Makalah Pendidi kan Transformatif i

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Kehidupan manusia dalam abad ke 21 mengalami perubahan dahsyat seperti yang
dialami masyarakat dan budaya manusia dalam revolusi industri abad ke 18. Pada abad ke 21
revolusi yang terjadi terutama disebabkan oleh kemajuan teknologi komunikasi serta
kemajuan teknologi informasi yang telah mengubah dimensi waktu dan tempat kehidupan
manusia. Bukan saja dimensi-dimensi itu berubah, tetapi juga tata cara kehidupan manusia
seperti dalam hubungan negara-negara ikut berubah. Manusia dewasa ini hidup di dalam
dunia tanpa batas, menghilangnya kebiwaan negara tradisional, terbukanya dunia untuk
perdagangan bebas dengan mengalirnya dana secara internasional ditopang oleh kemajuan
ilmu pengetahuan yang sangat cepat, menghasilkan apa yang disebut arus globalisasi yang
menerjang kehidupan umat manusia tanpa ampun.
Pendidikan Transformatif memiliki visi mengubah masyarakat tradisional menuju
masyarakat modern. Sebagaimana dimaklumi saat ini masyarakat Indonesia merupakan
masyarakat agraris dengan etika, estetika dan kepribadian agraris yang belum sepenuhnya
familiar dengan ilmu pengetahuan dan teknologi beserta perkembangannya. Tugas
pendidikan adalah mengubah peradaban masyarakat, khususnya dalam “menanamkan” dan
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta etika, estetika dan perubahan’ ke
dalam sistem sosial masyarakat Indonesia sesuai dengan tuntutan perkembangan jaman tanpa

harus kehilangan jati diri sebagai bangsa. Pendidikan diharapkan menghantarkan masyarakat
Indonesia menjadi masyarakat modern yang sarat dengan IPTEK, etika, estetika dan
kepribadian yang unggul untuk mencapai tujuan kehidupan berbangsa dan bernegara.Proses
tersebut sudah barang tentu perlu ditunjang oleh investasi berupa pernyataan teknologi
dengan modul ke dalam sistem sosial masyarakat. Sementara itu, masyarakat yang secara
bertahap berubah menjadi berperadaban modern (sarat IPTEK, etika, estetika, dan
kepribadian yang unggul) dapat menjadi umpan balik bagi pengembangan sistem pendidikan
nasional yang bermutu.
Dalam penulisan makalah ini, banyak teori-teori yang berorientasi pada model
mengembangkan pendidikan. Sehingga makalah ini di tulis dengan menggunakan referensi
1 | Pendidikan Teknik Elektro – Etika Profesi
Kependidikan

yang terkait dan di susun dengan metode sederhana dengan memaparkan berbagai macam
perubahan yang terjadi pada wilayah pendidikan yang di sebut, pendidikan transformatif.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Teologi Pendidikan Transformatif?
2. Apa itu Bantuan Jaminan Sosial?
3. Seperti apa Transformasi Sumber Daya Manusia?

4. Bagaimana Transformasi Sosial Ekonomi Masyarakat?
5. Bagaimana Transformasi Institusi?

C. Tujuan Makalah
1. Menjelaskan teologi pendidikan transformatif
2. Menjelaskan bantuan dan jaminan sosial
3. Memahami transformasi sumber daya manusia
4. Menjelaskan transformasi sosial ekonomi masyarakat
5. Menjelaskan transformasi institusi

2 | Pendidikan Teknik Elektro – Etika Profesi
Kependidikan

BAB II
PEMBAHASAN

A. Teologi Pendidikan Transformatif
Teologi (bahasa Yunani theos, "Allah, Tuhan", dan logia, "kata-kata," "ucapan," atau
"wacana") adalah wacana yang berdasarkan nalar mengenai agama, spiritualitas dan Tuhan
(Lih. bawah, "Teologi dan agama-agama lain di luar agama Kristen"). Dengan demikian,

teologi adalah ilmu yang mempelajari segala sesuatu yang berkaitan dengan keyakinan
beragama. Teologi meliputi segala sesuatu yang berhubungan dengan Tuhan. Para teolog
berupaya menggunakan analisis dan argumen-argumen rasional untuk mendiskusikan,
menafsirkan dan mengajar dalam salah satu bidang dari topik-topik agama.
Teologi transformatif adalah sebuah teologi yang berusaha menggerakkan
rakyat/masyarakat untuk mengubah dirinya dan berperan dalam perubahan sosial yang
mendasar. Disini, islam dimaknai sebagai sumber refleksi dan aksi gerakan tranformatif
social untuk memecahkan permasalahan kehidupan seperti ketertindasan dan keterbelakangan
sabagai efek dari globalisasi dan neoliberalisasi. Para penganut teologi transformasi
menghendaki agama sebagai ruang transformatif sosial yang mampu melaksanakan
pemerdayaan (empowerment) masyarakat.
Pendidikan transformatif bisa kita ambil dari ajaran islam yang menuntut setiap orang
untuk bekerja dan berusaha menjalankan bisnis, sehingga ia dapat mencukupi kebutuhan
dirinya dan keluarganya. Tetapi tidak bisa ditampik, setinggi apapun peradaban suatu bangsa,
akan selalu ada anggota masyarakat yang tidak mampu bekerja, karena alas an-alasan
objektif, sehingga mereka tidak berpenghasilan. Ada juga yang mampu bekerja, tetapi mereka
menganggur, karena “tergusur” oleh kebijakan yang tidak memihak rakyat atau pemerintah
gagal menyiapkan lapangan kerja yang sesuai bagi mereka. Ada pula yang sebenarnya sudah
bekerja, hanya saja pemasukan mereka belum mencukupi standar yang layak, karena
sedikitnya pemasukkan (income), banyaknya keluarga yang ditanggung, atau karena sebabsebab yang lain.

