dan mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, serta mewujudkan cita-cita
Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945.
b.

Berperan aktif dalam pembangunan nasional di bidang pendidikan dan

kebudayaan yang berlandaskan asas demokrasi, keterbukaan, pengakuan terhadap
hak asasi manusia, keberpihakan pada rakyat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa.
c.

Mengembangkan

dan

meningkatkan

kompetensi,

profesionalisme

dan

kesejahteraan anggota.
d. Melaksanakan, mengamalkan, mempertahankan dan menjunjung tinggi kode etik
profesi guru Indonesia.
e.

Membangun sikap kritis terhadap kebijakan pendidikan yang tidak memihak

kepada kepentingan masyarakat.

14

f.

Melaksanakan dan mengelola organisasi berdasarkan tata kelola yang baik (good

govermance).
g. Memperjuangkan perlindungan hukum, profesi, dan kesejahteraan anggota PGRI.
h.

Mewujudkan PGRI sebagai organisasi profesi yang mempunyai kewenangan

akreditasi, sertifikasi, dan lisensi pendidik dan tenaga kependidikan.
i.

Memperkuat solidaritas, soliditas, demokratisasi, dan kemandirian organisasi di

semua level/tingkatan.
j. Menyamakan persepsi, visi, dan misi para guru/pendidik dan tenaga kependidikan
sebagai pilar utama pembangunan pendidikan nasional.
k. Mewujudkan PGRI sebagai organisasi yang memiliki kekuatan penekan (pressure
group), pemikir (thinker), dan pengendali (control).
2. Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP)
MGMP merupakan suatu wadah asosiasi atau perkumpulan bagi guru mata
pelajaran yang berada di suatu sanggar/kabupaten/kota yang berfungsi sebagai sarana
untuk saling berkomunikasi, belajar dan bertukar pikiran dan pengalaman dalam
rangka meningkatkan kinerja guru sebagai praktisi/perilaku perubahan reorientasi
pembelajaran di kelas (Depdiknas,2004: 1).
Menurut Mangkoesapoetra (2004:1) MGMP merupakan forum atau wadah
profesional

guru

mata

pelajaran

yang

berada

pada

suatu

wilayah

kebupaten/kota/kecamatan/sanggar/gugus sekolah.
Tujuan MGMP adalah:
Tujuan diselenggarakannya MGMP menurut pedoman MGMP (2004: 2)


adalah:

a. Tujuan umum.
Tujuan MGMP adalah untuk mengembangkan kreativitas dan inovasi dalam
meningkatkan profesionalisme guru.
b. Tujuan khusus.
1. Memperluas wawasan dan pengetahuan guru mata pelajaran dalam upaya
mewujudkan pembelajaran yang efektif dan efisien.
2. Mengembangkan kultur kelas yang kondusif sebagai tempat proses pembelajaran
yang menyenangkan, mengasyikkan dan mencerdaskan siswa.

15

3. Membangun kerjasama dengan masyarakat sebagai mitra guru dalam
melaksanakan proses pembelajaran. (Depdiknas, 2004: 2)
Menurut Mangkoesapoetra (2004: 2) tujuan diselenggarakannya MGMP



adalah untuk:
a.

Memotivasi

guru,

meningkatkan

kemampuan

dan

keterampilan

dalam

merencanakan, melaksanakan dan membuat evaluasi program pembelajaran dalam
rangka meningkatkan keyakinan diri sebagai guru profesional.
b.

Meningkatkan

kemampuan

dan

kemahiran

guru

dalam

melaksanakan

pembelajaran sehingga dapat menunjang usaha peningkatan dan pemerataan mutu
pendidikan.
c. Mendiskusikan permasalahan yang dihadapi dan dialami oleh guru dalam
melaksanakan tugas sehari-hari dan mencari solusi alternative pemecahan sesuai
dengan

