Ilmu Sosial dan Budaya ISD

ILMU SOSIAL DAN BUDAYA

Disusun Oleh

: Kelompok 1 (Kelas A)

S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAKARTA
T.A. 2014/2015

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena rahmat dan
ridho-Nya-lah, Kami dapat menyelesaikan makalah ini, dengan judul “KONSEP ILMU
SOSIAL DAN BUDAYA” dengan tepat waktu.
Adapun kami menyelesaikan tugas ini untuk memenuhi tugas kelompok ILMU
SOSIAL DASAR membuat makalah dan juga presentasi dengan judul “KONSEP ILMU
SOSIAL DAN BUDAYA”.
Alhamdulilah kami mendapatkan judul “KONSEP ILMU SOSIAL DAN BUDAYA”,
sehingga kami dapt mempelajarinya lebih dalam lagi tentang konsep ilmu sosial dan budaya
tersebut.

Selama kami mengerjakan tugas kelompok ini, kami menjumpai banyak halangan,
tetapi kami menganggap semua halangan itu sebagai motivasi dalam membuat tugas
kelompok ini. Selain halangan, kami juga mengalami banyak suka saat mengerjakan tugas
kelompok ini, sehingga kami lebih termotivasi lagi dalam mengerjakan tugas kelompok ini.
Kami ingin mengucapakan terima kasih kepada kedua orang tua kami semua, kakak
ataupun adik kandung kami, penjaga warnet dan semua orang yang telah terlibat dalam
pembuatan tugas kelompok makalah ini, baik itu dari segi dukungan moral maupun doa.
Akhir kata, kami berharap agar tugas kelompok ini agar dapat berguna dan dapat
diambil manfaatnya bagi orang yang membacanya. Terima kasih.

Jakarta, 23 Februari 2015

Tim Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................... i
DAFTAR ISI ....................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 1
A. Latar Belakang............................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan ......................................................................................... 2
D. Manfaat Penulisan ....................................................................................... 2
BAB II KONSEP DASAR ILMU SOSIAL DAN BUDAYA ............................................ 3
A. Hakikat, Tujuan dan Ruang Lingkum Ilmu Sosial Budaya ......................... 3
B. Ilmu Sosial Budaya Dasar di Dalam Kehidupan Bermayarakat.................. 4
C. Komponen Ilmu Sosial Budaya Dasar ........................................................ 5
D. Masalah Sosial dan Pendekatan Ilmu Sosial Dasar ..................................... 5
BAB III PEMBAHASAN KASUS “Kebudayaan Pop Korea : Pengikis Kebudayaan
Bangsa Indonesia ?” ............................................................................................. 8
A. Pembahasan Kasus ...................................................................................... 8
B. Solusi dan Saran .......................................................................................... 8
BAB IV PENUTUP ............................................................................................................. 10
A. Kesimpulan .................................................................................................. 10
B. Saran ............................................................................................................ 10
LAMPIRAN KASUS
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR NAMA KELOMPOK

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Ilmu sosial budaya dasar adalah suatu rangkaian pengetahuan mengenai aspekaspek yang paling mendasar dan menonjol yang ada di dalam kehidupan manusia sebagai
makhluk sosial yang memiliki budaya dan permasalahan-permasalahan yang bersifat ada
.
Aspek lain dari pengantar ilmu sosial budaya dasar merupakan pengenalan teoriteori ilmu sosial dan kebudayaan sehngga diekspektasikan seseorang dapat memiliki
wawasan keilmuan yang bersifat multidipsliner yang bersangkutan dengan keagamaan,
kesetaraan , dan manusia di dalam kehidupan bersosialisasi.
Secara umum, ilmu sosial budaya dasar bertujuan untuk mengembangkan
kepribadian manusia sebaga makhluk sosial ( zoon politicon ) dan sebagai makhluk
budaya ( homo humanus ), sehingga mampu menghadapi secara kritis dan berwawasan
luas masalah yang mengenai sosial budaya dan permasalahan lingkungan sosial budaya,
serta dapat menyelesaikannya dengan baik, tujuan umum ilmu sosial budaya dasar ada
beberapa yaitu :
1. Pengembangan kepribadian manusia sebagai makhluk sosial dan makhlik berbudaya
2. Kemampuan seseorang menanggapi secara kritis dan berwawasan luas terhadap
permasalahan sosial budaya dan permasalahan lingkungan sosial budaya
3. Kemampuan di dalam menyelesaikan secara baik, bijaksana dan obyektif
permasalahan – permasalahan di dalam kehidupan bermasyarakat.