Menghadapi situasi seperti itu, kita jangan sampai membiarkan mereka terlantar.
Maka dari itu, pendidikan transformatif tidak hanya mengajarkan kerja dan membangun
bisnis, tetapi juga kesederhanaan, kedermawanan dan kasih sayang.
Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat haknya, kepada orang miskin
dan orang dalam perjalanan; dan janganlah kamu menghambur-hamburkan
(hartamu) secara boros. Sesungguhnya orang yang boros itu adalah saudarasaudara syetan dan syetan itu sangat ingkar kepada Tuhannya. (Qs. Al-Isra’[17]:2627)

3 | Pendidikan Teknik Elektro – Etika Profesi
Kependidikan

Anggaran belanja keluarga muslim tidak hanya meliputi nafkah hidup untuk keluarga
inti, suami-istri dan anak-anak, tapi juga keluarga besar, seperti nafkah kedua orang tua dan
kaum kerabat yang fakir. Tanggung jawab sosial [takaful] ini dimulai dari keluarga yang
mempunyai hubungan kerabat dan pertetanggaan, sampai dengan pelayanan yang bersifat
insidental, seperti menyuguh tamu, menolong orang yang kesulitan, meminjami orang yang
memerlukan, memberi bantuan kepada orang yang tertimpa bencana di negeri sendiri atau di
negara lain yang memerlukan bantuan makan, pakaian, pengobatan, atau tempat tinggal,
karena peperangan, kelaparan, kebakaran, dan lain lain
Islam mengajarkan gerakan transformative dengan mewajibkan tiap-tiap orang yang
berkecukupan untu memberi nafkah kepada keluarganya yang membutuhkan, sebagai bentuk

silaturahim dan pemenuhan kewajiban yang dibebankan kepadanya. Kemudain lingkup
takaful ini menjadi melebar ke tetangga dan penghuni kampong, sesuai dengan hak tetangga
yang telah ditekankan oleh islam. Di dala Al-Qur’an dan hadits disebutkan :
Mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang apa yang harus mereka infakkan.
Katakanlah: “Harta apa saja yang kamu infakkan hendaknya diperuntukkan bagi :
[1] kedua orangtua, [2] kerabat, [3] anak yatim, [4] orang miskin, dan [5] ibn
sabil.” Dan kebaikan apa saja yang kamu kerjakan maka sensungguhnya Allah Maha
Mengetahui. (Qs. Al-Baqarah [2]: 215)
Berikut seruan Al-Qur’an yang menjanjikan kepada orang yang berinfak di jalan
Allah di dunia dan pahala di akhirat kelak. Di bawah ini juga dikutip riwayat-riwayat dari
Rasulullah saw. tentang gambaran solidaritas Islam, sebagai berikut:
Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil
usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang kai keluarkan dari bumi untuk
kamu. Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kau nafkahkan
daripadanya, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan
memicingkan mata terhadapnya. Dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha
Terpuji. Syetan menakut-nakuti kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu
berbuat berbuat kejahatan (kikir), sedang Allah menjanjikan untukmu ampunan dariNya dan karunia. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui (Qs.
Al-Baqarah [2]: 268)
Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? Itulah orang yang menghardik

anak yatim, dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin. Maka
kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari
shalatnya, orang-orang yang berbuat riya dan enggan (menolong dengan) barang
berguna. (Qs. Al-Ma’un [107]: 1-7)
Redaksi ayat di atas bukanlah “tidaklah memberi makan”, melainkan “tidak
menganjurkan memberi makan”. Ini mencerminkan kepedulian yang tulus. Bagi yang tidak
mampu memberi makanan, minimal harus menganjurkan pemberian itu. Jika ini pun tidak
dilakukannya, maka ia termasuk orang yang mendustakan agama dan hari pembalasan. Oleh
4 | Pendidikan Teknik Elektro – Etika Profesi
Kependidikan

karena itu, Al-Qur’an menetapkan adanya kewajiban zakat bagi orang kaya bersifat rutin,
tetap pasti.
Negara bertanggungjawab memastikan semua warga negara yang mampu wajib zakat
membayar kewajibannya dalam usaha mewujudkan keadilan bagi seluruh rakyat. Mereka
yang mangkir, tidak bayar zakat harus ditindak tegas, dihukum dalam rangka mendidik
(ta’zir), bila tidak diindahkan perlu diambil dengan paksa. Apabila ia memiliki kekuatan
untuk melawan, maka diperangi sampai takluk dan bertaubat dengan menunaikan kewajiban.
Apabila secara terang-terangan ia mengingkari kewajiban zakat, sedang dia bukan orang yang
baru dalam islam, maka pantaslah dihukumi murtad dan keluar dari agama islam. Khalifah

Abu Bakar Ash-Shidiq bersama para sahabatnya pernah memerangi suku atau kabilah yang
menolak membayar zakat.
Gerakan transformasi sosial di atas, secara konsisten dilaksanakan dalam sistem
pendidikan agama dengan memberikan beasiswa dan pemenuhan kebutuhan hidup santri di
asrama, mulai makan, seragam, hingga buku dan perlengkapan belajar lainnya. Selain itu,
juga melaksanakan program pengentasan kemiskinan dengan menyelenggarakan pendidikan
kewirausahaan, pembiayaan keuangan syariah untuk UMKM dan pengembangan isntitusi
melalui Koperasi Pondok Pesantren (KOPONTREN) dan Koperasi Masjid.
Manfaat Studi Teologi Transformati :
1. Teologi Transformatif memampukan seseorang untuk lebih memahami tradisi
keagamaannya sendiri ataupun tradisi keagamaan lainnya;
2. Menolong membuat perbandingan antara berbagai tradisi, melestarikan,
memperbaharui suatu tradisi tertentu;
3. Menolong penyebaran suatu tradisi, menerapkan sumber-sumber dari suatu
tradisi dalam suatu situasi atau kebutuhan masa kini, atau untuk berbagai
alasan lainnya.

B. Transformasi Bantuan dan Jaminan Sosial
Transformasi adalah perubahan rupa yang meliputi bentuk, sifat, dan fungsi. Transformasi
mengubah secara cermat dan dramatis bentuk, penampilan, dan karakter. Untuk membayangkan

transformasi dengan mudah, kita lihat transformasi biologis yang mengubah ulat menjadi kupu-kupu.
Setelah melalui serangkaian proses perubahan dalam kepompongnya, kita tidak menemukan
rupa ulat pada kupu-kupu. Penampilan dan karakter ulat berubah dramatis. Ulat menjelma menjadi

5 | Pendidikan Teknik Elektro – Etika Profesi
Kependidikan

serangga bersayap cantik. Ia tidak lagi melata dan makan daun-daunan, melainkan terbang dengan
sayapnya dan hinggap di kelopak bunga dan menghisap noktar, sari madu.

