Kesehatan dan Keselamatan Kerja Karyawan

BAB I
PENDAHULUAN
Kesehatan dan keselamatan kerja amat berkaitan dengan upaya pencegahan kecelakaan
dan penyakit akibat kerja dan memiliki jangkauan berupa terciptanya masyarakat dan lingkungan
kerja yang aman, sehat dan sejahtera, serta efisien dan produktif. Kehidupan manusia jaman
sekarang tidak pernah lepas dari pekerjaan, keinginan untuk memenuhi hidup sehari-hari menjadi
dorongan seseorang untuk melakukan suatu pekerjaan. Apapun jenis pekerjaannya selalu
dilakukan dalam rangka memenuhi kebutuhan sehari-hari, mulai dari pekerjaan yang beresiko
rendah hingga pekerjaan yang beresiko tinggi.
Pemerintah sendiri sangat sadar tentang petapa pentingnya kesehatan dan keselamatan
kerja, ini dapat dilihat dari produk perundang-undangan yang dikeluarkan seperti
Undang-undang No.33 tahun 1947 yang berlaku sejak 6 januari 1951, kemudian disusul dengan
peraturan pemerintah No.2 tahun 1948 kemudian UU No.14 tahun 1969 tentang
ketentuan-ketentuan pokok mengenai tenaga kerja. UU No.1 tahun 1970 tentang keselamatan
kerja (Utama, 2001).
Dalam dunia industri pariwisata, kesehatan dan keselamatan kerja sangan diperlukan
khususnya pada suatu akomodasi perhotelan. Seluruh karyawan dalam sebuah hotel harus
diperhatikan kondisi kesehatan dan keselamatan kerja karyawannya demi menjaga kelancaran
operasional hotel setiap hari. Setiap karyawan rentan terhadap kecelakaan karena memiliki
pekerjaan yang sangat membahayakan apabila pekerja tidak mengetahui prosedur-prosedur
pekerjaan maka akan beresiko terjadi kecelakaan misalnya terjatuh, tertimpa, tersetrum, terkena

penyakit akibat debu, zat kimia beracun, serta terkena senjata tajam lainnya.
Untuk itulah perlu dilakukan suatu pencegahan kecelakaan yang mungkin terjadi serta
penanganan dan penanggulangan yang sesuai dengan kebutuhan pekerja agar kecelakaan dan
penyakit akibat kerja dapat dicegah dan ditangani sedini mungkin, seefektif mungkin dan
seefisien mungkin. Sehingga dapat berguna bagi manajemen hotel dalam menerapkan
standarisasi kesehatan dan pencegahan kecelakaan akibat kerja. Apabila semua standar tersebut
dapat diterapkan secara baik dan benar, maka karyawan akan merasa aman dan semangat dalam
menjalankan pekerjaan.

1

BAB II
KAJIAN TEORI
1. Teori Tentang Hotel
Menurut Sulastiyono (2006), hotel adalah suatu perusahaan yang dikelolah oleh
pemiliknya dengan menyediakan pelayanan makanan, minuman dan fasilitas kamar untuk tidur
kepada orang-orang yang melakukan perjalanan dan mampu membayar dengan jumlah yang
wajar sesuai dengan pelayanan yang diterima tampa adanya perjanjian khusus.
Sedangkan Menurut Lawson (1976), hotel adalah tempat tiggal umum untuk wisatawan
dengan memberikan jasa kamar, penyedia makanan dan minuman serta akomodasi dengan syarat

pembayaran.
Menurut Pendit (1999) mengatakan bahwa hotel merupakan perusahaan yang
menyediakan jasa dalam bentuk penginapan (akomodasi) serta menyajikan makanan dan fasilitas
lainnya untuk umum, yang memenuhi syarat-syarat kenyamanan dan komersial. Bentuk susunan
tata ruang, dekorasi, sanitasi, hygiene, estetika, keamanan dan ketentraman yang dapat
memberikan keamanan pribadi untuk para tamu.
Selanjutnya dijelaskan oleh United State Lodging Indutry bahwa, yang utama hotel
terbagi menjadi tiga jenis yaitu :
1. Transient Hotel, adalah hotel yang letak/lokasinya ditengah kota dengan jenis tamu yang
menginap sebagaian besar adalah untuk urusan bisnis atau turis.
2.

Residential

Hotel,

adalah

yang


pada

dasarnya merupakan rumah-rumah berbentuk apartemen dengan kamar-kamarnya, dan
disewakan secara bulanan atau tahunan. Residential Hotel juga menyediakan kemudahankemudahan seperti layaknya hotel, seperti restoran, pelayanan makanan yang diantar ke
kamar, dan pelayanan kebersihan kamar.
3.

