Adilita Pramanti S.Sos M.Si Fakultas Ilm

‘Rokok membunuhmu’ merupakan sebuah slogan yang cukup tidak asing di telinga
sebagian orang. Merokok membawa kerugian bagi si penghisap maupun penghirup asap
rokok tersebut. Seorang perokok berat adalah seorang pecandu yang dapat merokok kapan
pun dimana pun. Asap rokok yang dihasilkan oleh rokok yang dibakar akan tersebar dan
tentunya dihirup oleh orang-orang disekitar perokok itu. Padahal, tentunya semua orang tahu
akan bahaya rokok, seperti dapat menyebabkan kanker, serangan jantung, gangguan
kehamilan dan janin, serta bahkan kematian.
Adanya para perokok yang seenaknya merokok di sembarang tempat membuat
sebagian orang marah karena ikut mendapatkan dampak negatif dari hal tersebut, khususnya
ibu hamil dan menyusui. Asap rokok yang keluar dari rokok yang mereka hisap mengandung
zat-zat berbahaya yang membahayakan anak-anak kecil dan ibu hamil serta menyusui. Para
perokok yang biasanya adalah seorang bapak dan anak muda ini tidak pernah sadar akan hal
itu. Mereka seolah mengabaikan bahaya yang ditimbulkan oleh rokok yang ia konsumsi bagi
orang-orang disekitarnya. Aneh, jelas-jelas semua bahaya yang ditimbulkan dari merokok
terpampang jelas pada bagian belakang bungkus rokok. Namun, masih banyak sekali para
perokok aktif yang seolah tidak khawatir dan peduli dengan himbauan tersebut.
Keresahan ini mendorong pemerintah untuk memberikan rasa nyaman yang lebih di
lingkungan terbuka. Seperti halnya dengan memberikan ruangan khusus bagi perokok
(smooking area). Adanya smooking area sedikit membantu orang-orang mendapatkan udara
bersih di lingkungan terbuka. Setidaknya, mereka tidak lagi menemukan orang-orang yang
merokok sembarangan di berbagai tempat.

Keresahan akan asap rokok tersebut muncul dari para perokok passif yang biasanya
adalah seorang perempuan. Para perempuan tersebut tentunya sangat sadar akan bahaya dari
rokok meskipun mereka bukan seorang perokok aktif. Tak heran, ada saja perempuan yang
nekat menegur langsung seorang perokok yang asapnya cukup mengganggu itu. Hal ini juga
terjadi di lingkungan keluarga. Seorang istri seringkali memarahi atau berkomentar pedas
apabila suaminya merokok di dalam rumah atau di dekat anaknya. Sadar akan bahaya rokok
yang begitu besar membuat para perempuan merasa resah akan dampak yang ditimbulkan.
Bukan hanya resah karena dapat mengganggu kesehatan ia dan anaknya, akan tetapi juga
resah karena berdampak pada kesehatan suaminya. Peran seorang perempuan atau istri dalam
hal ini ialah untuk melindungi kesehatan keluarganya agar senantiasa terbebas dari segala
macam penyakit berbahaya. Seorang perempuan atau istri memiliki kewajiban untuk

mengingatkan suami atau orang terdekatnya akan bahaya merokok agar tidak terjadi hal-hal
yang tidak diinginkan dan dapat menerapkan pola hidup sehat yakni pola hidup tanpa rokok.
Teori struktural fungsional melihat masyarakat sebagai sebuah sistem dari beberapa
bagian yang saling berhubungan satu sama lain. Satu bagian tidak dapat dipahami terpisah
dari keseluruhan. Teori struktural fungsional Parsons mengungkapkan suatu keyakinan yang
optimis terhadap perubahan dan kelangsungan suatu sistem. Masyarakat dilihat sebagai
sebuah sistem dimana seluruh struktur sosialnya terintegrasi menjadi satu, masing-masing
memiliki fungsi yang berbeda-beda tapi saling berkaitan dan menciptakan konsensus dan

