makalah tentang najis trans untuk mencapai

1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bersih atau suci dan najis bergantung pada pandangan syariah karena manusia
terkadang menganggap baik sesuatu yang keji dan menganggap keji sesuatu yang baik.
Oleh sebab itu, asal segala sesuatu itu adalah suci. Jadi, orang yang mengatakan sesuatu
itu najis, ia harus membuktikannya dengan tepat. Sebaliknya, orang yang mengatakan
sesuatu itu suci, tidak perlu memaparkan dalil.
Apabila sesuatu itu diciptakan untuk kita, dapat disimpulkan bahwa kita boleh
memanfaatkannya sesuai dengan kemauan kita. Sedangkan, suatu yang najis tidak
dimanfaatkan bagaimanapun bentuknya. Sesuatu yang najis adalah semua hewan yang
tidak dapat dimakan selain manusia, hewan yang darahnya tidak mengalir, dan binatang
yang sulit dimakan, seperti kucing.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang perlu kiranya merumuskan masalah sebagai pijakan
untuk terfokusnya kajian makalah ini. Adapun rumusan makalahnya sebagai berikut :
1. Apa Pengertian Najis?
2. Apa Saja Benda-Benda Yang Termasuk Najis?
3. Apa Saja Jenis-Jenis Najis?

4. Bagaimana Cara Istinja’?
5. Apa Saja Najis yang dimaafkan?
6. Bagaimana Cara Mencuci Benda Yang Terkena Najis?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian najis
2. Untuk mengetahui jenis-jenis najis
3. Untuk megetahui benda yang termasuk najis
4. Untuk mengetahui cara-cara membersihkan najis

2

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Najis
Najis merupakan lawan dari thaharah ( suci ), Secara etimologi najis berarti sesuatu
yang dapat mengotori,menjijikan. Sedangkan menurut istilah syara’, najis adalah sesuatu
yang kotor dan dapat menghalangi keabsahan shalat selama tidak ada sesuatu yang
meringankan atau Sesuatu yang menjijikkan atau benda yang kotor yang wajib di
bersihkan oleh setiap muslim1. Menurut beberapa tokoh pengertian najis adalah:
1. Menurut Sayyid Sabiq Najis adalah kotoran yang bagi setiap muslim wajib

mensucikan diri dari padanya dan mensucikan apa yang dikenainya.
2. Menurut Imam Maliki , Najis adalah sesuatu sifat yang menurut syar’i dilarang
mengerjakan shalat dan memakai pakaian yang terkena najis atau di tempat yang
ada najisnya.
3. Menurut Musthafa Kamal Pasha Najis adalah suatu perkara yang dipandang kotor
dan menjijikan.
B. Dalil tentang Najis
Allah Subhanahu wa Ta’ala telah berfirman:
(222 : ‫ )البقرة‬. ‫ا ل يحب التوابين ويحب المتطهرين‬
Artinya
: “sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
bertaubat dan menyukai orang-orang yang bersuci. (Al-Baqarah : 222).
Sedangkan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam pernah bersabda:
(‫الطّهَوْ ُر َشطُرُا ِل ْي َم ِن )رواه مسلم‬
“Kesucian itu sebagian dari iman.”(HR. Muslim).
ْ‫ك فَطَهّرْ َوالرّ جْ َز فَا ْهجُر‬
َ َ‫َوثِيَاب‬
Artinya : Dan pakaian mu bersihkanlah dan seluruh kotoran termasuk berhala
jauhilah ( qs. Al-mudatsir : 4 )


