MAKALAH KOMUNIKASI ANTARPERSONAL dengan BAHASA
MAKALAH KOMUNIKASI ANTARPERSONAL
BAHASA DALAM KOMUNIKASI
KELOMPOK IV:
1.
2.
3.
4.
5.
Intan Permatasari
Chalimatus Sadiah
Anggraini Dwi Nastiti
Larasati Nancy
Diva Septiana
1543010006
1543010055
1543010099
1543010100
1543010112
ILMU KOMUNIKASI B
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR
2016
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PERMASALAHAN
BAB III
PEMBAHASAN
I. BAHASA VERBAL DAN NON-VERBAL
1. KOMUNIKASI VERBAL
Komunikasi verbal adalah komunikasi yang menggunakan kata-kata
dalam bentuk lisan maupun tulisan. Komunikasi ini paling banyak dipakai dalam
hubungan antar manusia. Melalui kata-kata, mereka mengungkapkan perasaan,
emosi, pemikiran atau gagasan mereka, menyampaikan fakta, data dan informasi,
saling bertukar perasaan dan pemikiran. Dalam komunikasi verbal, bahasa juga
memegang peranan penting.
Beberapa pengertian komunikasi verbal menurut para ahli adalah sebagai
berikut:
a. Deddy Mulyana (2005)
Komunikasi verbal adalah semua jenis simbol yang menggunakan satu kata
atau lebih. Bahasa dapat juga dianggap sebagai sistem kode verbal.
b. Harold Lasswell
Komunikasi verbal yaitu suatu proses komunikasi dengan menggunakan
simbol atau lambang-lambang.
Bahasa menjadi unsur penting dalam komunikasi verbal, yaitu:
Pada dasarnya bahasa adalah suatu sistem lambang yang memungkinkan
orang berbagi makna. Dalam komunikasi verbal, lambang bahasa yang digunakan
adalah bahasa verbal, baik lisan, tertulis pada kertas maupun elektronik.
Fungsi bahasa yang mendasar aadalah untuk menamai atau menjuluki
orang, objek dan peristiwa. Menurut Larry L Barker, bahasa memiliki tiga fungsi,
yaitu:
a. Penamaan (labeling)
b. Interaksi
c. Transmisi infromasi
2. KOMUNIKASI NON-VERBAL
Komunikasi Non-verbal adalah komunikasi yang pesannya dikemas dalam
bentuk non-verbal, tanpa kata-kata. Dalam kehidupan, komunikasi non-verbal
jauh lebih banyak digunakan dibandingkan dengan komunikasi verbal. Dalam
berkomunikasi hampir secara otomatis komunikasi non-verbal ikut terpakai, oleh
karena itu komunikasi non-verbal bersifat tetap dan selalu ada.
Komunikasi non-verbal dapat berupa bahasa tubuh, tanda (sign), tindakan
atau perbuatan (action) dan objek (object).
a. Bahasa Tubuh
Bahasa tubuh berupa raut wajah, gerak kepala, gerak tangan, gerak gerik
tubuh, isi hati, isi pikiran dan sikap orang.
b. Tanda
Dalam komunikasi non-verbal tanda manggantikan kata-kata, misalnya
rambu-rambu lalu lintas, bunyi peluit dalam sebuah aba-aba, dsb.
c. Tindakan atau Perbuatan
Tindakan atau perbuatan sebenarnya tidak khusus dimaksudkan untuk
menggantikan kata-kata melainkan dapat menghantarkan sebuah makna.
Misalnya, menggebrak meja ketika sedang dalam sebuah pembicaraan,
menutup pintu keras-keras pada saat memasuki kamar. Semua itu
mengandung makna tersendiri.
d. Objek
Objek dalam komunikasi non-verbal juga tidak mengganti kata, melainkan
hanya menyampaikan arti tertentu. Misalnya, pakaian, aksesoris, perabot
rumah, harta benda ddan hadiah.