Demikian halnya dengan transformasi kelembagaan jaminan sosial Indonesia.
Transformasi keempat BUMN PT (Persero) menjadi BPJS bersifat sangat mendasar.
Perubahan ini mencakup filosofi, badan hukum, organisasi, tata kelola, dan budaya
organisasi, sebagai berikut:
1. filosofi penyelenggaraan jaminan sosial ditetapkan kembali sebagai upaya untuk
mewujudkan hak konstitusional warga negara atas jaminan sosial,
2. bentuk badan hukum diubah menjadi badan hukum publik dengan kewenangan
publik dan privat, serta termasuk lembaga negara berkedudukan langsung di
bawah Presiden,
3. organ badan penyelenggara diubah menjadi organ yang terdiri dari Dewan

Pengawas dan Direksi dengan proses perekrutan secara terbuka,
4. penataan ulang tata kelola program yang bercirikan prinsip asuransi sosial,
segmentasi pengelolaan ke dalam dua kelompok program (program jaminan
kesehatan dan program jaminan non kesehatan), pemisahan aset BPJS dengan aset
Dana Jaminan Sosial, serta penyertaan dana Pemerintah,
5. budaya organisasi mencerminkan upaya merealisasikan tujuan publik untuk
memberikan kepastian perlindungan dan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.
Sistem pendidikan berbasis komunitas adalah milik bersama, milik publik,
sebagaimana masjid yang ada di wilayah tersebut. Pembiayaan pendidikan ditanggung
bersama oleh komunitas itu melalui infak pendidikan yang dibayarkan secara rutin setiap
bulan. Bagi anak yatim, yang tidak memiliki Ayah atau Ayahnya tidak bekerja karena alas an
objektif, maka biaya pendidikan digratiskan. Inilah realisasi dari gagasan “subsidi silang”
yang lebih banyak diwacanakan oleh pemerintah, tetapi tidak bisa dilaksanakan oleh sekolahsekolah negeri, karena bertele-telenya birokrasi.
Lebih dari itu, model pendidikan berbasis asrama melaksanakan pendidikan dan
pengasuhan secara komprehesif. Pendidikan berbasis pesantren tidak hanya melaksanakan
pendidikan dan pengajaran, tetapi juga menjalankan fungsi pelayanan sosial dan dakwah,
serta pemberdayaan usaha mikro kecil menengah (UMKM) dan pengembangan masyarakat
Islam.
Pendidikan menjalankan misi sosial dalam Al-Qur’an surat Al-Ma’un yang

dituangkan secara legal dalam konstitusi, UUD 1945 pasal 34, bahwa “Fakir miskin dan
anak-anak yang terlantar di pelihara oleh negara”. Disini kata “negara” meliputi masyarakat
dan pemerintah. Sedangkan anak terlantar adalah pemaknaan lebih luas dari “Yatim”. Kata
6 | Pendidikan Teknik Elektro – Etika Profesi
Kependidikan

“Yatim” tidak sekedar dalam arti anak di bawah umur (belum baligh) yang ditinggal mati
oleh Ayah sebagai penanggungjawab nafkah keluarga.
Seluruh belanja itu diperoleh dari masyarakat. Misalnya, asrama dan seluruh
perawatnya diperoleh dari wakaf. Sedangkan belanja hidup, mulai pangan, sandang, dan lainlain diperoleh dari zakat, infak, dan shodakoh. Madrasah berbasis pesantren mengembangkan
semangat ukhuwah islamiyah melalui gerakan orang tua asuh untuk anak Yatim dan dhu’afa.

C. Transformasi Sumber Daya Manusia
Abad ke-21 ditandai sebagai abad keterbukaan atau abad globalisasi, artinya kehidupan
manusia pada abad ke-21 mengalami perubahan-perubahan yang fundamental yang berbeda
dengan tata kehidupan dalam abad sebelumnya. Dikatakan abad ke-21 adalah abad yang
meminta kualitas dalam segala usaha dan hasil kerja manusia. Dengan sendirinya abad ke-21
meminta sumberdaya manusia yang berkualitas, yang dihasilkan oleh lembaga-lembaga yang
dikelola secara profesional sehingga membuahkan hasil unggulan. Tuntutan-tuntutan yang
serba baru tersebut meminta berbagai terobosan dalam berfikir, penyusunan konsep, dan

tindakan-tindakan. Dengan kata lain diperlukan suatu paradigma baru dalam menghadapi
tantangan-tantangan yang baru, tantangan yang baru menuntut proses terobosan pemikiran
(breakthrough thinking process) apabila yang diinginkan adalah output yang bermutu yang
dapat bersaing dengan hasil karya dalam dunia yang serba terbuka (Tilaar, 1998:245).
Abad ke-21 juga dikenal dengan masa pengetahuan (knowledge age), dalam era ini,
semua alternative upaya pemenuhan kebutuhan hidup dalam berbagai konteks lebih berbasis
pengetahuan. Upaya pemenuhan kebutuhan bidang pendidikan berbasis pengetahuan
(knowledge based education), pengembangan ekonomi berbasis pengetahuan (knowledge
based economic), pengembangan dan pemberdayaan masyarakat berbasis pengetahuan
(knowledge based social empowering), dan pengembangan dalam bidang industri pun
berbasis pengetahuan (knowledge based industry) (Mukhadis, 2013:115)
Peter F. Ducker menegaskan bahwa asset paling berharga suatu bangsa adalah
pengetahuan (knowledge) dan pekerja terdidik (knowledge worker). Pengetahuan merupakan
modal pembangunan dan kekuatan daya saing menggantikan sumber daya alam yang dapat
terdepresi. Tidak ada pembangunan tanpa manusia yang sehat, kuat, cerdas, terampil,
inovativ, berbudaya dan bertanggung jawab.
7 | Pendidikan Teknik Elektro – Etika Profesi
Kependidikan

Kemiskinan tidak bisa diselesaikan dengan mengandalkan bantuan. Dalam janga
panjang, mata rantai kemiskinan dapat diakhiri melalui pendidikan. Atas dasar itu, satuan
pendidikan melaksanakan konsep pendidikan holistik dalam rangka menyiapkan sumber daya
manusia unggul yang cerdas komprehensif dan berdaya saing di segala bidang kehidupan.
Pendidikan holistik sendiri dipahami sebagai suatu pola pendidikan yang memposisikan
guru sebagai fasilitator, mentor maupun sahabat bagi siswa. Hal yang menonjol dalam system
pendidikan holistik adalah berkurangnya pola pengajaran guru yang identik sebagai
pengontrol serta pemimpin dalam suatu proses pembelajaran.
Pendidikan yang memberdayakan dilakukan melalui kegiatan praktik. Misalnya,
pendidikan kewirausahaan dilembagakan melalui pendirian Koperasi Pondok Pesantren
(KOPONTREN). Santri melakukan inovasi dan terobosan dalam pembangunan desa dan
memberdayakan masyarakat dalam mengatasi kemela-ratan dan keberpenyakitan. Dalam
pemberdayaan masyarakat itu, madrasah menetapkan standar kompetensi lulusan (SKL)
dengan standar tinggi dan menempatkan alumni atau santri senior pada posisi yang sesuai
dengan keahliannya, sehingga terhindar dari penyerahan tugas kepada yang bukan ahlinya.