1 Azmi Abu ‘Ani, Fiqih Ibadah Praktis, Pustaka Ar-rayyan, Padang : 2015. Hlm 15

3

C. Benda-Benda Yang Termasuk Najis2
1) Bangkai binatang darat yang berdarah selain dari mayat manusia
Adapun bangkai binatang laut seperti ikan dan bangkai binatang darat yang
tidak berdarah ketika masih hidupnya seperti belalang serta mayat manusia,
semuanya suci. Firman Allah Swt:
“Diharamkan bagimu (memakan) bangkai.” (Al-Maidah: 3)
Adapun bangkai ikan dan binatang darat yang tidak berdarah, begitu juga
mayat manusia, tidak masuk dalam arti bangkai yang umum dalam ayat tersebut
karena ada keterangan lain. Bagian bangkai, seperti daging, kulit, tulang, urat, bulu,
dan lemaknya semuanya itu najis menurut madzab syafi’i. Menurut madzab Hanafi,
yang najis hanya bagian-bagian yang mengandung roh(bagian-bagian yang
bernama) saja, seperti daging dan kulit. Bagian-bagian yang tidak bernyawa, seperti
buku, tulang, tanduk, dan bulu, semuanya itu suci. Bagian-bagian yang tak
bernyawa dari anjing dan babi tidak termasuk najis. Sabda Rasulullah saw :
(‫ )رواه الجماعة‬.‫اِنّ َما َح ُر َم اَ ْكلُهَا َوفِى ِر َوايَ ٍة لَحْ ُمهَا‬
“sesungguhnya yang haram ialah memakannya.” Pada riwayat lain ditegaskan

bahwa yang haram ialah “dagingnya”. (H.R. Jama’ah)

Adapun dalil bahwa mayat manusia itu suci adalah firman Allah SWT :
‫َولَقَ ْد َك ّر ْمنَا بَنِ ْى ٰا َد َم‬
“Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam (manusia)”. (Q.S. AlIsra : 70)
Adapun bangkai yang tidak di kategorikan pada najis3 :
a) Bangkai ikan dan belalang
Hal ini berdasarkan hadits Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ْ ّ‫أُ ِحل‬
ُ ‫ت لَنَا َم ْيتَتَا ِ َو َد َما ِ فَأ َ ّما ْال َم ْيتَتَا ِ فَ ْالح‬
‫ُوت َو ْال َج َرا ُد َوأَ ّما ال ّد َما ِ فَ ْال َكبِ ُد َوالطّ َحا ُل‬
2 M.imam pamungkas, fqih 4 mazhab, al-makmur, Jakarta
3 Syaikh Kamil Muhammad ‘Uwaidah, Fiqih Wanita (Edisi Indonesia),

Pustaka Al-Kautsar, 1998), hlm. 15.

(Jakarta:

4


“Kami dihalalkan dua bangkai dan darah. Adapun dua bangkai tersebut
adalah kan dan belalang. Sedangkan dua darah tersebut adalah hati dan
limpa.”
b) Bangkai hewan yang darahnya tidak mengalir
Contohnya adalah bangkai lalat, semut, lebah, dan kutu. Dari Abu
Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
ْ َ‫ ثُ ّم ْلي‬، ُ‫ فَ ْليَ ْغ ِم ْسهُ ُكلّه‬، ‫إِ َذا َوقَ َع ال ّذبَابُ فِى إِنَا ِء أَ َح ِد ُك ْم‬
‫َر دَا ًء‬
ِ ‫ فَإ ِ ّ فِى أَ َح ِد َجنَا َح ْي ِه ِشفَا ًء َوفِى اخآ‬، ُ‫ط َرحْ ه‬
“Apabila seekor lalat jatuh di salah satu bejana di antara kalian, maka
celupkanlah lalat tersebut seluruhnya, kemudian buanglah. Sebab di salah
satu sayap lalat ini terdapat racun (penyakit) dan sayap lainnya terdapat
penawarnya.”
c) Tulang, tanduk, kuku, rambut dan bulu dari bangkai
Semua ini termasuk bagian dari bangkai yang suci karena kita
kembalikan kepada hukum asal segala sesuatu adalah suci. Mengenai hal ini
telah diriwayatkan oleh Bukhari secara mu’allaq (tanpa sanad),
beliau rahimahullah berkata,

