Makalah seminar akuntansi penurunanan ni

MAKALAH SEMINAR AKUNTANSI KEUANGAN
“PENURUNANAN NILAI ASET
(IMPAIRMENT ASET)”

OLEH :
DESMAWATI (08230035)

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI
KEUANGAN PERBANKAN DAN PEMBANGUNAN
STIE “K B P”
PADANG
2012

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Semua aset memiliki potensi mengalami penurunan nilai, namun ada
yang diatur sendiri dalam standar aset terkait atau diatur umum dalam PSAK 48
tentang Penurunan Nilai.
Penurunan nilai atau impairment menjadi bahasa yang semakin populer
dalam akuntansi saat PSAK mengadopsi IFRS. Istilah impairment sudah lama
dikenal dalam akuntansi khususnya aset tetap. PSAK berbasis IFRS menggunakan

istilah penurunan nilai tak hanya untuk aset tetap tetapi juga untuk aset tak
berwujud, goodwill, aset keuangan dan investasi.
PSAK 16 tentang Aset tetap menjelaskan bahwa aset tetap dinilai sebesar
harga perolehan atau nilai revaluasi terakhir dikurangi dengan akumulasi
penyusutan dan penurunan nilai. PSAK 19 tentang aset tak berwujud
menyebutkan hal yang sama. Bahkan disebutkan goodwill tak boleh lagi
diamortisasi, tetapi diimpairment. PSAK 55 tak menyebutkan penyisihan piutang
untuk piutang yang tak dapat ditagih, tapi sebagai penurunan aset keuangan.
Impairment diatur khusus dalam PSAK 48 Penurunan Nilai. PSAK 48 diterapkan
untuk semua aset kecuali untuk persediaan, aset keuangan, kontrak konstruksi,
kontrak asuransi, properti investasi yang diukur dengan nilai wajar, aset tak lancar
dimiliki untuk dijual (PSAK 58) dan aset pajak tangguhan (PSAK 46).
B. Rumusan Masalah
Paparan ini hanya membahas penurunan nilai yang berlaku umum dalam
PSAK 48, tidak menyoroti penurunan nilai yang berlaku dalam PSAK khusus.
Konsep penurunan nilai ini menjadi kerangka dasar akuntansi penurunan nilai,
namun untuk beberapa aset yang telah disebutkan di atas, penurunan nilai
menggunakan kaidah yang berbeda.
C. Tujuan
Sesuai dengan latar belakang dan pokok permasalahan yang telah

diuraikan maka tujuan dari paper ini adalah: untuk mengetahui penurunan nilai
yang berlaku umum dalm PSAK 48

ISI
PENGERTIAN UMUM
Impairment terjadi nilai tercatat aset melebihi nilai terpulihkan. Nilai
terpulihkan adalah nilai yang lebih tinggi antara nilai wajar dikurangi dan biaya
penjualan dan nilai pakai. Kerugian penurunan nilai merupakan selisih antara nilai
tercatat dikurangi dan nilai terpulihkan. Kerugian tersebut diakui dalam laporan
laba rugi pada saat terjadinya. Pemulihan terhadap penurunan nilai dapat
dilakukan.
PENURUNAN NILAI DIDASARKAN PADA PRINSIP KONSERVATISME
DAN KEHATI-HATIAN.
Aset tak boleh dicatat overstated, dari nilai dapat diperoleh kembali. Aset harus
disajikan sebesar nilai yang mencerminkan manfaat ekonomi yang akan diperoleh
di masa depan. Jika nilai di masa depan lebih rendah dari nilai tercatat, maka aset
harus diturunkan.
Pengukuran penurunan nilai dapat dilakukan untuk satu unit aset tunggal
maupun satu kelaompok aset. Ada aset yang dapat menghasilkan arus kas
independen dari aset atau kelompok aset lain. Jika satu aset dapat menghasilkan