Sehingga secara umum kita harus memahami konsep-konsep dasar mengenai manusia
sebagai makhluk sosial, dan manusia sebagai makhluk berbudaya memlki daya kritis,
wawasan yang luas terhadap permasalahan lingkungan sosial budaya.
Manusia sebagai makhluk berbudaya ( homo humanus ) artinya, manusia itu
makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang paling sempurna, karena sejak lahir sudah
di bekali dengan unsure akal (ratio), rasa (sense) yang membedakannya dengan makhluk
lainnya.

Manusia sebagai makhluk sosial ( zoon politicon ) artinya, manusia sebagai
individu tidak akan mampu hidup sendiri dan berkrmbang sempurna tanpa hidup bersama
dengan individu manusia lainnya.
Manusia harus hidup bermasyarakat saling berhubungan dan berinteraksi satu sama
lain dalam kelompoknya dan juga dengan individu di luar kelompoknya guna
memperjuangkan dan memenuhi kepentingannya.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana hakikat, tujuan dan ruang lingkup ilmu sosial budaya dasar ?
2. Bagaimana ilmu sosial budaya dasar di dalam kehidupan bermasyarakat ?
3. Apa sajakah komponen-komponen ilmu sosial budaya dasar ?
4. Apakah masalah sosial dan pendekatan ilmu sosial budaya dasar ?


C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui hakikat, tujuan dan ruang lingkup ilmu sosial budaya dasar
2. Untuk mengetahui ilmu sosial budaya dasar di dalam kehidupan bermasyarakat
3. Memahami komponen-komponen ilmu sosial budaya dasar
4. Mengetahui masalah sosial dan pendekatan ilmu sosial budaya dasar

D. Manfaat Penulisan
1. Mengerti hakikat, tujuan dan ruang lingkup ilmu sosial budaya dasar
2. Mengetahui ilmu sosial budaya dasar di dalam kehidupan bermasyarakat
3. Memahami komponen-komponen ilmu sosial budaya dasar
4. Mengerti akan masalah sosial dan pendekatan ilmu sosial budaya dasar

BAB II
KONSEP ILMU SOSIAL DAN BUDAYA
A. Hakikat , Tujuan dan Ruang Lingkup Ilmu Sosial Budaya Dasar
Ilmu sosial budaya dasar adalah bertujuan untuk mengembangkan kepribadian
manusia sebagai makhluk sosial dan sebagai makhluk budaya yang berwawasan luas dan
kritis serta dapat menyelesaikan sebuah masalah dengan baik, memahami konsep –
konsep dasar tentang manusia sebagai makhluk sosial .

Manusia sebagai makhluk sosial ( zoon politicon ) artinya, manusia sebagai individu
tidak akan mampu hidup sendiri dan berkrmbang sempurna tanpa hidup bersama dengan
individu manusia lainnya. Manusia harus hidup bermasyarakat saling berhubungan dan
berinteraksi satu sama lain dalam kelompoknya dan juga dengan individu di luar
kelompoknya guna memperjuangkan dan memenuhi kepentingannya.
Manusia sebagai makhluk berbudaya ( homo humanus ) artinya, manusia itu makhluk
ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang paling sempurna, karena sejak lahir sudah di bekali
dengan unsure akal (ratio), rasa (sense) yang membedakannya dengan makhluk lainnya.
Sebagai makhluk berbudaya, manusia hanya mampu mengembangkan diri dan
budayanya apabila berhubungan dengan manusia lain.

Berdasarkan hakikat keilmuan, maka tujuan ilmu sosial budaya dasar sebagai bagian
dari berkehidupan bermasyarakat adalah :

1.

Mengembangkan kesadaran mahasiswa menguasai pengetahuan tentang
keanekaragaman, kesetaraan, dan kemartabatan manusia sebagai individu dan
makhluk sosial dalam kehidupan bermasyarakat.


2.

Menumbuhkan sikap kritis, peka, dan arif dalam memahami keragaman,
kesederajatan, dan kemartabatan manusia dengan landasan nilai estetika, etika, dan
moral dalam kehidupan bermasyarakat.