Resort Hotel, adalah hotel yang pada
umumnya berlokasi di tempat-tempat wisata, dan menyediakan tempat-tempat rekreasi
dan juga ruang serta fasilitas konfensi untuk tamu-tamunya.

2

2. Teori Tentang Kesehatan kerja
Pengertian dari kesehatan kerja adalah kondisi yang dapat mempengaruhi kesehatan para
pekerja (Simanjuntak, 1994). Gangguan kesehatan kerja mempunyai dampak yang terasa secara
langsung dan yang tidak langsung, dampak secara langsung adalah gangguan kesehatan kerja
yang dirasakan seketika itu juga oleh pekerja, sedang yang dimaksud dengan dampak secara
tidak langsung adalah gangguan pada kesehatan yang dirasakan oleh pekerja setelah jangka
waktu tertentu. Ketika gangguan kesehatan mulai terasa maka akan berpengaruh terhadap banyak

aspek, salah satunya adalah turunnya produktivitas dari pekerja. Gangguan kesehatan yang
dialami oleh pekerja dapat bersifat tidak permanen maupun permanen (Simanjuntak, 1994).
Menurut Ridley (2004), kesehatan merupakan unsur penting agar kita dapat menikmati
hidup yang berkualitas, baik di rumah maupun dalam pekerjaan. Kesehatan juga merupakan
faktor penting menjaga keberlangsungan sebuah organisasi.
3. Teori Tentang Keselamatan kerja.
Keselamatan kerja diartikan sebagai kondisi yang bebas dari resiko kecelakaan atau
kerusakan atau dengan resiko yang relatif sangat kecil di bawah tingkat tertentu (Simanjuntak,
1994). Kondisi kerja yang aman/selamat perlu dukungan dari sarana dan prasarana keselamatan
yang berupa peralatan keselamatan, alat perlindungan diri dan rambu-rambu. Alat-alat yang
tergolong sebagai penunjang keselamatan kerja tersebut antara lain adalah helm, sarung tangan,
masker, jaket pelindung, peralatan kebakaran, dan pelindung kaki. Untuk prasarana keselamatan
seperti rambu-rambu/ tanda peringatan memerlukan ketentuan-ketentuan yaitu mudah terlihat,
mudah di baca, dan tahan lama; di tulis dalam bahasa resmi negara yang menggunakan produk
yang dimaksud, kecuali bila secara teknis salah satu bahasa tertentu dianggap lebih sesuai;
ringkas dan jelas; dan menjelaskan tingkat bahaya dan memberikan cara mengurangi resiko
(Simanjuntak, 1994).
Keselamatan kerja bertujuan untuk melindungi keselamatan tenaga kerja di dalam
melaksanakan tugasnya juga melindungi keselamatan setiap orang yang berada di tempat kerja,
selain itu melindungi keamanan peralatan dan sumber produksi agar selalu dapat digunakan

secara efisien (Suma’mur, 1996).
Keselamatan kerja pada dasarnya mencari dan mengungkapkan kelemahan operasional
yang memungkinkan terjadinya kecelakaan. Fungsi ini dapat dilaksanakan dengan dua cara yaitu

3

dengan mengungkapkan sebab sesuatu kecelakaan (akarnya), dan meneliti apakah pengendalian
secara cermat dilaksanakan atau tidak (Silalahi, 1995).
4. Teori Tentang Kesehatan dan Keselamatan Kerja.
Pengertian kesehatan dan keselamatan kerja menurut Utama (2001) dapat ditinjau dari
dua aspek yaitu aspek filosofis dan teknis, secara filosifis kesehatan dan keselamatan kerja
adalah konsep berfikir dan upaya nyata untuk menjamin kelestarian tenaga kerja pada khususnya
dan setiap insan pada umumnya, beserta hasil-hasil karya dan budayanya dalam upaya
membayar masyarakat adil, makmur dan sejahtera.
Secara teknis adalah upaya perlingdungan yang ditujukan agar tenaga kerja dan orang
lain di tempat kerja/perusahaan selalu dalam keadaan selamat dan sehat, sehingga setiap sumber
produksi dapat digunakan secara aman dan efisien.
Kesehatan dan keselamatan kerja bertujuan:
1. memberikan jaminan rasa aman dan nyaman bagi karyawan dalam berkarya pada semua jenis
dan tingkat pekerjaan.