arus kas independen maka pengukuran penurunan nilai dilakukan berdasarkan unit
aset tersebut. Namun ada beberapa aset yang dapat menghasilkan arus kas jika
berada dalam kelompok aset, sehingga penurunan nilai dilakukan untuk satu unit
penghasil kas. Contoh unit penghasil kas adalah investasi asosiasi, investasi di
anak perusahaan, suatu unit pabrik.
Aset dapat diperoleh kembali melalui penjualan (value through sales) dan
penggunaan (value through sales). Jika aset dijual, entitas akan mendapatkan nilai
wajar dikurangi dengan biaya penjualan. Dalam penurunan nilai, yang dipilih
adalah nilai tertinggi antara nilai yang dapat diperoleh kembali dan nilai yang
digunakan.
PROSEDUR PENURUNAN NILAI
Setiap akhir periode pelaporan, entitas harus menilai apakah terdapat
indikasi suatu aset mengalami penurunan nilai. Jika terdapat indikasi, entitas harus
mengukur nilai terpulihkan aset. Jika nilai terpulihkan tersebut lebih rendah dari

nilai tercatat aset, maka entitas harus menyesuaikan nilai aset tersebut dan
mengakui kerugian penurunan nilai. Entitas memberikan pengungkapan yang
memadai atas penurunan nilai tersebut.
Saat menilai indikasi penurunan nilai, entitas mempertimbangkan faktor
ekternal dan internal. Faktor eksternal adalah faktor di luar entitas yang

mengindikasikan dan mempengaruhi penurunan nilai aset seperti, penurunan nilai
pasar aset yang sangat signifikan melebihi penurunan nilai akibat pemakaian atau
berlalunya waktu, perubahan lingkungan seperti teknologi, ekonomi, teknologi,
suku bunga pasar dan lingkup operasi entitas.
Pengujian adanya indikasi penurunan nilai merupakan tahapan awal
dalam menentukan penurunan nilai. Jika tidak ada indikasi, maka aset tidak
mengalami penurunan nilai sehingga tidak perlu melakukan pengukuran
penurunan nilai. Namun jika aset tersebut memiliki indikasi penurunan nilai,
maka dalam pengukuran penurunan nilai dapat dipastikan bahwa nilai tercatat
lebih tinggi daripada nilai terpulihkan.
Khusus untuk aset tak berwujud yang memiliki masa manfaat tidak
terbatas dan yang belum digunakan, entitas langsung melakukan pengujian atas
penurunan nilai. Entitas tak perlu melakukan pengujian ada tidaknya indikasi
namun langsung membandingkan antara nilai tercatat dan nilai terpulihkan setiap
tahun. Pengujian penurunan nilai dilakukan kapan saja dalam periode tahunan,
asalkan dilakukan pada saat yang sama setiap tahunnya.
Langkah kedua, setelah ditemukan indikasi penurunan nilai adalah
menentukan nilai terpulihkan. Entitas harus menghitung nilai wajar aset dan biaya
penjualan aset dan nilai pakai aset. Kedua nilai tersebut tidak harus tersedia
semuanya. Jika salah satu nilai lebih besar dari nilai tercatat, maka tak perlu

dilakukan proses penurunan nilai berikutnya. Artinya nilai terpulihkan akan
menghasilkan nilai yang lebih tinggi dari nilai tercatat sehingga tak terjadi
penurunan nilai. Dalam kondisi lain, nilai pasar aset sulit dilakukan karena tidak
ada dasar untuk menentukan nilai pasar. Entitas dapat menggunakan pakai sebagai
nilai terpulihkan. Namun sebaliknya jika entitas tidak meyakini nilai pakai aset,
maka nilai wajar dikurangi biaya penjualan digunakan sebagai nilai terpulihkan.

Penentuan nilai terpulihkan dilakukan untuk aset secara individual,
kecuali aset tersebut tak menghasilkan arus masuk indipenden dari aset lain.
Untuk aset yang arus kasnya baru dapat ditentukan dalam satu kelompok aset,
penentuan jumlah terpulihkan dilakukan untuk satu kelompok aset yang
menghasilkan arus kas, disebut sebagai unit penghasil kas.
Kaidah menentukan nilai wajar mengikuti hirarki umum penentuan nilai
wajar mulai dari menggunakan harga dalam perjanjian penjualan mengikat, pasar
aktif, nilai pasar aset pada transaksi terkini dan nilai pasar aset serupa. Standar tak
menjelaskan perlunya penilai untuk menentukan nilai wajar dalam penurunan
nilai, namun entitas dapat menggunakan informasi penilai untuk menentukan nilai
wajar jika harga pasar aktif tak tersedia.
Biaya penjualan adalah seluruh biaya untuk melepaskan aset tersebut.
Contoh biaya penjualan adalah biaya hukum, biaya pajak transaksi, biaya