D. Transformasi Sosial Ekonomi Masyarakat
Perekonomian global abad ke-21 dikendalikan oleh jaringan teknologi informasi, di
mana semua transaksi dilakukan secara online, investasi dan pasar modal dilakukan tanpa
melihat gejolak kehidupan nyata, kecuali dengan cara melihat angka-angka di monitor.
Angka-angka itu berubah dari menit ke menit, seiring dengan gejolak yang terjadi dalam
ekonomi perdagangan, politik, sosial, bahkan oleh ‘ulah’ tokoh dunia. Dalam kondisi pasar
global semacam ini, maka apa yang terjadi di satu negara, pengaruhnya akan terasa di negara
lain (BSNP:2010). Di abad ke 21 ini, pendidikan menjadi semakin penting untuk menjamin
peserta didik memiliki keterampilan belajar dan berinovasi, keterampilan menggunakan
teknologi dan media informasi, serta dapat bekerja, dan bertahan dengan menggunakan
keterampilan untuk hidup (life skills). Abad 21 juga ditandai dengan banyaknya (1) informasi
yang tersedia dimana saja dan dapat diakses kapan saja; (2) komputasi yang semakin cepat;
(3) otomasi yang menggantikan pekerjaan-pekerjaan rutin; dan (4) komunikasi yang dapat
dilakukan dari mana saja dan kemana saja (Litbang Kemdikbud, 2013).

8 | Pendidikan Teknik Elektro – Etika Profesi
Kependidikan

Abad ke-21 baru berjalan satu dekade, namun dalam dunia pendidikan sudah dirasakan
adanya pergeseran, dan bahkan perubahan yang bersifat mendasar pada tataran filsafat, arah
serta tujuannya. Tidaklah berlebihan bila dikatakan kemajuan ilmu tersebut dipicu oleh
lahirnya sains dan teknologi komputer. Dengan piranti mana kemajuan sains dan teknologi
terutama dalam bidang cognitive science, bio-molecular, information technology dan nanoscience kemudian menjadi kelompok ilmu pengetahuan yang mencirikan abad ke-21. Salah
satu ciri yang paling menonjol pada abad ke-21 adalah semakin bertautnya dunia ilmu
pengetahuan, sehingga sinergi di antaranya menjadi semakin cepat. Dalam konteks
pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi di dunia pendidikan, telah terbukti semakin
menyempitnya dan meleburnya faktor “ruang dan waktu” yang selama ini menjadi aspek
penentu kecepatan dan keberhasilan penguasaan ilmu pengetahuan oleh umat manusia
(BSNP:2010).
Transformasi sosial merupakan perubahan-perubahan yang terjadi pada lembagalembaga kemasyarakatan dalam suatu masyarakat yang memengaruhi sistem sosialnya,
termasuk nilai, sikap-sikap sosial, dan pola perilaku di antara kelompok-kelompok dalam
masyarakat atau proses di mana terjadi perubahan struktur dan fungsi suatu sistem sosial.
Perubahan tersebut terjadi sebagai akibat masuknya ide-ide pembaruan yang diadopsi oleh
para anggota sistem sosial yang bersangkutan. Proses perubahan sosial bisa tediri dari tiga
tahap:
1. Invensi, yakni proses di mana ide-ide baru diciptakan dan dikembangkan
2. Difusi, yakni proses di mana ide-ide baru itu dikomunikasikan ke dalam sistem sosial.
3. Konsekuensi, yakni perubahan-perubahan yang terjadi dalam sistem sosial sebagai
akibat pengadopsian atau penolakan inovasi.
Faktor yang menimbulkan adalah timbunan kebudayaan, kontak dengan kebudayaan
lain, penduduk yang heterogen, kekacauan sosial dan perubahan sosial itu sendiri. Dalam
transformasi sosial akan melibatkan penduduk, teknologi, nilai-nilai kebudayaan dan gerakan
sosial. Dalam ensiklopedi nasional Indonesia disebutkan pula, seringkali istilah transformasi
sosial diartikan sama dengan perubahan sosial.
Pengaruh Transformasi Sosial terhadap Pendidikan
Pendidikan di Indonesia memang tidak lepas dari pengaruh perubahan sosial. Ilmu
pengetahuan dan teknologi berkembang sedemikian pesat. Bukanlah mereka yang bermental
9 | Pendidikan Teknik Elektro – Etika Profesi
Kependidikan

siap pakai yang akan dapat memanfaatkan dan berhasil ikut mengarahkan perubahanperubahan kontemporer melainkan mereka yang pikirannya terbuka dan antusias pada hal-hal
baru. Keadaan tersebut akan berpengaruh besar pada pendidikan. Oleh sebab itu sekolah, di
tingkat manapun, yang tetap menjalankan pendidikan dengan orientasi siap pakai untuk para
pelajarnya tidak boleh terpengaruh oleh akibat perubahan, akan tetapi sebaliknya harus
mampu menjadi pengemban misi sebagai agent of changes bukan sekedar consumers of
changes.
Dari sekolah dengan pandangan siap pakai tidak akan dihasilkan orang-orang muda
yang dengan kecerdasannya berhasil memperbaiki kedudukannya dalam susunan sosial
output dari sekolah semacam itu hanya dua, yaitu:
- Pertama, orang-orang muda yang terlahir berada dan akan terus menduduki strata sosial
tinggi.
- Kedua, para pemuda tak berpunya yang akan tetap menelan kecewa karena ternyata
mereka makin sulit naik ke tangga sosial yang lebih tinggi dari orang tua mereka.
Sekolah yang tetap kukuh dengan prinsip-prinsip pedagogis, metode-metode
pendidikan dan teknik-teknik pengajaran yang bersemangat siap pakai hanya akan menjadi
lembaga reproduksi sosial bukan lembaga perubahan sosial.
Transformasi Ekonomi & Masyarakat
Transformasi struktural merupakan prasyarat dari peningkatan dan kesinambungan
pertumbuhan dan penanggulangan kemiskinan, sekaligus pendukung bagi kelanjutan
pembangunan.
Pada kenyataannya,pertumbuhan ekonomi di Indonesia tidak disertai dengan perubahan
struktur tenaga kerja yang berimbang..artinya titik balik untuk aktivitas ekonomi tercapai
lebih dahulu dibanding titik balik penggunaan tenaga kerja. Sehingga terjadi masalahmasalah yang seringkali diperdebatkan diantaranya apakah pangsa PDB sebanding dengan
penurunan pangsa serapan tenaga kerja sektoral dan industri mana yang berkembang lebih
cepat, agroindustri atau industri manufaktur. Apabila transformasi kurang seimbang
dikuatirkan akan terjadi proses pemiskinan dan eksploitasi sumber daya manusia pada sektor
primer.
Proses perubahan struktur perekonomian di Indonesia ditandai dengan:
10 | P e n d i d i k a n T e k n i k E l e k t r o – E t i k a P r o f e s i
Kependidikan

