LAPORAN PRAKTIKUM DASAR ILMU TANAH

1

BAB I
PENDAHULUAN
Tanah yang adalah lapisan permukaan bumi yang secara fisik berfungsi
sebagai tempat tumbuh dan berkembangnya perakaran penopang tegak
tumbuhnya tanaman dan menyuplai kebutuhan air dan udara telah mengalami
kerusakan seperti kekurangan unsur hara hingga tanah tandus merupakan masalah
serius, padahal secara kimiawi tanah berfungsi sebagai gudang dan penyuplai hara
atau nutrisi (senyawa organik dan anorganik sederhana dan unsur-unsur esensial
seperti: N, P, K, Ca, Mg, S, Cu, Zn, Fe, Mn, B, Cl) dan secara biologi berfungsi
sebagai habitat biota (organisme) yang berpartisipasi aktif dalam penyediaan hara
tersebut dan zat-zat aditif (pemacu tumbuh, proteksi) bagi tanaman, yang
ketiganya secara integral mampu menunjang produktivitas tanah untuk
menghasilkan biomass dan produksi baik tanaman pangan, tanaman obat-obatan,
industri

perkebunan,

maupun


kehutanan.

Tanah

mempunyai

berbagai

permasalahan seperti tingkat keasaman tinggi, dan kandungan BO yang rendah
yang akan mempengaruhi atau menghambat pertumbuhan tanaman itu sendiri.
Tujuan praktikum ilmu tanah ini adalah untuk mengetahui tentang profil
tanah, tekstur tanah, konsistensi tanah, kadar air tanah, kerapatan partikel dan
massa tanah, keasaman tanah, bahan organic tanah, kadar nitrogen tanah serta
respirasi mikrobia. Manfaat dari praktikum ini salah satunya adalah kita lebih
mengetahui tanah yang baik atau buruk bagi tanaman untuk tumbuh.

2

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Profil Tanah
Tanah adalah suatu benda alami yang terdapat di permukaan kulit bumi,
yang tersusun dari bahan-bahan mineral sebagai hasil pelapukan sisa tumbuhan
dan hewan, yang merupakan medium pertumbuhan tanaman dengan sifat-sifat
tertentu yang terjadi akibat gabungan dari faktor-faktor iklim, bahan induk, jasad
hidup, bentuk wilayah dan lamanya waktu pertumbuhan (Bale, 2001). Tanah
merupakan suatu benda alami yang terdapat dipermukaan bumi, yang tersusun
dari bahan-bahan mineral sebagai hasil pelapukan sisa tumbuhan dan hewan, yang
merupakan medium pertumbuhan tanaman dengan sifat-sifat tertentu. Profil tanah
adalah urutan-urutan horizon tanah yang dianggap sejajar dengan permukaan
bumi yang menyatakan bahwa horison O terdiri dari bahan organik, horison A
terbentuk dari campuran bahan induk dan mineral, horison B butiran mineral yang
dilapisi kalsium karbonat dan horison C terdapat bahan induk yang telah lapuk
(Nurmala, 2011). Profil tanah terdiri dari horison-horison tanah yang memiliki
fungsi yang berbeda dan dipengaruhi oleh perbedaan bahan induk sebagai bahan
pembentuknya (Sutanto, 2005).
Tanah terdiri dari beberapa horizon, namun bagi tanaman yang sangat
penting adalah horizon O-A (lapisan atas) yang biasanya mempunyai ketebalan di
bawah 30 cm (Hanafiah, 2005). Bagi tanaman berakar dangkal seperti padi,
palawija dan sayuran yang paling berperan adalah kedalaman di bawah 20 cm.


3

Lapisan atas merupakan tanah yang realtif subur dibandingkan subsoil karena
banyak mengandung bahan organik dan biasanya merupakan lapisan olah tanah
bagi pertanian. Bagi tanaman perkebunan dan kehutanan untuk jangka panjang,
lapisan tanah bawah juga akan menjadi sumber hara dan air (Hakim, 2007) .
2.2. Tekstur Tanah
Tekstur tanah adalah sifat yang menunjukkan kasar atau halusnya suatu
tanah. Tekstur tanah terdapat perbedaan komposisi kandungan fraksi pasir, debu
dan liat yang terkandung dalam tanah. Beberapa tanah, krikil, batu dan bahan
induk dari lapisan tanah dapat memepengaruhi tekstur dan mempengaruhi
penggunaan tanah (Foth, 1998). Tanah dengan kandungan debu tinggi mempunyai
kapasitas tertinggi untuk mengikat air pada tanah. Tekstur tanah agregat sangat
kasar karena tercampurnya tanah dengan krikil kecil (Budi, 2011).
Tekstur tanah menunjukkan kasar halusnya tanah. Tekstur tanah merupakan
perbandingan antara butir-butir pasir, debu dan liat. Tekstur tanah dikelompokkan
dalam 12 klas tekstur. Kedua belas klas tekstur dibedakan berdasarkan prosentase
kandungan pasir, debu dan liat (Yani, 2003). Tanah yang ukuran liatnya bertekstur
lebih halus atau dengan kadar liat lebih besar memiliki luas permukaan yang lebih

besar dibanding tanah bertekstur lebih kasar per satuan beratnya. Semakin kecil
ukuran partikel tanah semakin luas permukaan efektifnya memungkinkan
pertukaran (kation) hara lebih besar (Hardjowigeno, 2003).

4

2.3. Konsistensi Tanah
Konsistensi tanah tingkat integrasi antara kekuatan daya kohesi butir-butir
tanah dengan daya adhesi butir-butir tanah dengan benda lain. Keadaan tersebut
ditunjukkan dari daya tanah terhadap gaya yang akan mengubah bentuk.
Konsistensi tanah berhubungan dengan kandungan air pada tanah. Penurunan
kadar air menyebabkan tanah kehilangan kelekatan dan keliatan membuat tanah
tersebut menjadi gambur, kaku dan keras (Sutetdjo dan Kartasapoetra, 2010).
Keadaan basah dibedakan plastisitasnya yaitu dari plastis sampai tidak plastis atau
kelekatannya yaitu dari tidak lekat sampai lekat. Konsistensi basah merupakan
penetapan konsistensi tanah pada kondisi kadar air tanah di atas kapasitas lapang
(field cappacity). Faktor – faktor yang mempengaruhi konsistensi tanah adalah
tekstur tanah, sifat dan jumlah koloid organik dan anorganik tanah, struktur tanah,
serta kadar air tanah (Madjid, 2001).
Konsistensi tanah ditentukan oleh tekstur dan struktur tanah. Konsistensi