ّ ‫ َوقَا َل‬. ‫يش ْال َم ْيتَ ِة‬
ُ ‫يل َو َغي ِْر ِه أَ ْد َر ْك‬
‫ف‬
َ ْ‫َوقَا َل َح ّما ٌد لَ بَأ‬
ِ َ‫ت نَاسًا ِم ْن َسل‬
ِ ِ‫الز ْه ِرىّ فِى ِعظَ ِام ْال َموْ تَى نَحْ َو ْالف‬
ِ ‫س بِ ِر‬
‫ لَ يَ َروْ َ بِ ِه بَأْسًا‬، ‫ َويَ ّد ِهنُو َ فِيهَا‬، ‫ْال ُعلَ َما ِء يَ ْمتَ ِشطُو َ بِهَا‬
“Hammad mengatakan bahwa bulu bangkai tidaklah mengapa (yaitu tidak
najis). Az Zuhri mengatakan tentang tulang bangkai dari gajah dan
semacamnya, ‘Aku menemukan beberapa ulama salaf menyisir rambut dan
berminyak dengan menggunakan tulang tersebut. Mereka tidaklah
menganggapnya najis hal ini’.”
2) Darah
Segala macam darah itu najis selain hati dan limpa. Firman Allah SWT yang
artinya
“Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi”. (Q.S AlMaidah : 3)
Sabda Rasulullah SAW :
ْ ّ‫اُ ِحل‬
ُ ‫ت لَنَا َم ْيتَتَا ِ َو َد َما ِ اَل ّس َم‬

(‫ك َو ْال َج َرا ُد َو ْال َكبِ ُد َوالطّ َحا ُل)رواه ابن ماجه‬

5

“Telah dihalalkan bagi kita dua macam bangkai dan dua macam darah,
ikan dan belalang, hati dan limpa”.(H.R Ibnu Majah)
Dikecualikan juga darah yang tertinggal di dalam daging binatang yang
sudah disembelih, begitu juga darah ikan. Kedua macam darah ini suci atau
dimaafkan, artinya diperbolehkan atau dihalalkan.
3) Nanah
Segala macam nanah itu najis, baik yang kental maupun yang cair, karena
nanah itu merupakan darah yang sudah busuk.
4) Segala benda yang keluar dari dua pintu
Semua itu najis selain mani, baik yang biasa seperti tinja, air ataupun yang
tidak biasa seperti mazi, baik dari hewan yang halal dimakan ataupun yang
haram dimakan. Sabda rasulullah SAW :
‫ال هّ ِذ ِه‬
َ َ‫اَ َآ َذ ْال َح َج َر ْي ِن َو َر ّدالرّوْ ثَةَ َوق‬,‫صلّى لُ َعلَ ْي ِه َو َسلّ َم لَ ّما ِج ْى َء لَهُ بِ َح َج َر ْي ِن َو َروْ ثَ ِة لِيَ ْستَ ْن ِج َى بِهَا‬
َ ُ‫اِنّه‬
(‫ِر ْكسٌ )رواه البخري‬

“sesungguhnya Rasulallah saw diberi dua biji batu dan sebuah tinja keras
untuk dipakai istinja. Beliau mengambil dua batu saja, sedangkan tinja
beliau kembalikan dan berkata, tinja itu najis”. (H.R. Bukhari)
5) Arak, setiap minuman yang memabukkan
Semua najis dapat dicuci kecuali arak. Jika ia sudah menjadi cuka dengan
sendirinya, maka ia menjadi suci apabila cukup syarat-syaratnya begitu juga
kulit bangkai dapat menjadi suci setelah disamak.
Sesuai Firman Allah SWT :
“Sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala,
mengundi nasib dengan panah, adalah Termasuk perbuatan syaitan” (Q.S AlMaidah : 90)
6) Anjing dan babi
Semua hewan suci, kecuali anjing dan babi. Sabda Rasulullah SAW :
‫ب‬
ٍ ‫ت اُوْ لَه ُّن بِالتّرا‬
ٍ ‫طَهُوْ َراِنَا ِء اَ َح ِد ُك ْم اِ َذا َولَ َغ فِ ْي ِه ْال َك ْلبُ اَ ْ يَ ْغ ِسلَهُ َس ْب َع َمرّا‬.
“Cara mencuci bejana seseorang diantara kamu apabila dijilat anjing,
hendaklah dibasuh tujuh kali, salah satunya hendaklah dicampur dengan
tanah” (H.R Muslim)

