Pengantar Singkat Menuju Filsafat Klasik

Pengantar Singkat Menuju Filsafat Klasik

Sandy Hardian.S.H.
Perkumpulan Studi Ilmu Kemasyarakatan (PSIK),
Institut Teknologi Bandung (ITB),
Komplek Sunken Court, W-09, Jalan Ganesha 10,
Bandung, Jawa Barat,
sandyherho@ymail.com

Abstract—Apa itu filsafat? Apa itu berfilsafat? Artikel ini
ditujukan bagi anggota baru Perkumpulan Studi Ilmu
Kemasyarakatan (PSIK) ITB yang hendak mempelajari filsafat,
dan berfilsafat, dari tahap awal.

bergantung pada perseorangan, dan waktu tertentu. Kebenaran
ini disebut juga sebagai kebenaran yang transenden, yang mana
tidak bergantung pada persepsi individu.

Kata Kunci— Definisi filsafat klasik; rasio; penalaran; batasan

Nampak jelas bahwa filsafat melibatkan pencarian

kebenaran demi mencapai kebijaksanaan. Pertanyaan
selanjutnya yang cukup membingungkan adalah bagaimana cara
kita mendekati kebenaran yang sejati? Sokrates, seorang yang
kerap kali disebut sebagai Bapak Filsafat Barat, pernah berkata,
“Kebaikan tertinggi sebagai manusia dapat dicapai lewat
diskursus tentang keutamaan dalam kesehariannya, yang mana
hal ini dilakukan sebagai cara pemeriksaan diri sendiri, dan
orang lain, hidup yang tidak diperiksa, tidak layak untuk
dihidupi”. Menurut Sokrates filsafat merupakan metode
pemeriksaaan kritis terhadap realitas yang dilakukan dengan
jalan penyelidikan rasional. Forma rasional yang didapat dari
pemeriksaan terus menerus itu diharapkan berbentuk argumen
rasional yang masuk akal, bukannya opini, perasaan, dan
kepercayaan yang dianggap oleh Sokrates sebagai entitas yang
tidak berdasar. Tentu saja tidak ada salahnya untuk mempunyai
opini, perasaan, ataupun kepercayaan pada hal – hal tertentu,
tetapi dalam diskursus filsafat klasik perihal ini akan
dipertanyakan kembali keabsahannya. Dapat dikatakan untuk
mempelajari filsafat klasik, kita dituntut untuk lebih
menggunakan logika ketimbang perasaan.


berfilsafat

I. MENDEFINISIKAN FILSAFAT
Cara terbaik untuk mendefinisikan apa itu filsafat tentunya
dengan melihat kembali etimologi kata itu sendiri. Kebanyakan
peneliti sejarah filsafat mendefinisikan filsafat merupakan
turunan dari dua kata Yunani, philo (cinta), dan sophia
(kebijaksanaan), jadi filsafat secara kasar dapat dikatakan
sebagai ‘kecintaan akan kebijaksanaan’. Kita mungkin agak
paham mengenai apa itu cinta, tetapi apakah itu kebijaksanaan?
Meskipun terdapat banyak pendapat mengenai kebijaksanaan,
sebagai langkah awal, ada baiknya kita definisikan
kebijaksanaan (untuk sementara) sebagai, “pemahaman yang
utuh berkenaan dengan kodrat realitas”. Filsuf, lalu
diperandaikan sebagai seorang yang menghasrati pemahaman
tentang kodrat dirinya sendiri; kodrat alam semesta; kodrat
Tuhan (jika memang Tuhan dianggap ada). Pemahaman tersebut
bukan hanya sebatas pemahaman akademis, melainkan juga
pemahaman yang dihidupi dalam kesehariannya. Dengan kata

lain, seorang filsuf adalah seorang yang memahami sesuatu
sebagaimana ‘ada’ – nya, dan hidup berdasarkan gagasan
tersebut.
Filsafat dalam perjalanan sejarahnya selalu terhubungkan
dengan pertanyaan tentang kebenaran. Pythagoras, sebagai
contohnya, menyatakan bahwa kehidupan seorang filsuf, tidak
seperti layaknya manusia pada umumnya yang mana larut dalam
hiruk pikuk kehidupan sehari – hari, tetapi seorang filsuf
merupakan seorang yang senantiasa mencari, dan mendamba
kebenaran. Tujuan berfilsafat dalam pandangan klasik adalah
untuk mencapai kebenaran yang sejati, dalam artian bukan
kebenaranku, ataupun kebenaranmu, melainkan kebenaran
sebagai kesejatian entitasnya sendiri. Kebenaran yang didamba
dalam filsafat klasik diandaikan berlaku secara universal, tidak

Merangkum keterangan – keterangan di atas, kita dapat
mendefinisikan, filsafat sebagai, “Suatu metode pemeriksaan
realitas secara kritis yang ditandai dengan penyelidikan rasional
yang berupaya untuk menemukan kebenaran untuk menggapai
kebijaksanaan”.