3. Memberikan landasan pengetahuan dan wawasan yang luas serta keyakinan kepada
mahasiswa sebagai bekal bagi hidup bermasyarakat, selaku individu dan makhluk
sosial yang beradab dalam memperaktekkan pengetahuan akademik, dan keahliannya
serta mampu memberikan problem solving sosial budaya secara bijaksana.

Ilmu sosial budaya dasar selalu membantu perkembangan wawasan pemikiran yang
lebih luas dan cirri-cir kepribadian yang diharapkan dari setiap anggota golongan pelajar
Indonesia khususnya berkenan dengan sikap dan tingkah laku serta pola piker manusia
dalam menghadapi manusia lain termasuk pula sikap dan tingkah laku serta pola piker
manusia terhadap manusia yang bersangkutan.

B. Ilmu Sosial Budaya Dasar di Dalam Kehidupan Bermasyarakat
Ilmu sosial budaya dasar sebagai bagian dari kehidupan bermasyarakat mempunyai
tema pokok sebagaimana dikemukakan oleh Temanggor dkk (2010), yaitu hubungan

timbal balik antara manusia dengan lingkungannya.

Dengan wawasan tersebut agar dapat menghasilkan tiga jens kemampuan secara
simultan diantaranya adalah :

1. Kemampuan Personal
Artinya, yaitu para tenaga ahli diharapkan memiliki pengetahuan sehingga
mampu menunjukkan sikap, tingkah laku, dan tindakan yang mencerminkan
kepribadian

Indonesia,

memahami

dan

mengenal

nilai-nilai


keagamaan,

kemasyarakatan dan keanekaragaman, serta memiliki pandangan yang luas dan
kepekaan terhadap berbagai masalah yang dihadapi oleh masyarakat Indonesia.

2. Kemampuan Akademik
Artinya, yaitu kemampuan untuk berkomunikasi secara ilmiah baik lisan
maupun tulisan, menguasai peralatan analisis maupun berfikir logis, kritis, sistematis,
analitis, memiliki kemampuan konsepsional untuk mengidentifikasi dan merumuskan
masalah yang di hadapi serta mampu menawarkan alternative pemecahannya.

3. Kemampuan Professional
Artinya, yaitu kemampuan dalam bidang profesi sesuia keahlian bersangkutan,
para ahli diharapkan memiliki pengetahun dan keterampilan yang tinggi dalam
bidang profesinya.

C. Komponen Ilmu Sosial Budaya Dasar
Ilmu sosial budaya dasar sebagai komponen yaitu sebagai proses pembelajaran
dilaksanakan dengan mempertimbangkan guna menjadi penunjang atau penopang bidang
keahlian, sehingga out putnya mampu membentuk mahasiswa yang memiliki

kemampuan professional ( natural science ).
Wawasan, sikap, dan perilaku melalui ilmu sosial budaya dasar diharapkan mahasiswa
yang mempelajarinya dapat menjadi manusia yang memiliki kemampuan personal,
kemampuan akademik, dan kemampuan professional. Oleh karena itu, para lulusan akan
mampu menjabarkan permasalahan dan mengatasi permasalahan tersebut dengan
kearifan.
Dengan demikian maka problematika kemanusiaan dan peradaban manusia
merupakan fakta obyektif

yang penting dikenali

secara akademik, rasional,

bukan common sense dan sekaligus tetap menjunjung tinggi pemikiran serta nilai – nilai
luhur tradisi yang member kebijaksanaan.

D. Masalah Sosial dan Pendekatan Ilmu Sosial Budaya Dasar
Kehidupan manusia sebagai makhluk sosial selama dihadapkan kepada masalah sosial
yang tak dapat dipisahkan dalam kehidupan. Masalah sosial ini timbul sebagai akibat dan
hubungannya dengan sesama manusia lainnya dan akibat tingkah lakunya.