kaarakteristik

mata

pelajaran

masingmasing,

guru,

sekolah

dan

lingkungannya.
Peranan MGMP adalah
Menurut pedoman MGMP (Depdiknas. 2004: 4) MGMP berperan untuk:
a. Mengakomodir aspirasi dari,oleh dan untuk anggota.
b. Mengakomodasi aspirasi masyarakat/stokeholder dan siswa
c. Melaksanakan perubahan yang lebih kreatif dan inovatif dalam proses
pembelajaran.
d. Mitra kerja Dinas Pendidikan dalam menyebarkan informasi kebijakan
pendidikan.
Sedangkan menurut Mangkoesapoetra (2004: 3) peranan MGMP adalah:
a. Reformator dalam classroom reform, terutama dalam reorientasi pembelajaran
efektif.
b. Mediator dalam pengembangan dan peningkatan kompetensi guru terutama dalam
pengembangan kurikulum dan sistem pengujian
c. Supporting agency dalam inivasi manajemen kelas dan manajemen sekolah.
d. Collaborator terhadap unit terkait dan organisasi profesi yang relevan.
e. Evaluator dan developer school reform dalam konteks MPMBS.
f. Clinical dan academic supervisor dengan pendekatan penilaian appraisal.
Fungsi MGMP adalah

16

Adapun fungsi MGMP menurut Mangkoesapoetra (2004: 3) adalah:
a. Menyusun pogram jangka panjang, jangka menengah dan jangka pendek serta
mengatur jadwal dan tempat kegiatan secara rutin.
b. Memotivasi para guru untuk mengikuti kegiatan MGMP secara rutin, baik di
tingkat sekolah, wilayah, maupun kota.
c. Meningkatkan mutu kompetensi profesionalisme guru dalam perencanaan,
pelaksanaan, dan pengujian/evaluasi pembelajaran di kelas sehingga mampu
mengupayakan peningkatan dan pemerataan mutu pendidikan di sekolah.
3.Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI)
Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI) lahir pada pertengahan tahun
1960-an. Pada awalnya organisasi profesi kependidikan ini bersifat regional karena
berbagai hal menyangkut komunikasi antaranggotanya. Keadaan seperti ini
berlangsung cukup lama sampai kongresnya yang pertama di Jakarta 17-19 Mei
1984.
Kongres tersebut menghasilkan tujuh rumusan tujuan ISPI, yaitu: (a)
Menghimpun para sarjana pendidikan dari berbagai spesialisasi di seluruh Indonesia;
(b) meningkatkan sikap dan kemampuan profesional para angotanya; (c) membina
serta mengembangkan ilmu, seni dan teknologi pendidikan dalam rangka membantu
pemerintah mensukseskan pembangunan bangsa dan negara; (d) mengembangkan
dan menyebarkan gagasan-gagasan baru dan dalam bidang ilmu, seni, dan teknologi
pndidikan; (e) meindungi dan memperjuangkan kepentingan profesional para
anggota; (f) meningkatkan komunikasi antaranggota dari berbagai spesialisasi
pendidikan; dan (g) menyelenggarakan komunikasi antarorganisasi yang relevan.
Pada perjalanannya ISPI tergabung dalam Forum Organisasi Profesi Ilmiah
(FOPI) yang terlealisasikan dalam bentuk himpunan-himpunan. Yang tlah ada
himpunannya adalah Himpunan Sarjana Pendidikan Ilmu Sosial Indonesia
(HISPIPSI), Himpunan Sarjana Pendidikan Ilmu Alam, dan lain sebagainya.
4. Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia (IPBI)
Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia (IPBI) didirikan di Malang pada tanggal
17 Desember 1975. Organisasi profesi kependidikan yang bersifat keilmuan dan
profesioal ini berhasrat memberikan sumbangan dan ikut serta secara lebih nyata dan
positif dalam menunaikan kewajiban dan tanggung jawabnya sebagai guru