II. BATASAN FILSAFAT
Salah satu hal penting lainnya sebagai langkah awal
mempelajari filsafat klasik adalah mengetahui ruang lingkup
berfilsafat. Kesalahan fatal yang kerap kali ditemui pada para
pembelajar filsafat dengan latar belakang pendidikan sains, dan
rekayasa adalah, bahwa kita kerap memandang filsafat dengan
kacamata sains. Kita sering disergap rasa frustrasi ketika

menemukan fakta, bahwa dalam studi filsafat tidak terdapat
buku teks standar yang jelas, serta mencantumkan fakta – fakta
penting, dengan rumus – rumus yang dapat dinalar secara ketat
(atau bahkan dihapal), dan juga latihan – latihan yang dilengkapi
kunci jawabannya. Filsafat bukanlah sains. Memang terdapat
kemiripan antara filsafat klasik dengan sains, dimana keduanya
memfokuskan pembahasan pada penalaran yang utuh. Akan
tetapi, terdapat perbedaan antara penalaran pada filsafat klasik,
dan sains. Jika penalaran ilmiah yang digunakan pada sains lebih
didasarkan pada ketepatan matematis, dan variabel
eksperimental yang terisolasi, di lain sisi penalaran filosofis
memiliki jangkauan yang lebih luas, yang mana didasarkan pada

dialog, dan argumentasi logis.
Filsafat klasik juga berbeda dengan teologi. Jika pada filsafat
klasik suatu argumen harus diperandaikan lepas dari segala basis
penjamin jawaban akhirnya, melalui ontologi yang diperanggap
bebas dari segala bentuk kepercayaan, sedangkan pada teologi
yang menjadi onto tentunya adalah Tuhan.
Filsafat klasik juga akan sangat berbeda dengan seni.
Estetika dalam seni digambarkan sebagai sesuatu yang intuitif,
yang sangat personal, dan bukan merupakan suatu gagasan yang
dapat direduksi menjadi sesuatu yang terpilah – pilah, dan jelas.
Seni berbasisikan intuisi, pengalaman personal, spontanitas, dan
kreativitas. Filsafat klasik, meskipun juga memiliki sisi
estetisnya, akan tetapi lebih didasarkan pada penalaran dialogis
yang berlaku universal, bukan pengalaman yang semata
personal.
Singkatnya, filsafat bukanlah sains, teologi, maupun seni.
Filsafat merupakan ‘sesuatu’ tersendiri yang terlepas dari segala
kategorisasi keilmuan.
III. CABANG – CABANG FILSAFAT
Pendekatan filsafat klasik yang berguna untuk menjelaskan

pokok pembahasan filsafat adalah dengan memperlihatkan
pembagian filsafat secara singkat, beserta contoh khas
permasalahan filsafat yang digeluti masing – masing bidang
tersebut. Meskipun memiliki beberapa kekurangan, cara ini
dapat memberikan gambaran umum tentang luasnya wilayah
kajian filsafat, dan kompleksitas muatan filsafat. Berikut ini
dipaparkan pembagian filsafat yang penting dalam sejarahnya:
A. Logika
Studi tentang prinsip – prinsip yang digunakan untuk
membedakan antara argumen yang masuk akal, dan argumen
yang tidak masuk akal, serta tentang berbagai bentuk
argumentasi. Contohnya, apa perbedaan antara pemikiran
induktif, dan deduktif? Mengapa argumentasi, “Semua laki –
laki adalah bangsat. Sandy adalah laki – laki. Maka, Sandy
adalah bangsat” dianggap valid? Apa perbedaan antara logika
ilmiah, dan logika pertimbangan moral? Beberapa cabang logika
sebetulnya lebih dekat dengan matematika ketimbang filsafat.

Namun, para filsuflah yang sejak dahulu mengajarkan, dan
menyelidiki logika hingga menjadi bentuk termutakhirnya.