Masalah sosial ini tidaklah sama antara masyarakat yang satu dengan masyarakat
lainnya karena adanya perbedaan dalam tingkat perkrmbangan kebudayaannya, sifat
kependudukannya, dan keadaan lingkungan alamnya.
Disiplin-disiplin ilmu pengetahuan yang tergolong ke dalam ilmu sosial telah
mempelajari hakikat masyarakat dengan perspektif yang berbeda-beda, maka terhadap
keanekaragaman dalam melihat dan mempelajarinya.
Masalah-masalah sosial merupakan hambatan dalam usaha untuk mencapai sesuatu
yang diinginkan. Pemecahannya menggunakan cara yang diketahuinya dan yang berlaku,

tetapi aplikasinya menghadapi kenyataan, hal yang biasanya berlaku telah berubah, atau
terhambat pelaksanaanya.
Masalah-masalah tersebut dapat terwujud sebagai masalah sosial, masalah moral,
masalah politik, masalah ekonomi, masalah agama, atau masalah-masalah lainnya.
Yang membedakan masalah sosial dengan masalah lainnya adalah bahwa masalah
sosial selalu ada kaitannya yang dekat dengan nilai – nilai moral dan pranata – pranata
sosial, serta ada kaitannya dengan hubungan – hubungan manusia itu terwujud ( nisbet,
1961 ).
Pengertian masalah sosial memiliki dua pendenefisian, yang pertama itu adalah
menurut umum atau warga masyarakat, segala sesuatu yang menyangkut kepentingan
umum adalah masalah soial, dan yang kedua yaitu menurut para ahli masalah sosial
adalah suatu kondisi atau perkembangan yang terwujud dalam masyarakat yang
berdasarkan atas studi, mempunyai sifat yang dapat menimbulakan kekacauan terhadap
kehidupan warga masyarakat secara keseluruhan.
Salah satu contoh yang kami ambil d buku masalah seorang pedagang kaki lima.
Menurut defenisi umum pedagang kaki lima bukan masalah sosial karena merupakan
upaya mencari nafkah untuk kelangsungan hidupnya, dan pelayanan bag warga
masyarakat pada taraf ekonomi tertentu sebaliknya para ahli perencanaan kota
masyarakat pedagang kaki lima sebagai sumber kekacauan lalu lintas dan peluang
kejahatan.

Sehingga ada beberapa pakar ilmu yang mengemukakan pendapatnya diantaranya oleh
Leslie ( 1949 ) dan Cohen ( 1964 ).

1. Menurut Leslie ( 1949 )
Bahwa masalah – masalah sosial adalah suatu kondisi yang mempunyai
pengaruh kepada kehidupan sebagian besar warga masyarakat sebagai sesuatu yang
tidak di inginkan atau tidak di sukai, oleh karena itu dirasakan perlunya untuk diatasi
atau diperbaiki. Batasan masalah sosial sebenarnya agak rumit, mengingat maslah
sosial berkaitan dengan system nilai yang berlaku di masyarakat yang bersangkutan.

2. Menurut Cohen ( 1964 )

Bahwa masalah sosial adalah terbatas pada masalah keluarga, kelompok, atau
tingkah laku individual yang menuntut adanya campur tangan dari masyarakat yang
teratur agar masyarakat dapat meneruskan fungsinya.jadi masalah sosial adalah
suatau cara bertingkah laku yang dapat dipandang sebagai tingkah laku yang
menentang norma – norma yang telah disepakati bersama oleh warga masyarakat.
Batasan ini, masih mengandung aspek obyektif dan subyektif. Tetapi yang
jelas, tidak ad satupun tingkah laku manusia yang dapat dianggap sebaga suatu
masalah sosial, apabila tdak dianggap suatu penyimpangan secara moral dari norma –
norma yang telah diterima secara umum.
Masalah dan kenyataan sosial yang beraneka ragam itu, maka untuk
memahami dan mendalami masalahnya perlu ditelusuri dengan berbagai pendekatan
yaitu : pendekatan antar bidang ( interdicipline approach ) dan pendekatan beragam
( multidicipline approach ) hal seperti in disebabkan oleh keanekaragaman golongan
dan kesatuan sosial yang ada di dalam masyarakat yang masing-masing mempunayai
kepentingan, kebutuhan, pola pemikiran dan tingkah laku yang berbeda-beda. Tetapi
di balik itu tetap ada persamaan, tetapi tidak kurang menimbulkan pertentangan dan
hubungan kesetiakawanan.

KASUS
Kebudayaan Pop Korea: Pengikis Budaya Bangsa Indonesia?

Kebudayaan adalah hasil karya pemikiran
manusia yang dilakukan dengan sadar dalam
kehidupan kelompok. Unsur-unsur potensi budaya
yang ada pada manusia antara lain pikiran (cipta),
rasa, dan kehendak (karsa). Untuk menjadi manusia
sempurna, ketiga unsur kebudayaan tersebut tidak
dapat dipisahkan. Dalam hubungan ini Ki Hajar
Dewantara menyatakan bahwa “Kebudayaan adalah
buah budi manusia dalam hidup bermasyarakat”.