1. Merosotnya pangsa sektor primer (pertanian)
2. Meningkatnya pangsa sektor sekunder (industri)
3. Pangsa sektor jasa kurang lebih konstan, tetapi kontribusinya akan meningkat sejalan
dengan pertumbuhan ekonomi.
Dalam menganalisis struktur ekonomi terdapat dua teori utama, yaitu teori Arthur
Lewis (teori migrasi) dan Hollins Chenery (teori transformasi struktural).
Dalam teorinya, Lewis mengasumsikan bahwa perekonomian suatu negara pada
dasarnya terbagi menjadi dua yaitu perekonomian tradisional di pedesaan yang didominasi
sektor pertanian dan perekonomian modern di perkotaan dengan industri sebagai sektor
utama. Di pedesaan, pertumnuhan pertumbuhan penduduknya tinggi sehingga terjadi
kelebihan suplai tenaga kerja. Akibat over supply tenaga kerja ini, tingkat upah menjadi
sangat rendah. Sebaliknya, di perkotaan, sektor industri mengalami kekurangan tenaga kerja.
Hal ini menarik banyak tenaga kerja pindah dari sektor pertama ke sktor kedua sehingga
terjadi suatu proses migrasi dan urbanisasi.selain itu tingkat pendapatan di negara
bersangkutan meningkat sehingga masyarakat cenderung mengkonsumsi macam-macam
produk industri dan jasa. Hal ini menjadi motor utama pertumbuhan output di sektor-sektor
nonpertanian.
Teori Chenery memfokuskan pada perubahan struktur dalam tahapan proses perubahan
ekonomi di suatu negara yang mengalami transformasi dari pertanian tradisional ke sektor
industri sebagai mesin utama pertumbuhan ekonomi.
Faktor-faktor penyebab transisi ekonomi:
1. Kondisi dan Struktur awal ekonomi dalam negeri
2. Besarnya pasar dalam negeri
3. Pola distribusi pendapatan
4. Karakteristik Industrialisasi
5. Keberadaan sumber daya alam
6. Kebijakan perdagangan luar negeri
Informastion society atau masyarakat informasi adalah suatu keadaan masyarakat
dimana produksi, distribusi dan manipulasi suatu informasi menjadi kegiatan utama.

11 | P e n d i d i k a n T e k n i k E l e k t r o – E t i k a P r o f e s i
Kependidikan

Namun dengan adanya kemudahan masyarakat dengan menggunakan teknologi ada
beberapa hal yang menjadi tantangan bagi pemerintah dalam menghadapi masyarakat
informasi yang selalu berkembang, diantarnya:
1. Hukum kita perlu diperbaharui dalam hal untuk mendukung transaksi elektronik.
2. Masyarakat kita perlu untuk dididik mengenai teknologi yang baru.
3. Bisnis harus online jika mereka ingin menjadi sukses.
4. Pelayanan pemerintah harus tersedia secara elektronik.
Pengaruh Transformasi Sosial dalam Masyarakat Informasi
Dengan memanfaatkan informasi dari berbagai media yang sesuai dengan kebutuhan
masyarakat, diharapkan akan ada perubahan sosial, ekonomi, politik dan budaya. Perubahan
sosial yang terjadi dalam konteks sikap masyarakat dapat dilihat dari pola interaksi
masyarakat dan bagaimana masyarakat bersikap dengan informasi yang ada. Dengan adanya
kemudahan akses informasi dan adanya keterbukaan informasi, masyarakat diharapkan akan
semakin kritis, cerdas dan berani. Dengan kaya informasi, masyarakat akan mempunyai sikap
kritis, yaitu sikap kritis untuk mengkritisi berbagai persoalan yang ada disekitarnya mulai
dalam bidang pendidikan sampai politik. Selain itu juga berani mengungkapkan pendapat
apabila sesuatu persoalan tidak sepaham dengan pendapat yang dimilikinya.

E. Transformasi Institusi
1. Transformasi Institusi Madrasah / Sekolah
Pendidikan Islam telah berlangsung kurang lebih 14 abad yang lalu, yakni sejak nabi
Muhammad SAW diutus mejadi rasul, Pada awalnya berlangsung secara sederhana, dengan
masjid sebagai proses pembelajaran, “Al-qur’an dan Hadits”, dan Rasululloh sendiri berperan
sebagai guru dalam proses pendidikan tersebut, tetapi setelah Rosululloh wafat Islam terus
berkembang sampai keluar zajirah Arab, sehingga pendidikan Islampun mengalami banyak
perkembangan. Perbedaan kultur antar masyarakat di luar zajirah Arab menjadikan ilmu-ilmu
baru yang perlu dicarikan pemecahan dan solusi dalam pengembangan pendidikan Islam.
Di zaman yang modern pendidikan merupakan pilar utama untuk mengimbangi laju
berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi. Kita tidak hanya dituntut mahir dalam ilmu
12 | P e n d i d i k a n T e k n i k E l e k t r o – E t i k a P r o f e s i
Kependidikan