17

pembimbing. Organisasi ini merupakan himpunan para petugas bimbingan seIndonesia dan bertujuan mengembangkan serta memajukan bimbingan sebagai ilmu
dan profesi dalam rangka peningkatan mutu layanannya.
Secara rinci tujuan didirikannya Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia (IPBI)
adalah sebagai berikut ini.
a. Menghimpun para petugas di bidang bimbingan dalam wadah organisasi.
b. Mengidentifikasi dan mengiventarisasi tenaga ahli, keahlian dan keterampilan,
teknik, alat dan fasilitas yang telah dikembangkan di Indonesia di bidang bimbingan,
dengan demikian dimungkinkan pemanfaatan tenaga ahli dan keahlian tersebut
dengan sebaik-baiknya.
c. Meningatkan mutu profesi bimbingan, dalam hal ini meliputi peningkatan profesi
dan tenaga ahli, tenaga pelaksana, ilmu bimbingan sebagai disiplin, maupun program
layanan bimbingan (Anggaran Rumah Tangga IPBI, 1975).
Untuk menopang pencapaian tujuan tersebut dicanangkan empat kegiatan,
yaitu:
a. Pengembangan ilmu dalam bimbingan dan konseling;
b. Peningkatan layanan bimbingan dan konseling;
c. Pembinaan hubungan dengan organisasi profesi dan lembaga-lembaga, baik dalam
maupun luar negeri; dan Pembinaan sarana (Anggaran Rumah Tangga IPBI, 1975).
Kegiatan pertama dijabarkan kembali dalam anggaran rumah tangga (ART
IPBI, 1975) sebagai berikut ini.
a. Penerbitan, mencakup: buletin Ikatan Petugas Bmbingan Indoesia dan brosur atau
penerbitan lain.
b. Pengembangan alat-alat bimbingan dan penyebarannya.
c. Pengembangan teknik-teknik bimbingan dan penyebarannya.
d. Penelitian di bidang bimbingan.
e. Penataran, seminar, lokakarya, simposium, dan kegiatan-kegiatan lain yang
sejenis.
f. Kegiatan-kegiatan lain untuk memajukan dan mengembangkan bimbingan.

18

5. HISAPIN (Himpunan Sarjana Administrasi Pendidikan Indonesia)
HISAPIN lahir pada tahun 1991 di Bukit Tinggi, Sumatera Barat, dengan
Ketua Dr. Sutjipto yang ketika itu menjabat sebagai Pembantu Rektor II IKIP
Padang; beberapa tahun kemudian beliau menjadi Rektor IKIP Jakarta (1997-2005).
Ketika itu IKIP Padang melaksanakan Seminar Nasional di bidang Pendidikan
dengan mengundang seluruh pimpinan jurusan dan dosen Administrasi Pendidikan di
lingkungan FIP dan FKIP. Seminar tersebut didukung oleh Prof. H. A. R. Tilaar
(Deputi Bappenas).
C. Mengetahui Sikap Profesional Guru Terhadap Pengembangan Organisasi
Kependidikan Di Indonesia
Kalau kita ikuti perkembangan profesi keguruan di Indonesia, jelas pada
mulanya guru-guru Indonesia diangkat dari orang-orang yang tidak berpendidikan
khusus untuk memangku jabatan guru. Dalam bukunya Sejarah Pendidikan
Indonesia, Nasution (1987) secara jelas melukiskan sejarah pendidikan di Indonesia
terutama dalam zaman colonial Belanda, termasuk juga sejarah profesi keguruan.
Guru-guru yang pada mulanya diangkat dari orang-orang yang tidak dididik menjadi
guru, secara berangsur-angsur dilengkapi dan ditambah dengan guru-guru yang lulus
dari sekolah guru (kweekschool) yang pertama kali didirikan di Solo tahun 1852.
Karena kebutuhan guru yang mendesak maka pemerintah Hindia Belanda
mengangkat lima macam guru, yakni :
1. Guru lulusan sekolah guru yang dianggap sebagai guru yang berwenang penuh.
2. Guru yang bukan lulusan sekolah guru, tetapi lulus ujian yang diadakan untuk
menjadi guru.
3. Guru bantu yakni yang lulus ujian guru bantu.
4. Guru yang dimagangkan kepada seorang guru senior, yang merupakan calon guru.
5. Guru yang diangkat karena keadaan yang amat mendesak yang berasal dari warga
yang pernah mengecap pendidikan.
Tentu saja yang terakhir ini sangat beragam dari satu daerah dengan daerah
lainnya. Walaupun sekolah guru telah dimulai dan kemudian juga didirikan sekolah
normal, namun pada mulanya bila dilihat dari kurikulumnya dapat kita katakanhanya
mementingkan pengetahuan yang akan diajarkan saja. Kedalamnya belum dimasukan