Indonesia adalah bangsa yang besar, bangsa yang memiliki ragam kebudayaan yang
cukup variatif dibandingkan dengan bangsa lainnya. Namun, seiring dengan berjalannya
waktu dan juga dengan pesatnya perkembangan kebudayaan asing yang masuk ke Indonesia,
membuat manusia Indonesia terlena dengan kedatangan kebudayaan asing yang menurut
pandangan mereka adalah sebuah kebudayaan yang berkelas dan patut untuk mengikuti setiap
trend yang ada. Globalisasi merupakan salah satu faktor terkuat mengapa kebudayaan asing
bisa dengan mudah masuk ke Indonesia dan diterima oleh masyarakat Indonesia, dapat kita
lihat contoh nyata dari masuknya kebudayaan barat ke Indonesia yang memunculkan banyak
tren-tren baru seperti; tren berpakaian, musik, lifestyle dan lainnya.

Tidak hanya kebudayaan dari barat yang dapat masuk dengan mudahnya ke Indonesia,
kebudayaan dari Asia pun tak kalah untuk ikut mewabah di negeri kita ini, seperti kebudayan
dari Jepang, Cina dan juga tentunya kebudayaan dari Korea. Belakangan ini, kebudayaan
Korea diperkenalkan ke seluruh dunia, bahkan patut diperhitungkan untuk dapat menjadi
pesaing kuat bagi Hollywood dan Bollywood pada abad ke-21. Dalam praktiknya pun warga
dunia dapat menerima kebudayaan pop Korea ini, bahkan mereka bisa mencapai tahap
mencintai dan mengetahui lebih jauh mengenai apa, siapa, dan bagaimana masyarakat dan
negara Korea itu sendiri.

Berbicara tentang budaya tentunya tak jauh terhadap generasi penerus bangsa yang ada
di dalamnya yakni generasi muda Indonesia. Fenomena Korean Wave (Hallyu) di Indonesia
bukan-lah hal yang sederhana yang hanya menjadi buah bibir semata. Kebudayaan Korea
yang masuk ke Indonesia di abad ke-21 ini telah membawa beragam dampak yang cukup
signifikan terhadap kebiasaan generasi muda kita. Korea mengemas kebudayaan mereka ke
dalam teknik pemasaran Asian Values-Hollywood Style. Artinya, mereka mengemas nilainilai Asia yang dipasarkan dengan gaya modern. Hal inilah yang membuat tidak sedikit
generasi muda Indonesia dapat menerima kebudayaan Korea tersebut, sebagai buktinya
adalah mereka dapat menerima produk drama, musik, film, fashion, bahkan hingga produk
industri-industri yang mulai mereka ikuti tren-nya.

Permasalahan yang ada sekarang adalah, apakah generasi muda yang menyukai budaya
Korea itu juga memiliki rasa suka atau bahkan cinta terhadap budaya bangsanya sendiri, yakni
budaya bangsa Indonesia sebesar rasa cinta yang mereka miliki terhadap budaya Korea? Dan

apakah Korean Wave dapat dikatakan sebagai salah satu pemicu bagi generasi muda sehingga
menjadi apatis terhadap budaya bangsanya sendiri?

Di Indonesia, dominasi kebudayaan Korea masuk melalui peran internet, walaupun
memang peran media pun tidak bisa lepas dalam proses mewabahnya kebudayaan Korea di
negeri kita. Seperti misalnya peran televisi, radio, dan majalah yang juga menyajikan berbagai
topik mengenai kebudayaan Korea yang terkesan trendy dan dapat diikuti oleh generasi muda
kita. Berawal dari banyaknya drama Korea yang di tampilkan oleh beberapa channel televisi
Indonesia. Namun, hal ini masih kalah signifikan oleh peran internet dalam penyebaran
kebudayaan Korea secara bebas, terbuka dan dapat mencakup ranah usia dari dewasa bahkan
sampai ke anak-anak.