2. Menciptakan masyarakat dan lingkungan kerja yang aman, sehat dan sejahtera, bebas dari
kecelakaan dan penyakit akibat kerja..
3. Ikut berpatisipasi dalam melaksanakan pembangunan nasional dengan prinsip pembangunan
berwawasan lingkungan.
Penyebab kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapt dibagi dalam dua kelompok.
1. Kondisi berbahaya, yaitu kondisi yang tidak aman dari
a. Mesin, perakitan, pesawat, bahan dan lain-lain
b. Lingkungan
c. Proses
d. Sifat pekerjaan
e. Cara kerja
2. Perbuatan yang berbahaya, yaitu perbuatan yang berbahaya dari manusia yang dapat terjadi
antara lain karena:
a. Kurangnya pengetahuan dan keterampilan pelaksana
b. Cacat tubuh yang tidak kentara
c. Keletihan dan kelesuhan

4

d. Sikap dan tingkah laku yang tidak sempurna.

Paling tidak ada 4 (empat) manfaat yang dapat dipetik dari pelaksanaan kesehatan dan
keselamatan kerja dalam perusahaan.
1. Dapat memacu produktivitas kerja karyawan. Dari lingkungan kerja yang aman dan sehat
terbukti berpengaruh terhadap produktivitas. Dengan pelaksanaan kesehatan dan keselamatan
kerja karyawan akan terasa aman dan terlindungi. Sehingga secara tidak langsung dapat
memacu motivasi dan kegairahan kerja mereka.
2. Meningkatkan efisiensi/produktivitas perusahaan. Karena dengan pelaksanaan kesehatan dan
keselamatan kerja memungkinkan semakin berkurangnya kecelakaan kerja sehingga akan
dapat meningkatkan efisiensi dalam perusahaan.
3. Mengefektifkan pengembangan dan pembinaan SDM pekerja (karyawan) adalah kekayaan
yang amat berharga bagi perusahaan. Semua pekerjaan ingin diakui martabatnya sebagai
manusia. Melalui penerapan prinsip kesehatan dan keselamatan kerja pengembangan dan
pembinaan tenaga bisa dilakukan sehingga citranya sebagai manusia yang bermatabat dapat
direalisasikan.
4. Meningktakan daya saing produk perusahaan. Kesehatan dan keselamatan kerja apabila
dilaksanakan dalam perusahaan bermuara pula kepada penentuan harga barang yang
bersaing, hal tersebut dipicu oleh adanya penghematan dalam biaya produksi perusahaan.
5. Metodologi Penelitian
Penulisan papper ini menggunakan pendekatan analisis deskriptif untuk mengidentifikasi
permasalahan-permasalahan yang dikemukakakan diatas, serta kajian literature dari berbagai

sumber informasi dan data yang penulis peroleh sebagai acuan atau pedoman dalam
menganalisis permasalahan-permasalahan tersebut.

5

BAB III
PEMBAHASAN
Kesehatan dan keselamatan kerja karyawan menyangkut beberapa aspek, yaitu kesehatan
lingkungan hotel, kesehatan personal karyawan, pencegahan kecelakaan yang mungkin terjadi
serta penanganan dan penanggulangannya. Untuk mewujudkan kesehatan dan keselamatan kerja
karyawan di hotel, kita harus mewujudkan semua aspek tersebut. Semua aspek tersebut
berhubungan dan saling mempengaruhi antara satu dengan yang lainnya. Adapun penjelasannya
adalah sebagai beriku.
1. Kesehatan Lingkungan Hotel
Berikut beberapa persyaratan kesehatan yang perlu diperhatikan oleh pihak hotel:
a. Lokasi: terhindar dari pencemaran zat kimia, fisika dan pencemaran bakteri dan tidak terletak
di daerah banjir.
b. Lingkungan: bersih, tidak memungkinkan sebagai tempat bersarang atau berkembangnya
serangga dan tikus, dan dapat mencegah masuk dan berkembang biak binatang pengganggu
lainnya.