keteraturan sosial serta keseluruhan elemen akan saling beradaptasi baik terhadap perubahan
internal dan eksternal dari masyarakat.
Talcott Parsons melahirkan teori fungsional tentang perubahan. Dalam teorinya,
Parsons menganalogikan perubahan sosial pada masyarakat seperti halnya pertumbuhan pada
makhluk hidup (Dwi Susilo, Rahmat K, 2008; 107). Parsons berpendapat bahwa setiap
masyarakat tersusun dari sekumpulan subsistem yang berbeda berdasarkan strukturnya
maupun berdasarkan makna fungsionalnya bagi masyarakat yang lebih luas. Ketika
masyarakat berubah, umumnya masyarakat tersebut akan tumbuh dengan kemampuan yang
lebih baik untuk menanggulangi permasalahan hidupnya. Dalam perspektif fungsionalis
struktural ada beberapa persyaratan atau kebutuhan fungsional yang harus dipenuhi agar
sebuah sistem sosial bisa bertahan. Parsons kemudian mengembangkan apa yang dikenal
sebagai imperatif-imperatif fungsioanal agar sebuah sistem bisa bertahan, yaitu:
1. Adaptasi (Adaptation)
Sebuah sistem harus dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan yang ada, harus
mampu bertahan ketika situasi eksternal sedang tidak mendukung. Dalam hal ini, para
perokok harus membiasakan untuk tidak merokok disembarang tempat dan beralih
pada tempat yang sudah disediakan.
2. Pencapaian Tujuan (Goal Attainment)
Sistem harus mendefinisikan dan mencapai tujuan-tujuan utamanya. Artinya, sistem
diharuskan untuk mengerucutkan pemikiran individu agar dapat membentuk

kepribadian individu dalam mencapai tujuan dari sistem itu sendiri. Adanya smooking
area harus mampu membuat para perokok melakukan kegiatan merokok sesuai pada
tempatnya.
3. Integrasi (Integration)
Sistem harus mengatur hubungan bagian-bagian yang menjadi komponennya. Ia pun
harus mengatur hubungan antar ketiga imperative fungsional, yakni adaptation, goal,
dan latensi.

4. Pemeliharaan Pola (Litensi)
Sistem harus melengkapi, memelihara, dan memperbarui motivasi individu dan polapola budaya yang menciptakan dan mempertahankan motivasi tersebut.
Dalam hal ini, keresahan akan polusi udara yang disebabkan oleh asap rokok
menimbulkan terjadinya perubahan akan kesadaran sosial dimana para perokok yang tadinya
bebas merokok disembarang tempat kini harus memisahkan diri dan melakukan kegiatan
merokoknya itu di dalam tempat yang sudah disediakan. Bahkan, pada tempat-tempat makan
sudah banyak menyediakan fasilitas smooking area yang terpisah dari kawasan bebas rokok
untuk menyeimbangkan kebutuhan para perokok dan terjaganya udara yang sehat di kawasan
tanpa rokok. Dalam lingkup keluarga, seorang suami atau ayah tidak lagi berani untuk
merokok di dalam rumah atau di area dekat anaknya karena sadar akan bahaya yang
ditimbulkan. Hal ini tentunya membawa dampak positif, di mana semakin berkurangnya
keresahan masyarakat khususnya kaum ibu akan bahaya rokok bagi anak-anaknya.


Sumber:
https://www.academia.edu/8856674/Review_Teori_Struktural_Fungsional_Interaksionisme_
Simbolik_dan_Teori_Pertukaran

Dokumen yang terkait

ANALISIS ELEMEN-ELEMEN BRAND EQUITY PADA PRODUK KARTU SELULER PRABAYAR SIMPATI, IM3, DAN JEMPOL (Studi Kasus Mahasiswa Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Jember)

2 69 20

Hubungan Kualitas Tidur dan Kebiasaan Mengkonsumsi Kopi pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang

11 91 19

MOTIF MAHASISWA MENYAKSIKAN TAYANGAN INFOTAINMENT SILET DI RCTI Studi Pada Mahasiswa Fakultas Agama Islam Angkatan 2005 Universitas Muhammadiyah Malang

0 22 2

PERBANDINGAN TINGKAT KEPUASAN MENONTON BERITA LIPUTAN 6 PETANG SCTV DAN SEPUTAR INDONESIA RCTI (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Konsentrasi Jurnalistik Angkatan 2005 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang)

0 25 2

Problematika Mahasiswa Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Dalam Mengakses Layanan Administrasi Via Internet : studi simak UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

0 22 77

Perilaku Konsumsi Serat pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta Tahun 2012

21 162 166

Tingkat Kepuasan Mahasiswa Terhadap Mutu Layanan Perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3 29 73

Citra IAIN dan Fakultas Dakwah pada komunitas publiknya: studi FGD terhadap sepuluh komunitas sekitar IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3 53 125

Tingkat Pemahaman Fiqh Muamalat kontemporer Terhadap keputusan menjadi Nasab Bank Syariah (Studi Pada Mahasiswa Program Studi Muamalat Konsentrasi Perbankan Syariah Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)

1 34 126

Pengembangan Sistem Informasi Pengelolaan Tugas Akhir (Sipintar) Di Fakultas Teknik Mesin Dan Dirgantara ITB

0 53 234