Dampak yang paling terlihat dari drama Korea ini terhadap generasi muda Indonesia
salah satunya adalah pada fashion mereka, terhadap tata cara berpakaian mereka sehari-hari
yang secara tidak sadar telah mereka aplikasikan dengan berkiblat kepada aktor atau aktris
Korea idola mereka. Mereka lebih memilih untuk menggunakan syal di leher mereka
ketimbang memakai baju batik asli Indonesia dalam keseharian-nya. Pernahkah terpikirkan
oleh mereka bahwa iklim Indonesia dan Korea sangat berbeda, dan tentunya cara berpakaian
di Korea pun terkesan kurang “pas” untuk digunakan di Indonesia yang beriklim tropis.

Dampak yang lainnya masih mengenai drama Korea adalah alih bahasa, “Kami
berbahasa satu, Bahasa Indonesia” pada dasarnya fenomena ini memiliki kesamaan dengan
dijadikannya bahasa Inggris sebagai bahasa internasional di dunia. Namun di sini yang akan
penulis paparkan adalah pada sisi ketertarikan pemuda Indonesia penyuka kebudayaan Korea

yang lebih tertarik untuk mempelajari bahasa Korea dan menggunakan bahasa Korea
ketimbang menggunakan bahasa Indonesia apalagi untuk mempelajari bahasa Indonesia lebih
dalam. Secara tidak langsung ini akan mengikis kemampuan banyak pemuda Indonesia yang
sudah terlanjur gemar terhadap kebudayaan Korea dibandingkan untuk memelajari bahasa
daerah yang banyak ragamnya di Indonesia ini.

Tidak hanya drama Korea saja yang mendapatkan perhatian khusus yang tidak sedikit
dari generasi muda Indonesia, fenomena girlband dan boyband dari Korea juga menjadi hal
baru yang menarik perhatian generasi muda kita. Seperti yang kita ketahui pada umumnya
bahwa girlband/boyband dari Korea ini sangat khas dengan koreografi yang total, kompak dan
sangat energik dengan musik yang mengiringinya. Ditambah lagi dengan aktor dan aktris
yang multi-talenta baik dalam bidang tarik suara maupun dalam bidang menari.

Dari hal tersebut di atas, sangat jelas bahwa sifat pemuda Indonesia yang masih
terbilang labil akan dengan cepat mengimitasi tarian (koreografi) dari setiap girlband/boyband
Korea dengan sangat sempurna. Sebagai contoh yaitu gerakan Gangnam Style yang berhasil
ditiru oleh hampir kebanyakan anak kecil di Indonesia. Lalu contoh lainnya yaitu koreografi
Super Junior yang digandrungi oleh kebanyakan generasi muda yang menyukai tren modern
dance dari Korea. Hal ini menyingkirkan jenis tarian tradisional Indonesia yang kalah pamor
dengan pesona modern dance dari Korea ini. Generasi muda Indonesia yang menjadi
pengagum setia Korean Modern Dance akan lebih tertarik dan lebih handal dalam
mempraktikan semua gerakan atau detail dalam koreografi Korean Modern Dance dari pada
memelajari tari tradisional semacam Jaipong atau Yapong misalnya.

Penerimaan kebudayaan korea di
Indonesia
kelompok

ini,
budaya

membentuk
yang

baru

suatu
yaitu

kelompok penggemar, melalui kelompok
penggemar ini penyebaran budaya pop
Korea semakin mewabah di Indonesia,
kelompok

penggemar

menumbuhkan

fanatisme pada setiap penggemar yang
sudah tergabung dalam kelompok tersebut. Fanatisme inilah yang menjadi cikal bakal
besarnya ketertarikan generasi muda penerus bangsa terutama remaja putri untuk lebih
mengetahui seluk beluk kebudayaan Korea secara lebih detail.

Kebudayaan Korea dapat dikatakan telah mendapatkan tempat di hati generasi muda
Indonesia, Korean Wave pun dapat dinikmati gelombangnya oleh kebanyakan generasi muda
Indonesia penyuka Korea. Fenomena ini pun sangat mungkin untuk dijadikan sebagai pemicu
bagi generasi muda mulai untuk meninggalkan budaya aslinya yakni budaya bangsa
Indonesia, Mengapa? Berdasarkan hasil wawancara yang penulis lakukan, 8 dari 10 generasi
muda yang menyukai kebudayaan Korea menyatakan bahwa mereka lebih tertarik untuk
mengetahui kebudayaan Korea jauh lebih dalam serta mengikuti tren Korea secara dinamis
ketimbang mempelajari kebudayaan Indonesia.