c. Bangunan: kokoh, penggunaan ruangan dipergunakan sesuai dengan fungsinya, konstruksi
lantai bersih, kedap air dan permukaan rata dan tidak licin, bangunan berwarna terang, atap
harus kuat dan tidak bocor, langit-langit harus tinggi dari lantai minimal 2,5 meter, pintu
dapat dibuka dan ditutup serta dikunci dengan baik, dan pencahayaan harus baik.
Hal-hal yang perlu dilakukan untuk menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungan hotel
adalah sebagai berikut :
a. Bersihkan ventilasi, ceiling, pintu dan jendela secara teratur.
b. Lantai dan dinding dibersihkan menggunakan air yang dicampur dengan bahan pembersih
lantai, kemudian dikeringkan.
c. Toilet dilingkungan hotel harus selalu bersih dan tidak mengeluarkan bau.
d. Tempat makan selalu dibersihkan.
2. Kesehatan Karyawan Hotel
Standar berikut ini berkaitan dengan penampilan dan kesehatan dari para karyawan atau
pelaksana pelayanan. Standar ini dapat digunakan sebagai daftar periksa dan umumnya
6

merupakan suatu peraturan dan ketentuan bagi para karyawan atau pelaksana pelayanan pada
waktu melaksanakan tugas pekerjaannya. Sebagai contoh:
 Penampilan yang segar, bersih, rapi (rambut harus tersisir rapi, gigi harus bersih, kulit
sebaiknya tidak kering, dan nafas tidak berbau).

 Tangan dan kuku yang bersih.
 Tidak memakai pewarna kuku atau perhiasan yang berlebihan.
 Hindarkan penggunaan “make up” atau parfume yang berlebihan.
 Luka-luka harus dirawat dan terbalut.
 Seragam harus bersih, disetrika dengan baik dan rapi, serta pantas dipakai.
 Sepatu sesuai dengan warna yang ditentukan, bersih dan mengkilat.
3. Faktor Penyebab Terjadinya Kecelakaan Kerja Di Hotel
Sebelumnya kita menentukan tindakan pencegahan, kita harus mengetahui terlebih
dahulu penyebab terjadinya kecelakaan kerja di hotel, faktor-faktor yang menjadi penyebab
kecelakaan antara lain:
a. Faktor manusia.
Kecelakaan kerja juga dapat disebabkan oleh sikap pekerja itu sendiri adapun sikap tersebut
adalah:
 kurangnya kemampuan fisik, mental, dan psikologis.
 kurangnya/lemahnya pengetahuan dan ketrampilan/keahlian.
 Stress
 motivasi yang tidak cukup/salah
b. Faktor lingkungan
Kondisi lingkungan yang tidak aman dapa menyebab kecelakaan misalnya:
 tidak cukup kepemimpinan atau pengawasan

 tidak cukup rekayasa (engineering)
 tidak cukup pembelian/pengadaan barang
 tidak cukup perawatan (maintenance)
 tidak cukup alat-alat, perlengkapan dan berang-barang/bahan-bahan.
 tidak cukup standard-standard kerja
 Penyalahgunaan

7

Penyebab Langsung terjadinya kecelakaan kerja :
1) Kondisi berbahaya (unsafe conditions/kondisi-kondisi yang tidak standard) yaitu tindakan
yang akan menyebabkan kecelakaan, (Budiono, Sugeng, 2003) :
 Peralatan pengaman/pelindung/rintangan yang tidak memadai atau tidak memenuhi
syarat.
 Bahan, alat-alat/peralatan rusak
 Terlalu sesak/sempit
 Sistem-sistem tanda peringatan yang kurang mamadai
 Bahaya-bahaya kebakaran dan ledakan
 Kerapihan/tata-letak (housekeeping) yang buruk
 Lingkungan berbahaya/beracun : gas, debu, asap, uap, dll
 Bising
 Paparan radiasi
 ventilasi dan penerangan yang kurang
2) Tindakan berbahaya (unsafe act/tindakan-tindakan yang tidak standard) adalah tingkah
laku, tindak-tanduk atau perbuatan yang dapat menyebabkan kecelakaan.
 Mengoperasikan alat/peralatan tanpa wewenang.
 Gagal untuk memberi peringatan.
 Gagal untuk mengamankan.
 Bekerja dengan kecepatan yang salah.
 Menyebabkan alat-alat keselamatan tidak berfungsi.
 Memindahkan alat-alat keselamatan.
 Menggunakan alat yang rusak.
 Menggunakan alat dengan cara yang salah.
 Kegagalan memakai alat pelindung/keselamatan diri secara benar
4. Jenis-Jenis Kecelakaan Kerja Yang Dapat Terjadi di Hotel dan Pencegahannya.
a. Luka Bakar Akibat Terkena Uap Panas Atau Api.
Adapun tindakan yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya luka bakar adalah:
 Pada waktu bekerja, pakailah celemek atau apron dengan semestinya.
 Lengan baju dilipat semestinya hingga pergelangan siku.