tanah terdiri bermacam-macam tergantung tekstur, kadar bahan organik, dan kadar
lengas tanah (Sutedjo dan Kartasapoetra 2002). Konsistensi tanah lembab adalah
penetapan konsistensi tanah pada kondisi kadar air tanah sekitar kapasitas lapang.
Konsistensi tanah kering merupakan penetapan konsistensi tanah pada kondisi
kadar air tanah kering udara. Penetapan konsistensi tanah dapat dilakukan dalam
tiga kondisi, yaitu: basah, lembab, dan kering. Konsistensi basah merupakan
penetapan konsistensi tanah pada kondisi kadar air tanah di atas kapasitas lapang
(field cappacity). Konsistensi lembab merupakan penetapan konsistensi tanah
pada kondisi kadar air tanah sekitar kapasitas lapang. Konsistensi kering

5

merupakan penetapan konsistensi tanah pada kondisi kadar air tanah kering udara.
Beberapa macam konsistensi kering yaitu lepas, lunak, sedikit keras, keras, sangat
keras dan ekstrem keras (Hakim, 2007).

2.4. Kadar Air Tanah
Air merupakan unsur utama dalam proses kimia dalam hubungannya dengan
jumlah produk pelapukan fenomena translokasi. Peranan air dan suhu dalam
hidrasi atau dehidrasi karbonasi dan hidrolisis cukup sulit untuk dimengerti

sebagai

hasil

disolusi

mineral,

keragaman

produk

ion

tidak

hanya

menggambarkan komposisi spesies yang terlarut (Hanafiah, 2005). Kadar air
tanah dapat dinyatakan dalam persen volume yaitu persen volume air terhadap

volume tanah. Cara ini mempunyai keuntungan karena dapat memberikan
gambaran tentang ketersediaan air pada pertumbuhan pada volume tanah tertentu.
Banyaknya air yang dapat diikat atau diserap oleh tanah tergantung dari tekstur
dan kandungan bahan organik tanah. Tanah-tanah bertekstur kasar mempunyai
daya menahan air lebih kecil daripada tanah bertekstur halus. Oleh karena itu,
tanaman yang ditanam pada tanah pasir umumnya lebih mudah kekeringan
daripada tanah-tanah bertekstur lempung atau liat (Mega, 2010).
Terikatnya air didalam pori dan agregat tanh terjadi karena adanya gaya
kohesi antara molekul air dan butir tanah. Air yang terdapat di dalam pori tanah
ini disebut kadar air tanah. Kapasitas tanah untuk menahan air dihubungkan baik
dengan luas permukaan maupun volume ruang pori, kapasitas menahan air
karenanya berhubungan dengan struktur dan tekstur. Tanah-tanah dengan tekstur

6

halus mempunyai maksimum kapasitas menahan air total maksimum, tetapi air
tersedia yang ditahan maksimum, pada tanah dengan tekstur sedang. Penelitian
menunjukkan bahwa air tersedia pada beberapa tanah berhubungan erat dengan
kandungan debu dan pasir yang sangat halus . Diantara sifat-sifat tanah yang
berpengaruh terhadap jumlah air yang tersedia adalah daya hisap (matrik dan

osmotik), kedalaman tanah dan pelapisan tanah. Adapun pengaruhnya bahan
organik terhadap sifat-sifat tanah dan akibatnya juga bagi pertumbuhan tanaman
adalah sebagai emulgator (memperbaiki strukturtanah), sumber hara N, P, S,
menambah kemampuan tanah untuk menahan air, menambah kemampuan tanah
untuk menahan unsur-unsur hara dan sumber energy bagi mikroorganisme
(Hardjowigeno, 2003). Ketersediaan air dalam tanah dipengaruhi oleh banyaknya
curah hujan atau air irigasi, kemampuan tanah menahan air, sehingga air dapat
meresap atau ditahan oleh tanah karena adanya gaya-gaya adhesi, kohesi dan
gravitasi yang menyebabkan dalam tanah dapat

dibedakan menjadi air

higroskopois, air kapiler dan air gravitasi (Bale, 2001).

2.5. Kerapatan Partikel dan Kerapatan Massa Tanah

Bobot isi tanah ( Bulk Density ) adalah ukuran pengepakan atau kompresi
partikel – partikel tanah ( pasir, debu dan liat). Bobot isi tanah bervariasi yang
bergantung pada keretakan partikel-partikel tanah itu. Kerapatan massa ditentukan
baik oleh banyaknya pori maupun oleh butiran tanah padat. Kerapatan partikel

erat hubungannya dengan kerapatan massa. Hubungan kerapatan partikel dan
kerapatan massa dapat menentukan pori-pori pada tanah (Hanafiah, 2006). Tanah

7

yang lepas dan bergumpal akan mempunyai berat persatuan volume rendah dan
tanah yang lebih tinggi kerapatan massanya. Bulk density atau kerapatan tanah
menunjukkan perbandingan antara berat tanah kering dengan volume bawah
termasuk volume pori-pori tanah. Makin padat suatu tanah, maka semakin tinggi
Bulk density yang berarti semakin sulit untuk meneruskan air atau ditembus akar
tanaman (Hardjowigeno, 2003).
Tanah berstruktur halus mempunyai porositas tinggi dan berat tanah yang
lebih rendah dibandingkan tanah berpasir. Bahan organik memperkecil berat
volume tanah, karena bahan organik jauh lebih ringan dari pada mineral dan
bahan organik memperbesar porositas. Tanah-tanah organik memiliki kerapatan
massa yang sangat rendah dibanding dengan tanah-tanah mineral. Variasi-variasi
yang ada perlu diperhatikan tergantung pada bahan organik dan kelembaban
tanah. Kerapatan massa dipengaruhi oleh kandungan bahan organik pada tanah
(Hanafiah, 2005). Berat isi menggambarkan keadaan, struktur dan porositas tanah.
Pengaruh


sifat-sifat

fisik

tanah

tersebut

kaitan pertumbuhan tanaman dengan

berat

dapat
isi

dinilai
tanah.

dari


kaitan-

Bahan

organik

memperkecil berat volume tanah, karena bahan organik jauh lebih ringan dari
pada mineral dan bahan organik memperbesar porositas (Syarief, 2004).