pengetahuan dan teknologi saja akan tetapi juga perlu diimbangi dengan nilai-nilai spiritual
agar tidak terjadi kesenjangan dalam berkepribadian.
Madrasah sebagai lembaga pendidikan Islam yang hidup dari, oleh, dan untuk
masyarakat belum mendapat sentuhan pikiran dan tangan kita semua. Peningkatan mutu tidak
akan terealisir tanpa andil semua pihak, untuk itu demi peningkatan mutunya maka madrasah
perlu dibantu, dibela dan diperjuangkan. Prioritas utama pembangunan madrasah adalah
menciptakan citra dimasyarakat bahwa madrasah yang bersangkutan memiliki kualitas
pendidikan yang cukup baik. Hal ini penting karena citra ini akan mempengaruhi pilihan
masyarakat apakah akan mengirimkan anaknya ke madrasah tersebut atau tidak? Citra ini
dapat diciptakan dengan cara antara lain penampilan gedung yang menarik, tim olah raga atau
kesenian yang sering menang dalam lomba, seragam sekolah yang menarik, guru-guru yang
berkualitas, disiplin sekolah yang diterapkan, dan hasil ujian nasional yang baik.
Masuknya madrasah sebagai sub-sistem pendidikan nasional mempunyai berbagai
konsekuensi antara lain dimulainya suatu pola pembinaan mengikuti suatu ukuran yang
mengacu pada sekolah-sekolah pemerintah. Keuntungan positif yang diperoleh melalui UU
No. 2 Tahun 1989 tentang system pendidikan nasional serta PP No. 28 Tahun 1990 telah
melahirkan berbagai kendala dualisme pembinaan antara departemen agama dan departemen
pendidikan dan kebudayaan terus berlangsung. Keamburadulan manajemen pendidikan dasar
terbias juga dalam pembinaaan madrasah di bawah departemen agama. Selama 10 tahun lebih
sejak lahirnya UU No. 2 Tahun 1989. Penegasan UU No. 20 Tahun 2003 tentang system
pendidikan

nasional,

pasal

30

(2)

dinyatakan:pendidikan

keagamaan

berfungsi

mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memahami dan
mengamalkan nilai-nilai ajaran agamanya dan/atau menjadi ahli ilmu agama. Ternyata tidak
secara otomatis dapat mengangkat citra madrasah sebagai lembaga pendidikan alternative,
kecuali beberapa madrasah khusus berkualitas tinggi binaan masyarakat.
Pengertian Madrasah
Madrasah merupakan sebuah kata dalam bahasa arab yang artinya sekolah. Asal
katanya darasa (baca: darosa) yang artinya mengajar. Di Indonesia, madrasah dikhususkan
sebagai sekolah (umum) yang kurikulumnya terdapat pelajaran-pelajaran tentang keislaman.
Madrasah Ibtidaiyah (MI) setara dengan Sekolah Dasar (SD), Madrasah Tsanawiyah (MTs)

13 | P e n d i d i k a n T e k n i k E l e k t r o – E t i k a P r o f e s i
Kependidikan

setara dengan Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Madrasah Aliyah (MA) setara dengan
Sekolah Menengah Atas (SMA).
Madrasah Modern Dalam Persaingan Global
Globalisasi adalah suatu proses yang mendunia akibat kemajuan-kemajuan di bidang
ilmu

pengetahuan

dan

teknologi.

Pengembangan

Madrasah

terutama

di

bidang

telekomunikasi dan transportasi dalam era globalisasi membawa dampak positif dan negative
bagi kepentingan bangsa dan negara. Dampak positif, misalnya kita semakin mudah
memperoleh informasi dari luar dan dapat membantu kita menemukan alternative baru dalam
usaha memecahkan masalah yang kita hadapi. Dampak negatifnya adalah masuknya
informasi-informasi yang tidak kita perlukan atau bahkan dapat merusak tatanan nilai yang
selama ini kita anut.
Madrasah dalam konteks mempersiapkan peserta didik menghadapi perubahan zaman
akibat globalisasi ini memiliki peran yang amat penting. Keberhasilan madrasah dalam
menyiapkan peserta didik dalam menghadapi tantangan masa depan yang lebih komplek akan
menghasilkan lulusan yang memiliki keunggulan kompetitif dan menjadi pemimpin umat,
pemimpin bangsa yang ikut menentukan arah perkembangan bangsa ini. Dalam kaitannya
dengan era globalisasi dan perdagangan bebas yang penuh dengan persaingan, madrasah juga
harus mempersiapkan peserta didiknya untuk siap bersaing apa saja yang mereka masuki. Hal
ini dimaksudkan agar lulusan madrasah tidak terpinggirkan oleh lulusan sekolah umum
dalam perebutan tempat dan peran dalam gerakan pembangunan bangsa.
Agar

lulusan

madrasah

memiliki

wawasan

global,

maka

madrasah

harus

mempersiapkan peserta didiknya dapat melanjutkan studi keluar negeri dan bekerja di luar
negeri. Untuk itu penguasaan keterampilan berbahasa asing (terutama Arab dan Inggris)
menjadi amat penting, demikian pula pengenalan budayanya.
Pendidikan Islam di Madrasah adalah pendidikan yang mempunyai ciri khas tidak
hanya sekedar penyajian mata pelajaran agama saja, artinya ciri khas tersebut bukan hanya
sekedar menyajikan mata pelajaran agama Islam dilembaga madrasah, tetapi yang lebih
penting ialah perwujudan dari nilai keislaman di dalam totalitas kehidupan madrasah.
Madrasah mempunyai ciri khas yang tidak hanya sekedar penyajian mata pelajaran agama
saja, artinya ciri khas tersebut bukan hanya sekedar menyajikan mata pelajaran agama Islam

14 | P e n d i d i k a n T e k n i k E l e k t r o – E t i k a P r o f e s i
Kependidikan