8

 Pergunakan lap kering bila hendak mengambil atau membawa alat yang panas.
 Alat yang panas (pan, oven, grill, dsb.) harus diberi tanda dengan tepung atau garam.
 Pergunakan alat pengaduk yang cukup panjang sehingga tangan tidak bersentuhan
dengan barang yang panas (minyak, air, pan, dll.)
 Jangan meletakkan atau menyimpan cairan panas pada rak di atas garis pandang mata.
b. Kecelakaan Karena Gas
Gas yang dipergunakan sebagai bahan bakar adalah gas elpiji (LPG) yaitu gas buatan
yang tidak berwarna, tetapi diberi ban yang spesifik sehingga mudah dikenal bila terjadi
kebocoran. Ledakan gas terjadi apabila ada gas terkumpul dalam suatu ruangan, tidak
terbakar, dan tiba-tiba ada panas yang mempengaruhi ruangan tersebut. Panas yang
menyambar gas akan menyebabkan tekanan udara dalam ruang tersebut bertambah ringgi
dan akhirnya timbul ledakan. Usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk mencegah bahaya
ledakan gas adalah :
 Periksa pipa-pipa gas yang bocor, sehingga tidak ada gas yang keluar tanpa pembakaran.
 Periksalah pilot light sebelum menghidupkan api
 Bila akan menyalakan gas, maka biarkan pintu oven terbuka beberapa saat sehingga sisasisa gas yang terkumpul dalam ruangan oven dapat keluar.
 Bila menyalakan solid top range atau griddle maka setelah seluruh ruang gas terbakar,
biarkan terbuka beberapa saat sehingga sisa-sisa gas di udara terbakar seluruhnya.
c. Kecelakan Karena Arus Listrik
Suatu alat mungkin sudah dirancang dan dipasang sedemikian rupa sehingga aman
bagi pemakai. Namun, karena suatu keadaan yang belum diketahui dan menyebabkan alat
tersebut mengandung arus listrik terbuka. Keadaan tersebut sering menimbulkan kaget,
shock, gerak reflek ataupun kecelakaan yang patal. Tindakan pencegahan yang dapat diambil
adalah sebagai berikut :
 Saklar dan alat penyambung arus listrik harus selalu kering dan bersih.
 Jangan mempergunaan banyak stekker ataupun stekker cabang pada satu stop kontak.
 Periksalah keadaan kawat penghubung sehingga tidak ada bagian-bagian yang robek.
 Putuskan aliran listrik bila mesin atau alat tidak dipergunakan.

9

 Sebelum mencuci peralatan listrik pastikan alat itu sudah dimatikan dan kabelnya sudah
dicabut. Setelah dicuci, selalu keringkan sebelum digunakan kembali.
 Laporkan segera bila melihat gejala-gejala aneh pada mesin atau alat.
d. Luka Tergores Atau Terpotong Benda Tajam
1) Pisau
 Pergunakan pisau dengan semestinya atau dengan cara benar.
 Pisau harus selalu bersih dan tajam karena pisau yang tumpul lebih berbahaya.
 Bila membersihkan pisau, jauhkan bagian yang tajam dari hadapan tangan.
 Pergunakan talenan bila hendak memotong sesuatu.
 Pegangan pisau harus kering dan tidak berminyak.
 Simpan pisau di tempatnya bila tidak dipergunakan lagi.
 Jangan mencoba meraih pisau yang terjatuh tiba-tiba.
 Kontrol diri bila sedang memegang pisau.
 Jangan bermain dengan pisau dan jangan membawa pisau pada waktu bermain.
2) Mesin pemotong
 Jangan mencoba menggunakan mesin bila belum mengetahui dengan pasti tata-cara
pemakaiannya.
 Jangan memasukkan sesuatu oleh tangan atau dengan benda lain untuk menekan
barang yang akan dipotong ataupun digiling.
 Matikan mesin dan cabut kontak listriknya setelah selesai menggunakannya dan bila
akan membersihkan mesin tersebut.
3) Barang pecah belah (dari gelas dan porselen)
 Pergunakan alas (baki) bila membawa barang pecah belah.
 Pisahkan sampah pecahan gelas dengan sampah lainnya.
 Jangan memakai gelas atau alat lain yang sudah retak maupun pecah.
4) Tulang atau duri dan bahan makanan beku
Pecahan tulang bisa membuat infeksi bila pecahan tulang daging, dari udang, sisik
ikan dan sejenisnya dalam keadaan beku, maka keadaannya menjadi tajam, kaku dan
membahayakan sekali. Daging atau ikan sebaiknya dipotong dalam keadaan lembek. Bila