8

2.6. Kemasaman Tanah

Reaksi tanah menunjukkan sifat kemasaman atau alkalinitas tanah yang
dinyatakan dengan nilai pH. Keasaman (potensial of hydrogen) adalah derajat
keasaman tanah yang menggambarkan ion hidrogen yang terdapat di dalam tanah.
Tingkat keasaman tanah dinyatakan dalam satuan gr mol per liter dimana jika
kadar kepekatan ion hidrogennya tinggi maka dikatakan asam dan jika rendah
disebut basa (Darman, 2003). Makin tinggi kadar ion H+ di dalam tanah, semakin
masam tanah tersebut. Di dalam tanah selain H+ dan ion-ion lain ditemukan pula
ion OH-, yang jumlahnya berbanding terbalik dengan banyaknya H+. Pada tanahtanah yang masam jumlah ion H+ lebih tinggi daripada OH- sedang pada tanah
alkalis kandungan OH- lebih banyak daripada H+. Bila kandungan H+ sama
dengan OH- maka tanah bereaksi netral yaitu Reaksi Tanah = 7 (Hardjowigeno,
2007).
Sumber kemasaman tanah adalah bahan-bahan organik dan anorganik.
Proses yang menghasilkan ion H+ adalah respirasi akar atau jasad penghuni tanah.
H2O atau air

memiliki pH yang netral (Hartati, 2001). Ionisasi asam-asam

menghasilkan ion H+ bebas dalam larutan tanah. Sumber lain kemasaman tanah
adalah H+ dan Al3+ dapat ditukar pada misel koloid tanah. Kemampuan tanah
untuk mempertahankan pH dan perubahan karena penambahan alkalis atau masam
yang dinamakan daya sanggah tanah. Larutan mempunyai pH 7 disebut netral,
lebih kecil dari 7 disebut masam, dan lebih besar dari 7 disebut alkalis. Reaksi
tanah ini sangat menunjukkan tentang keadaan atau status kimia tanah. Pada

9

kondisi ini, ketersediaan semua unsur hara dalam kondisi optimal. Informasi
tentang pH tanah sawah berguna dalam pemilihan jenis pupuk, pengelolaan tata
air, dan mendeteksi peluang terjadinya keracunan suatu unsur mikro seperti Fe
dan Mn pada tanah masam dan Na pada tanah alkalin (Hanafiah, 2007).
2.7. Bahan Organik Tanah
Bahan organik merupakan bagian dari tanah yang merupakan suatu sistem
kompleks dan dinamis yang bersumber dari sisa tanaman atau binatangyang
terdapat didalam tanah yang terus menerus mengalami perubahan bentuk karena
dipengaruhi faktor biologi, fisika dan kimia. Bahan organik sangat penting dalam
menentukan kemampuan tanah untuk mendukung tanaman, sehingga jika kadar
bahan organik tanah menurun, maka kemampuan tanah dalam mendukung
produktivitas tanaman juga menurun (Sutanto, 2005). Suhu, drainase dan tekstur
tanah juga mempengaruhi kadar bahan organik pada suatu tanah. Suhu merupakan
salah satu faktor yang mempengaruhi kandungan bahan organik yang terdapat
pada suatu tanah (Budi, 2011).
Bahan organik tanah adalah semua jenis senyawa organik yang terdapat di
dalam tanah, termasuk serasah, fraksi bahan organik ringan, biomassa
mikroorganisme, bahan organik terlarut di dalam air, dan bahan organik yang
stabil atau humus (Darman, 2003). Penambahan bahan organik (pupuk kandang)
pada tanah akan meningkatkan pori total tanah dan akan menurunkan berat
volume tanah (Anas, 2009).

10

2.8. Kadar Nitrogen Tanah
Nitrogen memiliki fungsi memperbaiki pertumbuhan vegetatif tanaman dan
pembentukan protein. Hilangnya N dari tanah karena digunakan oleh tanaman
+¿¿
atau mikroorganisme, N dalam bentuk NH 4 dapat diikat oleh mineral liat jenis
−¿¿
lilit sehingga tidak dapat digunakan oleh tanaman, N dalam bentuk NO 3 mudah

dicuci oleh air hujan, banyak hujan N rendah, dan tanah pasir mudah
merembeskan air sehingga kadar N pada tanah pasir lebih rendah daripada tanah
liat (Hardjowigeno, 2003). Kehilangan nitrogen di dalam tanah dapat disebabkan
melalui proses denitrifikasi, tercuci bersama air drainase, dan terfiksasi oleh
mineral – mineral, sekitar 2% total N tanah berasal dari atmosfer yang
konsentrasinya 78% N2 sebagai bentuk yang tidak dapat langsung diserap oleh
tanaman karena mempunyai ikatan rangkap tiga yang sangat kuat. Manfaat
nitrogen adalah untuk memacu pertumbuhan tanaman pada fase vegetative, serta
berperan dalam pembentukan klorofil, asam amino, lemak, enzim dan
persenyawaan lain. Nitrogen merupakan unsur hara makro esensial, menyusun
sekitar 1,5% bobot tanaman dan berfungsi terutama dalam pembentukan protein
tanaman (Hanafiah, 2005).
Kadar Nitrogen rata – rata dalam jaringan tanaman adalah 2%-4% berat
kering (Rosmarkam dan Widya, 2002). Cara utama nitrogen masuk kedalam
tanah adalah akibat kegiatan jasad renik, baik yang hidup bebas maupun yang
bersimbiosis dengan tanaman. Dalam hal yang terakhir nitrogen yang diikat
digunakan dalam sintesis amino dan protein oleh tanaman inang. Unsur Nitrogen
(N) mempunyai peranan merangsang pertumbuhan secara keseluruhan dan

11

khususnya batang, cabang dan daun, hijau daun serta berguna dalam proses
fotosintesa. Tanah dengan kandungan Nitrogen rendah menyebabkan tanaman
tumbuh kerempeng dan tersendat-sendat, daun kering dan jaringan mati sehingga
berdampak fatal bagi tanaman (Bachtiar, 2006).
2.9. Respirasi Mikroba
Pengukuran respirasi (mikrobia tanah) merupakan cara yang pertama kali
digunakan untuk menentukan tingkat aktivitas mikrobia tanah. Jumlah total
mikrobia yang terdapat dalam tanah digunakan sebagai indeks untuk mengetahui
kesuburan tanah (Munir, 2001). Pengukuran respirasi mikrobia memiliki
hubungan dengan parameter lain yang berkaitan dengan aktivitas mikroorganisme
tanah seperti bahan organik tanah, transformasi N, hasil antara, PH dan rata-rata
jumlah mikroorganisme (Anas, 2009).
Penetapan respirasi tanah didasarkan pada penetapan jumlah CO2 yang
dihasilkan oleh mikrobia tanah dan jumlah O2 yang digunakan oleh mikrobia
tanah.Respirasi pada tanah menunjukkan tingkat aktivitas mikrobia yang berperan
dalam membantu kesuburan dan berperan dalam proses dekomposisi dan dapat
menentukan proses penting yang terjadi dalam tanah (Andre, 2009). Respirasi
mikroorganisme tanah mencerminkan tingkat aktivitas mikroorganisme yang ada
di dalam tanah (Madjid, 2009).