19

secar khusus kurikulum ilmu mendidik dan psikologi. Sejalan dengan pendirian
sekolah-sekolah yang lebih tinggi tingkatnya dari sekolah umum seperti Hollands
Inslandse School (HIS), Meer Uitgebreid Lagere Onderwijs (MULO), Hogere Burger
School (HBS), dan Algemene Middlebare School (AMS) maka secara berangsurangsur didirikan pula lembaga pendidikan guru atau kursus-kursus untuk
mempersiapkan guru-gurunya seperti Hogere Kweekschool (HKS)untuk guru HIS
dan kursus Hoofdacte (HA) untuk calon kepala sekolah (Nasution,1987).
Keadaan yang demikian berlanjut sampai zaman pendudukan jepang dan awal
perang kemerdekaan, walaupun dengan nama dan bentuk lembaga pendidikan guru
yang disesuaikan dengan keadaan waktu itu. Selangkah demi selangkah pendidikan
guru meningkatkan jenjang kualifikasi dan mutunya, sehingga saat ini kita hanya
mempunyai lembaga pendidikan guru yang tunggal, yakni Lembaga Pendidikan
Tenaga Kependidikan (LPTK).
Walaupun jabatan guru tidak harus disebut sebagai jabatan profesional penuh,
statusnya mulai membaik. Di Imdonesia telah ada Persatuan Guru Republik
Indonesia (PGRI) yang mewadahi persatuan guru, dan juga mempunyai perwakilan
di DPR / MPR. Apakah para wakil dan organisasi ini telah mewakili semua
keinginan para guru, baik dari segi profesional ataupun kesejahteraan? Apakah guru
betul-betul jabatan profesional, sehingga jabatan guru terlindungi, mempunyai
otoritas tinggi dalam bidangnya, dihargai dan mempunyai status yang tinggi dalam
masyarakat, semuanya akan tergantung kepada guru itu sendiri dan unjuk kerjanya,
serta masyarakat dan pemerintah yang memakai atau mendapatkan layanan guru itu.
Dalam sejarah pendidikan guru di Indonesia, guru pernah mempunyai status
yang sangat tinggi dalam masyarakat, mempunayi wibawa yang sangat tinggi, dan
dianggapsebagai orang yang serba tahu. Peranan guru saat itu tidak hanya mendidik
anak di depan kelas, tapi mendidik masyarakat, tempat bagi masyarakat untuk
bertanya, baik untuk memecahkan masalah pribadi ataupun masalah sosial. Namun,
kewibawaan guru mulai memudar sejalan dengan kemajuan zaman, perkembangan
ilmu dan teknologi, dan kepedulian guru yang meningkat tentang imbalan atau balas
jasa. Dalam era teknologi yang maju sekarang, guru bukan lagi satu-satunya tempat
bertanya bagi masyarakat. Pendidikan masyarakat mungkin lebih tinggi dari guru,

20

dan kewibawaan guru berkurang antara lain karena status guru dianggap kalah gengsi
dari jabatan lainnya yang mempunyai pendapatan yang lebih baik.

D. Peran Organisasi Profesi Kependidikan Terhadap Sikap yang Menunjang
Keprofesionalan
Jabatan professional harus memiliki wadah untuk menyatakan gerak langkah
dan mengendalikan keseluruhan profesi yaitu organisasi profesi guru di negara kita
wadah ini telah ada dan dikenal dengan Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI).
Organisasai ini didirikan sebagai wujud aspirasi guru Indonesia dalam mewujudkan
cita-cita perjuangan bangsa. Salah satu tujuan organisasi ini adalah mempertinggi
kesadaran sikap, mutu dan kegiatan profesi guru serta meningkatkan kesejahteraan
guru. Organisasi profesi kependidikan selain sebagai ciri suatu profesi kependidikan,
sekaligus juga memiliki fungsi tersendiri yang bermanfaat bagi anggotanya.
Organisasi profesi kependidikan Organisasi profesi kependidikan selain sebagai ciri
suatu profesi kependidikan berfungsi sebagai pemersatu seluruh anggota profesi
dalam kiprahnya menjalankan tugas keprofesiannya, dan memiliki fungsi
peningkatan kemampuan profesional profesi ini. Kedua fungsi tersebut dapat
diuraikan seperti berikut ini :
1. Fungsi Pemersatu
Kelahiran suatu organisasi profesi tidak terlepas dari motif yang
mendasarinya, yaitu dorongan yang menggerakkan para profesional untuk
membeantuk suatu organisasi keprofesian. Motif tersebut begitu bervariasi, ada yang
bersifat sosial, politik, ekonomi, kultural, dan falsafah tentang sistem nilai. Namun,
umumnya dilatar belakangi oleh dua motif, yaitu motif intrinsik dan ekstrinsik.[ Abin
Syamsudin, 1999. hlm. 95 ] Secara intrinsik, para profesional terdorong oleh
keinginannya medapatkan kehidupan yang layak, sesuai dengan tugas profesi yang
diembannya, bahkan mungkin mereka terdorong oleh semangat menunaikan
tugasnya sebaik dan seikhlas mengkin. Secara ekstrinsik mereka terdorong oleh
tmntutan masyarakat pengguna jasa suatu profesi yang semakin hari semakin
klompleks.