6


7) Bagian badan binatang yang diambil dari tubuhnya selagi hidup
Hukum bagian-bagian badan binatang yang diambil selagi hidup ialah
seperti bangkainya. Maksudnya, kalau bangkainya najis, maka yang
dipotongnya najis seperti babi atau kambing. Kalau bangkainya suci yang
dpotong sewaktu hidupnya pun suci pula seperti yang diambil dari ikan hidup.
Kecuali bulu hewan yang halal dimakan hukumnya suci. Firman Allah SWT :
٨.‫النحل‬.‫ارهَ̃ااَثَاثًا‬
ِ ‫ارهَا َواَ ْش َع‬
ِ َ‫َو ِم ْن اَصْ َوافِهَا َواَوْ ب‬
“dan (dijadikan-Nya pula) dari bulu domba, bulu onta dan bulu kambing, alatalat rumah tangga”.(Q.S An-Nahl : 80)
8) Kotoran dan Kencing Hewan Yang Haram Dimakan Dagingnya
Setiap binatang yang tidak boleh (haram) dimakan dagingnya menurut
syari’at islam seperti keledai, maka semua yang keluar dari binatang-binatang
tersebut adalah najis, baik itu kotoran maupun kencingnya. Adapun dalil bahwa
mayat manusia itu suci adalah firman Allah swt :
٧.‫السراء‬.‫َولَقَ ْد َك ّر ْمنَا بَنِ ْ̃ى ٰا َد َم‬
“Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam (manusia).”(Alisra:70).
Arti dimuliakan itu hendaknya jangan dianggap sebagai kotoran
(najis). Lagi pula seandainya mayat manusia itu najis,tentunya kita tidak

disuruh memandikannya,karena kita tidaklah disuruh mensuci najis-najis
‘ain lainnya,bahkan najis-najis ‘ain lainnya itu tidak dapat dicuci.Maka
suruhan terhadap kita untuk memandikan mayat itu adalah suatu tanda
bahwa mayat manusia bukan najis,hanya ada kemungkinan terkena najis
sehingga kita disuruh memandikannya.
9) Hewan Jalalah (Liar)
Jalalah adalah hewan liar yang memakan kotoran, baik kotoran unta, sapi,
kamping, ayam, angsa, dan lain-lainnya, sehingga hewan tersebut berubah
baunya.
10) Khamr
Khamr menurut jumhur ulama, dihukumi najis.

7

11) Wadi
Wadi adalah cairan kental yang biasanya keluar setelah seseorang selesai
dari buang air kecilnya (kencing). Wadi ini dihukumi najis dan harus disucikan
seperti halnya kencing, tetapi tidak wajib mandi.
12) Madzi
Madzi adalah cairan bening sedikit kental yang keluar dari saluran kencing

ketika bercumbu atau nafsu syahwat mulai terangsang. Terkadang tidak
merasakan akan proses keluarnya. Hal itu sama-sama dialami oleh laki-laki dan
juga wanita, akan tetapi jumlahnya lebih banyak.
13) Kencing dan Muntah Manusia
Menurut kesepakatan para ulama, keduanya adalah najis.
14) Mani
Mengenai mani, terdapat perbedaan pendapat dikalangan ulama, yang mana
sebagian dari mereka menganggapnya najis. Yang jelas ia tetap suci.
D. Jenis-Jenis Najis4
Untuk membahas bagaimana cara bersuci dari najis,marilah kita kaji beberapa
macam najis menurut syariat islam,yaitu sebagai berikut :
1. Najis Mukhaffafah ( Ringan )
Yaitu termasuk najis yang ringan. Misalnya kencing anak laki-laki yang
belum memakan makanan lain selain ASI. Mencuci benda yang kena najis ini
sudah memadai dengan memercikkan air pada benda itu,meskipun tidak
mengalir. Adapun kencing anak perempuan yang belum memakan makanan
apa-apa selain ASI,kaifiat mencucinya hendaklah dibasuh sampai air mengalir
di atas benda yang kena najis itu dan hilang rasa baunya. Untuk itu marilah kita
renungkan beberapa riwayat dibawah ini :
Rasulullah saw bersabda :
‫اريَ ِة يُ ْغ َس ُل‬
َ ‫بَوْ ُل ْال ُغ َل ِم يُ ْن‬
ِ ‫ض ُح َوبَوْ ُل ْال َج‬
Artinya :
“Kencing bayi laki-laki itu (cukup) diperciki dengan air saja,sedangkan bayi
perempuan (harus) di cuci.(HR.Ibnu Majah dari Ummu Kuraz ra).
Sabdanya lagi :
‫اريَ ِة َويُ َرشّ ِم ْن بَوْ ِل ْال ُغ َل ِم‬
ِ ‫يُ ْغ َس ُل ِم ْن بَوْ ِل ْال َج‬