12

BAB III
MATERI DAN METODE
Praktikum Ilmu Tanah dilaksanakan pada hari Senin tanggal 21-23 April
2014 di Laboratorium Ekologi dan Produksi Tanaman, Fakultas Peternakan dan
Pertanian, Universitas Diponegoro, Semarang.
3.1. Materi
Bahan

yang

digunakan

dalam

praktikum adalah sampel tanah

biasa, sampel tanah agregat, aquades, tali, lilin, KCl, pH lakmus, selenium, H 2SO4
97%, Asam borat, NaOH 45%, Metil Red dan Metil Blue, HCl,
Alat yang digunakan dalam praktikum adalah kamera untuk mengambil
gambar keadaan tanah, kertas saring untuk menyaring, crusibel porselin untuk
meletakkan sampel, timbangan analitis untuk menimbang sampel tanah, oven
untuk mengukur BK, pinset untuk mengambil cawan yang sudah dioven, sekop
untuk mengambil sampel tanah, thermometer untuk mengukur suhu air, corong
untuk memasukkan sampel tanah, cawan pemanas lilin untuk melelehkan lilin,
kompor untuk memanaskan cawan pemanas, tanur untuk mengukur bahan
organik, gelas ukur untuk mengetahui pertambahan volume bongkahan tanah yang
dilapisi lilin, tabung reaksi untuk tempat larutan tanah dan kertas Lakmus pH
untuk mengetahui pH yang ada pada tanah, spektrofotometer untuk mengukur
absorbansi larutan jernih, labu ukur 100 ml untuk tempat larutan, pipet volume 5
ml untuk alat penambah larutan, labu didih untuk mendestilasi, labu destruksi

13

untuk destruksi, labu didih untuk larutan proses destilasi, erlenmeyer untuk tempat
NH3 yang akan dibebaskan, tabung kecil untuk tempat NaOH, tabung paralon
untuktempat tabung kecil yang berisi NaOH, dan alat titrasi untuk mentitrasi
larutan.
3.2. Metode
3.2.1. Profil Tanah
Metode yang dilakukan adalah mengambil gambar horizon tanah dan
mencatat susunan horizon tanah.
3.2.2. Tekstur Tanah
Metode yang dilakukan adalah mengambil sedikit sampel tanah, membasahi
dengan aquades, menggosokkan pada ibu jari dengan jari yang lain, dan
menentukan tekstur tanah sesuai diagram segitiga USDA.
3.2.3. Konsistensi Tanah
Metode yang dilakukan untuk konsistensi kering adalah mengambil sampel
tanah biasa dan tanah agregat, membentuk tanah menjadi bola kecil dan menilai
konsistensi kering. Konsistensi lembab dan basah, mengambil sampel tanah biasa
dan tanah agregat, menambahkan sedikit air, menggosokkannya pada ibu jari
dengan jari yang lain dan menilai konsistensi lembab dan basah.

14

3.2.4. Kadar Air Tanah
Metode yang dilakukan adalah menimbang crusibel porselin kosong,
menimbang sampel tanah biasa dan tanah agregat seberat 5 gram, meletakkannya
pada crusibel proselin, memasukkan crusibel proselin yang terisi tanah ke dalam
oven pada suhu 105°C selama 24 jam. Setelah 24 jam, membuka oven dan
didinginkan, kemudian crusibel proselin ditimbang untuk mengetahui kadar air.
3.2.5. Kerapatan Partikel dan Kerapatan Massa Tanah
Metode yang dilakukan dalam praktikum Kerapatan Partikel Tanah adalah
menimbang tabung reaksi, mengisi tabung reaksi dengan air sampai penuh
kemudian menimbangnya kembali, mengukur suhu air dalam tabung reaksi
dengan thermometer, membuang air dalam tabung reaksi hingga semua air keluar,
mengisi tabung reaksi dengan tanah seberat 3 gram kemudian ditimbang,
mengisinya dengan air sampai setengah penuh dan mengocoknya. Esok harinya,
mengisi tabung reaksi dengan air sampai penuh, ditimbang, dan mengukur suhu
air dalam tabung reaksi dengan menggunakan thermometer.
Metode yang digunakan dalam praktikum Kerapatan Massa Tanah adalah
menimbang sebongkah tanah agregat dengan timbangan, mengikat bongkahan
tersebut dengan menggunakan tali, dan memasukkan bongkahan tanah agregat ke
dalam lilin dan ditimbang. Setelah kering, memasukkan bongkahan tanah tersebut
ke dalam gelas ukur yang berisi aquades 100 ml dan mencatat perubahan volume.

15

3.2.6. Kemasaman Tanah
Metode yang digunakan dalam praktikum Kemasaman Tanah adalah dengan
menyiapkan tabung reaksi, memasukkan sampel tanah sebanyak 5 gram ke dalam
tabung, menambahkan 25 ml KCl 1 N untuk tabung A dan 25 ml aquades untuk
tabung B, mengocok tabung A dan tabung B selama 30 menit dan biarkan
mengendap. Mengukur pH tanah dengan menggunakan kertas lakmus, dan
mencatatukuran pH di buku.
3.2.7. Bahan Organik Tanah dan Kandungan Karbon