10

beku, biarkan lebih dahulu dalam suhu ruangan karena bila kita mencoba memotongnya,
kemungkinan pisau meleset dan akan melukai.
e. Kecelakaan Karena Bahan Kimia
Beberapa bahan kimia dipergunakan juga dalam pengolahan makanan, misalnya
untuk pembersih, pengawet ataupun pemberantas hama/tikus. Tindakan pencegahan yang
dapat dilakukan yaitu :
 Bahan-bahan kimia harus disimpan dalam kotak khusus.
 Jangan mencoba mempergunakan bahan kimia bila belum tahu betul cara
mempergunakannya.
 Berhati-hatilah dengan bahan kimia yang serupa dengan bahan makanan baik pada waktu
mempergunakan, maupun pada waktu menyimpan kembali. Contohnya baking soda,
garam Inggris, pupuk urea ataupun rinso tampak hampir sama dengan garam dapur atau
gula. Liquid soap/tipol tampak hampir sama dengan minyak goreng, dan sebagainya.
f. Kebakaran
Kebakaran di hoel rentan terjadi karena sikap manusia itu sendiri, disamping
pengawasan yang kurang terhadap penggunaan peralatan atau barang yang dapat
menimbulkan api, misalnya alat pemanas, peralatan listrik, punting rokok, dan ledakan gas.
Untuk menghindari api, hal-hal yang dapat diterapkan yaitu :
 Sediakan selalu alat-alat pemadam api atau fire extinguisher.
 Sediakan alarm untuk peringatan jika terjadi kebakaran.
 Mengetahui aturan penanggulangan kebakaran di hotel/restoran yang bersangkutan.
 Segera bersihkan ceceran minyak.
 Jangan gunakan bahan pembersih yang mudah terbakar.
 Jangan merokok ketika sedang bertugas.
g. Terpeleset Atau Terjatuh
Terpeleset atau terjatuh dapat menimbulkan sesuatu yang fatal, misalnya jika kepala
atau bagian badan yang lain terbentur sesuatu. Terpeleset terjadi karena beberapa hal, yaitu
karena keseimbangan yang kurang, lantai yang licin atau yang jauh lebih penting, mungkin

11

sepatu atau alas kaki kita yang tidak sesuai dengan apa yang kita injak. Terpeleset atau
terjatuh dapat dicegah dengan beberapa cara yaitu :
 Lantai harus kering, bila kita melihat atau menjatuhkan sesuatu, ambillah dan keringkan
lantai.
 Jangan lupa memberi tanda bila lantai dalam keadaan licin, misalnya baru di pel.
 Alat-alat dapur yang tidak terpakai jangan diletakkan di lantai atau diatur rapi sehingga
tidak membahayakan orang lain.
 Pergunakan tangga bila meraih sesuatu yang tinggi.
 Pastikan bahwa tangga tersebut cukup panjang dan kuat.
 Pastikan tangga tersebut berdiri aman dan dekat dengan benda yang akan diambil.
 Periksa agar tangga tidak licin.
5. Pencegahan dan Penanggulangan Kecelakaan Kerja Secara Umum
a. Pengamatan Resiko Bahaya Di Tempat Kerja
Pengamatan resiko bahaya di tempat kerja merupakan basis informasi yang
berhubungan dengan banyaknya dan tingkat jenis kecelakaan yang terjadi ditempat kerja.
Ada 2 ( dua ) tipe data untuk mengamati resiko bahaya di tempat kerja
 Pengukuran resiko kecelakaan, yaitu mengkalkulasi frekwensi kecelakaan dan mencatat
tingkat jenis kecelakaan yang terjadi sehingga dapat mengetahui hari kerja yang hilang
atau kejadian fatal pada setiap pekerja.
 Penilaian resiko bahaya, yaitu mengindikasikan sumber pencemaraan, faktor bahaya yang
menyebabkan kecelakaan, tingkat kerusakaan dan kecelakaan yang terjadi. Misalnya
bekerja di ketinggian dengan resiko terjatuh dan luka yang diderita pekerja atau bekerja
di pemotongan dengan resiko terpotong karena kontak dengan benda tajam dan lain-lain.
b. Pelaksanaan SOP Secara Benar Di Tempat Kerja
Standar Opersional Prosedur adalah pedoman kerja yang harus dipatuhi dan
dilakukan dengan benar dan berurutan sesuai instruksi yang

tercantum dalam SOP,

perlakuan yang tidak benar dapat menyebabkan kegagalan proses produksi, kerusakaan
peralatan dan kecelakaan.