dilembaga madrasah, tetapi yang lebih penting ialah perwujudan dari nilai keislaman di
dalam totalitas kehidupan madrasah.
2. Transformasi Institusi Perguruan Tinggi
Secara historis, Perguruan Tinggi Agama Islam (PTAI) khususnya IAIN, lahir dari
peleburan PTAIN (Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri) yang berkedudukan di
Yogyakarta dan mengacu PP. No. 34/ 1950 dan ADIA (Akademi Dinas Ilmu Agama) Jakarta
berdasarkan Penetapan Menteri Agama No. 1 tahun 1957 Tgl. 1 Januari 1957. Unifikasi
kedua lembaga pendidikan tersebut menjadi IAIN didasarkan atas Peraturan Presiden No. 77
tahun 1960 tanggal 9 Mei 1960, dengan sebutan lain “al-Jami’ah al-Islamiah al-Hukumiyah.”
Pada awalnya, pendirian IAIN hanya dimaksudkan sebagai kelanjutan dari program
“memodernisasi” pendidikan Islam tradisional dan mempersiapkan tenaga-tenaga yang dapat
mengisi tugas-tugas di bidang keagamaan. Namun, kini tujuan tersebut telah mengalami
pergeseran dan perluasan misi, sejalan dengan perkembangan IAIN itu sendiri dalam
menjawab tuntutan zaman. Bahkan secara institusional, selain terdapat 14 IAIN di Indonesia,
hampir semua IAIN cabang yang ada selama ini telah diubah menjadi STAIN (Sekolah
Tinggi Agama Islam Negeri). Kendatipun demikian, tampaknya pengembangan kelembagaan
tersebut belum menjamin lembaga pendidikan tinggi itu untuk dapat menjadi tempat belajar
dengan predikat academic excellence.
Kekhawatiran tersebut sesungguhnya telah menggambarkan betapa kepercayaan
terhadap diri sendiri di kalangan umat masih lemah. Selain itu juga menunjukkan bahwa
sampai saat ini belum ada kesepahaman tentang apa sesungguhnya yang disebut ilmu keIslam-an itu sendiri. Tidak sedikit orang masih terkungkung oleh pemahaman bahwa yang
disebut dengan ilmu Agama Islam adalah ilmu syariah, tarbiyah, ushuluddin, dakwah dan
adab, sedangkan lainnya bukan masuk kategori ilmu Agama Islam.
Sementara itu perguruan Tinggi Islam yang terpisah dari PTAI bermula sejak
dirintisnya Sekolah Tinggi Islam oleh Mohammad Hatta dan M. Natsir pada bulan Juni 1945,
yang kini menjadi UII di Yogyakarta. Perintisan itu sungguh memberikan arti mendalam bagi
perintisan intelektualitas muslim di Indonesia hingga detik ini. Pesatnya perkembangan
jaman yang membawa begitu banyak problematika hidup dapat diusahakan untuk
mendapatkan ilmunya melalui lembaga-lembaga pendidikan khususnya Perguruan Tinggi

15 | P e n d i d i k a n T e k n i k E l e k t r o – E t i k a P r o f e s i
Kependidikan

Islam. Karena ditempat itulah, pengkajian terhadap suatu masalah mendapatkan porsi yang
jauh lebih banyak dibanding jenjang pendidikan lainnya.
Namun demikian, fakta juga menyebutkan bahwa tak sedikit dari PTAI yang justru
hanya menjadi beban bagi umat. Ia tidak melahirkan kader dan tidak memberikan
sumbangsih bagi kehidupan umat. Untuk itu, harus ada pemikiran visioner yang memiliki visi
yang berlandaskan nilai-nilai ke-Islaman, sehingga diharapkan antara umat dan mahasiswa
muslim secara berkesinambungan saling memberikan kontribusinya. Dalam hal ini, aspek
dakwah kian menjadi sorotan tajam sejumlah lembaga pendidikan Islam untuk terus
dikembangkan menjadi media utama gerak langkah perguruan tinggi.
Perguruan tinggi merupakan organisasi atau lembaga pendidikan yang senantiasa
dituntut untuk mengikuti perubahan. Hal ini karena perguruan tinggi itu sendiri adalah
institusi pencetak agen-agen perubahan. Perubahan-perubahan tersebut dilakukan agar
perguruan tinggi mampu mengikuti perkembangan zaman yang semakin cepat melaju.
Bentuk-bentuk perubahan yang dilakukan oleh perguruan tinggi sangat variatif.
Biasanya disesuaikan dengan visi dan misinya dan faktor-faktor pendorong lain. Baik
dorongan yang berasal dari internal maupun eksternal perguruan tinggi itu sendiri. Di antara
faktor tersebut ada yang didorong oleh keinginan internal para pengelola kampus untuk
melakukan perubahan, ada pula yang didorong oleh pihak eksternal. Selain itu juga ada yang
disebabkan karena bertemunya dua dorongan itu secara bersama-sama. Sehingga
menyebabkan adanya gerakan yang serentak antara kepentingan internal dan eksternal
perguruan tinggi.
Menghadapi peradaban modern dewasa ini, yang perlu diselesaikan adalah persoalanpersoalan internal pendidikan Islam yaitu (1) persoalan dikotomik, (2) tujuan dan fungsi
lembaga pendidikan Islam, (3) persoalan kurikulum atau materi. Ketiganya saling terkait satu
sama lain yang harus diselesaikan secara simultan agar bentuk baru organisasi (lembaga)
pendidikan Islam menuju pada integrasi antara ilmu agama dan ilmu umum. Dalam konsep
Islam segenap alam semesta dan jagad raya ini beserta isinya termasuk ilmu pengetahuan
(fenomena alam dan sosial adalah satu yaitu berasal dari, milik dan kuasa Allah SWT).
Secara makro persoalan yang dihadapi lembaga PTAI negeri dan swasta ketika itu
adalah bagaimana sistem pendidikan Islam mampu “membaca” dan relevan dengan dinamika
perubahan masyarakat. Untuk itu diperlukan rancangan atau disain yang relevan dengan
16 | P e n d i d i k a n T e k n i k E l e k t r o – E t i k a P r o f e s i
Kependidikan

perkembangan dan kebutuhan masyarakat. Kemudian disain pendidikan Islam tersebut dapat
dan mampu ditransformasikan atau diproses secara sistematis dalam masyarakat. Persoalan
pertama ini lebih bersifat filosofis, yang kedua lebih bersifat metodologis. Pendidikan Islam
perlu menghadirkan konstruksi pada dataran wacana filosofis dan metodologis.
PTAI cukup lama “terjebak” dalam tataran dikotomik seperti paparan di atas, tidak
semua PTAI siap menerima integrasi keilmuan. Sehingga sebagian PTAI baik negeri maupun
swasta masih tetap bertahan sebagai lembaga pendidikan Islam (IAIN-STAIN) yang para
lulusannya diharapkan mampu mengisi bidang-bidang keagamaan secara lebih baik. Dengan
demikian konsentrasi atau fokus lembaga pendidikan Islam ini pada” ilmu keislaman”
semata.
Berbeda dengan di beberapa tempat lain, STAIN Malang yang kini telah berubah
menjadi Universitas Islam Negeri Malang berusaha memformat diri menjadi lembaga
pendidikan tinggi Islam ideal. Pikiran-pikiran yang pijakan selama ini adalah bahwa
perguruan tinggi Islam seharusnya mampu mengantarkan mahasiswa memiliki empat
kekuatan, yaitu: (1) kedalaman spiritual, (2) keagungan akhlaq, (3) keluasan ilmu dan (4)
kematangan professional. Selama ini perguruan tinggi lebih menekankan aspek akademik,
sedangkan pesantren lebih mengedepankan akhlak dan spiritual lewat kultur yang
dikembangkan. Jika kedua kekuatan ini (tradisi kampus dan pesantren) dipadukan maka
diharapkan melahirkan sosok pendidikan yang lebih mendekati ideal sebagaimana yang
ditunggu-tunggu kehadirannya oleh umat Islam di Indonesia.
Kebijakan pemerintah berupa pemberian otonomi pendidikan dan otonomi daerah yang
segera diberlakukan, mau tidak mau menuntut lembaga pendidikan, termasuk perguruan
tinggi agama Islam, memiliki kemandirian, terbuka dan peduli dengan tuntutan zaman, dan
mampu berkompetisi dengan lembaga pendidikan lainnya. Kemandirian harus ditempuh dan
tidak boleh lagi bersikap menunggu dari atas. Mereka seharusnya tidak patut sekedar
melakukan peran-peran sebagai pelaksana sebagaimana yang terjadi pada masa lalu.
Menghadapi suasana yang serba terbuka di alam demokratis, orang akan melakukan
pilihan-pilihan rasional. Orang tidak akan hanya melakukan pilihan atas dasar hubungan
paternalistik maupun juga atas dasar loyalitas kelompok atau paham/ideologi tertentu. Selain
itu bahwa penghargaan terhadap perguruan tinggi oleh masyarakat tidak lagi semata-mata
didasarkan pada tingkat status yang diberikan oleh pemerintah seperti berstatus negeri dan
17 | P e n d i d i k a n T e k n i k E l e k t r o – E t i k a P r o f e s i
Kependidikan