II. KEMAMPUAN SIMBOLIS
1. Bahasa Membentuk Definisi
Kemampuan simbolis yang paling dasar adalah definisi. Kita menggunakan
simbol menjelaskan pengalaman, orang lain, innteraksi, perasaan dan pikiran.
2. Bahasa Membentuk Persepsi
Ketika memberikan label pada seseorang, kita memfokuskan perhatian pada
aspek tertentu dalam dirinya. Oleh karena itu, kita mengabaikan aspek yang lain.
3. Bahasa mampu Memfokuskan Persepsi
Fokus dalam persepsi (totalizing) terjadi ketika kita merespon orang lain degnan
menggunakan satu label yang benra-benar menggambarkan diri mereka secara
keseluruhan. Kita mencocokkan satu simbol untuk mendefinisikan seseorang,
tetapi tidak melihat pada simbol lainnya.
4. Bahasa Mempengaruhi Hubungan Interpersonal
Simbol yang digunakan untuk menjelaskan
hubungan
interpersonal
mempengaruhi bagaimana kita berfikir dan bertindak terhadap perilaku tersebut.
5. Bahasa Bersifat Evaluatif
Kita paham bahwa bahasa ttidak bersifat obyektif dan netral. Bahasa syarat
dengan pemaknaan. Ini adalah prinsip dasar dalam berbahasa. Jadi, kata tertentu
yang digunakan dalam komunikasi ikut membentuk persepsi kita pada orang lain.
6. Bahasa Merefleksikan dan Membentuk Persepsi
Kita cenderung mendeskripsikan orang lain yang disukai dengan menekankan
pada kelebihan mereka dan menghindari percakapan mengenai kekurangan
mereka. Anda cenderung melekatkan kata yang berbeda untuk satu sikap yang
sama pada orang lain dan orang yang anda sukai.
7. Perubahan Makna dalam Bahasa
Terdapat istilah dalam komunikasi yang disebut dengan loaded language, yaitu
persepsi
terhadap kata yang benar-benar menyimpang dari makna aslinya.
Misalnya, istilah geezer (nenek) dan old fogey (orang kolot) cenderung digunakan
sebagai bahasa yang merendahkan pengemis-pengemis tua. Sebaliknya, orangorang yang dihormati kerap dipanggil dengan istilah senior citizen dan older
person.
8. Bahasa Dapat Merendahkan Martabat Orang Lain
Bahasa dapat juga digunakan untuk merendahkan martabat orang lain. Biasanya,
anak-anak saling mengejek dengan menjelek-jelekkan nama teman-temannya.
Orang dewasa pun juga kerap melakukannya. Salah satu bentuk ejekan ini disebut
hate speech, yaitu bahasa yang secara
radikal digunakan untuk menyerang
kelompok tertentu. Karena bahasa dapat membentuk persepsi, maka kita harus
menggunakannya dengan bertanggung jawab. Gunakan bahasa yang sopan dan
beretika untuk menciptakan toleransi antar masyarakat.
9. Bahasa Mengorganisasi Persepsi
Kita menggunakan simbol untuk mengorganisasi persepsi. Proses tersebut
mempengaruhi makna yang kita ciptakan. Misalnya, karakter seorang teman yang
anda jadikan prototipe akan mempengaruhi bagaimana penilaian anda terhadap
teman lain.
10. Bahasa Membentuk Pikiran Abstrak
Kemampuan bahasa untuk mengorganisasi sesuatu membuat manusia dapat
berpikir abstrak. Berpikiran abstrak sama artinya dengan melihat sesuatu dari
konsep umum. Jadi, kita tidak terlalu mempertimbangkan objek yang spesifik.
11. Bahasa Dapat Membentuk Stereotipe
Kemampuan manusia untuk berpikir abstrak juga dapat mendistorsi pikiran. Salah
satu contohnya adalah ketika anda melakukan stereotipe, yaitu melekatkan
karakteristik kelompok untuk semua anggota kelompok tersebut. Stereotipe dapat
muncul dalam persepsi negatif atau positif dan diberikan berdasarkan pengalaman
pribadi seseorang pada sejumlah kategori/kelompok.