21

Kedua motif tersebut sekaligus merupakan tantangan bagi pengemban suatu
profesi, yang secara teoritis sangat sulit dihadapi dan diselesaikan secara individual.
Kesadaran atas realitas ini menyebabkan para profesional membentuk organisasi
profesi. Demikian pula organisasi profesi kependidikan , merupakan organisasi
profesi sebagai wadah pemersatu pelbagai potensi profesi kependidikan dalam
menghadapi kopleksitas tantangan dan harapan masyarakat pengguna pengguna jasa
kependidikan. Dengan mempersatukan potensi tersebut diharapkan organisasi profesi
kependidikan memiliki kewibawaan dan kekuatan dalam menentukan kebijakan dan
melakukan tindakan bersama, yaitu upaya untuk melindungi dan memperjuangkan
kepentingan para pengemban profesi kependidikan itu sendiri dan kepentingan
masyarakat pengguna jasa profesi ini.
2. Fungsi Peningkatan Kemampuan Profesional
Fungsi kedua dari organisasi profesi adalah meningkatkan kemampuan
profesional para pengemban profesi kependidikan. Fungsi ini secara jelas tertuang
dalam PP No. 38 tahun 1992, pasal 61 yang berbunyi : Tenaga kependidikan dapat
membentuk ikatan profesi sebagai wadah untuk meningkatkan dan mengembangkan
karier, kemampuan, kewenangan profesional, martabat, dan kesejahteraan tenaga
kependidikan. PP tersebut menunjukkan adanya legalitas formal yang secara tersirat
mewajibkan para anggota profesi kependidikan untuk selalu meningkatkan
kemampuan profesionalnya melalui organisaasi atau ikatan profesi kependidikan.
Bahkan dalam UUSPN Tahun 1989, Pasal 31; ayat 4 dinyatakan bahwa : Tenaga
kependidikan

berkewajiban

untuk

berusaha

mengembangkan

kemampuan

profesionalnya sesuai dengan perkembangan tuntutan ilmu pengetahuan dan
tekhnologi serta pembangunan bangsa.
Kemampuan yang dimaksud dalam konteks ini adalah apa yang disebut
dengan istilah kompetensi , yang oleh Abin Syamsuddin dijelaskan bahwa kopetensi
merupakan kecakapan atau kemampuan mengerjakan pekerjaan kependidikan. Guru
yang memiliki kemampuan atau kecakapan untuk mengerjakan pekerjaan
kependidikan disebut dengan guru yang kompeten.
Peningkatan kemampuan profesional tenaga kependidikan berdasarkan
Kurikulum 1994 dapat dilakukan melalui dua program, yaitu program terstruktur dan
tidak terstruktur. Program terstruktur adalah program yang dibuat dan dilaksanakan