hlm 10

4 Ust. Labib Mz, Tuntunan Shalat Lengkap, Sandro Jaya Jakarta, Jakarta : 2005

8

Artinya :
“Kencing bayi perempuan harus di cuci,kencing bayi laki-laki cukup diperciki.
(HR.Abu Dawud,Nasa’i dan Ibnu Majah dari Abi Sumah pembantu Rasulullah
saw).
Pada suatu hari Ummu Qais ra.binti Muhshin ra membawa bayi laki-laki
yang belum memakan apa-apa kecuali air susu ibu saja. Kemudian bayi tersebut
kencing sehingga membasahi baju Rasulullah. Lalu beliau meminta air dan
memercikkannya ke atas baju beliau yang kena kencingnya bayi laki-laki
tersebut dan Rasulullah tidak mencucinya
Makna Memerciki dengan Air pada Pakaian yang Kena Kencing Bayi Laki-laki.
 Menurut Imam Al Haramain (Al-Juwaini) dan ahli-ahli taqiq telah
mengatakan bahwa makna An-Nadhoh dalam hadits tersebut ialah
memerciki dengan air yang agak banyak,sehingga air tidak sampai mengalir
dan tidak menetes. Itulah pendapat yang shahih dan terpilih (dipegang).
 menurut Syekh Abu Muhammad Al Juwaini Qadhi Husaid dan Al
Baghawi,mengatakan bahwa makna “An-Nadhoh” adalah memercikkan air
ketempat yang dikenal kencing sampai merata mengenai bagian yang kena
kencing tersebut.
Alasan Keringanan bagi Bayi Laki-laki
Adanya keringanan untuk memercikkan air5 pada kencing bayi laki-laki
adalah mengingat berbagai alasan sebagai berikut :
a. Karena kencing bayi laki-laki itu lebih halus dari kencing bayi
perempuan,sehingga kencing bayi laki-laki tidak banyak menempel
(melekat) di tempatnya kencing seperti halnya kencing bayi perempuan.
b. Kencing bayi perempuan itu lebih berbau bila dibandingkan dengan bau
kencing bayi laki-laki.
c. Bayi laki-laki apabila kencing,maka kencingnya itu,berserakan ke manamana(tidak mengumpul),sedang kencing bayi perempuan itu
mengumpul.