12

c. Pengendalian Faktor Bahaya Di Tempat Kerja
Sumber pencemaran dan faktor bahaya di tempat kerja sangat ditentukan oleh proses
produksi yang ada, teknik/metode yang di pakai, produk yang dihasilkan dan peralatan yang
digunakan. Dengan mengukur tingkat resiko bahaya yang akan terjadi, maka dapat
diperkirakan pengendalian yang mungkin dapat mengurangi resiko bahaya kecelakaan.
Pengendalian tersebut dapat dilakukan dengan :
 Eliminasi dan Substitusi, yaitu mengurangi pencemaran atau resiko bahaya yang terjadi
akibat proses produksi, mengganti bahan berbahaya yang digunakan dalam proses
produksi dengan bahan yang kurang berbahaya.
 Engineering Control, yaitu memisahkan pekerja dengan faktor bahaya yang ada di tempat
kerja, membuat peredam untuk mengisolasi mesin supaya tingkat kebisingannya
berkurang, memasang pagar pengaman mesin agar pekerja tidak kontak langsung dengan
mesin, pemasangan ventilasi dan lain-lain.
 Administrative control, yaitu pengaturan secara administrative untuk melindungi pekerja,
misalnya penempatan pekerja sesuai dengan kemampuan dan keahliannya, pengaturan
shift kerja, penyediaan alat pelindung diri yang sesuai dan lain-lain.
d. Peningkatan Pengetahuan Tenaga Kerja Terhadap Keselamatan Kerja.
Tenaga kerja adalah sumber daya utama dalam proses produksi yang harus
dilindungi, untuk memperkecil kemungkinan terjadinya kecelakaan perlu memberikan
pengetahuan kepada tenaga kerja tentang pentingnya pelaksanaan keselamatan kerja saat
melakukan aktivitas kerja agar mereka dapat melaksanakan budaya keselamatan kerja di
tempat kerja. Peningkatan pengetahuan tenaga kerja dapat dilakukan dengan memberi
pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada awal bekerja dan secara berkala untuk
penyegaran dan peningkatan wawasan. Pelatihan ini dapat membantu tenaga kerja untuk
melindungi dirinya sendiri dari faktor bahaya yang ada ditempat kerjanya.
e. Pemasanngan Peringatan Bahaya Kecelakaan Di Tempat Kerja.
Banyak sekali faktor bahaya yang ditemui di tempat kerja, pada kondisi tertentu
tenaga kerja atau pengunjung tidak menyadari adanya faktor bahaya yang ada ditempat kerja,
untuk menghindari terjadinya kecelakaan maka perlu dipasang rambu-rambu peringatan
berupa papan peringatan, poster, batas area aman dan lain sebagainya.
13

Selain upaya pencegahan juga perlu disediakan sarana untuk menanggulangi kecelakaan
yang terjadi di tempat kerja yaitu :
a. Penyediaan P3K
Peralatan P3K yang ada sesuai dengan jenis kecelakaan yang mungkin terjadi di
tempat kerja untuk mengantisipasi kondisi korban menjadi lebih parah apabila terjadi
kecelakaan, peralatan tersebut harus tersedia di tempat kerja dan mudah dijangkau, petugas
yang bertanggung jawab melaksanakan P3K harus kompeten dan selalu siap apabila terjadi
kecelakaan di tempat kerja.
b. Penyediaan Peralatan Dan Perlengkapan Tanggap Darurat.
Kecelakaan kerja yang terjadi di tempat kerja terkadang tanpa kita sadari seperti
terkena bahan kimia yang bersifat korosif yang dapat menyebabkan iritasi pada kulit / mata
atau terjadinya kebakaran, untuk

menanggulangi keadaan tersebut perencanaan dan

penyediaan perlatan / perlengkapan tanggap darurat di tempat kerja sangat diperlukan seperti
pemadam kebakaran, hidran, peralatan emergency shower, eye shower dengan penyediaan
air yang cukup, semua peralatan ini harus mudah dijangkau.