12. Bahasa Membentuk Pemikiran Hipotesa
Kemampuan berpikir hipotesis membuat manusia mampu berimajinasi,
mengingat, merumuskan tujuan dan membuat alternatif pemecahan masalah.
a. Anda Dapat Berpikir di Luar Situasi Konkret dengan Segera
Kita dapat merenungkan hal-hal yang sebenarnya tidak benar-benar ada dan
kita dapat mengingat kejadian di masa lalu, kemudian merefleksikannya di
masa depan. Kemampuan untuk membayangkan kemungkinan yang belum
ada menjelaskan mengapa kita membuat tujuan dan berusaha meraihnya
(Dixson & Duck, 1993).
b. Kita Tinggal di Tiga Dimensi Waktu
Hipotesis juga membuat kita hidup tidak hanya di masa sekarang. Kita
dimasukkan pengetahuan dari sejarah kita dan rencana masa depan pada
kehidupan sekarang. Masa lalu dan masa depan mempengaruhi pengalaman
kita di masa sekarang.
13. Bahasa Merefleksikan Diri Sendiri
Kita menggunakannya untuk merefleksikan diri sendiri.
a. Refleksi Diri Membuat Kita Dapat Mengontrol Komunikasi
Refleksi mampu juga memberdayakan kita untuk mengawasi diri sendiri.
Saat berinteraksi dengan orang lain dari kebudayaan berbeda, kita memonitor
diri dengan mengingat bahwa mereka mungkin memiliki nilai dan aturan
komunikasi yang berbeda. Refleksi diri membantu kita untuk memonitor
komunikasi dan mengaturnya agar lebih efektif.
b. Refleksi Diri Membantu kita Mengelola Citra
Kebanyakan dari kita bekerja keras untuk dipersepsikan dengan cara tertentu.
Kita ingin hadir dengan “wajah” tertentu di pertemuan interpersonal (TingToomey, 1988). Karena merefleksikan diri dari perspektif sosial, kita dapat
mengadaptasi komunikasi, sehingga kita tampil lebih positifdi mata orang
lain.
III. PRINSIP – PRINSIP DALAM KOMUNIKASI VERBAL
1. Bahasa dan Budaya Saling Berkaitan
Proses komunikasi merfleksikan nilai dan perspektif dalam kebudayaan.
Komunikasi juga dapat membentuk dan memproduksi kebudayaan. Nama – nama
yang diberikan dalam kebudayaan mencerminkan keyakinan yang ada disana.
Contoh pemahaman bahasa beberapa suku Indian punya kata yang berbeda untuk
menyatakan “air di alam” dengan “air di dalam wadah”. Sementara bahasa
Inggris hanya mengenal satu istilah saja, yaitu air (water).
2. Makna Bahasa Bersifat Subjektif
Makna dari setiap kata tidak pernah mutlak. Kita menciptakan makna
dengan ketika berinteraksi dengan orang lain. Proses menciptakan makna bersifat
simbolis karena kita mengandalkan pada makna kata dan objek lainnya.
3. Penggunaan Bahasa Dipandu oleh Aturan
Komunikasi verbal dibentuk oleh aturan tak tertulis. Seperti mengatur cara
pengucapan kalimat dan struktur kalimat. Terdapat 2 aturan yang menentukan
komunikasi. Pertama adalah aturan regulatif, yang menentukan apa, di mana,
bagaimana, dan dengan siapa kita berkomunikasi. Misalnya, beberapa keluarga
punya peraturan tidak boleh berbicara ketika makan. Aturan Konstitutif
menentukan bagaimana cara kita memaknai perbedaan komunikasi antarbudaya.
Kita belajar bagaimana cara menghormati (memberikan perhatian), persahabatan
(tersenyum), afeksi (pelukan), dan profesionalitas (tepat waktu).
