PROFIL KAUM IBU SEBAGAI TIANG NEGARA DAL (1)

PROFIL KAUM IBU SEBAGAI TIANG NEGARA
DALAM PERSPEKTIF ISLAM1
Oleh : Dr. Sulidar, M.Ag/HP.085361075856
Dosen Fakultas Ushuluddin dan Pascasarjana UIN SU
Pendahuluan
Bila menelaah dalam ajaran Islam, terutama pada sumber utamanya,
yakni Alquran dan as-Sunnah, maka Islam tidak mengenal diskriminatif
antara posisi laki-laki dan perempuan. Laki-laki dan perempuan di hadapan
Tuhan sama, yang berbeda adalah seberapa patuhnya dia dengan Tuhan.
Berdasarkan ini, maka kualitas kepatuhannya kepada Tuhanlah yang
membedakannya antara satu dengan lainnya. Dalam Islam semua orang
dapat berperan dan berkarier sesuai dengan kualitas yang dimilikinya, tidak
dibedakan antara laki-laki dan perempuan. Dalam hal karier dan
kepemimpinan, misalnya, siapapun yang memiliki kualitas sesuai dengan
standar yang diakui, maka dia dibenarkan untuk memasukinya. Jika
ditelaah lebih lanjut, maka dalam kehidupan keluarga peranan suami istri
memiliki andil yang sama untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas.
Dengan catatan, mereka harus saling bekerjasama, saling memahami dan
saling mendukung amanah yang diemban.
Dalam sejarah Islam, sebagian Ulama memberikan nasehat bahwa
wanita sebagai ibu rumah tangga dalam suatu keluarga itu bagaikan pelita,

jika sebuah rumah tangga tidak ada wanita (istri), maka itu bagaikan rumah
yang kehilangan pelita, dia akan gelap. Berdasarkan ini, jika nasehat ulama
di atas diikuti, maka sebagai ibu rumah tangga mestinya jangan jauh-jauh
dari keluarganya. Sebab, rumah tangganya boleh jadi akan gelap.
Profil kaum ibu dalam pandangan Islam adalah istimewa, salah satu
peranannya yang istimewa adalah melalui kaum ibu, manusia dapat berkem
bang biak hingga saat ini. Jika dihubungkan dengan tiang negara, maka
kaum ibu menurut Islam akan berfungsi secara signifikan sebagai tiang
negara, bila kaum ibunya memiliki kualitas yang prima, jika tidak maka
boleh jadi negara akan roboh, karena tidak disokong dengan tiang yang
kuat dan kokoh. Inilah pentingnya pembahasan profil kaum ibu sebagai
tiang negara dalam perspektif Islam.
1Disampaikan

dalam acara Kegiatan Dharmawanita UIN SU, dengan Tema: “Peringatan
Hari Kartini”, Medan, Selasa/41 April 4345, di kantor Dharmawanita Birto Rektor UIN
SU. Jl. Willem Iskandar Pasar V Medan Estate, Medan.
1

Profil Kaum Ibu dalam Alquran dan As-Sunnah

Adalah sesuatu yang tidak dapat dinafikan bahwa mengabaikan
perempuan berarti mengabaikan setengah dari potensi masyarakat dan
melecehkan mereka berarti melecehkan seluruh manusia, karena tidak
seorang manusiapun, kecuali Nabi Adam as dan Hawa, yang tidak lahir
melalui seorang perempuan. Berdasarkan ini, maka jelaslah pentingnya
perempuan dalam kehidupan manusia.
Bahkan, Allah swt memberikan nama surat an-Nisa’ (kaum
perempuan/ kaum ibu) merupakan surat ke-4 dari urutan Alquran, sebagai
penghormatan kepada kaum perempuan . Surat ini membicarakan hal-hal
yang berhubungan dengan perempuan. Ayat pertama dalam surat an-Nisa’
menjelaskan bahwa Allah swt menciptakan manusia dari diri yang satu,
yakni dari Nabi Adam, kemudian Allah meenciptakan dari diri yang satu
pasangannya, ini mengandung makna menurut M.Quraish Shihab;
pasangan suami istri hendaknya menyatu, yakni menyatu dalam perasaan
dan pikirannya, dalam cita dan harapannya, dalam gerak dan langkahnya.2
Jika ini terwujud, maka akan terasa mudah untuk meraih berbagai cita dan
harapan yang sama-sama didambakan oleh suami istri tersebut.
Dalam suatu hadis, Rasul saw memberikan pesan kepada sahabatnya
agar berbakti kepada Ibunya, bahkan pesan itu diulanginya sampai 3 kali,
dan hanya sekali untuk ayahnya. Perhatikan hadis berikut ini;