14

BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN
1. Simpulan
Dari uraian pembahasan diatas dapat disimpulakan bahwa yang harus dipehatikan dalam
menjaga kesehatan lingkungan hotel adalah lokasi hotel tidak kotor, lingkungan yang bersih dan
bangunan hotel yang kokoh dan kuat. Serta dalam menjaga kesehatan karyawan hotel,
perusahaan memiliki beberapa standar bagi karyawannya antara lain penampilan yang rapi serta
kondisi luar tubuh yang terawat dengan baik dan sehat.
Faktor terjadinya kecelakaan memiliki 2 (dua) sebab yaitu faktor manusia, faktor
lingkungan dan jenis-jenis kecelakaan kerja yang dapat terjadi adalah luka bakar, kecelakaan
karena gas, kecelakaan karena arus listrik, luka tergores atau terpotong benda tajam, kecelakaan
karena bahan kimia, kebakaran dan terpeleset atau jatuh.
Upaya pencegahan kecelakaan yang dapat dilakukan adalah dengan mengamati resiko
bahaya, melaksanakan SOP secara benar, mengendalikan faktor bahaya kerja, meningkatkan
pengetahuan tenaga kerja terhadap keselamatan kerja, dan pemasangan peringatan bahaya
kecelakaan di tempat kerja.
Dari upaya pencegahan tersebut perlu juga sarana untuk menanggulangi kecelakaan yang
terjadi ditempat kerja yaitu menyediakan P3K, dan menyediakan peralatan dan perlengkapan
tanggap darurat
2.

Saran
Kesehatan dan keselamatan kerja sangat penting dalam pembangunan, karena sakit dan

kecelakaan kerja akan menimbulkan kerugian ekonomi (lost benefit) suatu perusahaan atau
Negara. Maka dari itu kesehatan dan keselamatan kerja harus dikelola secara maksimal bukan
saja oleh tenaga kesehatan tetapi seluruh masyarakat.

15

DAFTAR PUSTAKA
Aisyah, Nur, Ria. DKK. ……. Pengaruh Kesehatan dan Keselamatan Kerja Terhadap Motivasi
Kerja Karyawan. (Makalah). Malang. Universitas Brawiaya.
Fauzi, Rizky. 2012. Housekeeping. (diakses, 5 september 2014). Tersedia di: URL:
http://rizkyfauzistpsahid.wordpress.com/2012/10/23/housekeeping-2/
Lawson, Fred. 1976. Hotel Motels and Condominiums (Design Planning and Maintenance).
First Publish Great Britain by The Architectural Press LTD, London.
Husein, Marzuki, Nirza. 2012. Pengaruh Lingkungan Kerja dan Karakteristik Individu Terhadap
Kepuasaan Kerja Karyawan Hotel Melati di Kecamatan Banjarmasin Tengah. (jurnal).
Banjarmasin. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia.
Nik, K.HZ. 2012. Penanganan Kecelakaan Kerja. (diakses, 5 september 2015). Tersedia di:
URL: http://hadianzah28.blogspot.com/2012/07/penanganan-kecelakaan-kerja.html
Pendit, Nyoman S. 1999. Ilmu Pariwisata Sebuah Pengantar Perdana. Jakarta: PT. Pradnya
Paramita
Ridley, John. 2004. Ikhtisar Kesehatan dan Keselamatan Kerja, Edisi Ketiga, Penerbit Erlangga,
Jakarta.
Silalahi, Bennet., & Rumondang Silalahi. 1995. Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja,
Pustaka Binaman Pressindo, Jakarta.
Simanjuntak, Payaman J. 1994. Manajemen Keselamatan Kerja, HIPSMI, Jakarta.
Sulatiyono, Agus 2006. Manajemen Penyelenggaraan Hotel. Bandung: Alfabeta.
Suma’mur, PK. 1996. Hygiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja, Gunung Agung, Jakarta.
Tarzan. 2009. Pelaksanaan dan Penerapan Sanitasi Kesehatan Hotel Dalam Upaya Mencegah
Penyebaran Penyakit. (Diakses, 5 September 2014). Tersedia di: URL: http://athaenviromentalhealth.blogspot.com/2009/04/pelaksanaan-dan-penerapan-sanitasi.html
Utama, Wayan Mudiartha. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia. Denpasar: UPT
Universitas Udayana.
Wijono, Adhistyo, Tuwuh…… Analisis Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Hotel. (jurnal).
Semarang. STIEPARI Semarang

16

Dokumen yang terkait

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

Pencerahan dan Pemberdayaan (Enlightening & Empowering)

0 64 2

KEABSAHAN STATUS PERNIKAHAN SUAMI ATAU ISTRI YANG MURTAD (Studi Komparatif Ulama Klasik dan Kontemporer)

5 102 24

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65