4. Siklus Komunikasi Membentuk Makna
Ketika menulis, kita menggunakan koma, titik, dan titik koma untuk
menjelaskan di mana kalimat berhenti dan dimulai. Tujuannya agar kalimat bisa
dipahami oleh orang lain. Begitu pula dalam komunikasi interpersonal, tanda
baca (disebut dengan siklus) mendefinisikan kapan sebuah interaksi diawali dan
diakhiri.
IV. PRINSIP – PRINSIP KOMUNIKASI NONVERBAL
1. Komunikasi Non-verbal Dapat Mendukung atau Menggantikan Komunikasi
Verbal
Ada 5 cara di mana perilaku non-verbal berinteraksi dengan komunikasi
verbal. Pertama, perilaku nonverbal dapat mengulangi pesan verbal. Contohnya
berkata “ya” sambil menganggukkan kepala. Kedua, perilaku nonverbal dapat
memperjelas komunikasi komunikasi verbal. Contohnya, dengan menekankan
kata-kata tertentu dengan keras. Ketiga, menggunakan perilaku non-verbal untuk
melengkapi atau menambah kata. Saat bertemu teman mengucapkan “senang
bertemu anda” sambil memeluk. Keempat, perilaku nonverbal berkontradiksi
dengan pesan verbal, seperti saat seorang mengucapkan “tidak ada yang salah”
dalam nada bicara yang bermusuhan. Kelima, menggantikan perilaku nonverbal
dengan verbalisasi. Contohnya, memutar mata mengindikasikan tidak setuju pada
sesuatu.
2. Komunikasi Nonverbal Mengatur Interaksi
Perilaku nonverbal mengatur kelancaran komunikasi antar-individu. Dalam
percakapan, kita biasanya tahu kapan saatnya seseorang berbicara dan kapan saat
kita berbicara. Kita memberi tanda saat tidak mau diinterupsi dengan
mengalihkan pandangan mata atau dengan mengatur volume dan kecepatan
bicara untuk menghilangkan interupsi tersebut
3. Komunikasi Non-verbal Sering kali Membangun Tingkatan Makna
Hubungan
Komunikasi non-verbal dapat menyampaikan tiga dimensi dari tingkat
makna hubungan, yaitu:
a. Responsif
Satu dimensi dari tingkat makna hubungan yang sering kali disampaikan oleh
komunikasi nonv-erbal. Dalam interaksi positif bisa seperti bertatap muka,
tersenyum, anggukan kepala dan sikap badan penuh perhatian. Untuk
mengekspresikan kurang tertarik, kita dapat membungkuk atau menurunkan
kontak mata.
b. Menyukai
Dimensi kedua dari makna hubungan adalah menyukai. Senyuman dan
sentuhan yang bersahabat mengindikasikan perasaan yang positif, sedangkan
wajah yang merengut mengekspresikan antagonisme.
c. Kekuasaan
Dimensi ketiga dari tingkatan makna hubungan adalah kekuasaan. Kita
menggunakan perilaku nonverbal untuk menyatakan dominansi dan untuk
negoisasi status serta memengaruhi. Contoh atasan yang lebih menekan
sekretarisnya daripada sebaliknya.
4. Komunikasi Non-verbal Merefleksikan dan Menunjukkan Nilai-nilai
Budaya
Seperti komunikasi verbal, pola nonverbal merefleksikan budaya tertentu.
Contohnya, ketika berjalan lalu tiba-tiba menabrak orang kita pasti membungkuk
untuk meminta maaf .
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA
Wood, T. Julia. 2013. Komunikasi Interpersonal Interaksi Keseharian Edisi 6. Jakarta:
Salemba Humanika.
Mulyana, Deddy. 2008. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
file:///D:/kap/Makalah%20Komunikasi%20Verbal%20dan%20Non%20Verbal
%20dalam%20Hubungan%20Interpersonal%20_%20Tugas%20Kuliahku.htm
diunduh pada Minggu 11 September 2016 pukul 21.30 WIB
BAHASA DALAM KOMUNIKASI
KELOMPOK IV:
1.