22

sedemikian rupa, mempunyai bahan dan produk kegiatan belajar yang dapat
diakreditasikan secara akademik dalam jumlah SKS tertentu. Dengan demikian ,
Pada akhir program para peserta akan memperoleh sejumlah SKS yang pada
gilirannya dapat disertakan dengan kualifikasi tetrtentu tenaga kependidikan.
Program tidak terstruktur adalah program pembinaan dan pengembangan tenaga
kependidikan yang dibuka berdasarkan kebutuhan tertentu sesuai dengan tuntutan
waktu dan lingkungan yang ada. Terlingkup dalam program tidak terstruktur ini
adalah:
· Penataran tingkat nasional dan wilayah;
· Supervisi yang dilaksanakan oleh pengawas atau pejabat yang terkait seperti Kepala
Sekolah, Kepala Bidang, Kakandep;
· Pembinaan dan pengembangan sejawat, yaitu dengan sesama tenaga kependidikan
sejenis melalui forum konunikasi, seperti MGI.
· Pembinaan dan pengembangan individual, yaitu upaya atas inisiatif sendiri dengan
partisipasi dalam seminar, loka karya, dan yang lainnya.
E. Analisis Peranan Organisasi Profesi Keguruan Dewasa Ini
1. Keadaan yang Ditemui
Suatu perkembangan yang menggembirakan muncul menyusul keluarnya
Undang-undang Rep. Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan
nasional dalam UU tersebut, tenaga kependidikan mendapat perhatian yang amat
besar, melebihi bidang-bidang lain. Ada 6 pasal (pasal 39 s/d 44) terdiri atas 17 ayat,
yang secara khusus menyangkut tenaga kependidikan. Ini menunjukan bahwa
kedudukan tenaga kependidikan begitu penting dalam rangka upaya memajukan
pendidikan secara keseluruhan.
Bagi profesi kependidikan, UU tentang SPN mempunyai arti yang sangat
penting, karena dalam undang-undang ini profesi kependidikan telah jelas dasar
hukumnya, bahkan pekerjaan guru secara tegas telah dilindungi keberadaannya.
Gagasan yang mendasar yang terkandung UU tentang SPN dalam kaitannya dengan
tenaga kependidikan ialah perlindungan dan pengakuan yang lebih pasti terhadap
jabatan guru khususnya dan tenaga kependidikan umumnya. Profesi-profesi ini
secara tegas akan dilindungi, dihargai, diakui, dan dijamin keberadaannya secara

23

hukum. Perlindungan itu secara eksplisit dikemukakan dalam pasal 42 yang
menyatakan bahwa pendidikan harus memiliki kualifikasi minimum dan sertifikasi
sesuai dengan jenjang kewenangan mengajar.
2. Permasalahan yang Ada
Permasalahan pokok yang dihadapi profesi guru dan juga organisasi profesi guru
masa sekarang ini adalah sebagai berikut :
a. Penjabaran yang operasional tentang ketentuan-ketentuan yang tersurat dalam
peraturan

yang

berlaku

yang

berkenaan

dengan

profesi

guru

beserta

kesejahteraannya, seperti keputusan MENPAN No.26 tahun 1989 tentang Angka
Kredit bagi Jabatan Guru dalam Lingkungan Departemen pendidikan dan
Kebudayaan.
b. Peningkatan unjuk kerja guru melalui perbaikan program pendidikan guru yang
lebih terara, yang memelihara keterpaduan antara pengembangan profesional dengan
pembentukan kemampuan akademik guru, dengan memberikan peluang kepada
setiap calon guru untuk melatih unjuk kinerjanya sebagai calon guru yang
profesional.
c. Proses profesionalisme guru melalui sistem pengadaan guru terpadu sejak
pendidikan prajabatan, pengangkatan, penempatan, dan pembinaannya dalam
jabatan.
d. Penataan organisasi profesi guru yang diarahkan kepada bentuk wahana untuk
pelaksanaan prows profesionalisasi guru, dan dapat memberikan batasan yang jelas
mengenai profesi guru dan profesi lainnya.
e. Penataan kembali kode etik guru, terutama yang berkenaan dengan rambu-rambu
prilaku profesional yang tegas, jelas, dan operasional, serta perumusan sanksi-sanksi
terhadap penyimpangannya.
f. Pemasyarakatan kode etik guru ditetapkan oleh setiap guru dan diindahkan oleh
masyarakat rekanan, sehingga tumbuh penghargaan dan pengakuan yang wajar
terhadap profesi guru itu.
3. Pengembangan Organisasi Keguruan
PGRI sebagai organisasi profesi perlu penekanan upaya penataan dan
peningkatan dalam bidang misi profesi dari PGRI. Dalam hal ini perlu
dikembangkan kerangka konseptual yang memadai dan terarah untuk melandasi

24

program kerja mengenai pengembangan profesi itu. Kerangka konsep itu seyogyanya
diselaraskan dengan patokan-patokan profesional dan akademik yang digunakan
sebagai dasar pengembangan standar unjuk kerja, pengembangan progran
kependidikan guru, dan penataan proses profesionalisasi guru berdasarkan
pendekatan pengadaan guru terpadu.
Kekolegaan profesional guru sebagai suatu kesadaran profesional merpakan
keharusan bagi setiap guru sebagai konsekuensi kesediaan untuk menerima tanggung
jawab individual dan kolektif. Kekolegaan ini hanya dapat terwujud jika dituangkan
dalam kode etik yang operasional dan diakui oleh pemerintah dan masyarakat yang
tertuang dalam peraturan atau undang-undang seperti dalam UU tentang SPN.