Penentuan bahan organik tanah dilakukan dengan menimbang dua gelas
kecil satu-persatu terlebih dahulu. Setelah itu mengisi satu gelas kecil dengan
tanah biasa dan satu gelas kecil tanah bongkahan lalu ditimbang dengan
timbangan analitis masing-masing ± 5 gram. Kemudian mengoven tanah tersebut
dalam tanur selama 4 jam pada suhu 600o lalu diangkat dan didinginkan selama 7
jam. Setelah itu, menimbang kembali kedua gelas kecil tersebut satu-persatu.
Terakhir menghitung kadar bahan organik tanah tersebut dengan rumus.
Metode karbon yang dilakukan adalah dengan menimbang contoh tanah
seberat 0,5 g, memasukkan contoh tanah dalam labu ukur 100 ml, menambahkan
5 ml K2Cr2O7 1 N dan mengocoknya. Menambahkan 7,5 ml H 2SO4 pekat,
mengocok dan mendiamkannya selama 30 menit. Mengencerkan dengan air bebas
ion sebanyak 100 ml, dan disaring membiarkannya sampai dingin. Keesokan

16

harinya,

mengukur

absorbansi

larutan

jernih

dengan

menggunakan

spektrofotometer.
3.2.8. Kadar Nitrogen Tanah
Metode yang digunakan dalam praktikum Kadar Nitrogen tanah adalah
menimbang 0,5 gram sampel tanah halus, memasukkan sampel tanah ke dalam
tabung destruksi, menambahkan 1 g selenium dan 10 ml asam sulfat pekat dan
mendestruksinya selama 30 menit hingga suhu 400°C bewarna putih bening.
Setelah proses destruksi, mengangkat labu, dan mendinginkan. Proses destilasi
dengan memindahkan seluruh ekstrak sampel kedalam labu didih, menambahkan
90 ml aquades dan 20 ml NaOH, menyiapkan penampung NH 3 yang dibebaskan
yaitu Erlenmayer berisi 10 ml asam borat 1%, menambah 2 tetes indikator metil
merah dan metil biru, dan menghubungkannya ke alat destilasi. Dengan gelas
ukur, menambahkan NaOH 40% sebanyak 10 ml ke dalam labu didih yang berisi
sampel dan menutup labu didih secepatnya. Proses destilasi berlangsung hingga
volume penampang mencapai 50 – 75 ml sampai bening, mentitrasi destilat
dengan HCL 0,1 N hingga muncul warna biru, mencatat (Vc) dan (Vb).
3.2.9. Respirasi Mikrobia
Pada acara Respirasi Mikroba, pertama dengan menuangkan 20 ml NaOH
kedalam pipa kecil, lalu tancapkan ke tanah yang subur dan tutup rapat dengan
pipa papilon besar hingga udara tidak masuk dan biarkan 3 hari. Setelah 3 hari
ambil 5 ml NaOH pipa yang telah diisi NaOH tadi lalu tambahkan 2,5 ml BaCl2
dan 2 tetes PP hingga bewarna merah muda, lalu menitrasinya dengan mesin

17

titrasi hingga bening, juga mencatat volume titrasinya, lalu mengulangi cara yang
sama dengan tanah gersang.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Profil Tanah
Tabel 1. Pengamatan Profil Tanah

Sumber: Praktikum Ilmu Tanah 2014

Sumber: www.google.com

Berdasarkan praktikum profil tanah diperoleh bahwa tanah tersusun dari
horison-horison. Setiap horison memilik ciri-ciri yang berbeda dan mempunyai
fungsi yang berbeda juga. Profil tanah terdiri dari horison O, horison A, horison B
dan horison C. Horison O yang didominasi dengan bahan organik, pada horison A
terdapat campuran antara bahan organik dan bahan mineral, horison B merupakan
horison yang semua butiran mineralnya dilapisi kalsium karbonat dan pada
horison C terdapat bahan induk yang telah lapuk. Hal ini sesuai dengan pendapat
Nurmala (2011) yang menyatakan bahwa horison O terdiri dari bahan organik,

18

horison A terbentuk dari campuran bahan induk dan mineral, horison B butiran
mineral yang dilapisi kalsium karbonat dan horison C terdapat bahan induk yang
telah lapuk. Horison tanah memiliki fungsi yang bebeda. Hal ini sesuai dengan
pendapat Sutanto (2005) yang menyatakan bahwa profil tanah terdiri dari horisonhorison tanah yang memiliki fungsi yang berbeda dan dipengaruhi oleh perbedaan
bahan induk sebagai bahan pembentuknya.
4.2. Tekstur Tanah
Hasil yang diperoleh dari pengamatan tekstur tanah adalah sebagai berikut:
Tabel 2. Pengamatan Tekstur Tanah
Sampel Tanah
Tanah Agregat

Liat
……………
25

Debu
......…%…….
40

Pasir
Tekstur
……………... Lempung liat
60
Berpasir

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, Tanah agregat memiliki tekstur
lempung liat berpasir. Tekstur dari tanah agregat ini adalah lempung liat berpasir karena
dipengaruhi oleh liat, kerikil, batu dan bahan induk dari lapisan tanah yang dapat

mempengaruhi tekstur tanah ini. Hal ini sesuai dengan pendapat Foth (1998) yang
menyatakan bahwa kerikil, batu dan bahan induk dari lapisan tanah yang dapat
memepengaruhi tekstur dan mempengaruhi penggunaan tanah. Hal ini
ditambahkan oleh Budi (2011) yang menyatakan bahwa tekstur tanah agregat
sangat kasar karena tercampurnya tanah dengan krikil kecil.

19

4.3. Konsistensi Tanah
Hasil yang diperoleh dari pengamatan konsistensi tanah adalah sebagai
berikut:
Tabel 3. Pengamatan Konsistensi Tanah

Konsistensi Kering
Konsistensi Lembab
Konsistensi Basah
Tingkat Plastisitaas

Tanah Agregat
Agak keras
Tidak gembur
Agak lekat
Tidak plastis

Tanah Biasa
Lunak
Gembur
Lekat
Plastis

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan diperoleh data bahwa tanah
yang kering memiliki tekstur yang keras sehingga sulit untuk menghancurkannya
karena tidak mengandung air. Keadaan konsistensi basah pada tanah agregat
diperlukan tekanan kuat saat meremas tanah untuk menghancurkan gumpalan
tanah tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Hakim (2007) yang menyatakan
bahwa beberapa macam konsistensi basah yaitu lepas, lunak, sedikit keras, keras,
sangat keras dan ekstrem keras. Pada tanah yang konsistensinya lembab tidak
terlalu sulit untuk meremasnya dan tanah yang berkonsistensi basah lebih mudah
menghancurkannya. Tanah dengan konsistensi kering susah di hancurkan karena
berkurangnya kadar air pada yang menyebabkan tanah kehilangan kelekatan dan
membuat tanah tersebut menjadi keras. Hal ini sesuai dengan pendapat Sutetdjo
dan Kartasapoetra (2010) yang menyatakan bahwa penurunan kadar air