pemindahan, biaya tambahan untuk menjadikan aset dalam keadaan siap dijual.
Namun biaya pemutusan hubungan kerja dan biaya terkait reorganisasi bisnis
setelah pelepasan aset bukan bagian dari biaya penjualan.
Nilai pakai adalah nilai kini arus kas di masa depan yang diharapkan
akan diperoleh entitas dari pemakaian aset tersebut. Untuk memperoleh nilai pakai
langkah yang harus dilakukan adalah mengestimasi arus kas masuk dan arus kas
keluar di masa depan dari pemakaian dan pelepasan aset serta menerapkan tingkat
diskonto yang tepat atas arus kas masa depan tersebut. Estimasi arus kas masa
depan harus memperhatikan faktor ketidakpastian, kondisi ekonomi, tingkat dan
suku bunga. Asumsi yang digunakan dalam proyeksi harus mencerminkan
estimasi terbaik manajemen mengenai kemungkinan yang akan terjadi selama
penggunaan

aset

tersebut.

Estimasi

arus


dan

tingkat

diskonto

harus

menggambarkan asumsi yang konsisten mengenai kenaikan harga yang dikaitkan
pada inflasi umum.
Tarif diskonto yang digunakan mencerminkan penilaian pasar atas nilai
waktu uang dan risiko spesifik. Diskonto yang digunakan mencerminkan tingkat
pengembalian yang disyaratkan investor jika mereka memilih suatu investasi yang
menghasilkan arus kas dengan jumlah, waktu, profil risiko yang sama dengan aset
tersebut.

Dalam praktik tidak mudah menghitung nilai pakai suatu aset. Arus kas
entitas dihasilkan dari kegiatan operasi yang merupakan gabungan dari sumber
daya entitas yang tidak mudah untuk dipisahkan kontribusinya. Untuk aset

investasi di perusahaan asosiasi atau anak perusahaan, arus lebih mudah untuk
diidentifikasi, namun aset secara individu atau kelompok aset sulit untuk
mengidintifikasi dan menghitung arus kas. Sebagai contoh arus kas angkutan
pariwisata tak dapat dilepaskan dari fungsi pemasaran dan kesediaan sumber daya
pendukung. Terkadang sulit untuk menentukan secara spesifik arus kas dari
sumber daya pendukung, aktivitas tak langsung dan aktivitas yang dimanfaatkan
bersama beberapa aset.
Entitas akan menentukan nilai terpulihkan dengan memilih nilai yang
lebih tinggi antara nilai wajar dikurangi biaya penjualan atau nilai pakai. Dalam
kondisi khusus, jika tak tersedia keduanya atau tersedia namun nilainya tak dapat
diandalkan, maka nilai yang tersedia dan dapat diandalkan tersebut merupakan
nilai terpulihkan.
Langkah ketiga, menentukan apakah aset mengalami penurunan nilai
atau tidak dengan membandingkan nilai tercatat dengan nilai terpulihkan. Jika
nilai tercatat lebih rendah dari nilai terpulihkan, aset tak mengalami penurunan
nilai. Entitas akan mengakui penurunan nilai sebesar selisih nilai tercatat dengan
nilai pakai. Aset akan disesuaikan atau diturunkan nilainya sebesar nilai pakai.
Kerugian penurunan nilai disajikan dalam laporan laba rugi periode berjalan.
Entitas harus mengungkapkan aset yang mengalami penurunan nilai dalam catatan
atas laporan keuangan.