َ363 / 81ُ - ‫صحيح البخاري‬
ٍ ِ‫حدثَ ا قُت يبةُ بن سع‬-1185
‫يد َحدثََا َج ِر ٌير َع ْن عُ َم َارَة بْ ِن الْ َق ْع َق ِاع بْ ِن ُشْب ُرَمةَ َع ْن أَِِ ُزْر َعةَ َع ْن‬
َ ُ ْ َْ َ َ َ
ِ‫أَِِ هري رَة ر ِضي ال عْ قَا َ جاء رجل إِ ََ رسوِ الِ صلى ال علَي ِ سسل َ َقا َ يارسوَ ال‬
ُ َ ُ َ َ َ َْ ُ
َ
ََُ
َُ ٌ َُ َ َ
َ ََ َْ ُ
ِ ِ ‫من أَحق ال‬
َ ‫ك قَا‬
َ ‫ص َحابَِِ قَا َ أُم‬
َ ‫ك قَا َ ُُ َم ْن قَا َ ُُ أُم‬
َ ‫ك قَا َ ُُ َم ْن قَا َ ُُ أُم‬
َ ‫اس ُِ ْس ِن‬
َ َْ
.3‫وك‬
َ ُ‫ُُ َم ْن قَا َ ُُ أَب‬


(al-Bukhari-5514): Telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa'id
telah menceritakan kepada kami Jarir dari 'Umarah bin Al Qa'qa' bin
Syubrumah dari Abu Zur'ah dari Abu Hurairah ra. dia berkata; "Seorang
laki-laki datang kepada Rasul saw. sambil berkata; "Wahai Rasulullah,
siapakah orang yang paling berhak aku berbakti kepadanya?" beliau
menjawab: "Ibumu." Dia bertanya lagi; "Kemudian siapa?" beliau
menjawab: "Ibumu." Dia bertanya lagi; "kemudian siapa lagi?" beliau

2

M.Quraish Shihah, Tafsir al-Misbah, volume 2 (Jakarta: Lentera Hati, 2010, cet.ke-3) h.400.
Abi Abdillah Muhammad bin Isma’il al-Bukhari, Al-Jami’ as-Sahih, al-Musnad min Hadis
Rasulillah saw wa Sunanihi wa Ayyamihi, Qahirah : al-Maktabah as-Salafiyah, 1400 H, juz 4, h. 86.
3

2

menjawab: "Ibumu." Dia bertanya lagi; "Kemudian siapa?" dia menjawab:
"Kemudian ayahmu." H.R.al-Bukhari.

Jelas hadis di atas memberikan pelajaran kepada manusia agar
berbakti kepada ibunya. Pertanyaannya mengapa sedemikian istimewa
diberikan oleh Rasul kepada seorang ibu? Jawabannya, perhatikan Alquran
Q.S.Luqman/31: 14:

ِِ
ِ
ِ ِ
ِ ْ ‫صالُ ُ ِِ َع َام‬
َِ ِ‫ك إ‬
َ ْ‫ْ أ َِن ا ْش ُك ْر ِِ َسل َوال َدي‬
َ ‫َسَسصْي َا اْ ِإنْ َسا َن بَِوال َديْ َََلَْت ُ أُم ُ َسْهًا َعلَى َسْه ٍن َس‬
ِ
َ41ُ‫صي‬
ُ ‫الْ َم‬

Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada kedua orang
tua (ibu-bapanya); ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah
yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. bersyukurlah
kepada Allah dan kepada kedua orang (ibu bapakmu), hanya kepada-Kulah

kembali mu.
Ayat ini memberikan gambaran betapa berat amanah yang diberikan
kepada seorang ibu. Penderitaan seorang ibu demikian berat tatkala
mengandung anaknya selama 9 bulan, setelah itu menyusuhi selama 2
tahun. Jadi, wajarlah Allah swt dan Rasul-Nya memberikan keistimewaan
tersendiri bagi seorang ibu.
Selanjutnya, dalam suatu rumah tangga yang berkualitas dan
bahagia, menurut hadis Rasul saw salah satu syaratnya adalah adanya istri
(ibu rumah tangga) yang salihah. Ini memberikan pelajaran yang sangat
berharga, rumah tangga akan sulit meraih kebahagiaan jika eksistensi ibu
rumah tangga tidak ada. Jadi, peranan kaum ibu sangat signifikan dalam
tatanan rumah tangga yang merupakan unit terkecil dari suatu negara.
Perhatikan hadis berikut ini.

َ013 / 9ُ - ‫صحيح ابن حبان‬
‫ذكر اإخبار عن اأشياء الِ هي من سعادة امرء ِ الدنيا‬
ِ
ِ ‫أَخب رنَا ُُم ٌد بن إِسحاق ب ِن إِب ر ِاهي مو‬-1304
‫الع ِزي ِز بْ ِن‬
َ ‫ َحدثََا َُُم ٌد بْ ُن َعْبد‬: َ ‫َ ثَقْي قَا‬

َ ْ َ ْ َْ ْ َ ْ ُ ْ َ ََ ْ
ِ ْْ ِ‫ضل بن موسى عن عب ِد الِ ب ِن سعِي ٍد ب ِن أَِِ ِهْد عن إ‬
‫اعْي ِل بْ ِن‬
َ َْ
ْ َْ ْ
َْ ْ َ َ ْ َ ُ ْ ُ ْ ‫ َحدثََا ال َف‬: َ ‫أَِِ َرْزَمة قَا‬
: ‫ صلى ال علي سسل‬- ِ‫ قَا َ َر ُس ْو ُ ال‬: َ ‫َُُم ٍد بْ ِن َسعِْي ٍد بْ ِن أَِِ َسقاص َع ْن أَبِْي ِ َع ْن َج ّد ِ قَا‬
ِ ‫ الْمرأَةُ الص‬:ِ‫أَربع ِمن السعادة‬
ِ
‫ َسأ َْربَ ٌع‬،ُ‫ب اَِِْء‬
ْ ‫ َس‬،‫ َسالَ َم ْس َك ُن الْ َو ِاس ُع‬،ُ‫اَِة‬
َ َ َ ْ ٌ َْ
ُ ‫ َسالْ َم ْرَك‬،‫اَْ ُار الصال ُح‬

3

ِ ‫ قا األباي‬4.ُ‫ب السوء‬
ْ :ِ‫ِم َن الش َق َاسة‬
ْ ‫ َسالْ َم ْس َك ُن‬،ُ‫ َسالْ َمرأَةُ السوء‬،ُ‫اَْ ُار السوء‬
ُ ‫ َسالْ َم ْرَك‬،‫الضي ُق‬

: 905 / 1 "‫"السلسلة الصحيحة‬

“Muhammad bin Ishaq bin Ibrahim bekas budak keluarga saqif
mengabarkan kepada kami (Ibnu Hibban), dia berkata, Muhammad bin
Abdul ‘Aziz bin Abi Zarmah menceritakan kepada kami, dia berkata, AlFadl bin Musa menceritakan kepada kami, dari Abdullah bin Sa’id bin Abi
Hind, dari Isma’il bin Muhammad bin Sa’id bin Abi Waqqas, dari ayahnya,
dari kakeknya, dia berkata, Rasul saw. bersabda, “Ada empat kebahagiaan
(dalam rumah tangga): istri yang salihah, rumah yang luas, tetangga yang
salih, dan kenderaan yang nyaman. Ada empat kesengsaraan: tetangga yang
buruk, istri yang buruk (perangainya), rumah yang sempit (hatinya), dan
kenderaan yang buruk (tidak bertakwa).”H.R.Ibn Hibban, dalam Sahihnya.
Al-Albani mencantumkan hadis ini dalam bukunya: Silsilah as-Sahihah.
Hadis di atas memberikan pelajaran bahwa kebahagiaan suatu rumah
tangga itu di antara syaratnya setidaknya ada 4, yaitu:
1. Istri yang salihah (memiliki iman, ilmu, dan amal salih )
2. Rumah yang luas, (hati luas atau berjiwa besar)
3. Tetangga yang baik (salih), (tidak jahat)
4. kenderaan yang nyaman, (memiliki kenderaan takwa )
Adapun kesengsaraan dalam suatu rumah tangga di antaranya juga
ada 4, yaitu:

1. Tetangga yang buruk, (perangainya)
2. Istri yang buruk (perangainya)
3. Rumah yang sempit (hati/jiwanya), dan
4. Kenderaan yang buruk (tidak bertakwa).
Berkenaan dengan kaum wanita (ibu), dalam suatu hadis ditegaskan
oleh Rasul saw bahwa dunia ini merupakan perhiasan, sebaik-baik perhia
san adalah wanita yang salihah:

َ097 / 7ُ - ‫صحيح مسل‬
ُ‫يد َحدثََا َحْي َوة‬
َ ‫ َحدثَِِ َُُم ُد بْ ُن َعْب ِد الِ بْ ِن ٍَُْي اَْْم َد ِاي َحدثََا َعْب ُد الِ بْ ُن يَِز‬-4149
ِ ْ ‫يك أَن َِْع أَبا عب ِد الر َْ ِن‬
ٍ
ِ
ِ ْ‫أ‬
َ‫ّث َع ْن َعْب ِد الِ بْ ِن َع ْم ٍرسأَن َر ُسو‬
ُ ‫اُِبُلي َُُد‬
َ
َْ َ َ ُ ‫يل بْ ُن َش ِر‬
ُ ‫َخبَ َري ُشَر ْحب‬

ِ ‫الِ صلى ال علَي ِ سسل قَا َ الدنْيا متاع سخي ر متا ِع الدنْيا الْمرأَةُ الص‬
.ُ‫اَِة‬
ََ ُ ْ َ َ ٌ ََ َ
َْ َ
َ ََ َْ ُ َ
Al-Amir ‘Ala ad-Din ‘Aliy bin Balban al-Faris, Sahih Ibn Hibban bi Tartib Ibn Balban, Jilid 9,
(Beirut: Muassasah ar-Risalah,1414 H/1993 M) h. 340-341.
4

4

(Muslim-1469): Telah menceritakan kepadaku Muhammad bin Ab dullah
bin Numair Al-Hamdani telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Ya
zid telah menceritakan kepada kami Haiwah telah mengabarkan kepadaku
Syurahbil bin Syarik bahwa dia pernah men dengar Abu Abdurrahman AlHubuli telah bercerita dari Abdullah bin 'Amru bahwasannya Rasul saw.
bersabda: "Dunia adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan adalah wanita
salihah."H.R.Muslim.5
Alquran memberikan dorongan kepada, baik lelaki (kaum bapak)
maupun perempuan (kaum ibu), jika mau mendapat kehidupan yang baik
(berkualitas) dalam kehidupan di dunia ini, maka harus memiliki keimanan

dan amal kebaikan (salih). Perhatikan Q.S.an-Nahl/16: 97-100:

ِ
ِ ِ ‫من ع ِمل‬
‫َح َس ِن َما‬
ْ ‫َجَرُه ْ بِأ‬
ْ ‫صاًِا م ْن ذَ َك ٍر أ َْس أُنْثَى َسُه َو ُم ْؤم ٌن َلَُ ْحيِيَ ُ َحيَاةً طَيّبَةً َسلََ ْج ِزيَ ُه ْ أ‬
َ َ َ َْ
َ97ُ ‫ن‬
َ ‫َكانُوا يَ ْع َملُو‬

Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki mau pun
perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya pasti Kami
(Allah) berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan
Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa
yang telah mereka kerjakan.
Pandangan Islam terhadap Kaum Ibu sebagai Tiang Negara