Hal tersebut di atas sangat mungkin terjadi karena beberapa faktor, diantaranya,
kurangnya peran pemerintah dalam melakukan kegiatan promosi kebudayaan bangsa kita
terutama terhadap generasi penerus bangsa. Kurang ditanamkannya sifat nasionalisme, rasa

mencintai dan memiliki terhadap bangsa sendiri sejak dini, yang berdampak kepada
penerimaan segala macam bentuk kebudayaan asing yang tidak diimbangi oleh rasa cinta
terhadap budaya bangsa. Dan, timbulnya rasa “gengsi” apabila tidak mengikuti tren budaya
yang ada pada masa itu.

Pengikisan kecintaan atau peminatan generasi muda terhadap budaya bangsa
sebenarnya bukan sepenuhnya disebabkan oleh Korean Wave itu sendiri, yang penulis lihat
disini adalah Korean Wave hanya menjadi pemicu semakin terkikisnya rasa cinta generasi
muda terhadap budaya bangsa. Sedangkan, penyebab utama adalah tidak adanya filterisasi
kebudayaan asing yang masuk ke Indonesia baik oleh pemerintah Indonesia ataupun oleh
generasi muda penerus bangsa. Karena tidak adanya filterisasi kebudayaan asing tersebut
sehingga membuat generasi muda terlena untuk menerima semua jenis kebudayaan asing
tanpa mempertimbangkan kehadiran kebudayaan bangsa Indonesia terutama pada kebudayaan
daerahnya.

Alangkah lebih baik apabila masuknya kebudayaan asing ke Indonesia dibarengi oleh
penguatan kebudayaan Indonesia agar terus mengakar di hati generasi muda penerus bangsa.
Sebagai contoh, ketika penerimaan kebudayaan Korea semacam fenomena girlband/boyband
tetap bisa diselipkan kebudayaan asli Indonesia dalam kostum panggung dan juga dalam
koreografinya, dengan memasukkan batik asli Indonesia di aplikasi kostumnya dan gerakan
beberapa tarian daerah dalam koreografinya, atau bisa juga memasukkan nada atau lagu khas
Indonesia di beberapa bagian dari lagu. Perlu adanya partisipasi kesadaran dari berbagai
pihak, baik dari bihak penyaji (entertainer) dari Indonesia, komunitas penggemar kebudayaan
(tren) Korea, dan juga tentunya penggemarnya itu sendiri.

Hal yang terpenting atas fenomena ini adalah bagaimana pentingnya peran generasi
muda penerus bangsa untuk dapat bersikap dalam melakukan pemilihan terhadap segala
kebudayaan asing yang telah masuk ke Indonesia, dengan tetap mengutamakan eksistensi
kebudayaan Indonesia terutama kebudayaan daerah (tradisional) agar tetap mengakar jelas di
hati masing-masing pemuda sebagai bagian dari identitas bangsa Indonesia. Peran pemerintah
pun tak kalah pentingnya di sini, untuk gencar melakukan promosi atas kebudayaan daerah
aset bangsa kepada generasi muda Indonesia agar tidak berujung kepada apatisme budaya
bangsa, karena seperti kata pepatah, “tak kenal maka tak sayang” maka sangat diperlukan
pengenalan akan budaya sebagai pondasi awal kecintaan terhadap bangsa Indonesia.

Penulis

: Zalva Abigail Kamilia

Instansi

: FIB Universitas Indonesia/ kriwel_micca@yahoo.co.id

Sumber

:

budaya.html

http://zalva94.blogspot.com/2013/03/kebudayaan-pop-korea-pengikis-

BAB III
PEMBAHASAN KASUS
“Kebudayaan Pop Korea: Pengikis Budaya Bangsa Indonesia?”

A. Pembahasan Masalah
Seperti yang kita tau, kebudayaan Pop Korea telah merajalela dan memasuki
dan merusak budaya asli Indonesia. Melalui girlband maupun boyband-nya, mereka
perlahan-lahan menarik atusiasme dari para remaja Indonesia.
Gaya berpakaian yang kurang sopan juga perlahan diikuti oleh para remaja
Indonesia, seperti memakai pakaian yang ketat dan juga pakaian yang pendek. Hal ini
tidak terlepas dari pengaruh televesi dan juga internet.
Dalam Drama Korea atau biasa yang disebut dengan K-Drama, banyak sekali
adegan yang seharusnya ditonton oleh remaja diatas usia 17 tahun, tetapi karena
pengaruh kebudayaan korea ini, anak dibawah usia 17 tahun sudah menonton adegan
tersebut, contohnya didalam K-Drama tidak lepas dari adegan ciuman.
Pada hakikatnya, kebudayaan luar memang bagus untuk dipelajari tapi hanya
dibatas dipelajari, bukan untuk dicontoh apalgi diikuti. Apalagi, apa yang diikuti dan
dicontoh itu merupakan sesuatu hal yang negatif dan tidak baik bagi diri kita sendiri.