20

menyebabkan tanah kehilangan kelekatan dan keliatan dan membuat tanah
tersebut menjadi gambur, kaku dan keras. Konsistensi tanah perlu diketahui untuk
mengetahui kekutan tanah tersebut terhadap gaya-gaya partikel pada tanah.
4.4. Kadar Air Tanah
Hasil yang diperoleh dari pengamatan kadar air tanah adalah sebagai
berikut:
Tabel 4. Pengamatan Kadar Air Tanah
Sampel Tanah
Tanah agregat
Tanah biasa

Kadar Air (%)
13,486
27

Berdasarkan hasil pengamatan kadar air tanah dapar terlihat bahwa kadar air
tanah agregat lebih kecil yaitu sebesar 13,48% dibandingkan kadar air tanah biasa
yaitu 27% karena tekstur tanah agregat lempung berpasir maka memiliki daya
serap air yang rendah. Pengamatan kadar air tanah didapat hasil bahwa kadar air
tanah biasa lebih tinggi dibandingkan dengan kadar air pada tanah agregat.
Kandungan air tanah pada tanah normal sebesar 20,74% - 27,75%. Kandungan
kadar air tanah pada tanah biasa kadar airnya normal yaitu 27 %, sedangkan
kandungan air tanah pada tanah agregat cukup rendah yaitu 13,486%. Kadar air
tanah yang berbeda ini disebabkan oleh tekstur tanah kedua sample diatas. Hal ini
pun sesuai dengan pendapat Hanafiah (2005) yang menyatakan ketersediaan air
tanah sebenarnya pada setiap koefisien umum bervariasi terutama tergantung pada
tekstur tanah, kadar bahan organik tanah, senyawa kimiawi dan kedalaman solum/

21

lapisan tanah. Hardjowigeno (2003) menyatakan tanah bertekstur halus
mempunyai luas permukaan lebih besar sehingga kemampuan menahan air dan
menyediakan unsur hara yang tinggi.
4.5. Kerapatan Partikel dan Kerapatan Massa Tanah
Hasil yang diperoleh dari pengamatan kerapatan partikel dan kerapatan
masa tanah adalah sebagai berikut :
Tabel 5. Pengamatan Kerapatan Partikel dan Massa Tanah
Sampel Tanah
Tanah Agregat

BJ (gr/cm3)
0,297

BV (gr/ml)
19,16

Berdasarkan hasil pengamatan dapat diketahui bahwa kerapatan partikel
tanah lebih berat dibandingkan dengan kerapatan masa tanah karena kerapatan
partikel tanah tidak memperhatikan porositasnya sehingga menjadi padat.
Sedangkan kerapatan massa memperhatikan kandungan pori di dalam tanah
sehingga tanah tersebut menjadi renggang dan ringan. Hal ini sesuai dengan
pendapat Hanafiah (2005) bahwa kerapatan partikel (bobot partikel) adalah bobot
massa partikel padat persatuan volume tanah. Hubungan kerapatan partikel
dengan kerapatan massa adalah berbanding terbalik dan dipengaruhi oleh bahan
organik. Hal ini sesuai dengan pendapat Hardjowigeno (2003) yang menyatakan
bahwa semakin besar kerapatan massa dan bahan organik yang terkandung maka
semakin rendah kerapatan partikelnya.

22

4.6. Kemasaman Tanah
Hasil yang diperoleh dari pengamatan kemasaman tanah adalah sebagai
berikut:
Tabel 6. Pengamatan Kemasaman Tanah
Sampel Tanah
Tanah Agregat
Tanah Agregat

Perlakuan
pH H2O -> Aktual
pH KCL -> Potensial

pH Tanah
7
6

Berdasarkan hasil praktikum kemasaman tanah, tanah yang diberi H20 tidak
mengalami perubahan warna sehingga warna tetap coklat dengan pH 7 dan tanah
yang diberi KCL memiliki pH 6 dengan warna yang sama yaitu coklat. Nilai pH
menunjukkan banyaknya konsentrasi ion hydrogen (H+) di dalam tanah. Makin
tinggi kadar ion H+ di dalam tanah, semakin masam tanah tersebut. Hal ini sesuai
dengan pendapat Hardjowigeno (2007) bahwa kandungan H+ sama dengan OHmaka tanah bereaksi netral yaitu mempunyai Reaksi Tanah = 7. Larutan
mempunyai pH 7 disebut netral, lebih kecil dari 7 disebut masam, dan lebih besar
dari 7 disebut alkalis. Hal ini sesuai dengan pendapat Hartati (2001) yang
menyatakan H2O memiliki pH yang netral. Reaksi tanah ini sangat menunjukkan
tentang keadaan atau status kimia tanah. Status kimia tanah mempengaruhi
proses-proses biologik, seperti pertumbuhan tanaman pH atau reaksi tanah yang
ekstrim menunjukkan kimia tanah yang dapat mengganggu biologik.

23

4.7. Bahan Organik Tanah dan Kadar Karbon
Hasil yang diperoleh dari pengamatan bahan organik tanah adalah sebagai
berikut :
Tabel 8. Pengamatan Bahan Organik Tanah
Sampel Tanah
Biasa
Agregat

Hasil
Kadar C
............(%).................
36
0,704
15

0,704

Berdasarkan hasil pengamatan bahan organik tanah diperoleh kadar air pada
tanah biasa adalah 36% sedangkan pada tanah agregat kandungan airnya adalah
15%. Perbedaan yang terjadi antara tanah biasa dan tanah agregat dikarenakan
perbedaan kedalaman dan bahan organic yang berbeda. Hal ini sesuai dengan
pendapat Hanafiah (2005) bahwa bahan organik dalam tanah terdiri atas bahan
organik kasar dan bahan organik halus. Tanah biasa mengandung bahan organik
yang tinggi karena sampel tanah biasa diambil dari permukaan tanah pada
kedalaman 10-20cm, yang diketahui pada kedalaman tersebut mengandung bahan
organik yang tinggi. Sedangkan bahan organik yang terkandung pada tanah
agregat yang diambil dari profil tanah pada kedalaman ±2 meter lebih kecil dari
pada tanah biasa disebabkan terjadi proses pencucian yang dapat menyebabkan
kurangnya bahan organik yang dikandung pada setiap lapisan. Sumber bahan