2.
3.
4.
5.
Intan Permatasari
Chalimatus Sadiah
Anggraini Dwi Nastiti
Larasati Nancy
Diva Septiana
1543010006
1543010055
1543010099
1543010100
1543010112
ILMU KOMUNIKASI B
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR
2016
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PERMASALAHAN
BAB III
PEMBAHASAN
I. BAHASA VERBAL DAN NON-VERBAL
1. KOMUNIKASI VERBAL
Komunikasi verbal adalah komunikasi yang menggunakan kata-kata
dalam bentuk lisan maupun tulisan. Komunikasi ini paling banyak dipakai dalam
hubungan antar manusia. Melalui kata-kata, mereka mengungkapkan perasaan,
emosi, pemikiran atau gagasan mereka, menyampaikan fakta, data dan informasi,
saling bertukar perasaan dan pemikiran. Dalam komunikasi verbal, bahasa juga
memegang peranan penting.
Beberapa pengertian komunikasi verbal menurut para ahli adalah sebagai
berikut:
a. Deddy Mulyana (2005)
Komunikasi verbal adalah semua jenis simbol yang menggunakan satu kata
atau lebih. Bahasa dapat juga dianggap sebagai sistem kode verbal.
b. Harold Lasswell
Komunikasi verbal yaitu suatu proses komunikasi dengan menggunakan
simbol atau lambang-lambang.
Bahasa menjadi unsur penting dalam komunikasi verbal, yaitu:
Pada dasarnya bahasa adalah suatu sistem lambang yang memungkinkan
orang berbagi makna. Dalam komunikasi verbal, lambang bahasa yang digunakan
adalah bahasa verbal, baik lisan, tertulis pada kertas maupun elektronik.
Fungsi bahasa yang mendasar aadalah untuk menamai atau menjuluki
orang, objek dan peristiwa. Menurut Larry L Barker, bahasa memiliki tiga fungsi,
yaitu:
a. Penamaan (labeling)
b. Interaksi
c. Transmisi infromasi
2. KOMUNIKASI NON-VERBAL
Komunikasi Non-verbal adalah komunikasi yang pesannya dikemas dalam
bentuk non-verbal, tanpa kata-kata. Dalam kehidupan, komunikasi non-verbal
jauh lebih banyak digunakan dibandingkan dengan komunikasi verbal. Dalam
berkomunikasi hampir secara otomatis komunikasi non-verbal ikut terpakai, oleh
karena itu komunikasi non-verbal bersifat tetap dan selalu ada.
Komunikasi non-verbal dapat berupa bahasa tubuh, tanda (sign), tindakan
atau perbuatan (action) dan objek (object).
a. Bahasa Tubuh
Bahasa tubuh berupa raut wajah, gerak kepala, gerak tangan, gerak gerik
tubuh, isi hati, isi pikiran dan sikap orang.
b. Tanda
Dalam komunikasi non-verbal tanda manggantikan kata-kata, misalnya
rambu-rambu lalu lintas, bunyi peluit dalam sebuah aba-aba, dsb.
c. Tindakan atau Perbuatan
Tindakan atau perbuatan sebenarnya tidak khusus dimaksudkan untuk
menggantikan kata-kata melainkan dapat menghantarkan sebuah makna.
Misalnya, menggebrak meja ketika sedang dalam sebuah pembicaraan,
menutup pintu keras-keras pada saat memasuki kamar. Semua itu
mengandung makna tersendiri.
d. Objek
Objek dalam komunikasi non-verbal juga tidak mengganti kata, melainkan
hanya menyampaikan arti tertentu. Misalnya, pakaian, aksesoris, perabot
rumah, harta benda ddan hadiah.