2. Najis Mutawassitah (Sedang)
5 Syekh Hasan Ayyub, Fikih Ibadah, Pustaka Al-Kautsar, Jakarta : 2011 hlm 46

9

Yaitu najis pertengahan yang tidak ringan juga tidak berat. Termasuk
dalam jenis najis ini adalah segala sesuatu yang keluar dari qubul maupun dubur
apapun bentuknya. Adapun cara menyucikannya adalah dibasuh dengan air
sampai hilang sifatnya. Apabila sudah berulang kali dicuci,tetapi bekasnya
masih ada juga,maka hukumnya dianggap suci,dan dimaafkan.
Jenis najis ini ada 2 macam,yaitu sebagai berikut :
a. Najis ainiyah yaitu najis yang tampak zatnya secara lahir dan jelas warna
dan bau serta rasanya. Cara mencuci najis ini adalah dengan membasuhnya
dengan air sampai hilang ketiga sifat tersebut. Adapun kalau sukar
menghilangkannya,sekalipun sudah dilakukan berulang kali,maka najis
tersebut dianggap suci dan dimaafkan.
b. Najis Hukmiyah yaitu najis yang kita yakini adanya (menurut hukum),tetapi
tidak tampak ketiga sifatnya,seperti kencing yang sudah lama kering
sehingga sifatnya hilang. Cara mencuci najis ini adalah cukup dengan
mengalirkan air kepada benda yang terkena najis.
3. Najis Mughalazhah (Berat)
Yaitu najis yang berat. Termasuk dalam najis ini adalah anjing dan babi
termasuk babi hutan serta keturunannya atau keturunan salah satu dari
keduanya.
Adapun cara mencuci najis atau benda yang terkena najis ini adalah
dengan mencucinya dengan air sebanyak tujuh kali yang salah satunya dicampur
dengan debu atau tanah yang suci.
Dalam hal ini Rasululllah saw bersabda:
ُ‫طَهُوْ ُر اِنَا ِء اَ َح ِد ُك ْم اِ َذا َولَ َغ فِ ْي ِه ْال َك ْلب‬: ‫صلّى لِ َعلَ ْي ِه َو َسلّ َم‬
َ ِ‫قَا َل َرسُوْ ُل ل‬:‫ال‬
َ َ‫ض َي لُ َع ْنهُ ق‬
ِ ‫ع َْن أَبِى ه َُر ْي َرةَ َر‬
(‫ب )رواه مسلم‬
ٍ ‫اَ ْ يَ ْغ ِسلَهُ َس ْب َع َمرّا‬
ِ ‫ت اَوْ َل ه ُّن بِالتّ َرا‬
Artinya:
“Abu Hurairoh ra berkata,Rasulullah saw bersabda,Sucinya bejana seseorang
di antara kamu apabila telah dijilat anjing maka hendaklah dibasuh tujuhkali
yang salah satu dari tujuh itu dicampur dengan tanah.(HR.Muslim).

E. Najis yang dimaafkan

10

1. Percikan kencing yang amat sedikit, yang tidak bisa ditangkap oleh mata
telanjang, manakala percikan itu mengenai pakaian maupun tubuh. Begitu pula
percikan najis-najis lainnya, baik najis mughalazhah, mukhaffafah maupun
mutawassithah.
2. Sedikit darah, nanah, darah kutu dan tahi lalat atau najisnya, selagi hal itu tidak
diakibatkan oleh perbuatan dan kesengajaan orang itu sendiri.
3. Darah dan nanah dari luka, sekalipun banyak, dengan syarat berasal dari orang
itu sendiri, dan bukan atas perbuatan dan kesengajaannya, sedang najis itu tidak
melampaui dari tempatnya yang biasa.
4. Tahi binatang yang mengenai biji-bijian ketika ditebah, dan tahi binatang ternak
yang mengenai susu di kala diperah, selagi tidak terlalu banyak sehingga
merubah sifat susu itu.
5. Tahi ikan dalam air apabila tidak sampai merubahnya, dan tahi burung-burung
di tempat yang sering mereka datangi seperti masjid al-haram di
Mekah, Masjid Nabawi di Madinah, dan masjid Umawi. Hal itu karena tahi
binatang tersebut telah merata di mana-mana, sehingga sulit dihindarkan.
6. Darah yang mengenai baju tukang jagal, apabila tidak terlalu banyak. Dan
Darah yang masih ada pada daging.
7. Mulut anak kecil yang terkena najis mutahannya sendiri, apabila ia menyedot
tetek ibunya.
8. Debu di jalan-jalan yang mengenai orang.
9. Bangkai binatang yang darahnya tidak mengalir. Maksudnya, binatang itu
sendiri tidak mempunyai darah, apabila bangkainya itu tercebur dalam benda
cair, seperti lalat, lebah dan semut, dengan syarat binatang itu tercebur sendiri
dan tidak merubah sifat benda cair yang diceburi.
F. Perkara Yang Menyucikan Najis
1. Air Muthlaq : Air suci dan menyucikan , menurut kesepakatan para ulama
madzhab.
2. Tanah :Dapat menyucikan telapak kaki dan alas kaki yang dipergunakan
berjalan diatas tanah , ataupun menggosok sesuatu yang melekat diatas alas
kaki.
3. Debu : Bagi seorang yang berhalangan menggunakan air karena sesuatu maka
diperbolehkan membersihkan hadist dengan debu.
4. Benda Keras : Benda-benda yang suci dari asalnya dan tidak terkena hadist
semisal, batu, kayu, tanah keras, dan sebangsanya yang dapat menyucikan dari
najis dan kotoran.
G. Cara Mencuci Benda Yang Terkena Najis