B. Etika
Studi tentang prinsip – prinsip, dan konsep – konsep yang
mendasari penilaian terhadap perilaku manusia. Contohnya,
dengan patokan apa kita membedakan antara tindakan yang
benar, dan yang salah secara moral? Apakah kesenangan
merupakan sesuatu yang baik? Apakah keputusan moral bersifat
arbitrer, ataukah seturut kehendak hati?
C. Metafisika
Studi tentang hakikat terdalam kenyataan. Contohnya,
dapatkah manusia sungguh – sungguh bebas memilih? Apakah
Tuhan ada? Apakah kenyataan pada hakikatnya spiritual,
ataukah material? Apakah jiwa sungguh berbeda dari badan?
D. Epistemologi
Studi tentang asal – usul, hakikat, dan jangkauan
pengetahuan. Contohnya, apakah pengalaman merupakan
sumber satu – satunya dari pengetahuan? Apakah yang
menyebabkan suatu keyakinan benar, dan yang lain salah?
Adakah soal – soal penting yang tidak dapat dijawab oleh sains?
Dapatkah kita mengetahui pikiran, dan perasaan orang lain?
E. Estetika

Studi tentang prinsip – prinsip yang mendasari penilaian kita
terhadap berbagai bentuk seni. Contohnya, apakah tujuan seni?
Apa peranan rasa dalam pertimbangan estetis? Bagaimana kita
mngenali suatu mahakarya seni?
F. Filsafat Politik
Studi tentang prinsip – prinsip dasar kenegaraan, khususnya
berkaitan dengan persoalan keadilan, kewenangan, kebebasan,
dan tatanan. Misalnya, dimanakah dapat ditarik garis pemisah
antara hak individu, dan hak komunal? Apakah yang mendasari
bahwa seorang penguasa berhak untuk memerintah? Meskipun
dalam beberapa hal bertumpang tindih, filsafat politik tidak
boleh dicampuradukan dengan ilmu politik. Yang pertama pada
hakikatnya berkenaan dengan prinsip – prinsip ideal, sedangkan
yang kedua berkaitan dengan organisai, dan hukum suatu negara
secara aktual.
G. Filsafat Agama
Studi tentang hakikat, ragam, dan objek kepercayaan agama.
Misalnya, apa hubungan antara akal, dan iman? Apakah
sesungguhnya agama? Dapatkah Tuhan dikenali lewat
pengalaman langsung? Dapatkah eksistensi kejahatan

didamaikan dengan iman akan sebentuk Tuhan yang sempurna,
dan berkepribadian? Apakah istilah – istilah religius memiliki
makna khusus?

H. Filsafat Ilmu
Studi tentang metode, asumsi, dan batas – batas ilmu
pengetahuan. Sebagai contoh, adakah satu metode yang khas
dalam ilmu pengetahuan? Apakah perbedaan antara sebuah
teori, dan suatu hukum dalam ilmu pengetahuan? Apakah
hakikat penjelasan ilmiah? Apakah kebebasan manusia selaras
dengan ilmu pengetahuan?

UCAPAN TERIMAKASIH
Penulisan, dan pemaparan makalah ini dibiayai secara penuh
oleh Presiden/Pemimpin Besar Revolusi/Panglima Tertinggi
PSIK ITB, Anton Kurniawan (TM’13).
REFERENSI

I. Sejarah Filsafat
Studi tentang bagaimana ide – ide filsafat dapat muncul, dan

berevolusi dalam karya – karya para filsuf. Contohnya, apa
perbedaan antara studi materialisme Epikurean, dan Marx?
Dalam arti apakah ajaran Aristoteles tentang forma , dan materia
merupakan sintesa dari ajaran Platon? Bagaimanakah para filsuf
analitis mengubah konsep tradisional tentang metode, dan
tujuan berfilsafat?

[1] Leahy, Louis. 1997. Sains dan Agama dalam Konteks Zaman ini.
Penerbit Kanisius: Yogyakarta.
[2] Palmquist, Stephen. 2000. The Tree of Philosophy: A Course of
Introductory Lectures for Beginning Students of Philosophy.
Philopsychy Press: Hong Kong.
[3] Woodhouse, Mark B. 2000. Berfilsafat: Sebuah Langkah Awal.
Diterjemahkan oleh:Ahmad Norma Permata, et al. Penerbit
Kanisius: Yogyakarta.