II. KEMAMPUAN SIMBOLIS
1. Bahasa Membentuk Definisi
Kemampuan simbolis yang paling dasar adalah definisi. Kita menggunakan
simbol menjelaskan pengalaman, orang lain, innteraksi, perasaan dan pikiran.
2. Bahasa Membentuk Persepsi
Ketika memberikan label pada seseorang, kita memfokuskan perhatian pada
aspek tertentu dalam dirinya. Oleh karena itu, kita mengabaikan aspek yang lain.
3. Bahasa mampu Memfokuskan Persepsi
Fokus dalam persepsi (totalizing) terjadi ketika kita merespon orang lain degnan
menggunakan satu label yang benra-benar menggambarkan diri mereka secara
keseluruhan. Kita mencocokkan satu simbol untuk mendefinisikan seseorang,
tetapi tidak melihat pada simbol lainnya.
4. Bahasa Mempengaruhi Hubungan Interpersonal
Simbol yang digunakan untuk menjelaskan
hubungan
interpersonal
mempengaruhi bagaimana kita berfikir dan bertindak terhadap perilaku tersebut.
5. Bahasa Bersifat Evaluatif
Kita paham bahwa bahasa ttidak bersifat obyektif dan netral. Bahasa syarat
dengan pemaknaan. Ini adalah prinsip dasar dalam berbahasa. Jadi, kata tertentu
yang digunakan dalam komunikasi ikut membentuk persepsi kita pada orang lain.
6. Bahasa Merefleksikan dan Membentuk Persepsi
Kita cenderung mendeskripsikan orang lain yang disukai dengan menekankan
pada kelebihan mereka dan menghindari percakapan mengenai kekurangan
mereka. Anda cenderung melekatkan kata yang berbeda untuk satu sikap yang
sama pada orang lain dan orang yang anda sukai.
7. Perubahan Makna dalam Bahasa
Terdapat istilah dalam komunikasi yang disebut dengan loaded language, yaitu
persepsi
terhadap kata yang benar-benar menyimpang dari makna aslinya.
Misalnya, istilah geezer (nenek) dan old fogey (orang kolot) cenderung digunakan
sebagai bahasa yang merendahkan pengemis-pengemis tua. Sebaliknya, orangorang yang dihormati kerap dipanggil dengan istilah senior citizen dan older
person.
8. Bahasa Dapat Merendahkan Martabat Orang Lain
Bahasa dapat juga digunakan untuk merendahkan martabat orang lain. Biasanya,
anak-anak saling mengejek dengan menjelek-jelekkan nama teman-temannya.
Orang dewasa pun juga kerap melakukannya. Salah satu bentuk ejekan ini disebut
hate speech, yaitu bahasa yang secara
radikal digunakan untuk menyerang
kelompok tertentu. Karena bahasa dapat membentuk persepsi, maka kita harus
menggunakannya dengan bertanggung jawab. Gunakan bahasa yang sopan dan
beretika untuk menciptakan toleransi antar masyarakat.
9. Bahasa Mengorganisasi Persepsi
Kita menggunakan simbol untuk mengorganisasi persepsi. Proses tersebut
mempengaruhi makna yang kita ciptakan. Misalnya, karakter seorang teman yang
anda jadikan prototipe akan mempengaruhi bagaimana penilaian anda terhadap
teman lain.
10. Bahasa Membentuk Pikiran Abstrak
Kemampuan bahasa untuk mengorganisasi sesuatu membuat manusia dapat
berpikir abstrak. Berpikiran abstrak sama artinya dengan melihat sesuatu dari
konsep umum. Jadi, kita tidak terlalu mempertimbangkan objek yang spesifik.
11. Bahasa Dapat Membentuk Stereotipe
Kemampuan manusia untuk berpikir abstrak juga dapat mendistorsi pikiran. Salah
satu contohnya adalah ketika anda melakukan stereotipe, yaitu melekatkan
karakteristik kelompok untuk semua anggota kelompok tersebut. Stereotipe dapat
muncul dalam persepsi negatif atau positif dan diberikan berdasarkan pengalaman
pribadi seseorang pada sejumlah kategori/kelompok.