B. Solusi dan Saran
Kita seharusnya dapat membatasi apa yang ingin kita tonton di televisi, maupu
apa yang mau kita cari di internet. Peran orangtua dalam pengawasan anak memnag
sangat diperlukan, tetapi diri anak sendiri yang dapat mengontrol rasa ingin taunya
seharusnya lebih dapat diperhatikan.

Para orangtua sudah seharusnya mulai melakukan edukasi dini tentang apa itu
kebudayaan luar, apa yang harus dipelajari, apa sisi positif dan sisi negatifnya,
maupun apa yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Sehingga si anak akan mulai mengenali diri sendiri dan mulai mengenal dunia
luar, jadi anak tersebuit dapat melihat sisi negatif dan positif dari dunia luar itu sendiri.
Seharusnya para remaja dibawah umur 17 tahun dapat mengontrol rasa ingin
taunya. Seharusnya mereka tau bahwasanya kebudayaan luar memang baik untuk
dipelajari tetapi jika salah mempelajari dan menerapkannya, maka itus emua akan
berakibat fatal, baik itu bagi diri kita sendiri maupun orang lain.
Lakukan pembatasan penggunaan televisi dan juga internet dengan
menggunakan aplikasi blokir website ataupun dengan selalu mengecek “history”
internet setelah anak menggunakan internet

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari beberapa penjelasan mengenai pengantar ilmu sosial budaya dasar kelompok
kami menyimpulkan bahwa manusia itu tidak dapat hidup sendiri manusia adalah zoon
politicon yang berarti di dalam berkembang kita harus saling melengkapi saling tolong
menolong dan tidak dapat hidup sendiri butuh kerja sama bersosialisasi di ruang lingkup
masyarakat, manusai juga sebagai makhluk yang berbudaya atau homo humanis yaitu
manusia diciptakan memiliki ratio dan sense, manusia juga dapat mengembangkan
budaya yang iya miliki dengan cara berbaur atau bergaul dengan suatu kelompok atau di
dalam kehidupan berkeluarga.
Di dalam kehidupan juga kita tidak luput dari sebuah permasalahan yang ada di mulai
dari masalah sosial, masalah keluarga, masalah budaya,masalah tingkah laku itu semua
disebabkan akibat tingkah laku seseorang sendiri,sementara masalah sosial disebabkan
karena

adanya

perbedaan

dalam

tingkat

perkembangan

kebudayaan,

sifat

kependudukannya dan keadaan lingkungan sekitarnya sehngga kita harus menempatkan
diri dengan sebaik – baiknya berbaur dengan yang bak agar dapat berfikir dan
mengarjakan sesuatu denga cara positif.

B. Saran
Semoga dengan tersusunnya makalah ini dapat memberikan gambaran dan menambah
wawasan kita tentang Ilmu Sosial Budaya serta perkembangannya dari waktu ke waktu,
lebih jauhnya kami berharap dengan memahami kebudayaan kita semua dapat menyikapi
segala kemajuan dan perkembangannya sehingga dapat berdampak positif bagi
kehidupan kita semua.

DAFTAR PUSTAKA
Leslie, White. 1949. The Science of Culture. Strauss: Penerbit Farrar.
Cohen, 1964. Social Work and Social Problem. New York: Penerbit NSW.
Ahmadi, Abu. 1991. Ilmu Sosial Dasar. Jakarta: Rineka Cipta.
Al-Attas, S.M, Al-Naquib. 1981. Islam dan Sukalarisme. Bandu

Dokumen yang terkait

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

Pencerahan dan Pemberdayaan (Enlightening & Empowering)

0 64 2

KEABSAHAN STATUS PERNIKAHAN SUAMI ATAU ISTRI YANG MURTAD (Studi Komparatif Ulama Klasik dan Kontemporer)

5 102 24

GANGGUAN PICA(Studi Tentang Etiologi dan Kondisi Psikologis)

4 75 2