Kata tiang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, diartikan di
antaranya; tonggak panjang untuk menyokong atau menyangga (atap,
lantai, jembatan dan sebagainya); sesuatu yang menjadi pokok kekuatan,
penghidupan dan sebagainya.6 Dari pengertian ini, yang langsung berkaitan
dengan makalah, maka dapat diambil pengertian bahwa tiang merupakan
sesuatu yang menjadi pokok kekuatan dan penghidupan.
Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat dikatakan bahwa kaum
ibu sebagai tiang negara, maknanya kaum ibu adalah salah satu yang
menjadi pokok kekuatan dan penghidupan suatu negara. Dapat diartikan
pula jika kaum ibunya lemah maka akan lemahlah negara tersebut,
demikian sebaliknya, jika kaum ibunya kuat dan berkualitas, maka negara
Al-Imam Abi al-Husain Muslim al-Hajjaj ibn Muslim al-Qusyairiy an-Naisaburiy, al-Jami’ asSahih, juz 4 (T.TP: TP, TT), h.178. atau lihat juga pada : Fadilah asy-Syaikh Salih bin ‘Abd al-‘Aziz bin
Muhammad bin Ibrahim, Mausu’ah al-Hadis asy-Syarif Kutub as-Sittah, ar-Riyad: Dar as-Salam,
1421H/2000, h. 926.
6
Departemen Pendidikan Nasional, Kamu Besar Bahasa Indonesia , Edisi Keempat (Jakarta :
Gramedia Pustaka Utama, 2008), h.1459.
5

5

tersebut akan kuat dan berrkualitas. Ini menunjukkan penting peranan
kaum ibu sebagai tiang dalam suatu negara.
Oleh karenanya, Islam memberikan dorongan kepada kaum ibu dan
yang menjadi mitranya, yakni kaum bapa (laki-laki) agar senantiasa
meningkatkan kualitas kaum ibu dalam kehidupannya. Usaha
meningkatkan kualitas kaum ibu dalam suatu negara dimulai dari unit
terkecilnya, yaitu keluarga.
Dalam Islam gambaran profil kaum ibu agar berfungsi maksimal
sebagai tiang negara, mestilah berkualitas baik lahir maupun batin. Kualitas
lahir tentunya badannya sehat dengan memberikan makanan yang halal dan
bergizi, sedangkan kulitas batin atau jiwa adalah diisi dengan iman, ilmu
dan amal salih. Jika ini terpenuhi, maka terpenuhilah kaum ibu sebagai
tiang negara. Kualitas lahir dan batin ini tidak bisa dipisahkan satu sama
lain harus menyatu. Jadi, profil kaum ibu bisa menjadi tiang negara yang
kokoh, kalau mereka mampu mewujudkan dalam keluarga sakinah,
mawadddah, warahmah. Jika tidak maka negara kehilangan tiangnya.
Sebab keluarga adalah unit terkecil dalam suatu negara.
Penjelasan tentang sakinah, mawadddah, warahmah sebagai berikut:
Sakinah : ialah sifat khusus yang menunjukkan bahwa orang yang memili

kinya mampu menguasai gejolak hati dan perasaannya serta mampu me
ngendalikannya. Iman merupakan faktor utama yang dapat membuat se
seorang mencapai kebahagiaan. Hal inilah yang akan dirasakan di dalam
jiwanya semua ini dampak dorongan iman.7 Ayat tentang istilah sakinah
dalam Alquran terdapat dalam Q.S.al-Fath/48:4:

ِ ‫وب الْم ْؤِمِْ لِي زدادسا إِمَانًا مع إِمَاِِِ سلِل ِ جُود السماس‬
ِ َ ‫إ هو ال ِذي أَنْزَ ال‬
‫ات‬
ُ َ ْ َ َ ُ ِ ُ‫سكينَةَ ِِ قُل‬
َ
ََ
ََ ُ ُ َ ْ
َُ
ِ
ِ
ِ ‫َساأ َْر‬
َ1ُ ‫يما‬
ً ‫يما َحك‬
ً ‫ض َسَكا َن الُ َعل‬

Dia-lah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang
mukmin supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka
(yang telah ada). Dan kepunyaan Allah-lah tentara langit dan bumi dan
adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.
Mawaddah ialah jenis cinta membara, yang menggebu-gebu kasih sayang
pada lawan jenisnya (dapat dikatakan mawaddah ini ialah cinta yang

didukung oleh kekuatan nafsu seseorang pada lawan jenisnya). Karena itu,
Lihat, Tim Penulis Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah, Tuntunan Menuju Keluarga Sakinah Edisi Revisi
(Yogyakarta : Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah, 2014), h. 9-12.
7