11

1. Pakaaian atau Anggota Badan yang Terkena Najis
Pakaian atau anggota badan yang terkena najis, wajib dicuci dengan air
bersih(air yang suci dan mensucikan), sedemikian rupa sehingga zat najis itu
hilang warnanya, baunya dan rasanya. Jika, setelah cukup dicuci, masih juga ada
sedikit warna atau bau yang sukar dihilangkan, hal itu dimaafkan.
2. Zat Najis yang Tidak Tampak
Bila zat najis itu tidak tampak; seperti kencing yang sudah lama kering,
sehingga telah hilang tanda-tandanya atau sifat-sifatnya, cukup mengalirkan air
diatasnya, walaupun hanya satu kali saja.
3. Bejana yang Terkena Jilatan Anjing
Bejana yang bagian dalamnya terkena jilatan anjing, dibasuh tujuh kali,
yang pertama atau salah satunya dicampur dengan tanah. Boleh juga
menggantikan tanah dengan sabun, atau pembersih lain yang kuat. Dan juga
anggota badanatau lainnya , yg tersentuh anjing, wajib mencucinya sampai
benar-benar bersih.
4. Cara Menyucikan Kencing Bayi
Kencing bayi (laki-laki atau perempuan) berusia dibawah dua tahun dan
tidak makan makanan selain air susu manusia (baik dari ibinya sendiri atau
ataupun seorang wanita lainnya), cukup diperciki air bersih diatasnya dan
sedikit lagi dibawahnya.
5. Tanah yang Terkena Najis
Untuk menyucikan tanah yang terkena najis, cukup dengan menuangkan
air diatasnya, sehingga meliputi tempat najis tersebut.
6. Mentega yang Terkena Najis
Mentega, minyak yang bekudan yang serupa dengan itu, apabila terkena
zat najis(misalnya kejatuhan bangkai cicak dan lainnya) cukup dibuang bagian
yang terkena najis tersebut dan sekitarnya saja. Akan tetapi, jika najis itu
menyentuh bahan makanan yang cair, seperti minyak goreng misalnya, maka
semuanya manjadi najis.
7. Kaca, Pisau dan Keramik
Untuk membersihkan kaca, pisau, pedang keramik dan segala benda
yang permukaannya licin seperti itu, apabila terkena najis, cukup dengan
mengusapnya sehingga hilang bekas-bekas najis tersebut.
8. Sepatu dan Sandal
Bagian bawah sepatu, sandal dan sebagainya, apabila terkena najis,
cukup dibersihkan dengan cara menggosoknya ketanah sehingga hilang zat dari
najisnya.
9. Tali Jemuran