24

organik adalah pada jaringan tumbuhan, dalam jaringan tumbuhan terdapat lemak,
minyak, lilin dan dammar dalam jumlah yang kecil. Hal ini sesuai dengan
pendapat Sutanto (2005) yang menyatakan bahwabahan organik sangat penting
dalam menentukan kemampuan tanah untuk mendukung tanaman, sehingga jika
kadar bahan organik tanah menurun, maka kemampuan tanah dalam mendukung
produktivitas tanaman juga menurun.
4.8. Kadar Nitrogen Tanah
Hasil yang diperoleh dari pengamatan kadar nitrogen tanah adalah sebagai
berikut:
Tabel 8. Pengamatan Kadar Nitrogen Tanah
Sampel Tanah
Kadar N total tanah agregat

Kadar N (%)
0,09

Berdasarkan hasil pengamatan kadar nitrogen tanah diperoleh adalah
47,6272%. Jumlah tersebut terlalu kecil, menandakan fiksasi N sangat sedikit dan
sehingga tanah tersebut kurang subur. Nitrogen memiliki fungsi memperbaiki
pertumbuhan vegetatif tanaman dan pembentukan protein. Faktor-faktor yang
mempengaruhi ketersediaan N adalah kegiatan jasad renik baik yang hidup bebas
maupun yang bersimbiose dengan tanaman. . Bahan organik merupakan sumber
bahan N yang utama di dalam tanah. Hal ini sesuai dengan pendapat Hanafiah
(2005) yang menyatakan bahwa apabila peningkatan kadar bahan organik terjadi
maka kadar N dalam tanah pun ikut meningkat. Jika ketersediaan kadar N didalam
tanah sedikit dapat berdapampak buruk untuk tanaman yang tumbuh diatasnya.

25

Hal ini sesuai dengan pendapat Hardjowigeno (2003) bahwa hilangnya N dari
tanah karena digunakan oleh tanaman atau mikroorganisme, N dalam bentuk
NH +¿¿
dapat diikat oleh mineral liat jenis lilit sehingga tidak dapat digunakan oleh
4
−¿¿
tanaman, N dalam bentuk NO 3 mudah dicuci oleh air hujan, banyak hujan N

rendah, dan tanah pasir mudah merembeskan air sehingga N lebih rendah daripada
tanah liat. Kehilangan nitrogen di dalam tanah dapat disebabkan melalui proses
denitrifikasi, tercuci bersama air drainase, dan terfiksasi oleh mineral – mineral.

4.9. Respirasi Mikrobia
Hasil yang diperoleh dari pengamatan respirasi mikroba adalah sebagai
berikut:
Tabel 9. Pengamatan Respirasi Mikroba
NaOH dalam Tanah
Subur
Gersang

HCl 0,1 N (ml)
0,57
2,67

Pengukuran respirasi (mikrobia tanah) merupakan cara yang pertama kali
digunakan untuk menentukan tingkat aktivitas mikrobia tanah.Jumlah total
mikrobia yang terdapat dalam tanah digunakan sebagai indeks mengetahui
kesuburan tanah sesuai pendapat Munir (2001). Pengukuran respirasi mikrobia
memiliki hubungan dengan parameter lain yang berkaitan dengan aktivitas
mikroorganisme tanah seperti bahan organik tanah, transformasi N, hasil antara,
PH dan rata-rata jumlah mikroorganisme . Hal ini sesuai dengan pendapat Anas

26

(2009) yang mengatakan bahwa pengukuran respirasi mempunyai korelasi yang
baik dengan parameter lain yang berkaitan dengan aktivitas mikroorganisme tanah
seperti bahan organik tanah, transformasi N, hasil antara, pH dan rata-rata jumlah
mikroorganisme.Perombakan bahan organik disebabkan karena meningkatnya
temperatur tanah.

27

BAB V
SIMPULAN
5.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat dari praktikum profil tanah tanah tersusun atas
beberapa horizon yaitu O, A, B, C, D. Tekstur tanah agregat termasuk yang
mempunyai perbedaan pada bahan pembentuknya. Proses perkembangan atau
penyusunan tanah yang berbeda akan mengakibatkan perbedaan sifat-sifat tanah
pada suatu daerah. Sifat fisik tanah pada setiap lapisan horison yang dipengaruhi
oleh tekstur tanah, struktur tanah, konsisitensi tanah dan lain-lain. Setiap tanah
memiliki sifat yang berbeda satu dengan lainnya. Hal itu dipengaruhi oleh
kandungan-kandungan bahan organik, mineral, air, udara dan organisme yang
terdapat didalam tanah.

5.2. Saran
Diharapkan tempat praktikum harus dijaga kebersihannya lalu kita harus
berhati-hati dalam melakukan percobaan. Selanjutnya pada saat melaksanakan
praktikum harus teliti dalam melakukan percobaan agar mendapatkan hasil yang

28

akurat, dan yang terakhir harus berhati-hati dalam penggunaan bahan dan alat di
laboratorium.

DAFTAR PUSTAKA
Anas, D. 2009. Klasifikasi Tanah. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Andre. 2009. Sifat Biologi Tanah.
http://boymarpaung.wordpress.com/2009/02/19/sifatbiologi-tanah/Diakses pada 28 April 2014 pukul 16.00 WIB.
Bale, A. 2001. Ilmu Tanah I Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta.
Bachtiar, E.,2006. Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian USU, Medan.
Budi, G. S. 2011. Pengujian Tanah di Laboratorium. Graha Ilmu, Yogjakarta.
Darman, S. 2003. Pengaruh Penggenangan dan Pemberian Bahan Organik
Terhadap Potensial Redoks, pH, Status Fe, P, dan Al dalam Larutan
Ultisol Kulawi. Agroland, Jakarta.
Foth,

H. D. 1998. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Gadjah Mada University Press,
Yogjakarta

Hakim. 2007. Dasar- dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung, Lampung.
Hardjowigeno, S., 2003. Ilmu Tanah. Akademika Presindo, Jakarta.
Hardjowigeno. S, 2007. Ilmu Tanah. PT Medyatama Sarana Perkasa, Jakarta.
Hanafiah, KA. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Rajawali Press, Jakarta.
Hanafiah M.S, dan A. Kemas. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. PT Praja Grafindo
Persada, Jakarta.