6

setiap makhluk Allah diberikan sifat ini, mulai dari hewan sampai
manusia. Mawaddah cinta yang lebih condong pada material seperti cinta
karena kecantikan, ketampanan, jasmani yang menggoda, cinta pada harta
benda, dan lain sebagainya. Mawaddah itu sinonimnya adalah mahabbah
yang artinya cinta dan kasih sayang.8
Rahmah adalah jenis cinta kasih sayang yang lembut, siap berkorban untuk
menafkahi dan melayani dan siap melindungi kepada yang dicintai.
Rahmah lebih condong pada sifat qolbiyah atau suasana batin yang
terimplementasikan pada belaian kasih sayang, seperti cinta tulus, kasih
sayang, rasa memiliki, membantu, menghargai, rasa rela berkorban, yang
terpancar dari cahaya iman. Sifat rahmah ini akan muncul manakala niatan
pertama saat melangsungkan pernikahan ialah karena mengikuti perintah
Allah dan sunnah Rasul-Nya serta bertujuan hanya untuk mendapatkan rida
Allah swt.9 ayat tentang gambaran mawaddah warahmah, disebutkan
dalam Q.S.ar-Rum/30:21:

ِ
ِ
ِِ ِ
ِِ ‫اجا لِتَ ْس ُكُوا إِلَْي َها َس َج َع َل بَْي َ ُك ْ َم َودةً َسَر ََْةً إِن‬
ً ‫َسم ْن آيَات أَ ْن َخلَ َق لَ ُك ْ م ْن أَنْ ُفس ُك ْ أ َْزَس‬
ِ
ٍ ‫ك آي‬
َ44ُ ‫ات لَِق ْوٍم يَتَ َفكرس َن‬
َ َ ‫َذل‬
ُ

Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu
istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram
kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesung
guhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi ka
um yang berpikir.
Penutup
Unit terkecil suatu bangsa adalah keluarga. Karena, bangsa dalam
suatu negara adalah kumpulan dari berbagai masyarakat yang ada dalam
negara tersebut, sedangkan masyarakat adalah kumpulan dari berbagai
keluargai dalam suatu lingkungan masyarakat. Dalam suatu keluarga,
peranan istri (sebagai ibu rumah tangga) adalah sangat signifikan.
Berdasarkan ini, maka peranan kaum ibu sebagai tiang negara sangat
signifikan dalam mewujudkan kualitas bangsa dalam suatu negara.
Jadi, profil kaum ibu bisa menjadi tiang negara yang kokoh, Islam
memberikan gambarannya kalau mereka (kaum ibunya) mampu mewujud
kan dalam keluarga sakinah, mawadddah, warahmah. Jika tidak maka
negara kehilangan tiangnya. Kalau negara kehilangan tiangnya tunggulah
keruntuhannya. Sebab keluarga adalah unit terkecil dalam suatu negara.

8
Lihat: Tim Penulis Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah, Tuntunan Menuju Keluarga Sakinah Edisi Revisi
(Yogyakarta : Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah, 2014), h. 9- 18.
9
Ibid.

7

Bibliografi
Abi Abdillah Muhammad bin Isma’il al-Bukhari, Al-Jami’ as-Sahih, alMusnad min Hadis Rasulillah saw wa Sunanihi wa Ayyamihi,
Qahirah : al-Maktabah as-Salafiyah, 1400 H, juz 4.
Al-Amir ‘Ala ad-Din ‘Aliy bin Balban al-Faris, Sahih Ibn Hibban bi Tartib
Ibn Balban, Jilid 9, Beirut: Muassasah ar-Risalah,1414 H/1993 M.
Departemen Pendidikan Nasional, Kamu Besar Bahasa Indonesia , Edisi
Keempat, Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2008.
Fadilah asy-Syaikh Salih bin ‘Abd al-‘Aziz bin Muhammad bin Ibrahim,
Mausu’ah al-Hadis asy-Syarif Kutub as-Sittah, ar-Riyad: Dar asSalam, 1421H/2000.
M.Quraish Shihah, Tafsir al-Misbah,volume, 2, Jakarta: Lentera Hati,
2010, cet.ke-3.
Tim Penulis Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah, Tuntunan Menuju Keluarga
Sakinah Edisi Revisi, Yogyakarta : Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah, 2014.

8