12

Tali jemuran yang pernah digunakan untuk menjemur pakaian yang
terkena najis, dapat dianggap suci kembali jika telah mengering, baik karena
panas matahari atau hembusan angin.
10. Tetesan Air yang Meragukan
Apabila seseorang terkena tetesan air atau percikan air yang tidak jelas
najis atau tidaknya, maka tidak wajib menanyakan hal itu dan menyucinya.
Akan tetapi jika ia telah diberitahu oleh orang terpercaya bahwa air itu adalah
najis, maka wajib manyucinya.
11. Pakaian yang Terkena Lumpur Jalanan
Pakaian yang terkena lumpur jalanan, tidak harus dicuci walaupun
jalanan tersebut biasanya terkena najis. Kecuali jika ia yakin bahwa yang
mengotorinya itu zat najis.
12. Melihat Najis di Pakaian Setelah Selesai Shalat
Jika seseorang telah menyelesaikan shalatnya, lalu melihat najis di
pakaian atau tubuhnya, sedangkan sebelum itu ia tidak mengetahuinya, atau
telah mengetahui tetrapi terlupa maka ia hanya wajib mengulangi shalatnya
yang terakhir saja. Yakni sebelum mengetahui adanya najis tersebut.
13. Najis yang Tidak Dikenali Tempatnya
Jika seseorang mengetahui adanya najis pada pakaiannya tetapi kini ia
tidak tahu lagi di bagian manakah najis tersebut, wajiblah ia mencuci semuanya,
karena hanya dengan begitu ia dapat meyakini kesuciannya.
14. Menyamak Kulit Bangkai
Kulit bangkai, selain anjing dan babi, dapat menjadi suci setelah melalui
proses penyamakan.
15. Menggunakan Alat-Alat Makan-Minum Orang-Orang Non-Muslim
Dirawikan bahwa abu Tsa’labah Al-Khusyani pernah bertanya, “Ya
Rasulullah, adakalanya kami berada di negeri Ahl’l-Kitab. Bolehkah kami
makan dengan menggunakan alat-alat makan-minum mereka? Jawab Nabi Saw.,
“jika ada yang lainnya, sebaiknya tidak menggunakan alat-alat mereka. Tetapi
jika tidak ada, cucilah dan kemudian makanlah”. (HR. Bukhari dan Muslim)6

BAB III
Muhammad Bagir Al-Habsyi, Fiqih Praktis, (Bandung: Penerbit Mizan, 1999),
hlm.56-60.
6

13

PENUTUP

A. Kesimpulan
Najis adalah bentuk kotoran yang setiap muslim diwajibkan untuk
membersihkan diri darinya atau mencuci bagian yang terkena olehnya.
Benda yang termasuk najis antara lain : Bangkai binatang darat yang
berdarah selain dari mayat manusia, Darah, Nanah, Segala benda cair yang keluar
dari dua pintu, Arak, Anjing dan Babi dll.
Najis terbagi menjadi tiga yaitu : Najis Mughalladhoh (tebal), Najis
Mukhaffafah (ringan), Najis Mutawassitah (pertengahan). Dan najis pertengahan
terbagi menjadi dua yaitu : Najis hukmiah, yaitu yang kita yakini adanya. Najis
‘ainiyah, yaitu yang masih ada zat, warna, rasa, dan baunya, kecuali warna atau bau
yang sangat sukar menghilangkannya.
B. Saran
Dari pembahasan di atas dan kesimpulan yang telah ada, kita telah
mengetahui Pengertian Najis. Untuk itu setelah kita mengetahuinya, tahap
selanjutnya memahaminya dan bisa tahu Cara mensucikanya dan beberapa
contohnya.. Supaya kita mengerti tentang najis untuk di jalan allah swt. Semoga
dengan membaca makalah ini bertambah pengetahuan kita tentang najis dan dapat
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

DAFTAR PUSTAKA

14

Muhammad Bagir Al-Habsyi, Fiqih Praktis, (Bandung: Penerbit Mizan, 1999),
Ust. Labib Mz, Tuntunan Shalat Lengkap, Sandro Jaya Jakarta, Jakarta : 2005
Azmi Abu ‘Ani, Fiqih Ibadah Praktis, Pustaka Ar-rayyan, Padang : 2015.
Syaikh Kamil Muhammad ‘Uwaidah, Fiqih Wanita (Edisi Indonesia), (Jakarta:
Pustaka Al-Kautsar, 1998)
Syekh Hasan Ayyub, Fikih Ibadah, Pustaka Al-Kautsar, Jakarta : 2011
M.imam pamungkas, fiqih 4 mazhab, al-makmur, Jakarta
http://makalahcyber.blogspot.co.id/2012/05/makalah-tentangthaharah.html
http://bodohtapisemangat.blogspot.co.id/2015/05/makalah-tentangthaharah.html