25

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari analisis yang telah dijabarkan, penulis dapat menyampaikan beberapa
kesimpulan, diantaranya:
1. Organisasi profesi keguruan adalah suatu wadah perkumpulan orang-orang yang
memiliki suatu keahlian khusus dalam mendidik yang dipersiapkan melalui proses
pendidikan dan latihan yang relatif lama, serta dilakukan dalam lembaga tertentu
yang dapat dipertanggungjawabkan.
2. Fungsi organisasi profesi keguruan yaitu sebagai pemersatu dan peningkatan
kemampuan professional.
3. Lima misi dan tujuan organisasi kependidikan, yaitu: meningkatkan dan/atau
mengembangkan (1) karier, (2) kemampuan, (3) kewenangan profesional, (4)
martabat, dan (5) kesejahteraan seluruh tenaga kependidikan.
4. Jenis-jenis organisasi profesi kependidikan yang ada di Indonesia: Persatuan Guru
Republik Indonesia (PGRI), Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP), Ikatan
Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI), Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia (IPBI),
Himpunan Sarjana Administrasi Pendidikan Indonesia ( HISAPIN ).
B. Saran
Saran yang dapat penulis sampaikan diantaranya:
1. Setiap orang yang berprofesi dalam bidang kependidikan hendaknya lebih mengenal
dan memahami tentang organisasi profesi kependidikan itu sendiri karena banyak hal
yang bermanfaat bagi penyandang profesi kependidikan dari organisasi profesinya
sendiri.
2. Organisasi profesi kependidikan hendaknya lebih aktif lagi dalam menjalankan
perannya sebagai pemersatu dan melakukan kegiatan-kagiatan yang meningkatkan
kemampuan profesional anggotanya.
3. Hubungan antar organisasi profesi kependidikan yang satu dengan yang lainnya
hendaknya lebih ditingkatkan secara nyata.

26

4. Kepada struktural organisasi yang menaungi aktifitas guru, baik itu PGRI, MGMP,
maupum KKG bisa lebih berperan dalam pembinaan, pengawasan kepada guru
sehingga

nantinya

guru

bisa

maksimal

dalam

menjalankan

tugas

serta

aktifitasnyapun terjaga dari segala bentuk asusila.
5. Kepada siswa yang menjadi objek pengaran guru, juga bisa memberi masukan jika
dalam pelaksanaannya ada guru yang bertindak menyimpang dari kode etik guru
yang sedang berlaku.
6. Untuk siswa selalu belajar dengan tekun dan rajin sehingga nantinya bisa menjadi
manusia yang mampu memahami organisasi profesi, dalam hal ini organisasi profesi
guru, serta mampu mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
7. Untuk orang tua, serta pihak yang terkaik dengan organisasi profesi guru, maupun
pelaksanaan guru dalam kesehariannya yang kurang sesuai dengan kode etik guru,
bisa ikut andil dalam memecahkan masalahnya.

27

DAFTAR PUSTAKA
 Fauzi, Haris. 2009. Organisasi Profesi Keguruan. Jakarta: Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah
 Hadi, Sopwan. 2010. Makalah Profesi Keguruan.
 (http://sopwanhadi.wordpress.com/2010/02/28/makalah-organisasi-keguruan.html,
diakses tanggal 31 Maret 2013)
 Hamalik, Oemar. 2008. Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi.
Jakarta: Bumi Aksara
 Syamsuddin, M. Abin. 1999. Pengembangan Profesi dan Kinerja Tenaga
Kependidikan. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia
 Tim Pengampu. 2012. Profesi Kependidikan. Medan: Universitas Negeri Medan.
 Undang-undang No. 14 Tahun 2005. Tentang Guru dan Dosen. Jakarta : Depdiknas.
 (http://repository.upi.edu/operator/upload/s_adp_0704694_chapter_1.pdf,

diakses

tanggal 31 Maret 2013)
 http://ruangguru.blogspot.com/2009/05/profesi-keguruan-dalam-

mengembangkan.html , diakses tanggal 31 Maret 2013)
 https://www.academia.edu/4480767/

Implementasi_Sikap_Profesional_Guru_Terhadap_Organisasi_Profesi_di_Sekolah

28