12. Bahasa Membentuk Pemikiran Hipotesa
Kemampuan berpikir hipotesis membuat manusia mampu berimajinasi,
mengingat, merumuskan tujuan dan membuat alternatif pemecahan masalah.
a. Anda Dapat Berpikir di Luar Situasi Konkret dengan Segera
Kita dapat merenungkan hal-hal yang sebenarnya tidak benar-benar ada dan
kita dapat mengingat kejadian di masa lalu, kemudian merefleksikannya di
masa depan. Kemampuan untuk membayangkan kemungkinan yang belum
ada menjelaskan mengapa kita membuat tujuan dan berusaha meraihnya
(Dixson & Duck, 1993).
b. Kita Tinggal di Tiga Dimensi Waktu
Hipotesis juga membuat kita hidup tidak hanya di masa sekarang. Kita
dimasukkan pengetahuan dari sejarah kita dan rencana masa depan pada
kehidupan sekarang. Masa lalu dan masa depan mempengaruhi pengalaman
kita di masa sekarang.
13. Bahasa Merefleksikan Diri Sendiri
Kita menggunakannya untuk merefleksikan diri sendiri.
a. Refleksi Diri Membuat Kita Dapat Mengontrol Komunikasi
Refleksi mampu juga memberdayakan kita untuk mengawasi diri sendiri.
Saat berinteraksi dengan orang lain dari kebudayaan berbeda, kita memonitor
diri dengan mengingat bahwa mereka mungkin memiliki nilai dan aturan
komunikasi yang berbeda. Refleksi diri membantu kita untuk memonitor
komunikasi dan mengaturnya agar lebih efektif.
b. Refleksi Diri Membantu kita Mengelola Citra
Kebanyakan dari kita bekerja keras untuk dipersepsikan dengan cara tertentu.
Kita ingin hadir dengan “wajah” tertentu di pertemuan interpersonal (TingToomey, 1988). Karena merefleksikan diri dari perspektif sosial, kita dapat
mengadaptasi komunikasi, sehingga kita tampil lebih positifdi mata orang
lain.
III. PRINSIP – PRINSIP DALAM KOMUNIKASI VERBAL
1. Bahasa dan Budaya Saling Berkaitan
Proses komunikasi merfleksikan nilai dan perspektif dalam kebudayaan.
Komunikasi juga dapat membentuk dan memproduksi kebudayaan. Nama – nama
yang diberikan dalam kebudayaan mencerminkan keyakinan yang ada disana.
Contoh pemahaman bahasa beberapa suku Indian punya kata yang berbeda untuk
menyatakan “air di alam” dengan “air di dalam wadah”. Sementara bahasa
Inggris hanya mengenal satu istilah saja, yaitu air (water).
2. Makna Bahasa Bersifat Subjektif
Makna dari setiap kata tidak pernah mutlak. Kita menciptakan makna
dengan ketika berinteraksi dengan orang lain. Proses menciptakan makna bersifat
simbolis karena kita mengandalkan pada makna kata dan objek lainnya.
3. Penggunaan Bahasa Dipandu oleh Aturan
Komunikasi verbal dibentuk oleh aturan tak tertulis. Seperti mengatur cara
pengucapan kalimat dan struktur kalimat. Terdapat 2 aturan yang menentukan
komunikasi. Pertama adalah aturan regulatif, yang menentukan apa, di mana,
bagaimana, dan dengan siapa kita berkomunikasi. Misalnya, beberapa keluarga
punya peraturan tidak boleh berbicara ketika makan. Aturan Konstitutif
menentukan bagaimana cara kita memaknai perbedaan komunikasi antarbudaya.
Kita belajar bagaimana cara menghormati (memberikan perhatian), persahabatan
(tersenyum), afeksi (pelukan), dan profesionalitas (tepat waktu).