swasta; berakreditasi A, B atau C. Masyarakat akan semakin realistis dalam memilih
perguruan tinggi. Tentu, perguruan tinggi yang dipilih adalah yang benar-benar mampu
memberi bekal hidup dan nilai tambah bagi lulusannya. Oleh karena itu, perguruan tinggi
yang ingin berdiri tegak harus lebih terbuka dan mampu melihat tuntutan riil masyarakat.
Di sisi lain mahasiswa dan alumni PTAI umumnya cenderung berfikir normatif,
kurang mampu memahami konteks dan substansi empiris dari persoalan agama, sehingga
berakibat pada kekurangmampuan mereka mengemukakan alternatif penyelesaian masalah
yang sifatnya realistik. Pada bagian lain, materi pengajaran yang berkaitan dengan
pandangan-pandangan keagamaan, hendaknya juga berorientasi pada situasi nyata yang
dihadapi oleh umat dewasa ini.

18 | P e n d i d i k a n T e k n i k E l e k t r o – E t i k a P r o f e s i
Kependidikan

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1.

Teologi transformatif adalah sebuah teologi yang berusaha menggerakkan
rakyat/masyarakat untuk mengubah dirinya dan berperan dalam perubahan sosial
yang mendasar.

2.

Transformasi kelembagaan jaminan sosial Indonesia. Transformasi keempat BUMN PT
(Persero) menjadi BPJS bersifat sangat mendasar. Pendidikan menjalankan misi sosial

dalam Al-Qur’an surat Al-Ma’un yang dituangkan secara legal dalam konstitusi,
UUD 1945 pasal 34, bahwa “Fakir miskin dan anak-anak yang terlantar di pelihara
oleh negara”
3.

Transformasi Sumber daya Manusia artinya kehidupan manusia pada abad ke-21
mengalami perubahan-perubahan yang fundamental yang berbeda dengan tata
kehidupan dalam abad sebelumnya. Seperti Pengetahuan, Teknologi, Ekonomi dsb.

4. Transformasi Sosial Ekonomi Masyarakat menjadikan mereka akan mempunyai sikap
kritis, yaitu sikap kritis untuk mengkritisi berbagai persoalan yang ada disekitarnya
mulai dalam bidang pendidikan sampai politik. Selain itu juga berani mengungkapkan
pendapat apabila sesuatu persoalan tidak sepaham dengan pendapat yang dimilikinya
Serta mengikuti perkembangan Ekonomi dengan kemajuan Teknologi.
5.

Transformasi Institusi didalam madrasah sebagai sub-sistem pendidikan nasional
mempunyai berbagai konsekuensi antara lain dimulainya suatu pola pembinaan
mengikuti suatu ukuran yang mengacu pada sekolah-sekolah pemerintah. Di zaman

19 | P e n d i d i k a n T e k n i k E l e k t r o – E t i k a P r o f e s i
Kependidikan

yang modern pendidikan merupakan pilar utama untuk mengimbangi laju
berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi.

B. Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan
lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah tersebut dengan sumber - sumber
yang lebih banyak yang tentunya dapat di pertanggung jawabkan.

DAFTAR PUSTAKA

Fadlullah, Pujiastuti, H., Darman, D. R., Zidny, R. 2016. Profesi Tenaga Pendidik dan
Kependidikan. Jakarta : Hartomo Media Pustaka.
Arif Arifudin. 2008. Pengantar Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta : Kultura GP Press Group
Usman & Ida Inayawati. 2011. Ayo Mengkaji Akidah Akhlak Untuk Madrasah Aliyah Kelas
XI. Jakarta : Erlangga.
Asih Eka Putri. 2014. Paham Transformasi Jaminan Sosial Indonesia. Jakarta : CV.
Komunitas Pejaten Mediatama.
Tambunan, Tulus T.H. 2001. Perekonomian Indonesia. Teori Dan Temuan Empiris. Jakarta :
Indonesia.
Azra, Azyumardi. 2016. Pendidikan Islam, Tradisi, dan Modernisasi Menuju Milenium Baru.
Jakarta : PT Logos Wacana Ilmu.
Etistika Yuni Wijaya., Dwi Agus Sudjimat., Amat Nyoto. 2016. TRANSFORMASI
PENDIDIKAN ABAD 21 SEBAGAI TUNTUTAN PENGEMBANGAN SUMBER
DAYA

MANUSIA

DI

ERA

GLOBAL.

Jurnal

UNM.

Vol. 1. No. 1. hlm. 264-265.
Wilson, T. C. 1977. The Larges Goals Of Education. Newport Harbor High School in
Newport Beach California. Vol. 61. No. 407. hlm. 95.

20 | P e n d i d i k a n T e k n i k E l e k t r o – E t i k a P r o f e s i
Kependidikan

https://www.kompasiana.com/myabdulmujib/transformasi-perguruan-tinggi-diindonesia_5721d1af0d97735a11003f2f

21 | P e n d i d i k a n T e k n i k E l e k t r o – E t i k a P r o f e s i
Kependidikan