Penurunan nilai untuk unit penghasil kas dalam bentuk investasi pada
anak perusahaan atau investasi asosasi dialokasikan ke aset dari unit penghasil kas
tersebut. Penurunan nilai pertama kali dialokasikan untuk menurunkan nilai
goodwill, jika masih tersisa akan dialokasikan prorate atas aset tetap atau aset tak
berwujud selain goodwill yang dimiliki entitas.
Kerugian penurunan nilai pada periode berikutnya dapat dipulihkan.
Pemulihan aset dilakukan sebesar nilai tercatat aset pada periode tersebut (nilai
tercatat pada periode tersebut jika tak terjadi penurunan nilai). Kecuali untuk
goodwill, penurunan nilai yang telah dilakukan tak dapat dipulihkan. Pemulihan

penurunan nilai diakui dalam laporan laba rugi sebagai kentungan yang disajikan
dalam laporan laba rugi periode berjalan.
PENURUNAN NILAI ASET TERTENTU
Aset keuangan menurut PSAK 55 juga dapat mengalami penurunan nilai.
Untuk aset keuangan yang diukur dengan nilai wajar, penurunan nilai akan
otomatis tercermin dalam nilai aset dan disajikan sebagai kerugian. Untuk aset
keuangan yang diukur dengan biaya perolehan dan nilai diamortisasi dapat
mengalami penurunan nilai. Aset keuangan mengalami penurunan nilai jika nilai
tercatat lebih besar daripada nilai diperoleh kembali. Evaluasi dilakukan setiap
tanggal neraca untuk menilai apakah terdapat bukti obyektif penurunan nilai. Jika

terdapat bukti obyektif, maka entitas harus melakukan estimasi nilai yang dapat
diperoleh kembali. Perbedaan dengan PSAK 48, terletak pada bagaimana
menentukan nilai yang dapat diperoleh kembali.
Persediaan bukan aset yang menjadi subyek penurunan nilai. Namun
dalam PSAK 14 Persediaan disebutkan persediaan dinilai sebesar nilai yang lebih
rendah antara harga perolehan dan nilai realisasi bersih. Penilaian persediaan
sebenarnya didasarkan pada prinsip konservatisme seperti halnya penurunan nilai.
Nilai terpulihkan kembali untuk persediaan adalah nilai realisasi bersih. Nilai
realisasi bersih dapat menggunakan nilai penggantian atau nilai jual dikurangi
dengan biaya penjualan.
Aset tak lancar tersedia untuk dijual (PSAK 58) juga mengalami
penurunan nilai. Namun, untuk menentukan nilai terpulihkan hanya menggunakan
nilai wajar dikurangi biaya penjualan. Aset untuk dijual sehingga tak relevan
menggunakan nilai pakai untuk menentukan nilai terpulihkan.
Properti investasi (PSAK 13), yang dinilai dengan menggunakan model
nilai wajar (fair value model) penurunan nilai akan terjadi secara otomatis pada
saat penyesuaian nilai wajar. Untuk aset tetap (PSAK 16) yang dinilai dengan
menggunakan model revaluasi, secara otomatis akan mengalami penurunan saat
penilaian aset menunjukkan nilai yang lebih rendah dari tercatat. Pengakuan
dalam laba rugi akan diakui sebesar nilai wajar dikurangi dengan nilai buku.

Untuk aset pajak tangguhan (PSAK 46), penentuan nilai dipulihkan kembali

dilakukan secara khusus karena terkait apakah manfaat pajak tersebut dapat
direalisasikan di masa depan.

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Entitas setiap akhir periode pelaporan harus melakukan review apakah
aset yang dimilikinya mengalami penurunan nilai. Sebelum penurunan nilai
dilakukan, entitas menguji ada tidaknya indikasi penurunan nilai, kecuali untuk
goodwill. Jika tak ada indikasi, maka penurunan nilai tak dilakukan. Jika terdapat
indikasi, entitas akan menghitung nilai terpulihkan dengan membandingkan mana
yang lebih tinggi antara nilai wajar dikurangi biaya penjualan dan nilai pakai.
Kerugian akan diakui sebesar selisih nilai tercatat dengan nilai terpulihkan.
Dalam

praktik,

perusahaan

cenderung

menghindari

melakukan

penurunan nilai. Dampak penurunan nilai mengurangi laba dan memperkecil nilai
aset entitas. Entitas sulit untuk menentukan nilai terpulihkan. Dalam menentukan
nilai pakai banyak menggunakan nilai estimasi dan asumsi yang dipengaruhi oleh
subyektivitas manajemen.
Penurunan nilai akan membuat aset entitas mencerminkan manfaat
ekonomi di masa depan dan tidak akan dicatat melebihi potensi manfaat ekonomi
yang akan diterima entitas di masa mendatang. Penurunan nilai didasarkan pada
konsep konservatif, kehati-hatian dan relevansi informasi.