4. Siklus Komunikasi Membentuk Makna
Ketika menulis, kita menggunakan koma, titik, dan titik koma untuk
menjelaskan di mana kalimat berhenti dan dimulai. Tujuannya agar kalimat bisa
dipahami oleh orang lain. Begitu pula dalam komunikasi interpersonal, tanda
baca (disebut dengan siklus) mendefinisikan kapan sebuah interaksi diawali dan
diakhiri.
IV. PRINSIP – PRINSIP KOMUNIKASI NONVERBAL
1. Komunikasi Non-verbal Dapat Mendukung atau Menggantikan Komunikasi
Verbal
Ada 5 cara di mana perilaku non-verbal berinteraksi dengan komunikasi
verbal. Pertama, perilaku nonverbal dapat mengulangi pesan verbal. Contohnya
berkata “ya” sambil menganggukkan kepala. Kedua, perilaku nonverbal dapat
memperjelas komunikasi komunikasi verbal. Contohnya, dengan menekankan
kata-kata tertentu dengan keras. Ketiga, menggunakan perilaku non-verbal untuk
melengkapi atau menambah kata. Saat bertemu teman mengucapkan “senang
bertemu anda” sambil memeluk. Keempat, perilaku nonverbal berkontradiksi
dengan pesan verbal, seperti saat seorang mengucapkan “tidak ada yang salah”
dalam nada bicara yang bermusuhan. Kelima, menggantikan perilaku nonverbal
dengan verbalisasi. Contohnya, memutar mata mengindikasikan tidak setuju pada
sesuatu.
2. Komunikasi Nonverbal Mengatur Interaksi
Perilaku nonverbal mengatur kelancaran komunikasi antar-individu. Dalam
percakapan, kita biasanya tahu kapan saatnya seseorang berbicara dan kapan saat
kita berbicara. Kita memberi tanda saat tidak mau diinterupsi dengan
mengalihkan pandangan mata atau dengan mengatur volume dan kecepatan
bicara untuk menghilangkan interupsi tersebut
3. Komunikasi Non-verbal Sering kali Membangun Tingkatan Makna
Hubungan
Komunikasi non-verbal dapat menyampaikan tiga dimensi dari tingkat
makna hubungan, yaitu:
a. Responsif
Satu dimensi dari tingkat makna hubungan yang sering kali disampaikan oleh
komunikasi nonv-erbal. Dalam interaksi positif bisa seperti bertatap muka,
tersenyum, anggukan kepala dan sikap badan penuh perhatian. Untuk
mengekspresikan kurang tertarik, kita dapat membungkuk atau menurunkan
kontak mata.
b. Menyukai
Dimensi kedua dari makna hubungan adalah menyukai. Senyuman dan
sentuhan yang bersahabat mengindikasikan perasaan yang positif, sedangkan
wajah yang merengut mengekspresikan antagonisme.
c. Kekuasaan
Dimensi ketiga dari tingkatan makna hubungan adalah kekuasaan. Kita
menggunakan perilaku nonverbal untuk menyatakan dominansi dan untuk
negoisasi status serta memengaruhi. Contoh atasan yang lebih menekan
sekretarisnya daripada sebaliknya.
4. Komunikasi Non-verbal Merefleksikan dan Menunjukkan Nilai-nilai
Budaya
Seperti komunikasi verbal, pola nonverbal merefleksikan budaya tertentu.
Contohnya, ketika berjalan lalu tiba-tiba menabrak orang kita pasti membungkuk
untuk meminta maaf .
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA
Wood, T. Julia. 2013. Komunikasi Interpersonal Interaksi Keseharian Edisi 6. Jakarta:
Salemba Humanika.
Mulyana, Deddy. 2008. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
file:///D:/kap/Makalah%20Komunikasi%20Verbal%20dan%20Non%20Verbal
%20dalam%20Hubungan%20Interpersonal%20_%20Tugas%20Kuliahku.htm
diunduh pada Minggu 11 September 2016 pukul 21.30 WIB