29

Hartati, TT.2001. Perbaikan Sifat Psament Melalui Pemberian Bahan Andisol Dan
Limbah Olahan Sagu. Program Pasca Sarjana Fakultas Pertanian.
Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.
Mega, M. I. 2010. Ilmu Tanah. Bhratara Karya Aksara, Jakarta.
Munir. 2001. Tanah-tanah Utama Indonesia. PT. Dunia Pustaka Jaya, Jakarta.
Nurmala, T. 2011. Pengantar Ilmu Pertanian. Graha Ilmu, Yogjakarta.
Rosmarkam, A. dan N. W. Yuwono. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Kanisius,
Yogjakarta.
Sarwono. 2010. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo, Jakarta.
Sutanto, R. 2005. Dasar – dasar Ilmu Tanah konsep dan kenyataan. Kanisius,
Yogjakarta.
Sutedjo. 2006. Dasar-dasr Ilmu Tanah. Rhineka Cipta, Jakarta.

30

LAMPIRAN
Lampiran 1. Perhitungan Kadar Air Tanah

Berat ( gram )
Cawan
Cawan + Tanah
Biasa
20,586
25,590
Agregat
19,722
24,722
Sumber Data Primer Praktikum Ilmu Tanah, 2014.
Sampel Tanah

Kadar Air Tanah =

Kadar Air Tanah Biasa

=

=

sebelum dioven-setelah dioven
sampel
=

24,7220-24,0486
5,000

= 27 %
Kadar Air Tanah Agregat = x 100 %
= 13,486%

Setelah Dioven
24,2396
24,0486

x 100 %

x 100 %

31

Lampiran 2. Kerapatan Partikel dan Kerapatan Massa Tanah
Hasil Pengamatan Kerapatan Partikel (BJ)
Pengamatan
Berat piknometer + tutup
Berat piknometer + air
Suhu air dalam piknometer (1)
Berat jenis air (1)
Berat piknometer + tanah
Berat piknometer + tanah + air
Suhu air dalam piknometer (2)
Berat jenis air (2)
Sumber : Data Primer Praktikum Ilmu Tanah, 2014.

Hasil
18,6463 gram
36,6823 gram
27° C
1 gr/cm3
21,7302 gram
30,5975 gram
28° C
1gr/cm3

Berat Tanah Kering = 3,0839 x 100/113,468
= 2,717gram
Volume Total butir-butir tanah = 9,1687 cm3
Berat Jenis (BJ)

=0,297 gram/cm3

Hasil Pengamatan Kerapatan Massa Tanah (BV)
Pengamatan
Hasil
Berat bongkah tanah
10,4773 gram
Berat bongkah tanah + lilin
11,5066 gram
Volume air gelas ukur
100 ml
Volume air + bongkah tanah
100 ml
Berat jenis lilin
0,87
Sumber : Data Primer Praktikum Ilmu Tanah, 2014.

32

Berat Tanah Kering =

=
Volume Bongkar Tanah

=

100
100+kL ׿ ¿

=

100
113,468

a gram
x 10.4773

= 92,34 gram

= (q-p) –mL
= (106 – 100) –mL

Lampiran 2. (lanjutan)

= 4,82 mL

Kerapatan Massa Tanah (BV)=

=

berat kering tanah
volume bongkar tanah

92,34
4,82

= 19,16gr/ml

33

Lampiran 3. Perhitungan Bahan Organik Tanah
Berat dalam gram
Sampel Tanah Cawan
Cawan + Tanah Setelah
ditanur
Tanah Biasa
22,480 gr
27,487 gr
25,7261 gr
Tanah Agregat
22,372 gr
27,376 gr
26,6753 gr
Sumber Data Primer Praktikum Ilmu Tanah, 2014.
Berat Bahan Organik

=

Berat setelah tanur - berat cawan
×100%
berat cawan+tanah

Untuk Tanah Agregat
BO

=

27,376-26,675
׿ ¿
5,0004

100%

= 15%
Untuk Tanah Biasa

BO =

27,487-25,7261
׿ ¿
5,0007

= 36%

100%

Kadar BO
36 %
15 %

34

Persamaan
Y= 644x – 1,7153

konsentrasi (ppm) = 644 (abs) – 1,7153

Berat bahan kering (BBK) = 100% - kadar air sampel (%)
= 100% - 17,53 %
= 82,47 %

Carbon (%)

= konsentrasi (ppm) x =

100
100
׿¿
׿¿
berat sampel
1000

100
BBK
= 58,821 x

=

100
100
100
׿ ¿
׿¿
500,1
82,983
1000

=

1,41721 %

Sampel
1
2
3
4
5
6

Berat
500,1
500,7
500
500,7
500
500

abs
0,094
0,039
0,048
0,173
0,024
0,104

konsentrasi
58,821
23,401
29,197
109,967
13,741
65,261

%C
1,41721
0,563139
0,703602
2,639828
0,331136
1,572687

35

300
250

R2 =

200
150

Column2

100
50
0
0

0.1

0.2

0.3

0.4

Lampiran 4. Perhitungan Kadar N Tanah

Kadar N (%) =

=

=

(titiran sampel-blanko ) x14,008 x NHCl
sampel sebenarnya
(0,46-0,12) x 14,008 x 0,1
500

=

0,34 x 1,4008
500

x 100 %

x 100 %

x 100 %

36

= 0,0952544 %

Lampiran 5. Perhitungan Respirasi Mikrobia

Titrasi NaOH 5 ml + 2,5 ml BaCl2 + HCl 0,1 N
Perhitungan
1.

Tanah Subur

HCl titrasi

= 2,67 ml
= 2,67 x 0,1

37

= 0,267 ml
NaOH mula-mula

= 0,4 x 5 ml
= 2 mgrek

NaOH yang bereaksi dengan CO2

= 2 – 0,276 mgrek
= 1,733 mgrek

‫؞‬

1 mg rek CO2= 2 mg rek NaOH

CO2yang diikat oleh NaOH

1
= 2 x 1,733 mgrek
=0,8665 mgrek

2.

Tanah Gersang

HCl titrasi

= 0,57 ml
= 0,57 x 0,1
= 0,057 ml

NaOH mula – mula

= 0,4 x 5 ml
= 2 mgrek

Lampiran 5. (lanjutan)

NaOH yang bereaksi dengan CO2

= 2 – 0,057
= 1,943 mgrek

‫؞‬

1 mgrek CO2= 2 mgrek NaOH

38

CO2 yang diikat NaOH

1
= 2 x 1,943 mgrek
= 0,9175 mgrek